Penciptaan
Nim : 18.02.16.0012
PALANGKA RAYA
2019
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya maka makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dan
ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Teologi Dogmatika yang sudah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Berikut akan di paparkan dengan ringkas
menganai Penciptaan. Agar dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua supaya dapat
lebih lanjut mengetahui hal ini.
Penyusun
Cika Angela
Nim. 18.02.16.0012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu topik yang hangat diperdebatkan pada zaman modern ini ialah
pertanyaan bagaimana kehidupan ada di atas dunia ini. Ada dua pilihan dasar:
Yang berhubungan erat kepada topik ini ialah pertanyaan mengenai waktu -
berapa lama kehidupan ada di atas planet ini. Perbedaannya sangat nyata, apakah
ratusan juta tahun atau beberapa ribu tahun saja. Kesimpulan ilmu pengetahuan
evolusi modern telah membuat pernyatan Penciptaan versi Alkitab semakin tidak
populer biarpun di antara denominasi Kristen yang konservatif.
Harus disadari bahwa tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang mengatakan
dengan persis pada tahun berapa dan berapa tahun yang lalu pekan penciptaan itu
berlangsung. Namun demikian, ada sejumlah data kronologis dalam Alkitab yang,
bilamana dilihat secara kolektif, menunjukkan kepada Penciptaan berkisar 6000
tahun. Dengan alasan ini, pemikiran bahwa pekan penciptaan terjadi hanya beberapa
ribu tahun yang lalu, telah umum dimengerti baik oleh orang Yahudi maupun oleh
orang Kristen yang percaya sepanjang sejarah. Pengertian ini telah diterima hampir
secara universal di antara orang-orang yang percaya sampai abad kesembilan belas,
pada waktu penemuan-penemuan geologi modern mulai menantang kesimpulan itu.
"Banyak orang yang mengaku mempercayai Alkitab kehilangan nilai oleh karena
perkara-perkara ajaib yang ditemukan di bumi ini, kehilangan pandangan bahwa
pekan penciptaan hanyalah tujuh hari secara harfiah saja, dan bahwa dunia ini
sekarang baru berumur kira-kira enam ribu tahun.".
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Dan bumi tanpa bentuk dan
kosong; dan kegelapan menutupi permukaan laut ".Sebagian orang mengatakan
bahwa kalimat-kalimat ini sebenarnya mengatakan, "Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi. Dan bumi menjadi tanpa bentuk dan kosong." Apa
yang tersirat dalam pendekatan ini ialah bahwa bentuk kehidupan eksis atau ada di
atas dunia ini jutaan tahun sebelum umat manusia muncul, mengatakan bahwa dua
ayat yang pertama buku Kejadian menggambarkan suatu "penciptaan rangkap"
(Kadang-kadang ini disebut sebagai teori "penghancuran dan pemulihan"). Para
pendukung interpretasi ini memperdebatkan bahwa ayat 1 sebenarnya
menerangkan penciptaan sebelumnya (lebih dahulu) kehidupan di atas duma ini,
jutaan tahun sebelum pekan penciptaan dinyatakan kemudian dalam pasall 1, dan
bahwa ayat 2 menerangkan kebinasaan kehidupan yang sebelumnya (itu "menjadi"
tanpa bentuk dan kosong). Orang-orang.Kristen ini berspekulasi bahwa Satan
adalah penguasa penciptaan pertama im, tetapi oleh karena pemberontakannya,
bumi ini "menjadi" tanpa bentuk dan kosong. Menurut dugaan ayat 3 mulainya
penciptaan kedua dan bumi kita yang sekarang.
b. Berdasar Kitab-Kitab Pl Lainnya ( Ams. 8:22-26, 30; Mi. 5:2; Ayb. 38:7; Yes.
14:12-21; Yeh. 28:12-17; I Yoh. 3:8).
1. Mikha 5:2, menerangkan seorang Pemerintah (Kristus) yangkeberadaannya
adalah "sejak purbakala, sejak dulu kala (kekekalan)" (lihat juga lbrani 1:8).
2. Ayub 38:7 menunjukkan bahwa anak-anak Allah sudah ada sebelum penciptaan
bumi ini, mereka ada di sana untuk menyanyi dan bersorak-sorai karena
kesukaan atas penciptaan.
