Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberi kesempatan
kepada kami untuk bisa menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa solawat serta salam
selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad saw.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Theologi
Agama Kristen. Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih dalam tentang berpikir dan
intelegensi. Seperti kita ketahui bahwa setiap saat manusia itu berpikir. Pembahasan telah
kami susun semaksimal mungkin.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kami khususnya dan wawasan
semua yang membaca makalah ini umumnya. Penyusun menyadari kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.

Bandung, Mei, 2018

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................2
A. Latar Belakang..........................................................................................2
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
BAB II: PEMBAHASAN........................................................................................4
GERAJA PENTAKOSTA.......................................................................................4
Pengertian pentakostalisme..............................................................................4
Latarbelakang Kemunculan Gerakan Pentakostalisme....................................4
SEJERAH GERAKAN PENTAKOSTALISME.....................................................5
Perluasan dan Pertikaian..................................................................................8
Karakteristik Gerakan Pentakostalisme...........................................................9
SEJARAH GEREJA PENTAKOSTA DI INDONESIA.......................................10
DOKTRIN DALAM GEREJA PENTAKOSTA...................................................14
PELAYANAN GERAKAN PENTAKOSTALISME...........................................17
RITUAL DALAM GEREJA PENTAKOSTA......................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

1
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan Pentakosta dipandang sebagai usaha untuk kembali kepada


kekristenan yang Alkitabiah, seperti yang dialami dan dilakukan oleh gereja
mulamula. Orang Pentakosta meyakini bahwa baptisan Roh Kudus ditandai
dengan berkata-kata dalam bahasa lidah asing.

Gerakan Pentakosta berakar pada persekutuan orang-orang Kristen kulit


hitam dengan gerakan kekudusan, pada permulaan abad ke dua puluh. John
Wesley menekankan adanya perbedaan antara orang-orang percaya biasa dengan
mereka yang yang dikuduskan melalui pengalaman kedua (second blessing).
Pentakosta adalah “Penggenapan satu janji dalam Perjanjian Lama.”2 Mereka
juga meyakini bahwa kuasa Roh Kudus diperlukan, bukan hanya dalam
memenangkan jiwa saja, tetapi juga untuk memperbaiki nasalah sosial, politik dan
ekonomi. Gerakan Pentakosta ini diakui sebagai satu gerakan “reformasi.” Dalam
pada itu Steven H. Talumewo mengatakan: “Gerakan Pentakosta ini sesungguh-
nya sama dengan gerakan Reformasi.”3 Namun, sebutan itu bukan dalam
pengertian reformasi umumnya, sebab yang dimaksudkan adalah “reformasi sayap
kiri, yang lebih bersifat radikal, yaitu gerakan Ana-Baptis. Tentang gerakan
Pentakosta ini, pandangan lain menganggap bahwa gerakan Pentakosta
merupakan kelanjutan dari kaum Injili (evangelical). Tentunya itu disebabkan
karena teologinya cenderung fundamentalis, dan selalu menggunakan istilah “Injil
sepenuh” (full Gospel) yang sangat tepat untuk aliran Pentakosta.

2
B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana proses sejarah munculnya gerakan Pentakostalisme?


b. Bagaimana proses sejarah munculnya gerakan Pentakostalisme di Indonesia?
c. Apa saja doktrin-doktrin di dalam Gereja Pentakosta?
d. Apa saja Pelayanan-pelayanan dalam gereja Pentakosta?
e. Bagaimana tahapan ritual Kebaktian dalam Gereja Pentakosta?

C. Tujuan

a. Mengetahui proses sejarah kemunculan gerakan Pentakostalisme


b. Mengetahui proses sejarah munculnya gerakan pentakostalisme ke Indonesia?
c. Mengetahui doktrin-doktrin di dalam Gereja Pentakosta
d. Mengetahui pelayanan-pelayanan dalam gereja Pentakosta
e. Mengetahui tahapan ritual Kebaktian dalam Gereja Pentakosta

3
BAB II: PEMBAHASAN

GERAJA PENTAKOSTA

Pengertian pentakostalisme

Dalam Perjanjian Lama, Pentakosta merupakan hari pengucapan syukur atas


panen gandum yang dirayakan tujuh minggu setelah Paskah (Ulangan 16:10).
Hari tersebut mengingatkan kepada bangsa Israel bahwa semua pemberian yang
baik dan sempurna berasal dari Allah. Pentakostalisme berasal dari bahasa
Yunanai ‘pentekonta’ yang berarti angka 50 yang merujuk perhitungan hari ke-50
setelah Paskah, sedangkan ‘isme’ berarti suatu suatu gerakan, paham, aliran dan
ajaran.
Gerakan Pentakostalisme adalah gerakan yang menekankan glossolalia
(bahasa lidah asing), bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang biasa dan
gerakan pelayanan penyembuhan Ilahi. Manton berpendapat lebih menekankan
Pentakostalisme pada sifat yang terjadi dalam Kisah Para Rasul-rasul ketika Roh
Kudus dicurahkan ke atas jemaat. Kata tersebut diadopsi oleh denominasi gereja
tertentu untuk menunjukkan baptisan Roh Kudus sebagai suatu pengalaman Ilahi.
Gerakan Pentakosta Modern (First Wave Movement) bermula dari revival di
Azuza Street yang dianggap mengalami hal yang sama dengan peristiwa Kisah
Para Rasul 2. Tokoh pendirinya adalah Seynour murid Parham. Gerakan
Kharismatik (New Pentacostal) tidak menyetujui semua ajaran Pentakostalisme
dan berhasil masuk pada gereja-gereja mainstream. Gerakan ini lebih menekankan
kuasa Roh Kudus dalam penyembahan, beptisan roh, bahasa roh, pengusiran setan
dan kesembuhan ilahi[ CITATION Neg \l 1057 ].

