Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Penciptaan

Nama : Cika Angela

Nim : 18.02.16.0012

Mata Kuliah : Dogmatika

Dosen : Elisae Sumandie, M.Th

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI (STAKN)

PALANGKA RAYA

2019

KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya maka makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dan
ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Teologi Dogmatika yang sudah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Berikut akan di paparkan dengan ringkas
menganai Penciptaan. Agar dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua supaya dapat
lebih lanjut mengetahui hal ini.

Makalah sederhana ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa/mahasiswi dan para


pelajar lain dalam memahami tentang Penciptaan. Disadari sepenuhnya bahwa makalah ini
jauh dari sempurna, karena itu, segala kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan diterima dengan terbuka dan dengan ucapan terima kasih.

Palangka Raya, 09 November 2019

Penyusun

Cika Angela

Nim. 18.02.16.0012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penciptaan Yang Dilakukan Oleh Allah Dan Tujuan Penciptaannya

Allah adalah Pencipta. Ada dalam Alkitab,"Pada mulanya Allah menciptakan


langit dan bumi" (Kejadian 1:1). Allah menyatakan diri-Nya melalui penciptaan. Ada
dalam Alkitab,"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan
pekerjaan tangan-Nya” (Mazmur 19:2). Penciptaan menunjuk kepada eksistensi Allah
dan tanggung-jawab kita. Ada dalam Alkitab, Sebab apa yang tidak nampak dari
pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada
pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih”
(Roma 1:20). Allah berbicara dan dunia jadilah. Ada dalam Alkitab,"Oleh firman
TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya. Sebab
Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada”
(Mazmur 33:6,9). Allah menciptakan dunia dalam enam hari dalam arti sebenarnya.
Ada dalam Alkitab,"Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi,
laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN
memberkati hari Sabat dan menguduskannya (Keluaran 20:11).

Melalui Siapakah Allah menciptakan segala sesuatu? Ada dalam


Alkitab,"karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga
dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana,
maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh
Dia dan untuk Dia (Kolose 1:16). Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia
tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yohanes 1:3).

Apakah tujuan Allah menjadikan bumi? Ada dalam Alkitab,"Sebab beginilah


firman TUHAN, yang menciptakan langit, Dialah Allah yang membentuk bumi dan
menjadikannya dan yang menegakkannya, dan Ia menciptakannya bukan supaya
kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami "Akulah TUHAN dan tidak ada yang
lain (Yesaya 45:18).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tentang Penciptaan Dan Tujuan Adanhya Penciptaan

Salah satu topik yang hangat diperdebatkan pada zaman modern ini ialah
pertanyaan bagaimana kehidupan ada di atas dunia ini. Ada dua pilihan dasar:

(1) melalui proses evolusi yang lambat dan alamiah atau.

(2) melalui perintah Penciptaan versi Alkitab.

Yang berhubungan erat kepada topik ini ialah pertanyaan mengenai waktu -
berapa lama kehidupan ada di atas planet ini. Perbedaannya sangat nyata, apakah
ratusan juta tahun atau beberapa ribu tahun saja. Kesimpulan ilmu pengetahuan
evolusi modern telah membuat pernyatan Penciptaan versi Alkitab semakin tidak
populer biarpun di antara denominasi Kristen yang konservatif.

Harus disadari bahwa tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang mengatakan
dengan persis pada tahun berapa dan berapa tahun yang lalu pekan penciptaan itu
berlangsung. Namun demikian, ada sejumlah data kronologis dalam Alkitab yang,
bilamana dilihat secara kolektif, menunjukkan kepada Penciptaan berkisar 6000
tahun. Dengan alasan ini, pemikiran bahwa pekan penciptaan terjadi hanya beberapa
ribu tahun yang lalu, telah umum dimengerti baik oleh orang Yahudi maupun oleh
orang Kristen yang percaya sepanjang sejarah. Pengertian ini telah diterima hampir
secara universal di antara orang-orang yang percaya sampai abad kesembilan belas,
pada waktu penemuan-penemuan geologi modern mulai menantang kesimpulan itu.
"Banyak orang yang mengaku mempercayai Alkitab kehilangan nilai oleh karena
perkara-perkara ajaib yang ditemukan di bumi ini, kehilangan pandangan bahwa
pekan penciptaan hanyalah tujuh hari secara harfiah saja, dan bahwa dunia ini
sekarang baru berumur kira-kira enam ribu tahun.".

a. Penciptaan Didalam Versi Alkitab Pl (Kej. 1:1, 2).

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Dan bumi tanpa bentuk dan
kosong; dan kegelapan menutupi permukaan laut ".Sebagian orang mengatakan
bahwa kalimat-kalimat ini sebenarnya mengatakan, "Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi. Dan bumi menjadi tanpa bentuk dan kosong." Apa
yang tersirat dalam pendekatan ini ialah bahwa bentuk kehidupan eksis atau ada di
atas dunia ini jutaan tahun sebelum umat manusia muncul, mengatakan bahwa dua
ayat yang pertama buku Kejadian menggambarkan suatu "penciptaan rangkap"
(Kadang-kadang ini disebut sebagai teori "penghancuran dan pemulihan"). Para
pendukung interpretasi ini memperdebatkan bahwa ayat 1 sebenarnya
menerangkan penciptaan sebelumnya (lebih dahulu) kehidupan di atas duma ini,
jutaan tahun sebelum pekan penciptaan dinyatakan kemudian dalam pasall 1, dan
bahwa ayat 2 menerangkan kebinasaan kehidupan yang sebelumnya (itu "menjadi"
tanpa bentuk dan kosong). Orang-orang.Kristen ini berspekulasi bahwa Satan
adalah penguasa penciptaan pertama im, tetapi oleh karena pemberontakannya,
bumi ini "menjadi" tanpa bentuk dan kosong. Menurut dugaan ayat 3 mulainya
penciptaan kedua dan bumi kita yang sekarang.

b. Berdasar Kitab-Kitab Pl Lainnya ( Ams. 8:22-26, 30; Mi. 5:2; Ayb. 38:7; Yes.
14:12-21; Yeh. 28:12-17; I Yoh. 3:8).
1. Mikha 5:2, menerangkan seorang Pemerintah (Kristus) yangkeberadaannya
adalah "sejak purbakala, sejak dulu kala (kekekalan)" (lihat juga lbrani 1:8).
2. Ayub 38:7 menunjukkan bahwa anak-anak Allah sudah ada sebelum penciptaan
bumi ini, mereka ada di sana untuk menyanyi dan bersorak-sorai karena
kesukaan atas penciptaan.
3. Kejadian 1:16 bahasa lbrani mengatakan bahwa matahari dan bulan menerima
tugas mereka untuk mengatur waktu dan musim "bersama-sama" atau "sebagai
tambahan kepada" bintang-bintang; pengertiannya ialah bahwa bintang-bintang
sudah ada sebelum pekan penciptaan, melakukan tugas-tugas mereka yang
sudah ditentukan.
4. Takhta Allah, yang ada di surga, telah ada dari sejak kekekalan (Mzm.
45:7193:2). Surga juga adalah tempat tinggal para malaikat, yang tampaknya
telah diciptakan sebelum bumi diciptakan.
5. Menurut 1 Yohanes 3:8, Iblis berbuat dosa dari mulanya, "mulanya" kejahatan
Lusifer ini mendahului enam hari penciptaan (lihat Yes. 14; Yeh. 28); dengan
ini kita menarik kesimpulan bahwa penciptaan para malaikat mendahului
penciptaan kehidupan di atas bumi ini.

Ayat-ayat ini, antara lain memberi tahu kepada kita bahwa Allah sang Bapa,
sang Anak, dan Roh Kudus sudah ada sejak kekekalan. Surga, bintang-bintang,
Lusifer, para malaikat, dan barangkali mahluk-mahluk lainnya sudah ada sebelum
planet kita diciptakan. Allah kekal dan Pencipta semesta alam yang maha luas
memilih Planet Bumi kita, yang "belum berbentuk dan kosong", untuk
menciptakan kehidupan di atasnya. Ia juga menunjukkan kasihNYa yang maha
agung kepada dunia kita ini oleh memberikan AnakNya yang tunggal mati untuk
kita.

B. Teologi Penciptaan
Kisah penciptaan merupakan awal sejarah kehidupan manusia di dunia sekaligus
salah satu bukti akan keberadaaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Kisah
penciptaan masih diyakini manusia sebagai suatu kesaksian dan pengakuan iman.

Teologi penciptaan adalah kajian dalam ilmu teologi yang menyelidiki


pandangan Kristen tentang penciptaan dunia. Hal itu berkaitan dengan kepeduliaan
manusia akan keberadaannya, sejauh kepedulian ini mengandung pertanyaan 'dari
mana' dan meluas sampai mencakup kosmos dan sejarah

a. Penciptaan menurut Kitab Kejadian

Dalam Perjanjian Lama, pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Dan selanjutnya dijelaskan pada Kejadian 1 dan 2, penciptaan langit dan bumi
disampaikan secara tematis. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam
Kejadian 1 berasal dari sumber Codex yang telah ada pada permulaan
pembuangan bangsa Israel ke Babel. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi
dalam Kejadian 2 diduga diambil dari sumber Yahwist yang berasal dari zaman
raja-raja. Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-
masing yang berbeda. Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam
“keberlainannya”.

Allah adalah hal yang melampaui segala sesuatu dan segala sesuatu dijadikan
oleh Dia dan tanpa Dia, tidak ada sesuatu yang telah jadi dari segala sesuatu yang
telah diajdikan. Allah berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. Allah tetap bekerja
sampai sekarang. Allah menciptakan dunia selama enam hari secara teratur dan
mengambil hari ketujuh untuk beristirahat. Dalam waktu enam hari Allah
mengatur segala sesuatu yang dicipta-Nya. Pada tiga hari pertama, Allah
menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos: pertama langit, air, dan kemudian
lahan kering.Pada hari keempat, kelima, dan keenam, Allah menciptakan
penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, kemudian ikan dan burung,
dan akhirnya hewan dan manusia. Setelah Allah selesai menciptakan semua itu,
Allah menilai bahwa semua itu baik. Allah menciptakan semua itu melalui
Firman-Nya. Allah menyatakan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari
kegelapan, serta langit dari bumi. beberapa orang menekankan kesetiaan dari
metode Allah secara logis dengan pengulangan dari tujuh langkah secara teratur
yang menggambarkan proses itu dengan menggunakan beberapa kata:

"Tuhan berkata"

"Jadilah"

"dan jadi"

yang khusus karya penciptaan

penamaan Tuhan atau berkat dari makhluk tersebut

Tuhan mengatakan bahwa semuanya itu baik, dan

"Jadilah petang dan pagi".

Allah menciptakan segala sesuatu di dunia selalu menggunakan pola dengan


tujuh langkah yang telah disebutkan di atas. Kejadian 1:9 Berfirmanlah Allah:
"Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat,
sehingga kelihatan yang kering. Dan semuanya itu baik. Makhluk hidup
menerima berkat Tuhan. Umat manusia diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah dan diberi kuasa atas seluruh ciptaan. Tidak ada permasalahan yang terjadi
di antara makhluk. Semua manusia memiliki tempat dalam dunia, di mana dunia
telah dirancang untuk manusia dan ciptaan lain.

Kemudian, bumi itu menjadi tempat manusia hidup. Manusia adalah makhluk
bumi, sebab manusia terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah).
Manusia yang dibentuk oleh Allah menjadi makhluk hidup ketika Allah
menghembuskan napas hidup kepadanya (Kejadian 2:7). Siapa yang datang dari
atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi
dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas
semuanya (Yohanes 3:31).
Manusia ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam
taman Eden terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk.[2] Pohon ini
merupakan pohon pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas. Setiap orang
yang makan buah dari pohon itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu.
Manusia ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak terbatas. Apabila hal itu
terjadi, maka manusia telah melanggar hak yang hanya menjadi milik Allah yaitu
kekekalan. Namun, pada akhirnya manusia tergoda oleh pencobaan dan semua
menjadi kacau. Manusia menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang
Pencipta. Manusia tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan
dirinya bukan pusat atas alam semesta.

 Mazmur

Kisah penciptaan dalam kitab Mazmur mengungkapkan tentang perjuangan


Allah melawan ular naga dan samudera raya yang menjadi lambang dari
kekacauan, kegelapan, dan kematian pada zaman purba. Mazmur 74:13-15
tertulis bahwa “Engkau yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang
memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air. Mazmur – mazmur
mengekspresikan aspek yang essensial dari kepercayaan yang ditimbulkan oleh
karya penciptaan Allah. Pernyataan mengenai penciptaan langit dan bumi
terdapat dalam “ajaran” dan penghayatan iman. Dalam mazmur karya penciptaan
Allah diberitakan supaya umat dapat memuji dan merayakan kekuasaan-Nya. Hal
itu biasanya terjadi dalam ibadah, sebab mazmur-mazmur biasa dibacakan,
dinyanyikan, dan didoakan dalam ibadah. Misalnya, Mamzur 33 menperlihatkan
Allah yang meciptakan langit dan bumi melalui perkataan dan perbuatan-Nya
(ayat 6), dipuji sebagai Allah yang setia (ayat 5), dan Allah dari sorga
memperlihatkan “semua anak manusia” (ayat 11) dan “mereka yang takut akan
Dia” (ayat 18). Kitab Mazmur juga mengungkapkan perbuatan-perbuatan Allah
yang besar dalam sejarah Israel. Cerita penciptaan dan sejarah keselamatan
disampaikan secara berdampingan sebagai karya yang mengagumkan dari
Yahwe, Allah Israel. Air itu mendukung Sorga (Mazmur 78:23).[3] Gambaran
Israel mengenai bumi yaitu bumi terapung Alkitab mengungkapkan bahwa di atas
bumi ada air yang menjadi tempat kediaman Allah.[3] -apung di atas air
samudera yang raksasa.[3] Bumi diibaratkan sebagai kapal selam yang besar.[3]
Langit diibaratkan sebagai tutup kubah yang memisahkan bumi dari air.[3]
Sekalipun bumi berada di dalam lautan besar, tetapi bumi kokoh, sebab Allah
telah memberikan dasar alasnya.[3]

 Ayub

Hal yang menjadi penekanan dalam kitab ini ialah Ayub dalam keluhannya
yang panjang dan terperinci meminta pertanggungjawaban kepada Allah terhadap
“mala petaka” yang menimpanya. Allah menjawab keluhan Ayub bukan dalam
bentuk pertangungjawaban, melainkan dalam bentuk pernyataan hikmat melalui
pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh Ayub sendiri. Allah tidak perlu
memberikan pertangungjawaban kepada siapa pun juga terhadap pimpinan dan
pemerintahan-Nya. Dalam Ayub 38:4 tertulis “di manakah engkau, ketika Aku
meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengetahuan!
Ayub bertanya “Siapakah yang telah menetapkan ukurannya?” ...”.Maksud Ayub
menyebutkan mujizat penciptaan Allah ialah supaya mujizat penciptaan-Nya
dapat berfungsi sebagai saksi-saksi-Nya, sedangkan mujizat penciptaan-Nya
sebagai saksi.

Dalam "Ayub 28" merupakan surat “syair pengajaran“ yang berdiri sendiri dan
yang baru kemudian, karena sebab-sebab yang tidak diketahui. Secara formal
“puji-pujian akan hikmat” muncul sesudah berlangsung suatu diskusi yang hebat
antara Ayub dan sahabatnya (Elifas, Bildad, dan Zofar). Mereka mempersalahkan
Ayub dan berkata bahwa “malapetaka” yang menimpa Ayub merupakan
hukuman dari Allah atas dosa-dosanya. Dalam diskusi itu memperlihatkan
pengetahuan manusia sangat terbatas. Di sini Ayub benar-benar dicobai untuk
meninggalkan Allah yang menciptakan hikmat dan akal budi.

Allah menjawab permintaan pertanggungjawaban dari Ayub melalui


pernyataan hikmat. Hikmat di sini memberi tanda adanya rahasia penciptaan yaitu
tatanan yang pada satu pihak terdapat dalam penciptaan, tetapi pada pihak lain
terlepas dari penciptaan dan berfungsi sebagai sesuatu yang berdiri sendiri,
tersembunyi bagi manusia dan hanya Allah yang mengetahuinya. Ayat terakhir
dalam Ayub 28 menjelaskan makna hikmat. Hikmat berarti takut dan hormat akan
Allah . Pengetahuan yang benar ialah menjauhi kejahatan dan segala
ketidakbenaran. Pengetahuan yang dimaksud di sini ialah akal budi.
b. Penciptaan menurut Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru ada beberapa nas yang membicarakan tentang


penciptaan. Pertama, Kisah Para Rasul 14:15-17 yang memuat pemberitaan rasul
Paulus kepada orang-orang kafir di Listra di mana mereka menilai Rasul Paulus
sebagai “dewa yang turun di tengah-tengah mereka dalam wujud manusia”.
Pemberitaan ini bertolak dari keyakinan mereka terhadap Allah sebagai Pencipta
langit dan bumi dan menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan
seperti menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur
kepada manusia. Kedua, Kisah Para Rasul 17:22-31 berisi pemberitaan yang
terkenal dari Rasul Paulus di Athene terkait dengan tulisan “kepada Allah yang
tidak dikenal” yang dilihatnya di sebuah mezbah kafir di kota itu. Pemberitaan itu
juga bertolak dari peran Allah sebagai Pencipta langit dan bumi.

 Roma

Surat Roma dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma menggunakan bahasa
yang lain daripada bahsa yang digunakannya dalam surat Kisah Para Rasul.
Paulus mengungkapkan bahwa “kekuatan Allah yang kekal dan keilahian-Nya
sejak penciptaan yang tampak dalam karya-karya-Nya. Dengan kata lain, Paulus
melakukan pendekatan terhadap orang-orang kafir dengan bertitik tolak dari
Allah sebagai Pencipta langit dan bumi.

 Kolose

Kolose berisi pujian yang memuliakan Kristus sebagai “perantara” penciptaan


dan “penguasa” dari seluruh kosmos. Paulus mempunyai maksud lain dalam
penulisan pujian itu. Ia ingin suratnya sebagai alat untuk melawan penghormatan
yang diberikan oleh orang-orang Kolose kepada penguasa-penguasa kosmis
melalui pernyataan bahwa penguasa-penguasa kosmis itu diciptakan oleh Kristus
sehingga mereka takhluk kepada-Nya. Dengan kata lain, hal hendak ditekankan
oleh Paulus ialah bukan hanya Kristus sebagai “perantara” penciptaan, tetapi juga
kekuasaan Kristus melebihi penguasa-penguasa kosmis yang saat itu ditakuti oleh
orang-orang Kolose. Pemberitaan mengenai Kristus adalah “perantara”
penciptaan yang sangat kuat dipengaruhi oleh paham Perjanjian Lama mengenai
hikmat. Hal yang hendak ditekankan Paulus, bukan menjelaskan peranan Kristus
dalam penciptaan, tetapi menekankan bahwa Kristus adalah “rahasia” penciptaan
dan penciptaan didasarkan atas Allah.

c. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah

Manusia adalah ciptaan Allah, sehingga manusia harus tunduk kepada Allah .
Meskipun, manusia diciptakan segambar dengan Allah, tetapi manusia tidak sama
dengan Allah. Allah adalah pencipta, sedangkan manusia adalah ciptaan.
Manusia, malaikat dan semua ciptaan, diciptakan oleh Allah. Kejadian 2 ayat 6-7,
“Tetapi kabut naik ke atas bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi, ketika
itulah Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas
hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah, manusia itu menjadi makhluk yang
hidup”. Setelah Allah menjadikan langit dan bumi, Allah membentuk manusia
dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidung manusia,
sehingga manusia menjadi makhluk hidup. Manusia memiliki tubuh, jiwa dan
roh. Kata tubuh, roh, dan jiwa digunakan secara bergantian menunjukkan bahwa
manusia merupakan suatu makhluk yang diciptakan Allah secara utuh. Misalnya,
dalam Mazmur 103:1; Mazmur 104:1,35; dan Mazmur 146:2 tertulis bahwa
“jiwaku memuji Tuhan.

Perbandingan antara cerita penciptaan dalam Kejadian 1 dan Kejadian 2:

Cerita dalam Kejadian 1 memperlihatkan bahwa manusia diciptakan “menurut


gambar Allah”. Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai makhluk yang
memiliki hubungan khusus. Kejadian 2 menceritakan bahwa manusia dibentuk
dari debu tanah, tetapi Allah menghembuskan napas hidup “ke dalam
hidungnya”. Jadi, antara Allah dan manusia memiliki hubungan (relasi) khusus.

Kejadian 1 memperlihatkan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan


bersama-sama. Keduanya tidak ada perbedaan derajat. Kejadian 2
memperlihatkan bahwa laki-laki diciptakan lebih dahulu daripada perempuan,
meskipun demikian perempuan merupakan “penolongnya yang sepadan dengan
dia” dan dibentuk sesuai dengan unsur yang sama.

Cerita dalam Kejadian 1 manusia memperoleh tugas untuk “menguasai”. Cerita di


Kejadian 2 manusia memperoleh tugas untuk “mengusahakan dan memelihara”.
Kedua cerita penciptaan dalam pasal 1 merupakan gambaran umum
penciptaan manusia itu sedangkan pada pasal 2 merupakan detail atau gambaran
khusus tentang penciptaan manusia. Dengan kata lain, antara cerita penciptaan di
Kejadian 1 dan Kejadian 2 tidak ada pertentangan. Manusia tidak diciptakan
hanya dengan melalui firman Allah saja seperti ciptaan yang lainnya tetapi
dikerjakan dengan sempurna oleh tangan Allah yang maha kuasa lalu diberikan
nafas kehidupan sehingga manusia memiliki hubungan atau relasi yang khusus
dengan Allah. “Sebenarnya dalam pikiran manusia ada naluri alamiah untuk
mencari Tuhan,” kata John Calvin. Kita dilahirkan dan hidup untuk tujuan yang
jelas, yaitu mengenal dan mengasihi Allah. Dia adalah sumber kehidupan kita,
dan hati kita selalu gelisah sebelum datang kepada-Nya.

C. Pentingnya Belajar Doktrin Manusia

Antropologi adalah ajaran tentang manusia, namun dewasa ini istilah tersebut
memiliki arti teologis dan ilmiah. Antropologi teologis membahas manusia dalam
hubungannya dengan Allah, sedangkan Antropologi ilmiah menguraikan organisme
psikofisik serta sejarah alamiah manusia. Sekalipun demikian, terdapat bermacam-
macam variasi dalam Antropologi ilmiah tergantung pokok-pokok yang dibahas oleh
penulis-penulis antropologi ilmiah. Golongan naturalis mencakup juga aspek sejarah
alamiah manusia, sedangkan para filsuf menuliskan istilah antropologi ini untuk
meliputi psikologi, sosiologi, dan etika, bersamaan dengan anatomi dan fisiologi.
Perbedaan-perbedaan ini hanya berlaku untuk pokok-pokok bahasan, dan bukan untuk
cara-cara pembahasan. Karena antropologi ilmiah tidak lebih ilmiah daripada
antropologi teologis, tetapi hanya membahas aspek-aspek yang berbeda dari ajaran
tentang manusia.