3. Kejadian 1:16 bahasa lbrani mengatakan bahwa matahari dan bulan menerima
tugas mereka untuk mengatur waktu dan musim "bersama-sama" atau "sebagai
tambahan kepada" bintang-bintang; pengertiannya ialah bahwa bintang-bintang
sudah ada sebelum pekan penciptaan, melakukan tugas-tugas mereka yang
sudah ditentukan.
4. Takhta Allah, yang ada di surga, telah ada dari sejak kekekalan (Mzm.
45:7193:2). Surga juga adalah tempat tinggal para malaikat, yang tampaknya
telah diciptakan sebelum bumi diciptakan.
5. Menurut 1 Yohanes 3:8, Iblis berbuat dosa dari mulanya, "mulanya" kejahatan
Lusifer ini mendahului enam hari penciptaan (lihat Yes. 14; Yeh. 28); dengan
ini kita menarik kesimpulan bahwa penciptaan para malaikat mendahului
penciptaan kehidupan di atas bumi ini.
Ayat-ayat ini, antara lain memberi tahu kepada kita bahwa Allah sang Bapa,
sang Anak, dan Roh Kudus sudah ada sejak kekekalan. Surga, bintang-bintang,
Lusifer, para malaikat, dan barangkali mahluk-mahluk lainnya sudah ada sebelum
planet kita diciptakan. Allah kekal dan Pencipta semesta alam yang maha luas
memilih Planet Bumi kita, yang "belum berbentuk dan kosong", untuk
menciptakan kehidupan di atasnya. Ia juga menunjukkan kasihNYa yang maha
agung kepada dunia kita ini oleh memberikan AnakNya yang tunggal mati untuk
kita.
B. Teologi Penciptaan
Kisah penciptaan merupakan awal sejarah kehidupan manusia di dunia sekaligus
salah satu bukti akan keberadaaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Kisah
penciptaan masih diyakini manusia sebagai suatu kesaksian dan pengakuan iman.
Dalam Perjanjian Lama, pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Dan selanjutnya dijelaskan pada Kejadian 1 dan 2, penciptaan langit dan bumi
disampaikan secara tematis. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam
Kejadian 1 berasal dari sumber Codex yang telah ada pada permulaan
pembuangan bangsa Israel ke Babel. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi
dalam Kejadian 2 diduga diambil dari sumber Yahwist yang berasal dari zaman
raja-raja. Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-
masing yang berbeda. Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam
“keberlainannya”.
Allah adalah hal yang melampaui segala sesuatu dan segala sesuatu dijadikan
oleh Dia dan tanpa Dia, tidak ada sesuatu yang telah jadi dari segala sesuatu yang
telah diajdikan. Allah berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. Allah tetap bekerja
sampai sekarang. Allah menciptakan dunia selama enam hari secara teratur dan
mengambil hari ketujuh untuk beristirahat. Dalam waktu enam hari Allah
mengatur segala sesuatu yang dicipta-Nya. Pada tiga hari pertama, Allah
menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos: pertama langit, air, dan kemudian
lahan kering.Pada hari keempat, kelima, dan keenam, Allah menciptakan
penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, kemudian ikan dan burung,
dan akhirnya hewan dan manusia. Setelah Allah selesai menciptakan semua itu,
Allah menilai bahwa semua itu baik. Allah menciptakan semua itu melalui
Firman-Nya. Allah menyatakan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari
kegelapan, serta langit dari bumi. beberapa orang menekankan kesetiaan dari
metode Allah secara logis dengan pengulangan dari tujuh langkah secara teratur
yang menggambarkan proses itu dengan menggunakan beberapa kata:
"Tuhan berkata"
"Jadilah"
"dan jadi"
Kemudian, bumi itu menjadi tempat manusia hidup. Manusia adalah makhluk
bumi, sebab manusia terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah).
Manusia yang dibentuk oleh Allah menjadi makhluk hidup ketika Allah
menghembuskan napas hidup kepadanya (Kejadian 2:7). Siapa yang datang dari
atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi
dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas
semuanya (Yohanes 3:31).
