Oleh :
Melki Suprianto
NIM : B0218010
Tahun 2019
A. Tinjauan Agama Kristen tentang Perawatan paliatif
Tindakan perawatan paliatif juga diajarkan oleh Tuhan sendiri dalam perikop
ayat Orang Samaria Yang Baik Hati. Kisah ini menceritakan seorang yang menolong
dan merawat korban perampokan yang disiksa dan tikam, meskipun ia berbeda agama
tapi ia menolong dan merawatnya dengan ikhlas.
Bagi orang Kristen, kematian bukan menjadi akhir dari sebuah kehidupan,
akan tetapi merupakan awal yang baru dan bukan sesuatu yang harus ditakuti.
Kematian adalah berpindahnya sebuah kehidupan sementara menuju kehidupan yang
kekal yang jauh lebih sempurna. Kematian bagi orang yang percaya merupakan
pelepasan dari semua kesulitan yang ada didunia dan dari jasmani untuk menuju ke
kehidupan yang kekal dan mulia disurga. Kematian juga diartikan sebuah perhentian
dari penderitaan dan pekerjaan yang dilakukan didunia. Kematian merupakan
kepergian manusia untuk tinggal bersama orang percaya yang terdahulu sudah mati
dan menjadi pintu masuk kehadapan Allah yang hidup. Sehingga dari pandangan ini,
rohaniawan Kristen yang mendampingi masa paliatif dan ajal seseorang selalu
mengajarkan untuk bersyukur atas waktu yang Tuhan berikan sehingga ia bisa
menikmati kehidupan didunia dan selalu mengajarkan untuk tidak takut menghadapi
kematian sebab kematian bukan akhir dari segalanya melainkan kehidupan baru
menuju surga yang kekal.
Perawat dari segi rohani Kristen adalah suatu panggilan untuk menolong
sesame sebagai insan ciptaan yang maha kuasa, panggilan sebagai seorang perawat
terlepas dari menolong dari sisi fisik tetapi ada hal yang tak kala penting yaitu
bagaimana perawat sebagai beban pengabdian yang tidak melupakan sisi psikologis
dan bahkan rohani spiritual Kristen untuk memberikan dukungan spiritual, sehingga
pasien paliatif betul-betul merasakan asuhan keperawatan dengan dasar kasih Yesus
untuk memperoleh pemulihan iman dan yakin bahwa ada kuasa yang dahsyat dibalik
semua situasi yang dialami melalui jamahan rohani Kristen melalui perawat.
Untuk meringankan rasa sakit dan stress pasien paliatif, pasien akan diajak
doa bersama, menenangkan rohaninya dengan menyanyikan lagu-lagu rohani,
membaca atau memperdengarkan ayat-ayat Alkitab, dan mengucapkan pengakuan
Iman.
Iman Kristen secara tegas menolak euthanasia entah itu suntik mati atau
bunuh diri berbantuan. Alasannya adalah Tuhanlah yang memberikan nafas
kehidupan manusia (Kitab Kejadian 2:7), maka Tuhan jugalah yang berhak
memanggilnya kembali. Hidup dan mati adalah hak prerogatif Tuhan sebagai sang
Khalik. Alasan-alasan seperti rasa kasihan melihat penderitaan pasien, alas an
ekonomi, atau kerepotan mengurus pasien, adalah tidak bisa mengambil hak Tuhan
atas kehidupan dan kematian seseorang.
Manusia diberi anugerah oleh Tuhan untuk melangsungkan kehidupannya,
akan tetapi juga untuk memenuhi kematiannya. Kita sebagai sesame manusia harus
merawatnya dengan baik sampai ia mati.
Jika terdengar kabar bahwa ada anggota masyarakat yang mengalami paliatif,
maka keluarga besar, teman sekampung atau kerabat ataupun kenalan akan datang
menjenguk dan kebanyakan membawa beras dan uang sebagai bentuk persaudaraan
dan rasa ingin membantu. Mereka membezuk di rumah sakit atau di kediaman orang
yang mengalami paliatif.
Jika ada yang mengalami kematian, maka akan diadakan upacara kematian
yang disebut dengan “Rambu Tuka’”. Upacaranya berbeda-beda tergantung kasta
atau status sosial seseorang. Masyarakat biasa berlangsung selama 2 hari, namun bisa
lebih dari itu asalkan ia memotong kerbau. Bagi keturunan adat, tomakaka, indona
litak, atau parengnge biasanya diadakan upacara “Allun” diupacarakan selama
setahun dan harus memotong kerbau sampai puluhan bahkan ratusan serta
membunyikan gendang dan padaling/gong.