Antropologi adalah bagian dari pada teologi sistematika. Dalam konteks


kekristenan, antropologi adalah doktrin teologi Kristen yang sangat penting sebagai
salah satu pengajaran dasar doktrin Kristen. Doktrin tentang manusia sangat penting
untuk dipelajari karena:

Doktrin tentang manusia itu penting karena hubungan dengan doktrin-doktrin


Kristen lain yang utama. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang termulia di
atas muka bumi. Jadi, mempelajari manusia membawa kita kepada penyempurnaan
pemahaman kita tentang karya Allah, dan, sampai batas waktu tertentu, tentang Allah
sendiri karena kita juga dapat belajar sesuatu tentang Allah sebagai pencipta dengan
melihat apa yang diciptakan-Nya. Kita belajar lebih banyak tentang Allah dengan
mempelajari manusia dari pada mempelajari makhluk ciptaan Allah yang lainnya.
Alkitab mengatakan bahwa hanya manusia yang telah dijadikan Allah menurut
gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27). Jadi, pastilah sebuah petunjuk langsung
tentang Allah muncul ketika kita mempelajari manusia.

Doktrin tentang manusia itu penting karena doktrin ini merupakan titik
bertemu di antara penyataan alkitabiah dengan urusan kemanusiaan. Ketika
membahas doktrin tentang manusia, teologi ini membahas sebuah obyek yang diakui
memang ada oleh setiap orang. Manusia modern mungkin tidak memiliki kepastian
tentang ada atau tidaknya Allah, atau apakah memang ada tokoh yang bernama Yesus
itu, atau apakah mukjizat-mukjizat yang dilakukannya itu benar atau tidak. Bahkan
adapun orang-orang tertentu yang meragukan kepribadian-Nya, namun pastilah
merekapun meragukan kalau Dia itu pernah ada. Ini berarti bahwa subyek manusia
merupakan titik pangkal terjadinya suatu dialog. Bila seseorang memulai suatu
percakapan dengan seseorang yang tidak percaya tentang apa yang diajarkan oleh
Alkitab, atau tentang seperti apakah Allah itu, maka hampir dapat dipastikan bahwa
perhatian si pendengar sudah hilang sebelum diperoleh.

Doktrin tentang manusia merupakan bidang pembahasan yang dapat dipakai


oleh orang Kristen berdasarkan metode kolerasi. Karena manusia dalam setiap
kebudayaan menyadari akan dirinya, persoalan serta kebutuhannya baik dalam taraf
individual maupun kolektif, maka akan terjadi pembahasan yang panjang lebar.
Namun jelas bahwa pembicaraan ini tidak akan berakhir di situ. Karena pertanyaan
yang diajukan oleh seseorang yang belum percaya akan menuntun kita kepada bidang
pembahasan yang terletak jauh dari titik tolak pembicaraan.

a. Teori Evolusi

Teori evolusi tidaklah selalu dinyatakan dalam bentuk yang sama. Teori ini
kadang-kadang disebutkan seolah-olah manusia dalam keturunan langsung dari
salah satu spesies manusia kera yang sekarang ini ada dan kemudian seolah-olah
manusia dan kera yang lebih tinggi mempunyai nenek moyang yang sama. Akan
tetapi, betapapun ada beberapa pendapat berbeda tentang hal ini, satu hal yang
pasti adalah bahwa menurut pendapat evolusi naturalistic yang masih terus ada
manusia adalah keturunan dari binatang yang lebih rendah baik tubuh maupun jiwa
melalui suatu proses alamiah yang sempurna, yang diatur secara langsung oleh
kekuatan yang terus-menerus. Salah satu prinsip paling utama dari teori ini adalah
prinsip tentang kesinambungan langsung antara dunia hewan dan dunia manusia.
Teori ini tidak memperkanankan adanya diskontinuitas, karena setiap pemutusan
berakibat fatal bagi teori ini. Tidak satupun yang mutlak baru dan tidak terduga
dapat muncul dalam proses ini. Apa yang sekarang ditemukan pada manusia secara
potensial tentunya ada dalam hewan bersel satu apapun yang darinya segala
sesuatu berkembang. Dan seluruh proses harus diatur dari mula sampai akhir
melalui kekuatan yang selaras. Evolusi Teistik yang tampaknya lebih dapat
diterima leh banyak teolog, semata-mata menganggap evolusi sebagai metode
Allah bekerja. Evolusi teistik ini kadang-kadang dinyatakan dalam bentuk di mana
Allah dating hanya untuk menjembatani kesenjangan antara yang anorganis dan
yang organis, dan antara yang tidak rasional dengan yang rasional, yaitu melalui
penciptaan. Akan tetapi sampai suatu keadaan dimana tindakan Allah secara
khusus diasumsikan, kesenjangan-kesenjangan diakui sebagai suatu yang tidak
dapat dijembatani oleh evolusi, maka sesuatu yang baru diperlukan, teori ini
dengan sendirinya tidak lagi menjadi teori evolusi yang murni. Kadang-kadang
dipercaya bahwa hanya tubuh manusia saja yang berasal dari suatu proses evolusi
dari binatang yang lebih rendah, dan Allah memberikan jiwa yang rasional pada
tubuh ini. Pandangan ini sangat disukai dalam kalangan roma katholik.

b. Charles Darwin Dan Teori Evolusi Manusianya

Salah satu teori dari sekian banyak teori yang telah dikemukakan untuk
menjelaskan tentang asal usul manusia adalah teori evolusi manusia yang
dikemukakan oleh Charles Darwin. Seorang ahli zoologi, yang menelaah
pengalaman dari pemelihara-pemelihara burung merpati di Inggris.Ternyata
dengan cara pemeliharaan yang berencana dan tekun mereka berhasil memperoleh
burung merpati yang jenisnya amat berbeda dari jenis semula. Darwin mengambil
kesimpulan bahwa apa yang dapat dicapai manusia dengan cara berencana, dapat
pula tercapai oleh alam sendiri dengan cara seleksi alam.Darwin berpandangan
bahwa dalam perjuangan hidup (struggle of life) hanya hewan paling ulet yang
paling mampu menyesuaikan diri dengan keadaan iklim dan suasana sekitarnya.
Merekalah yang berhasil mempertahankan kelangsungan hidupnya (survive).
Hewan itu cukup punya kelincahan dan keluwesan untuk berubah sedikit (secara
biologis) jika iklim dan kekerasan hidup menuntutnya. Turunan dari hewan yang
biologis kuat ini terus menerus mengalami perubahan sedikit. Perubahan-
perubahan yang berlangsung selama jutaan tahun itu akhirnya mengakibatkan
timbulnya berbagai jenis binatang yang masing-masing sangat berbeda dengan
variasi yang berlipat ganda. Darwin merumuskan pengalaman-pengalaman dan
kesimpulan-kesimpulan di atas, dalam suatu pokok pandangan bahwa: semua jenis
binatang berasal dari satu sel purba. Selanjutnya, Darwin mempertajam
pandangannya lewat buku keduanya yang menghebohkan dunia, dengan judul
”The Descent of Man” (Asal Usul Manusia) yang terbit tahun 1871. Dalam
bukunya ini, Darwin menerapkan teorinya dalam perkembangan binatang-binatang
menuju manusia. Binatang yang paling maju, yaitu kera, dengan mengalami proses
perjuangan hidup, sedikit demi sedikit berubah dan dalam jenisnya yang paling
sempurna, mengarah menuju wujud kemanusiaan. Binatang menjadi manusia.

Penemuan fossil Manusia Neanderthal (1856) memperkuat pandangan


Darwin. Fossil Manusia Neanderthal adalah tengkorak semacam manusia yang
diperkirakan pernah hidup kira-kira 100.000 tahun yang lalu, yang ditemukan di
diperkirakan pernah hidup kira-kira 100.000 tahun yang lalu, yang ditemukan
disebuah lembah dekat Dusseldorf, Jerman Barat. Yang menyolok pada tengkorak
itu adalah bentuk dahi yang rendah, menjorok mundur dengan lengkungan besar di
atas mata, serta tanpa dagu. Manusia Neanderthal menyerupai baik kera maupun
manusia, tetapi tetap harus ditafsirkan sebagai manusia yang berdiri tegak. Dekat
tengkorak itu ditemukan pula perkakas-perkakas kerja yang primitif. Teori Darwin
ini dikembangkan lebih lanjut oleh seorang sarjana ilmu pengetahuan alam dari
Jerman, yakni Ernst Heinrich Haeckel (1834-1919). Berbeda dengan Darwin yang
berpandangan bahwa sel-sel purba diciptakan oleh Tuhan, Haeckel menolak teori
kreasi sama sekali. Dunia ini menurut Haeckel adalah kekal, tak ada permulaan,
dan hidup tercipta dengan sendirinya secara mekanis. Demikian juga halnya
dengan manusia. Atas pengaruh Haeckel timbullah kebiasaan untuk
menyamaratakan manusia dengan kera, melalui ungkapan dangkal ”manusia
berasal dari kera”.
c. Keberatan Terhadap Teori Evolusi

Teori ini tidak mempunyai dasar yang cukup di atas fakta yang terjadi. Teori
evolusi secara umum walaupun seringkali menyebut diri sebagai doktrin yang
sudah mantap, sampai saat ini pun sebenarnya masih berupa hipotesa karja yang
belum terbukti kebenarannya, dan hipotesa ini sendiri tidaklah memberikan janji
bahwa kebenarannya akan terbukti. Banyak ahli evolusi terkenal secara jujur
mengakui sifat hipotesis teori ini. Mereka masih juga mengakui bahwa mereka
percaya kepada doktrin tentang turunan, tetapi mereka juga tidak ragu mengatakan
bahwa mereka tidak dapat mengatakan dengan pasti mengenai metoda terjadinya.
Ketika Darwin mempublikasikan karyanya banyak orang berpikir bahwa Darwin
membawa kunci bagi pemecahan masalah evolusi ini, tetapi dalam lintasan waktu
berikutnya ternyata kunci yang dibawa tidak cocok juga. Darwin sejujurnya
berkata bahwa teorinya sepenuhnya bergantung pada kemungkinan penurunan sifat
yang diperlukan, dan segera pendapat ini menjadi salah satu batu penjuru teori
biologi Weismann bahwa sifat diperlukan bukanlah hasil keturunan. Pendapat
Weismann ini mendapat banyak dukungan dari studi tentang genetika selanjutnya.
Berdasarkan asumsi tentang penurunan sifat-sifat yang diperlukan ini, kemudian
Darwin membicarakan tentang transmutasi spesies dan menunjukan suatu garis
sambung menyambung dari perkembangan sejak dari sel primordial sampai
menjadi manusia; akan tetapi percobaan De Vries, Mendel dan yang lain
cenderung menggagalkan teori Darwin ini.

Perubahan perlahan-lahan (evolusi) yang dikemukakan oleh Darwin memberi


tempat bagi teori tentang mutase yang segera dan tidak diharapkan sebelumnya
yang dikemukakan oleh De Vries. Sementara Darwin mengemukakan tentang
variasi tanpa akhir dari berbagai arah, Mendel mengemukakan tentang varisai atau
mutase tak pernah menjadikan makhluk hidup keluar dari spesiesnya dan tunduk
kepada hukum tertentu. Ilmu Sitologi (tentang sel) modern dalam penelitiannya
tentang sel dan gen-gen serta kromosomnya sebagai pembawa sifat keturunan
meneguhkan pendapat ini. Apa yang disebut sebagai spesies baru oleh para ahli
evolusi terbukti bukanlah spesies benar-benar, tetapi hanyalah varietas dari spesies
yang ada. Nordenskioled mengatakan: “Untuk alasan paling mendasar atas
sejumlah besar fakta yang telah dibawah oleh riset hereditas modern, kekacauan
terjadi saat ini berkenaan dengan pendangan tentang pembentukan spesies.”
Banyak ahli evolusi sekarang dengan jujur mengakui bahwa asal mula spesies tetap
merupakan misteri bagi mereka. Selama keadaan masih tetap demikian, tidak ada
banyak kesempatan untuk mereka menerangkan asal mula manusia.

