Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI KOMPLEMENTER

EVIDENCE BASED TERAPI ALTERNATIF PADA


ANAK PENDERITA LEUKEMIA

Disusun Oleh
NAMA : SANTI
NPM : 194201426079
KELAS :B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Pendidikan Dalam Keperawatan dengan judul
“MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II ASUHAN KEPERAWATAN
TERAPI KOMPLEMENTER EVIDENCE BASED TERAPI ALTERNATIF PADA
ANAK PENDERITA LEUKIMIA”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 07 Juli 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................5
A. Latar Belakang................................................................................................5
B. Tujuan Penulisan............................................................................................6
1. Tujuan Umum........................................................................................................6
2. Tujuan Khusus.......................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................7


1. Defenisi...................................................................................................................7
2. Anatomi Fisiologi...................................................................................................7
3. Etiologi..................................................................................................................11
4. Patofisiologi..........................................................................................................12
5. Tanda dan Gejala................................................................................................12
6. Pemeriksaan Diagnostik......................................................................................13
7. Penatalaksanaan..................................................................................................14

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA..................15


A. Pengkajian.....................................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................16
C. Intervensi dan Rasional................................................................................18
D. Implementasi.................................................................................................29
E. Evaluasi..........................................................................................................29

BAB IV KONSEP TERAPI KOMPLEMENTER.....................................................31


A. Pengertian Terapi Komplementer...............................................................31
B. Tujuan Terapi Komplementer.....................................................................31
C. Macam Macam Terapi Komplementer.......................................................31

BAB V PEMBAHASAN...............................................................................................35
pengalaman Orang Tua Dalam Penggunaan Pengobatan Alternatif Pada
Anak Yang Menderita Kanker Di Jakarta........................................................35

3
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................38
A. Kesimpulan....................................................................................................38
B. Saran..............................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................40

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari
sum-sum tulang yang ditandai oleh proliforasi sel-sel darah putih dengan
manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada
gangguan dalam pengaturan sel leukosit. Leuksit dalam darah berproliferasi
secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinyapun menjadi normal.
Oleh karena proses tersebut fungsi-fungsi lain dari sel darah merah normal
terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik.
(Bambang Permono, 2005: 2006)
Leukemia limfosit akut merupakan keganasan pada alat pembuat sel
darah berupa proliforasi sel hemafosit muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dan membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh lainnya. (Arif Mansjoer, 2006: 468)
Leukemia akut pada masa kanak-kanak merupakan 30 – 40% dari
keganasan, insiden rata-rata 4 – 4,5 kasus / tahun / 100.000 anak di bawah 15
tahun di negara berkembang, angka kejadian ALL mencapai 83%. Rasio laki-
laki dan perempuan adalah 1 : 1,5. (Bambang Permono, 2005: 2006).
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan
banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya
(Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah
pengguna terapi alternatif dan 38 6 juta orang yang mengunjungi praktik
konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan
jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991
menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan.
Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu
adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer.
Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam

5
pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya.
Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan
konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer
(Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi
peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien leukimia dengan terapi
komplementer.

2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada dengan ALL (Akut Leukemia Lymposit)
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada An. R dengan ALL (Akut
Leukimia Lymposit)
3) Membuat / menyusun perencanaan pada An. R dengan ALL (Akut
Leukimia Lymposit)
4) Melakukan evaluasi keperawatan pada An. R dengan ALL (Akut Leukimia
Lymposit)

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Defenisi
Akut Leukimia limpositik akut adalah suatu keganasan pada alat pembuat
sel darah berupa poliferasi patologis sel hemopeotik muda yang ditandai oleh
adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lainnya. (Arif Mansjoer, 2000: 495)

2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa
terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai
5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ0organ tidak sama tergantung
pada umur, pekerjaan, keadaan jatung atau pembuluh darah.
Fungsi darah terdiri atas:
a. Sebagai alat pengangkut
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit, anti bodi / zat-zat anti
racun
c. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

Bagian-bagian darah:
1) 1.Air : 91%
2) Protein : 8% (albumin, globulin, protombi dan fibrinogen)
3) Mineral : 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt,
Magnesium dan Asam Amino)

Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:


1) Sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
b. Leukosit (sel darah putih)

7
c. Trombosit (sel pembeku darah)
2) Plasma darah
a. Eritrosit
Ialah bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak mempunyai
inti. Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) diameter tidak dapat
bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4 ½ - 4 juta).
Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandug
suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika
di dalamnya banyak mengandung O2.
Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh dikeluarkan
melalui paru-paru.
Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5 – 15
gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki
13,0%. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang,
demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila
keduanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya hal
ini disebabkan oleh karena pendarahan yang hebat, hama-hama penyakit
yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri
terganggu.

b. Leukosit
Ialah keadaan bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan dengan
eritrosit dan apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di bawah
mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan
dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai
bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti
selnya. Warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3
kira-kira 6.000 sampai 9.000
Fungsinya:
 Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit
penyakit / bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (System