Manusia ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam
taman Eden terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk.[2] Pohon ini
merupakan pohon pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas. Setiap orang
yang makan buah dari pohon itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu.
Manusia ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak terbatas. Apabila hal itu
terjadi, maka manusia telah melanggar hak yang hanya menjadi milik Allah yaitu
kekekalan. Namun, pada akhirnya manusia tergoda oleh pencobaan dan semua
menjadi kacau. Manusia menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang
Pencipta. Manusia tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan
dirinya bukan pusat atas alam semesta.
Mazmur
Ayub
Hal yang menjadi penekanan dalam kitab ini ialah Ayub dalam keluhannya
yang panjang dan terperinci meminta pertanggungjawaban kepada Allah terhadap
“mala petaka” yang menimpanya. Allah menjawab keluhan Ayub bukan dalam
bentuk pertangungjawaban, melainkan dalam bentuk pernyataan hikmat melalui
pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh Ayub sendiri. Allah tidak perlu
memberikan pertangungjawaban kepada siapa pun juga terhadap pimpinan dan
pemerintahan-Nya. Dalam Ayub 38:4 tertulis “di manakah engkau, ketika Aku
meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengetahuan!
Ayub bertanya “Siapakah yang telah menetapkan ukurannya?” ...”.Maksud Ayub
menyebutkan mujizat penciptaan Allah ialah supaya mujizat penciptaan-Nya
dapat berfungsi sebagai saksi-saksi-Nya, sedangkan mujizat penciptaan-Nya
sebagai saksi.
Dalam "Ayub 28" merupakan surat “syair pengajaran“ yang berdiri sendiri dan
yang baru kemudian, karena sebab-sebab yang tidak diketahui. Secara formal
“puji-pujian akan hikmat” muncul sesudah berlangsung suatu diskusi yang hebat
antara Ayub dan sahabatnya (Elifas, Bildad, dan Zofar). Mereka mempersalahkan
Ayub dan berkata bahwa “malapetaka” yang menimpa Ayub merupakan
hukuman dari Allah atas dosa-dosanya. Dalam diskusi itu memperlihatkan
pengetahuan manusia sangat terbatas. Di sini Ayub benar-benar dicobai untuk
meninggalkan Allah yang menciptakan hikmat dan akal budi.
Roma
Surat Roma dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma menggunakan bahasa
yang lain daripada bahsa yang digunakannya dalam surat Kisah Para Rasul.
Paulus mengungkapkan bahwa “kekuatan Allah yang kekal dan keilahian-Nya
sejak penciptaan yang tampak dalam karya-karya-Nya. Dengan kata lain, Paulus
melakukan pendekatan terhadap orang-orang kafir dengan bertitik tolak dari
Allah sebagai Pencipta langit dan bumi.
Kolose
Manusia adalah ciptaan Allah, sehingga manusia harus tunduk kepada Allah .
Meskipun, manusia diciptakan segambar dengan Allah, tetapi manusia tidak sama
dengan Allah. Allah adalah pencipta, sedangkan manusia adalah ciptaan.
Manusia, malaikat dan semua ciptaan, diciptakan oleh Allah. Kejadian 2 ayat 6-7,
“Tetapi kabut naik ke atas bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi, ketika
itulah Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas
hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah, manusia itu menjadi makhluk yang
hidup”. Setelah Allah menjadikan langit dan bumi, Allah membentuk manusia
dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidung manusia,
sehingga manusia menjadi makhluk hidup. Manusia memiliki tubuh, jiwa dan
roh. Kata tubuh, roh, dan jiwa digunakan secara bergantian menunjukkan bahwa
manusia merupakan suatu makhluk yang diciptakan Allah secara utuh. Misalnya,
dalam Mazmur 103:1; Mazmur 104:1,35; dan Mazmur 146:2 tertulis bahwa
“jiwaku memuji Tuhan.
Antropologi adalah ajaran tentang manusia, namun dewasa ini istilah tersebut
memiliki arti teologis dan ilmiah. Antropologi teologis membahas manusia dalam
hubungannya dengan Allah, sedangkan Antropologi ilmiah menguraikan organisme
psikofisik serta sejarah alamiah manusia. Sekalipun demikian, terdapat bermacam-
macam variasi dalam Antropologi ilmiah tergantung pokok-pokok yang dibahas oleh
penulis-penulis antropologi ilmiah. Golongan naturalis mencakup juga aspek sejarah
alamiah manusia, sedangkan para filsuf menuliskan istilah antropologi ini untuk
meliputi psikologi, sosiologi, dan etika, bersamaan dengan anatomi dan fisiologi.
Perbedaan-perbedaan ini hanya berlaku untuk pokok-pokok bahasan, dan bukan untuk
cara-cara pembahasan. Karena antropologi ilmiah tidak lebih ilmiah daripada
antropologi teologis, tetapi hanya membahas aspek-aspek yang berbeda dari ajaran
tentang manusia.
Doktrin tentang manusia itu penting karena doktrin ini merupakan titik
bertemu di antara penyataan alkitabiah dengan urusan kemanusiaan. Ketika
membahas doktrin tentang manusia, teologi ini membahas sebuah obyek yang diakui
memang ada oleh setiap orang. Manusia modern mungkin tidak memiliki kepastian
tentang ada atau tidaknya Allah, atau apakah memang ada tokoh yang bernama Yesus
itu, atau apakah mukjizat-mukjizat yang dilakukannya itu benar atau tidak. Bahkan
adapun orang-orang tertentu yang meragukan kepribadian-Nya, namun pastilah
merekapun meragukan kalau Dia itu pernah ada. Ini berarti bahwa subyek manusia
merupakan titik pangkal terjadinya suatu dialog. Bila seseorang memulai suatu
percakapan dengan seseorang yang tidak percaya tentang apa yang diajarkan oleh
Alkitab, atau tentang seperti apakah Allah itu, maka hampir dapat dipastikan bahwa
perhatian si pendengar sudah hilang sebelum diperoleh.
a. Teori Evolusi
Teori evolusi tidaklah selalu dinyatakan dalam bentuk yang sama. Teori ini
kadang-kadang disebutkan seolah-olah manusia dalam keturunan langsung dari
salah satu spesies manusia kera yang sekarang ini ada dan kemudian seolah-olah
manusia dan kera yang lebih tinggi mempunyai nenek moyang yang sama. Akan
tetapi, betapapun ada beberapa pendapat berbeda tentang hal ini, satu hal yang
pasti adalah bahwa menurut pendapat evolusi naturalistic yang masih terus ada
manusia adalah keturunan dari binatang yang lebih rendah baik tubuh maupun jiwa
melalui suatu proses alamiah yang sempurna, yang diatur secara langsung oleh
kekuatan yang terus-menerus. Salah satu prinsip paling utama dari teori ini adalah
prinsip tentang kesinambungan langsung antara dunia hewan dan dunia manusia.
Teori ini tidak memperkanankan adanya diskontinuitas, karena setiap pemutusan
berakibat fatal bagi teori ini. Tidak satupun yang mutlak baru dan tidak terduga
dapat muncul dalam proses ini. Apa yang sekarang ditemukan pada manusia secara
potensial tentunya ada dalam hewan bersel satu apapun yang darinya segala
sesuatu berkembang. Dan seluruh proses harus diatur dari mula sampai akhir
melalui kekuatan yang selaras. Evolusi Teistik yang tampaknya lebih dapat
diterima leh banyak teolog, semata-mata menganggap evolusi sebagai metode
Allah bekerja. Evolusi teistik ini kadang-kadang dinyatakan dalam bentuk di mana
Allah dating hanya untuk menjembatani kesenjangan antara yang anorganis dan
yang organis, dan antara yang tidak rasional dengan yang rasional, yaitu melalui
penciptaan. Akan tetapi sampai suatu keadaan dimana tindakan Allah secara
khusus diasumsikan, kesenjangan-kesenjangan diakui sebagai suatu yang tidak
dapat dijembatani oleh evolusi, maka sesuatu yang baru diperlukan, teori ini
dengan sendirinya tidak lagi menjadi teori evolusi yang murni. Kadang-kadang
dipercaya bahwa hanya tubuh manusia saja yang berasal dari suatu proses evolusi
dari binatang yang lebih rendah, dan Allah memberikan jiwa yang rasional pada
tubuh ini. Pandangan ini sangat disukai dalam kalangan roma katholik.