Latarbelakang Kemunculan Gerakan Pentakostalisme

Pentakostalisme muncul abad 19 dipelopori oleh munculnya gerakan


kekudusan Parham. Seymour meneruskan tradisi gereja gurunya itu menjadi
gerakan baru yang tetap mempertahankan penyembuhan dan pembangunan antar
ras, menyatakan mujizat, penumpangan tangan dan pertemuan emosional.

Pentakostalisme melihat keadaan gereja-gerja masa itu suam-suam kuku.


Gereja menjadi liberal, lebih mengutamakan akademis pengetahuan, lebih

4
mengutamakan liturgy dan ritual secara rutinitas dan formalitas. Penganut
Pentakostalisme menyatakan intelektualisme adalah musuh spiritualitas.

Sebanyak 40 juta imigran datang ke Amerika membawa pemikiran baru


pluralisme yang liberalis dan rasionalis. Pandangan relatifisme tersebut
mendorong gerakan Pentakostalisme untuk mencari kepastian iman Kristen.

Kebangunan rohani secara korporat maupun pribadi memberi sumbangan


kepada kemunculan Pentakostalisme. Mereka yang mengalami kebangunan
rohani siap mengalami peristiwa Los Angeles tahun 1906 sebagai jawaban atas
doa mereka untuk kebangkitan rohani di Amerika.

Doktrin-doktrin kekudusan telah berhasil diaplikasikan di gereja-gereja


kulit hitam. Hidup spiritualitas mereka dipengaruhi oleh cerita, mitos dan lagu
rohani tentang kepemilikan Roh. Gaya kehidupan ini kemudian dibawa ke dalam
praktek gerakan Penakostalisme.

SEJERAH GERAKAN PENTAKOSTALISME

Pada tahun 1867 gerakan Pentakosta menonjol dikalangan gerakan kesucian


dari gereja Methodis dan disebut dengan istilah Pentakostal pada tahun 1867
ketika mereka mendirikan Perhimpunan Pertemuan Kemah Nasional untuk
Pemasyhuran Kesucian Kristen dengan sebuah catatan yang berbunyi : kami
mengundang semua orang apapun juga alirannya yang merasa terasing didalam
kekayakinan kesuciannya agar semuanya secara bersama – sama dapat
mewujudkan baptisan Pentakosta oleh Roh Kudus.

Tetapi untuk Pentakostalisme modern sesungguhnya dimulai sekitar tahun


1901. Gerakan ini diakui pada waktu Agnes Ozman menerima karunia berbahasa
roh (glossolalia) pada suatu persekutuan doa di Sekolah Alkitab Bethel di Topeka,
Kansas, tahun 1901. Disana ada seorang Pendeta yang bernama Charles Fox
Parham yang berlatar belakang Metodis, merumuskan ajaran bahwa bahasa roh
adalah bukti Alkitabiah, dari baptisan Roh Kudus.

5
Pada sekitar tahun 1906 gerakan Pentakosta muncul di Eropa, dan di
Amerika Utara. Gerakan ini awalnya muncul dalam gerakan Methodis yang
berkeinginan untuk kembali kepada kegairahan dan kesederhanaan yang
menekankan kembali kepada pertobatan secara mendadak yang menjadi cita – cita
dalam kebangunan Methodis dan kesempurnaan Kristen seperti yang dianjurkan
dalam Teologi Wesley. Dalam perkembangannya penganut gerakan ini
membentuk organisasi tersendiri. Pada tahun 1900 salah seorang tokoh gerakan
tersebut, Ch. F. Parham asal dari gereja Methodis keluar mengembangkan 3 (tiga)
pokok ajaran yang kemudian hari menjadi cirri gerakan Pentakosta pada
umumnya, yaitu tekanan pada eskatologi pada baptisan dengan Roh dan pada
karunia – karunia Roh, khususnya karunia Lidah sebagai tanda seseorang telah
menerima baptisan Roh.

Alasan Parham keluar dari gereja Methodis karena menurutnya ajaran dan
praktik gereja itu sudah kurang menekankan kesucian hidup dan peranan karunia
Roh Kudus. Alasa lain yang boleh jadi lebih kuat adalah karena pada waktu yang
sama, pada dasawarsa 1890-an, Parham juga mengadakan kontak dengan
kelompok-kelompok yang menekankan berbagai unsur yang lebih radikal, lalu
mendalaminya. Misalnya penyembuhan ilahi yang diilhami oleh pelayanan
penyembuhan [rohani] dari John Alexander Dowie – dipahami sebagai bagian
penebusan. Juga dengan baptisan Roh dan Api sebagai ‘pengalaman ketiga’
dipelajarinya dari B.H Irwin, pemimpin Gereja Kesucian Baptiisan
Api[ CITATION Ari16 \l 1057 ].

Parham meninggalkan Topeka dan memulai pelayanan kebangunan rohani


yang membawanya kepada kebangunan Rohani Azusa Street melalui William J.
Seymour yang menjadi muridnya di sekolahnya di Houston Seymour, karena ia
seorang kulit hitam, saat itu hanya di izinkan duduk di luar kelas untuk
mendengarkan kuliah – kuliahnya. Gerakan ini meluas yang dimulai dari
kebangunan Rohani Azusa Street, pada 9 April 1906 dirumah yang bernama
Edward Lee di Los Angeles. Parham menggambarkan pengalamannya di penuhi
oleh Roh Kudus pada 12 April 1906. Pada 18 April 1906, tersiarlah berita lewat
berita yang memberitakan gerakan ini. Pada minggu ketiga bulan April 1906,

6
gerakan yang kecil namun berkembang pesat itu telah menyewa sebuah gedung
African Methodist Episcopal Church yang kosong di 312 Azusa Street dan mulai
diorganisir sebagai misi iman Kerasulan (Apostolic Faith Mission).

