Tingkat : II ( Dua )
ISBN : 978-979-415-963-7
Kekristenan lahir di tempat antara Timur dan Barat, yakni Yerusalem. Dari segi
geografis kota Yerusalem terletak diwilayah Asia Barat, tetapi dari segi polotis
merupakan ibukota suatu propinsi kekaisaran Romawi yang berorientasi ke arah Eropa.
Dari sinilah Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya menjadi saksi ke Yudea,
Samaria, sampai ke ujung bumi. Masa pertama Gereja di Asia (sampai tahun 1500),
menguraikan perluasan kekristenan pertama ke arah Timur, ke wilayah Timur Tengah,
India dan sampai ke Cina. Orang Kristen Asia adalah orang yang pertama sekali
memakai gedung gereja sebagai tempat beribadah dan yang pertama menerjemahkan
Alkitab. Raja Kristen pertama adalah orang Asia.
Bagian Barat mengabarkan Injil di Asia (1500-1945), menguraikan sejarah gereja Asia
pada zaman misi Gereja Barat. Periode tersebut merupakan periode yang paling kaya
dari segi sumber-sumber historis, baik sumber primer maupun buku-buku dan lain-lain.
Di Asia kekristenan menghadapi agama-agama dan kebudayaan kuat, yang sulit
dimasuki Injil. Kesulitannya menimbulkan beberapa pertikaian, misalnya mengenai isu
tentang kasta, upacara menghormati nenek moyang dan lain-lain. Penginjilan diarahkan
pada golongaan masyarakat yang dianggap strategis. Berbeda dengan misi katolik, misi
Protestan mengutamakan penerjemahan Alkitab sebagai langkah pertama pekabaran
Injil. Gereja protestan menekankan Firman Tuhan (sola scriptura), ditambah lagi
tersedianya Alkitab dalam bahasa setempat, memungkinkan gereja membentuk teologi
kontekstual, tanpa bergantung terus pada hasil penafsiran orang-orang Barat.
Tujuan misi Protestan adalah menanam serta mendidik gereja-gereja bumi putra
mandiri. Beberapa gereja di Asia, terutama di Korea dan jepang, dengan cepat mencapai
kemandirian ekonomi, sedangkan di negara lain gereja tetap bergantung pada dana dari
luar. Orang Kristen setempat dipersiapkan jawab atau kekuasaannya. Perang Dunia II
secara dratis menghentikan “masa remaja” gereja Asia, sehingga dipaksa untuk
mencapai kemandirian. Kekristenan Asia pada periode 1945-90, menguraikan sejarah
gereja-gereja dalam usaha mencapai kemandirian, serta mengembangkan kekristenan
bergaya Asia abad ke-20.
Anthiokia, ibukota propinsi asia, kota ketiga dalam kekaisaran Romawi, menjadi pusat
penginjilan kepada orang-orang bukan yahudi. Di kota inilah para pengikut Yesus untuk
pertama kalinya di sebut “ Kristen “. Gereja anthiokia menjadi gereja pengutus bagi
perjalanan paulus adab barnabas kepropinsi asia kecil ( turki ), gereja-gereja di tanam di
propinsi tersebut, terutama di efesus, tempay Yihanes mengkin wafat.
Dua Negara besar yang berkuasa atas daerah timur tengah pada abad pertama adalah
Roama dan Partia ( kemudian di sebut Persia ). Dalam kekaisaran Romawi ada beberapa
factor yang menolong penyebaran injil kea rah barat. Hukum dan tata Negara agama
Romawi menjamin stabilitas dan keamanan. Negara-negara berbagai agama, adat dan
bahsa di persatukan di bawah pemerintahan roma yang kuat, dengan satu perantara,
yaitu bahasa Yunani, dan datu kebudanyaan bersama yaitu kebudayaan romawi-
yunani,helenisme
PERSIA
Umat Kristen di Persia mengalami penganiayaan yang pasnag surut, tahun 339-379
merupakan penganiayaan. Penganiayaan kali ini samapi-sampai melemahkan gereja.
Meskipun demikian, gereja bertahan sampi akhirnya pada tahun 410 di beri status
minoritas resmi dalam Negara bukan- Kristen.
Gereja di asia mengembangkan suatu identitas yang kuat; dengan cirri-ciri teologi
bercorak Nestorian ; dengan penghargaan Tinggi terhadap hidup beraskese; dan
semangat besar untuk mengabarkan injil ke seluruh india.