8
Retikulo Endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar
limfe.
 Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut / membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa uterus ke pembuluh darah.
 Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam
kelenjar limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk
mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit tersebut. Jika
jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukotosis
dan kurang 5.000 / mm3 leukopenia
Macam-macam leukosit meliputi:
a) Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri
dari:
 Limfosit
Macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar
limfe, bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam
sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya
20 – 25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang
masuk ke dalam jaringan tubuh.
 Monosit
Terbanyak dibuat di sum-sum tulang merah, besarnya lebih besar
dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 38%.
Di bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar,
warnanya biru sedikit abu-abu, mempunyai bintik-bintik sedikit
kemerah-merahan. Inti selnya bulat dan panjang warnanya
lembayung muda.

c. Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
1) Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit, mempunyai inti sel yang
berangkai kadang-kadang seperti terpisahpisah, protoplasmanya
banyak bintik-bintik halus / granula, banyaknya 60 – 70%

9
2) Eosinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan netrofil tetapi
granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2 – 4%
2) Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil tetapi mempunyai inti yang
bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula
besar. Banyaknya ½ %. Dibuat di sum-sum merah, fungsinya tidak
diketahui
3) Trombosit ialah merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk
dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat, ada yang lonjong,
warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 –
300.000 mm3.
Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah.
Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak
lekas membeku sehingga timbul pendarahan yang terus-menerus.
Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang
kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu
zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu
Ca2+ dan fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh medapat luka.

Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah hemoglobin
dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap ml darah, dan ini jumlahnya
biasa disebut 100 persen.
Plasma darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah,
warnanya bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri
dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya.

Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:


1) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang
berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotil

10
3) Protein darah (albumin, globulin) meninggalkan viskositosis darah dan juga
menimbukan tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan
dalam tubuh
4) Zat makanan (asam amino, glukosa, mineral dan vitamin)
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
6) Anti bodi / anti toksin (Drs. Syaifuddin, B. Ac, 1992: 70)
3. Etiologi
Penyebab leukemia tidak diketahui. Ini dapat diakibatkan interaksi sejumlah
faktor.
1) Neoplasia
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain,
misalnya proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologis sel
dan infiltrasi organ. Lebih dari itu kelainan sum-sum kronis lain dapat
berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera,
mielosklerosis atau anemia aplastik.
2) Infeksi
Leukemia pada tikus dan unggas dapat ditransnamsi oleh filtrate bebas sel.
Partikel virus dapat ditunjukkan dengan mikroskop elektron. Pada manusia
terdapat bukti kuat untuk etiologi baik pada satu jenis leukemia / limfoma
sel T dan pada limfoma burkit.
3) Radiasi
Radiasi khususnya sum-sum tulang bersifat leukomogenik. Terdapat insiden
leukemia tinggi pada orang yang tetap hidup. Setelah bom atom di Jepang,
pada pasien ankylosing pandylitis yang telah menerima penyinaran sporal
dan pada anak-anak yang ibunya menerima sinar x abdomen selama hamil.
4) Keturunan
Ada laporan beberapa kasus yang terjadi pada satu keluarga dan pada
kembar identik ada insiden yang meningkat pada beberapa penyakit
herediter, khususnya sindroma down (dimana leukemia terjadi dengan
peningkatan frekuensi 20 – 30 kali lipat) anemia panca sindroma down dan
ataksia – talangiektasia.
5) Zat kimia

11
Terkena bensin kronis yang dapat menyebabkan displasma sum-sum tulang
dan perubahan kromosom, merupakan penyebab leukemia yang tidak biasa.
6) Perubahan kromosom
(V. Hoffbrand MA Fracp FRC Path, 1979: 127)

4. Patofisiologi
Neoplasma
Infeksi usus
Radiasi
Keturunan
Zat kimia

Sel neoplasma berproliferasi di dalam sum-sum tulang

Kerusakan sum-sum tulang

Haematopoesi terhambat
Leukosit normal menurun eritrosit normal menurun
Trombosit normal menurun – leukosit imatur meningkat

Infiltrasi organ

5. Tanda dan Gejala


1) Yang disebabkan kegagalan sum-sum tulang
a. Pucat, alergi, dispnea karena anemia
b. Demam, malaise, gambaran infeksi mulut, tenggorokan, kulit, pernafasan
dan infeksi lain termasuk septikaemia biasa ditemukan. Organisme
tersangkut dibicarakan terinci di bawah.
b. Memar, pendarahan gusi spontan dan pendarahan dari tempat fungsi vena
yang disebabkan oleh trombositopeia biasa ditemukan kadang-kadang
ada pendarahan internal yang banyak.

12
2) Yang disebabkan infiltrasi organ
a. Nyeri tulang, teristimewa pada anak-anak
b. Limfadenopati superficial pada ALL
c. Siplenomegali dan hepatomegali sedang khusus pada ALL
d. Hipertropi dan infiltrasi gusi, ulserasi rectum, kelainan kulit (khusus pada
tipe mielomonosetik, M4 dan Monositik M5)
e. Sindroma meningeal (khusus pada ALL) sakit kepala, erek (neusia) dan
muntah-muntah, penglihatan kabur dan diplopra. Pemeriksaan fundus
menyingkap adanya uderma pupil dan kadang-kadang pendarahan.
(V. Hoffbrand MA FRACP FRC Path, 1979: 134)