Dasa warsa pertama Pentakostalisme ditandai oleh kebaktian – kebaktian


antar – ras orang – orang kulit putih dan hitam bergabung dalam gejolak
keagamaan, dan hal ini berlangsung hingga tahun 1924. Ketika gereja ini terpecah
mengikuti garis ras, namun ibadah – ibadah antar ras berlanjut selama bertahun –
tahun. Bahkan juga di daerah – daerah selatan AS yang terpecah. Pada tahun 1948
persekutuan Pentakostal America Utara terbentuk organisasi itu sepenuhnya
terdiri atas denominasi – denominasi Pentakostal Kulit Putih Amerika. Karena itu
Unitid Pentakostal Church tidak bergabung dan kebijakan antar – rasnya bertahan
terus sepanjang sejarahnya. Oleh sebab itu pada tahun 1994 gereja – gereja
Pentakostal yang terpecah kembali ke akar antar – ras mereka dan mengusulkan
penyatuan kembali secara resmi kelompok – kelompok. Gereja Pentakostal hitam
dan putih dalam pertemuan yang kemudian dikenal sebagai Mukjizat Memphis.
Penyatuan ini terjadi pada tahun 1998, juga di Memphis Tennessee. Dalam
penyatuan gerakan antara gerakan kulit hitam dan putih menyebabkan
persekutuan Pentakostal Amerka Utara ditata ulang menjadi Gereja – gereja
Pentakostal/Karismatik Amerika Utara (Pentecostal/Charismatic Churches of
North America).

Pada awal abad yang XX. Albert Benjamin Simpson sangat terlibat
dengan gerakan Pentakostal yang berkembang pesat. Pada saat itu para Pendeta
dan Misionaris Pentakostal biasanya dilatih di Missionary Training Institute yang
didirikan oleh Simpson. Karena itu Simpson dan C dan MA ( sebuah gerakan
penginjilan yang didirikan Simpson) sangat berpengaruh terhadap gerakan
Pentakostalisme, khususnya gereja – gereja siding jemaat Allah dan Foursquare
Church. Pengaruh ini mencakup penekanan pada penginjilan, doktrin C dan MA,
nyanyian – nyanyian dan buku – buku karya Simpson, dan penggunaan istilah
“Tabernakel Injil” yang berkembag menjadi gereja – gereja Pentakostal yang
dikenal sebagai “Tabernakel Inji Sepenuh”.

7
Gerekan ini dengan cepat menyebar keseluruh wilayah Amerika Serikat dan
Negara – Negara lain. Menurut data pada tahun 1972 pengikut aliran Pentakosta
di seluruh dunia sudah mencapai 20(dua puluh) juta orang. Gereja Pentakosta
mempunyai cirri – cirri yang sama di seluruh dunia antara lain; kebaktian yang
bebas, pemakaian Alkitab secara spontan, pembangunan jemaat melalui kegiatan
kebangunan rohani yang meliputi dorongan untuk bertobat dan hidup suci, dan
anggapan bahwa dalam lingkungan jemaat perlu ada karunia lidah dan karunia
kesembuhan sebagai tanda – tanda orang percaya.

Sejak akhir tahun 1950- an, gerakan Karismatik yang sebagian besar, di
ilhami dan di pengaruhi oleh Pentakostalisme, mulai berkembang dikalangan
denominasi – denominasi Protestan arus utama, maupun di lingkungan gereja
Katolik Roma. Berbeda dengan’ Pentakosta Klasik’ yang melulu membentuk
gereja – gereja ataupun denominasi Pentakostal, kaum Karismatik bermotokan
“berkembang dimanapun Allah menempatkanmu”[ CITATION Lub16 \l 1057 ].

Perluasan dan Pertikaian

Hingga tahun 1914 kaum Pentakostal pada umumnya masih berada di


lingkunga Gerakan Kesucian. Sementara Gerakan Pentakostal semakin meluas,
semakin banyak pula dari antara ‘gereja-gereja kesucian’ itu yang ikut memahami
Baptisan Roh dan berbahasa lidah itu sebagai pengalaman ketiga dan jaminan
akhir kesucian, yang lebih meyakinkan dari ‘berkat kedua’. Dengan demikian,
bagi bagi mereka da tiga tahap atau tiga jenis berkat: pembenaran, penyucian, dan
Baptisan Roh. Lalu gereja-gereja yang menganut pemahaman ini selanjutnya
menjadi pusat penginjilan Pentakosta.

Akan tetapi ada juga dari antara gereja-gereja Kesucian yang merasa
terdesak denga gerakan Pentakosta dan yang tidak menerima Baptisan Roh
sebagai peristiwa atau berkat ketiga, bahkan menolak kehadiran mereka serta
menilainya sebagai gerakan yang sesat.

Di antara gereja-gereja yang memisahkan diri dari lingkungan Gerakan


Kesucian, lalu menyebut diri gereja Pentakosta, itupun sudah sejak 1906bterlihat
perbedaan pemahaman yang mengarah pertikaian dan perpecahan. Perbedaan

8
pertama berkisar pada persoalan perlu tidaknya ‘berkat kedua’. Kalangan
Pentakostal yang berlatarbelakang Gerakan kesucian, misalnya Parham dan
Seymor, tetap mempertahankan ajaran ini, tetapi mereka yang tak pernah
berkenalan denga Gerakan Kesucian, atau menolaknya, misalnya yang
berlatarbelakang Gereja Baptis Partikular, tidak menerimanya.

Tahun 1914 juga semakin menegaskan pemisah organisasi berdasarkan


warna kulit. Sejak tahun itu The Church of God Assemblies sepenuhnya menjadi
gereja bagi kulit hitam, sedangkan The Assemblies of god utamanya bagi kulit
putih. (dari penelitian sejarah kita ketahui bahwa kurun waktu 1900-1930 ditandai
oleh sentimen rasial yang sangat kuat di Amerika). Sejak tahun 1913 timbul isu
baru yaitu isu Jesus Only, yang menyangkut rumusan baptisan. Menurut R.E
McAllister dan para pendukungnya, rumusan tritunggalitu tidak pernah digunakan
para rasul; mereka hanya menggunakan nama Yesus [bnd. Kis. 10:48], karena di
dalam nama itu sudah tercakup Bapa dan Roh kudus. Rumusan tritunggal itu
menurut mereka adalah produk pemikiran uskup Roma yang kemudian diterima
dan disahkan pada konsili Nicea tahun 325[ CITATION Ari16 \l 1057 ].

Karakteristik Gerakan Pentakostalisme

Pentakostalisme menekankan ajaran restorasionalisme: Allah menghidupkan


kembali gereja yang telah kehilangan otoritas Allah, Allah mencurahkan Roh
Kudus kepada para rasul dan dilanjutkan ke gereja, kebangkitab restorasi ditandai
dengan baptisan Roh Kudus.
Pentakostalisme berorientasi kepada pengalaman spiritual yang kadang-
kadang mengaburkan objektivitas Alkitab. Pengalaman rohani dijadikan sebagai
tolok ukur kebenaran dan menyebabkan ketidakpekaan disiplin Kristen yang
Alkitabiah.
Baptisan Roh Kudus orang percaya ditandai dengan bahasa lidah asing
(glossolalia). Para Rasul berbicara dengan bahasa asing tertentu yang dapat
dimengerti oleh orang asing tertentu. Teori lainnya adalah xenoglossia religious
yaitu berbicara dalam bahasa yang tidak diketahui bahkan oleh penutur itu sendiri.
Penumpangan tangan diyakini selalu berhubungan dengan karunia Roh
Kudus dan kesembuhan ilahi (Kisah Para Rasul 19:6). Doa-doa kesembuhan,

9
pengusiran setan, dan pengurapan dalam Pentakostalisme selalu disertai dengan
penumpangan tangan.
Alkitab dipahami sebagai Firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus
sebagai tata tertib bagi teologi, iman, praktek, dan perilaku. Pola ibadah
Pentakostalisme menekankan ibadah pujian dan penyembahan sebagai perayaan
dan kemenangan[ CITATION Neg \l 1057 ].

SEJARAH GEREJA PENTAKOSTA DI INDONESIA

Sejarah Pentakostalisme di Indonesia lebih terkoordinir dengan berdirinya


DePinkstergemeente in nederlandsch indie dicatat dalam buku sejarah gerakan “
Pentakosta dan Karismatik di Indonesia” Oleh David DS. Lumoindong. Pada
awalnya dengan pelayanan Misi dari Weenink Van Loon bersama Johanes
Thiessen, John Bernard dari Liverpool, Inggris, Weenink Van Loon Holf On –
Derwyzer (kepala Sekolah) mereka dari satu persekutan yang bernama “ De Bond
Voor Evangelistie” yang membentuk suatu yayasan” De Zendings Vereeniging”
Yayasan ini mengelola/mengasuh sebuah Sekolah Kristen yakni Holland
Chineesche school met de Bibel, sebagai pimpinan sekolah di tunjuk Wenink Van
Loon. Disamping itu di kota Tumanggung terdapat pula yayasan
Zwakzinhigenzorg yang di sponsori oleh Pa Van Steur. Yayasan tersebut
bergerak dibidang penampungan anak – anak terlantar yang mempunyai sebuah
Panti asuhan yang dipimpin oleh M A Van Alt, semua tokoh tersebut ternyata
adalah simpatisan Gereja Gerekan Pentakosta yang diperkenalkan oleh John
Bernard. Dalam waktu yang hampir bersamaan bulan Maret 1921 datang pula dua
penginjil dari “Bethel Tempel” dari Seatle Amerika Serikat yaitu Rev C E
Grosbeck dan Rev DR Van Klaveren, keduanya membawa serta keluarganya.
Mereka tiba di pelabuhan Batavia dengan menumpang KM Suwa Maru pada
bulan Maret 1921. Dan mereka langsung menuju ke Denpasar Bali tapi pada
waktu itu oleh pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa Pulau Bali tertutup
untuk Penginjilan sebab pulau Bali telah dijadikan sebagai pulau wisata untuk
menarik para pelancong dari negeri supaya boleh meningkatkan pendapatan
keuangan dari pemerintah yang ada. Oleh karena itu kedua penginjil itu tidak
dapat berbuat banyak sekalipun sempat memberitakan injil di pulau Dewata, akan

10
tetapi hasilnya tidak menggembirakan. Dan pada bulan Desember 1922 keduanya
berangkat menuju Surabaya, dan mereka berpisah Rev DR Van Klaveren menuju
Jakarta dan melayani dengan Rev J.THiessen, sedangkan Rev Groesbeck tetap di
Surabaya dan giat mengadakan Penginjilan (Camp Meetings) dan kebayakan
yang hadir didalam camp meeting itu pemuda – pemuda berdarah campuran
Belanda Indonesia yaitu Ambon, Minahasa, Timor. Kemudian Rev Groesbeck
bertemu dengan Rev Van Gesel seorang karyawan BPM di cepu. Dan mereka
bersama – sama bergabung pada persektuan De Bond Voor Evangelistie ibu
Moeke Wynen salah seorang yang aktif pada organisasi ini , dan dialah
memperkenalkan penginjilan dari Seatle USA ini pada organisasi tersebut, De
Bond Voor Evangelistie berpusat di Bandung dan dipimpin oleh antara lain
Wenink Van Loon, pada tanggal 29 Maret 1923 tibalah di Cepu Rev Johannes
Thiesen bersama Wenink Can Loon dari Bandung mengadakan kebaktian, dan
yang hadir dalam kebaktian tersebut sebagian besar adalah pimpinan dan
kariyawan BPM Cepu dan keluarga mereka diantaranya SIP Lumoindog, Tn
Agust Kops, Tn Win Vincentie, dan yang lainya. Dan keesokan harinya adalah
berketepatan gari jumat Agung (Goede Vrijdag) tanggal 30 Maret 1923 di
umumkan akan diadakan baptisan air didaerah pasar sore. Jumlah yang dibaptis
pada itu adalah 13 jwa yang nama – nama mereka sebagai berikut; Jan Jeckel, Ny
Jeckel, Tn F G van Gesel, Ny van Gesel, Ch c De Vriew, Tn Frits Salem
Lumoindong, Tn Win Vincentie, Ny Vincentie, Tn Agust Kops, Corie
Eiderbrink, Anton Leterman, Tn Sambou Ignatius Paulus Lumoindong, Ny SIP
Lumoindong VIcentie. Mereka dibabtis oleh Pendeta Thiessen dan Pendeta
Groesbeck, dalam kebaktian Kebangunan Rohani di Cepu pada tanggal 29 – 30
Maret 1923 dan waktu itu terjadi pemenuhan Roh Kudus pada mereka yang
mengikuti Kebaktian dan acara pembaptisan air. Thiessen dan Wenink Van Loon
kembali ke Bandung dan meneruskan pelayanan disana sedangkan dari Cepu Api
Pentakosta terus menjalar dengan disertai kuasa dan Mukjizat – mukjizat ke
Surabaya dan hampir seluruh Jawa Timur. Dan kemudian para pelopor aliran
Pentakosta ini membagi wilayah pelayanan mereka. Rev Johannes memilih kota
Bandung sebagai basis pelayanannya.

11
Yang mula-mula tertarik pada gerakan ini adalah golongan Indo-Eropa,
yang selama ini kurang mendapat perhatian secukupnya dari gereja mereka,
dalam hal ini Indische Kerk alias Gereja Protertan Indonesia, antara lain karena
status sosial dan hukum mereka yang serba tanggung, bukan Eropa dan bukan
juga pribumi. Lalu juga masyarakat Tionghoa dan suku-suku pribumi yang sudah
ataupun belum Kristen. Bagi kalanga Pentakosta, memasuki kawasan yang sudah
diigarap badan-badan penginjilan lain dan menjaring orang-orang yang sudah
Kristen tidaklah dianggap senbagai pembajakan, sebab sesuai dengan
pemahaman mereka, yang mereka lakukan adalah menambahkan unsur baru pada
kekeristenan tradisional yang sudah dianut sebelumnya. Sementara bagi badan-
badan penginjilan dan gereja-gereja yang dihasilkannya, yang sudah mulai mapan
dan yang anggotanga ikut terjaring, tindakan kalangan Pentakosta itu dianggap
tidak mengindahkan asas comity (sopan santun bertetangga).

Sejak kehadiran gerakan Pentakosta yang berasal dari berbagai organisasi


geraja itu, timbulah pula beraneka ragam organisasi gereja Pentakosta di
Indonesia. Yang terbesar diantaranya adalah Gereja Pentakosta di Indonesia
(GPdI). Gerreja ini terkenal dengan gedung-gedungnya yang besar dan megah,
dan jumlah anggotanya sekarang sekitar 4 juta jiwa, terhimpun di lebih dari
12.000 jemaat yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara, bahkan ada beberapa
di luar negeri. Ia juga memiliki 30-an Sekolah Alkitab dan Sekolah Tinggi
Alkitab.

Sama seperti induknya di mancanegara, cukup banyak diantara gereja-


gereja Pentakosta di Indonesia yang selalu berbiak atau berpecah (dari GPdI saja,
misalnya, selama sekitar 90 tahun sejarahnya sudah menyempal lebih dari 10
organisasi gereja baru), sehingga dewasa ini kita menemukan seratusan organisasi
1
gereja (belum termasuk yayasan) yang masuk rumpun pentakosta.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan perpecahan, antara


lain (a) perbedaan ajaran mengenai pro-kontra tentang Jesus Only; (b) pro-kontra
tentang boleh tidaknya perempuan menjadi peminmpin; (c) hubungan antara

1
Lihat Direktorat Gereja-gereja, Yayasan, Pendidikan, Agama san Keagamaan Kristen di
Indonesia (edisi ke-3, 2011)

12
jemaat dan “pusat” (terutama menyangkut hak milik atas harta-benda); (d)
prestise suku ataupun perorangan; dan (e) adanya sponsor dari luar negeri untuk
membentuk gereja baru sebagai duplikat induknya di sana. Tidak jarang
pembiakan ataupun perpecahan itu dibenarkan atas nama “petunjuk Roh
Kudus” .karena itu ada organisasi gereja yang cukup besar, bersekala nasional
dan memiliki jemaat dan berskala lokal.

Dalam rangka mengatasi atau mengurangi kemajemukan dan perpecahan


sambil mengupayakan persatuan, di lingkungan pentakosta di Indonesi, sejak
dasawarsa 1970-an diihktiarkan pembentukan wadah persatuan. yang terpenting
diantaranya adalah Dewan Pentakosta Indonesia (DPI; sejak 1998 berubah
menjadi PGPI: Persatuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia).
Pemprakarsanya terutama adalah GPdI, Gereja pentakosta yang sampai abad ke-
21 tersebar di Indonesia. Tetapi belum semua Gereja-gereja Pentakosta menjadi
anggota. 2

Di samping di dalam wadah DPI, sejak akhir dasawarsa 1950-an hingga


2000-an sudah lebih dari 10 gereja-gereja Pentakosta menjadi anggota DGI/PGI,
antara lain Gereja Isa Almasih [GIA], Gereja Bethel Injil Sepenuh [GBIS],
Gereja Pentakosta Pusat Surabaya [GPPS], Gereja Gerakan Pentakosta [GPP],
Gereja Bethel di Indonesia [GBI], Gereja Tuhan di Indonesia [GTdI], Gereja
Kristen Abdiel [GKA], dan Gereja Sidang Jemaat Allah [GSJA]. Tetapi jumlah
yang bergabung di dalam DGI/PGI itu sangat kecil dibanding jumlah mereka
keseluruhan. Hal yang sama juga tampak di dalam lembaga-lembaga oikumenis
sedunia, misalnya DGD. Alasan banyak Gereja Pentakosta untuk tidak bergabung
dalam lembaga oikumenis semacam DGI/PGI dan DGD anaa lain adalah “ tidak
ditemukan dasar Alkitabiah utnuk bersekutu dengan DGD ataupun dengan dewan
Gereja-gereja Nasional, karena perbedaan besar dalam sistem pemerintahan
(organisasi) maupun ajaran gereja”

Di antara mereka yang bergabung ataupun tidak bergabung dalam PGI


maupun DPI, banyak pula yang bergabung di dalam Persekutuan Injili

2
Dalam daftar angoota PGPI yang terdapat Direktori Gereja-gereja (2011:255-7) terdapat 70
organisasi gereja; setelah itu dapat diduga msih terus bertambah.

