Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberi kesempatan
kepada kami untuk bisa menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa solawat serta salam
selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Theologi
Agama Kristen. Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih dalam tentang berpikir dan
intelegensi. Seperti kita ketahui bahwa setiap saat manusia itu berpikir. Pembahasan telah
kami susun semaksimal mungkin.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kami khususnya dan wawasan
semua yang membaca makalah ini umumnya. Penyusun menyadari kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................2
A. Latar Belakang..........................................................................................2
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
BAB II: PEMBAHASAN........................................................................................4
GERAJA PENTAKOSTA.......................................................................................4
Pengertian pentakostalisme..............................................................................4
Latarbelakang Kemunculan Gerakan Pentakostalisme....................................4
SEJERAH GERAKAN PENTAKOSTALISME.....................................................5
Perluasan dan Pertikaian..................................................................................8
Karakteristik Gerakan Pentakostalisme...........................................................9
SEJARAH GEREJA PENTAKOSTA DI INDONESIA.......................................10
DOKTRIN DALAM GEREJA PENTAKOSTA...................................................14
PELAYANAN GERAKAN PENTAKOSTALISME...........................................17
RITUAL DALAM GEREJA PENTAKOSTA......................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
1
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II: PEMBAHASAN
GERAJA PENTAKOSTA
Pengertian pentakostalisme
4
mengutamakan liturgy dan ritual secara rutinitas dan formalitas. Penganut
Pentakostalisme menyatakan intelektualisme adalah musuh spiritualitas.
5
Pada sekitar tahun 1906 gerakan Pentakosta muncul di Eropa, dan di
Amerika Utara. Gerakan ini awalnya muncul dalam gerakan Methodis yang
berkeinginan untuk kembali kepada kegairahan dan kesederhanaan yang
menekankan kembali kepada pertobatan secara mendadak yang menjadi cita – cita
dalam kebangunan Methodis dan kesempurnaan Kristen seperti yang dianjurkan
dalam Teologi Wesley. Dalam perkembangannya penganut gerakan ini
membentuk organisasi tersendiri. Pada tahun 1900 salah seorang tokoh gerakan
tersebut, Ch. F. Parham asal dari gereja Methodis keluar mengembangkan 3 (tiga)
pokok ajaran yang kemudian hari menjadi cirri gerakan Pentakosta pada
umumnya, yaitu tekanan pada eskatologi pada baptisan dengan Roh dan pada
karunia – karunia Roh, khususnya karunia Lidah sebagai tanda seseorang telah
menerima baptisan Roh.
Alasan Parham keluar dari gereja Methodis karena menurutnya ajaran dan
praktik gereja itu sudah kurang menekankan kesucian hidup dan peranan karunia
Roh Kudus. Alasa lain yang boleh jadi lebih kuat adalah karena pada waktu yang
sama, pada dasawarsa 1890-an, Parham juga mengadakan kontak dengan
kelompok-kelompok yang menekankan berbagai unsur yang lebih radikal, lalu
mendalaminya. Misalnya penyembuhan ilahi yang diilhami oleh pelayanan
penyembuhan [rohani] dari John Alexander Dowie – dipahami sebagai bagian
penebusan. Juga dengan baptisan Roh dan Api sebagai ‘pengalaman ketiga’
dipelajarinya dari B.H Irwin, pemimpin Gereja Kesucian Baptiisan
Api[ CITATION Ari16 \l 1057 ].
6
gerakan yang kecil namun berkembang pesat itu telah menyewa sebuah gedung
African Methodist Episcopal Church yang kosong di 312 Azusa Street dan mulai
diorganisir sebagai misi iman Kerasulan (Apostolic Faith Mission).
Pada awal abad yang XX. Albert Benjamin Simpson sangat terlibat
dengan gerakan Pentakostal yang berkembang pesat. Pada saat itu para Pendeta
dan Misionaris Pentakostal biasanya dilatih di Missionary Training Institute yang
didirikan oleh Simpson. Karena itu Simpson dan C dan MA ( sebuah gerakan
penginjilan yang didirikan Simpson) sangat berpengaruh terhadap gerakan
Pentakostalisme, khususnya gereja – gereja siding jemaat Allah dan Foursquare
Church. Pengaruh ini mencakup penekanan pada penginjilan, doktrin C dan MA,
nyanyian – nyanyian dan buku – buku karya Simpson, dan penggunaan istilah
“Tabernakel Injil” yang berkembag menjadi gereja – gereja Pentakostal yang
dikenal sebagai “Tabernakel Inji Sepenuh”.
7
Gerekan ini dengan cepat menyebar keseluruh wilayah Amerika Serikat dan
Negara – Negara lain. Menurut data pada tahun 1972 pengikut aliran Pentakosta
di seluruh dunia sudah mencapai 20(dua puluh) juta orang. Gereja Pentakosta
mempunyai cirri – cirri yang sama di seluruh dunia antara lain; kebaktian yang
bebas, pemakaian Alkitab secara spontan, pembangunan jemaat melalui kegiatan
kebangunan rohani yang meliputi dorongan untuk bertobat dan hidup suci, dan
anggapan bahwa dalam lingkungan jemaat perlu ada karunia lidah dan karunia
kesembuhan sebagai tanda – tanda orang percaya.
Sejak akhir tahun 1950- an, gerakan Karismatik yang sebagian besar, di
ilhami dan di pengaruhi oleh Pentakostalisme, mulai berkembang dikalangan
denominasi – denominasi Protestan arus utama, maupun di lingkungan gereja
Katolik Roma. Berbeda dengan’ Pentakosta Klasik’ yang melulu membentuk
gereja – gereja ataupun denominasi Pentakostal, kaum Karismatik bermotokan
“berkembang dimanapun Allah menempatkanmu”[ CITATION Lub16 \l 1057 ].
Akan tetapi ada juga dari antara gereja-gereja Kesucian yang merasa
terdesak denga gerakan Pentakosta dan yang tidak menerima Baptisan Roh
sebagai peristiwa atau berkat ketiga, bahkan menolak kehadiran mereka serta
menilainya sebagai gerakan yang sesat.
8
pertama berkisar pada persoalan perlu tidaknya ‘berkat kedua’. Kalangan
Pentakostal yang berlatarbelakang Gerakan kesucian, misalnya Parham dan
Seymor, tetap mempertahankan ajaran ini, tetapi mereka yang tak pernah
berkenalan denga Gerakan Kesucian, atau menolaknya, misalnya yang
berlatarbelakang Gereja Baptis Partikular, tidak menerimanya.
9
pengusiran setan, dan pengurapan dalam Pentakostalisme selalu disertai dengan
penumpangan tangan.
Alkitab dipahami sebagai Firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus
sebagai tata tertib bagi teologi, iman, praktek, dan perilaku. Pola ibadah
Pentakostalisme menekankan ibadah pujian dan penyembahan sebagai perayaan
dan kemenangan[ CITATION Neg \l 1057 ].
10
tetapi hasilnya tidak menggembirakan. Dan pada bulan Desember 1922 keduanya
berangkat menuju Surabaya, dan mereka berpisah Rev DR Van Klaveren menuju
Jakarta dan melayani dengan Rev J.THiessen, sedangkan Rev Groesbeck tetap di
Surabaya dan giat mengadakan Penginjilan (Camp Meetings) dan kebayakan
yang hadir didalam camp meeting itu pemuda – pemuda berdarah campuran
Belanda Indonesia yaitu Ambon, Minahasa, Timor. Kemudian Rev Groesbeck
bertemu dengan Rev Van Gesel seorang karyawan BPM di cepu. Dan mereka
bersama – sama bergabung pada persektuan De Bond Voor Evangelistie ibu
Moeke Wynen salah seorang yang aktif pada organisasi ini , dan dialah
memperkenalkan penginjilan dari Seatle USA ini pada organisasi tersebut, De
Bond Voor Evangelistie berpusat di Bandung dan dipimpin oleh antara lain
Wenink Van Loon, pada tanggal 29 Maret 1923 tibalah di Cepu Rev Johannes
Thiesen bersama Wenink Can Loon dari Bandung mengadakan kebaktian, dan
yang hadir dalam kebaktian tersebut sebagian besar adalah pimpinan dan
kariyawan BPM Cepu dan keluarga mereka diantaranya SIP Lumoindog, Tn
Agust Kops, Tn Win Vincentie, dan yang lainya. Dan keesokan harinya adalah
berketepatan gari jumat Agung (Goede Vrijdag) tanggal 30 Maret 1923 di
umumkan akan diadakan baptisan air didaerah pasar sore. Jumlah yang dibaptis
pada itu adalah 13 jwa yang nama – nama mereka sebagai berikut; Jan Jeckel, Ny
Jeckel, Tn F G van Gesel, Ny van Gesel, Ch c De Vriew, Tn Frits Salem
Lumoindong, Tn Win Vincentie, Ny Vincentie, Tn Agust Kops, Corie
Eiderbrink, Anton Leterman, Tn Sambou Ignatius Paulus Lumoindong, Ny SIP
Lumoindong VIcentie. Mereka dibabtis oleh Pendeta Thiessen dan Pendeta
Groesbeck, dalam kebaktian Kebangunan Rohani di Cepu pada tanggal 29 – 30
Maret 1923 dan waktu itu terjadi pemenuhan Roh Kudus pada mereka yang
mengikuti Kebaktian dan acara pembaptisan air. Thiessen dan Wenink Van Loon
kembali ke Bandung dan meneruskan pelayanan disana sedangkan dari Cepu Api
Pentakosta terus menjalar dengan disertai kuasa dan Mukjizat – mukjizat ke
Surabaya dan hampir seluruh Jawa Timur. Dan kemudian para pelopor aliran
Pentakosta ini membagi wilayah pelayanan mereka. Rev Johannes memilih kota
Bandung sebagai basis pelayanannya.
11
Yang mula-mula tertarik pada gerakan ini adalah golongan Indo-Eropa,
yang selama ini kurang mendapat perhatian secukupnya dari gereja mereka,
dalam hal ini Indische Kerk alias Gereja Protertan Indonesia, antara lain karena
status sosial dan hukum mereka yang serba tanggung, bukan Eropa dan bukan
juga pribumi. Lalu juga masyarakat Tionghoa dan suku-suku pribumi yang sudah
ataupun belum Kristen. Bagi kalanga Pentakosta, memasuki kawasan yang sudah
diigarap badan-badan penginjilan lain dan menjaring orang-orang yang sudah
Kristen tidaklah dianggap senbagai pembajakan, sebab sesuai dengan
pemahaman mereka, yang mereka lakukan adalah menambahkan unsur baru pada
kekeristenan tradisional yang sudah dianut sebelumnya. Sementara bagi badan-
badan penginjilan dan gereja-gereja yang dihasilkannya, yang sudah mulai mapan
dan yang anggotanga ikut terjaring, tindakan kalangan Pentakosta itu dianggap
tidak mengindahkan asas comity (sopan santun bertetangga).
1
Lihat Direktorat Gereja-gereja, Yayasan, Pendidikan, Agama san Keagamaan Kristen di
Indonesia (edisi ke-3, 2011)
12
jemaat dan “pusat” (terutama menyangkut hak milik atas harta-benda); (d)
prestise suku ataupun perorangan; dan (e) adanya sponsor dari luar negeri untuk
membentuk gereja baru sebagai duplikat induknya di sana. Tidak jarang
pembiakan ataupun perpecahan itu dibenarkan atas nama “petunjuk Roh
Kudus” .karena itu ada organisasi gereja yang cukup besar, bersekala nasional
dan memiliki jemaat dan berskala lokal.
2
Dalam daftar angoota PGPI yang terdapat Direktori Gereja-gereja (2011:255-7) terdapat 70
organisasi gereja; setelah itu dapat diduga msih terus bertambah.
13
Indonesia (PII) yang kemudian berganti nana menjadi Persekutuan Gereja-
gerja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) (diantara 84 Gereja
anggota PGLII hingga 2003, sekurang-kurangnya 25 dari rumpun Pentakosta)
[ CITATION Ari16 \l 1057 ].
1. Alkitab dipahami sebagai Firman Allah yang diilhamkan dan dinyatakan kepada
manusia, untuk menjadi tata-tertib bagi iman dan perilaku. Alkitab mengungguli
hati nurani dan akal baudi, tetapi tidak bertentangan dengannya. Sebagai yang
diilhamkan langsung oleh Allah, Alkitab tidak mengandung kesalahan. Alkitab
adalah firman Allah yang berotoritas dan sempurna.
2. Allah yang benar dan hidup itu oleh aliran Pentakostal diyakini sebagai Allah
yang esa, yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Allah yang
menyatakan diri di dalam tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ke dalam
ketiga nama inilah dibaptis setiap orang yang sudah menyatakan imannya. Jadi
aliran Protestan memiliki kepercayaan sama dengan kaum reformasi.
3. Keselamatan adalah pembebasan dari situasi di luar kemampuan seseorang
membebaskan dirinya sendiri. Keselamatan adalah karya Allah dalam
pengupayaan umat bebas dari perbudakan dosa dan membawa ke situasi
kemuliaan melalui Yesus Kristus. Jadi keselamatan sebagai buah kasih-karunia
Allah, yang ditawarkan kepada manusia melalui pemberitaan dan ajakan
menyatakan penyesalan dan permohonan ampun kepada Allah, dan iman kepada
Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui baptisan (permandian) kelahiran-
kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus. Setelah dibenarkan oleh kasih-karunia
melalui iman, menjadi anak dan pewaris Kerajaan Allah, sesuai dengan
pengharapan akan kehidupan kekal. Bukti batiniah bagi orang percaya tentang
14
keselamatannya adalah kesaksian langsung dari Roh Kudus, sedangkan bukti
lahiriah adalah kehidupan di dalam kebenaran dan kesucian yang sejati.
4. Baptisan adalah tindakan iman untukmelaksanakan percaya kepada Injil yaitu
bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia, sesuai dengan kitab suci,
bahwa Ia dikuburkan dan telah bangkit pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci
(1 Kor 15:3a-4; Rom 6:3-5). Baptisan terdiri atas dua jenis, yaitu: Pertama,
baptisan air, yakni lambang kematian dan penguburan kemanusian yang lama,
dengan cara menyelamkan seluruh tubuh ke dalam air (Mat 16:15-16; 28:19).
Kedua, Baptisan Roh adalah baptisan orang percaya dengan Roh kudus
dibuktikan oleh tanda fisik awal, yaitu berbicara dengan bahasa-bahasa lain
seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya (Kis
2:4). Roh Kudus menjadi pusat teologi dari aliran Pentakosta.
5. Bahasa Lidah: baptisan atas orang percaya di dalam Roh Kudus diawali dan
disaksikan oleh tanda lahiriah berupa berbicara dalam lida (bahasa) lain,
sebagaimana kemampuan yang diberikan Allah kepada para rasul (Kis 2:4).
Berbahasa lidah dalam nats ini pada hakikatnya sama dengan karunmia lidah
dalam 1 Kor 12:4-10, 28, tetapi berbeda dalam maksud dan penggunaannya.
6. Perjamuan Kudus, yang terdiri dari unsur roti dan air buah anggur , adalah
lambang yang mengungkapkan keikutsertaan di dalam kodrat ilahi dari Tuhan
Yesus, pengenangan atas penderitaan dan kematian-Nya dan nubuat atas
kedatangan kedua kali, persekutuan orang percaya dengan Allah serta sesama,
kesembuhan bisa terjadi sewaktu orang percaya mengambil bagian dalam
perjamuan kudus dimana Allah yang menyembuhkannya, dan sakramen
Perjamuan Kudus sebagai salah satu alat anugerah Allah bagi orang percaya.
Dengan Perjamuan Kudus maka anugerah dan karya Allah lewat korban Yesus di
kayu salib akan lebih kita kenang dan hayati, sehingga pengaktualisasian iman
kepada Allah akan lebih berarti.
7. Kesucian hidup dan perilaku secara menyeluruh. Kaum Pentakostal
mempertahankan kesucian sebagi pokok ajaran yang terpenting. Dengan kuasa
Roh Kudus orang percaya dapat menaati perintah Allah. Kesucian menyeluruh
adalah kehendak Allah bagi semua orang percaya, dan harus sungguh dikejar
dengan cara berjalan di dalam ketaatan pada firman Allah.
15
8. Kesembuhan Ilahi. Pada permulaan gerakan Pantekosta, doktrin kesembuhan
Ilahi adalah suatu kebenaran yang sangat penting dalam berita "Injil Sepenuh".
Kesembuhan Ilahi dikhotbahkan dan dipraktekkan, sebab umat Pentakosta
percaya bahwa kesembuhan disediakan bersamaan penebusan dan merupakan hak
istimewa bagi orang percaya.
9. Eskatologis. Pada umumnya kaum Pentakosta mempercayai bahwa Yesus Kristus
akan datang kembali dan memerintah dalam kerajaan seribu tahun di dunia.
Kedatangan Kristus yang kedua kali meliputi pengangkatan orang-orang kudus,
yang merupakan pengharapan yang penuh bahagia bagi kita, diikuti kedatangan
yang tampak dari Kristus dengan orang suci-Nya untuk memerintah di bumi
selama seribu tahun (Za 14:5; Mat 24:27, 30; Why 1:7; 19:11-14). Pemerintahan
seribu tahun ini akan membawa keselamatan bangsa Israel (Yeh 37:21-22; Zef
3:19-20; Roma 11:26-27) dan penegakkan damai sejahtera di seluruh dunia (Yes
11:6-9; Mi 4:3-4).
10. Gereja bukan hanya merupakan suatu perkumpulan melainkan sebuah
persekutuan yang lahir dari Allah. Alkitab menyatakan bahwa yang mendirikan
gereja adalah Tuhan Yesus (Mat 16:18). Gereja adalah buah tangan pekerjaan
Roh Kudus dan diyakini sebagai tubuh Kristus, tempat Allah berdiam melalui
Roh-Nya, dengan serangkaian ketetapan ilahi dalam rangka memenuhi amanat
agung-Nya.
11. Ibadah dan liturgy: gereja-gereja Pentakosta beribadah secara teratur pada hari
Minggu, ditambah dengan beberapa pertemuan ibadah pada hari lainnya. Tata-
ibadah bersifat lisan serta tidak berlangsung secara baku. Kendati tata-ibadah
bersifat lisan dan tidak baku, ada semacam pola dan unsur-unsur yang umum,
yaitu doa pembuka, nyanyian penyembahan, doa lanjutan, nyanyian pujian,
khotbah, serta kadang ditambah pelayanan altar (altar calling, altar service). Yang
terakhir ini memberi kesempatan untuk mengungkapkan pelepasan dari kuasa roh
jahat, pertobatan, penguatan rohani, pengurapan, pemulihan, dan
lainnya[ CITATION Ari16 \l 1057 ].
16
PELAYANAN GERAKAN PENTAKOSTALISME
1. Doa pembuka
17
Ibadah dimulai dengan doa pembuka oleh pemimpin pujian. Doa pembuka
ditujukan untuk menyiapkan hati dan memfokuskan diri untuk memasuki hadirat
Tuhan. Sebelum ibadah dimulai, seringkali pikiran jemaat masih terganggu atau
terdistraksi dengan berbagai hal. Karena itulah, dalam doa pembuka ini pemimpin
pujian biasanya akan mengajak jemaat untuk menanggalkan beban masalah yang
dialami, menyerahkannya pada Tuhan agar dapat lebih siap dan fokus sebelum
memulai ibadah.
2. Penyembahan/puji-pujian
18
pemimpin penyembahan atau oleh hamba Tuhan yang akan menyampaikan
firman.
7. Persembahan
19
memberikan persembahan didoakan dengan iman bahwa Tuhan yang akan
membalas dan memberkati kehidupan jemaat tersebut.
9. Pengumuman
Sebelum mengakhiri ibadah dengan doa, salah satu hamba Tuhan yang
melayani di gereja akan menyampaikan pengumuman seputar gereja seperti
kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung dalam waktu dekat. Contohnya,
informasi mengenai baptis, retreat, dsb. Pengumuman dapat juga disertai dengan
pemutaran video rekaman event yang sudah terjadi dalam beberapa waktu
terakhir.
Doa syafaat biasanya sudah disusun terlebih dahulu dan diulang setiap
minggunya. Isi dari doa ini biasanya mendoakan keadaan secara global, seperti
untuk pemerintah, kedamaian, dlsb. Selain itu, doa syafaat juga dapat berupa doa
Bapa kami.
Ibadah ditutup dengan doa berkat untuk jemaat dalam menjalani keseharian
khususnya selama satu minggu ke depan, sebelum kembali dalam ibadah umum
lagi. Dialam doa berkat terdapat hal-hal yang berkaitan dengan keseharian kita
seperti kesehatan, pekerjaan (bisnis, sekolah), keluarga, dsb. Hal ini penting
dilakukan sebagai bekal atau kekuatan jemaat yang secara tidak langsung menjadi
kekuatan iman tersendiri untuk melewati hari lepas hari selama satu minggu atau
selama 6 hari hingga hari ibadah di hari Minggu tiba.
20
gembala atau staf untuk dapat berinteraksi secara lebih dekat dengan
jemaat[ CITATION The18 \l 1057 ].
DAFTAR PUSTAKA
12 Tata Cara Ibadah Gereja Pentakosta yang Sering Dilakukan. (2018, may 4).
https://tuhanyesus.org/tata-cara-ibadah-gereja-pentakosta.
Aritonang, J. (2016). Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar Gereja. jakarta:
Gunung Mulia.
Lubis, J. (2016, febuari 09). SEJARAH GEREJA PANTEKOSTA. pp.
http://jimmijefersonlubis.blogspot.co.id/2016/02/aliran-aliran-gereja-dan-
sejarahnya.html.
Nego, A., & A. Taringan, N. (n.d.). Resensi buku Gerakan Pentakostalisme:
Sejarah Kebangunan Rohani yang Mewarnai Dunia dan Injil Bangsa-
bangsa karya Dr. Daniel Sutoyo, M.Th.
https://50isme.blogspot.co.id/p/resensi_65.html.
Theofani, T. (2018, may 04). 12 Tata Cara Ibadah Gereja Pentakosta yang Sering
Dilakukan. https://tuhanyesus.org/tata-cara-ibadah-gereja-pentakosta.
21