6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum-sum
tulang berupa adanya pansitupenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi menonton dan terdapat sel blas.
Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gejala patonomenik
untuk leukemia.
b. Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobinemia.
c. Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan diketemukan gambaran yang
menonton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopuetik patologis sedangkan
system lain terdesak (obplasia sekunder). Pada LMA selain gambaran
yang menonton terlihat pula adanya liatus leukemia ialah keadaan yang
diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat
kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost,
mielosil, metamielosit dan sel batang).
2) Biopsi limpa

13
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliperasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti: limposit mormal, RES,
granulosit, pulp cell.
3) Cairan serebropinalis
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu
leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh. Untuk
mencegahnya diberikan metroteksat (NAX) secara antratekal secara rutin
pada setiap pasien yang meragukan gejala TIK meninggi.
4) Sistogenik
70 – 90% dari kasus menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom 21.
(Ngastiyah, 1987: 85)

7. Penatalaksanaan
1) Transfusi darah, biasanya jika kadar Hb kurang dari 6 gr% pada
trombositopenia yang berat dan pendarahan massif, dapat diberikan
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.
2) Kortikosteroid (prednisone, kartison, deksametason, dan lain-lain).
Setelah dicapa remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
3) Sistostatika
Selain sitostatika yang lama (6 – merkaptopurin atau 6 – MP meotreksa
atau MTX), rubidomisin (daunolubycine) dan berbagai nama obat lainnya.
Pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten seperti vinkristein
(ancovin).
Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan
prednisone. Pada pemberian obat ini sering terdapat efek samping berupa
alopsia (batuk), stomatit leukemia, infeksi, sekunder atau kandidiasis.
4) Bila jumlah leukosit kurang dari 200.000 / mm3 pemberiannya harus hati-
hati.

14
5) Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci
hama).
6) Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru, setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105 – 106).
Imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru
yang masih dalam pengembangan).
(Dr. Rusepno Hassan, 1985: 474)
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA

A. Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada
usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat,
sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda
leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda
trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji
adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya
hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri
( Lawrence, 2003).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar
monozigot.
d) Riwayat kebiasaan sehari-hari

15
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
e) Riwayat psikososial
1) Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap
penyakit yang diderita. Klien sangat membutukan dukungan dari
keluarga dan perawat.
2) Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan
tetangga disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang
membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.
f) Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
- Anemi normokrom normositer
- Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
- Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada
kromosom 6, 11
- Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
- Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
- SDP : 60.000/cm (50.000)
- PT/PTT : memanjang
- Copper serum : meningkat
- Zink serum : menurun
g) Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
- Transfusi bila perlu
- Klorambusil

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit

16
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan
efek samping agen kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat
pada penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita leukemia (Simon, 2003).

17
18
C. Intervensi dan Rasional
Diagnosa Tujuan & Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Resiko infeksi Tujuan : 1. Pantau suhu dengan teliti (TTV) 1. Rasional : untuk mendeteksi
berhubungan pasien bebas dari 2. Tempatkan klien dalam ruangan kemungkinan infeksi
dengan menurunnya infeksi khusus 2. Rasional : untuk meminimalkan
sistem pertahanan 3. Anjurkan semua pengunjung dan terpaparnya klien dari sumber
tubuh Kriteria hasil : staf rumah sakit untuk infeksi
a. Normotermia menggunakan teknik mencuci 3. Rasional : untuk meminimalkan
b. Hasil kultur negative tangan dengan baik pajanan pada organisme infektif
c. Peningkatan 4. Gunakan teknik aseptik yang 4. Rasional : untuk mencegah
penyembuhan cermat untuk semua prosedur kontaminasi silang/menurunkan
invasif resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan klien terhadap 5. Rasional : untuk intervensi dini
tempat-tempat munculnya infeksi penanganan infeksi
seperti tempat penusukan jarum, 6. Rasional : rongga mulut adalah
ulserasi mukosa, dan masalah gigi medium yang baik untuk
6. Inspeksi membran mukosa mulut. pertumbuhan organisme
Bersihkan mulut dengan baik 7. Rasional : menambah energi

19
7. Berikan periode istirahat tanpa untuk penyembuhan dan
gangguan regenerasi seluler
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai 8. Rasional : untuk mendukung
usia pertahanan alami tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan 9. Rasional : diberikan sebagai
profilaktik atau mengobati infeksi
khusus

2. Intoleransi aktivitas Tujuan : 1. Evaluasi laporan kelemahan, 1. Rasional : menentukan derajat dan
berhubungan dengan terjadi peningkatan perhatikan ketidakmampuan untuk efek ketidakmampuan
kelemahan akibat toleransi aktifitas berpartisipasi dala aktifitas sehari- 2. Rasional : menghemat energi untuk
anemia hari aktifitas dan regenerasi seluler atau
Kriteria hasil : 2. Berikan lingkungan tenang dan perlu penyambungan jaringan
a. klien tidak pusing istirahat tanpa gangguan 3. Rasional : mengidentifikasi
b. Klien tidak lemah 3. Kaji kemampuan untuk kebutuhan individual dan
c. HB 12 gr/% berpartisipasi pada aktifitas yang membantu pemilihan intervensi
d. Leukosit normal diinginkan atau dibutuhkan 4. Rasional : memaksimalkan sediaan
e. Tidak anemis 4. Berikan bantuan dalam aktifitas energi untuk tugas perawatan diri
sehari-hari dan ambulasi 5. Rasional : transfusi darah dapat

20
5. Kolaborasikan pemasangan tranfusi meningkatkan kadar hemoglobin di
darah dalam darah klien.