13
Indonesia (PII) yang kemudian berganti nana menjadi Persekutuan Gereja-
gerja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) (diantara 84 Gereja
anggota PGLII hingga 2003, sekurang-kurangnya 25 dari rumpun Pentakosta)
[ CITATION Ari16 \l 1057 ].

DOKTRIN DALAM GEREJA PENTAKOSTA

Sama seperti aliran Kesucian, gerakan Pantekosta tidak merasa bahwa


mereka telah menciptakan suatu doktrin atau standar yang baru. Dengan
mengkhotbahkan 'Injil Sepenuh', mereka merasa bahwa mereka hanya
menekankan kembali ajaran lama yang sudah ada. Beberapa pengajaran
Pentakosta, yaitu:

1. Alkitab dipahami sebagai Firman Allah yang diilhamkan dan dinyatakan kepada
manusia, untuk menjadi tata-tertib bagi iman dan perilaku. Alkitab mengungguli
hati nurani dan akal baudi, tetapi tidak bertentangan dengannya. Sebagai yang
diilhamkan langsung oleh Allah, Alkitab tidak mengandung kesalahan. Alkitab
adalah firman Allah yang berotoritas dan sempurna.
2. Allah yang benar dan hidup itu oleh aliran Pentakostal diyakini sebagai Allah
yang esa, yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Allah yang
menyatakan diri di dalam tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ke dalam
ketiga nama inilah dibaptis setiap orang yang sudah menyatakan imannya. Jadi
aliran Protestan memiliki kepercayaan sama dengan kaum reformasi.
3. Keselamatan adalah pembebasan dari situasi di luar kemampuan seseorang
membebaskan dirinya sendiri. Keselamatan adalah karya Allah dalam
pengupayaan umat bebas dari perbudakan dosa dan membawa ke situasi
kemuliaan melalui Yesus Kristus. Jadi keselamatan sebagai buah kasih-karunia
Allah, yang ditawarkan kepada manusia melalui pemberitaan dan ajakan
menyatakan penyesalan dan permohonan ampun kepada Allah, dan iman kepada
Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui baptisan (permandian) kelahiran-
kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus. Setelah dibenarkan oleh kasih-karunia
melalui iman, menjadi anak dan pewaris Kerajaan Allah, sesuai dengan
pengharapan akan kehidupan kekal. Bukti batiniah bagi orang percaya tentang

14
keselamatannya adalah kesaksian langsung dari Roh Kudus, sedangkan bukti
lahiriah adalah kehidupan di dalam kebenaran dan kesucian yang sejati.
4. Baptisan adalah tindakan iman untukmelaksanakan percaya kepada Injil yaitu
bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia, sesuai dengan kitab suci,
bahwa Ia dikuburkan dan telah bangkit pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci
(1 Kor 15:3a-4; Rom 6:3-5). Baptisan terdiri atas dua jenis, yaitu: Pertama,
baptisan air, yakni lambang kematian dan penguburan kemanusian yang lama,
dengan cara menyelamkan seluruh tubuh ke dalam air (Mat 16:15-16; 28:19).
Kedua, Baptisan Roh adalah baptisan orang percaya dengan Roh kudus
dibuktikan oleh tanda fisik awal, yaitu berbicara dengan bahasa-bahasa lain
seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya (Kis
2:4). Roh Kudus menjadi pusat teologi dari aliran Pentakosta.
5. Bahasa Lidah: baptisan atas orang percaya di dalam Roh Kudus diawali dan
disaksikan oleh tanda lahiriah berupa berbicara dalam lida (bahasa) lain,
sebagaimana kemampuan yang diberikan Allah kepada para rasul (Kis 2:4).
Berbahasa lidah dalam nats ini pada hakikatnya sama dengan karunmia lidah
dalam 1 Kor 12:4-10, 28, tetapi berbeda dalam maksud dan penggunaannya.
6. Perjamuan Kudus, yang terdiri dari unsur roti dan air buah anggur , adalah
lambang yang mengungkapkan keikutsertaan di dalam kodrat ilahi dari Tuhan
Yesus, pengenangan atas penderitaan dan kematian-Nya dan nubuat atas
kedatangan kedua kali, persekutuan orang percaya dengan Allah serta sesama,
kesembuhan bisa terjadi sewaktu orang percaya mengambil bagian dalam
perjamuan kudus dimana Allah yang menyembuhkannya, dan sakramen
Perjamuan Kudus sebagai salah satu alat anugerah Allah bagi orang percaya.
Dengan Perjamuan Kudus maka anugerah dan karya Allah lewat korban Yesus di
kayu salib akan lebih kita kenang dan hayati, sehingga pengaktualisasian iman
kepada Allah akan lebih berarti.
7. Kesucian hidup dan perilaku secara menyeluruh. Kaum Pentakostal
mempertahankan kesucian sebagi pokok ajaran yang terpenting. Dengan kuasa
Roh Kudus orang percaya dapat menaati perintah Allah. Kesucian menyeluruh
adalah kehendak Allah bagi semua orang percaya, dan harus sungguh dikejar
dengan cara berjalan di dalam ketaatan pada firman Allah.

