Anda di halaman 1dari 16

Laporan Bacaan Sejarah Gereja Asia

Nama : Muliadi Suprianto Manik

Tingkat : II ( Dua )

Mata Kuliah : Sejarah Gereja Asia

Dosen Pengampu : Tabita Br Sembiring

Judul Buku : Sejarah Gereja Asia

Penulis : Dr. Anne Ruck

Penerbit : BPK Gunung Mulia

Tahun Terbit : 2011

Kota Terbit : Jakarta

Tebal Buku : 387 hal

ISBN : 978-979-415-963-7

Kekristenan lahir di tempat antara Timur dan Barat, yakni Yerusalem. Dari segi
geografis kota Yerusalem terletak diwilayah Asia Barat, tetapi dari segi polotis
merupakan ibukota suatu propinsi kekaisaran Romawi yang berorientasi ke arah Eropa.
Dari sinilah Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya menjadi saksi ke Yudea,
Samaria, sampai ke ujung bumi.  Masa pertama Gereja di Asia (sampai tahun 1500),
menguraikan perluasan kekristenan pertama ke arah Timur, ke wilayah Timur Tengah,
India dan sampai ke Cina. Orang Kristen Asia adalah orang yang pertama sekali
memakai gedung gereja sebagai tempat beribadah dan yang pertama menerjemahkan
Alkitab. Raja Kristen pertama adalah orang Asia.

Bagian Barat mengabarkan Injil di Asia (1500-1945), menguraikan sejarah gereja Asia
pada zaman misi Gereja Barat. Periode tersebut merupakan periode yang paling kaya
dari segi sumber-sumber historis, baik sumber primer maupun buku-buku dan lain-lain.
Di Asia kekristenan menghadapi agama-agama dan kebudayaan kuat, yang sulit
dimasuki Injil. Kesulitannya menimbulkan beberapa pertikaian, misalnya mengenai isu
tentang kasta, upacara menghormati nenek moyang dan lain-lain. Penginjilan diarahkan
pada golongaan masyarakat yang dianggap strategis. Berbeda dengan misi katolik, misi
Protestan mengutamakan penerjemahan Alkitab sebagai langkah pertama pekabaran
Injil. Gereja protestan menekankan Firman Tuhan (sola scriptura), ditambah lagi
tersedianya Alkitab dalam bahasa setempat, memungkinkan gereja membentuk teologi
kontekstual, tanpa bergantung terus pada hasil penafsiran orang-orang Barat.

            Tujuan misi Protestan adalah menanam serta mendidik gereja-gereja bumi putra
mandiri. Beberapa gereja di Asia, terutama di Korea dan jepang, dengan cepat mencapai
kemandirian ekonomi, sedangkan di negara lain gereja tetap bergantung pada dana dari
luar. Orang Kristen setempat dipersiapkan jawab atau kekuasaannya. Perang Dunia II
secara dratis menghentikan “masa remaja” gereja Asia, sehingga dipaksa untuk
mencapai kemandirian. Kekristenan Asia pada periode 1945-90, menguraikan sejarah
gereja-gereja dalam usaha mencapai kemandirian, serta mengembangkan kekristenan
bergaya Asia abad ke-20.

Bagian I: Masa Pertama Gereja Asia

Anthiokia, ibukota propinsi asia, kota ketiga dalam kekaisaran Romawi, menjadi pusat
penginjilan kepada orang-orang bukan yahudi. Di kota inilah para pengikut Yesus untuk
pertama kalinya di sebut “ Kristen “. Gereja anthiokia menjadi gereja pengutus bagi
perjalanan paulus adab barnabas kepropinsi asia kecil ( turki ), gereja-gereja di tanam di
propinsi tersebut, terutama di efesus, tempay Yihanes mengkin wafat.

Dua Negara besar yang berkuasa atas daerah timur tengah pada abad pertama adalah
Roama dan Partia ( kemudian di sebut Persia ). Dalam kekaisaran Romawi ada beberapa
factor yang menolong penyebaran injil kea rah barat. Hukum dan tata Negara agama
Romawi menjamin stabilitas dan keamanan. Negara-negara berbagai agama, adat dan
bahsa di persatukan di bawah pemerintahan roma yang kuat, dengan satu perantara,
yaitu bahasa Yunani, dan datu kebudanyaan bersama yaitu kebudayaan romawi-
yunani,helenisme

Daerah-daerah di kawasan timur kurang stabil di bandingkan dengan kekaisaran


Romawi, lembah sungai efrat,daerah yang berbatasan dengan kekaisaran romawi,
tergoncang oleh peperangan anatara roma dan partia/Persia namun, system perhubungan
melalui jalur pedagangan ( jalan sutra ) dari siria ke lembah tigris –efarat ( irak,iran )
menuju ke cina, ataupun melalui arah perjalanan laut dari mesir ke Arabia dan India
sudah baik. Penyebaran injil nke asia mengikuti jalan-jalan perdagangan tersebut.

PERSIA

Kemudian gereja berkembang di Persia, namun tetap merupakan kelompok minoritas.


Agama Zoroaster ( agama Negara sesudah tahun 226 ). Mempunyai susunan
kepercayaan yang kuat dan hierarki magus-magus yang berkuasa melawan agama-
agama lain. Hubungan umat Kristen dengan saudara-saudara seiman di Negara-negara
lain menimbulkan kecurigaan, dengan akibat kebijakan pemerintah terhadap gereja
selalu di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah roma, dan oleh baik-buruknya hubungan
kekaisaran Persia dengan kekaisaran romawi.

Umat Kristen di Persia mengalami penganiayaan yang pasnag surut, tahun 339-379
merupakan penganiayaan. Penganiayaan kali ini samapi-sampai melemahkan gereja.
Meskipun demikian, gereja bertahan sampi akhirnya pada tahun 410 di beri status
minoritas resmi dalam Negara bukan- Kristen.

Gereja di asia mengembangkan suatu identitas yang kuat; dengan cirri-ciri teologi
bercorak Nestorian ; dengan penghargaan Tinggi terhadap hidup beraskese; dan
semangat besar untuk mengabarkan injil ke seluruh india.

Pekabaran Injil Di Cina

Dengan berdirinya dinasti T’ang dan adanya perlindungan kaisar T’aitsung terhadap
kekristenan membuka jalan bagi pekabaran injil di cina, gereja menghadapi dua
keprcayaan aatau panadangan hidup yang tertanam dalam pada kebudanyaan dan adat-
istiadat cina, yang masing-masing bertolak belakang dengan kekristenan, terutama
dengan kekristenan gaya Nestorian. Filsafat kong hucu, yang sangat berpengaruh di
golongan terpelajar dan di lingkungan istana, menghargai keluarga dan kebijakan
duniawi dan menganggap rendah hidup beraskese. Penganut-penganut agama budha,
yang kuat dan berpengaruh di desa-desa dan di anatara orang miskin menentang keras
kedatangan para rahib Nestorian bahkan menyerang biara-biara Kristen. Dengan
mencari jalan untuk menyampaikan kabar keselamatan dalam bentuk yang berarti dalam
konteks kebudayaan cina, iman Kristen hamper mendekati sinkretisme.

Gereja berkembang di cina, namun, sejumlah besar orang Kristen adalah pendatang.
Baik kaisar-kaisar dinasti ta’ng maupun kaisar-kaisar yuan ( monggol ). Bersikap
toleran terhadap kekristenan, tetapi tidak percaya dan tidak menjadi Kristen. Umat
Kristen terlalu bergantung pada perlindungan pemerintah, sehingga gereja melemah,
misalnya pada abad ke -8 gereja juga melemah. Pada saat penganiayaan terjadi,
misalnya tahun 845, gereja tidak dapat bertahan. Ketika penjajah monggol di usir dari
cina pada tahun 1368, gereja hamper lenyap.

Gereja dan Islam

perluasan agama islam yang cepat pada abad ke-7 merupakan tantangan besar bagi
kekristenan di Asia, bahkan yang terbesar dalam sejarah gereja di Arabia dan di afrika
Kristen nyaris iman musnah. Di siria dan di palestina gereja di biarkan sebagi minoritas
resmi dalam system “ dihimmi” peneyerbuan bangsa turki, bangsa yang sangat kejam
pada abad ke 11 menambahkan penganiayaan, sedangkan perang salib, dengan tujuan
membebaskan tanah suci, akhirnya membawa penderitaan dan memperburuk hubungan
Kristen-islam.

Penindasan social dan ekonomi di bawah pemerintahan islam melemahkan gereja.


Penderitaan umat Kristen mencapai puncak yang paling dahsyat dengan pembunuhan
besar-besaran oleh tentara tamerlan akibatnya gereja asia hamper hilang, kecuali di
siria, india selatan dan beberapa jemaat kecil yang terpencar-pencar di Asia.