3. Resiko terhadap Tujuan : 1. Gunakan semua tindakan untuk 1. Rasional : karena perdarahan
cedera: perdarahan klien tidak menunjukkan mencegah perdarahan khususnya memperberat kondisi dengan
yang berhubungan bukti-bukti perdarahan pada daerah ekimosis adanya anemia
dengan penurunan 2. Cegah ulserasi oral dan rectal 2. Rasional : karena kulit yang luka
jumlah trombosit Kriteria hasil : 3. Gunakan jarum yang kecil pada saat cenderung untuk berdarah
a. HB 12gr/% melakukan injeksi 3. Rasional : untuk mencegah
b. Tidak anemis 4. Menggunakan sikat gigi yang lunak perdarahan
dan lembut 4. Rasional : untuk mencegah
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan
perdarahan (tekanan darah menurun, 5. Rasional : untuk memberikan
denyut nadi cepat, dan pucat) intervensi dini dalam mengatasi
6. Hindari obat-obat yang mengandung perdarahan
aspirin 6. Rasional : karena aspirin
7. Ajarkan orang tua dan klien yang mempengaruhi fungsi trombosit
lebih besar ntuk mengontrol 7. Rasional : untuk mencegah
perdarahan hidung perdarahan

21
4. Resiko tinggi Tujuan : 1. Berikan antiemetik awal sebelum 1. Rasional : untuk mencegah mual
kekurangan volume Tidak terjadi kekurangan dimulainya kemoterapi dan muntah
cairan berhubungan volume cairan, pasien 2. Berikan antiemetik secara teratur 2. Rasional : untuk mencegah episode
dengan mual dan tidak mengalami mual pada waktu dan program kemoterapi berulang
muntah dan muntah 3. Kaji respon klien terhadap anti 3. Rasional : karena tidak ada obat
emetic antiemetik yang secara umum
Kriteria hasil : 4. Hindari memberikan makanan yang berhasil
a. klien tidak lemah dan beraroma menyengat 4. Rasional : bau yang menyengat
anemis 5. Anjurkan makan dalam porsi kecil dapat menimbulkan mual dan
b. Turgor kulit baik tapi sering muntah
c. Mukosa bibir lembab, 6. Berikan cairan intravena sesuai 5. Rasional : karena jumlah kecil
tidak sianosis ketentuan biasanya ditoleransi dengan baik
6. Rasional : untuk mempertahankan
hidrasi

5. Perubahan membran Tujuan : 1. Inspeksi mulut setiap hari untuk 1. Rasional : untuk mendapatkan
mukosa mulut : pasien tidak mengalami adanya ulkus oral tindakan yang segera
stomatitis yang mukositis oral 2. Hindari mengukur suhu oral 2. Rasional : untuk mencegah trauma
berhubungan dengan 3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, 3. Rasional : untuk menghindari

22
efek samping agen Kriteria hasil : aplikator berujung kapas, atau jari trauma
kemoterapi - kesehatan oral klien yang dibalut kasa 4. Rasional : untuk menuingkatkan
baik 4. Berikan pencucian mulut yang penyembuhan
sering dengan cairan salin normal 5. Rasional : untuk menjaga agar bibir
atau tanpa larutan bikarbonat tetap lembab dan mencegah pecah-
5. Gunakan pelembab bibir pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain 6. Rasional : karena bila digunakan
pada anak kecil pada faring, dapat menekan refleks
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak muntah yang mengakibatkan resiko
8. Inspeksi mulut setiap hari aspirasi dan dapat menyebabkan
9. Dorong masukan cairan dengan kejang
menggunakan sedotan 7. Rasional : agar makanan yang
10.Hindari penggunaa swab gliserin, masuk dapat ditoleransi klien
hidrogen peroksida dan susu 8. Rasional : untuk mendeteksi
magnesia kemungkinan infeksi
11.Berikan obat-obat anti infeksi sesuai 9. Rasional : untuk membantu
ketentuan melewati area nyeri
12.Berikan analgetik 10. Rasional : dapat mengiritasi
jaringan yang luka dan dapat

23
membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah
protein dan dapat mengeringkan
mukosa
Rasional : untuk mencegah atau
mengatasi mukositis
11. Rasional : untuk mengendalikan
nyeri

6. Perubahan nutrisi Tujuan : 1. Dorong klien untuk tetap rileks saat 1. Rasional : jelaskan bahwa
kurang dari kebutuhan pasien mendapat nutrisi makan hilangnya nafsu makan adalah
tubuh yang yang adekuat 2. Izinkan klien memakan semua akibat langsung dari mual dan
berhubungan dengan makanan yang dapat ditoleransi, muntah serta kemoterapi
anoreksia, malaise, Kriteria hasil : rencanakan unmtuk memperbaiki 2. Rasional : untuk mempertahankan
mual dan muntah, efek a. klien tidak pucat kualitas gizi pada saat selera makan nutrisi yang optimal
samping kemoterapi b. Klien tidak anemis klien meningkat 3. Rasional : untuk memaksimalkan
dan atau stomatitis c. Mukosa bibir lembab 3. Berikan makanan yang disertai kualitas intake nutrisi
d. Nafsu makan suplemen nutrisi gizi, seperti susu 4. Rasional : untuk mendorong agar
meningkat bubuk atau suplemen yang dijual klien mau makan