15
8. Kesembuhan Ilahi. Pada permulaan gerakan Pantekosta, doktrin kesembuhan
Ilahi adalah suatu kebenaran yang sangat penting dalam berita "Injil Sepenuh".
Kesembuhan Ilahi dikhotbahkan dan dipraktekkan, sebab umat Pentakosta
percaya bahwa kesembuhan disediakan bersamaan penebusan dan merupakan hak
istimewa bagi orang percaya.
9. Eskatologis. Pada umumnya kaum Pentakosta mempercayai bahwa Yesus Kristus
akan datang kembali dan memerintah dalam kerajaan seribu tahun di dunia.
Kedatangan Kristus yang kedua kali meliputi pengangkatan orang-orang kudus,
yang merupakan pengharapan yang penuh bahagia bagi kita, diikuti kedatangan
yang tampak dari Kristus dengan orang suci-Nya untuk memerintah di bumi
selama seribu tahun (Za 14:5; Mat 24:27, 30; Why 1:7; 19:11-14). Pemerintahan
seribu tahun ini akan membawa keselamatan bangsa Israel (Yeh 37:21-22; Zef
3:19-20; Roma 11:26-27) dan penegakkan damai sejahtera di seluruh dunia (Yes
11:6-9; Mi 4:3-4).
10. Gereja bukan hanya merupakan suatu perkumpulan melainkan sebuah
persekutuan yang lahir dari Allah. Alkitab menyatakan bahwa yang mendirikan
gereja adalah Tuhan Yesus (Mat 16:18). Gereja adalah buah tangan pekerjaan
Roh Kudus dan diyakini sebagai tubuh Kristus, tempat Allah berdiam melalui
Roh-Nya, dengan serangkaian ketetapan ilahi dalam rangka memenuhi amanat
agung-Nya.
11. Ibadah dan liturgy: gereja-gereja Pentakosta beribadah secara teratur pada hari
Minggu, ditambah dengan beberapa pertemuan ibadah pada hari lainnya. Tata-
ibadah bersifat lisan serta tidak berlangsung secara baku. Kendati tata-ibadah
bersifat lisan dan tidak baku, ada semacam pola dan unsur-unsur yang umum,
yaitu doa pembuka, nyanyian penyembahan, doa lanjutan, nyanyian pujian,
khotbah, serta kadang ditambah pelayanan altar (altar calling, altar service). Yang
terakhir ini memberi kesempatan untuk mengungkapkan pelepasan dari kuasa roh
jahat, pertobatan, penguatan rohani, pengurapan, pemulihan, dan
lainnya[ CITATION Ari16 \l 1057 ].

16
PELAYANAN GERAKAN PENTAKOSTALISME

Kekristenan diibaratkan peperangan rohani (tidak semua Pentakostalisme


setuju) karena musuh mereka adalah Iblis (Efesus 6:10-12). Ayat tersebut
mengidentifikasi: orang percaya menjadi kuat di dalam Tuhan, kekuatan Tuhan itu
dasyat, orang percaya harus mengenakan perlengkapan senjata Tuhan.

Pentakostalisme menekankan praktek exorcime, yaitu praktek pengusiran


roh-roh jahat dengan menggunakan doa, nyanyian, penyembahan, pembacaan
Alkitab dan pengurapan minyak dengan mengandalkan nama Yesus Kristus yang
penuh kuasa.

Tujuan pelayanan kesembuhan ilahi adalah orang yang sakit menerima


anugerah dari Allah sebagai penyembuhan dan imannya terbangun melalui Roh
Kudus. Tujuan dari mujizat kesembuhan sekaligus supaya orang percaya bahwa
Yesus berkuasa. Kesembuhan meliputi kesehatan jasmani dan batin.

Penginjilan dengan kuasa mengusahakan pertumbuhan gereja yang


signifikan. Kuasa yang dimaksud adalah penyertaan Roh Kudus dan karunia-Nya.
Banyak orang tidak setuju dengan istilah ini, karena apakah berarti ada pelayanan
yang tidak berkuasa dari Roh Kudus?

Pentakostalisme melakukan pengalaman pertempuran rohani yang


mengekspos dan memanggil kuasa-kuasa kegelapan dalam berbagai bentuk untuk
menuntut pertanggung jawaban mereka dengan tujuan menyatakan identitas Allah
yang benar[ CITATION Neg \l 1057 ].

RITUAL DALAM GEREJA PENTAKOSTA

Rituan dalam gereja Pentakosta sama halnya dengan gereja-gereja lain.


Yaitu dilaksanakannya Kebaktian setiap hari sabtu atau munggu. Beberapa
tahapan ibadah Kebaktian adalah sebagai berikut:

1. Doa pembuka

17
Ibadah dimulai dengan doa pembuka oleh pemimpin pujian. Doa pembuka
ditujukan untuk menyiapkan hati dan memfokuskan diri untuk memasuki hadirat
Tuhan. Sebelum ibadah dimulai, seringkali pikiran jemaat masih terganggu atau
terdistraksi dengan berbagai hal. Karena itulah, dalam doa pembuka ini pemimpin
pujian biasanya akan mengajak jemaat untuk menanggalkan beban masalah yang
dialami, menyerahkannya pada Tuhan agar dapat lebih siap dan fokus sebelum
memulai ibadah.

2. Penyembahan/puji-pujian

Doa pembuka kemudian diikuti dengan penyembahan atau puji-pujian.


Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam penyembahan di gereja pentakosta bersifat
lebih kontemporer atau modern dan disertai dengan ekspresi dalam penyembahan
dan puji-pujian seperti mengangkat tangan, tepuk tangan. Dalam ibadah untuk
kaum pemuda dapat juga disertai dengan melompat sebagai ekspresi sukacita atau
kemenangan yang sudah Tuhan berikan.

3. Kesaksian (jika ada)

Kesaksian dapat disampaikan oleh salah satu jemaat yang ingin


membagikan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Karena itulah, walaupun dilakukan
dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan, kesaksian juga dapat berdampak pada
pemberian harapan atau pertumbuhan iman bagi jemaat lain yang
mendengarkannya.