Itulah secara singkat pada masa pertama gereja di Asia, pada bagian pertama yang
penulis tuliskan pada saat ini. Dan itulah yang terjadi pada saat itu. Dan tidak menutup
kemungkinan bahwa kejadian yang terjadi pada masa lampau terjadi juga pada saat ini.
Bagian II ( Gereja Barat Mengabarkan Injil Ke Asia )

Dan selanjutnya penulis akan membahas yang ke- 2 yaitu gereja bagian barat
mengabarkan injil di Asia. Itulah yang akan dibahas dalam penulisan laporan bacaan ini.
Zaman perluasan agama islam di merupakan zaman kemunduran bagi kekristenan di
asia. Gereja-gereja sebagi golongan minoritas di Negara-negara islam dengan susah
panyah mempertahnkan imannya.

Akan tetapi pada abad ke-15 mulailah zaman baru eropa, yang membawa
pembahruan kebudanyaan,kemajuan teknologi, dean pembahruan rohani. Dan misi-misi
yang yang di lakukan dalam pekabaran injill.

Misi katolik Roma

akibat system padroado, para pekabar injil katolik datang ke asia berdampingan
dengan penjajahan Portugal, fransiskus xaverius bersama tokoh-tokoh yesuit lain
mempelopori pengabdian penuh kasih serta metode pengajaran yang sederhana dan
pekabaran injil di seluruh dunia, baik di dalam maupun di luar wilayah jajahan Portugal
dan spanyol. Di jepang,cina,dan india misi yesuit menhadapi agama-agama asli yang
kuat. maka beruiadat cinsasaha memenagkan orang-orang terkemuka, pemimpin
masayarakat, dengan metode menyesuaikan imannya dengan kebudayaan Asia. Ordo-
ordo lain menuduh serikat yesus terlalu sinkretis.

Di jepang gereja cepat berkembang sebagi hasil pertobatan beberapa daimnyo, lalu
masa penganiaya dahsyat hamper melenyapkan gereja. Di cina, ricci, dan pengganti-
pengganti di senangi di ostana, tetapi akhirnya gereja di lemahkan oleh kontrovesi
menegnai upacara istiadat cina, dan penentangan-penentangan kaum budha.

Misi Protestan dan Berkembangnya Gereja Di India.

misi protestan masuk india bersama dengan Negara inggris, sehingga tidak terlepas
dari corak imperialism, meskipun pemerintah inggris bersikap netral terhadap agama.
William carey menetapkan asas-asas misi yang menjadi dasar bagi misi protestan :
penerjemahan Alkitab,penilitian mendalam,kebudayaan setempat, penginjilan luas dan
pembangunan gereja asli mendiri. Henry martyn member sumbangan penerjamahan
Alkitab dengan mutu ilmiah yang tinggi.

Para pekabar injil berselisih pendapat mengenai soal kasta. Alexsander duff
mendirikan sekolah-sekolah untuk orang india berkasta india berkasta tinggi. Dengan
hasil sebagian menjadi Kristen atau terpengaruh oleh pemikiran Kristen. Namun
pertumbuhan gereja yang utama terjadi dalam lingkungan kasta rendah. Orang Kristen
berkebangsaan india mempunyai peranan yang menentukan dalam gerakan pertobatan
missal : sedangkan para pekabar injil dari barat agak lambat menyambut gelombang
orang beralih agama masuk Kristen.

Pada abad ke- 20 pendidikan teologi di tingkatkan, mencullah beberapa tokoh Kristen
yang mengekspresikan spritualitas kristiani dalam bentuk kehidupan khas india,
misalnya sundar singh, atau dalam bnetuk teologi yang di arahkan pada konsep-konsep
pemikiran hindu.

Perkembangan Misi Protestan di Cina

Dengan menerjemahkan Alkitab dalam bahsa cina, robeert marison, meletakkan dasar
misi, protestan cina, pada abad ke- 19 cina., terpaksa membuka diri terhadap orang
asing. Dan terhadap orang asing dan terhadap perdagangan candu. Meskipun para
misionaris mencela agangan tersebut, mereka berbondong-bondong masuk cina
bersamaan dengan imperialisme. Keadaan mengakibatkan kekristenan di anggap
berkaitan erat dengan imperialism.

Hudson tylor dengan badan misinya CIM mengabarkan injil secara pribadi kepada
Yesus Kristus. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat cina, dan mendirikan
gereja asli cina, pada tahun 1905 kurang lebih sepersepuluh orang protestan cina telah
menjadi Kristen sebagai hasil pelayanan CIM, lain pihak tujuan timoty Richards adalah
adalah mendidik orang terkemuka, agar kebudayaan cina di resapi nilai-nilai Kristen,
sejumlah pemimpin pertama gerakan revolusi cina, adalah tamatan sekolah Kristen dab
alumni perguruan tinggi Kristen. Wangmidao memimpin gerakan cina yang bersifat
asli, yang bebas dari pengaruh barat dan tidak bergantung pada dukungan ekonomi barat
pada tahun 1949 kaum kominis menguasai seluruh cina.
Misi dan Perkembangan Gereja di Jepang

Pada abad ke 19 perjanjian-perjanjian perdaganga membuka jalan bagi pekabaram


injil di jepang orang jepang ingin memperoleh tegnologi dan pengetahuan barat,
sehingga semakin terbuka terhadap orang Kristen, bahkan pemerintah sendiri
mwngangkat orang Kristen sebagai pengajar di perguruan negeri. Dengan tagan-
tangannya banyak pastor Roma, umat Kristen tersembunyi yang merupakan keturunan
jemaat-jemaat yang pertama yang di injili yang pertama tiga ratus tahun sebelumnya,
berani menmpakkan diri meskipun dianaya, gereja roma katolik berkembang.
Nikolai,pendeta konsul rusia membangun gereja orthodox rusia di jepang.

Berkembangnya Gereja di Korea ( Misi )

Kekristenan lebih berhasil berkembang di korea dari pada di Negara-negara asia lain.
Agama animistis syamanisme kurang kuat menentang ajaran baru di bandingkan dengan
agama “ tinggi “ seperti agama Buddha, agama hindu, dan lain-lain. Gereja Katolik
masuk korea atas inisiatif orang korea sendiri sebelum masuknya penginjil dari barat.
Penjajahan jepang berdampak positif bagi perkembangan gereja, karena kekristenan
tidak di anggap berkaitan dengan imperialisme tetapi berkaitan dengan nasionalisme
korea, penerjamahan alkitab ke dalam bahasa korea sangat menentukan dalam
prosesperkembangan kekristenan di korea.

Pekabaran injil Amerika masuk korea pada tahun 1880 an, dengan memakai sarana
pendidikan dan pelayanan medis sebagai pembuka jalan, gereja presbiterian ,memakai
asas-asas nevias, yaitu perambatan sendiri, kepemimpinan sendiri,pembiayaan sendiri
dan pendidikan Alkitab/. Gereja tersebut mengaalami perkembangan yang paling besar
terutama dianatara masyarakat para petani yang kaya di korea utara, penginjilan pribadi
melaui jaringan keluarga memainkan pernan penting dalam pertumbuhan gereja.
Kebangunan Rohani di anatara tahun 1900 dan 1910 menguatkan gereja ; sedangkan
penganiayaan pada masa pendudukan pemerintah jepang di rasakan seperti api
pemurnian.

Adapun misi berekembang ke Myanmar dan Thailand kedua penduduk tersebut


menganut agama budhha dan hanya sebagian sedikit orang dsaja yang menganut agama
Kristen, dengan Burma yang di jajah inggris dan siam yang tetap memperthankan
kemerdekaannya. Dan gereja katolik juga berkembang gereja katolikpun berkembang
dianatara suku nsuku keren di Burma dan bangsa cina di siam. Dan misi Baptis Amerika
yang dipelopori Judson, dan berhasil manggapa suku-suku pegunungan, begitu juga
dengan misi gereja protestan.yang berhasil memenangkan suku- suku yang ada di sana
atau yang ada di siam.

Selain misi berkembang di manyar dan Tahiland, tetapi juga misi berekembang
sampai ke Malaya, singapure dan borneo,kebijakkan pragmatis pemerintah inggris
sangat mempengaruhi sejatah kekristenan di Malaya, borneo dan singapura, penginjilan
kepada bangsa melayu yang beragama islam di larang di semenanjung di Malaya dan
tidak di senangi di tempat lain. Tetapi ada seseorang yang berhasil untuk mengabarakan
injil yaitu Benjamin keasberry yang merupakan kekecualian ia tinggal tetap tinggal di
singapura untuk mengabarkan injil. Bagi orang melayu,

Dan yang terakhir dari pada misi poerkembangan gereja ke asia yang terkahir adalah
Filipina gereja katolik masuk Filipina bersamaan dengan penjajahan spanyol lalu
berkembang di bagian utara melalui metode: “reduksi” yaitu orang Filipina di
pindahkan dari desa terpencar ke kota-kota. Para rahib spanyol berperan sebagai tenaga
utama.

