DI SUSUN OLEH :
Makalah ini masih jauh sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan
baik dari segi materi maupun teknik penulisan.
Kata Pengantar.......................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan
1. Latar Belakang..............................................................................1
2. RumusanMasalah.........................................................................3
3. Tujuan...........................................................................................3
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan...................................................................................23
B. Saran.............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu kemajuan utama dalam perawatan kesehatan
modern adalah perbaikan perawatan akhir hayat pada pasien yang
mengalami penyakit terminal. Sebagian besar pasien terminal akan
sangat menderita, penderitaan berupa fisik, mental dan atau
spiritual(Kemp, 2009). Selain kegiatan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif, pasiendengan penyakit yang sulit disembuhkan
seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru
obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/
heartfailure, penyakit genetika, dan HIV/AIDS juga memerlukan
perawatan paliatif (Supari,2007).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan
keluarga dalam menghadapi penyakit danmengancam jiwa, dengan
cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasidini,
pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta
masalah lainnya baikfisik, psikologis, sosial atau spiritual (WHO,
2016). Menurut Ketua Masyarakat PaliatifIndonesia (MPI) Drajad
Ryanto Suardi dalam seminar yang bertema Sharing the
care(Peduli perawatan paliatif untuk sesama), jumlah pasien yang
memerlukan perawatan paliatif meningkat, seiring dengan
meningkatnya usia harapan hidup, disamping pasienkanker, jumlah
penyakit motor neuron dan penyakit saraf serta pasien HIV-ADIS
jugameningkat. Dari pasien yang rawat inap di RSCM pada 2009,
terdapat 65% pasien paliatif, yang 60% pasien neurologi, lebih 60%
pasien ODHA dalam stadium lanjut(Hendry, 2010).
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan.
Terapi religious sangat penting dalam memberikan palliative care.
Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama,menimbulkan
masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing-masing
agamasangat membantu dalam mengembangkan palliative care.
Terkadang palliative carespiritual sering disamakan dengan terapi
paliatif religious. Palliative care spiritual bisaditujukan kepada
pasien yang banyak meyakini akan adanya Tuhan tanpa
mengalami
ritual suatu agama dan bisa juga sebagai terapinreligius dimana
selain meyakini ritualagama memiliki tata cara beribadah dalam
suatu agama.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan
masyarakat adalah perilakukesehatan masyarakat itu sendiri.
Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhioleh beberapa
faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor
tersebut telahtertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan
kegiatan masyarakat adakecenderungan untuk merubah perilaku
yang telah terbentuk tersebut sulit untukdilakukan. Untuk itu,
mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan
pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya
suatu daerah. Sehinggadalam kajian sosial budaya tentang
perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajatkesehatan yang
setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluargadalam menghadapi masalh yang berhububgan dengan
penyakit yang mengancamkehidupan.
Kebutuhan akan perawatan paliatif tidak dapat dihindari
sehubungan dengan makinmeningkatnya jumlah pasien kanker.
Dengan sudah dituangkannya program pelayanan paliatif ke dalam
Sistem Kesehatan Nasional perawatan paliatif kini menjadi bagian
daritata laksana penyakit kanker di Indonesia yang perlu terus
dikembangkan. Dalammakalah ini, penulis akan membahas asuhan
keperawatan paliatif dalam perspektifagama, spiritual budaya dan
sosial.
2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi perawatan paliatif?
2. Apa saja masalah keperawatan pada pasien paliatif?
3. Bagaimana tahapan penerimaan pasien paliatif?
4. Bagaimana peran perawat paliatif?
5. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
dengan masalahkeperawatan dalam perspektif agama, spiritual
budaya dan sosial?
3. Tujuan
1. Menjelaskan definisi perawatan paliatif2.
2. Menjelaskan masalah keperawatan pada pasien paliatif3.
3. Menjelaskan tahapan penerimaan pasien paliatif4.
4. Menjelaskan peran perawat paliatif5.
5. Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
dengan masalahkeperawatan dalam perspektif agama, spiritual
budaya dan sosial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Masalah Fisik
b. Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif
adalahkecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan
ialah diagnosa penyakityang membuat pasien takut sehingga
menyebabkan kecemasan bagi pasien maupunkeluarga
(Misgiyanto & Susilawati, 2014).Durand dan Barlow (2006)
mengatakan kecemasan adalah keadaan suasanahati yang
ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmani
dimanaseseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya
atau kemalangan di masayang akan datang dengan perasaan
khawatir. Menurut Carpenito (2000) kecemasanmerupakan
keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang
sulit(ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon
terhadapketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik. NANDA
(2015) menyatakan bahwakecemasan adalah perasaan tidak
nyaman atau kekhawatiran yang diseratai olehrespon otonom,
perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya.
Halini merupakan tanda waspada yang member tanda individu
akan adanya bahaya danmampukah individu tersebut
mengatasinya.
c. Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering
muncul pada pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres
spiritual dapat terjadi karena diagnose penyakit kronis, nyeri,
gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan
sertaketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan
yang mana biasanyadapat dilakukan secara mandiri. Distres
spiritual adalah kerusakan kemampuandalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan
diri,orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang
lebih besr dari dirinya(Hamid, 2008).Definisi lain mengatakan
bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang
meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis
dan psikososial (Keliat dkk, 2011).
d. Masalah Sosial
Penilaian budaya
PEMBAHASAN KASUS
A.Role Play
Perawat B : Ibu bapak saya akan memandikan anak bapak dan ibu
pagi ini
Perawat B : Tenang saja bu, ada perawat A yang akan menjaga an.A
Perawat B : Begini ibu,bapak saya harap bapak ibu bisa tenang dulu
ya,ibu bapak anak. Ibu dan bapak ini sudah kurang lebih 1 bulan di rawat
di ruang ICU ini, sudah banyak tindakan kedokterandan keperawatan
yang sudah kami berikan. Namun maaf saya harus menyampaikan
informasi yang pastinya akanmenyakitkan bagi bapak dan ibu yaitu bahwa
selama perawatan ini baik dari anak bapak ibu semakin hari keadaannya
semakin menurun.
Perawat B : Iya sama-sama ibu bapak. Baiklah hanya ini yang dapat
saya sampaikan, sekali lagi saya berharap keluarga dapat sabar dankuat
menerimanya. Jangan lupa untuk terus selalu berdoa untuk kebaikan an.A
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-
anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa
sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,dan
penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik,
psikologis, sosialatau spiritual. Komunikasi merupakan proses
yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik
dengan klien dalam membantu memenuhi kebutuhan kesehatan
klien, maupun dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka
membantu mengatasi masalah klien. Inti dari perawatan paliatif
adalah kemampuan komunikasi yang baik, kemampuan
mendengarkan yang baik,dan kesiapan dari perawat ataupun
pasien untuk melakukan komunikasi.Perawat dalam melakukan
komunikasi paliatif harus memperhatikan kondisi pasien agar
pesan dapat tersampaikan dengan baik.
B. SARAN
Perawat dalam melakukan komunikasi paliatif harus
memperhatikan prinsip komunikasi dalam perawatan paliatif
sesuai dengan kondisi pasienagar pesan dapat tersampaikan
dengan baik dan komunikasi dapat berjalandua arah.
DAFTAR PUSTAKA
Dobríková, P., Macková, J., Pavelek, L., AlTurabi, L., Miller, A., & West, D.
(2016). The effect of social and existential aspects during end of life care.
Nursing and Palliative Care, 1(3),47-51.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti :
Bandung.