4. Doa sebelum khotbah/penyampaian firman

Setelah penyembahan, jemaat akan kembali diajak dalam doa untuk


bersyukur atas kebaikan Tuhan sebelum penyampaian firman dimulai. Selain itu,
jemaat juga dapat diajak untuk meminta agar Tuhan membuka hatinya dan
memberi hikmat agar firman Tuhan yang disampaikan dapat tertanam sehingga
nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hamba Tuhan yang akan
menyampaikan firman juga turut didoakan agar Tuhan pimpin sehingga apa yang
hendak disampaikan sesuai dengan kehendak Tuhan. Doa ini dapat dipimpin oleh

18
pemimpin penyembahan atau oleh hamba Tuhan yang akan menyampaikan
firman.

5. Penyampaian firman Tuhan

Hamba Tuhan yang telah dipercaya untuk menyampaikan firman kemudian


menyampaikan khotbah dengan tema yang telah disiapkan. Hamba Tuhan atau
pengkhotbah ini dapat merupakan salah seorang gembala dari gereja yang
bersangkutan atau pengkhotbah tamu. Firman Tuhan yang disampaikan dapat
meliputi kutipan ayat yang terkait dengan tema, penjelasannya, kesaksian dari
pengkhotbah sendiri, atau sesekali disertai dengan penyembahan.

6. Doa sesudah firman Tuhan

Setelah penyampaian firman Tuhan, jemaat kembali diajak untuk bersatu


dalam doa. Doa ini dapat berisi ucapan syukur atas firman yang sudah
disampaikan dan bahwa firman yang sudah diterima dapat menjadi pedoman
dalam hidup jemaat.

7. Persembahan

Jemaat kemudian diberi kesempatan untuk memberikan persembahan untuk


perkembangan gereja Tuhan. Persembahan ini sifatnya sukarela dan bukan
paksaan. Walau demikian, salah satu janji Tuhan bagi orang percaya adalah
bahwa kepada orang yang memberikan persembahan bagi pertumbuhan gereja
Tuhan, khususnya persembahan persepuluhan akan dibukakan tingkap-tingkap
langit dan dari situ mendapat curahan berkat (baca juga: Arti Persepuluhan).

8. Doa atas persembahan

Setelah persembahan dikumpulkan, jemat kembali diajak untuk berdoa, kali


ini untuk mendoakan persembahan yang baru saja dikumpulkan agar dapat
berguna bagi pertumbuhan gereja Tuhan. Pertumbuhan gereja Tuhan yang
didoakan di dalamnya termasuk untuk penyebaran firman Tuhan ke daerah-daerah
lain dan juga untuk menjadi berkat bagi sesama. Tidak lupa jemaat yang telah

19
memberikan persembahan didoakan dengan iman bahwa Tuhan yang akan
membalas dan memberkati kehidupan jemaat tersebut.

9. Pengumuman

Sebelum mengakhiri ibadah dengan doa, salah satu hamba Tuhan yang
melayani di gereja akan menyampaikan pengumuman seputar gereja seperti
kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung dalam waktu dekat. Contohnya,
informasi mengenai baptis, retreat, dsb. Pengumuman dapat juga disertai dengan
pemutaran video rekaman event yang sudah terjadi dalam beberapa waktu
terakhir.

10. Doa syafaat

Doa syafaat biasanya sudah disusun terlebih dahulu dan diulang setiap
minggunya. Isi dari doa ini biasanya mendoakan keadaan secara global, seperti
untuk pemerintah, kedamaian, dlsb. Selain itu, doa syafaat juga dapat berupa doa
Bapa kami.

11. Doa penutup/doa berkat

Ibadah ditutup dengan doa berkat untuk jemaat dalam menjalani keseharian
khususnya selama satu minggu ke depan, sebelum kembali dalam ibadah umum
lagi. Dialam doa berkat terdapat hal-hal yang berkaitan dengan keseharian kita
seperti kesehatan, pekerjaan (bisnis, sekolah), keluarga, dsb. Hal ini penting
dilakukan sebagai bekal atau kekuatan jemaat yang secara tidak langsung menjadi
kekuatan iman tersendiri untuk melewati hari lepas hari selama satu minggu atau
selama 6 hari hingga hari ibadah di hari Minggu tiba.

12. Ibadah selesai – jemaat bersalam-salaman dengan petugas gereja

Ketika selesai beribadah biasanya beberapa majelis ataupun pendeta sudah


bersiap ketika jemaat akan keluar gereja dan tidak lupa gembala sidang ataupun
staf gembala yang turut serta menyalami dapat memberikan ucapan berkat seperti
“Tuhan memberkati”. Salah satu maksud dari hal ini adalah sebagai upaya bagi

20
gembala atau staf untuk dapat berinteraksi secara lebih dekat dengan
jemaat[ CITATION The18 \l 1057 ].

DAFTAR PUSTAKA

12 Tata Cara Ibadah Gereja Pentakosta yang Sering Dilakukan. (2018, may 4).
https://tuhanyesus.org/tata-cara-ibadah-gereja-pentakosta.
Aritonang, J. (2016). Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar Gereja. jakarta:
Gunung Mulia.
Lubis, J. (2016, febuari 09). SEJARAH GEREJA PANTEKOSTA. pp.
http://jimmijefersonlubis.blogspot.co.id/2016/02/aliran-aliran-gereja-dan-
sejarahnya.html.
Nego, A., & A. Taringan, N. (n.d.). Resensi buku Gerakan Pentakostalisme:
Sejarah Kebangunan Rohani yang Mewarnai Dunia dan Injil Bangsa-
bangsa karya Dr. Daniel Sutoyo, M.Th.
https://50isme.blogspot.co.id/p/resensi_65.html.
Theofani, T. (2018, may 04). 12 Tata Cara Ibadah Gereja Pentakosta yang Sering
Dilakukan. https://tuhanyesus.org/tata-cara-ibadah-gereja-pentakosta.

21

Anda mungkin juga menyukai