Bagian Ke III ( Kekristenan di Asia 1945-1990 )

Protestan dan Perkembangan Gereja di Cina.


Penulis memulai bab ini dengan memberikan sedikit gambaran tentang sejarah
perkembangan kekristenan sejak masa masuknya Gereja Nestorian dan Gereja Katolik
Roma di Cina. Menurutnya, perkembangan gereja mengalami pasang surut yang
diibaratkan seperti gelombang laut. Hal ini diakibatkan karena pengaruh filsafat Kong
Hu Cu dan Agama Budha yang telah mendarah-daging dalam kehidupan masyarakat
Cina. Belum lagi upaya Cina untuk menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing. Namun,
penulis berpendapat bahwa kekristenan tetap berkembang hingga mencapai jumlah
populasi ± 250.000 jiwa pada abad ke-19.
Penulis juga mencatat beberapa topik-topik penting yang berhubungan dengan tokoh-
tokoh penting yang mengabarkan Injil ke daerah-daerah di Cina.

Robert Morrison

Misi protestan mulai masuk ke Cina melalui Robert Morrison (1782-1834) yang diutus
oleh badan misi Protestan yang bernama Londin Missionary Society (LMS). Selama
masa tugasnya di Cina, Robbert tidak banyak menobatkan orang menjadi Kristen. Salah
satu yang berhasil ditobatkan dan dibaptis adalah Liang-A-Fa. Namun, menurut penulis,
Morrison lebih banyak menekuni penerjemahan dan percetakan Alkitab ke dalam
bahasa Cina.

Kekristenan dan Imperialisme

Selain itu, penulis juga memaparkan bahwa perkembangan Kristen sejak abad ke-19 di
Cina tidak terlepas dari pengaruh imperialisme negara-negara Barat seperti Inggris. Satu
sisi, dengan adanya imperialisme Inggris, Injil dengan lebih mudah disebarluaskan di
Cina. Hal ini disebabkan pemerintah Inggris memaksa Cina untuk membuka diri
terhadap dunia luar. Perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan pihak Cina pun mencakup
perjanjian kebebasan untuk memberitakan Injil seluas-luasnya. Adanya hal ini,
membantu pertumbuhan denominasi gereja di Cina. Penulis menjelaskan bahwa misi-
misi dari Katolik (Fransiskan, Dominikan, Yesuit, dan masih banyak lagi) yang paling
cepat memanfaat kesempatan itu untuk mengabarkan Injil sedangkan misi Protestan
(baik dari lembaga Kongregasionalis, Anglikan, Metodis, maupun Pribiterian) bergerak
lebih lambat. Akan tetapi di sisi lain, kekristenan dibenci seiring makin berkembangnya
imperialisme Inggris di Cina. Perdagangan candu dan kecurigaan pemerintah Cina
terhadap pemberontak- pemberontak yang telah menjadi Kristen menyebabkan orang
Kristen di Cina dianggap sebagai “kaki tangan imperialisme”. Puncak kebencian itu
ditandai dengan penindasan dan penyiksaan terhadap orang-orang Kristen dan para
misionaris pada tahun 1899-1900. Banyak yang dibunuh dan gedung gereja dibakar
habis

Hudson Taylor dan China Inland Mission (CIM)

Dalam bagian ini, penulis juga mencatat penginjilan yang dilakukan oleh James
Hudson Taylor (1832-1905). Tahun 1865 Hudson Taylor mulai mendirikan station
(atau missi) yang bernama China Inland Mission (CIM) dari 205 khotbah pertamanya
di kepulauan China. Ia benar-benar menitikberatkan pelayanannya pada pekabaran
Injil seluar-luasnya ke seluruh daerah Cina secara kontekstualisasi. Menurut penulis,
karena pekerjaannya, banyak orang menjuluki Hudson Taylor dengan “Rasul untuk
orang-orang Cina.”
Kekristenan dan revolusi di Cina

Penulis menjabarkan bahwa sejak kedatangan Timothy Richards (1845-1920),


penginjilan semakin berkembang dan jumlah orang Kristen semakin banyak, baik di
pihak Katolik maupun Anglikan. Timothy lebih menekankan pendekatan secara
kontekstual untuk melakukan penginjilan secara pribadi. Bahkan, ia pun berupaya untuk
melakukan penginjilan dengan cara yang lebih modern yaitu melalui dunia pendidikan.
Alhasil ada begitu banyak sekolah-sekolah Kristen yang didirikan oleh badan-badan
misi Katolik dan Protestan di seluruh Cina. Perkembangan yang lain menurut penulis
adalah orang-orang Cina yang membentuk dan mendirikan gereja lokal yang bebas dari
pengaruh Barat. Meskipun pada tahun 1921 komunis telah muncul dan berkembang,
namun kekristenan masih terus berkembang.