24
e. Bb meningkat bebas 5. Rasional : karena jumlah yang
4. Izinkan klien untuk terlibat dalam kecil biasanya ditoleransi dengan
persiapan dan pemilihan makanan baik
5. Dorong masukan nutrisi dengan 6. Rasional : kebutuhan jaringan
jumlah sedikit tapi sering metabolik ditingkatkan begitu juga
6. Dorong klien untuk makan diet cairan untuk menghilangkan
tinggi kalori kaya nutrient produk sisa suplemen dapat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan memainkan peranan penting dalam
lipatan kulit trisep mempertahankan masukan kalori
dan protein yang adekuat
7. Rasional : membantu dalam
mengidentifikasi malnutrisi protein
kalori, khususnya bila BB kurang
dari normal

7. Nyeri yang Tujuan : 1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 1. Rasional : informasi memberikan
berhubungan dengan klien tidak mengalami 0 sampai 5 data dasar untuk mengevaluasi
efek fisiologis dari nyeri atau nyeri menurun 2. Jika mungkin, gunakan prosedur- kebutuhan atau keefektifan
leukemia sampai tingkat yang prosedur (misal pemantauan suhu intervensi

25
dapat diterima klien non invasif, alat akses vena 2. Rasional : untuk meminimalkan
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri rasa tidak aman
Kriteria hasil : dengan derajat kesadaran dan sedasi 3. Rasional : untuk menentukan
- skala nyeri 3 4. Lakukan teknik pengurangan nyeri kebutuhan perubahan dosis. Waktu
non farmakologis yang tepat pemberian atau obat
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara 4. Rasional : sebagai analgetik
teratur tambahan
5. Rasional : untuk mencegah
kambuhnya nyeri

8. Kerusakan integritas Tujuan : 1. Berikan perawatan kulit yang cemat, 1. Rasional : karena area ini
kulit berhubungan klien mampu terutama di dalam mulut dan daerah cenderung mengalami ulserasi
dengan pemberian mempertahankan perianal 2. Rasional : untuk merangsang
agens kemoterapi, integritas kulit 2. Ubah posisi dengan sering sirkulasi dan mencegah tekanan
radioterapi, imobilitas. 3. Mandikan dengan air hangat dan pada kulit
Kriteria hasil : sabun ringan 3. Rasional : mempertahankan
a. klien bersih 4. Kaji kulit yang kering terhadap efek kebersihan tanpa mengiritasi kulit
b. Klien merasa nyaman samping terapi kanker 4. Rasional : efek kemerahan atau
5. Anjurkan pasien untuk tidak kulit kering dan pruritus, ulserasi

26
menggaruk dan menepuk kulit yang dapat terjadi dalam area radiasi
kering pada beberapa agen kemoterapi
6. Dorong masukan kalori protein yang 5. Rasional : membantu mencegah
adekuat friksi atau trauma kulit
7. Anjurkan memilih pakaian yang 6. Rasional : untuk mencegah
longgar dan lembut diatas area yang keseimbangan nitrogen yang
teradiasi negative
7. Rasional : untuk meminimalkan
iritasi tambahan

9. Gangguan citra tubuh Tujuan : 1. Berikan penutup kepala yang 1. Rasional : karena hilangnya
berhubungan dengan pasien atau keluarga adekuat selama pemajanan pada perlindungan rambut
alopesia atau menunjukkan perilaku sinar matahari, angin atau dingin 2. Rasional : untuk menyamarkan
perubahan cepat pada koping positif 2. Anjurkan untuk menjaga agar kebotakan parsial
penampilan. rambut yang tipis itu tetap bersih, 3. Rasional : untuk menyiapkan klien
Kriteria hasil : pendek dan halus dan keluarga terhadap perubahan
a. keluarga tidak 3. Jelaskan bahwa rambut mulai penampilan rambut baru
cemas tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan 4. Rasional : untuk meningkatkan
b. Klien memahami mungkin warna atau teksturnya agak penampilan

27
instruksi dari berbeda
perawat 4. Dorong hygiene dan alat alat yang
sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias,
dan pakaian yang menarik

10 Perubahan proses Tujuan : 1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang 1. Rasional : untuk meminimalkan
. keluarga berhubungan pasien atau keluarga akan dilakukan pada klien kekhawatiran yang tidak perlu
dengan mempunyai menunjukkan 2. Jadwalkan waktu agar keluarga 2. Rasional : untuk mendorong
anak yang menderita pengetahuan tentang dapat berkumpul tanpa gangguan komunikasi dan ekspresi perasaan
leukemia prosedur diagnostik atau dari staff 3. Rasional : untuk meningkatkan
terapi 3. Bantu keluarga merencanakan masa perkembangan klien yang optimal
depan, khususnya dalam membantu 4. Rasional : memberikan kesempatan
Kriteria hasil : klien menjalani kehidupan yang pada keluarga untuk menghadapi
a. klien dan keluarga normal rasa takut secara realistis
bisa memahami 4. Dorong keluarga untuk 5. Rasional : untuk mempertahankan
prosedur yang mengespresikan perasaannya komunikasi yang terbuka dan jujur
disampaikan perawat mengenai kehidupan klien sebelum 6. Rasional : untuk mencegah
b. Klien dan keluarga diagnosa dan prospek klien untuk bertambahnya rasa khawatiran

28
tidak cemas bertahan hidup keluarga
5. Diskusikan bersama keluarga
bagaimana mereka memberitahu
klien tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan
kemungkinan terapi tambahan
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal
yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada.