D. Pandangan Alkitab Tentang Penciptaan Manusia

Sebagai satu-satunya Kebenaran yang mutlak, hanya Alkitab sajalah yang


memberi informasi yang akurat tentang asal usul manusia. Alkitab memberikan dua
catatan tentang penciptaan menusia, yang pertama dalam Kej,1:26-27 dan yang kedua
dalam Kej 2:7,21-23. Ada beberapa pendapat tentang ayat ini. Yang pertama,
berpendapat bahwa penulis kitab Kejadian (Menyatukan) dua buah cerita tentang
penciptaan, yang pertama adalah yang tercatat dalam Kejadian 1:1-2:3, dan yang
kedua dicatat dalam Kejadian 2:4-25; dan kedua catatan ini saling berdiri sendiri
bahkan saling bertentangan. Kedua, Kejadian memakai dua sumber. Namun pendapat
ini tidak mau mengatakan bahwa di dalam kitab Kejadian ini ada dua penjelasan
tentang penciptaaan. Pendapat ini menyangkal bahwa dalam kitab Kejadian pasal dua
kita mendapatkan penjelasan yang berbeda tentang penciptaan, sebab catatan dalam
pasal itu bukanlah penjelasan tentang penciptaan secara luas. Pada kenyataanya,
kelimat pembuka dari Kejadian 2:4 yang berbunyi: “Demikianlah riwayat langit dan
bumi pada waktu diciptakan” haruslah dilihat artinya secara keseluruhan dari
pengulangan kalimat: “riwayat (inilah keturunan)” dalam kitab Kejadian, ini
menunjuk pada kenyataan bahwa sesungguhnya di sini kita memperoleh sesuatu yang
berbeda. Kalimat ini tidaklah menunjuk asal mula mereka yang disebut, tetapi
menunjuk pada sejarah keluarga mereka. Kisah pertama berisi penjelasan tentang
penciptaan segala sesuatu dalam susunan ketika semua itu terjadi, sedangkan
kelompok ke dua berkenaan dengan hubungan penciptaan dan manusia, tanpa
bermaksud menjelaskan tentang apapun yang berkaitan dengan susunan kronologis
dari munculnya menusia ke dunia dalam karya penciptaan Allah dan jelas
menunjukkan bahwa segala sesuatu yang mendahului penciptaan manusia ini
dipersiapkan untuk membuat tempat tinggal bagi manusia sebagai raja atas semua
ciptaan. Penjelasan ini menunjukan bagaimana manusia ditempatkan dalam
penciptaan Allah, dikelilingi oleh dunia tumbuhan dan hewan, dan bagaimana
manusia memulai sejarahnya.
Kebenaran tentang penciptan hanya ditemukan di dalam Alkitab. Kebenaran apapun
yang disingkapkan oleh IPTEK tak dapat diterima sebagai kebenaran mutlak. Fakta
yang dinyatakan dalam Alkitab adalah fakta yang dapat diandalkan:

a. Penciptaan manusia telah direncanakan oleh Allah.

Sebelum menciptakan manusia, ketiga Pribadi Allah melakukan perundingan.


Hali tersebut dapat kita lihat dari pernyataan Alkitab yang berbunyi: “Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kejadian 1:26). Karya
penciptaan manusia didasarkan atas perundingan Allah. Walau semua ciptaan-Nya
sampai sebelum jadinya manusia dikatakan baik, namun ciptaan tersebut belum
lengkap sebelum manusia diciptakan. Manusia diciptakan Allah atas hasil
pemikiran dan pertimbangan dalam benak Allah. Setelah Allah menciptakan
manusia, barulah Allah berkata bahwa apa yang Ia kerjakan adalah “amat baik”
(ayat 31).

b. Manusia diciptakan langsung oleh Allah

Alkitab memberikan suatu penjelasan yang masuk akal tentang asal usul
manusia. Alkitab menjelaskan bahwa Allah “Menciptakan” manusia (Kejadian
1:27;5:5;Ulangan 4:32; Mazmur 104:30; Yesaya 45:12; I Korintus 11:19) dan
bahwa Allah “menjadikan” dan “membentuk” manusia (Kejadian 1:26;2:22;6:6-
7;Mazmur 100:3;103:14;I Timotius 2:13). Mengenai tubuhnya, manusia diciptakan
dari debu tanah; dan mengenai jiwanya, manusia diciptakan dengan nafas Allah
(Kejadian 2:7; Ayub 33:4; Pengkhotbah 12:7), mencantumkan kedua aspek
penciptaan manusia ini dalam satu kalimat.

c. Allah menciptakan manusia dengan memakai dua aspek

Dalam Kejadian pasal 2:7 ada suatu perbedaan yang jelas antara asal mula
tubuh dan asal mula jiwa. Tubuh dibentuk dari debu tanah, dalam penciptaan ini
Allah memakai materi yang sudah ada terlebih dahulu. Akan tetapi dalam
penciptaan jiwa, Allah tidak memakai materi yang sudah ada sebelumnya, tetapi
Allah menciptakan substansi baru. Jiwa manusia sungguh-sungguh sebuah
ciptaan Allah yang baru. Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung
manusia dan manusia menjadi makhluk yang hidup. Dalam kalimat ini kedua
natur manusia jelas dinyatakan, dan kebenaran dari ajaran ini diteguhkan juga
oleh ayat-ayat ini dalam Alkitab, seperti dalam Pengkhotbah 12:7; Mat 10:28;
Luk 8:55; 2 Kor 5:1-8; Fil 1:22-24; Ibr 12:9. Kedua elemen ini adalah tubuh dan
nafas atau roh kehidupan yang dihembuskan Allah pada manusia oleh
penggabungan dari keduanya menjadi makhlik yang hidup yang berarti
keberadaan kehidupan.

d. Manusia diciptakan Allah menurut Gambar dan Rupa Allah sendiri.

