I. Pendahuluan
Surat kepada Orang Ibrani adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru di
Alkitab Kristen dan merupakan sebuah tulisan teologi dari periode awal
kekristenan yang disusun dengan kaidah bahasa Yunani yang baik.1
Dan Surat Ibrani juga merupakan salah satu surat yang paling besar dan
penting dalam Alkitab. Surat Ibrani adalah gambaran yang termulia dalam
Alkitab dari hal injil yang dihadapkan kepada bangsa Israel.
Oleh sebab itu, untuk lebih mendalami serta memahami mengenai tentang
Surat Ibrani 4:14-10:31 ini, maka dalam kesempatan kali ini, pemakalah akan
memberikan penjelasan terhadap makalahnya.
II. Pembahasan
II.1 Intisari Ibrani 4:14-10:31
Ibrani 4:14 – 5:10 “Yesus Sebagai Imam Besar”.
Disini diijelaskan bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung,
artinya ialah Yesus adalah Allah yang sungguh sempurna melalui
pernyataan kuasaNya yang penuh kasih dan Yesus juga menyatakan
dirinya menjadi manusia yang sempurna. Dan dengan jelas juga
digambarkan bahwasannya kita dengan penuh keberanian
mengampiri tentang kasih karunia, dan memiliki hak untuk
mendekat Allah dengan penuh keberanian, dan harus takut dalam
arti hormat, tetapi bukan takut karena akan dihukum. Oleh sebab
itu, Tuhan dapat memberikan pertolongan yang terbaik, dan kita
akan mendapatkan pertolongan-Nya pada waktunya.
1
Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 2. Bandung: Bina Media
Informasi. 15.
Ibrani 5:11 – 6:8 “Peringatan supaya jangan murtad”.
Pada Pasal ini dijelaskan bahwa mereka yang lemah dan tidak
dewasa imannya tidak memiliki kepekaan dan kebijaksanaan
rohani mengenai apa yang baik dan apa yang jahat dalam hidup ini,
dan apa yang memuliakan Allah dan yang tidak memuliakan Allah.
Sebaliknya, orang-orang percaya yang dewasa imannya telah
melatih indera mereka untuk membedakan dengan teliti antara
yang baik dan yang jahat dengan senantiasa mempraktikkan
kebenaran dan ketaatan. Setelah belajar untuk mengasihi keadilan
dan membenci kefasikan.
Dan dijelaskan juga di dalam pasal ini bahwa penulis surat ini
mengharapkan setiap orang Kristen bertumbuh dan berkembang
terus-menerus. Karena proses belajar dan menghidupi kebenaran
Allah tidak pernah selesai sampai akhir hayat kita di dunia.
Meskipun menjadi dewasa rohani bukanlah perkara gampang,
setidaknya niat dan usaha untuk mewujudkannya dalam diri kita
memainkan peranan penting mencapai kedewasaan yang
dikehendaki Allah.
Ibrani 7:11-28 “Kristus adalah imam yang lebih tinggi dari pada
Harun”.
Dalam pasal ini, menyatakan bahwa umat telah menerima Taurat
atas dasar Imamat Lewi, maksudnya ialah bahwa tanpa
persembahan korban menurut Imamat Lewi untuk membuat
pelanggaran terhadap Hukum tersebut, maka hukum tersebut tidak
berguna sama sekali. Pasal ini menunjukkan bahwa, persembahan
korban orang Lewi ternyata tidak dapat dipakai untuk memperbaiki
persekutuan yang telah hilang antara manusia dan Allah. Dan Pasal
ini menjelaskan setiap peraturan yang berlaku dalam Imamat yang
lama selalu ada hubungannya dengan tubuh Imam itu sendiri.
Dan dijelaskan juga mengenai Imamat menurut peraturan
Melkisedek yang ditetapkan dengan Sumpah Allah, sedangkan
peraturan Imamat yang biasa tidak. Imamat Yesus adalah sesuatu
yang tidak pernah dapat diambil dari padanya, Yesus selalu
senantiasa dan Yesus merupakan jalan satu-satunya Kepada Allah.
Imamat telah ditetapkan dengan sumpah, maka Yesus adalah
jaminan untuk Perjanjian yang lebih kuat, dan Yesus juga Jaminan
dari perjanjian Baru.
Dan pasal ini juga menjelaskan bahwa Imamat Yesus jauh lebih
unggul dari pada Imamat Lewi. Sebelum Imam Besar dapat
mempersembahkan korban bagi dosa-dosa Umat, ia lebih dahulu
harus mempersembahkan korban untuk dosa-dosaNya sendiri.
Imam Besar menurut Imamat Lewi adalah orang berdosa yang
mempersembahkan korban-korban hewan bagi manusia yang
berdosa. Persembahan korban yang paling besar dalam Imamat
Lewi mulai dengan persembahaan korban bagi dosa-dosa Imam
Besar itu sendiri. Sedangkan Yesus adalah Putra Allah, tanpa Dosa,
dan mempersembahkan diri-Nya sendiri untuk Dosa semua
Manusia.
3. Ketekunan.
Surat ibrani juga mengajarkan agar kita bertekun dalam
beribadah, jangan lah kita sengaja menghindar dan tidak beribadah
karena malas(ibrani 10:25), melainkan kita harus menghadap Allah
dengan hati yang tulus dan ikhlas, sebab jika kita sudah tau bahwa
tidak datang ibadah dengan sengaja adalah dosa dan kita tetap
melakukannya maka tidak ada korban untuk menghapus dosa
itu(ibrani 10:26).
III. Penutup
III.1 Kesimpulan
Melalui Pemaparan diatas, Pemakalah dalam hal ini dapat
memberikan kesimpulan, bahwa:
1. Penulis dari Surat Ibrani tidak mencantumkan namanya dan tidak
memberikan salam, dimana suratnya tidak beralamat seperti
lazimnya surat-surat lain yang ditulis pada abad pertama.
2. Surat Ibrani ini ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang
sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Dan juga
ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-
menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan
mereka kepada Kristus.
3. Terdapat inti pada bagian pasal 4:14-10:31, yang dimana dikatakan
bahwa kematian Kristus dimaknai pengorbanan paling sempurna
yang menghapus dosa manusia untuk selama-lamanya. Untuk sampai
kepada kesimpulan ini, penulis mengajak pembacanya untuk
membandingkan pengorbanan yang dilakukan Yesus dan peran imam
dalam tradisi Yahudi yang identik dengan kekudusan dan
persembahan kurban. Penulis juga tampaknya mau menegaskan
keistimewaan pengorbanan Kristus, karena sebagai imam Kristus
sendiri mengorbankan dirinya sehingga tidak ada lagi medium
"korban" untuk menghubungkan Allah dan manusia.
Sumber lain:
http://iandelau9.blogspot.com/2017/04/v-
behaviorurldefaultvmlo.html?m=1