PENDAHULUAN
1
rumah sakit juga termasuk menetapkan berbagai kebijakan dan prosedur ( policy and
procedure ) yang terkait dengan kredensial , mutu profesi dan disiplin profesi.
Peraturan internal tenaga Keperawatan (Nurse Staff By Laws) tidak mengatur hal hal yang
bersifat pengelolaan rumah sakit..
Peraturan internal tenaga Keperawatan (Nurse Staff By Laws) pada dasarnya memuat
peraturan pokok untuk menegakkan profesionalisme tenaga perawat dan bidan.
Peraturan internal tenaga Keperawatan (Nurse Staff By Laws) juga mengatur tugas specific
dari sub komite kredensial, sub komite mutu keperawatan dan sub komite etika profesi dan
disiplin sesuai dengan kondisi dan kebutuhan rumah sakit.
Bahwa untuk maksud tersebut diatas, maka disusunlah suatu Peraturan internal tenaga
Keperawatan (Nurse Staff By Laws)
2
BAB I
KETENTUAN UMUM
PENGERTIAN
3
11. Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
dilaksanakan oleh profesi perawat dan bidan,
12. Mitra bestari adalah seklompok tenaga keperawatan dengan reputasi dan kompetensi yang
baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan tenaga keperawatan,
13. Sub Komite adalah kelompok kerja di bawah Komite Keperawatan yang dibentuk untuk
mengelola masalah-masalah khusus, sesuai kebutuhan rumah sakit.
BAB II
TUJUAN
Tujuan Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staf bylaws) adalah agar komite
keperawatan dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance)
melalui mekanisme kredensial, peningkatan mutu profesi dan penegakan disiplin profesi.
Selainitu peraturan internal staf keperawatan (Nursing Staf bylaws) juga bertujuan untuk
memberikan dasar hukum bagi mitra bestari dalam pengambilan keputusan profesi melalui
Komite Keperawatan. Putusan ini dilandasi semangat bahwa hanya staf keperawatan yang
kompeten dan berprilaku profesional sajalah yang boleh melakukan asuhan keperawatan di
Rumah Sakit Putri Bidadari Langkat.
BAB III
(1) Semua pelayanan Asuhan Keperawatan dan Kebidanan di Rumah Sakit Putri Bidadari
Langkat hanya boleh dilakukan oleh staf keperawatan yang telah diberikan kewenangan
klinis melalui proses kredensial
(2) Pengaturan ini berdasarkan pada pemikiran bahwa rumah sakit berhak melarang semua
asuhan keperawatan di rumah sakit, kecuali bila rumah sakit mengijinkan staf keperawatan
tertentu untuk melakukan pelayanan asuhan keperawatan tersebut.
(3) Seorang staf keperawatan yang telah diizinkan melakukan asuhan keperawatan dan
prosedur intervensi keperawatan lainnya di rumah sakit, memperoleh hak khusus (
privilege ) oleh rumah sakit yang dalam peraturan internal staf keperawatan ini disebut
sebagai kewenangan kerja klinis.
(4) Rumah sakit mengatur pemberian kewenangan kerja klinis ( clinical privilege ) setiap staf
keperawatan sesuai dengan kompetensinya yang nyata.
(5) Pemberian kewenangan kerja klinis ( clinical privilege ) harus melibatkan komite
keperawatan yang dibantu oleh mitra bestari ( peer group ) sebagai pihak yang paling
mengetahui masalah keprofesian yang bersangkutan.
(6) Kewenangan kerja klinis ( clinical privilege ) setiap staf keperawatan dapat saling berbeda
walaupun mereka memiliki tingkat pendidikan yang sama,
(7) Setiap rekomendasi komite keperawatan atas kewenangan kerja klinis ( clinical privilege )
untuk staf keperawatan tetap dapat dipertanggung jawabkan secara hukum karena mengacu
pada standar kompetensi keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI, AIPNI dan AIPDiKI
edisi IV, 2013.
4
(8) Pemberian kewenangan kerja klinis ( clinical privilege ) kepada staf keperawatan yang
akan melakukan tindakan tertentu tersebut akan didasarkan pada buku putih ( white
paper ) yang telah disusun bersama.
(9) Kewenangan kerja klinis seorang staf keperawatan tidak hanya didasarkan pada kredensial
terhadap kompetensi keilmuan dan ketrampilan saja, tetapi juga didasarkan pada kesehatan
fisik, kesehatan mental dan perilaku ( behavior ) staf keperawatan tersebut.
BAB IV
Setiap staf keperawatan yang melakukan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan harus
memiliki Surat Penugasan Klinis dari pimpinan rumah sakit berdasarkan rincian kewenangan klinis
setiap staf keperawatan yang direkomendasikan Komite Keperawatan.