Dengan berdirinya dinasti T’ang dan adanya perlindungan kaisar T’aitsung terhadap
kekristenan membuka jalan bagi pekabaran injil di cina, gereja menghadapi dua
keprcayaan aatau panadangan hidup yang tertanam dalam pada kebudanyaan dan adat-
istiadat cina, yang masing-masing bertolak belakang dengan kekristenan, terutama
dengan kekristenan gaya Nestorian. Filsafat kong hucu, yang sangat berpengaruh di
golongan terpelajar dan di lingkungan istana, menghargai keluarga dan kebijakan
duniawi dan menganggap rendah hidup beraskese. Penganut-penganut agama budha,
yang kuat dan berpengaruh di desa-desa dan di anatara orang miskin menentang keras
kedatangan para rahib Nestorian bahkan menyerang biara-biara Kristen. Dengan
mencari jalan untuk menyampaikan kabar keselamatan dalam bentuk yang berarti dalam
konteks kebudayaan cina, iman Kristen hamper mendekati sinkretisme.
Gereja berkembang di cina, namun, sejumlah besar orang Kristen adalah pendatang.
Baik kaisar-kaisar dinasti ta’ng maupun kaisar-kaisar yuan ( monggol ). Bersikap
toleran terhadap kekristenan, tetapi tidak percaya dan tidak menjadi Kristen. Umat
Kristen terlalu bergantung pada perlindungan pemerintah, sehingga gereja melemah,
misalnya pada abad ke -8 gereja juga melemah. Pada saat penganiayaan terjadi,
misalnya tahun 845, gereja tidak dapat bertahan. Ketika penjajah monggol di usir dari
cina pada tahun 1368, gereja hamper lenyap.
perluasan agama islam yang cepat pada abad ke-7 merupakan tantangan besar bagi
kekristenan di Asia, bahkan yang terbesar dalam sejarah gereja di Arabia dan di afrika
Kristen nyaris iman musnah. Di siria dan di palestina gereja di biarkan sebagi minoritas
resmi dalam system “ dihimmi” peneyerbuan bangsa turki, bangsa yang sangat kejam
pada abad ke 11 menambahkan penganiayaan, sedangkan perang salib, dengan tujuan
membebaskan tanah suci, akhirnya membawa penderitaan dan memperburuk hubungan
Kristen-islam.
Itulah secara singkat pada masa pertama gereja di Asia, pada bagian pertama yang
penulis tuliskan pada saat ini. Dan itulah yang terjadi pada saat itu. Dan tidak menutup
kemungkinan bahwa kejadian yang terjadi pada masa lampau terjadi juga pada saat ini.
Bagian II ( Gereja Barat Mengabarkan Injil Ke Asia )
Dan selanjutnya penulis akan membahas yang ke- 2 yaitu gereja bagian barat
mengabarkan injil di Asia. Itulah yang akan dibahas dalam penulisan laporan bacaan ini.
Zaman perluasan agama islam di merupakan zaman kemunduran bagi kekristenan di
asia. Gereja-gereja sebagi golongan minoritas di Negara-negara islam dengan susah
panyah mempertahnkan imannya.
Akan tetapi pada abad ke-15 mulailah zaman baru eropa, yang membawa
pembahruan kebudanyaan,kemajuan teknologi, dean pembahruan rohani. Dan misi-misi
yang yang di lakukan dalam pekabaran injill.
akibat system padroado, para pekabar injil katolik datang ke asia berdampingan
dengan penjajahan Portugal, fransiskus xaverius bersama tokoh-tokoh yesuit lain
mempelopori pengabdian penuh kasih serta metode pengajaran yang sederhana dan
pekabaran injil di seluruh dunia, baik di dalam maupun di luar wilayah jajahan Portugal
dan spanyol. Di jepang,cina,dan india misi yesuit menhadapi agama-agama asli yang
kuat. maka beruiadat cinsasaha memenagkan orang-orang terkemuka, pemimpin
masayarakat, dengan metode menyesuaikan imannya dengan kebudayaan Asia. Ordo-
ordo lain menuduh serikat yesus terlalu sinkretis.