Penulis berpendapat bahwa di Cina, kekristenan dianggap samna dengan penjajahan,


karena masuk bersamaan dengan penjajah di mana menghancurkan Cina dengan
candunya. Walaupun orang Kristen menentang perdagangan candu, namun setidaknya
ini menjadi kesempatan bagi misonaris masuk Cina. Muncullah juga semangat
nasionalisme orang Kristen Cina terhadap negerinya sehingga muncul gereja asli Cina
yang akhirnya sebagian berkolaborasi dengan komunis.
Misi dan Perkembangan Gereja di Jepang.
Ada beberapa hal yang penulis tuliskan dalam bab ini, yaitu:
Misi Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Rusia
Dalam poin ini, penulis memulai materinya dengan menjabarkan masuknya Gereja
Katolik ke Jepang pada abad ke-16 namun mengalami hambatan dari pemerintah
Jepang pada abad ke-17 hingga abad ke-18. Namun sejak abad ke-19, Jepang lebih
membuka diri dan memberikan kesempatan kepada negara asing untuk masuk ke
Jepang. Pihak Amerika yang lebih dulu tiba di Jepang untuk menyambut kesempatan
tersebut. Seorang Jendral Amerika bernama Townsend Harris diperbolehkan untuk
membangun gereja tetapi tidak boleh menginjili orang-orang Jepang. Akan tetapi,
menurut penulis, perkembangan misi Protestan di Jepang berkembang lebih cepat.
Meskipun begitu, kekristenan tetap menjadi agama yang dicurigai karena berhubungan
erat dengan negara-negara asing. Nasionalisme dan Agam Syinto juga menjadi
penghambat perkambangan gereja di Jepang. Baru setelah tahun 1873, kekristenan
mendapat tempat karena dibentuknya undang-undang kebebasan beragama di Jepang.
Selain itu, penulis juga memaparkan tentang peranan penting dari seorang bernama
Nikolai yang berjasa dalam perkembangan Gereja Ortodoks Rusia di Jepang.
Misi Protestan
Penulis berpendapat bahwa sejak tahun 1858, gereja-gereja Protestan di Amerika
mengutus banyak pekabar Injil ke Jepang. Beberapa yang dipaparkan pada poin ini
adalah seperti Guido Verbeck yang diutus oleh Gereja Baptis “Reformed”, Dokter
James Hepburn yang diutus oleh Gereja Prisbiterian. Penulis menjelaskan bahwa
gereja-gereja Protestan berhasil diterima diantara golongan militer, yaitu Samurai,
yang tertarik pada konsep pemuridan dan pengabdian. Orang-orang Kristen Samurai
mengadakan pertemuan di tempat salah seorang guru Kristen, di perguruan tinggi
Kristen atau di perguruan tinggi pemerintah.
Kebangunan rohani pada masa 1880-an membuat gereja berkembang cepat. Beberapa
tokoh Kristen Jepang muncul sebagai pemimpin, yang mewujudkan kekristenan gaya
Jepang. Uchimura memimpin gerakan nir-gereja. Pengabdian Kagawa melayani orang
miskin menggerakkan hati nurani masyarakat Jepang. Meskipun perkembangan gereja
di Jepang cukup menggembirakan, namun kehidupan umat Kristen tidak lepas dair
pergumulan. Nasionalisme Jepang yang semakin kuat berkaitan dengan upacara
agama Syinto menyebabkan orang Kristen menjadi bingung mancari jalan
menyatakan kesetiaannya kepada tanah air Jepang, tanpa membahayakan iman Kristen
sejati.

Misi Protestan dan Perkembangan Gereja di Korea.

Penulis memulai poin ini dengan mengemukakan keadaan Korea sebagai ladang
pertempuran dua negara tetangga yaitu Cina dan Jepang. Oleh karena itu, pengaruh
dari kedua negara tersebut sangat besar bagi kebudayaan Korea. Akan tetapi
masyarakat Korea tetap berupaya menjaga bahasa, mitos-mitos dalam kepercayaan dan
agama syamanisme yaitu kepercayaan animisme.
Injil sendiri masuk ke Korea pada abad ke-7 oleh kaum Nestorian. Namun baru mulai
makin berkembang pada abad ke-16 saat orang-orang Katolik masuk dan mengabarkan
Injil bersamaan dengan invasi Jepang. Perkembangan yang lebih lanjut mulai terjadi
pada abad ke-18.
Hal yang menarik adalah bahwa penulis berpendapat kekristenan yang berkembang di
Korea karena usaha bangsa Korea sendiri. Orang Korea yang membawa Injil masuk ke
Korea adalah Lee Sung Hoon. Misi Protestan baru mulai masuk dan berkembang di
Korea sejak tahun 1832. Ada beberapa nama penginjil yang disebutkan, yaitu Karl
Gützlaff dari Jerman, Robert Thomas dari Wales, Pdt. John Ross dari Skotlandia,
dokter Horace Allen dari Amerika, Pdt. Horace Underwood, Pdt. H.G. Appenzeller,
dan Pdt. Samuel Moffet. Para penginjil tersebut adalah utusan-utusan dari gereja
Metodis dan Presbiterian dari Amerika. Gereja Presbiterian adalah gereja Protestan
yang paling berkembang pesat di Korea.
Penulis menjelaskan bahwa penginjilan dan perkembangan kekristenan di Korea lebih
mudah dari pada di Jepang dan Cina. Salah satu faktor pendukungnya adalah
tersedianya terjemahan Alkitab dalam bahasa Korea yang telah ada sejak abad ke-18,
jauh sebelum para penginjil masuk ke Korea.
Meskipun begitu, kekristenan di Korea tetap menghadapi berbagai rintangan. Ada
beberapa yang dicatat oleh penulis yaitu: 1) kekristenan di Korea mendapatkan tekanan
dan hambatan dari imperialisme Jepang pada Perang Dunia II. Banyak pendeta yang
dipenjara, orang-orang Kristen dan gereja-gereja dibakar, sekolah-sekolah Kristen
diambil alih oleh Jepang, para pengajar dipenjarakan, dan menjadikan gereja-gereja
sebagai tempat pemujaan berhala Syinto, 2) perkembangan di daerah utara lebih
lambat oleh karena pengaruh Agama Syamanisme dan status kebangsawanan yang
tertutup terhadap kekristenan.
Akan tetapi, penulis mencatat bahwa kekristenan di Korea tidak serta merta “mati”
karena hal-hal tersebut. Pada tahun 1940, umat Kristen di Korea telah mencapai 522.00
jiwa dengan pembagian 372.000 orang Protestan dan 150.000 orang Katolik.

Misi Dan Perkembangan Gereja Di Burma (Myanmar) Dan Siam (Thailand).

Menurutnya, baik di Thailand maupun di Burma/Myanmar agama Buddha berkaitan


erat sekali dengan kepribadian suku bangsa utama. Oleh karena itu, baik di Thailand
maupun di Burma, kekristenan paling berhasil berkembang di antara suku-suku
minoritas, terutama di daerah pegunungan. Akibatnya, perjuangan politik suku- suku
minoritas dan permusuhan antara suku di Burma sering melibatakan soal agama.

Gereja di Thailand mengembangkan kepemimpian penduduk asli. Gereja mengalami


perkembangan pesat pada tahun 1960-an dan 1970-an, terdorong oleh kerjasama antara
gereja dan kampanye pekabaran Injil bersatu. Kebijakan pemerintah Burma yang suka
mengasingkan negerinya dari dunia mendorong gereja untuk berdiri sendiri dan
mengabarkan Injil secara agresif. Kekristenan berkembang diantara suku-suku
pegunungan di mana gereja mengalami pembaharuan rohani serta gerakan kharismatik.
Baik di Thailand maupun di Burma/Myanmar terjadi polarisasi antara kaum
evangelikal dan kaum oikumenis mengenai misi gereja dan peranan gereja terhadap
masyarakat beragama Buddha.
Misi Dan Perkembangan Gereja Di Malasya, Singapura, Dan Borneo.
Pendudukan Jepang pada masa Perang Dunia II mendorong baik perkembangan
kepemimpinan asli maupun oikumene. Setelah Perang Dunia II tersebut, dibukalah
sekolah- sekolah teologi dan didirikannya Dewan Kristen Malaysia. Ancaman
Komunis pada masa keadaan darurat mengakibatkan pemerintahan penjajah Inggris
mendukung pekabaran Injil di Perkampungan Baru, dengan hasil banyak gereja Cina
didirikan. Kejadian yang paling menentukan pada masa kini adalah pembagian
Malaya/Singapura menjadi dua negara, Malaysia dan Singapura, dengan kebijakannya
masing-masing. Di Malaysia Islam, yang merupakan agama negara, semakin bersikap
agresif. Umat kristen menjawab ketegangan dengan mengembangkan kemandirian
supaya bebas dari pengaruh Barat, dengan gerakan oikumene dan dengan gerakan
pertumbuhan gereja serta pembaharuan rohani.
Singapura dinyatakan negara sekuler berdasarkan kebebasan beragama, sehingga lebih
terbuka, dengan akibat gereja bertumbuh pesat. Di Singapura orang Kristen
kebanyakan dari golongan muda berpendidikan tinggi. Baik di Singapura maupun di
Malaysia gerekan Kharismatik berkembang dikalangan orang berpendidikan. Baik di
Singapura maupun di Malaysia Barat golongan masyarakat berpendidikan, terutama
orang Cina, paling terbuka terhadap Injil. Di malaysia Timur suku-suku aslilah yang
paling terbuka. Orang Melayu hampir belum tersentuh kekristenan, malah di Malaysia
orang Melayu tidak boleh beralih agama menjadi Kristen.
Perkembangan Pekabaran Injil Di Filipina.
Sejarah gereja Filipina harus dipahami dalam konteks pengaruh kuat Amerika,
masalah-masalah ekonomi yang semakin meningkat, masa diktator militer tahun 1972-
1986, dan pemberontakan kaum Maois serta kaum Islam.

Filipina merupakan negera Katolik. Kebanyakan pennduduknya beragama Katolik,


maka gereja Katolik Roma berpengaruh dilapangan politik. Pada masa pemerintahan
Marcos jumlah orang Katolik yang melawan pemerintah semakin meningkat. Pada
tahun 1986 peranan Kardinal Sin menentukan jatuhnya Marcos dan pemilihan Corazon
Aquino sebagai Presiden.
Dalam pembahasan ini, penulis menyatakan bahwa umat Protestan terbagi atas empat
kelompok: golongan oikumene (DGNF), golongan evangelikal (DKF), golongan
fundamentalis serta golongan Khrismatik/Pentakosta. Kaum oikumene lebih aktif
mengeluarkan pendapat mengenai isu-isu politik. Gereja-gereja Protestan bertumbuh
pesat sejak tahun 1970-an, dengan pekabaran Injil secara agresif yang bertumpu pada
gereja lokal. Kaum oikumenis dan evangelikal bekerjasama dalam program penginjilan
DAWN. Semangat nasionalisme mewarnai baik gereja Katolik maupun gereja
Protestan dan menarik banyak orang masuk gereja Filipin mandiri ataupun sekta
Iglesia ni Cristo.
PENUTUP

Saya yakin bahwa buku Sejarah Gereja Asia yang ditulis oleh DR. Anne Ruck ini
sangat bermanfaat bagi para pembaca yang ingin memperdalam ilmunya dalam bidang
Sejarah Gereja ataupun bagi para pembaca yang sekadar memiliki hasrat untuk
mendapatkan informasi seputar penyebaran Injil dan perkembangan Gereja di Asia.
Pembahasan dalam bab-bab yang saya baca dan laporkan di buku ini mengingatkan
sekaligus membuktikan bahwa Amanat Agung dari Tuhan Yesus Kristus untuk
memberitakan Injil ke hingga ujung-ujung dunia masih harus dan terus dilakukan.
Selain itu, perjuangan dan pengorbanan para penginjil dan orang-orang Kristen untuk
memberitakan Injil dan mendirikan gereja pada masa lampau patut diteladani.
Meskipun ada begitu banyak tantangan, penindasan, penyiksaan, pembunuhan, dan
pembakaran, namun mereka tetap gigih dalam mempertahankan iman dan
kelangsungan gereja. Meskipun Injil masuk dan berkembang ke satu daerah dengan
cara yang beragam namun hal ini sekaligus juga membuktikan bahwa pekerjaan Tuhan
tidak akan dapat dihentikan oleh kuasa dunia apa pun dan manapun. Injil adalah
Kekuatan Allah. Soli Deo Gloria!

Anda mungkin juga menyukai