Salah satu teori dari sekian banyak teori yang telah dikemukakan untuk
menjelaskan tentang asal usul manusia adalah teori evolusi manusia yang
dikemukakan oleh Charles Darwin. Seorang ahli zoologi, yang menelaah
pengalaman dari pemelihara-pemelihara burung merpati di Inggris.Ternyata
dengan cara pemeliharaan yang berencana dan tekun mereka berhasil memperoleh
burung merpati yang jenisnya amat berbeda dari jenis semula. Darwin mengambil
kesimpulan bahwa apa yang dapat dicapai manusia dengan cara berencana, dapat
pula tercapai oleh alam sendiri dengan cara seleksi alam.Darwin berpandangan
bahwa dalam perjuangan hidup (struggle of life) hanya hewan paling ulet yang
paling mampu menyesuaikan diri dengan keadaan iklim dan suasana sekitarnya.
Merekalah yang berhasil mempertahankan kelangsungan hidupnya (survive).
Hewan itu cukup punya kelincahan dan keluwesan untuk berubah sedikit (secara
biologis) jika iklim dan kekerasan hidup menuntutnya. Turunan dari hewan yang
biologis kuat ini terus menerus mengalami perubahan sedikit. Perubahan-
perubahan yang berlangsung selama jutaan tahun itu akhirnya mengakibatkan
timbulnya berbagai jenis binatang yang masing-masing sangat berbeda dengan
variasi yang berlipat ganda. Darwin merumuskan pengalaman-pengalaman dan
kesimpulan-kesimpulan di atas, dalam suatu pokok pandangan bahwa: semua jenis
binatang berasal dari satu sel purba. Selanjutnya, Darwin mempertajam
pandangannya lewat buku keduanya yang menghebohkan dunia, dengan judul
”The Descent of Man” (Asal Usul Manusia) yang terbit tahun 1871. Dalam
bukunya ini, Darwin menerapkan teorinya dalam perkembangan binatang-binatang
menuju manusia. Binatang yang paling maju, yaitu kera, dengan mengalami proses
perjuangan hidup, sedikit demi sedikit berubah dan dalam jenisnya yang paling
sempurna, mengarah menuju wujud kemanusiaan. Binatang menjadi manusia.
Teori ini tidak mempunyai dasar yang cukup di atas fakta yang terjadi. Teori
evolusi secara umum walaupun seringkali menyebut diri sebagai doktrin yang
sudah mantap, sampai saat ini pun sebenarnya masih berupa hipotesa karja yang
belum terbukti kebenarannya, dan hipotesa ini sendiri tidaklah memberikan janji
bahwa kebenarannya akan terbukti. Banyak ahli evolusi terkenal secara jujur
mengakui sifat hipotesis teori ini. Mereka masih juga mengakui bahwa mereka
percaya kepada doktrin tentang turunan, tetapi mereka juga tidak ragu mengatakan
bahwa mereka tidak dapat mengatakan dengan pasti mengenai metoda terjadinya.
Ketika Darwin mempublikasikan karyanya banyak orang berpikir bahwa Darwin
membawa kunci bagi pemecahan masalah evolusi ini, tetapi dalam lintasan waktu
berikutnya ternyata kunci yang dibawa tidak cocok juga. Darwin sejujurnya
berkata bahwa teorinya sepenuhnya bergantung pada kemungkinan penurunan sifat
yang diperlukan, dan segera pendapat ini menjadi salah satu batu penjuru teori
biologi Weismann bahwa sifat diperlukan bukanlah hasil keturunan. Pendapat
Weismann ini mendapat banyak dukungan dari studi tentang genetika selanjutnya.
Berdasarkan asumsi tentang penurunan sifat-sifat yang diperlukan ini, kemudian
Darwin membicarakan tentang transmutasi spesies dan menunjukan suatu garis
sambung menyambung dari perkembangan sejak dari sel primordial sampai
menjadi manusia; akan tetapi percobaan De Vries, Mendel dan yang lain
cenderung menggagalkan teori Darwin ini.