BAB V
Kewenangan tenaga keperawatan untuk melakukan tindakan medik merupakan tindakan yang
bersifat delegasi yang memerlukan kewenangan klinis tertentu dan perlu di kredensial. Dengan
demikian, tindakan medik yang bersifat delegasi tetap menjadi tanggung jawab tenaga medis yang
memberikan delegasi.
KOMITE KEPERAWATAN
Susunan organisasi Komite Keperawatan RSU Putri Bidadari Langkat terdiri dari:
a. Ketua Komite Keperawatan;
b. Sekretaris Komite Keperawatan; dan
c. Subkomite : Subkomite Kredensial, Subkomite mutu profesi dan Subkomite etik dan
disiplin profesi.
Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan oleh direktur Rumah Sakit dengan
mempertimbangkan sikap profesional, kompetensi, pengalaman kerja, reputasi, dan perilaku
dari calon anggota Komite Keperawatan, masa jabatan dari pengurus Komite Keperawatan paling
lama 3 tahun dan dapat diperpanjang sebanyak 2 (dua) kali periode pengurusan
5
BAB VI
RAPAT
1. Rapat Koordinasi Keperawatan terdiri dari : Rapat Kerja, Rapat Rutin, Rapat Pleno,
dan Sidang tahunan.
2. Rapat Kerja
a. Rapat Kerja Keperawatan dilaksanakan dalam setahun sekali dan bersifat terbuka.
b. Rapat Kerja Keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau
Kepala Bidang Keperawatan dan dihadiri oleh Sekretaris Komite Keperawatan,
Keperawatan Sub Komite, Kasie Keperawatan, Panitia Panitia Keperawatan dan
Kepala Ruang Keperawatan
c. Agenda rapat kerja adalah membuat rencana kerja keperawatan dalam 5
(lima)
tahun.
3. Rapat Rutin
a. Rapat Rutin Keperawatan dilaksanakan 1 ( satu ) kali dalam seminggu diikuti
oleh
Bidang Keperawatan, Komite Keperawatan dan Kepala Ruang Keperawatan.
b. Agenda rapat rutin adalah membahas masalah masalah harian Keperawatan.
c. Rapat rutin keperawatan dipimpin oleh Kepala Bidang Keperawatan atau Ketua
Komite Keperawatan.
4. Rapat Pleno
a. Rapat Pleno Keperawatan diadakan sewaktu-waktu bila dibutuhkan.
b. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau Kepala
Bidang Keperawatan dan dihadiri oleh Sekretaris Komite Keperawatan, Sub
Komite dan Kasie Keperawatan.
c. Agenda rapat pleno adalah membahas persoalan etik dan disiplin staf keperawatan
Kehadiran rapat pleno adalah 100% peserta rapat.
5. Sidang Tahunan
a. Sidang Tahunan Keperawatan diadakan satu kali dalam setahun
b. Sidang Tahunan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau Kepala Bidang
Keperawatan dan dihadiri oleh Sekretaris Komite Keperawatan, Sub Komite,
Kasie Keperawatan, Panitia Panitia keperawatan dan Kepala Ruang
Keperawatan.
c. Agenda sidang tahunan adalah membuat rencana kerja keperawatan dalam 1 (satu)
tahun dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun yang telah lalu.
d. Keputusan yang diambil harus disetujui sekurang-kurangnya oleh 2/3 peserta
yang hadir.
6
BAB VII
SUBKOMITE KREDENSIAL
1. TUJUAN
a. Memberi kejelasan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan;
b. Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan memiliki
kompetensi dan Kewenangan Klinis yang jelas;
c. Pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga keperawatan yang berada di
semua level pelayanan.
2. TUGAS
a. Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis;
b. Menerima hasil verifikasi persyaratan Kredensial dari bagian SDM meliputi:
1. ijazah;
2. Surat Tanda Registrasi (STR);
3. sertifikat kompetensi;
4. logbook yang berisi uraian capaian kinerja;
5. surat penyataan telah menyelesaikan program orientasi Rumah Sakit
atau orientasi di unit tertentu bagi tenaga keperawatan baru;
6. Surat hasil pemeriksaan kesehatan sesuai ketentuan.
3. Kewenangan
Sub komite Kredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi rincian
Kewenangan Klinis untuk memperoleh surat Penugasan Klinis (clinical appointment).
7
4. Mekanisme Kerja
Untuk melaksanakan tugas sub komite Kredensial, maka ditetapkan mekanisme sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis mencakup kompetensi sesuai area
praktik yang ditetapkan oleh rumah sakit;
b. Menyusun Kewenangan Klinis dengan kriteria sesuai dengan persyaratan
Kredensial dimaksud;
c. Melakukan assesmen Kewenangan Klinis dengan berbagai metode yang
disepakati;
d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan
rekomendasi memperoleh Penugasan Klinis dari
direktur Rumah Sakit;
e. memberikan rekomendasi Kewenangan Klinis untuk
memperoleh Penugasan Klinis dari direktur Rumah Sakit dengan cara:
1. Tenaga keperawatan mengajukan permohonan untuk memperoleh
Kewenangan Klinis kepada Ketua Komite Keperawatan;
2. Ketua Komite Keperawatan menugaskan subkomite Kredensial untuk
melakukan proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu atau
kelompok);
3. Subkomite melakukan review, verifikasi dan evaluasi denganberbagai
metode: porto folio, asesmen kompetensi;
4. Subkomite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat
menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan.
f. Melakukan pembinaan dan pemulihan Kewenangan Klinis secara berkala;
g. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di tetapkan.
BAB VIII
SUBKOMITE MUTUPROFESI
1. TUJUAN
Memastikan mutu profesi tenaga keperawatan sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan dan kebidanan yang berorientasi kepada keselamatan pasien sesuai
kewenangannya.
2. Tugas
Tugas sub komite mutu profesi adalah:
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik;
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan
tenaga keperawatan;
c. Melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
d. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
8
3. Kewenangan
Subkomite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi tindak
lanjut audit keperawatan dan kebidanan, pendidikan keperawatan dan kebidanan
berkelanjutan serta pendampingan.
4. Mekanisme kerja
Untuk melaksanakan tugas subkomite mutu profesi, maka ditetapkan mekanisme sebagai
berikut:
a. koordinasi dengan bidang keperawatan untuk memperoleh data dasar tentang
profil tenaga keperawatan di RS sesuai area praktiknya berdasarkan jenjang
karir;
b. Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal dari data subkomite
Kredensial sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perubahan
standar profesi.
c. Koordinasi dengan praktisi tenaga keperawatan dalam melakukan pendampingan
sesuai kebutuhan;
d. Melakukan audit keperawatan dan kebidanan dengan cara:
1) Pemilihan topik yang akan dilakukan audit;
2) Penetapan standar dan kriteria;
3) Penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit;
4) Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan;
5) Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria;
6) Menerapkan perbaikan;
7) Rencana reaudit.
e. Menyusun laporan kegiatan subkomite untuk disampaikan kepada Ketua
Komite Keperawatan.
BAB IX
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
1. Tujuan
a. Agar tenaga keperawatan menerapkan prinsip-prinsip etik dalam memberikan
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
b. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan yang tidak
profesional;
c. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.
2. Tugas
a. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan;
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan;
c. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan;
d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan masalah-
masalah etik dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
9
e. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis dan/atau surat Penugasan Klinis
(clinical appointment);
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
3. Kewenangan
Subkomite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan memberikan usul
rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis (clinical privilege) tertentu,memberikan
rekomendasi perubahan/modifikasi rincian Kewenangan Klinis (delineation of
clinical privilege), serta memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
4. Mekanisme kerja
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan:
1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin di
dalam rumah sakit;
2) melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin profesi.
b. Membuat keputusan. Pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi dilakukan
dengan melibatkan panitia Adhoc.
c. Melakukan tindak lanjut keputusan berupa:
1. Pelanggaran etik direkomendasikan kepada organisasi profesi keperawatan
dan kebidanan di Rumah Sakit melalui Ketua Komite;
2. Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur dan Ka. Bidang
keperawatan/ melalui Ketua Komite Keperawatan;
3. Rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis diusulkan kepada Ketua Komite
Keperawatan untuk diteruskan kepada direktur Rumah Sakit.
10
BAB X
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS
BAB XI
TATA CARA DAN REVIEW PERBAIKAN PERATURAN INTERNAL STAF
KEPERAWATAN
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam aturan ini akan diatur dikemudian hari melalui
Rapat Pleno Keperawatan.
2. Apabila ada BAB, Pasal dan/atau Ayat dalam Peraturan Internal Keperawatan ini
yang dikemudian hari dianggap tidak sesuai, dapat ditinjau ulang melalui Sidang
Tahunan
Keperawatan.
3. Review atau perubahan peraturan internal staf keperawatan dilakukan setiap 3 ( tiga )
tahun sekali.
4. Direktur rumah sakit menetapkan perubahan / perbaikan peraturan internal staf
keperawatan terbaru dengan tetap mengacu pada peraturan menteri kesehatan yang
masih berlaku.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
(1) Peraturan internal staf Keperawatan ditetapkan oleh direktur rumah sakit
(2) Peraturan internal staf Keperawatan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Langkat
11