Ketika Allah menciptakan alam semesta, tumbuhan, hewan, dan ikan-ikan,


dikatakan bahwa Allah menciptakan mereka menurut jenisnya, yaitu menurut
bentuk tipikal dari masing-masing jenisnya. Akan tetapi manusia tidaklah
diciptakan sedemikian. Ketika Allah menciptakan manusia Ia berkata: “Marilah
Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita”. Fakta dalam kisah
penciptaan bahwa, sesungguhnya penciptaan manusia sangatlah berbeda dan
special. Manusia diciptakan menurut contoh Khaliknya.

Dalam Alkitab kata Gambar ditulis dengan kata “tselem” (Ibrani), dan Rupa
“Demuth”. Dalam Bahasa latin ditulis “Imago”, dan ”Similitude”.

Ada Banyak Pendapat Dari Para Penulis Untuk Mendefinisikan Arti


Gambar Dan Rupa Allah:

Pandangan badaniah. Pandangan ini menghubungkan rupa Allah dengan


keseluruhan manusia termasuk yang materi dan rohani. Karena pandangan ini
menjadikan pula tubuh manusia sebagian dari rupa Allah, maka ia disebut pandangan
badaniah. “Manusia adalah wakil dari seluruh keberadaannya, karena dalam
pemikiran orang Israel manusia dipandang dari totalitasnya, melalui keberadaan
jasmaninya dan juga melalui fungsi rohaninya. Kalau harus dipilih salah satu maka
penampilan lahiriahlah yang mungkin lebih penting daripada yang rohaniah.

Pandangan non badaniah. Pandangan ini menghubungkan rupa Allah dengan


kepribadian-Nya. Banyak penulis menekankan keserupaan moral, kedaulatan,
kehendak, dan intelek (kemampuan berbicara, mengorganisir, dan sebagainya)
sebagai pokok-pokok nonbadaniah dari gambar Allah.

Pandangan Kombinasi. Pandangan kombinasi menggabungkan dari dua


pandangan diatas. Kejadian 1:27, menyatakan bahwa manusia baik laki-laki maupun
perempuan diciptakan menurut rupa Allah. Tak ada seorangpun yang kemudian
memandang bahwa Allah juga mempunyai jenis kelamin karena pernyataan tadi,
meskipun laki-laki atau perempuan menandakan adanya seks. Demikian juga karena
memiliki badan, tidaklah lalu berarti bahwa kita perlu juga menganggap bahwa Allah
punya badan. Namun jelas bahwa manusia diciptakan secara menyeluruh, materi
bukan materi, dan pribadi yang menyeluruh tadi diciptakan menurut gambar Allah.

Pandangan Katolik. Katolik membedakan gaambar dan rupa. Gambar adalah


gambar alamiah milik manusia sebagai makhluk yang diciotakan termasuk di
dalamnya ialah kerohanian, kebebasan, dan kekekalan. Rupa adalah gambaran moral
yang bukan milik manusia pada saat ia diciptakan tetapi yang pada mula sekali
ditambahkan dengan cepat pada manusia.

Pandangan neo-ortodoks. Dari antara penulis neo-ortodoks, Brunner


berpendapat, ada gambar yang resmi yang tak dapat hilang pada waktu kejatuhan
Adam, karena gambar menjadikan manusia sebagai manusia. Brunner menambahakan
bahwa sebuah gambar yang bersifat materi telah hilang pada waktu kejatuhan.

Pada waktu dosa masuk ke dalam manusia, gambar Allah pada manusia
tidaklah lenyap. Seseorang bisa saja berkata bahwa gambar itu rusak walau tidak
dihapus. Kalau konsep gambar diuraikan secara benar, lalu jika manusia kehilangan
gambar tersebut, maka tentunya manusia bukan lagi merupakan makhluk hidup,
makhluk rasional. Bukti lanjut bahwa gambar tidak hilang, didapat pada pemakaian
Alkitab akan hal tersebut setelah kejatuhan. Kenyataan, manusia diciptakan menurut
gambar Allah adalah dasar bagi penetapan hukuman yang dahsyat (Kejadian 9:6).
Kekepalaan manusia juga didasarkan pada kepribadiannya dalam gambar Allah (1
Korintus 11:7), Surat Yakobus mengingatkan kita berhati-hati mengenai mengutuki
sesama kita berdasarkan pertimbangan bahwa manusia dibuat menurut rupa Allah
(Yakobus 3:9).

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan adanya latar belakang dan penjelasannya diatas. maka, dapat saya
simpulkan hal tentang penciptaan Allah terhadap dunia ini. diantaranya dimana Allah
melakukan semua penciptaannya ini selama 6 hari lamanya. maka tak heran jika kita
harus percaya bahwa dunia diciptakan oleh ALLAH.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan secara panjang lebar di atas,


maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang pembahasan ini:

a. Teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin tentang asal usul manusia,
belum bisa menjawab persoalan seputar proses munculnya manusia, karena teori
ini belum terbukti kebenarannya dan bersifat spekulasi.
b. Sebagai kebenaran yang mutlak maka hanya Alkitablah yang mampu menjelaskan
dengan sebenar-benarnya tentang asal usul manusia yaitu:
c. Manusia diciptakan atas rancangan dan pertimbangan Allah Tritunggal yang Esa.
d. Manusia diciptakan langsung oleh tangan Allah sendiri.
e. Manusia diciptakan Allah dengan memakai dua aspek berbeda, yakni debu tanah
dan hembusan nafas Allah.
f. Manusia diciptakan Allah menurut gambar dan rupa Allah sendiri.

Anda mungkin juga menyukai