Di jepang gereja cepat berkembang sebagi hasil pertobatan beberapa daimnyo, lalu
masa penganiaya dahsyat hamper melenyapkan gereja. Di cina, ricci, dan pengganti-
pengganti di senangi di ostana, tetapi akhirnya gereja di lemahkan oleh kontrovesi
menegnai upacara istiadat cina, dan penentangan-penentangan kaum budha.
misi protestan masuk india bersama dengan Negara inggris, sehingga tidak terlepas
dari corak imperialism, meskipun pemerintah inggris bersikap netral terhadap agama.
William carey menetapkan asas-asas misi yang menjadi dasar bagi misi protestan :
penerjemahan Alkitab,penilitian mendalam,kebudayaan setempat, penginjilan luas dan
pembangunan gereja asli mendiri. Henry martyn member sumbangan penerjamahan
Alkitab dengan mutu ilmiah yang tinggi.
Para pekabar injil berselisih pendapat mengenai soal kasta. Alexsander duff
mendirikan sekolah-sekolah untuk orang india berkasta india berkasta tinggi. Dengan
hasil sebagian menjadi Kristen atau terpengaruh oleh pemikiran Kristen. Namun
pertumbuhan gereja yang utama terjadi dalam lingkungan kasta rendah. Orang Kristen
berkebangsaan india mempunyai peranan yang menentukan dalam gerakan pertobatan
missal : sedangkan para pekabar injil dari barat agak lambat menyambut gelombang
orang beralih agama masuk Kristen.
Pada abad ke- 20 pendidikan teologi di tingkatkan, mencullah beberapa tokoh Kristen
yang mengekspresikan spritualitas kristiani dalam bentuk kehidupan khas india,
misalnya sundar singh, atau dalam bnetuk teologi yang di arahkan pada konsep-konsep
pemikiran hindu.
Dengan menerjemahkan Alkitab dalam bahsa cina, robeert marison, meletakkan dasar
misi, protestan cina, pada abad ke- 19 cina., terpaksa membuka diri terhadap orang
asing. Dan terhadap orang asing dan terhadap perdagangan candu. Meskipun para
misionaris mencela agangan tersebut, mereka berbondong-bondong masuk cina
bersamaan dengan imperialisme. Keadaan mengakibatkan kekristenan di anggap
berkaitan erat dengan imperialism.
Hudson tylor dengan badan misinya CIM mengabarkan injil secara pribadi kepada
Yesus Kristus. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat cina, dan mendirikan
gereja asli cina, pada tahun 1905 kurang lebih sepersepuluh orang protestan cina telah
menjadi Kristen sebagai hasil pelayanan CIM, lain pihak tujuan timoty Richards adalah
adalah mendidik orang terkemuka, agar kebudayaan cina di resapi nilai-nilai Kristen,
sejumlah pemimpin pertama gerakan revolusi cina, adalah tamatan sekolah Kristen dab
alumni perguruan tinggi Kristen. Wangmidao memimpin gerakan cina yang bersifat
asli, yang bebas dari pengaruh barat dan tidak bergantung pada dukungan ekonomi barat
pada tahun 1949 kaum kominis menguasai seluruh cina.
Misi dan Perkembangan Gereja di Jepang
Kekristenan lebih berhasil berkembang di korea dari pada di Negara-negara asia lain.
Agama animistis syamanisme kurang kuat menentang ajaran baru di bandingkan dengan
agama “ tinggi “ seperti agama Buddha, agama hindu, dan lain-lain. Gereja Katolik
masuk korea atas inisiatif orang korea sendiri sebelum masuknya penginjil dari barat.
Penjajahan jepang berdampak positif bagi perkembangan gereja, karena kekristenan
tidak di anggap berkaitan dengan imperialisme tetapi berkaitan dengan nasionalisme
korea, penerjamahan alkitab ke dalam bahasa korea sangat menentukan dalam
prosesperkembangan kekristenan di korea.
Pekabaran injil Amerika masuk korea pada tahun 1880 an, dengan memakai sarana
pendidikan dan pelayanan medis sebagai pembuka jalan, gereja presbiterian ,memakai
asas-asas nevias, yaitu perambatan sendiri, kepemimpinan sendiri,pembiayaan sendiri
dan pendidikan Alkitab/. Gereja tersebut mengaalami perkembangan yang paling besar
terutama dianatara masyarakat para petani yang kaya di korea utara, penginjilan pribadi
melaui jaringan keluarga memainkan pernan penting dalam pertumbuhan gereja.
Kebangunan Rohani di anatara tahun 1900 dan 1910 menguatkan gereja ; sedangkan
penganiayaan pada masa pendudukan pemerintah jepang di rasakan seperti api
pemurnian.
Selain misi berkembang di manyar dan Tahiland, tetapi juga misi berekembang
sampai ke Malaya, singapure dan borneo,kebijakkan pragmatis pemerintah inggris
sangat mempengaruhi sejatah kekristenan di Malaya, borneo dan singapura, penginjilan
kepada bangsa melayu yang beragama islam di larang di semenanjung di Malaya dan
tidak di senangi di tempat lain. Tetapi ada seseorang yang berhasil untuk mengabarakan
injil yaitu Benjamin keasberry yang merupakan kekecualian ia tinggal tetap tinggal di
singapura untuk mengabarkan injil. Bagi orang melayu,
Dan yang terakhir dari pada misi poerkembangan gereja ke asia yang terkahir adalah
Filipina gereja katolik masuk Filipina bersamaan dengan penjajahan spanyol lalu
berkembang di bagian utara melalui metode: “reduksi” yaitu orang Filipina di
pindahkan dari desa terpencar ke kota-kota. Para rahib spanyol berperan sebagai tenaga
utama.
Robert Morrison
Misi protestan mulai masuk ke Cina melalui Robert Morrison (1782-1834) yang diutus
oleh badan misi Protestan yang bernama Londin Missionary Society (LMS). Selama
masa tugasnya di Cina, Robbert tidak banyak menobatkan orang menjadi Kristen. Salah
satu yang berhasil ditobatkan dan dibaptis adalah Liang-A-Fa. Namun, menurut penulis,
Morrison lebih banyak menekuni penerjemahan dan percetakan Alkitab ke dalam
bahasa Cina.
Selain itu, penulis juga memaparkan bahwa perkembangan Kristen sejak abad ke-19 di
Cina tidak terlepas dari pengaruh imperialisme negara-negara Barat seperti Inggris. Satu
sisi, dengan adanya imperialisme Inggris, Injil dengan lebih mudah disebarluaskan di
Cina. Hal ini disebabkan pemerintah Inggris memaksa Cina untuk membuka diri
terhadap dunia luar. Perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan pihak Cina pun mencakup
perjanjian kebebasan untuk memberitakan Injil seluas-luasnya. Adanya hal ini,
membantu pertumbuhan denominasi gereja di Cina. Penulis menjelaskan bahwa misi-
misi dari Katolik (Fransiskan, Dominikan, Yesuit, dan masih banyak lagi) yang paling
cepat memanfaat kesempatan itu untuk mengabarkan Injil sedangkan misi Protestan
(baik dari lembaga Kongregasionalis, Anglikan, Metodis, maupun Pribiterian) bergerak
lebih lambat. Akan tetapi di sisi lain, kekristenan dibenci seiring makin berkembangnya
imperialisme Inggris di Cina. Perdagangan candu dan kecurigaan pemerintah Cina
terhadap pemberontak- pemberontak yang telah menjadi Kristen menyebabkan orang
Kristen di Cina dianggap sebagai “kaki tangan imperialisme”. Puncak kebencian itu
ditandai dengan penindasan dan penyiksaan terhadap orang-orang Kristen dan para
misionaris pada tahun 1899-1900. Banyak yang dibunuh dan gedung gereja dibakar
habis
Dalam bagian ini, penulis juga mencatat penginjilan yang dilakukan oleh James
Hudson Taylor (1832-1905). Tahun 1865 Hudson Taylor mulai mendirikan station
(atau missi) yang bernama China Inland Mission (CIM) dari 205 khotbah pertamanya
di kepulauan China. Ia benar-benar menitikberatkan pelayanannya pada pekabaran
Injil seluar-luasnya ke seluruh daerah Cina secara kontekstualisasi. Menurut penulis,
karena pekerjaannya, banyak orang menjuluki Hudson Taylor dengan “Rasul untuk
orang-orang Cina.”
Kekristenan dan revolusi di Cina
Penulis memulai poin ini dengan mengemukakan keadaan Korea sebagai ladang
pertempuran dua negara tetangga yaitu Cina dan Jepang. Oleh karena itu, pengaruh
dari kedua negara tersebut sangat besar bagi kebudayaan Korea. Akan tetapi
masyarakat Korea tetap berupaya menjaga bahasa, mitos-mitos dalam kepercayaan dan
agama syamanisme yaitu kepercayaan animisme.
Injil sendiri masuk ke Korea pada abad ke-7 oleh kaum Nestorian. Namun baru mulai
makin berkembang pada abad ke-16 saat orang-orang Katolik masuk dan mengabarkan
Injil bersamaan dengan invasi Jepang. Perkembangan yang lebih lanjut mulai terjadi
pada abad ke-18.
Hal yang menarik adalah bahwa penulis berpendapat kekristenan yang berkembang di
Korea karena usaha bangsa Korea sendiri. Orang Korea yang membawa Injil masuk ke
Korea adalah Lee Sung Hoon. Misi Protestan baru mulai masuk dan berkembang di
Korea sejak tahun 1832. Ada beberapa nama penginjil yang disebutkan, yaitu Karl
Gützlaff dari Jerman, Robert Thomas dari Wales, Pdt. John Ross dari Skotlandia,
dokter Horace Allen dari Amerika, Pdt. Horace Underwood, Pdt. H.G. Appenzeller,
dan Pdt. Samuel Moffet. Para penginjil tersebut adalah utusan-utusan dari gereja
Metodis dan Presbiterian dari Amerika. Gereja Presbiterian adalah gereja Protestan
yang paling berkembang pesat di Korea.
Penulis menjelaskan bahwa penginjilan dan perkembangan kekristenan di Korea lebih
mudah dari pada di Jepang dan Cina. Salah satu faktor pendukungnya adalah
tersedianya terjemahan Alkitab dalam bahasa Korea yang telah ada sejak abad ke-18,
jauh sebelum para penginjil masuk ke Korea.
Meskipun begitu, kekristenan di Korea tetap menghadapi berbagai rintangan. Ada
beberapa yang dicatat oleh penulis yaitu: 1) kekristenan di Korea mendapatkan tekanan
dan hambatan dari imperialisme Jepang pada Perang Dunia II. Banyak pendeta yang
dipenjara, orang-orang Kristen dan gereja-gereja dibakar, sekolah-sekolah Kristen
diambil alih oleh Jepang, para pengajar dipenjarakan, dan menjadikan gereja-gereja
sebagai tempat pemujaan berhala Syinto, 2) perkembangan di daerah utara lebih
lambat oleh karena pengaruh Agama Syamanisme dan status kebangsawanan yang
tertutup terhadap kekristenan.
Akan tetapi, penulis mencatat bahwa kekristenan di Korea tidak serta merta “mati”
karena hal-hal tersebut. Pada tahun 1940, umat Kristen di Korea telah mencapai 522.00
jiwa dengan pembagian 372.000 orang Protestan dan 150.000 orang Katolik.
Saya yakin bahwa buku Sejarah Gereja Asia yang ditulis oleh DR. Anne Ruck ini
sangat bermanfaat bagi para pembaca yang ingin memperdalam ilmunya dalam bidang
Sejarah Gereja ataupun bagi para pembaca yang sekadar memiliki hasrat untuk
mendapatkan informasi seputar penyebaran Injil dan perkembangan Gereja di Asia.
Pembahasan dalam bab-bab yang saya baca dan laporkan di buku ini mengingatkan
sekaligus membuktikan bahwa Amanat Agung dari Tuhan Yesus Kristus untuk
memberitakan Injil ke hingga ujung-ujung dunia masih harus dan terus dilakukan.
Selain itu, perjuangan dan pengorbanan para penginjil dan orang-orang Kristen untuk
memberitakan Injil dan mendirikan gereja pada masa lampau patut diteladani.
Meskipun ada begitu banyak tantangan, penindasan, penyiksaan, pembunuhan, dan
pembakaran, namun mereka tetap gigih dalam mempertahankan iman dan
kelangsungan gereja. Meskipun Injil masuk dan berkembang ke satu daerah dengan
cara yang beragam namun hal ini sekaligus juga membuktikan bahwa pekerjaan Tuhan
tidak akan dapat dihentikan oleh kuasa dunia apa pun dan manapun. Injil adalah
Kekuatan Allah. Soli Deo Gloria!