Anda di halaman 1dari 4

PANDANGAN KRISTEN TENTANG PENERAPAN BAYI TABUNG

A. Melanggar Hukum ke-6 (Jangan Membunuh)

Masalah utama di dalam bayi tabung dari perspektif Kristen adalah berhubungan
dengan embrio-embrio “yang terbuang” Sebagian besar metode-metode dalam teknologi
reproduksi memaksa untuk mengorbankan banyak embrio guna mendapatkan satu embrio yang
lebih unggul dan dapat bertahan hidup. Dengan kata lain, kita 5
sengaja menyebabkan kematian banyak manusia. Menurut Moreland dan Rae (2000, hal 270),
zigot, embrio, janin, bayi yang baru lahir, anak-anak, dan orang dewasa semua adalah
pribadi. Di dalam Evangelium Vitae, Paus John Paul II memaparkan bahwa kehidupan dimulai
sejak sel telur dibuahi (Peters, 1996, hal 51). Pilihan untuk mengikuti proses bayi tabung secara
etika dan moral maupun iman kristen adalah pilihan salah. Geisler (2007, hal 220), dalam
bukunya yang berjudul Etika Kristen, mengemukakan bagaimana pandangan Kristen
terhadap biomedis. Pandangan tersebut antara lain:
1. Ada pencipta

2. Manusia secara khusus diciptakan

3. Allah berdaulat atas ciptaan

4. Prinsip kekudusan hidup

5. Tujuan tidak membenarkan alat


Alkitab dengan jelas berkata bahwa kita tidak berdaulat atas hidup kita sendiri. “Tuhan yang memberi,
Tuhan juga yang mengambil” (Ayub 1:21). Selain itu juga, Allah berkata kepada Musa, “Akulah yang
mematikan dan Akulah yang menghidupkan” (Ulangan 32:39). Allah yang menciptakan kehidupan
(Kejadian 1: 21,27) dan dia sendirilah yang menopangnya (Kis 17:28). Karena itu kita tidak mempunyai
hak untuk mengambil hidup yang tidak bersalah (Kej 9:6, Kel 20:13). Segala sesuatu dalam hidup ini
adalah atas kuasa Tuhan. Dengan demikian jelas bahwa bukan manusia yang berkuasa untuk
menciptakan kehidupan. Bayi tabung merupakan kegiatan yang melanggar ketetapan Allah karena
manusia berusaha menciptakan kehidupan.

pertanyaan: Apa pandangan Kristen mengenai kloning?

Jawaban: Sekalipun Alkitab tidak secara khusus membicarakan topik mengenai kloning
manusia, ada prinsip-prinsip Alkitab yang dapat dijadikan pegangan.
Kloning membutuhkan sel-sel DNA dan embrio untuk bisa terjadi. Pertama-tama, DNA
dikeluarkan dari inti sel makhluk itu. Materi itu, yang mengandung kode informasi genetik,
kemudian ditempatkan di dalam inti sel embrio. DNA dari sel yang menerima informasi
genetik yang baru harus disingkirkan supaya bisa menerima DNA baru.

Kalau sel menerima DNA baru, maka embrio duplikat akan terbentuk. Namun sel embrio bisa
saja menolak DNA baru dan kemudian mati. Juga, sangat mungkin bahwa embrio itu tidak
dapat bertahan hidup setelah informasi genetik yang asli dikeluarkan dari intinya.

Dalam banyak kasus, ketika kloning diupayakan, beberapa embrio digunakan sekaligus untuk
meningkatkan peluang keberhasilan penanaman materi genetik yang baru.

Sekalipun, mungkin saja untuk makhluk duplikat diciptakan dengan cara semacam ini
(misalnya domba Dolly), kemungkinan keberhasilan menduplikasikan satu makhluk hidup
tanpa variasi dan komplikasi, amat sangat kecil peluangnya.

Pandangan Kristen mengenai proses kloning manusia dapat ditelaah dalam terang beberapa
prinsip Alkitab.

Pertama, umat manusia diciptakan dalam rupa Allah, dan karena itu, bersifat unik. Kejadian
1:26-27 menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam rupa dan gambar Allah, karena itu
bersifat unik dibandingan ciptaan-ciptaan lainnya. Jelas, bahwa itu adalah sesuatu yang perlu
dihargai dan tidak diperlakukan seperti komoditas yang dijual atau diperdagangkan.

Sebagian orang mempromosikan kloning manusia dengan tujuan menciptakan organ pengganti
bagi orang-orang yang membutuhkan pengcangkokan namun tidak dapat menemukan donor
yang cocok.

Pemikirannya, dengan mengambil DNA sendiri dan menciptakan organ duplikat yang terdiri
dari DNA itu akan mengurangi kemungkinan penolakan terhadap organ itu. Walaupun
pemikiran ini bisa saja benar, tindakan seperti ini amat merendahkan kehidupan manusia.

Proses kloning menuntut penggunaan embrio manusia; walaupun sel dapat dihasilkan untuk
membuat organ yang baru, untuk mendapatkan DNA yang diperlukan, beberapa embrio harus
dimatikan.

Pada hakikatnya, kloning akan “membuang” banyak embrio manusia sebagai “barang
sampah,” meniadakan kesempatan untuk embrio-embrio itu bertumbuh dewasa.

Mengenai apakah kloning memiliki jiwa, kita lihat kembali pada penciptaan hidup. Kejadian
2:7 mengatakan, “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk
yang hidup.”
Inilah gambaran Allah menciptakan jiwa manusia. Jiwa adalah siapa kita, bukan apa yang kita
miliki (1 Korintus 15:45).

Pertanyaannya, jiwa seperti apa yang diciptakan oleh teknologi kloning? Ini bukanlah
pertanyaan yang dapat kita jawab saat ini. Banyak orang percaya bahwa hidup tidak dimulai
pada saat pembuahan ketika terbentuknya embrio, dan karena itu embrio belum betul-betul
manusia. Alkitab mengajarkan hal yang berbeda.

Mazmur 139:13-16 menyatakan, “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,


menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku
dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi,
dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal
anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada
satupun dari padanya.”

Penulis, Daud, menyatakan bahwa dia dikenal secara pribadi oleh Allah sebelum dia
dilahirkan. Berarti, pada saat pembuahannya, dia sudah menjadi manusia dengan masa
depan, dan Allah mengenal Dia dengan dekat.

Selanjutnya, Yesaya 49:1-5 berbicara mengenai Allah memanggil Yesaya untuk melayani
sebagai nabi ketika dia masih berada dalam kandungan ibu. Yohanes Pembaptis juga dipenuhi
dengan Roh Kudus ketika dia masih berada dalam kandungan (Lukas 1:15).

Semua ini menunjuk pendirian Alkitab bahwa hidup dimulai pada saat pembuahan. Dalam
kebenaran ini, kloning manusia, bersama dengan dirusaknya embrio manusia, tidaklah sejalan
dengan pandangan Alkitab mengenai hidup manusia.

Lebih dari itu, kalau manusia diciptakan, tentulah ada Sang Pencipta, dan karena itu manusia
tunduk dan bertanggung jawab kepada Sang Pencipta itu. Sekalipun pandangan umum –
pandangan psikologi sekuler dan humanistik – mengajarkan orang untuk percaya bahwa
manusia tidak bertanggung jawab kepada siapapun kecuali dirinya sendiri, dan manusia itu
otoritas tertinggi, Alkitab mengajarkan hal yang berbeda.

Alkitab mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia, dan memberi manusia tanggung
jawab atas bumi ini (Kejadian 1:28-29 dan Kejadian 9:1-2). Dengan tanggung jawab ini, ada
pertanggungjawaban kepada Allah.

Manusia bukan penguasa tertinggi atas dirinya dan karena itu dia tidak dalam posisi membuat
keputusan sendiri mengenai nilai hidup manusia. Ilmu pengetahuan juga bukan otoritas yang
menentukan etis tidaknya kloning manusia, aborsi, atau eutanasia.

Menurut Alkitab, Allah itu satu-satuNya yang memiliki hak kedaulatan mutlak atas hidup
manusia. Berusaha mengontrol hal-hal seperti ini sama juga dengan usaha menempatkan diri
pada posisi Allah. Jelas, manusia tidak boleh melakukan hal demikian.

Kalau kita melihat manusia semata-mata sebagai salah satu ciptaan dan bukan sebagai
ciptaan yang unik, walau manusia itu memang ciptaan yang unik, maka tidak sulit untuk
melihat manusia tidak lebih dari peralatan yang perlu dirawat dan diperbaiki.

Namun, kita bukanlah sekedar kumpulan molekul dan unsur-unsur kimia. Alkitab dengan jelas
mengajarkan bahwa Allah menciptakan setiap manusia dan memiliki rencana khusus terhadap
setiap manusia.

Apalagi, Dia menginginkan hubungan pribadi dengan setiap manusia, melalui Anak-Nya, Yesus
Kristus. Sekalipun, ada aspek-aspek kloning manusia yang mungkin bermanfaat, umat manusia
tidak punya kontrol terhadap arah perkembangan teknologi kloning.

Keliru kalau beranggapan bahwa niat baik bisa mengontrol penggunaan kloning secara
bertanggungjawab. Manusia tidak dalam posisi menjalankan tanggung jawab atau memberi
penilaian mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatur kloning manusia.

Anda mungkin juga menyukai