Anda di halaman 1dari 5

Nama: Glorify A.

Latuihamallo

Npm: 12175201180011

Kelas: C

Ibrani 2:10-18

Tema  : Penderitaan Membawa Keselamatan

Konteks: Siapa yang menulis kitab ini? Kebanyakan Orang Suci Zaman Akhir menerima
Paulus sebagai penulis Kitab Ibrani (lihat Penuntun bagi Tulisan Suci, “Surat-Surat Paulus”.
Meskipun demikian, ada sebagian yang mempertanyakan apakah Paulus yang menulis surat
ini karena gaya dan bahasanya berbeda dari surat Paulus lainnya. Umumnya disepakati
bahwa bahkan meskipun jika penanya bukan milik Paulus, gagasan-gagasannya adalah
miliknya karena ajaran-ajaran dalam Kitab Ibrani sejalan dengan yang ditemukan dalam surat
Paulus lainnya. Kapan dan di mana itu dituliskan? Kita tidak tahu di mana surat Paulus
kepada orang Ibrani ditulis. Kita juga tidak tahu secara persis kapan itu ditulis. Meskipun
demikian, kebanyakan beranggapan bahwa itu ditulis sekitar 60–62 M, di waktu yang sama
dengan surat Paulus kepada jemaat di Filipi, Kolose, Efesus, dan Filemon (lihat Penuntun
bagi Tulisan Suci, “Surat-Surat Paulus”. Kepada siapa kitab ini dituliskan dan mengapa?
Paulus menuliskan surat kepada orang Ibrani untuk mendorong anggota Yahudi Gereja untuk
mempertahankan iman mereka kepada Yesus Kristus dan untuk tidak kembali ke jalan
mereka terdahulu (lihat Ibrani 10:32–38). Di bawah tekanan berbagai kesengsaraan, banyak
orang Kristen-Yahudi tampaknya menarik diri dari Gereja dan kembali pada keamanan relatif
dari peribadatan orang Yahudi di sinagoge (lihat Ibrani 10:25, 38–39). Paulus berhasrat untuk
menunjukkan kepada para orang Kristen-Yahudi ini bahwa hukum Musa sendiri menunjuk
kepada Yesus Kristus dan Pendamaian-Nya sebagai sumber sejati keselamatan.

Tafsiran:

 Ayat 10 “dengan penderitaan” Yesus disempurnakan, secara manusiawi, oleh


penderitaan Yesus sering berbicara mengenai pencpobaan dan penganiayaan yang
harus dihadapi oleh para pengikutNya. Gereja mula-mula menghadapi banyak
perlawanan dari orang Yahudi, kafir, pemerintah Romawi, dan si jahat, namun Allah
mengambil perlawanan ini dan membalikkannya menjadi suatu alat untuk
menghasilkan kepercayaan dan keserupaan dengan Kristus.
 Ayat 11 “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan”. Ini adalah
permainan pada kata “kudus” atau “suci”. Penggunaan pertamanya ialah sebuah
PRESENT ACTIVE PARTICIPLE (Yesus) dan yang kedua ialah suatu PRESENT
PASSIVE PARTICIPLE. Yesus dikelompokkan dengan umatNya.
 Ayat 16 “bukan… Ia kasihani,… Ia kasihani” Kedua hal ini adalah PRESENT
MIDDLE (deponent) INDICATIVE. Kata “bukan” ditempatkan pertama dalam
kalimat Yunani untuk penekanan. KATA KERJA nya adalah epilambanō, yang
berasal dari akar kata lambanō, “mengambil” atau “menggenggam” baik dengan
tujuan positif atau negatif. Dalam konteks ini kata ini merujuk kepada tindakan positif
Yesus atas nama manusia percaya, yang tidak pernah ditujukan kepada malaikat.
Sekali lagi Yesus dan pengikut-Nya dikontraskan dengan dunia malaikat.
 Ayat 17 “dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya”
pekerjaan syafaat Yesus 'atas nama manusia berkaitan dengan pemahaman-Nya secara
lengkap akan sifat kita sehingga Dia bisa menjadi imam besar agung kita. karena Ia
sendiri telah menderita karena pencobaan “untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”
Kata "pendamaian" digunakan dalam Septuaginta untuk tahta kasih karunia (penutup)
di atas tabut perjanjian di Ruang Maha Kudus. Namun, konotasi Yunani adalah untuk
menenangkan seorang dewa marah, sehingga menghilangkan hambatan antara "dewa"
dan umat manusia. Sehubungan dengan penggunaan istilah ini terjemahan-terjemahan
modern merasa kuatir akan konotasi ini yang merujuk pada YHWH (lih. RSV dan
NJB) dan menterjemahkannya sebagai “penebusan.” Yesus membawa bersamasama
keadilan dan kemurahan YHWH. Namun demikian, kita tidak boleh melihat ini
sebagai Tuhan PL yang marah dan Yesus yang penuh kasih. Bapa mengutus Anak
(Anak laki-laki mewakili dan meniru Sang Bapa.
 Ayat 18“Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan” “Ia telah
menderita” berbentuk. PERFECT ACTIVE INDICATIVE yang berbicara tentang
percobaan yang terus berlangsung yang dihadapi Yesus. Istilah “dicobai” (peirazō)
memiliki konotasi menggoda dengan suatu pandangan menuju kehancuran. Si jahat
berusaha untuk menghancurkan-Nya di Kalvari, tetapi Allah membalikkan ini justru
menjadi kemenangan besar penebusan.
Gagasan Utama: Hubungan Yesus dengan umat-Nya. Yesus benar-benar
mengidentifikasikan diri dengan mereka dan mereka sebagai akibatnya, berbagi dalam
kemuliaan-Nya.

Tujuan: Mengajar jemaat bahwa manusia yang jatuh dipulihkan, dan bahwa Yesus adalah
manusia yang ideal, contoh sempurna kita.

Khotbah

Permasalahan kita saat ini adalah Pandemi COVID-19 yang memaksa setiap orang untuk
menghadapi segala perubahan dan beradaptasi dengan perubahan tersebut. Tak hanya para
laki-laki, perempuan juga memiliki tantangan masing-masing untuk bertahan di tengah
pandemi. Tidak semua wanita kuat menghadapi hidup terutama di tengah pandemi ini.
Mereka harus bekerja di luar dengan risiko penularan. Sedangkan anak-anaknya juga
menghadapi masalah pendidikan akibat pandemi. Ditambah lagi dengan masalah ekonomi
yang ada berupa terjadi penurunan pada pendapatan. Selain dari keluarga, pendapatan kedua
yang didapatkan kaum perempuan ialah subsidi dan bentuk lain dari pemerintah yang juga
mengalami penurunan yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. Penderitaan sering sekali
menerpa kehidupan orang Kristen. Baik itu didalam keluarga, diri sendiri maupun
masyarakat. Tetapi didalam penderitaan ini kita lupa bahwa penderitaan ini membawa kita
kedalam keselamatan. Yang dimana Yesus mati dikayu salib untuk menebus dosa manusia,
dan ia mau sama dengan manusia bahkan dia dikatakan lebih rendah daripada malaikat-
malaikat. Yang menjadi persoalan bagi kita manusia, apakah kita mau lebih rendah daripada
saudara-saudara kita? kita akan melihat beberapa poin yang harus dibahas.

1. Pemberitaan Tuhan dengan pujian-pujian

 Dalam Ayat 10, menjelaskan tentang penderitaan yang dialami boleh saja dikatakan
bersamaan dengan ucapan syukur. Ucapan syukur dapat dilakukan dengan menaikkan pujian.
Alasan ucapan syukur dan pujian adalah:

Allah yang membawa banyak orang kepada Kemuliaan. Untuk membawa manusia yang
penuh dosa masuk kedalam kemuliaan yang sebenarnya telah dihilangkan, tanpa ditemukan
kembali, maka Allah menyediakan bagi manusia seorang Juruselamat (Yes 53:12; Mrk
10:45)

2. Sebab Ia yang Menguduskan  dan Mereka Yang Dikuduskan.


Dalam Ayat 11 dikatakan: sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan. Ia
datang kedunia untuk menguduskan orang yang berdosa. Karena pada hakekatnya bahwa
Yesus itu adalah Kudus sehingga hanya Dia yang mampu menguduskan manusia. Dalam
(Kejadian 3): jelas dikatakan bahwa dari situlah awalnya manusia jatuh kedalam dosa. Dan
pada saat itulah manusia mulai menderita karena manusia melakukan dosa. Oleh karena itu
maka Allah memberikan kepada manusia Juru selamat yaitu Yesus Kristus agar semua yang
berdosa akan dikuduskan oleh-Nya. Dalam ayat ini juga mengatakan bahwa mereka semua
berasal dari satu, inilah sebabnya Dia tidak malu menyebut mereka saudara-Nya, bukan
hanya sebatas saudara bahkan lebih dari itu.

3. Disamakan dengan manusia/ belas kasihan/ setia/ mendamaikan dosa seluruh bangsa.

Ayat 16-18. Didalam Ayat ini yang menjadi pokok utama adalah Pelayanan Kristus selaku
Imam Besar. Didalam jabatan ini kembali yang dilihat adalah keadaan Yesus sebagai
manusia. Dia melayani dan memberikan pertolongan kepada manusia dengan cara disamakan
kepada saudara-saudara-Nya. Hal ini dapat Ia lakukan sebagai saudara sulung dan pemimpin
keselamatan mereka. Sifat menolong dalam fungsi sebagai Imam Besar adalah Belas kasihan
(eleemon) dan setia (pistos). Terhadap manusia Kristus penuh belas kasihan, terhadap Allah
Dia setia. Sesungguhnya, Kemurahan dan Kebenaran bersatu didalam diri-Nya. Kesetian-Nya
tampak didalam teguh-Nya ketika mengalami pencobaan yang merupakan bagian dari
penderitaan-Nya. Kini Dia dapat memberi pertolongan kepada semua orang yang dicobai,
sebab Dia lebih dulu dicobai dan selaku kita manusia Dia mengetahui segala kebutuhan kita
dan Dia adalah Allah yang mampu mendamaikan seluruh Bangsa (1 Yoh 2:2,  4:10).

Refleksi

        Yang menjadi Refleksi bagi kita adalah yang di mana penderitaan itu datangnya dari
manusia, karena manusia lah penyebab penderitaan itu. Penderitaan ini muncul ketika Adam
dan Hawa melanggar perintah dari Allah. Tetapi Allah itu maha kasih dan penyayang,
sehingga Dia mengorbankan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa manusia.
Bahkan  Dia harus setara   dengan manusia, padahal Yesus adalah orang yang sempurna dan
tidak bercela, tetapi demi Anak-Nya yang dia kasihi Dia mampu menjadi sama dengan
manusia, karena manusia itu adalah darah dan daging, maka Yesus harus sama dengan dara
dan daging (sama dengan manusia). dalam hal inilah yesus harus menderita dan harus
menguduskan orang yang berdosa, oleh karena itu penderitaan yang kita alami pada saat ini
awal dari keselamatan kita. Karena siapa yang tidak pernah mengalami penderitaan maka
tidak hidup, dan tidak tau arah tujuan hidupnya. Maka dari itu kita harus mengatakan kepada
penderitaan selamat datang didalam hidupku. Bersama Tuhan kita pasti bisa! Percaya proses
yang Tuhan beri.

Anda mungkin juga menyukai