29
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang
diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan,
adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
b. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
c. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan
muntah
d. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak
nyaman
e. Masukan nutrisi adekuat
f. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan
bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
g. Kulit tetap bersih dan utuh
h. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut,
klien membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan
rambut dan menerapkan metode ini dan klien tampak bersih, rapi, dan
berpakaian menarik.
i. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya.
Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan
waktu bersama klien.

30
j. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga
dan klien mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan
mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang
adekuat (Wong. D.L, 2004).

31
BAB IV
KONSEP TERAPI KOMPLEMENTER

A. PENGERTIAN TERAPI KOMPLEMENTER


Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi Komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai
tambahan untuk terapi konvesional yang direkomendasikan oleh penyelenggara
pelayanan kesehatan induvidu.
Pengobatan Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang
bukan berasal dari Negara yang bersangkutan (WHO).

B. TUJUAN TERAPI KOMPLEMENTER


1. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.
2. Untuk memperbaiki fungsi dari system system tubuh, terutama system
kekebalan dan pertahanan tubuh.
3. Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan.

C. MACAM MACAM TERAPI KOMPLEMENTER


1. System Medis Alternatif
a. Akupunktur
Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia atau perubahan
fungsi system tubuh dengan cara memasukan jarum tipis sepanjang
rangkaian garis atau jalur yang disebut meredian.
b. Ayurveda
System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan obat herbal,
obat pencahar dan minyak gosok.
c. Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa penyakit tertentu
dapat diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang ada pada
individu sehat akan menghasilkan gejala seperti penyakit.

32
d. Pengobatan Naturopatik
System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya, kehangatan,
pijatan air segar, olah raga teratur dan menghindari pengobatan, mengenali
kemampuan mnyembuhkan tubuh alami.
e. Pengobatan Tradisional Cina
Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk Akupunktur, pengobatan
herbal, pijatan, akupreser, moxibustion (menggunakan panas dari herbal
yang dibakar), qigong (menyeimbangkan aliran energi melalui gerakan
tubuh).

2. Terapi Biologis
Menggunakan substansi alam seperti herbal, makanan dan vitamin.
a. Zona
Progam diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat dan lemak
dengan perbandingan 30:40:30.
Digunakan untuk menyeimbangkan insulin dan hormone lain untuk
kesehatan yang optimal.
b. Diet Mikrobiotik
Diutamakan diet vegetarian.
c. Pengobatan Ortomolekuler
Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan bertakoren.

3. Manipulasi Dan Metode Didasari Tubuh


Didasari pada manipulasi dari atau penggerakan dari satu atau lebih bagian
tubuh.
a. Akupresur
Tehnik terapetik mempergunakan tekanan digital dalam cara tertentu pada
titik yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa nyeri menghasilkan
analgesic atau mengatur fungsi tubuh.
b. Pengobatan Kiropratik
System terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis dan
memasukan fisiotherapy dan terapi cliet.
c. Metode Feldenkrais

33
Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik melalui
perbaikan pergerakan tubuh.
d. Tai chi
Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan dan meditasi
untuk membersihkan, memperkuat dan sirkulasi energi dan darah kehidupan
yang penting.
e. Terapi Pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau meremas untuk
meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan relaxsi.
f. Sentuhan Ringan
Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk membuat
hubungan menunjukkan penerimaan dan memberikan penghargaan.

4. Intervensi tubuh dan pikiran


Menggunakan berbagai tehnik yang di buat untuk meningkatkan kapasitas
pikiran untuk mempengaruhi tubuh.
a. Terapi Seni
Menggunakan seni untuk mendamaikan konflik emosional, meningkatkan
kewaspadaan diri dan mengungkapkan masalah yang tidak di katakan dan
didasari klien penyakit mereka.
b. Umpan balik biologis
Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual dan suara
tentang fungsi fisiologis otonomi tubuh.

5. Intervensi tubuh-pikiran
Menggunakan berbagai tehnik yng dibuat untuk meningkatkan kapasitas
pikiran guna mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.
a. Terapi Dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan ekspresi
langsung dari pikiran dan tubuh.
b. Terapi Pernafasan
Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi, memperkuat
atau membuka jalur emosional.

34
c. Imajinasi Terbimbing
Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan berkonsentrasi
pada imajinasi atau serangkaian gambar.
d. Meditasi
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan menenangkan
pikiran menggunakan ritme pernafasan yang berfokus.
e. Terapi Musik
Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis,
kogniti dan sosial individu yang menderita cacat dan peny.
f. Usaha Pemulihan (doa)
Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya yang
menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta atau empati dengan target doa.
g. Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik psikologi
h. Yoga
Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan dan
kesadaran tubuh.

6. Terapi Energi
Melibatkan penggunaan medan energi
a. Terapi Reiki
Terapi yang berasal dari praktik budha kuno di mana praktisi menempatkan
tangannya pada atau diatas bagian tubuh dan memindahkan keharmonisan
dan keseimbangan untuk mengobati gangguan kesehatan.
b. Sentuhan Terapiutik
Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi atau praktisi dalam
suatu cara yang disengaja tidak semua pasien.

35
BAB V
PEMBAHASAN

PENGALAMAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN PENGOBATAN


ALTERNATIF PADA ANAK YANG MENDERITA KANKER DI
JAKARTA
Pengobatan alternatif saat ini menjadi popular sebagai terapi yang diyakini
dapat membantu mengobati kanker.
Metode: Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mengidentifi kasi
pengalaman orang tua dalam penggunaan pengobatan alternatif pada anak yang
menderita kanker. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam
terhadap delapan orang tua dan dianalisis dengan metode Colaizzi. Tema pada
penelitian ini adalah dampak penyakit pada anak, upaya yang dilakukan orang tua,
gambaran penggunaan pengobatan alternatif, efek pengobatan alternatif pada
anak, makna penggunaan pengobatan alternatif dan harapan orang tua.
Hasil: Tidak ada perubahan dan adanya efek jera dalam penggunaan
pengobatan alternatif merupakan hal baru yang teridentifi kasi dalam penelitian
ini.
Pembahasan: Diharapkan tenaga kesehatan profesional dapat menyadari
tentang penggunaan pengobatan alternatif pada anak dan memberikan informasi
yang adekuat kepada orang tua tentang keefektifan dan efek merugikan dari
pengobatan alternatif. Pengobatan komplementer dan alternatif pada saat ini
menjadi popular pada anak dengan kanker. Pada umumnya atau sekitar 40–77%
orang tua menggunakan satu atau lebih jenis pengobatan komplementer dan
alternatif di Western Turkey, di mana penggunaan herbal merupakan metode yang
paling banyak digunakan (Gozum, Arikan, & Buyukavci, 2007; Karadeniz et al.,
2007; Genc et al., 2009).
Penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif dapat memberikan
perspektif yang berbeda di antara beberapa orangtua. Penelitian yang dilakukan
oleh Fletcher dan Clarke tahun 2004 mengidentifi kasi beberapa tema yaitu
adalah:

36
1) orangtua tidak mendukung penggunaan pengobatan komplementer dan
alternatif pada anak kanker;
2) orangtua mendukung penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif
pada anak kanker;
3) bahwa dokter juga memberikan pandangan tentang penggunaan pengobatan
komplementer dan alternatif pada anak kanker.

Pengobatan alternatif seperti dijelaskan di atas dimaksudkan sebagai


pengobatan pengganti atau alternatif dari pengobatan medis yang sudah ada atau
penggunaannya pada anak diberikan tanpa pengobatan medis. Hal ini harus
dievaluasi oleh tenaga kesehatan karena saat ini belum ada standar dari kualitas
produk pengobatan alternatif di Indonesia. Beberapa produk yang ada belum
diketahui secara bermakna keamanan dan ke efektifannya terhadap penderita
kanker, karena belum banyak diteliti secara ilmiah. Menggali informasi dari orang
tua atau care giver tentang perawatan pada anak yang menderita kanker terutama
pengalaman menggunakan pengobatan alternatif pada anak merupakan hal yang
penting untuk mengidentifi kasi dan merencanakan asuhan keperawatan yang
dibutuhkan oleh keluarga dan anak dengan kanker.
Menggunakan pengobatan alternative sebagai terapi pendukung pada saat
anak menjalani kemoterapi juga dilakukan oleh orang tua. Hal ini diyakini orang
tua dapat membantu mempertahankan kestabilan fisik anak selama menjalani
kemoterapi. Dalampenelitian Fletcher dan Clarke (2004), orang tua yang setuju
dengan penggunaan pengobatan komplementer dan alternative pada anak juga
memberikan berbagai bentuk terapi pendukung pada anak mereka selama
menjalani kemoterapi seperti vitamin, suplemen diet dan herbal.
Metode pengobatan alternatif yang banyak digunakan adalah terapi yang
bersifat biologis, manipulasi pada tubuh, pengobatan pada tubuh dan pikiran dan
terapi energi. NCCAM (2007) mengklasifi kasikan pengobatan komplementer dan
alternatif sebagai berikut: system pengobatan alternatif (Alternative medicine
systems), intervensi tubuh dan fi kiran (Mindbody interventions), terapi biologis
(Biologic based therapy), Metode manipulasi tubuh (Manipulative-bodybased
therapy) dan terapi energi. Penggunaan pengobatan alternative diasumsikan oleh

37
penggunanya sebagai bentuk terapi dengan biaya yang lebih murah dibandingkan
dengan pengobatan medis (Debas, Laxminarayan, & Straus, 2006).
Tujuan pengobatan alternatif pada anak menurut orang tua adalah untuk
membantu mengobati atau melawan kanker pada anak, mengurangi gejala akibat
penyakit dan efek samping obat dan sebagai dukungan pada saat menjalani terapi
medis (Genc, et al., 2009; Bishop et al., 2010; Masky & Wallerstedt, 2006),
membersihkan darah (Genc, et al., 2009), meningkatkan kenyamanan fi sik dan
psikologis pasien serta ketenangan diakhir kehidupan (Masky & Wallerstedt,
2006).

38
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
- Akut Leukimia limpositik akut adalah suatu keganasan pada alat pembuat
sel darah berupa poliferasi patologis sel hemopeotik muda yang ditandai
oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal
dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lainnya (Arif Mansjoer, 2000: 495).
- Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
- Hipnoterapi merupakan salah satu jenis Terapi Komplementer Mind Body
Intervention dimana terapi ini merupakan pendayagunaan kapasitas pikiran
untuk mengoptimalkan fungsi tubuh. Fokus terapi ini adalah menciptakan
keseimbangan antara pikiran, emosi, dan pernapasan. Hipnoterapi
menggunakan sugesti atau pengaruh kata - kata yang disampaikan dengan
teknik - teknik tertentu. Satu-satunya kekuatan dalam hipnoterapi adalah
komunikasi
- Mengenai Terapi Herbal, beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat
akhir-akhir ini adalah kecenderungan kembali ke alam. Banyaknya pilihan
tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya pengobatan kanker secara
konvensional, ketidak-berhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam
pengobatan kanker dalam kedokteran konvensional, serta adanya kasus
kanker yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat mendorong makin
banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara lain dengan
tanaman obat sebagai cara pengobatan kanker
- Orang tua menggunakan satu atau lebih jenis pengobatan alternatif pada
anak. Jenis yang paling populer digunakan adalah terapi biologi yang
menggunakan bahan alamiah sebagai obat. Salah satu factor yang penting

39
dan menjadi alasan dalam pemilihan pengobatan alternatif pada anak adalah
karena faktor ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan. Pada umumnya
orang tua mengungkapkan bahwa tidak ada perubahan yang dialami anak
selama menjalani pengobatan alternatif. Namun, jenis pengobatan alternatif
tertentu seperti pijat dan intervensi pada tubuh dan pikiran berupa
pengobatan megisoreligius (prayer) dapat memberikan manfaat baik pada
fisik maupun psikologis anak. Diharapkan tenaga perawat profesional dapat
mengaplikasikan teori keperawatan Culture care theory of diversity and
universality, terutama dalam hal penggunaan terapi komplementer pada
pasien anak yang menderita kanker berdasarkan pada evidence based
practice. diinginkan oleh pasien dari pemberi pelayanan kesehatan.

B. Saran
- Diharapkan kepada perawat supaya dapat bekerja dan melakukan segala
tindakan keperawatan yang baik dan benar terutama dalam merawat pasien
leukemia, perawat dituntut kecakapannya dalam melakukan proses perawat
dan pegobatannya.
- perawat dapat menggunakan pendekatan transcultural nursing dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Perawat dapat memperoleh informasi agar dapat menentukan
jenis perawatan yang diinginkan oleh pasien dari pemberi pelayanan kesehatan.
- Diharapkan kepada keluarga supaya ada kerja sama yang baik dalam melaksanakan
perawatan leukemia, setiap pasien yang mengalami penyakit leukemia
- Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi
pembaca pada umumnya. Dan penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan
untuk menyempurnakan makalah ini.

40
DAFTAR PUSTAKA

A., L. M. Wilson. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC, 271-284.


American Cancer Society. 2010. Cancer Statistic 2010. Atlanta, GA: American
Cancer Society. hal. 3
Anonim. 2011. Berita Ilmiah. Diakses pada tanggal 23 Maret 2015, pukul 12.00
WIB.
Apantaku, L.M. 2002. Breast-conserving surgery for breast cancer. American
Family Physician. 66 (12): 2271-2278.
Archer, M. C. 1992. Chemical carcinogenesis. In: Tannock JF, Hill RP, editors.
Baldy, C. M. 2006. Gangguan Sel Darah Putih dan Sel Plasma. Dalam: Price, S.
Ball, J.W., & Bindler, R.C. 2003. Pediatric of nursing: Caring for children. New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Bishop, F.L., Prescott, P., Chan, Y.K., Saville,J., von Elm, E., & Lewith, G.T.
2010. Prevalence of complementary medicine use in pediatric cancer: A
systematic review. Pediatrics, 125, p. 768–776.
Chen, L.L., Huang, L.C., Lin, S.C., Smith, M.,& Liu, S.J. 2009. Use of folk
remedies among familes of children hospitalized in Taiwan. Journal of
Clinical Nursing, 18, p. 2162–2179.
http://dp2m.umm.ac.id/id/berita-ilmiah-umm-5-vaksin-pemblokir-kokainkadar-
tinggi-pada-mencit.html
http://www.academia.edu/31990469/TUGAS_TERAPI_KOMPLEMENTER_PE
NGARUH_TERAPI_AKUPRESUR_UNTUK_MENGATASI_MUAL_MU
NTAH_AKIBAT_KEMOTERAPI_PADA_PASIEN_KANKER_KELOMP
OK_6.
http://www.dirgaherdiantaputra.50megs.com/custom4.html.
https://media.neliti.com/media/publications/105468-ID-jamu-pada-pasien-
tumorkanker-sebagai-ter.pdf.

41
Mardiatu. Pengaruh Akupresu Dalam Meminimalisir Disminore Primer Pada
Remaja Putri Di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram
Tahun 2013
The basic science of oncology. 2nd ed. New York: Mc Graw-Hill, Inc. p. 102-17.

42

Anda mungkin juga menyukai