Alkitab memberikan suatu penjelasan yang masuk akal tentang asal usul
manusia. Alkitab menjelaskan bahwa Allah “Menciptakan” manusia (Kejadian
1:27;5:5;Ulangan 4:32; Mazmur 104:30; Yesaya 45:12; I Korintus 11:19) dan
bahwa Allah “menjadikan” dan “membentuk” manusia (Kejadian 1:26;2:22;6:6-
7;Mazmur 100:3;103:14;I Timotius 2:13). Mengenai tubuhnya, manusia diciptakan
dari debu tanah; dan mengenai jiwanya, manusia diciptakan dengan nafas Allah
(Kejadian 2:7; Ayub 33:4; Pengkhotbah 12:7), mencantumkan kedua aspek
penciptaan manusia ini dalam satu kalimat.
Dalam Kejadian pasal 2:7 ada suatu perbedaan yang jelas antara asal mula
tubuh dan asal mula jiwa. Tubuh dibentuk dari debu tanah, dalam penciptaan ini
Allah memakai materi yang sudah ada terlebih dahulu. Akan tetapi dalam
penciptaan jiwa, Allah tidak memakai materi yang sudah ada sebelumnya, tetapi
Allah menciptakan substansi baru. Jiwa manusia sungguh-sungguh sebuah
ciptaan Allah yang baru. Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung
manusia dan manusia menjadi makhluk yang hidup. Dalam kalimat ini kedua
natur manusia jelas dinyatakan, dan kebenaran dari ajaran ini diteguhkan juga
oleh ayat-ayat ini dalam Alkitab, seperti dalam Pengkhotbah 12:7; Mat 10:28;
Luk 8:55; 2 Kor 5:1-8; Fil 1:22-24; Ibr 12:9. Kedua elemen ini adalah tubuh dan
nafas atau roh kehidupan yang dihembuskan Allah pada manusia oleh
penggabungan dari keduanya menjadi makhlik yang hidup yang berarti
keberadaan kehidupan.
Dalam Alkitab kata Gambar ditulis dengan kata “tselem” (Ibrani), dan Rupa
“Demuth”. Dalam Bahasa latin ditulis “Imago”, dan ”Similitude”.
Pada waktu dosa masuk ke dalam manusia, gambar Allah pada manusia
tidaklah lenyap. Seseorang bisa saja berkata bahwa gambar itu rusak walau tidak
dihapus. Kalau konsep gambar diuraikan secara benar, lalu jika manusia kehilangan
gambar tersebut, maka tentunya manusia bukan lagi merupakan makhluk hidup,
makhluk rasional. Bukti lanjut bahwa gambar tidak hilang, didapat pada pemakaian
Alkitab akan hal tersebut setelah kejatuhan. Kenyataan, manusia diciptakan menurut
gambar Allah adalah dasar bagi penetapan hukuman yang dahsyat (Kejadian 9:6).
Kekepalaan manusia juga didasarkan pada kepribadiannya dalam gambar Allah (1
Korintus 11:7), Surat Yakobus mengingatkan kita berhati-hati mengenai mengutuki
sesama kita berdasarkan pertimbangan bahwa manusia dibuat menurut rupa Allah
(Yakobus 3:9).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan adanya latar belakang dan penjelasannya diatas. maka, dapat saya
simpulkan hal tentang penciptaan Allah terhadap dunia ini. diantaranya dimana Allah
melakukan semua penciptaannya ini selama 6 hari lamanya. maka tak heran jika kita
harus percaya bahwa dunia diciptakan oleh ALLAH.
a. Teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin tentang asal usul manusia,
belum bisa menjawab persoalan seputar proses munculnya manusia, karena teori
ini belum terbukti kebenarannya dan bersifat spekulasi.
b. Sebagai kebenaran yang mutlak maka hanya Alkitablah yang mampu menjelaskan
dengan sebenar-benarnya tentang asal usul manusia yaitu:
c. Manusia diciptakan atas rancangan dan pertimbangan Allah Tritunggal yang Esa.
d. Manusia diciptakan langsung oleh tangan Allah sendiri.
e. Manusia diciptakan Allah dengan memakai dua aspek berbeda, yakni debu tanah
dan hembusan nafas Allah.
f. Manusia diciptakan Allah menurut gambar dan rupa Allah sendiri.