Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah : Pembimbing Perjanjian Baru II.

Dosen Pengampu : Pdt. Robinson Radjagukguk, MST, ThM. PhD.


Topik : Kitab Ibrani 4:14-10:31.
Kelompok : 2A
Nama/NIM : Mikael Jannes Andreas Simaremare (2010141), Grace Hotma
Sibarani (2010131), Celvin Afriyan Sibarani (2010119), Boiko
Gulo (2010118), Erwanda Ginting (2010128), Margaretha R.
Togatorop (2010140), Charlye Simatupang (1810018), Firman
Yoel (1710980).

I. Pendahuluan
Surat kepada Orang Ibrani adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru di
Alkitab Kristen dan merupakan sebuah tulisan teologi dari periode awal
kekristenan yang disusun dengan kaidah bahasa Yunani yang baik.1
Dan Surat Ibrani juga merupakan salah satu surat yang paling besar dan
penting dalam Alkitab. Surat Ibrani adalah gambaran yang termulia dalam
Alkitab dari hal injil yang dihadapkan kepada bangsa Israel.
Oleh sebab itu, untuk lebih mendalami serta memahami mengenai tentang
Surat Ibrani 4:14-10:31 ini, maka dalam kesempatan kali ini, pemakalah akan
memberikan penjelasan terhadap makalahnya.

II. Pembahasan
II.1 Intisari Ibrani 4:14-10:31
Ibrani 4:14 – 5:10 “Yesus Sebagai Imam Besar”.
Disini diijelaskan bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung,
artinya ialah Yesus adalah Allah yang sungguh sempurna melalui
pernyataan kuasaNya yang penuh kasih dan Yesus juga menyatakan
dirinya menjadi manusia yang sempurna. Dan dengan jelas juga
digambarkan bahwasannya kita dengan penuh keberanian
mengampiri tentang kasih karunia, dan memiliki hak untuk
mendekat Allah dengan penuh keberanian, dan harus takut dalam
arti hormat, tetapi bukan takut karena akan dihukum. Oleh sebab
itu, Tuhan dapat memberikan pertolongan yang terbaik, dan kita
akan mendapatkan pertolongan-Nya pada waktunya.

1
Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 2. Bandung: Bina Media
Informasi. 15.
Ibrani 5:11 – 6:8 “Peringatan supaya jangan murtad”.
Pada Pasal ini dijelaskan bahwa mereka yang lemah dan tidak
dewasa imannya tidak memiliki kepekaan dan kebijaksanaan
rohani mengenai apa yang baik dan apa yang jahat dalam hidup ini,
dan apa yang memuliakan Allah dan yang tidak memuliakan Allah.
Sebaliknya, orang-orang percaya yang dewasa imannya telah
melatih indera mereka untuk membedakan dengan teliti antara
yang baik dan yang jahat dengan senantiasa mempraktikkan
kebenaran dan ketaatan. Setelah belajar untuk mengasihi keadilan
dan membenci kefasikan.
Dan dijelaskan juga di dalam pasal ini bahwa penulis surat ini
mengharapkan setiap orang Kristen bertumbuh dan berkembang
terus-menerus. Karena proses belajar dan menghidupi kebenaran
Allah tidak pernah selesai sampai akhir hayat kita di dunia.
Meskipun menjadi dewasa rohani bukanlah perkara gampang,
setidaknya niat dan usaha untuk mewujudkannya dalam diri kita
memainkan peranan penting mencapai kedewasaan yang
dikehendaki Allah.

Ibrani 6:9-20 “Berpegang teguh pada pengharapan”.


Pada pasal ini menyatakan secara lugas akan harapan baik yang
mereka miliki, bahwa mereka akan bertekun. Ia juga menunjukkan
kepada mereka apa yang mereka miliki yang dapat mendorong
mereka dalam menjalankan kewajiban. Dan dada ayat 9 , dengan
bebas dan terang-terangan ia menyatakan harapan baiknya tentang
mereka, bahwa mereka akan bertekun sampai pada akhirnya:
Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, kami yakin, bahwa
kamu memiliki sesuatu yang lebih baik. Dan dijelaskan bahwa ada
hal-hal yang menyertai keselamatan, hal-hal yang tidak pernah
lepas dari keselamatan, hal-hal yang menunjukkan seseorang
berada dalam keadaan selamat, dan akan berakhir pada
keselamatan kekal, Hal-hal yang menyertai keselamatan adalah hal-
hal yang lebih baik dari apa saja yang pernah dinikmati oleh orang
munafik atau orang murtad. Hal-hal itu lebih baik dalam sifatnya
dan hasilnya. Dimana merupakan kewajiban kita untuk
mengharapkan yang baik pada orang-orang yang tidak
menampakkan hal sebaliknya. Dan dijelaskan juga bahwa
adakalanya hamba-hamba Tuhan harus berbicara dengan cara
memberikan peringatan kepada orang-orang yang keselamatannya
mereka harapkan dengan baik. Sementara orang-orang yang
mempunyai harapan baik akan diri mereka sendiri, menyangkut
keselamatan kekal mereka, tetap harus memikir kan dengan
sungguh-sungguh betapa mematikannya kekecewaan yang akan
mereka rasakan jika mereka sampai gagal beroleh keselamatan.
Dengan demikian, mereka harus mengerjakan keselamatan mereka
dengan takut dan gentar.

Ibrani 7:1-10 “Kristus dan Melkisedek”.


Pada pasal ini dijelaskan bahwa Melkisedek adalah seorang raja
dan karenanya menerima penghormatan dari Abraham.
Melkisedek adalah Imam Allah yang Maha Tinggi, karena ia
menerima persembahan sepersepuluh dari Abraham. Melkisedek
adalah merupakan Imam Allah sebelum Imamat Lewi ditetapkan.
Dan dijelaskan juga bahwa Imamat Melkisedek memiliki
keunggulan dari pada Imamat yang biasa. Dimana Imamat
Melkisedek meneruskan uraiannya tentang persepuluhan, sebab
Abraham menyerahkan kepada Melkisedek persepuluhan dari
rampasan kemenanganNya. Dan disini kepada Harun lah dikatkan
bahwa orang Lewi tidak akan mempunyai tanah sebagai miliknya
dari tanah yang di janjikan, tetapi bahwa mereka akan menerima
persepuluhan dari semua hasil tanah yang di janjikan bagi
pelayanan mereka di Bait Allah.
Dijelaskan juga bahwa disini orang Lewi memungut
persepuluhanan dari saudara-saudara mereka, bangsa Israel.
Tetapi, Melkisedek bukan orang Israel, melainkan orang asing; dan
lewi menerima persepuluhan itu, bukan dari seorang Israel biasa
melainkan dari Abraham yang tidak lain dan tidak bukan adalah
pendiri bangsa Israel. Orang Lewi mempunyai hak memungut
persepuluhan karena suatu ketetapan hukum, tetapi Melkisedek
menerima persepuluhan itu demi pribadinya sendiri.

Ibrani 7:11-28 “Kristus adalah imam yang lebih tinggi dari pada
Harun”.
Dalam pasal ini, menyatakan bahwa umat telah menerima Taurat
atas dasar Imamat Lewi, maksudnya ialah bahwa tanpa
persembahan korban menurut Imamat Lewi untuk membuat
pelanggaran terhadap Hukum tersebut, maka hukum tersebut tidak
berguna sama sekali. Pasal ini menunjukkan bahwa, persembahan
korban orang Lewi ternyata tidak dapat dipakai untuk memperbaiki
persekutuan yang telah hilang antara manusia dan Allah. Dan Pasal
ini menjelaskan setiap peraturan yang berlaku dalam Imamat yang
lama selalu ada hubungannya dengan tubuh Imam itu sendiri.
Dan dijelaskan juga mengenai Imamat menurut peraturan
Melkisedek yang ditetapkan dengan Sumpah Allah, sedangkan
peraturan Imamat yang biasa tidak. Imamat Yesus adalah sesuatu
yang tidak pernah dapat diambil dari padanya, Yesus selalu
senantiasa dan Yesus merupakan jalan satu-satunya Kepada Allah.
Imamat telah ditetapkan dengan sumpah, maka Yesus adalah
jaminan untuk Perjanjian yang lebih kuat, dan Yesus juga Jaminan
dari perjanjian Baru.
Dan pasal ini juga menjelaskan bahwa Imamat Yesus jauh lebih
unggul dari pada Imamat Lewi. Sebelum Imam Besar dapat
mempersembahkan korban bagi dosa-dosa Umat, ia lebih dahulu
harus mempersembahkan korban untuk dosa-dosaNya sendiri.
Imam Besar menurut Imamat Lewi adalah orang berdosa yang
mempersembahkan korban-korban hewan bagi manusia yang
berdosa. Persembahan korban yang paling besar dalam Imamat
Lewi mulai dengan persembahaan korban bagi dosa-dosa Imam
Besar itu sendiri. Sedangkan Yesus adalah Putra Allah, tanpa Dosa,
dan mempersembahkan diri-Nya sendiri untuk Dosa semua
Manusia.

Ibrani 8:1-13 “Imam Besar perjanjian baru”.


Pasal ini menjelaskan bahwa Tidak ada kemuliaan yang lebih
besar dari pada Yesus yang telah naik ke Surga dan dimuliakan,
dimana Yesus adalah Pelayan Ibadah di tempat Kudus. Dan
disinilah, menjadi bukti Pelayanan-Nya. Dan Yesus sungguh sangat
unik dalam kemuliaan dan Pelayanan, Yesus mendapatkan tugas
Imam yang jauh lebih Mulia dari pada yang dikerjakan oleh imam-
imam. Dalam Perjanjian yang diadakanNya antara Allah dan
Manusia adalah Perjanjian yang lebih baik karena, berdasarkan
untuk hal-hal yang lebih baik. Dalam ketetapan-ketetapan dari
Perjanjian Baru. Dimana Allah menempatkan hukum-hukum yang
baru di dalam hati dan pikiran umatNya. Allah juga menetapkan
hubungan yang baru dengan mereka, serta Kebenaran Allah juga
memiliki jangkauan yang baru. Dan Allah juga menyediakan
penyucian yang baru, karena dosa dan pelanggaran mereka
diampuni melalui Kristus, kurban dan penjamin yang baru.

Ibrani 9:1-10 “Tempat kudus di bumi dan di sorga”.


Pada pasal ini penulis meunujukkan uraiannya mengenai
keterbatasan perjanjian sinai dengan menunjukkan sifat kemah suci
yaitu pusat ibadah umat perjanjian lama, pertama kemah suci
dibangun oleh tangan manusia, karena itu kemah suci sifatnya tidak
permanen (ay1). Kedua ruang kudus di bagian depan kemah suci
menunjukkan “jalan masuk” ke ruang kudus masih terbatas (ayat 2-
5,8), di alam kemah suci hanya imam yang boleh masuk ke ruang
kudus, satu tahun sekali setelah ia mempersiapkan kurban
perdamaian di ruang kudus, ketiga keseluruhan ritual kemah suci
bersifat sementaara karena ini merupakan kiasan bagi masa
perjanjian yang baru (ay 9-10).

Ibrani 9:11-28 “Kristus adalah Pengantara dari perjanjian yang


baru”
Dalam perikop ini penulis menjelaskan mengenai Yesus yaitu
imam yang telah datang yang membawa hal besar dan telah
melintasi kemah yang lebih besar dari kemah suci dan lebih
sempurna juga bukan ciptaan manusia, dan Yesus juga sudah masuk
satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat Kudus bukan
membawa darah domba jantan melainkan darah-Nya sendiri(ay12),
penulis juga membedakan darah Yesus dan darah domba atau
lembu jantan, sebab darah domba jantan dan lembu jantan sudah
menguruskan mereka yang najis, maka lebih terang lah darah
Kristus yang tidak bercacat yang menyucikan hati nurani(ay 14).
Penulis juga memberitahu bahwa Yesus sebagai pengantara dari
perjanjian baru, sebab Yesus telah menebus pelanggaran-
pelanggaran dari perjanjian yang pertama(ay 13-15). Penulis juga
memberikan suatu perumpamaan tentang wasiat yang tidak akan
berlaku selama pembuat wasiat masih hidup, itu mengibaratkan
tentang perjanjian lama tidak akan disahkan tanpa adanya darah
pengorbanan (ay 17). Penulis juga menjelaskan bahwa Yesus sudah
masuk ke tempat Kudus yang berada di sorga yaitu hadirat Allah,
bukan ke tempat Kudus buatan manusia dan dia juga tidak perlu
masuk berulang-ulang untuk mempersembahkan diri-Nya seperti
apa yang dilakukan imam besar, melainkan hanya sekali untuk
selamanya(ay 24-28).

Ibrani 10:1-18 “Persembahan yang sempurna”.


Dalam pasal ini menjelaskan bagaimana si penulis membedakan
korban yang sempurna dan tidak sempurna untuk mendapat
penebusan dosa, korban yang tidak sempurna yaitu ajaran dari
hukum taurat di mana manusia harus mempersembahkan darah
lembu jantan atau darah domba jantan sebagai alat penebusan
dosa(ay1-4)dan hal itu tentu saja tidak akan menyelamatkan.
Penulis juga menjelaskan bahwa korban yang diberikan Allah oleh
karena kehendak-Nya untuk mengkudu akan dan menyelamatkan
manusia hanya hanya sekali untuk selama-lamanya yaitu Anak-Nya
sendiri Tuhan Yesus Kristus yang menjadi korban persembahan(ay
9). Penulis juga menjelaskan mengenai korban yang diberikan
Allah, yaitu anaknya yang selama-lamanya duduk di sebelah kanan
Allah, dan sebagai korban sekali untuk selama-lamanya dan karena
Anak-Nya sudah datang maka tidak perlu lagi mempersembahkan
korban darah lembu jantan atau domba jantan untuk selama-
lamanya(ay 12-18).

Ibrani 10:19-31 “Ketekunan”.


Dalam perikop ini si penulis mengajak setiap orang menjadi
berani untuk masuk ke tempat Kudus(ay 19), karena mereka sudah
dikuduskan oleh pengorbanan Yesus, dan Yesus juga sudah
membuka jalan bagi mereka serta sudah mendapatkan imam
sebagai kepala rumah Allah yaitu Yesus anak Allah(ay 20-21),
penulis juga mengajak agar setiap orang menghadap Allah dengan
hati yang bersih dan iman teguh, penulis juga mengajak agar setiap
orang tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah dan
mereka harus tekun melakukan ibadah setiap hari pada saat
menjelang hari Tuhan (ay22-25). Penulis juga mengajarkan agar
tidak berbuat dosa, karena jika mereka sudah tau apa yang
dilakukan mereka dosa, tetapi mereka tetap melakukannya maka
tidak ada korban untuk menghapus dosa itu (ay27). Penulis
mengingatkan kembali jemaat Ibrani dengan mengingatkan masa
lalu mereka yang sudah menerima terang dan menderita karena
iman, penulis mengajak jemaat Ibrani untuk mempunyai ketekunan
supaya sesudah mereka melakukan kehendak Allah dengan tekun
mereka juga akan mendapat apa yang dijanjikan Allah (ay 32-39).

II.2 Latar Belakang Surat.


Surat Ibrani diperkirakan ditulis setelah tahun 60 dan sebelum tahun
96, saat surat ini mulai dikutip oleh Klemens dari Roma dalam sebuah
suratnya. Para ahli juga tidak dapat memastikan kepada siapa
sesungguhnya surat ini ditujukan. Ibrani 13 : 24 menyinggung tentang
“saudara-saudara di Italia” yang mungkin mengirim salam untuk teman-
teman mereka di rumah. Sejumlah anggota jemaat yang disapa oleh
penulis sedang menanggung masalah yang berat. Mereka dihina di
depan umum dan harta benda mereka dirampas (10: 32-34). Sebagian
jemaat juga sudah tidak ikut lagi dalam ibadah, mungkin karena Kristus
ternyata tidak segera datang, seperti yang mereka harapkan (10: 25).
Semua itu menunjukkan bahwa surat Ibrani agaknya ditujukan kepada
sebuah jemaat Kristen generasi kedua.2

II.3 Identitas Penulis


Penulis surat Ibrani tidak mencantumkan namanya dan tidak
memberikan salam, dimana suratnya tidak beralamat seperti lazimnya
surat-surat lain yang ditulis pada abad pertama.
Dan ada yang berpendapat bahwa penulis dari surat ini ialah seorang
Kristen keturunan Yahudi yang mahir dalam seni sastra Yunani-Yahudi
yang berstatus sebagai orang Kristen angkatan kedua (sesuai dengan
Ibrani 2:3) yang berasal dari kelompok orang Yahudi di perantauan
(diaspora).3 Sehingga penulis Ibrani ini mempunyai dua latar belakang
sekaligus, pertama yaitu berlatar belakang Yunani yang memiliki alam
2
Alkitab Edisi Studi, (Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2012), 1980
3
C. Groenen, Pengantar ke Dalam PB,(Yogyakarta:Kanisius;2003), hlm.322.
berpikir bahwa dunia yang ada sekarang ini hanya merupakan tiruan
yang bersifat bayang-bayang dan tak sebenarnya.4
Dan Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini
beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya
penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada
Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara
berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak
menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus.5

II.4 Penerima Surat


Surat Ibrani ini ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang
sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Dan juga ditujukan
kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-menerus
mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka
kepada Kristus.

II.5 Alasan surat ditulis


Adapun alasan penulis ibrani terutama ditulis kepada orang-orang
Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan
keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat imam mereka
kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan
ketegasan pernyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia
menunjukkan bahwa penyediaan penebusan dibawah perjanjian lama
yang sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang
dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang
mengerjakan perdamaian. Penulis juga menantang para pembacanya
untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus
hingga pada kesudahannya, untuk maju terus menuju kedewasaan
rohani.

II.6 Konteks Kehidupan


II.6.1 Konteks Agama
Pada bagian ini keadaan orang Ibrani ialah dimana
mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk
tempat kudus buatan tangan manusia.Dan melakukan ibadah di
4
William Barcley, Pemahaman Alkitab Sehari-hari, (Jakarta:BPK-GM;2006),hlm.7.
5
http://iandelau9.blogspot.com/2017/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat
kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat
yang kudus.

II.6.2 Konteks Sosial


Pada bagian ini, Konteks sosial nya ialah dimana Imam Besar
itu ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan
persembahan segalanya karena itu Yesus perlu mempunyai
sesuatu untuk dipersembahkan.

II.7 Ajaran utama dan Nasihat Etis Kristiani Penulis.


Terdapat beberapa Ajaran utama dan Nasihat yang ingin disuarakan
oleh penulis dalam suratnya Ibrani, terkhusu pada pasal 4:14-10:31,
yaitu:
1. Peringatan supaya jangan murtad.
Surat ibrani memberikan ajaran agar setiap orang kristen tidak
murtad, karena jika orang kristen murtad maka mereka tidak akan
dapat diperbaharui untuk kedua kali sebab mereka sudah
menyalibkan lagi anak Allah dan menghina Tuhan di muka umum,
kitab ibrani juga mengajarkan supaya ada perbedaan antara iman
anak kecil dan dewasa, orang dewasa seharusnya sudah bisa makan-
makanan keras(sudah dapat mengerti firman Tuhan), kitab ibrani
menekankan agar setiap orang dewasa tidak memiliki iman seperti
iman susu sehingga ia akan menjadi anak kecil dikarenakan
pengetahuannya tentang alkitab yang minim.

2. Berpegang teguh pada pengharapan


Surat ibrani mengajarkan agar setiap orang berpegang teguh
kepada pengharapan, dan bersabar serta setia menunggu janji Allah,
kitab ibrani juga mengajarkan agar kita tidak kehilangan
pengharapan sehingga membuat kita menjadi lamban dan
kemungkinan menjadi murtad, kitab ibrani menginginkan agar setiap
orang berpegang teguh pada Allah sehingga kita mendapat apa yang
dijanjikan Allah yaitu keselamatan.

3. Ketekunan.
Surat ibrani juga mengajarkan agar kita bertekun dalam
beribadah, jangan lah kita sengaja menghindar dan tidak beribadah
karena malas(ibrani 10:25), melainkan kita harus menghadap Allah
dengan hati yang tulus dan ikhlas, sebab jika kita sudah tau bahwa
tidak datang ibadah dengan sengaja adalah dosa dan kita tetap
melakukannya maka tidak ada korban untuk menghapus dosa
itu(ibrani 10:26).

II.8 Relevansi ke abad 21


Dalam hal ini, maka makna dan arti bagi pembaca abad-21 ialah Kita
bisa meliha didalam surat ibrani bahwa, Yesus Adalah sebagai imam
Besar didalam kita. Dimana mengatakan bahwa imam besar itu yang
dipilih dari manusia dan yang mempunyai penuh keberanian dan
menghampiri tahta kasih karunia, supaya kita dapat menerima rahmat
dan menemukan kasih Tuhan. Jadi, supaya kita dapat menerima imam
besar, maka kita harus menjadi orang yang mempunyai keberanian, dan
juga kita tidak bisa mengambil kehormatan itu bagi diri kita sendiri
tetapi haruslah Tuhan yang memanggil kita. Dan juga diingatkan bahwa
setiap orang jangan Murtad kepada Tuhan, dipertegas pada pasal 6 ayat
2, yang dimana disitu ada tertulis tentang mengajarkan kita supaya tidak
melakukan murtad kepada Allah. Oleh sebab itu, kita juga harus dapat
berpegang teguh pada suatu pengharapan, karna Tuhan pun sudah
memberikan sesuatuh yang lebih baik bagi kita yang mengandung
keselamatan.
Kitab ini juga membahas tentang kristus adalah imam yang lebih
tinggi dari pada harum dan imam besar perjanjian baru .inti imam besar
adalah kita semua mempunya imam itu. Dan kita diingatkan juga agar
tidak meninggalkan atau pun melupakan Tuhan, yang dimana di dalam
pasal 10 ayat 25 dikatakan bahwa jangan sekali pun kita menjauhkan
diri dari pertemuan-pertemuan ibadah karna dengan kesibukan yang
dimiliki. Jadi oleh sebab itu, sangatlah penting untuk dapat memulai
hidup yang baru dan menjadi lebih baik lagi, serta mendekatkan diri
pada Tuhan.

III. Penutup
III.1 Kesimpulan
Melalui Pemaparan diatas, Pemakalah dalam hal ini dapat
memberikan kesimpulan, bahwa:
1. Penulis dari Surat Ibrani tidak mencantumkan namanya dan tidak
memberikan salam, dimana suratnya tidak beralamat seperti
lazimnya surat-surat lain yang ditulis pada abad pertama.
2. Surat Ibrani ini ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang
sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Dan juga
ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-
menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan
mereka kepada Kristus.
3. Terdapat inti pada bagian pasal 4:14-10:31, yang dimana dikatakan
bahwa kematian Kristus dimaknai pengorbanan paling sempurna
yang menghapus dosa manusia untuk selama-lamanya. Untuk sampai
kepada kesimpulan ini, penulis mengajak pembacanya untuk
membandingkan pengorbanan yang dilakukan Yesus dan peran imam
dalam tradisi Yahudi yang identik dengan kekudusan dan
persembahan kurban. Penulis juga tampaknya mau menegaskan
keistimewaan pengorbanan Kristus, karena sebagai imam Kristus
sendiri mengorbankan dirinya sehingga tidak ada lagi medium
"korban" untuk menghubungkan Allah dan manusia.

III.2 Daftar Pustaka/Kepustakaan


 Alkitab Edisi Studi, (Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2012),
1980.
 Barcley, William. Pemahaman Alkitab Sehari-hari, (Jakarta:BPK-
GM;2006).
 Groenen. C. Pengantar ke Dalam PB,(Yogyakarta:Kanisius;2003).
 Subandrijo. Bambang 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian
Baru 2. Bandung: Bina Media Informasi.

Sumber lain:
 http://iandelau9.blogspot.com/2017/04/v-
behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai