Anda di halaman 1dari 2

Refleksi Teologis

Interaksi sesama manusia sangat dibutuhkan dalam setiap kehidupan manusia karena
pada hakikatnya manusia merupakan makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Salah satu
bentuk dari interaksi secara khusus dikalangan remaja adalah pergaulan, pergaulan dibutuhkan
untuk membantu proses perkembangan remaja untuk lebih mengenal kehiduan social. Namun
ada banyak pergaulan yang menyeleweng dari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
sehingga pergaulan seperti demikian dapat merugikan orang lain maupun diri sediri. Pergaulan
bebas merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang terjadi dikalangan remaja. Hal ini
dilakukan karena tahap perkembangan remaja yang memasuki pada pencarian jati diri, oleh
sebab itu remaja cenderung terombang-ambing dengan keadaan lingkungan untuk menentukan
jati diri remaja tersebut. Ada banyak bentuk pergaulan bebas yang terjadi seperti free sex,
clubbing, pemakaian narkoba, minum minuman keras (miras), balapan liar, dan lain sebagainya.
Dalam pembahasan penelitian social dan teologi yang kelompok kami kaji adalah salah satu
bentuk pergaulan bebas yakni Balap Liar. Balapan merupakan salah satu bentuk olahraga
otomotif yang menggunakan motor sebagai medianya dan biasanya diadakan dilintasan khusus
yang disediakan. Balap liar sendiri merupakan tindakan penyimpangan yang dilakukan atas
kemauan sendiri dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas bagi pengendara yang lain
karena lintasan yang digunakan bukan lintasan khusus untuk olahraga ini. Dampak terfatal dari
khasus ini adalah kematian.

Khasus ini merupakan salah satu khasus yang menjadi sorotan gereja karena banyak
melibatkan anak remaja Kristen yang menjadi korban kematian akibat balap liar. Bicara
mengenai sosaialisasi orang tua kepada anak ketika ditelusuri lebih lanjut memang ada sebagian
oraang tua yang tidak terlalu mementingkan jati diri anak karna bagi mereka tugas mereka
hanya memberi nafkah. Namun ada sebagian orang tua juga yang selalu berusaha agar anak
mereka dapat menjadi anak baik dengan menegur dan mengajarkan hal-hal yang baik. Apa daya
anak remsaja yang masih sangat labil dan dengan mudahnya terombang-ambing oleh keadaan
lingkungan. Banyak anak yang tidak mau tau dengan teguran orang tua, dan melakukan hal-hal
yang menurutnya dapat memuaskan hasratnya. Dalam berbagai pemahaman, kematian dianggap
merupakan upah dari dosa sama halnya dengan ajaran GPM no 478 tentang bagaimana
pandangan Kristen mengenai Kematian manusia, hal ini juga sejalan dengan pernyataan dalam
Roma 6 : 21-23. Oleh sebab itu dalam memecahkan khasus ini diperlukan peran besar dari
keluarga yang merupakan ideology primer dan setelah itu dapat dilengkapi oleh peran lembaga
pendidikan dan gereja untuk mensosialisasikan kepada kaum remaja bagaimana memelihara
kehidupan yang sudah dianugrahkan Tuhan. Salah satu tindakan alternative gereja untuk
menjaring kaum remaja yakni dengan melaksanakan aktivitas yang melibatkan anak remaja agar
mereka dapat menghabiskan waktu mereka untuk melakukan aktivitas kemanusiaan maupun
kerohanian yang lebih bermanfaat untuk menemukan jati diri sebagai remaja Kristen.

Belajar dari khasus ini kita diajak untuk kembali melihat dalam Lukas 15:11-32
“Perumpamaan tentang anak yang hilang” dimana dalam kisah itu seorang anak bungsu yang
memutuskan untuk mengambil semua harta yang menjadi bagiannya dan pergi berfoyah-foya ke
negri yang jauh. Ketika habis seluruuh uang dan barang, kehidupannya dalam kesusahan yang
luar biasa semua orang meninggalkan dia dan untuk makanpun dia tidak dapat. Secara singkat
cerita ini menggambarkan bagi kita, dimana seorang anak yang menyeleweng dari apa yang
diharapkan orang tuanya bagi dia, memilih jalan hidup sendiri merupakan keputusannya padahal
dia belum dapat mempergunakan hartanya itu dengan baik. Ketika dia merasa menderita brulah
ia sadar bahwa apa yang dilakukannya merupakan konsekuensi dari kesalahan yang ia buta,
sehingga ia merasa sangat tidak layak untuk disebut lagi sebagai anak melainkan hamba, namun
karena begitu besar kasih sang bapa sehingga sang bapa tetap menerima anaknya itu setelah apa
yang telah ia perbuat.

Dalam konteks remaja Kristen Maluku masa kini hal ini sering kali terjadi, pergaulan
yang begitu tak terkendali menyebabkan banyak remaja yang tidak ragu-ragu dalam melakukan
penyimpangan. Padahal ketika ditelusuri latar belakang keluarga sebagian dari mereka
merupakan anak dari para pelayan gereja (pengasuh, majelis, pendeta, dll) hal ini merupakan
khasus yang sangat disayangkan karena pada dasarnya sosialisasi makna hidup bagi mereka
sudah begitu tepat, namun remaja yang dalam tahap labil ini cenderung lebih suka membantah
aturan dari orang tua sehingga mereka menganggap bahwa mereka dapat menentukan arah hidup
mereka sendiri. Banyak penyimpangan yang mereeka lakukan yang berujung pada berbagai
dampak yang merugikan, namun melalui beberapa pengalaman hidup kaum muda yang telah
melewati masa remaja seperti demikian hal ini merupakan salah satu pembelajaran hidup untuk
menentukan arah kedepan lebih baik dari sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai