Anda di halaman 1dari 22

SI TOU TIMOU TUMOU TOU DAN MAPALUS

SEBAGAI PARADIGMA MISI GEREJA

Jeane Marie Tulung1, Alter Imanuel Wowor2


1
Rektor IAKN Manado, 2Dosen Fakultas Teologi, IAKN Manado
Email:1 jeanetulung@yahoo.com, 2alterimanuel@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini berusaha untuk mengemukakan bahwa gereja merupakan suatu kehadiran
teologis-sosial dalam ruang publik, sekaligus juga memberi cara pandang yang lain untuk
merumuskan kembali paradigma dan identitas misional Kekristenan (gereja) dalam suatu
sistem sosial. Dengan maksud yang demikian, maka penulis mengambil falsafah si tou timou
tumou tou dan mapalus dalam rangka membantu gereja untuk merekonstruksi identitas
misionalnya sebagai bentuk paradoks atau alternatif terhadap menguatnya individualisme
masyarakat/komunitas dalam ruang publik yang disebut Indonesia.

Kata Kunci : Sitou timou tou, Mapalus, Misi Gereja

PENDAHULUAN misiologi dikatakan terjadinya pergeseran


paradigma misi.
Gereja bukanlah suatu institusi Dalam mengimplementasikan
atau komunitas yang terpisah dari negara, paradigma misi yang berbeda-beda oleh
tetapi sebaliknya, gereja merupakan berbagai denominasi gereja, akhirnya
bagian integral dari suatu negara. Dalam mengakibatkan gereja atau umat Kristen
skala yang lebih luas, secara eksistensial, kemudian dikenal dengan berbagai
gereja merupakan bagian dan berada di identitas atau sebutan, antara lain: agama
dalam dunia ini. Dengan demikian, gereja kolonial, kristenisasi, agama kerajaan-
bukanlah suatu komunitas atau institusi borjuis, komunitas kasih-solidaritas, dan
yang harusnya mengisolasi diri, apalagi lain sebagainya. Dengan latar belakang
terisolasi dari dunia, negara, atau dunia seperti yang sudah diungkapkan di atas,
sosial. perlu disadari bahwa disparitas paradigma
Dalam perkembangan komunitas misi akan mengakibatkan terjadinya
Kristen sejak mula-mula, gereja atau multiplisitas identitas Kristen yang bisa
Kekristenan tidak bisa dilepaskan dari misi membawa dampak yang baik sekaligus
Kristen. Dalam sejarah Kekristenan, misi juga dampak yang buruk bagi tubuh
Kristen mendapat interpretasi yang Kekristenan sendiri maupun berbagai
berbeda-beda sesuai keberadaan zaman entitas di luar tubuh Kekristenan. Identitas
dan konteks di mana komunitas/gereja itu Kekristenan tentu saja akan
ada. Dengan demikian, ketika mempelajari mempengaruhi kehidupan umat Kristen
misi Kristen, yang secara dogmatis disebut dalam berinteraksi dan bergaul dalam
sebagai Missio Dei atau misi Allah, maka dunia sosial atau ruang publik di mana dia
kita akan menemukan disparitas konsep hadir, hidup, dan beraktivitas di dalamnya.
tentang misi itu sendiri atau dalam

1
SI TOU TIMOU TUMOU TOU 1. Bahwa manusia dilahirkan dan
hidup sebagai manusia.
Dalam sejarah kehidupan rakyat 2. Bahwa manusia yang hidup,
atau suku di Minahasa, ada suatu falsafah adalah hidup secara dewasa,
yang dipegang sebagai pemersatu rakyat, bertanggung jawab dan mandiri.
yang sekaligus juga dijadikan dasar bagi 3. Manusia dewasa, bertanggung
identitas rakyat Minahasa. Falsafah jawab dan mandiri ditandai oleh
tersebut adalah si tou timou tumou tou. “pengabdiannya” untuk
Menurut A.O.D. Pangaila1, secara “membentuk dan melahirkan”
etimologis, ungkapan atau falsafah manusia-manusia baru yang
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: dewasa, bertanggung jawab, dan
Si adalah penunjuk orang, tou mandiri kelak di kemudian hari,
artinya manusia. Kedua kata ini untuk selanjutnya, manusia baru
berarti: (1) Manusia sebagai yang terbentuk itu melanjutkan
makhluk hidup, manusia insani, lagi tugas pengabdiannya dalam
manusia kodrat. (2) Manusia rangka “memanusiakan”
mampu berdiri sendiri secara sesamanya.
dewasa dan bertanggung jawab.
Timou: Tou = “manusia” + infiks Sondakh menyatakan bahwa si tou timou
“im.” Artinya: (1) Dilahirkan tumou tou merupakan konsep sikap yang
hidup. (2) Hidup; hidup sebagai ditentukan oleh norma serta konsep-
manusia. (3) Hidup sebagai konsep nilai budaya yang dianutnya.
manusia dewasa, bertanggung Konsep nilai budaya, memuat ide-ide atau
jawab dan mandiri. nilai-nilai dasar yang saling berkaitan,
Tumou: Tou + infiks “um.” menjiwai, mengisi, serta saling
Artinya: (1) Mendorong, memberi memperkuat menjadi satu kesatuan yang
semangat hidup, mendewasakan utuh, sebagai satu wawasan atau
kehidupan sesama manusia. (2) pandangan hidup. Nilai-nilai dasar itu,
Ikut bertanggung jawab atas selain berfungsi sebagai landasan,
kehidupan sesama manusia. (3) sekaligus juga sebagai pendorong,
Tidak hidup semata-mata untuk pengendali kehidupan, baik dalam
kepentingan diri sendiri, tetapi mempertahankan eksistensi dan
juga memperhatikan sesama kelangsungan hidup, maupun untuk
manusia. (4) Turut membentuk pengembangan dirinya (Sondakh 2002,
kehidupan sesama manusia. 21).
Si tou timou tumou tou, dengan
Seluruh pengertian di atas, termasuk demikian, merupakan konsep abstrak dari
dalam pengertian si tou timou tumou tuo nilai-nilai budaya dan pengalaman hidup
atau sering disingkat ST4, sehingga manusia Minahasa. Selain memuat nilai-
keseluruhan ungkapan ini mengandung nilai dasar, juga menggambarkan apa yang
pengertian: dianggap paling penting atau bermakna
yang mendasari dan menuntun

1
A.O.D. Pangaila, “Wawasan Tou Timou Tumou Tou (Tou Minahasa): Refleksi
Sumekolah dan Pandangan Hidup Si Tou Timou Atas Evolusi Nilai-nilai Manusia (Jakarta: Pustaka
Tumou Tow,” Diskusi panel MBH-Manado, Sinar Harapan, 2002), 18-20.
Februari 1995, dikutip dalam A.J. Sondakh, Si

2
keberhasilannya sebagai tou Minahasa. Si pelindung taranak atau roong (Sondakh
tou timou tumou tou, dengan demikian 2002, 45-48, 51).
menjadi gambaran identitas atau jati diri Tou ngaasan esensinya menunjuk
tou (manusia atau orang) Minahasa ke istilah ngaas, yang berarti otak yang
(Sondakh 2002, 21-22). diisi dengan ilmu pengetahuan. Konsep ini
Sebagai konsep filosofis, si tou kemudian berkembang dan dipopulerkan
timou tumou tou memiliki substansi ideal dengan istilah sumekolah (pergi ke
normatif yang masih harus sekolah/menuntut ilmu) (Sondakh 2002,
diejawantahkan dalam kehidupan moral- 87-88). Kalau tou ente lebih
etik masyarakat. Dengan kata lain, mengandalkan kekuatan fisik dipadukan
implementasi nilai dan konsep yang dengan kekuatan mistik dan gaib yang
terkandung dalam ungkapan ini masih bersifat irasional, maka konsep ngaasan
perlu dirumuskan dalam satu konsep lebih mengandalkan kemampuan
aktual yang berfungsi sebagai pedoman intelektual, yang bersifat rasional objektif,
untuk melakukan transformasi sikap dan sebagai kunci utama menjawab misteri
perilaku masyarakat agar menjadi yang alam dan kehidupan yang aman, baik, dan
berkualitas maju, mandiri, dan beradab sejahtera. Melalui pendidikan, tou
(Sondakh 2002, 22). Selain itu, tou dalam Minahasa berupaya agar ngaas atau otak
konsep tumou tou merupakan akomodasi yang berisi ilmu pengetahuan dan
dan integrasi dari tiga sistem nilai yang teknologi, orang memperoleh
dihidupinya, yakni tou ente, tou ngaasan, keterampilan yang dapat digunakan
dan tou sama (Sondakh 2002, 32). sebagai kiat dan alat untuk meraih
Tou ente merupakan istilah yang kehidupan yang lebih baik, meningkatkan
menunjukkan tentang konsep “manusia harkat dan martabat diri sebagai subjek,
unggul tou Minahasa” berdasarkan sistem menjadi orang yang baik, dan berhasil
adat/budaya dari kelompok etnik pribumi serta berguna, atau untuk menjadi berkat
Minahasa pada periode histori-mistikal. bagi sesama (si tou timou, tumou tou)
Tou ente kadang disebut juga tou keter, (Sondakh 2002, 91-92).
yang berarti orang kuat atau gagah berani Menurut Sondakh, bersamaan
(Sondakh 2002, 39-40). Tou ente sering dengan tumbuh dan berkembangnya
dikenakan pada pimpinan kelompok konsep tou ngaasan, telah tumbuh dan
masyarakat dalam sistem adat Minahasa. berkembang pula konsep tou sama atau
Para pemimpin masyarakat itu tidak hanya tou leos, yang berarti orang baik, bukan
menjadi pemimpin ritual atau upacara terutama dari segi fisik atau lahiriah tetapi
keagamaan, tetapi juga mengajar orang terutama batiniahnya. Konsep tersebut
muda, memberikan nasehat, mengobati diwarnai dengan nilai teologi agama
orang sakit atau celaka, memberi Kristen yang masuk ke Minahasa melalui
penginapan pada tamu dari luar para misionaris. Falsafah si tou timou
kewedanan, mempunyai otak tumou tou yang dirumuskan oleh Sam
(wawasan/pengetahuan) untuk mengurus Ratulangi, akarnya ada di dalam ajaran
rakyat yang dipimpinnya, mempunyai agama Kristen, yaitu “kasihilah sesama
hati, keberanian, memiliki keuletan dalam manusia seperti engkau mengasihi dirimu
menghadapi segala persoalan taranak atau sendiri” (Sondakh 2002, 113-114).
roong (keluarga besar, negeri, atau Sondakh menjelaskan bahwa tou
kampung), dan sanggup merasakan apa ente atau tou keter belum tentu adalah tou
yang dirasakan oleh rakyat, serta menjadi sama, demikian juga dengan tou ngaasan,

3
belum tentu adalah tou sama, bisa saja disadari bahwa falsafah atau konsep
mereka adalah tou lewo yang tersebut merupakan hasil rumusan yang
menggunakan kekuatan fisik ataupun dibentuk oleh banyak unsur dan
akalnya untuk “merugikan atau merupakan hasil interpretasi yang panjang
mencelakakan orang lain” (si tou timou terhadap sejarah masyarakat serta
tumongko tou). Tou sama, diartikan kebudayaan di tanah Minahasa. Perpaduan
sebagai “manusia yang mengasihi Tuhan dan keseimbangan antara konsep tou
Allah dengan segenap akal budinya, dan ente/keter, tou ngaasan, dan tou
mengasihi sesama manusia seperti dirinya sama/leos/loor dalam falsafah tersebut
sendiri” (Matius 22:37-39). Manusia merupakan esensi kehidupan manusia
seperti itu, jelas tidak mengandalkan yang diharapkan mampu menghasilkan
kemampuan maupun keinginannya sendiri atau memfasilitasi manusia yang lain agar
ataupun hanya mengasihi diri sendiri, memiliki ketiga unsur itu juga, sehingga
apalagi mendewakan manusia. Tou sama proses tersebut akan terus berkelanjutan.
dapat dikatakan juga sebagai tou kasih,
yang intinya baku baku bae deng baku MAPALUS
baku sayang (saling berbuat baik dan
saling menyayangi) (Sondakh 2002, 134- Selain falsafah si tou timou tumou
135). tou, rakyat Minahasa juga mengenal istilah
Mengutip Sinolungan, Sondakh mapalus sebagai penunjuk identitasnya,
mengemukakan bahwa ciri-ciri tou sama sekaligus falsafah pemersatu rakyat.
adalah sebagai berikut: Menurut Adam, mapalus (disebut juga
1. Sama ase Opo Empung/ Wailan/ maando) merupakan sepatah perkataan
Mapiara/ Amang Kasuruan(Tuhan bahasa Melayu Minahasa yang berarti
Allah). “saling membalas.” Pengertiannya
2. Sama ase maperentah (pemerintah). kemudian diperluas menjadi saling tolong
3. Sama ase matua (orang tua). menolong dalam segala macam pekerjaan,
4. Sama ase penanaan (suami/istri), terutama dalam pekerjaan pertanian, pesta-
kakeletou, pook, karia (sesama). pesta dan jamuan-jamuan makan, juga
Intinya, yang ingin dijelaskan oleh dalam mengumpulkan uang tunai bagi
konsep tou sama adalah manusia timou para anggota masing-masing
(lahir) bukan sekedar tumou (hidup, (mekekaya’an = saling menyerahkan).
bertumbuh, exist), tetapi sekaligus adalah Mapalus sendiri merupakan suatu
untuk tumou tou (menghidupkan kumpulan kaum pria dan wanita, masing-
sesamanya) (Sondakh 2002, 136-137). masing tersendiri atau campuran; tua dan
Dari berbagai uraian di atas, dapat muda ikut serta. Salah seorang dari mereka
disimpulkan bahwa falsafah si tou timou memegang pimpinan yang dipilih secara
tumou tou merupakan dasar sekaligus demokratis. Perkumpulan mapalus dapat
tujuan hidup dari tou dibentuk secara sukarela oleh orang-orang
(manusia/orang/rakyat) Minahasa. Secara yang mempunyai minat untuk itu atau
sederhana, si tou timou tumou tou berarti diselenggarakan oleh pihak pemerintah
manusia hidup untuk (sering oleh pemerintah distrik dan
memanusiakan/menghidupkan manusia pemerintah desa) (Adam 1976, 98-99).
yang lain. Sekalipun falsafah tersebut Menurut Adam, praktik mapalus
terlihat begitu sederhana, yang hanya dalam bidang pertanian dapat
tersusun oleh beberapa kata, tetapi perlu

4
digambarkan sebagai berikut (Adam 1976, kepada tiap-tiap orang sesama anggota,
99-102): serta ladang/sawahnya yang dikerjakan
paling akhir. Hukuman yang lain ialah
Kalau sudah pada waktunya untuk dengan tidak memberikan ikan dan
memulai pekerjaan bertani, maka tiap- daging pada nasi, yang harus dimakan si
tiap pemilik ladang/sawah pergi pelanggar seorang diri, terpencil dari
berkeliling menjumpai sesama penduduk anggota lainnya, kadang-kadang dalam
kampung untuk membentuk suatu hujan atau ia mendapat pukulan dengan
mapalus. Dengan demikian, di tiap-tiap rotan atau tiga batang lidi (batang-batang
kampung terbentuklah beberapa daun nira) pada betisnya.
kelompok kecil, yaitu orang-orang yang Tiap anggota mendapat giliran untuk
merasa paling tertarik satu kepada yang dibantu. Apabila seseorang karena suatu
lain. Pemuda yang jatuh cinta akan hal berhalangan untuk datang, maka ia
berusaha masuk dalam kumpulan (kecil) harus menunjuk penggantinya. Ada
gadis pilihannya, untuk membantu sang kalanya juga terjadi, suatu rombongan
gadis dalam pekerjaannya. Sekali suatu mapalus menyerahkan diri mereka
kelompok sudah terbentuk, maka selama sebagai tenaga sewaan kepada seorang
tahun-tanaman berlangsung jaran sekali tuan tanah, tetapi hendaknya pekerjaan
orang dapat diterima lagi. Ada kalanya mereka sendiri sudah selesai. Uang hasil
para pemilik ladang/sawah dalam suatu usaha kemudian dibagi di antara para
lingkungan desa bergabung, itu disebut anggota atau juga dipakai untuk
sumanalulukar. mengadakan suatu pesta mapalus,
Beginilah cara bekerja mereka. Dalam sesudah pekerjaan selesai.
suatu rapat malam, lebih dulu ditentukan Seiring pekerjaan mapalus itu
ladang/sawah siapa yang akan dikerjakan dilakukan, pemilik tanah/lahan/sawah
dan macam pekerjaan apa yang harus harus menyediakan makanan. Kalau pada
dilakukan. Esok harinya, setibanya satu hari ada beberapa ladang/sawah yang
mereka di ladang/sawah, pemimpin harus dikerjakan, maka makanan
mapalus (disebut sumesewung) terlebih disediakan oleh para pemilik itu secara
dahulu membagi-bagi tanah yang akan bersama. Lebih dulu mereka harus
dikerjakan dalam petak-petak dan tiap- menentukan apa yang akan dimakan,
tiap anggota dipersilahkan untuk memilih akan tetapi ada juga kesepakatan agar
satu petak. Sumesewung sendiri memilih orang-orang membawa makanannya
petak yang masih tersisa dan sering sendiri (dinamakan mesaputan).
jadinya yang paling sukar. Dahulu, rombongan-rombongan
Pelanggaran terhadap peraturan mapalus diperlakukan dengan penuh
mapalus diancam dengan hukuman berat. hormat, bila rombongan pulang kembali
Tentu saja yang pertama-tama akan dari pekerjaan, rombongan berkunjung ke
dihukum ialah orang-orang yang malas rumah kepala distrik. Di sana para
bekerja, tetapi juga mereka yang datang anggota mapalus dijamu dengan
terlambat, mereka yang tidak membawa minuman arak. Perkumpulan-
alat atau membawa alat-alat yang keliru, perkumpulan tersebut tidak tiap tahun
atau mereka yang kurang sopan dan tidak dibubarkan, melainkan bersifat langgeng.
mau menurut perintah. Para pemalas akan
diejek dengan bermacam-macam Selain tulisan Adam, perspektif
nyanyian bila rombongan mapalus sudah lain tentang mapalus juga dijelaskan oleh
masuk kampung lagi (usai bekerja di Graafland (Graafland 1991, 42-45):
ladang/sawah). Si pelanggar juga dapat
didenda dengan harus menawarkan Orang mengerjakan kebun bersama-
tembakau, sirih, pinang, dan kapur sama, saling membantu (mapalus =

5
gotong royong), suatu sistem yang telah
ada sejak dahulu kala dan niscaya berasal Menurut Jan Turang2,
dari asas hidup kekeluargaan di perikehidupan masyarakat asli Minahasa
Minahasa. Tidak hanya ketika bekerja di dijiwai dan diwaranai kehidupan mapalus,
ladang, pada setiap pekerjaan berat pun, dalam bidang ekonomi, sosial-budaya,
orang saling membantu.
keamanan, dan ketertiban masyarakat.
Mapalus diterapkan di kebun
Asas mapalus adalah kekeluargaan,
manakala orang membuka,
membersihkan, dan menanami lahan, musyawarah, mufakat, kerja sama, dan
serta menuainya. Ukuran perkumpulan religius, sedangkan prinsip mapalus
itu bermacam-macam, orang malah adalah tolong-menolong, keterbukaan,
memberi nama mapalus untuk suatu kerja disiplin kelompok, kebersamaan, daya
sama yang terjalin di antara dua atau tiga guna dan hasil guna.
orang. Tetapi biasanya, nama ini dipakai Bila dikaji sejarahnya, mapalus
bila ada sepuluh, lima belas, dua puluh, merupakan dasar bagi terbentuknya nama
bahkan sampai seratus orang atau lebih Minahasa. Mapalus sebagai nilai
yang bekerja sama. kebersamaan dan pemersatu seluruh
Orang mulai dengan menentukan rakyat Minahasa, pada mulanya lahir dari
bagaimana pengaturan pengerjaan atas
suatu bidang tanah. Bila perkumpulan itu
konsep esa atau disebut maesa-esaan.
kecil, akan ditentukan untuk bekerja Menurut Petrus Sampul3, maesa-esaan
selama satu hari setiap kebun. Kalau terdiri atas sembilan esa yang disebut siou
perkumpulan itu lebih besar, luas tanah esa, yaitu: (1) Esa wia si Opo Empung
yang akan dikerjakan ditentukan terlebih (Tuhan); (2) Esa un ate (hati); (3) Esa
dahulu. Bila suatu pekerjaan selesai, genang (pikiran); (4) Esa tetengkoren
perkumpulan itu pindah ke tanah lain. (perintah); (5) Esa paayangan (pekerjaan);
Semua orang harus berkumpul pada (6) Esa nuwu/lila (bahasa); (7) Esa
waktu yang ditentukan. Bila lalan/palapangan (jalan); (8) Esa roko
perkumpulan itu besar, sejak subuh, (pakaian); dan (9) Esa lelemaan/lututuran
sebelum matahari terbit, tifa dibunyikan,
(tempat makan).
atau ada yang berkeliling memanggil
Konsep esa atau maesa-esaan
orang dengan memukul gong.
Bila mapalus akan dimulai, menurut N.S. Kalangi4 adalah salah satu
dibicarakan dahulu jam mulai dan perwujudan dari asas resiprositas, yakni
berakhirnya, dan karena setiap pemilik sisi lain dari budaya egalitarian, yang
kebun harus menyediakan makanan bagi menekankan asas kesamaan hak sosial.
semua pekerja, juga ditentukan apa yang Perwujudan lainnya yaitu “ikatan batin”
akan dimakan. Apa pun yang dilakukan (bahasa asli: magenang-genangan,
seseorang, lebih atau kurang dari apa mailek-ilekan, maleos-leosan) dan “kerja
yang ditentukan, selalu dianggap salah.

2
Jan Turang, “Manusia Minahasa: Minahasa): Refleksi Atas Evolusi Nilai-nilai
Prinsip Hidup Mapalus Masa Lampau-Sekarang- Manusia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002),
Mendatang,” Seminar KKK, Jakarta (Juni 1991), 75.
4
dikutip dalam A.J. Sondakh, Si Tou Timou Tumou N.S. Kalangi, “Kebudayaan Minahasa,”
Tou (Tou Minahasa): Refleksi Atas Evolusi Nilai- dalam Koentjaraningrat, “Manusia dan
nilai Manusia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Kebudayaan Indonesia,” Jakarta (1990), dikutip
2002), 76. dalam A.J. Sondakh, Si Tou Timou Tumou Tou
3
Petrus Sampul, “Kekuasaan (Power) (Tou Minahasa): Refleksi Atas Evolusi Nilai-nilai
Ditinjau dari Segi Filsafat Pancasila,” Seminar Manusia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002),
FISIP UNSRAT (1986), dikutip dalam A.J. 75-76.
Sondakh, Si Tou Timou Tumou Tou (Tou

6
sama” (bahasa asli: masawang-sawangan, kebersamaan dalam melaksanakan dan
matombo-tombolan, dan masule-sulean). menghasilkan sesuatu yang baik demi
Kegiatan kerja sama tersebut dikenal kebaikan bersama.
dengan sebutan mapalus.
Menurut Wil Lundstrom- MENGUATNYA INDIVIDUALISME
Burghoorn, mapalus merupakan ekspresi MASYARAKAT DI INDONESIA
dari solidaritas dan simbol keesaan.
Cooperation dan exchange (kerja sama Indonesia merupakan negara
dan saling memberi) merupakan inti dari berkembang. Dalam usaha
mapalus. Istilah mapalus sendiri berasal mengembangkan negara ini ke arah yang
dari istilah palus, yang berarti: (1) untuk lebih baik, pemerintah dan rakyat berada
menerima; menyentuh; sebagai contoh dalam hubungan mitra kerja. Artinya,
ta'an nimapalus, yang berarti penangkap; pemerintah membutuhkan partisipasi
orang yang memegang; (2) untuk masyarakat dalam rangka
memberikan makanan atau pakaian, untuk mengembangkan dan membangun negara
menuangkan, misalnya palusan kan, yang ini lebih baik, sebaliknya juga, masyarakat
berarti memberikan makanan yang sudah membutuhkan pemerintah dalam hal
dimasak; ipalus um bene, mencurahkan menjamin kelangsungan hidup mereka.
atau memberikan beras atau nasi. Di Pemerintah dan masyarakat tidak boleh
samping itu, kelompok mapalus juga ada berjalan sendiri-sendiri dengan visi dan
yang disebut dengan mawean kuman, yang misinya masing-masing, keduanya harus
berarti saling memberi makanan, yang saling menopang demi kebaikan bersama.
berarti juga menyediakan makanan bagi Setelah masa orde baru berakhir
semua anggota (Lundstrom-Burghoorn, dan digantikan dengan masa yang disebut
163-165). reformasi, seakan membawa angin segar
Musyawarah yang merupakan bagi seluruh bangsa Indonesia. Rezim
perwujudan dari konsep esa, menurut Bert pemerintah yang otoriter mulai digantikan
Supit disebut “Mina Esa,” yang pada tahun dengan sistem pemerintahan yang
1789, dieja oleh Residen Schierstein demokratis. Rakyat Indonesia seakan
dalam landraad (musyawarah para ukung lepas dari kungkungan sistem dan
dan kepala walak5) dengan “Minahasa,” kekuatan yang mengikat diri mereka.
yang selanjutya berkembang menjadi Dalam satu dekade terakhir, terlihat jelas
nama dari satu daerah yang meliputi dalam bidang politik bagaimana
seluruh walak.6 Berpangkal dari konsep masyarakat menyambut “kemerdekaan”
esa dan maesa-esaan tersebut, maka tersebut dengan penuh antusias lewat
digunakanlah nama “Minahasa” untuk mendirikan berbagai partai politik dan
daerah yang didiami oleh masyarakat etnis organisasi masyarakat setelah berpuluh
keturunan Toar Lumimuut (Sondakh tahun sejak 1973 partai politik difusikan
2002, 74) . hanya menjadi tiga partai politik saja.
Berdasarkan uraian di atas, maka Dalam segi ekonomi, terlihat juga
mapalus sebagai suatu nilai moral banyak masyarakat yang membuka
sekaligus praksis, berarti suatu sikap lapangan usaha baru sebagai wujud

5
Walak artinya suku; ukung artinya A.J. Sondakh, Si Tou Timou Tumou Tou (Tou
pemimpin desa atau kelompok keluarga besar. Minahasa): Refleksi Atas Evolusi Nilai-nilai
6
Bert Supit, “Manusia Minahasa.” Manusia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002),
Seminar KKK, Jakarta (Juni 1991), dikutip dalam 73-74.

7
kebebasan untuk berwirausaha, apalagi makalah ini tidak akan membahas tentang
dengan ditopang lewat suntikan modal dari sistem ekonomi kapitalisme ataupun
pemerintah lewat berbagai kebijakannya. sosialisme, dan tentang baik-buruknya
Baik usaha mikro maupun makro semakin sistem tersebut sebagai sistem ekonomi
lama semakin berkembang setiap yang tepat bagi Indonesia saat ini. Salah
waktunya, bahkan banyak usaha mikro satu realitas dari kontestasi atau
telah berhasil menjadi usaha makro seiring persaingan antar masyarakat adalah
berjalannya waktu. Sebagai negara timbulnya pola hidup individualisme.
berkembang, kemajuan ekonomi Paham individualisme ini, entah secara
Indonesia semakin baik atau terjadi sadar atau tidak, dipraktekan oleh
peningkatan setiap tahunnya. Hal itu sejumlah masyarakat, bahkan semakin
terlihat dengan banyaknya industri meluas dan semakin menguat dalam
perusahaan yang tersebar di seluruh realitas sosial masyarakat Indonesia
provinsi di Indonesia, hadirnya gedung- sebagai imbas dari perkembangan bangsa.
gedung pencakar langit, daya beli Sebelum menunjukkan beberapa
masyarakat yang semakin baik, hadirnya contoh tentang menguatnya
gedung-gedung perkantoran dan bank individualisme dalam kehidupan sosial
sampai ke pelosok desa, dan lain masyarakat Indonesia, ada baiknya
sebagainya. Jelaslah bahwa seiring dijabarkan terlebih dahulu apa yang
perkembangan negara semakin maju, dimaksud dengan individualisme.
maka pembangunan sarana dan pra-sarana Menurut Mangunhardjana, dari berbagai
akan semakin baik juga. ajaran dan doktrin ada yang amat
Sekalipun beberapa hal yang menekankan perorangan atau pribadi.
dijelaskan sebelumnya terkesan positif, Ajaran atau doktrin itu disebut
tetapi perlu disadari bahwa pada sisi yang individualisme. Nama itu sesuai dengan
lain justru “kemerdekaan” tersebut arti akar kata asalnya. Individualisme
menjurus kepada hal-hal yang negatif berasal dari kata Latin individuus, yang
juga. Berkembangnya suatu negara yang dalam kata sifatnya menjadi individualis.
ditopang dengan sistem demokrasi Kata individuus dan individualis berarti
ternyata mempengaruhi pola hidup “perorangan,”pribadi,” dan “bersifat
masyarakatnya. Tak dapat dipungkiri perorangan, pribadi.” Menurut paham
bahwa dengan berkembangnya suatu individualisme, perorangan memiliki
bangsa akan mengakibatkan terjadinya kedudukan utama; kepentingannya
pergeseran sosial. Dengan semangat merupakan urusan tertinggi. Setiap orang
“kemerdekaan” (bebas dari rezim orde merupakan pribadi yang otonom, berdiri
baru yang membatasi ruang gerak sendiri. Setiap orang berhak menjadi diri
masyarakat) tersebut, masyarakat sendiri. Untuk itu, setiap orang berhak
Indonesia akhirnya memasuki tahap baru mempergunakan kebebasan dan
yang bisa membawa dampak yang baik inisiatifnya. Atas dasar pemikiran itu, bagi
sekaligus dampak yang buruk. Tahap kaum individualis, kebebasan dan
tersebut disebut persaingan atau kepentingan pribadi menjadi dasar dan
kompetisi. norma hidup yang paling tinggi. Dasar
Persaingan atau kompetisi dalam kehidupan etis adalah pribadi perorangan.
masyarakat tentu saja akan melahirkan Dasar dan norma etis berporos pada
pihak pro dan kontra. Sekalipun ada pribadi perorangan. Yang baik adalah baik
hubungannya dengan sistem ekonomi, menurut selera pribadi, begitu juga, yang

8
jahat adalah jahat menurut selera pribadi. tahun, banyak pelaku korupsi yang ditahan
Individualisme menekankan tingginya oleh pihak berwajib, apalagi dengan
kedudukan pribadi dan perorangan dengan munculnya lembaga Komisi
meremehkan unsur sosial, serta Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun
mendewakan kepentingan pribadi dengan 2003. Ironisnya, para pelaku korupsi
mengabaikan kepentingan bersama merupakan seseorang yang pernah
(Mangunhardjana 1997, 107-108). menjabat posisi strategis di bidang
Berdasarkan uraian di atas, dapat pemerintahan negara ini, sebut saja
kita simpulkan bahwa individualisme mantan ketua Mahkamah Konstitusi
merupakan paham atau cara hidup yang (MK), mantan Ketua Badan Pemeriksa
mementingkan diri sendiri dan tidak Keuangan (BPK), anggota DPR RI,
mempedulikan orang lain ataupun realitas DPRD, top eksekutif (gubernur, walikota,
sosial dan alam di luar dirinya. Hak untuk bupati), dan lain sebagainya.
mendapatkan, memiliki, dan menjadi Masih dalam dunia politik,
sesuatu merupakan dasar utama pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
dibandingkan dengan berbagai kewajiban dalam setiap pemilihan umum, tidak lepas
yang ada. dari realitas praktik individualisme. Ada
Seperti yang sudah disinggung begitu banyak calon legislatif dan calon
sebelumnya bahwa perkembangan negara top eksekutif yang melakukan berbagai
ke arah yang semakin baik, khususnya cara yang tidak semestinya agar dirinya
negara yang menganut sistem terpilih sebagai anggota legislatif maupun
pemerintahan demokrasi, cepat atau pimpinan eksekutif (presiden, gubernur,
lambat, akan mempengaruhi gaya hidup walikota/bupati). Para calon legislatif
masyarakat di dalamnya dengan maupun top eksekutif tanpa segan
munculnya realitas persaingan atau membodohi masyarakat dengan politik
kompetisi dalam segala bidang kehidupan. uang, janji-janji palsu, dan melakukan
Menguatnya praktik individualisme di lobi-lobi gelap dengan pihak
Indonesia dapat dilihat dari realitas penyelenggara pemilu (Komisi Pemilihan
pemerintahan (politik), ekonomi, bahkan Umum dan Panitia Pengawas Pemilu) agar
sampai dalam lingkup lembaga terkecil dirinya lolos hasil pemilihan umum.
masyarakat, yaitu keluarga. Individualisme kolektif juga
Dalam dunia politik dan sosial dipertontonkan oleh para politisi ketika
secara umum, lewat pemberitaan media berbagai partai politik melakukan
massa cetak maupun online, dapat dilihat manuver politik untuk memenangkan
banyaknya praktik korupsi yang terjadi di calon top eksekutifnya. Kampanye gelap,
negara ini, baik dari tingkatan menghina/menghujat calon dari partai
pemerintahan pusat, dewan perwakilan politik yang lain, melakukan lobi
rakyat, sampai ke tingkat pemerintahan terselubung dengan pihak penyelenggara
daerah provinsi-kota/kabupaten. Tindakan pemilu, dan lain sebagainya dilakukan
korupsi jelas merupakan suatu tindakan agar supaya calon top eksekutif dari
yang didasari oleh paham individualisme partainya menang dalam pemilihan umum.
atau mementingkan diri sendiri. Para Dalam perspektif sosial,
pelaku korupsi melakukan hal tersebut, kesejangan sosial dan ekonomi
tanpa memedulikan kerugian negara dan masyarakat Indonesia, terlebih khusus di
banyaknya rakyat yang masih berada di daerah urban, nampak terlihat dari
bawah garis kemiskinan. Dalam setiap pemandangan kota yang menempatkan

9
hunian masyarakat miskin yang kumuh finansial dan status sosial yang tinggi
terpisah jauh dengan hunian yang mewah menjadi dasar hidup dan usaha mereka.
seperti perumahan elit-eksklusif ataupun Hal yang ditakutkan apabila tindakan
bangunan-bangunan apartemen. Dari individualisme ini semakin lama akan
kesenjangan status sosial dan jarak hunian semakin menguat dan menjangkiti para
di antara kedua kelompok masyarakat itu, pelaku usaha baru dengan sendirinya.
dapat kita pastikan bahwa tidak mungkin Dengan semakin berkembangnya
kedua kelompok tersebut bisa berinteraksi. suatu negara, baik kehidupan perkotaan
Dalam atmosfer persaingan yang terus- maupun pedesaan, sulit untuk
menerus, kita dapat melihat gejala yang mengelakkan diri dari individualisme.
kaya semakin kaya, dan yang miskin tetap Karena tuntutan zaman dan kebutuhan
statis pada tempatnya bila tidak ada usaha hidup yang sulit tercukupi, akhirnya
untuk merubah nasib. Seiring berjalannya banyak penduduk desa yang merantau
waktu, para pemilik modal pasti akan keluar desa (entah ke kota, ke luar negeri,
melakukan ekspansi wilayah usahanya, dsb.) dalam rangka studi atau bekerja. Ada
dan dalam melaksanakan ekspansi tersebut dari mereka yang setelah studi balik ke
ada potensi untuk melakukan “invasi” desa untuk mengabdi dan bekerja di sana,
(penggusuran) untuk mendapatkan lokasi ada juga mereka yang bekerja di luar kota
yang diinginkan dengan melakukan lobi- datang ke kampung halaman pada hari
lobi dan suap kepada pihak yang libur. Kehadiran mereka di desa, sedikit-
berwenang dalam hal tersebut. Intinya, banyak mempengaruhi paradigma dan
seiring berjalannya waktu, hasil yang pola berinteraksi masyarakat secara
didapatkan oleh para pemilik modal atau perlahan, dan lama-kelamaan pasti akan
usaha, semakin lama semakin bertambah. semakin banyak orang di desa tersebut
Yang menjadi keprihatinan adalah yang akhirnya ingin merantau entah untuk
sejumlah pemilik usaha atau modal jarang studi atau bekerja karena melihat
atau tidak sama sekali berinteraksi, kehadiran mereka di sana sebagai
bersosialisasi, apalagi berdiakonia dengan seseorang yang dikatakan sukses. Semakin
masyarakat yang berkekurangan. Dalam banyak masyarakat desa yang
contoh yang kecil saja, sangat jarang para menyelesaikan studi dan bekerja di
pemilik usaha berinteraksi apalagi perkantoran atau perusahaan, lambat laun
menjamin kesejahteraan pekerjanya, akan membawa dampak bagi kehidupan
sehingga satu-satunya jalan bagi para desa. Artinya gaya hidup masyarakat
pekerja untuk menuntut kesejahteraan perkotaan, lama-kelamaan akan diadopsi
mereka adalah dengan melakukan unjuk oleh masyarakat desa.
rasa kepada pemerintah sebagai pihak Masyarakat kota dapat dikatakan
yang memiliki kuasa untuk mengontrol lebih terbiasa dengan atmosfer persaingan.
dan memberi kebijakan bagi para pelaku Masyarakat kota harus beradaptasi dengan
usaha. Hal ini terlihat di banyak negara, berbagai tuntutan. Bagi para pekerja yang
apalagi pada saat hari buruh internasional hidup di kota, kesibukan dan serba cepat
yang ditetapkan 1 Mei setiap tahunnya. merupakan kata kuncinya. Pada saat
Bagi sebagian pelaku usaha atau pemilik menuju tempat pekerjaan, masyarakat kota
modal, mendapatkan hasil yang sebanyak- sudah memulainya dengan persaingan,
banyaknya demi kelangsungan hidup misalnya mengantri kereta, angkot, bus,
dirinya, keluarga, dan penerus generasinya taxi, bahkan menggunakan kendaraan
agar terus berada dalam kelimpahan pribadi. Mereka akan selalu berusaha

10
untuk berada di antrian pertama untuk merupakan gambaran praktik
segera menaiki kendaraan yang akan individualisme – kepentingan pribadinya
dipergunakan agar tidak terlambat sampai terpenuhi/sukses untuk memiliki atau
ke tempat pekerjaan. Begitu pun dengan melakukan sesuatu.
yang menggunakan kendaraan pribadi, Seiring kemajuan ilmu
jalan raya merupakan ajang persaingan, pengetahuan, perkembangan bangsa yang
kemacetan akan selalu menuntut para berimbas pada peningkatan ekonomi dan
pekerja untuk berangkat sedini mungkin daya beli masyarakat, maka kepemilikian
agar tidak terlambat sampai ke tempat barang elektronik menjadi suatu realitas
kerja. Setelah pulang kerja pun realitas hidup masyarakat. Kenyataan ini
persaingan seperti itu pun akan tetap merupakan suatu hal yang positif, tetapi
dijumpai. Kemacetan sering juga menjadi negatif bila berbagai alat
mengakibatkan masyarakat kota yang elektronik seperti telepon seluler,
bekerja sampai di kediamannya pada larut komputer, dan lain sebagainya justru
malam. Dengan rutinitas seperti itu, dapat mengakibatkan terjadinya degradasi
digambarkan bahwa masyarakat kota akan interaksi sosial. Dalam kehidupan
selalu disibukkan dengan pekerjaan dan keluarga, banyak ditemui bahwa setiap
tidak memperhatikan lingkungan sosial anggota keluarga sibuk dengan urusannya
tempat tinggalnya. Sekalipun hari libur, masing-masing, orang tua sibuk bekerja
masyarakat kota sering menggunakan hari sampai larut malam, anak-anak maupun
itu sebagai waktu istirahat atau mencari orang tua sibuk dengan gadget-nya
hiburan di luar lingkungan tempat masing-masing, sehingga interaksi antar
tinggalnya. Semuanya itu dilakukan demi anggota keluarga semakin renggang.
kepentingan diri sendiri, tanpa perlu Intinya, alat-alat elektronik menjadi sarana
memperhatikan realitas sosial di mana untuk menyalurkan kepentingan dan
seseorang itu tinggal. Rutinitas yang kebahagiaan diri masing-masing. Suatu
digambarkan sebelumnya, lama-kelamaan realitas juga terlihat bahwa anak-anak
akan menjadi karakter atau kebiasaan hanya menjadikan orang tuanya sebagai
masyarakat urban. Ketidak-pekaan sumber finansial mereka untuk
terhadap realitas sosial seakan menjadi mendapatkan dan melakukan berbagai hal,
karakter masyarakat urban. Karakter atau termasuk untuk memiliki barang-barang
kebiasaan individualisme itulah yang elektronik yang terbaru, yang
dibawa oleh masyarakat yang melakukan berhubungan juga dengan persaingan
urbanisasi ketika kembali ke kampung dalam pergaulan sosial. Anak-anak jarang
halamannya. memikirkan lagi tentang betapa sulit dan
Dalam dunia hukum, kriminalitas melelahkannya pekerjaan yang dilakukan
di Indonesia seakan tak pernah ada oleh orang tua atau saudara kandung
habisnya. Setiap harinya, pasti ada berita mereka, yang penting keinginan dan
kriminalitas yang tersaji di surat kabar kepentingannya bisa tercapai.
ataupun media sosial elektronik. Sikap individualisme juga dapat
Pembunuhan, pencurian, perampokan, dilihat dalam realitas kerohanian. Teologi
pemerkosaan, dan lain sebagainya menjadi atau doktrin gereja ikut mempengaruhi dan
suatu potret realitas Indonesia setiap menentukan pemahaman serta sikap warga
harinya. Entah apa motifnya, para pelaku jemaatnya dalam menjalani kehidupannya.
kriminalitas yang melakukan perampokan, Doktrin keselamatan yang terlalu
pencurian, dan lain sebagainya itu menekankan aspek eskatologis dan hanya

11
berlaku per pribadi (keselamatan tidak bersosialisasi asalkan keinginannya bisa
bersifat universal dan holistik), tercapai. Kepentingan diri pribadi lebih
mengakibatkan warga gereja menganggap tinggi kedudukannya dibandingkan
bahwa keselamatan itu hanya menjadi kewajiban sosial. Kepuasan atau
miliknya sendiri, komunitasnya/gerejanya kepentingan diri sendiri menjadi tolak
atau hanya milik orang Kristen saja. ukur, dengan demikian, tak perlu lagi
Doktrin gereja yang menekankan mempertimbangkan pendapat ataupun
pemisahan antara yang sakral dan profan, tuntutan sosial. Individualisme
atau yang menyatakan bahwa dunia itu menekankan tercapainya suatu keinginan
jahat, dan oleh sebab itu orang Kristen atau hak pribadi sekalipun harus
tidak boleh bersahabat dengan dunia, juga mengorbankan entitas lain di luar dirinya.
mengakibatkan warga gereja lama- Realitas individualisme ini turut didukung
kelamaan terikat dengan doktrin tersebut. oleh kemajuan bangsa dalam segala aspek
Dengan pemahaman yang demikian, seiring berjalannya waktu. Dari berbagai
gereja masuk dan membangun ghetto bagi uraian di atas, dapat dilihat bahwa realitas
dirinya sendiri, gereja mengisolasi dirinya individualisme ini semakin menguat di
sendiri dari dunia luar. Sikap seperti ini tengah-tengah kehidupan masyarakat
menunjukkan bahwa individualisme Indonesia sebagai suatu hal yang alamiah
kolektif/komunal juga terjadi. terjadi pada suatu negara yang sedang
Sikap individualisme atau berkembang dan memasuki kemapanan
mementingkan diri sendiri merupakan dalam segala aspek kehidupan.
perbuatan dosa. Menurut Reinhold
Niebuhr, Alkitab mendefinisikan dosa SI TOU TIMOU TUMOU TOU DAN
dalam pengertian rohani dan juga MAPALUS SEBAGAI IDENTITAS
moralitas. Dalam dimensi agama, dosa MISIONAL GEREJA
berarti pemberontakan manusia terhadap
Allah; manusia yang berusaha untuk Ketika membicarakan misi
merebut tempat/takhta Allah. Dalam Kekristenan, maka sebagian besar orang
dimensi sosial dan moralitas, dosa Kristen akan selalu merujuk Matius 28:19-
diartikan sebagai ketidak-adilan. 20 sebagai amanat agung yang harus
Penyalahgunaan ego manusia yang dilaksanakan. Paradigma ini kemudian
membuat dirinya (dalam kebanggaan atau dikenal sebagai Missio Dei atau misi Allah
kesombongan) menjadi pusat dari segala atau juga misi yang diamanatkan langsung
kehidupan atau keberadaan (existence), oleh Allah dalam inkarnasi Yesus,
yang berimplikasi pada keinginan untuk walaupun jelas bahwa paradigma misi
menguasai yang tidak bisa terelakkan, yang lain juga dimaknai sebagai Missio
sehingga mengakibatkan terjadinya Dei. Lewat paradigma misi yang didasari
subordinasi manusia yang lain ke dalam pada Matius 28:19-20 tersebut, gereja
keinginannya tersebut, dan dengan menjadi giat untuk melakukan pewartaan
demikian mengakibatkan terjadinya Injil dan berusaha “mengonversikan atau
ketidak-adilan bagi manusia yang lain menobatkan” seseorang yang bukan
(Niebuhr 1945, 191). Kristen menjadi Kristen. Kegiatan misi ini
Kesimpulannya, gaya hidup dilakukan selama berabad-abad lamanya,
individualisme menunjukkan bahwa yang intensitasnya meningkat pada abad
seseorang hidup bersama dirinya sendiri delapan belas sampai pertengahan abad
sudah cukup, tak perlu kebersamaan atau

12
kedua puluh.7 Abad pencerahan yang Allah kepada dunia dan ciptaan agar tidak
mengakibatkan muncul dan tersedianya binasa. Dengan demikian, misi gereja
berbagai infrastruktur, jalur komunikasi, kemudian dapat diartikan sebagai
dan transportasi, menandai kegiatan misi perwujudan cinta kasih Allah yang nyata
ini berlangsung lebih insentif. Tak jarang (menubuh/berwujud - embodiment)
para misonaris melaksanakan akulturasi kepada seluruh ciptaan. Misi menjadi
dengan budaya setempat demi tercapainya sarana bagi perwujudan kasih antara Allah
misi penginjilan mereka (Cavalcanti 2005, dan ciptaan, dan juga antar ciptaan.
393). Tak dapat dipungkiri, lewat praktik Dengan demikian, benarlah apa yang
misional tersebut, Kekristenan kemudian dikatakan oleh Blevins bahwa perwujudan
menjadi agama yang terbesar di dunia saat kasih yang menubuh merupakan suatu
ini (berdasarkan kuantitas pemeluknya wujud kasih yang mengatasi kesenjangan
yang tersebar di berbagai penjuru dunia; antara Allah dan manusia, karena kasih itu
terlepas dari perbedaan denominasinya). tidak hanya dilakukan oleh Allah, tetapi
Walaupun dalam perkembangan juga oleh manusia (Blevins 2007, 297).
dan sejarahnya, paradigma misi gereja Keselamatan yang dianugerahkan
dimaknai secara berbeda, tetapi tak dapat Yesus bersifat holistik, artinya tidak hanya
disangkal bahwa pangkal dari segala berlaku untuk kehidupan yang akan datang
paradigma misi tersebut mengarah pada (eskatologi) tetapi juga memiliki dimensi
keselamatan yang dianugerahkan oleh kekinian. Keselamatan yang
Allah dalam inkarnasi Yesus Kristus, dianugerahkan Yesus tersebut meliputi
sekalipun juga konsep keselamatan itu segala aspek kehidupan manusia. Dengan
sendiri akhirnya mendapat interpretasi demikian, keadaan manusia yang
yang berbeda pula oleh berbagai tertindas, berkekurangan, sakit, menderita,
denominasi gereja. mengalami ketidakadilan, dan lain
Dalam memahami misi gereja sebagainya, berhak mendapatkan
yang sering dimaknai sebagai missio Dei, keselamatan yang berasal dari Allah.
hal utama yang harus dijadikan dasar ialah Realitas tersebut merupakan suatu
Allah merupakan “misionaris pertama” panggilan (vocation) Allah bagi gereja
yang mengadakan upaya penyelamatan untuk mengerjakan misi keselamatan-Nya
bagi dunia dan seluruh ciptaan dari yang bersifat holistik (Carter 2006, 51).
kehancuran, dosa, dan maut, yang Dengan demikian, misi gereja bisa
kemudian sang “Misonaris Agung” itulah diartikan sebagai suatu kehadiran yang
juga yang mengundang umat-Nya mengerjakan keselamatan Allah yang
bersama-sama dengan-Nya untuk bersifat holistik.
mengaktualisasikan dan mengerjakan Keselamatan yang dilakukan Allah
keselamatan yang bersifat holistik. Misi lewat inkarnasi Yesus, memberikan
keselamatan inilah yang menyatakan cinta pembebasan dan keselamatan bagi

7
Ada sebagian pihak yang membatasi bergeser, dari misi penginjilan bergeser menjadi
periode kegiatan misional yang berlandaskan dialog dan keterlibatan dalam permasalahan sosial
Matius 28:19-20 sampai pada pelaksanaan Konsili (kemiskinan, hak asasi manusia, ketidakadilan,
Vatikan II, yang ditandai dengan diterbitkannya dan lain-lain). Ada pula sebagian pihak yang
berbagai dokumen gereja, seperti Ad Gentes, membatasi penggunaan paradigma misi Matius
Lumen Gentium, dan lain sebagainya, yang 28:19-20 tersebut pada saat diterbitkan dan
memberi penafsiran baru terhadap paradigma misi tersebarnya buku “Transformasi Misi Kristen”
gereja, khususnya gereja Katolik Roma. karya David Bosch.
Penekanan misi gereja perlahan-lahan mulai

13
manusia dari dosa, termasuk dosa sosial membawa antusiasme, gairah, kemarahan,
seperti yang diungkapkan oleh Niehbuhr: dan cinta (Mendieta 2011, 132). Secara
individualisme (egoisme) dan singkat dapat dikatakan bahwa menurut
ketidakadilan. Teologi tentang dosa Calhoun, agama memiliki kekuatan dan
tersebut, menunjukkan bahwa gereja pengaruh yang besar dalam
sebagai suatu agama, memiliki nilai-nilai mempengaruhi kehidupan masyarakat.
kebajikan yang mengatasi paham self- Hal itu jelas karena tak bisa dipungkiri
interest (egoisme) (Tarimo 2010, 392). bahwa warga gereja merupakan warga
Selain itu, peran agama dalam ruang masyarakat juga; warga gereja akan selalu
publik tidak hanya untuk memberikan berinteraksi dengan masyarakat luas, entah
pernyataan publik, melainkan, untuk masyarakat yang juga warga gereja, tetapi
berpartisipasi dalam membentuk juga masyarakat yang bukan warga gereja
kesadaran masyarakat dengan tujuan (orang Kristen).
mempengaruhi praktek sosial (Tarimo Berdasarkan penjelasan Calhoun
2010, 393). Dengan demikian, misi dan Niehbuhr, maka pada titik inilah
Kekristenan haruslah menyentuh aspek gereja harus merumuskan apa makna
relasi antara realitas dunia dan kehendak kehadirannya di tempat ia berpijak,
Allah, dosa dan keselamatan, serta gereja sekaligus memformulasikan apa
dan masyarakat. Lewat perspektif tersebut, responsnya terhadap realitas yang ada di
kehadiran atau keberadaan gereja pada sekelilingnya. Dengan maksud itulah juga,
intinya merupakan suatu keberadaan maka makalah ini menawarkan konsep si
misioner yang berdimensi teologis dan tou timou tumou tou dan semangat
sosial sekaligus. mapalus dalam rangka membahasakan
Kehadiran gereja akan selalu Kekristenan sebagai agama mesianis dan
mempunyai pengaruh terhadap pergeseran komunitas yang selalu ingin membangun
sosial di mana ia berada. Dengan kata lain, persekutuan yang bekerja sama demi
kehadiran gereja bisa menjadi sumber memanusiakan, menghidupkan,
konflik, tetapi juga bisa menjadi sumber memberkati, menolong, melindungi, dan
yang menghasilkan suatu transformasi mensejahterakan orang lain; demi
sosial yang positif. Keberadaan gereja kebaikan bersama.
sebagai representasi dari agama Kristen ini Inti dari si tou timou tumou tou
sejalan juga dengan apa yang menunjuk pada manusia yang kuat dan
dikemukakan oleh Craig Calhoun. mempunyai berbagai talenta (tou keter),
Menurut Calhoun, agama adalah suatu memiliki kecerdasan atau pengetahuan
fenomena menakjubkan yang memainkan (tou ngaasan), serta memiliki kebaikan
peran kontradiktif dalam kehidupan hati (tou sama) haruslah hidup untuk
masyarakat. Agama dapat menghancurkan memanusiakan dan menghidupkan
atau merevitalisasi, menidurkan atau manusia yang lain agar memiliki ketiga
membangunkan, memperbudak atau elemen tou (keter, ngaasan, dan sama) itu
membebaskan, mengajarkan kepatuhan juga. Dengan kata lain, si tou timou tumou
atau mengajarkan pemberontakan, tou menunjukkan adanya suatu pola hidup
menjadi ancaman atau inspirasi (Mendieta yang egaliter dan senasib-
2011, 118). Di samping itu, agama sepenanggungan. Perlu diingat bahwa
menjadi dasar untuk suatu perubahan yang falsafah si tou timou tumou tou tersebut
radikal dan memunculkan suatu masih bersifat abstrak, sehingga masih
pertanyaan yang radikal juga. Agama perlu diejawantahkan agar menjadi suatu

14
hal yang praksis. Dengan demikian, maka meningkatkan ekonomi masyarakat; (4)
tepatlah bahwa konsep ST4 tersebut dapat bersedia untuk melakukan advokasi
dikenakan kepada misi gereja agar hukum; (5) berpartisipasi dalam
menjadi suatu aksi yang nyata. menentukan kebijakan politik negara; dan
Di samping itu, inti dari mapalus (6) menjadikan hospitalitas sebagai gaya
(seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya hidup Kekristenan.
oleh Jan Turang) ialah berasaskan
kekeluargaan, musyawarah, mufakat, 1. Memfasilitasi Penyelenggaraan
kerja sama, dan religius, serta Pendidikan bagi Masyarakat
berprinsipkan tolong-menolong,
keterbukaan, keramah-tamahan, disiplin Dalam sejarah kegiatan misi
kelompok, kebersamaan, daya guna dan pekabaran Injil yang dilakukan oleh gereja
hasil guna. Dengan kata lain, kebersamaan dan lembaga zending selama berabad-
(persekutuan), kerja sama, dan tujuan abad, dunia pendidikan dijadikan salah
bersama menjadi kata kunci untuk satu pintu masuk sebelum “kabar baik”
mapalus. yang menjadi inti kegiatan misi
Dalam makalah ini, kedua konsep diwartakan. Kegiatan itu pun berlangsung
itulah yang hendak ditawarkan atau di tanah Minahasa, sehingga gereja di
dikenakan menjadi paradigma dan Minahasa, khususnya GMIM, memiliki
identitas misional gereja. Dengan jumlah fasilitas pendidikan yang cukup
demikian, lewat konsep si tou timou tumou banyak, dari tingkat Taman Kanak-kanak
dan mapalus sebagai basis misi gereja (TK) sampai Perguruan Tinggi
yang diimplementasikan secara nyata, (Universitas Kristen Indonesia Tomohon-
maka identitas gereja menjadi suatu UKIT), yang dikelola oleh yayasan-sinode
komunitas yang terbuka, solider, dan dan jemaat setempat. Realitas ini pun tidak
bekerja sama demi memanusiakan, hanya terjadi di tanah Minahasa, tetapi
menghidupkan, memberkati , serta juga di seluruh daerah di Indonesia yang
menyelamatkan manusia yang lain, dijadikan lokasi pekabaran Injil oleh
sebagai bentuk alternatif atau perlawanan gereja-gereja dan zending dari Eropa.
terhadap menguatnya sikap Dalam konteks penyelenggaraan
individualisme (egoisme) dan pendidikan ini, lewat konsep ST4 dan
ketidakadilan yang terjadi di negara mapalus, gereja dimaknai sebagai suatu
Indonesia. kehadiran yang hidup untuk mencerdaskan
Paradigma misi gereja yang dan memberikan pengetahuan yang benar
didasari oleh si tou timou tumou tou dan bagi masyarakat luas. Pengetahuan yang
mapalus bisa diimplemetasikan dengan dimaksud ialah pengenalan akan Tuhan
berbagai cara, akan tetapi dalam makalah dan kehendak-Nya, sekaligus pengetahuan
ini, implementasi nilai-nilai ST4 dan atau wawasan yang menunjang kehidupan
mapalus sebagai paradigma dan model masyarakat agar mampu memikirkan yang
misi gereja tersebut dibatasi dan terbaik bagi kelangsungan hidupnya serta
difokuskan pada enam bentuk dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.
implementasi, yakni: (1) memfasilitasi Hal ini sejalan juga dengan salah satu
penyelenggaraan pendidikan bagi tujuan negara Indonesia, yaitu
masyarakat; (2) berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
penyelenggaraan pendidikan bagi Maksud tersebut bisa
masyarakat; (3) berpartisipasi dalam direalisasikan lewat pendirian atau

15
pengadaan fasilitas pendidikan, seperti Proses “memanusiakan dan
gedung sekolah, perpustakaan umum, menghidupkan” manusia yang lain bisa
tenaga pengajar, taman belajar, dan lain diaplikasikan lewat keterlibatan gereja
sebagainya. Gereja harus menjadi institusi dalam menyelenggarakan pelayanan
atau komunitas yang berada di garis depan, kesehatan kepada masyarakat luas.
menjadi pelopor dalam menyelenggarakan Artinya, masyarakat yang sakit sebisa
pendidikan yang murah dan berkualitas. mungkin harus dipulihkan atau
Dengan demikian, upaya pendidikan yang disembuhkan agar bisa melanjutkan tugas
diprakarsai oleh gereja bukan hanya atau aktivitas kerjanya demi peningkatan
sekedarnya, tetapi benar-benar bertujuan kualitas hidup.
untuk mengangkat derajat (pendidikan, Kegiatan pelayanan kesehatan bisa
sosial, dan ekonomi) masyarakat lewat dibuktikan lewat mendirikan dan
bekal pengetahuan yang didapat lewat mengadakan fasilitas kesehatan seperti
upaya-upaya yang dilakukan oleh gereja. rumah sakit, klinik, puskesmas, bakti
Dalam menyelenggarakan proses sosial, pengobatan gratis berkala,
pendidikan, gereja harus mewujudkan penyediaan obat-obatan dan suplemen
sekolah dengan biaya yang murah, agar makanan/vitamin, pendidikan kesehatan
supaya upaya pendidikan tersebut dapat (seminar, pelatihan perawatan dan
menjangkau masyarakat miskin. Selain penanganan orang sakit, dsb.), kegiatan
itu, penyelenggaran pendidikan yang bersih-bersih lingkungan atau peduli
dilakukan oleh gereja harus bersifat sanitasi lingkungan, dan lain sebagainya.
terbuka, artinya tidak membatasi Kegiatan untuk mengadakan upaya
pendidikan hanya untuk kalangan orang pelayanan kesehatan ini didasarkan pada
Kristen atau satu denominasi saja, karya Yesus sendiri sebagai sang “Tabib”
melainkan terbuka bagi seluruh yang selalu dekat dengan orang yang sakit
masyarakat tanpa memandang perbedaan dan menderita lewat kesaksian berita Injil.
suku, agama, ras, dan golongan. Dengan
konsep mapalus, maka usaha untuk 3. Berpartisipasi dalam Meningkatkan
menyelenggarakan pendidikan merupakan Ekonomi Masyarakat
suatu usaha bersama (bekerja-sama) agar
sebisa mungkin tersedianya pendidikan Selain pendidikan dan kesehatan,
yang murah dan berkualitas bagi seluruh dalam rangka memanusiakan dan
masyarakat. Selain itu, perlu disadari menghidupkan manusia yang lain, maka
bahwa dasar gereja untuk gereja juga perlu terlibat dalam
menyelenggarakan pendidikan yang permasalahan ekonomi masyarakat.
murah dan berkualitas menunjuk pada Kesenjangan ekonomi semakin hari
Yesus sebagai sang “Guru Agung” yang semakin kontras terlihat di tengah-tengah
melaksanakan karya pemuridan lewat kehidupan bangsa dan negara Indonesia
kesaksian Injil. sekarang ini. Pengaruh globalisasi dan
pasar bebas menjadi suatu ancaman bagi
kehidupan masyarakat Indonesia secara
2. Berpartisipasi dalam umum, tetapi juga secara khusus bagi
Menyelenggarakan Pelayanan masyarakat yang berada di bawah garis
Kesehatan bagi Masyarakat kemiskinan, yang berpotensi membuat
warga yang miskin akan semakin terpuruk
dan tertindas dengan sistem ekonomi

16
kapitalis yang menguasai sistem ekonomi program kerjanya, termasuk dalam
dunia saat ini. Pengaruh sistem ekonomi membangun fasilitas pendidikan,
dunia tersebut membawa gaya hidup kesehatan, dan pemberian bantuan sosial.
manusia ke arah individualisme seperti Dengan demikian, membayar pajak
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Untuk dimengerti sebagai suatu usaha untuk
itulah, gereja harus memberi perhatian menghidupkan orang lain dan membangun
besar terhadap realitas ekonomi yang bangsa-negara secara tidak langsung.
terjadi di Indonesia sekarang ini. Ketiga, warga gereja yang memiliki
Menurut Rob van Drimmelen, tingkat ekonomi yang memadai,
globalisasi adalah pedang bermata dua, diharapkan mampu membuka lapangan
membawa manfaat dan membawa kerja bagi masyarakat lain yang
penderitaan bagi sebagian orang. Margaret membutuhkan pekerjaan. Di samping itu
Kaliselvi mengatakan bahwa masyarakat juga, gereja harus berupaya untuk
yang kaya dan yang berada pada kelas mengajarkan warga jemaatnya untuk
ekonomi menengah, menikmati berdiakonia, baik secara langsung maupun
peningkatan variasi dan ketersediaan tidak langsung (lewat lembaga-lembaga
barang-barang yang diproduksi dengan gerejawi maupun sosial).
standar pasar global, tetapi bagi
masyarakat yang miskin, harus berjuang
untuk kebutuhan makannya sehari-hari, 4. Bersedia untuk Melakukan
pendidikan, dan fasilitas kesehatan dasar. Advokasi Hukum
Selain itu, menurut Kofi Anan, di banyak
negara berkembang, globalisasi dipandang Seperti yang sudah dijelaskan
bukan sebagai istilah yang sebelumnya, Niehbur menyatakan bahwa
menggambarkan realitas objektif, dosa bermakna religius tetapi juga
melainkan suatu ideologi predator berdimensi sosial-moral yang terwujud
kapitalisme. Realitas ini jelas, globalisasi dalam egoisme dan ketidakadilan. Karena
merupakan suatu serangan yang berlarut- ketidakadilan merupakan suatu bentuk
larut, sehingga mengakibatkan jutaan dosa, maka gereja mau tidak mau harus
orang menderita dan gerakan untuk berperang dan melawan segala macam
melawan kemiskinan serta penindasan tindakan ketidakadilan.
menjadi terancam (Brubaker 2001, 15). Saat ini hukum di Indonesia
Dalam menghadapi realitas dipandang tajam ke bawah dan tumpul ke
ekonomi yang diwarnai oleh proses atas, artinya masyarakat yang miskin dan
globalisasi tersebut, maka pertama-tama, tidak mempunyai kedudukan sosial yang
gereja harus mengajarkan warganya agar baik akan segera dihukum seberat-
tidak bermalas-malasan dalam melakukan beratnya, tetapi para oknum pemerintah
pekerjaan mereka. Warga gereja harus ataupun orang-orang yang kaya dan
menjadi contoh bagi masyarakat luas mempunyai kedudukan sosial yang tinggi
dalam hal kerajinan dan kerja keras demi seakan kebal terhadap hukum, dan
meningkatkan kualitas hidup. Kedua, kalaupun dijatuhi hukuman, tidak
gereja harus mengajarkan warganya untuk sebanding dengan nilai hukuman yang
taat pajak. Perlu dimengerti bahwa pajak dijatuhi kepada orang-orang yang miskin
digunakan oleh negara sebagai sumber dan tidak memiliki status sosial yang
finansial dalam rangka membangung tinggi. Kasus-kasus ketidakadilan hukum
berbagai infrastruktur dan merealisasikan yang terjadi di Indonesia sudah banyak

17
diekspos oleh berbagai media massa dan didasari pada Allah sebagai Hakim yang
elektronik, seperti pencurian sandal yang adil.
dilakukan oleh seorang remaja yang
hukumannya sebanding dengan pelaku 5. Berpartisipasi dalam Menentukan
korupsi, kecelakaan yang disebabkan oleh Kebijakan Politik Negara
seorang anak menteri yang mengakibatkan
orang lain meninggal tetapi tidak dijatuhi Politik memiliki cakupan yang
hukuman, dan lain sebagainya. Di sangat luas, sehingga sangat sulit untuk
samping itu, KUHP yang merupakan mendefinisikan politik dalam arti yang
singkatan dari Kitab Undang-undang tunggal. Makalah ini tidak akan membahas
Hukum Pidana, akhir-akhir ini dimaknai tentang permasalahan definisi politik,
berbeda oleh masyarakat luas menjadi sehingga makalah ini membatasi politik
“Kasih Uang Habis Perkara.” Ungkapan dalam arti pemerintahan dan segala
tersebut seakan mengindikasikan bahwa kebijakan yang dihasilkannya. Jika
hukum di Indonesia bisa diperjual-belika membicarakan tentang permasalahan yang
secara bebas. terjadi di dalam suatu negara, maka politik
Realitas permasalahan hukum dan merupakan induk yang menjadi pokok
ketidakadilan yang terjadi di Indonesia bahasan. Sistem dan bentuk politik yang
menjadi suatu undangan etis bagi gereja digunakan dalam suatu negara akan
agar tidak berdiam diri dan menutup mata mempengaruhi dan menentukan segala
serta telinga untuk memberi perhatian kebijakan ekonomi, sosial, pendidikan,
khusus terhadap permasalah hukum dan dan lain-lain, atau dengan singkat dapat
ketidakadilan yang terjadi di dikatakan bahwa kebijakan politik negara
sekelilingnya. Dengan maksud itulah, akan menentukan semua ruang gerak dan
maka gereja harus memberdayakan segala sistem kehidupan yang terjadi di
sumber daya yang berada di dalam gereja, dalam negara tersebut. Sebagai contoh,
dalam artian warga gereja yang apabila pemerintah mengeluarkan
berkecimpung dalam bidang hukum kebijakan untuk berperang, melaksanakan
(pengacara, jaksa, hakim, dan lain wajib militer, menolak pasar bebas, serta
sebagainya), dalam rangka membantu melarang ekspor-impor, maka bisa
masyarakat agar mendapatkan jaminan dibayangkan bagaimana kebijakan
hukum, keadilan, memiliki kesederajatan tersebut akan mempengaruhi dan merubah
hak hukum, mendapatkan konsultasi segala tatanan dan aturan yang berlaku di
hukum, dan lain sebagainya. Dengan dalam negara tersebut. Dengan demikian,
maksud itulah juga, gereja harus perlu dimaknai bahwa secara umum,
mendirikan lembaga bantuan hukum atau kebijakan politik akan menentukan apa
setidaknya bermitra (bekerja yang dapat dilakukan dan apa yang tidak
sama/melaksanakan mapalus) dengan dapat dilakukan oleh masyarakat di dalam
berbagai lembaga bantuan hukum demi negara tersebut.
melindungi (prinsip tou keter yang Dari perspektif Kristen, politik
melindungi) masyarakat agar terhindar dianggap sebagai medan pelayanan yang
dari penyelewengan proses dan keputusan paling sakral, karena politik
hukum oleh berbagai oknum hukum yang bersinggungan langsung dengan
jahat dan mudah disuap. Keterlibatan kepentingan dan kelangsungan hidup
gereja dalam menegakkan keadilan hukum orang banyak. Lewat politik jugalah,
gereja melihat bahwa pelayanan bisa

18
dinikmati atau tersampaikan kepada mentransformasi realitas politik Indonesia.
banyak orang. Dengan demikian, bisa Gereja membutuhkan politik untuk
dimaknai juga bahwa kebijakan politik mengejahwantahkan kasih Allah kepada
suatu negara akan menentukan nasib dunia.
rakyat menjadi lebih baik atau malah Dalam keterlibatannya dengan
menjadi lebih buruk. Gereja melihat politik, pertama-tama, gereja harus
bahwa politik merupakan suatu kekuatan mengajarkan kepada warga gereja tentang
yang bisa membebaskan banyak orang dari pengertian politik yang benar dan
belenggu kemiskinan, ketidakadilan, bagaimana cara menjalankannya dengan
kebodohan, penjajahan, dan hal negatif benar. Kedua, gereja harus memberikan
lainnya. Dengan konsep si tou timou pendampingan pastoral secara berkala
tumou tou dan mapalus, maka politik kepada warga gereja yang berkecimpung
dipandang sebagai suatu upaya bersama dalam dunia politik, agar politik tidak
yang bertujuan untuk menghasilkan dimaknai sebagai sarana mencapai
kehidupan yang terbaik bagi kebaikan kekuasaan dan kekayaan, melainkan
bersama, sehingga tidak akan ada rakyat sebagai suatu sarana untuk menciptakan
yang sejahtera selagi rakyat yang lain kebaikan dan kesejahteraan bagi seluruh
sedang menderita, miskin, dan tersiksa. masyarakat, dengan demikian para politisi
Mencapai kebaikan bersama merupakan Kristen tidak akan menyalahgunakan
tujuan dari politik. jabatan politiknya yang mengakibatkan
Dengan demikian, gereja harus kerugian dan penderitaan orang banyak.
terlibat dalam politik karena mengingat Di samping itu juga, gereja bisa
kebijakan politik sangatlah mempengaruhi memberikan sumbangsi pemikirannya
tatanan hidup dan kelangsungan hidup bagi pemerintah lewat warga gerejanya
orang banyak. Menurut Moltmann, apabila yang berkecimpung dalam dunia politik
teologi dan gereja melepaskan diri dari dan pemerintahan.Ketiga, gereja harus
kebutuhan dan tuntutan politik yang lazim menjalankan fungsi kontrol politik.
(bertujuan demi kebaikan bersama), maka Artinya, gereja harus bersikap kritis dalam
tidak akan ada teologi pembebasan – tidak menanggapi kebijakan yang dikeluarkan
ada pembebasan manusia yang terjadi di oleh pemerintah. Apabila kebijakan yang
dalam masyarakat (Moltmann 2001, 336). dikeluarkan pemerintah dianggap akan
Menurut Moltmann, teologi dan gereja merugikan dan menyengsarakan orang
tidak hanya menyediakan interpretasi yang banyak, maka gereja harus menyuarakan
berbeda tentang dunia, sejarah, dan “suara kenabian” atau menolak kebijakan
kehidupan manusia, tetapi juga tersebut untuk diterapkan. Penolakan
mentransformasi semuanya itu. Untuk tersebut bisa dilakukan secara tertulis
itulah, teologi membutuhkan politik untuk lewat gugatan langsung kepada
menjadi praksis (Moltmann 1995, 103- pemerintah terkait, tulisan di media massa
104). Moltmann terinspirasi oleh Karl maupun elektronik, serta bekerja sama
Marx, sehingga ia beranggapan bahwa dengan organisasi lain yang menolak
suatu teori harus bisa dipraktekan atau kebijakan tersebut. Gugatan terhadap
diimplementasikan. Untuk itulah, maka kebijakan politik pemerintah tersebut
gereja tidak boleh berada di luar dimensi haruslah dianggap sebagi sikap resmi
politik, melainkan gereja sebagai salah gereja. Apabila kebijakan politik yang
satu persekutuan hidup di dalam negara, dikeluarkan pemerintah baik, maka gereja
berkewajiban untuk terlibat dalam harus berada di garis depan untuk

19
membantu dan bekerja sama dengan 2012, 15). Dengan demikian, apapun
pemerintah untuk mewujudkan kebijakan dasar istilah yang melatarbelakanginya,
tersebut. baik hospitari maupun philoxenia,
hospitalitas secara umum berarti mencintai
6. Menjadikan Hospitalitas sebagai dan berbuat baik kepada sesama.
Gaya Hidup Kekristenan Hospitalitas ini sendiri mendapat
pendasaran teologis dari beberapa teolog,
Dalam konsep si tou timou tumou salah satunya Amos Yong. Yong
tou dan mapalus, manusia dianggap menjelaskan konsep hospitalitas
memiliki sikap yang baik (tou sama), berdasarkan pengakuannya bahwa Tuhan
sehingga memungkinkan manusia dapat melakukan hospitalitas kepada manusia
berinteraksi secara ramah dengan orang dan seluruh ciptaan lewat tindakan
lain. Keramahtamahan merupakan salah inkarnasi dan peristiwa pentakosta (Yong
satu unsur yang mendasari kegiatan 2007, 62). Menurut Yong, Yesus adalah
mapalus. Kata lain dari keramahtamahan sosok tamu yang patut menjadi contoh
adalah hospitalitas. ideal untuk mengibaratkan seseorang yang
Akhir-akhir ini, konsep pergi ke negara/daerah yang sangat jauh
hospitalitas menjadi tema yang tempatnya (Yong 2008). Yong juga
mendominasi diskursus-diskursus teologi menjelaskan bahwa hospitalitas Kristen
sebagai suatu alternatif dalam menghadapi harus mengambil sikap untuk peduli pada
kehadiran “yang lain” sebagai yang masalah-masalah sosial (kemiskinan,
berlainan secara radikal, entah istilahnya kelaparan, kesenjangan ekonomi dan
disebut lyan, alteritas, enigma, the other, sosial, penindasan, marginalisasi/alienasi,
transenden, dan lain sebagainya. Secara dsb.), serta harus menyadari juga bahwa di
singkat, hospitalitas berarti dalam dirinya ada multiplisitas, yang
kebaikan/keramahtamahan dalam terkadang berperan sebagai tuan rumah
menyambut atau menerima tamu, orang yang menyambut tamu, namun terkadang
asing, atau siapa saja (Baghi 2012, 91). juga menjadi tamu yang mengunjungi tuan
Ada yang mengatakan bahwa kata rumah (as host dan as guest sekaligus)
hospitalitas ini diambil dari istilah (Yong 2007, 63-64).
hospitari (Latin), yang artinya perbutan Berdasarkan pengakuan bahwa
bajik dalam menyapa, menerima, Tuhan berhospitalitas lewat tindakan
menyambut dan bahkan menampung dan inkarnasi dan peristiwa pentakosta, Yong
memberi makan kepada orang-orang atau hendak menjelaskan bahwa Tuhan
siapa saja, baik di rumah, di kota atau di menerima seluruh ciptaan ke dalam
dalam suatu negara.8 Ada juga yang diriNya, sekaligus juga memberi diriNya
mengatakan bahwa istilah hospitalitas ini kepada seluruh ciptaan (Allah yang
diambil dari bahasa Yunani, yang hospitable). Pengakuan bahwa Tuhan
istilahnya juga terdapat dalam kitab sebagai oknum yang berhospitalitas,
Perjanjian Baru. Istilah yang dimaksud merupakan suatu undangan bagi umat-Nya
adalah φιλοξενία (philoxenia), yang secara untuk melakukan hal yang sama, yaitu
harafiah artinya cinta untuk orang-orang berhospitalitas. Artinya, warga gereja
asing – love for strangers (Wrobleski hendaknya menerima/mengakui kehadiran

8
Garzanti, “I grandi dizionario Italiano, Alteritas: Pengakuan, hospitalitas, persahabatan
con sinonimo e contrari,” (Roma: Garzanti (etika politik dan postmodernisme) (Maumere-
Editore, 1998): 1504, dikutip dalam Felix Baghi, Flores: Ledalero, 2012).

20
orang lain, sekaligus juga memberi diri konteksnya. Lewat konsep si tou timou
untuk berbuat baik dan beramah-tamah tumou tou dan mapalus yang diambil dari
kepada semua orang. Konsep hospitalitas nilai-nilai kebudayaan daerah Minahasa,
ini membahasakan falsafah si tou timou gereja bisa memaknai kehadirannya
tumou (secara khusus konsep tou sama) sebagai suatu komunitas yang selalu ingin
dan mapalus secara teologis. membangun persekutuan dan bekerja
Lewat perspektif hospitalitas ini, sama dengan orang/pihak yang lain dalam
gereja harus mengidentifikasikan dirinya rangka memanusiakan orang ataupun
sebagai komunitas yang hospitable, yang pihak yang lain demi suatu kebaikan
berarti komunitas yang terbuka dan solider bersama. Dengan demikian, gereja
kepada seluruh manusia. Dalam bukanlah suatu komunitas individualis,
melaksanakan misinya, gereja harus tetapi justru menjadi suatu komunitas yang
bersikap terbuka, artinya misi keselamatan menentang tindakan dan gaya hidup
Allah harus ditujukkan kepada semua individualisme.
manusia tanpa membeda-bedakan agama, Gereja merupakan suatu kehadiran
suku, ras, ataupun golongan. Di samping teologis-sosial, artinya kehadiran gereja
itu, gereja juga harus menerima semua merupakan suatu kehadiran misional yang
manusia ke dalam persekutuannya tanpa mengerjakan keselamatan dari Allah yang
adanya suatu pembatasan ataupun bersifat holistik, yang berdimensi
persyaratan. Konsep ini didasari pada eskatologis sekaligus kekinian, yang
keberadaan seluruh manusia sebagai diperuntukkan bagi semua orang. Dengan
gambar dan rupa Allah (imago Dei) dan demikian, kehadiran dan misi gereja
keselamatan yang dikerjakan Allah merepresentasikan Kekristenan sebagai
ditujukan bagi seluruh manusia serta agama mesianis, bukan sebagai agama
ciptaan. Dengan demikian gereja tidak borjuis. Paradigma dan praksis misi gereja
boleh menutup diri terhadap keberadaan akan selalu memberi identitas bagi gereja
seluruh manusia yang hadir di dalam ruang publik dan sistem sosial. Di
sekelilingnya. samping itu, peran dari praksis misi gereja
akan senantiasa memberi dampak yang
KESIMPULAN bisa mentransformasi kehidupan sosial
masyarakat.
Perkembangan suatu negara ke
arah yang lebih maju, yang diwarnai
dengan berbagai pembangunan dalam DAFTAR PUSTAKA
segala aspek kehidupan masyarakat,
disadari atau tidak akan mempengaruhi Adam, L. 1976. Adat istiadat sukubangsa
gaya hidup masyarakat. Sikap Minahasa. Jakarta: Bhratara.
individualisme masyarakat merupakan Baghi, Felix. 2012. Alteritas: Pengakuan,
suatu realitas sosial yang semakin lama hospitalitas, persahabatan (etika
semakin menguat terjadi di negara yang politik dan postmodernisme).
sedang berkembang dan yang sudah Flores: Ledalero.
mapan. Realitas itupun terlihat dalam Blevins, John. 2007. "Uncovering the
kehidupan sosial negara Indonesia saat ini. eros of God." Theology &
Gereja akan selalu berusaha Sexuality 13 no. no. 3 (Mei): 289-
mencari makna eksistensi dirinya untuk 300
mendasari model misi yang relevan sesuai

21
Brubaker, Pamela. 2001. Globalization at R. A. Wilson dan John Bowden:
what price? ecomomic change SCM Press.
and daily life. Ohio: The Pilgrim Niebuhr, Reinhold. 1945. The nature and
Press. destiny of man, a Christian
Carter, Richard. 2006. "What do the interpretation. Vol. III. London:
simple folk do: a Lutheran Nosbet & Co. LTD.
doctrine of vocation as mission Sondakh, A.J. 2002. Si tou timou tumou
work." Missio apostolica 14 no. 1 tou: Refleksi atas evolusi nilai-
(May):50-57. nilai manusia. Jakarta: Pustaka
Cavalcanti, H, B. 2005. "Human agency Sinar Harapan.
in mission work: Missonary styles Tarimo, Aquiline. 2010. "The role of
and their political consequences." religion in peacebuilding." Afer
Sociology of Religion 66 no. 4 51-52 no. 4-1 D (March):385-402.
(Winter):381-398. Wrobleski, Jessica 2012. The limits of
Graafland, N. 1991. Minahasa: Negeri, hospitality. Collegeville,
rakyat, dan budayanya. Translated Minnesota: Liturgical Press.
by Lucy R. Montolalu. Jakarta: Yong, Amos. 2008. Hospitality and the
Pustaka Utama Grafiti. other: Pentecost, Christian
Lundstrom-Burghoorn, Wil. t.t. practices, and the neighbor.
Gothenburg studies in social Maryknoll, New York: Orbis
anthropology, Minahasa Books.
civilization: A tradition of change. Yong, Amos 2007. "The spirit of
Gothenburg: Acta - Universitatis hospitality: Pentecostal
Gothoburgensis. perspective toward a reformative
Mangunhardjana, A. 1997. Isme-isme theology of interreligious
dalam etika: dari A sampai Z. encounter." Missiology: An
Yogyakarta: Kanisius. International Review no. XXXV,
Mendieta, Eduardo (Eds.). 2011. The no.1 (January): 55-74.
power of religion in the public
sphere. New York: Columbia
University Press.
Moltmann, Jürgen. 1995. The theology of
Jürgen Moltmann. Dalam Richard
Bauckham: T&T Clark Ltd.
Moltmann, Jürgen. 2001. The crucified
God: The cross of Christ as the
foundation and criticsm of
christian theology. Translated by

22

Anda mungkin juga menyukai