Anda di halaman 1dari 118

PASTORAL GURU SEKOLAH MINGGU BAGI

PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR DIGEREJA


BETHEL INDONESIA BUKIT ZAITUN MANDALA, MEDAN

SKRIPSI

OLEH:

Nama : Kristaufik Waruwu


NIM : 2017019565
Prodi : PASTORAL KONSELING

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BINA MUDA WIRAWAN MEDAN


TAHUN 2021
PASTORAL GURU SEKOLAH MINGGU BAGI
PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR DIGEREJA BETHEL
INDONESIA BUKIT ZAITUN MANDALA, MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Agama (S.Ag) dalam Bidang Pastoral Konseling

OLEH:

Nama : Kristaufik Waruwu


Nim 2017019565
Prodi : PASTORAL KONSELING

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BINA MUDA WIRAWAN


MEDAN TAHUN 2021
i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Dosen pembimbing telah menerima hasil penelitian dan penulisan skripsi yang
berjudul “PASTORAL BAGI PENINGKATAN MENGAJAR GURU
SEKOLAH MINGGU DI GEREJA BETHEL INDONESIA BUKIT ZAITUN
MANDALA, MEDAN”
Dan telah disetujui untuk di uji dalam ujian skripsi.

Disetujui Di :

Medan, 22 September 2021

Dosen Pembimbing

PELEALU SAMUEL.G.M.Th
NIDN : 2312085701
ii

PENANDASAHAN PENGUJI

PASTORAL BAGI PENINGKATAN MENGAJAR GURU


SEKOLAH MINGGU DIGEREJA BETHEL INDONESIA
BUKIT ZAITUN MANDALA, MEDAN

Oleh:
KRISTAUFIK WARUWU
Nim : 2017019565

Skripsi ini telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi oleh dewan penguji
pada tanggal 06 oktober 2021

Dewan Penguji
Penguji I

Yupiter Mendrefa M.Th


NIDN :2319068302

Penguji II Penguji III

Sri Mulyono, M,Th Pelealu Samuel


G,M,Th
NIDN :2312127401 NIDN :2312085701

Maka dengan ini dinyatakan bahwa sikripsi ini diterima dan disahkan sebagai
bagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Teologi di Sekolah Tinggi
Teologi Bina Muda Wirawan Medan

Medan, 21 Oktober 2021


KETUA STT BMW MEDAN

Sri Mulyono M.Th


NIDN: 2312127401
iii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Kristaufik Waruwu


T.T.L : Sianaa, 30 Desember 1999
NIM 2017019565
Program studi : PASTORAL KONSELING
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Sikripsi saya yang berjudul :
“PASTORAL GURU SEKOLAH MINGGU BAGI PENINGKATAN
KUALITAS MENGAJAR DIGEREJA BETHEL INDONESIA BUKIT
ZAITUN MANDALA, MEDAN”

1. Adalah benar-benar hasil karya (tidak hasil plagiasi/jiplakan)


2. Tidak didasarkan pada data palsu

Apabila di kemudian hari terbukti persyaratan saya tidak benar, saya


bersedia menanggung resiko dan siap di perkarakan sesuai dengan aturan
yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.

Medan, 22 September 2021


Yang menyatakan,

( Kristaufik Waruwu )
iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur buat karya Tuhan Allah Yesus Kristus dan Roh

Kudus. Penulis naikkan atas Kasih, hikmat kebijaksanaan, yang dianugrahkan-

Nya sehingga selama penulisan hingga selesainya proposal ini, Tuhan yang

memberi kekuatan dan kesehatan bagi penulis. Penulis menyadari bahwa dalam

penyelesaian proposal ini bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri,

tetapi karena dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan doa, dana, pokok

pikiran dan motivasi dari mereka.

Penulis juga berterimakasih kepada semua rekan-rekan yang mendukung dalam

doa dan topangan kasih, diantaranya :

1. Ketua Yayasan Misi Remaja Internasional.Bpk Ishak Iskandar SE, M,


M,Th.

2. Bapak Sri Mulyono M.Th Sebagai Ketua Sekolah Tinggi

Theologi Bina Muda Wirawan Medan serta Ibu Monik Terkasih.

3. Segenap Civitas Akademika Sekolah Tinggi Theologi Bina Muda

Wirawan Medan dan Staf-staf bina Muda Wirawan Medan.

4. Dosen Pembimbing, Bapak Pelealu Samuel G. M.Th yang telah

membimbing serta menjadi dosen yang mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan perbaikan sikripsi

5. Orang tua tersayang Bapak Siyai‟a Waruwu yang selalu mendukung

dan berjuang dalam doa dan dana, Ibu Yuniati Gulo yang selalu

memberikan semangat dan motivasi. Dan kepada abangku yang

terkasih Lince Waruwu, saudara kembar saya abangku Krisestia


v

Waruwu dan adikku yang terkasih Krisapriaman Waruwu yang

selalu setia memberikan semangat dan canda tawa.

6. Bapak dan Ibu gembala Penulis di Gereja Bethel Indonesia Bukit

Zaitun Mandala, bapak Pdt. Djaman Sinaga dan Ibu Rosinta

Sihombing.

7. Sahabat-sahabat Terbaik sepanjang masa, Asrat, Yani Giawa, Ruth

Pardosi, Juni Zebua, syukur lase, Roy Sihombing, Juli Larosa,

Rospintar harefa, Rido Laia, Arjuna Tarigan, Daniel, Jeremi, Kayus

borotian, Waspada Ziliwu, Korlina Ayang, Rospide Waruwu, Gita,

April Samosir, rika Zendrate, Sastri Gea, kurniawan Gulo, Debora

sitepu, Mila Ziliwu, Yohana, Elman telaumbanua, Harisman

telaumbanua, Erikardo Damanik, Darwis Zega dan Elman Harefa,

Jenitasari, Edisnawati, July Nduru, Kristiani, Sity, Daniel, Rifka

sinaga, Krisna Hulu, Amel Tupang, Lestari, Trisda, Asrat, Arjuna,

Nius, Safo, Linda, Dian, dan Pangkra.

8. Seluruh Teman-teman tingkat empat, Yulia H, April, Nesti, Rifka,

Tari, Ivin, Yulia R, Intan, Jeni, Amel, Krisna, Trisda, Nayda, Henti,

Mesti, Agus H, Bella, Retta, Yatima, Vince, Sozi, Desman,

Absalom, Naser, Andre, Hidup, Pendi, Pangkra, Yupiter Hia, Fajar,

Mari, Riang, Imani Lahagu, sofi, dan susi.

9. Terimakasih untuk orang-orang yang bersejarah Bapak, Yohanes


vii

10. Sugiyono, Ibu Titis Wiguna, bapak Sumat Pangareho, Ibu Susianti,

Bapak Dadiana, Bapak Samuel, bapak Hengki Apeles, Bapak

Bonasir, Bapak Emi, Ibu Monik, Ibu Meldi, ibu Tabita, ibu Deti

Wanasari, bapak dolfy, bapak Assa Pondaag dan Ibu Dewi Zebua,

Bapak Gibrel dan Ibu Gibrel.


viii

ABSTRAK
Waruwu, Kristaufik. Pastoral Guru Sekolah Minggu Bagi Peningkatan
Kualitas Mengajar diGereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala, Medan.
Kata kunci: Pastoral, Peningkatan kualitas Mengajar
Pastoral adalah penggembalaan yang dilakukan oleh gembala yang
memberikan nasihat, penghiburan dan penguatan kepada anggota jemaat yang
membutuhkan bantuan dan pelayanannya. Pastor dalam hidup dan
pekerjaannya harus terus menerus memperhatikan spiritualitasnya sendiri.
Pastor bekerja di dalam gereja. Dalam gereja ia belajar mengenal “rahasia”
keselamatan, yang dikerjakan oleh Allah dalam anakNya, Yesus Kristus.
Dalam Alkitab motif gembala adalah ekspresi dari penjagaan atau
pemeliharaan Allah yang penuh dengan kasih dan penghiburan.

Guru sekolah minggu adalah seorang yang melayani anak-anak untuk


memahami dan mengerti tentang kebenaran firman Tuhan dan membawa
mereka mengerti jalan untuk selamat. Guru sekolah minggu harus menjadi
yang terbaik dan menjadi guru yang paling efektif semaksimal mungkin.
Mereka adalah pengajar anak untuk mengerti dan memahami tentang firman
Tuhan. Menjadi guru sekolah minggu harus memiliki motivasi yang benar dan
pemahaman yang benar tentang keselamatan mereka agar anak yang mereka
ajarkan tidak ragu dan menjadi percaya dan mengaku dengan mulut mereka
bahwa Yesus adalah Kristus dan juruselamat, penolong yang setia, kekal
selamanya.
Inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk membuat skripsi
tentang Pastoral bagi Peningkatan Mengajar Guru Sekolah Minggu di Gereja
Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala, Medan. Adapun tujuan dan maksud
penulis dalam penulisan skripsi ini yaitu; pertama: Untuk mengetahui dan
menemukan secara objektif pemahaman tentang Pastoral di Gereja Bethel
Indones ia Bukit Zaitun Mandala., kedua : Untuk mengetahui dan menemukan
secara objektif sejauh mana peningkatkan mengajar Guru Sekolah Minggu di
Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala. Tiga: Untuk menemukan secara
objektif bagaimanakah pola penerapan model pastoral bagi Peningkatan
Mengajar Guru Sekolah Minggu di Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun
Mandala.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah pastoral di GBI Bukit Zaitun Mandala,
Medan sangatlah penting untuk meningkatkan mengajar Guru Sekolah Minggu,
untuk menopang, dan membimbing serta membawa Guru Sekolah Minggu
didalam Tuhan sehingga Guru Sekolah Minggu menjadi Guru yang berkualitas
dan efektif dalam mengajarkan anak sekolah Minggu.
viii

MOTTO

FILIPI 4:19

ALLAHKU AKAN MEMENUHI SEGALA KEPERLUANMU MENURUT

KEKAYAAN DAN KEMUALIAAN-NYA DALAM KRISTUS YESUS


ix

DAFTAR ISI

Halaman sampul
Halaman judul dalam
Lembaran Persetujun Dosen pembimbing........................................................................i
Lembaran Penandasahaan Penguji......................................................................................ii
Lembar Persetujuan................................................................................................................iii
Kata pengantar..........................................................................................................................iv
Abstrak......................................................................................................................................viii
Daftar isi.....................................................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Fokus dan Subfokus penelitian...............................................11
C. Rumusan masalah.......................................................................11
D. Tujuan Penelitian.........................................................................12
E. Manfaat Penelitian......................................................................12

BAB II KAJIAN TEORITIS .................................................................. 14


A. Pastoral Guru Sekolah Minggu ....................................... 14
1. Pengertian Pastoral Guru Sekolah Minggu ................. 14
3. Tujuan Pastoral Guru Sekolah Minggu ...................... 23
4. Fungsi Pastoral Guru Sekolah Minggu ....................... 25
5. Langkah-Langkah Pastoral Guru Sekolah Minggu ..... 27
B. Peningkatan Mengajar Guru Sekolah Minggu ............... 28
1. Pengertian Guru Sekolah Minggu .............................. 28
2. Karakteristik Guru Sekolah Minggu .......................... 30
3. Fungsi Guru Sekolah Minggu .................................... 35
4. Tantangan Guru dalam mengajar Sekolah Minggu .... 36
5. Peningkatan Mengajar Guru Sekolah Minggu .......... 38
6. Meningkatkan cara mengajar Guru Sekolah Minggu... 45
C. Penerapan Pastoral bagi peningkatan Mengajar Guru
Sekolah Minggu di GBI Bukit Zaitun Mandala, Medan.48
1. Pastoral Mengajar Sekolah Minggu................................48
2. Seminar TCE Sekolah Minggu.........................................49
3. kursus Psikologi Anak.........................................................50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................52
A. Tujuan Khusus Penelitian..........................................................52
B. Latar, Waktu dan tempat Penelitian.......................................53
C. Paradigma Penelitian...................................................................53
x

D. Pendekatan, Metode dan jenis Penelitian............................55


E. Teknik Pengumpulan data.......................................................57
F. Analisis Data dan Interpretasi Data......................................60
G. Kriteria dan teknik pemeriksaan Keabsahan Data............63
BAB IV PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA
ETNOGRAFI........................................................................................64
A. Paparan Temuan Penelitian....................................................64
B. Pembahasan Temuan Penelitian...........................................74
C. Analisa Tema Etnografi...........................................................75
BAB V PENUTUP..............................................................................................77
A. Kesimpulan..................................................................................77
B. Saran.............................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................79
Lampiran Taksonomi
Lampiran CPL
Lampiran Formulir Pembimbingan
Lampiran Keterangan Penelitian
Riwayat Hidup Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini akan menjadi dasar diadakannya penelitian dan

menjadi bab pertama dalam tulisan tersebut. Bab pertama ini membahas

mengenai: Latar belakang masalah, fokus dan sub-fokus penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Membina dan mengajarkan anak tentang berbagai pengetahuan Alkitab

sangat perlu bagi pertumbuhan dan perkembangan moral dan mengembangkan

kerohanian anak. Dalam Ulangan 6:6-7 tertulis “Apa yang kuperintahkan

kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan haruslah engkau

mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya

apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,

apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”. Para orang tua Kristen

saat ini sedang berjuang untuk mempertahankan anak-anak mereka dan

menjaga anak-anak mereka agar tetap berada dalam kerangka sistem nilai yang

berdasarkan Yesus Kristus. Banyak orang tua yang khawatir bahwa anak-anak

1
mereka akan meninggalkan iman mereka. Orang tua sangat berperan dalam

mengajarkan anak tentang pengetahuan dan pengenalan akan Allah, namun

seringkali anak tidak mendapatkan pengajaran yang benar tentang pengetahuan

dan pengenalan Allah dari orang tuanya. Hal itu terjadi karena mungkin orang

1 Don S. Otis, Membina Anak Bermoral, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2003), 7

1
2

tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka dan ketidaktahuan mereka dalam

membina anak untuk mengenal Allah. Oleh sebab itu, orang tua sangat

mengharapkan anak mereka dididik dengan pengajaran yang baik tentang

Alkitab oleh guru sekolah minggu di gereja.

Pembinaan kepada anak sangat perlu, supaya dapat terhindar dari

masalah dan dapat menjauhkan dirinya terhadap lingkungan tempat ia berada.

Hal itu akan menjadi hal mendasar bagi kehidupan anak di masa depannya

untuk mencegah dan menghindari anak putus sekolah, anak melakukan

kejahatan dan ketika dewasa tidak memiliki pekerjaan yang layak.Anak belum

dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik, apa yang dilihat dan

didengar anak akan ditirunya. Lingkungan sangat mempengaruhi anak, jika

lingkungan mengajarkan yang tidak baik maka anak tersebut memiliki karakter

yang tidak bermoral. Anak laki-laki dan anak perempuan bertumbuh dalam

dunia yang berbeda dengan dunia yang dikenal orang dewasa saat masih muda.

Dengan berkembangnya teknologi informasi, smartphone begitu mudah

didapat. Anak-anak pun sudah akrab dengan smartphone dan bahkan

smartphone membuat anak kecanduan. Oleh karena itu, Orang tua harus bisa

menangani anak yang kecanduan smartphone dengan memanfaatkan teknologi

media digital dalam mendukung pendidikan anak. Guru sekolah minggu adalah

pelayan anak-anak sekolah minggu. Pelayan anak adalah seorang yang

menyampaikan berita keselamatan dari Tuhan Yesus kepada anak-anak, karena

sadar bahwa anak-anak membutuhkan keselamatan dan bimbingan dalam

pengenalan akan Kristus. Roma 3:23 dituliskan “karena semua orang telah

berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”, hal itu juga ditunjukkan kepa-
3

da anak-anak bahwa anak-anak telah kehilangan kemuliaan Allah. Anak-anak

adalah jiwa yang harus diselamatkan.

Menjadi seorang pelayan bagi anak-anak sekolah minggu bukanlah

yang mudah. Banyak orang tidak mampu untuk menjadi seorang pengajar dan

pembina bagi anak-anak. Kemampuan dalam mendidik anak itu dilakukan oleh

orang yang sudah memiliki hati yang terbeban dalam mengarahkan anak dalam

kehidupan yang benar dan seturut Firman Tuhan. Pelayan anak sekolah minggu

adalah seorang yang dipanggil dan dipilih (Yohanes 15:16, Roma 8:29 30)

untuk suatu tugas yang mulia, untuk menghasilkan buah dan menjadi saluran

bagi anak-anak.

Setiap pelayan anak harus melayani dengan target dan punya keyakinan

bahwa setiap anak dalam keluarganya, lahir baru serta memiliki keyakinan

bahwa dirinya diselamatkan oleh Yesus Kristus. Guru bukan hanya sebagai

pencerita bagi anak sekolah minggu, bukan hanya transfer teori tentang Tuhan,

tetapi juga transfer kehidupan. Guru sekolah minggu itu penginjil bagi muri-

muridnya. Dia juga adalah seorang yang melakukan penginjilan pribadi dan

2
pembimbingan pribadi untuk menerima Yesus secara pribadi.

Wujud pengabdian seorang guru sekolah minggu dalam pelayanannya dilihat dari

kesetiaannya. Kesetiaan dalam mendidik anak sangat utama bagi perkembangan

anak. Anak adalah penerus dalam keluarganya dan ia membutuhkan seorang yang

bisa dilihatnya dan mengajarkannya untuk bermain. Bermain adalah hal yang

disukai oleh anak-anak pada umumnya. Guru sekolah minggu harus mampu

mengetahui keinginan anak dan memahami diri

2 Jarot Wijanarko, Anak di Mata Tuhan, (Jakarta : Suara Pemulihan), 60


4

anak. Apa yang sedang dipikirkan dan senang dipelajari anak harus bisa

diketahui oleh guru sekolah minggu sehingga dia bisa membina anak sekolah

minggunya dan mengarahkannya kearah yang lebih baik. Pelayan anak (Guru

sekolah minggu) bukan hanya teladan bagi anak-anak tetapi dia adalah

pendidik bagi anak supaya berhasil dalam hidupnya dan memiliki pengenalan

yang benar tentang Kristus. Orang tua sangat mengharapkan keberhasilan

anaknya. Orang tua juga berharap anak mereka seorang yang beriman kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Anak yang berakhlak mulia adalah anak yang berbakti

kepada orang tua. Anak yang berguna bagi dirinya, keluarga, nusa, bangsa dan

negaranya. Orang tua sangat berharap anak mereka seorang yang cerdas dan

3
terampil. Mencapai semuanya itu dibutuhkan seorang pendidik yang baik. Hal

itu merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab seorang guru sekolah

minggu.

Guru sekolah minggu dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

harus membina serta menumbuhkan kerohanian anak. Intinya harus memiliki

motivasi yang benar. Alasan melayani anak lebih dari sekedar senang kepada

anak. Alasan lainnya adalah guru sekolah minggu melakukan pelayanan kepada

anak untuk mencari penerimaan diri dan mencari puji-pujian, tentunya guru

sekolah minggu akan senang sekali ketika anak-anak menerimanya,

memanggilnya dengan sebutan „kakak‟ „om‟ bu guru‟ atau sebutan lainnya

yang enak bagi hatinya. Ada rasa dan aroma bahwa ia dihargai oleh anak-anak,

diikuti bahwa bebarapa anak mengidolakannya.

3 M, Sahlan Syafei, Bagaimana Anda Mendidik Anak, (Jakarta : Ghalia Indonesia,


2005),
1
5

Guru yang melayani dengan motivasi mencari penerimaan diri, akan

kecewa berat, ngambek, ketika dirinya ditegor, disalahkan dan dikritik. Dia

merasa bahwa sudah baik, sudah berkorban tenaga, sudah sungguh-sungguh

dan dengan demikian mengharapkan diterima dan dipuji, tetapi hatinya

tergores, sakit dan bisa mundur karena merasa „tidak dihargai‟ bukannya dipuji

malah ditegor.

Didalam menjadi seorang guru sekolah minggu, mengajar anak harus

memiliki motivasi yang benar yaitu melayani anak dengan penuh kasih dan

perhatian. Dalam melayani anak, pelayan anak harus mengajarkan tentang

ajaran yang ada dalam Alkitab. Guru sekolah minggu adalah seorang yang

memiliki pengetahuan tentang doktrin Alkitab dan mengajarkan doktrin itu

kepada anak-anak. Doktrin adalah kumpulan kebenaran yang utuh, tetap dan

obyektif dinyatakan Allah kepada rasul-rasul dan nabi-nabi dan dituliskannya

oleh mereka melalui ilham. Doktrin adalah apa yang di percayai dan ajarkan.

Seorang guru sekolah minggu yang memahami doktrin Alkitab dengan benar

akan menjadikan pelayanannya lebih berhasil kepada anak-anak. Guru sekolah

minggu bukan hanya mengajarkan tentang doktrin tetapi juga mengajarkan

4
bagaimana anak dapat menerapkan itu dalam kesehariannya.

Dalam mengajar dan mendidik anak dengan baik, guru sekolah minggu harus

memiliki banyak metode mengajar anak-anak. Hal itu untuk mendukung anak

dalam perubahan sikap dan perilakunya. Sekolah minggu adalah bagian tubuh

Kristus dan memerlukan cara untuk membangun mereka, salah satunya dengan

4 Sam Doherty, Bagaimanakah Mengajarkan Doktrin Alkitab Kepada


Anak-Anak, (Jakarta : LPAI), 9
6

adanya tenaga pengajar. Sebagai pengajar, guru menyampaikan konsep

hidupnya, norma, pandangan hidup, dan etika yang semuanya harus

berdasarkan Firman Tuhan. Guru menyampaikan Firman Tuhan, menanamkan

Firman Tuhan dan menjadikan anak- anak sebagai “murid” Tuhan yang

berpengetahuan Firman Tuhan. Kolose 1:28 “Tiap-tiap orang kami ajari dalam

segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam

5
Kristus”.

Kualitas guru sekolah minggu dalam mengajar anak sangat perlu bagi

perkembangan anak secara fisik dan mentalnya. Mengajar anak itu dilakukan

dengan membina anak dengan penuh kasih dan juga tidak lepas dari teguran-

teguran agar anak tersebut menjadi seorang anak yang bertumbuh. Guru sekolah

minggu sebagai pengajar harus memiliki banyak persiapan bahkan untuk

mengawasi/kontrol terhadap diri sendiri pada apa yang diajarkannya serta kreatif

dalam memilih metode mengajar anak. Hal ini terjadi karena gereja kurang

6
memperhatikan pentingnya pembinaan bagi guru anak/sekolah minggu.

Namun sekarang ini guru sekolah minggu hanya mengajar sebagai

rutinitas dalam memenuhi kebutuhan dan persyaratan gereja pada umumnya.

Pengajaran yang dilakukan guru sekolah minggu tidak begitu praktis dan susah

untuk dilakukan serta diterapkan anak dalam kehidupannya. Guru memberikan

pengajaran secara monoton dan membuat anak bosan dan tidak tertarik untuk

memahami Alkitab. Hal ini terjadi karena kurangnya guru sekolah minggu

dalam mempersiapkan mental serta fisiknya.

5 Jarot Wijanarko, Anak dimata Tuhan, (Jakarta : SUARA PEMULIHAN), 72


6 Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta : Bpk Gunung Mulia, 1998), h 127
7

Sebagai pengajar anak sekolah minggu, mengajar anak harus memiliki

persiapan dan banyak memerlukan waktu untuk persiapan tersebut. Guru

sekolah minggu harus tahu dan mengerti setiap anak didikannya. Guru sekolah

minggu harus menjadi contoh dan teladan dalam perilakunya, mereka harus

tahu mendidik dan mengajar anak dengan baik, tidak bermain-main dan serius

dalam mengajar anak. Pelayanan anak bukanlah pelayanan biasa saja, yang bisa

dikerjakan dengan tidak ada persiapan. Pelayanan anak adalah bagian dari

pelayanan Tuhan Yesus Kristus. Jadi, dapat dipahami bahwa pelayanan ini

adalah isi hati Allah bagi orang percaya saat ini untuk mengajarkan tentang

iman percayanya kepada anak-anak yang masih belum terlalu memahami

tentang Tuhan Yesus.

Pelayanan anak adalah ladang paling produktif untuk


menghasilkan „buah-buah roh‟. Kalau tujuan pelayananmu dan
hidupmu untuk mengumpulkan „buah-buah roh‟, „buah-buah
kehidupan‟ atau „buah-buah yang baik‟, maka sebagai guru
sekolah minggu sudah seharusnya berada diladang paling
7
produktif!
Kualitas guru sekolah minggu sangat dibutuhkan dalam mengajar anak.

Tidak hanya mengajar dengan motivasi bahwa suka dengan anak-anak dan

senang bergaul dengan mereka, tetapi harus juga memiliki cara dan metode

dalam mengajar anak serta persiapan yang maksimal.

Guru sekolah minggu sekarang ini, mereka melakukan pelayanannya

tanpa ada persiapan dan tidak sungguh-sungguh dalam melayani anak. Hal itu

nyata ketika guru sekolah minggu terkadang lupa membawa Alkitab dan

mengajak anak untuk bermain ataupun menyuruh anak- anak untuk

menggambar. Tidak hanya itu, Guru sibuk dengan dirinya. Hanya mengetahui

7 Jarot Winarko, Anak dimata Tuhan, (Jakarta: SUARA PEMULIHAN), 36


8

bahwa ia sudah datang dan mengajar, lalu menjadi sibuk bercerita dengan

pelayan lainnya ataupun sibuk dengan handphone-nya dan tidak melihat

situasi anak apakah mengerti dan mengetahui pengajarannya dan

melakukannya dalam kehidupannya. Hal ini juga terjadi di Gereja Bethel

Indonesia bukit zaitun mandala (selanjutnya disebut GBI Bukit Zaitun

Mandala). Gereja tersebut adalah gereja dimana penulis sekarang sedang

melayani sebagai mahasiswa pelayanan akhir pekan (weekend service).

Penulis telah melakukan pra penelitian (observasi) dan penulis melihat ada

masalah dalam jemaat tersebut. Di GBI Bukit Zaitun Mandala, pelayan anak

(guru sekolah minggu) adalah para pengajar anak-anak dalam menghasilkan

anak yang berkualitas dan beretika, namun ternyata pelayanan yang dilakukan

kurang berdampak terhadap anak-anak. Banyak anak yang masih tidak bisa

diarahkan dan akibatnya ribut.

GBI Bukit Zaitun Mandala adalah gereja yang telah lama berdiri dan

didalamnya juga terdapat jemaat yang cukup banyak serta dikategorikan

sebagai gereja yang maju. Penulis telah melihat para pelayan anak (guru

sekolah minggu) yang melayani disitu tidak memiliki kualitas, tidak efektif

dalam pelayanannya, serta monoton dalam mengajar anak-anak. Terjadinya

hal tersebut karena tidak adanya pastoral pengajaran anak. Hal ini dibuktikan

melalui wawancara penulis terhadap para guru sekolah minggu. Dalam hal itu,

penulis mengetahui masalah pelaksanaan oleh guru sekolah minggu dalam

mengajar di ibadah sekolah minggu bahwa tidak adanya peningkatan dalam

mengajar anak sekolah minggu. melalui penelitian itu dan wawancara kepada

pelayan anak di GBI Bukit Zaitun Mandala, diperoleh hasil diantaranya:


9

Pelayan anak (Guru Sekolah Minggu) kurang kreatif dalam mengajar dan

mendidik anak. Hal itu dengan penulis melihat bahwa kreatifitas guru untuk

menarik perhatian anak tidak ada, guru hanya fokus anak tersebut

mendengarkannya, dan tidak mengetahui bahwa anak membutuhkan sesuatu

kreatif gurunya dalam mengasah dan membuat dia lebih memahami Firman

Tuhan.

Hal lainnya adalah guru sekolah minggu tidak memahami serta tidak

memperhatikan perkembangan anak sekolah minggu yang dididiknya,

sehingga hal itu menjadikan guru tersebut mengajar anak usia 1-5 tahun sama

dengan mengajar anak usia 6-8 tahun. Guru sekolah minggu tidak

memperhatikan perkembangan kognitif anak dan bagaimana harus terus

mendorong anak tetap semangat dalam belajar dan berubah dari perilaku/sifat

buruknya. Pelayan anak dipilih oleh gembala menjadi pengajar anak setelah

pelayan tersebut memiliki kerinduan dan ingin melayani sebagai pelayan anak

sekolah minggu.

Di GBI Bukit Zaitun Mandala, pelayan mengajar tanpa ada pemahaman

yang mendasar tentang Alkitab. Hal ini nyata ketika guru mengajarkan anak

tentang Firman Tuhan. Guru tidak memiliki persiapan dan mengajar dengan

pengetahuan umum saja. Pemahaman guru akan ajaran dalam Alkitab juga

tidak ada, guru hanya memahami sikap dan perilakunya diterima dan layak

untuk mengajar anak sekolah minggu. Tidak efektif dalam kedisplinan

pelayanannya, hal itu penulis lihat dari keaktifan penulis dalam melakukan

pelayanan anak dan tidak konsisten dengan pelayana yang diberikan kepada

setiap pelayan anak. Guru sekolah minggu tidak memiliki visi dan misi dalam
10

mendidik anak. Visi dan misi sangat perlu sebagai target yang harus dicapai

dan proses dalam mengajar serta tindakan guru dalam berperilaku dan

mengambil keputusan. Nyatanya, pelayan anak hanya melihat anak sekolah

minggu yang harus terus hadir di ibadah sekolah minggu. Pelayan anak

mengajar anak tanpa ada target dan tujuan dan proses yang harus dilakukan

dalam mencapai visi tersebut. Pelayan anak tidak tahu konseling anak. Guru

sekolah minggu tidak ada melakukan konseling kepada anak dan tidak

mencari tahu masalah-masalah yang dimiliki anak. Anak tidak diajarkan untuk

lebih berani dan mengasah kemampuan dirinya, melainkan guru sekolah

minggu hanya menekan tentang perilaku anak. Dan Kurangnya kualitas

pelayanan guru sekolah minggu dalam mengajar anak. Hal itu terlihat dari

anak sekolah minggu yang tidak memiliki mental keberanian untuk tampil dan

masih harus didorong untuk bersaksi. Hal itu terjadi karena guru sekolah

minggu tidak pernah melatih anak untuk tampil dan menunjukkan talenta yang

anak miliki.

Banyaknya masalah diatas jika tidak diselesaikan akan berdampak

buruk bagi pertumbuhan anak-anak. Penerapan pastoral akan menjadi solusi

untuk para pelayan anak. Penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dan

mengangkat judul “ Model Pastoral bagi Peningkatan Mengajar Guru Sekolah

Minggu di Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala” untuk dapat

mengkaji lebih jauh tentang peningkatan mengajar guru sekolah minggu di GBI

Bukit Zaitun Mandala dan adanya perubahan dalam melakukan pelayanan

kepada anak-anak sekolah minggu.


B. Fokus dan subfokus penelitian

Banyaknya masalah yang penulis temukan selama observasi (pra-

penelitian) di Gereja Bethel Indonesia, maka untuk elaborasi lebih jauh

masalah mengajar guru sekolah minggu, penelitian ini difokuskan pada kajian

“Pastoral Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas Mengajar di Gereja

Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala”. Dari latar belakang yang dituliskan

oleh penulis dan fokus penelitian penulis, maka subfokus penelitian ini

diarahkan pada:

1. Pastoral di Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala

2. Peningkatan kualitas mengajar Guru Sekolah Minggu di

Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala

3. Penerapan Pastoral bagi Peningkatan kualitas mengajar Guru

Sekolah Minggu di Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala

C. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah Pastoral di Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun


Mandala?

2. Bagaimanakah Peningkatan Mengajar Guru Sekolah Minggu

di Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala?

3. Sejauhmana Penerapan Pastoral bagi Peningkatan kualitas mengajar

Guru Sekolah Minggu Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun

Mandala?

11
12

D. Tujuan penelitian
Dalam rumusan masalah yang ada diatas, memberikan

gambaran tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dan menemukan secara objektif Pastoral di

Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala.

2. Untuk mengetahui dan menemukan secara objektif sejauh mana

peningkatkan mengajar Guru Sekolah Minggu di Gereja Bethel

Indonesia Bukit Zaitun Mandala.

3. Untuk menemukan dan mengetahui secara objektif pastoral bagi

Peningkatan kualitas mengajar Guru Sekolah Minggu di Gereja

Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan Karena tidak adanya peningkatan

mengajar guru sekolah minggu maka penulis melakukan penelitian

untuk mencari solusi dan cara untuk meningkatkan mengajar guru

sekolah minggu (pelayan anak) di gereja melalui konsep berpikir dan

pengambilan keputusan yang sesuai dengan Firman Tuhan serta akan

memberikan suatu pola bagi Guru Sekolah Minggu untuk meningkatkan

kualitas mengajar yang sesuai dengan anak sekarang ini. Apabila

penulisan mencapai maksud dan tujuan penelitian serta merumuskannya

dan mendapatkan hasil yang baik. Penulis mengharapkan kedepannya

agar penelitian yang telah dituliskan dipergunakan dengan baik sesuai

dengan keperluan dan gunanya.


13

Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari:

1. Secara teoritis
a. Sebagai sebuah landasan/acuan dalam mengembangkan penelitian

lebih lanjut oleh peneliti yang lain.

b. Menambah wawasan penulis

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, penulis sangat berguna bagi pelayanan penulis

terutama saat menjadi seorang pelayan bagi anak-anak.

b. Bagi gereja, penelitian ini sangat berguna bagi orang tua

yang mengharapkan anaknya menjadi pelayan anak.

c. Bagi Guru Sekolah Minggu, penelitian ini sangat berguna untuk

menjadi guru yang mengasihi anak-anak dan cinta kepada Kristus .

d. Bagi Gembala, penelitian ini sebagai sarana untuk perkembangan

dalam mengembankan kualitas mengajar pelayanan anak dalam

mengajar anak-anak disekolah minggu


14

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Hakikat Pastoral

1. Pengertian Pastoral Guru Sekolah Minggu

Istilah Pastoral berasal dari kata Pastor dalam bahasa Latin atau

bahasa Yunani disebut Poimen, yang berarti gembala. Bisa juga disebut

Pendeta yang mempunyai tugas menjadi gembala bagi warga gereja atau

dombanya. Sedangkan kata-kata bahasa Inggris yang menunjukkan untuk

konseling adalah consul yang artinya wakil, konsul; counsult yang artinya

meminta nasehat dan merunding seseorang. Jadi, pastoral konseling

artinya gembala yang memberikan nasihat, penghiburan dan penguatan

kepada anggota jemaat yang membutuhkan bantuan dan pelayanannya.

Pengistilahan ini dihubungkan dengan diri Yesus Kristus dan KaryaNya

dimana Yesus sebagai Pastor sejati yang baik. Yoh.10:11 bertuliskan

“Akulah gembala yang baik . Gembala yang baik memberikan nyawanya

bagi domba-dombanya”. Hal ini dimaksudkan kepada pelayanan Yesus

Kristus tanpa pamrih, yang bersedia untuk memberikan pertolongan

terhadap para pengikutNya. Tugas utama pastoral bukan hanya monopoli

3
para pastor atau pendeta saja akan tetapi setiap pengikutnya. Pastor

dalam hidup dan pekerjaannya harus terus menerus memperhatikan

spiritualitasnya sendiri. Pastor bekerja di dalam gereja. Dalam gereja ia

belajar mengenal “rahasia” keselamatan, yang

3 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999), 10
15

4
dikerjakan oleh Allah dalam anakNya, Yesus Kristus.

Dalam bahasa Ibrani kata gembala dalam bentuk partisip ro’eh

yang di bentuk dari kata ra’a yang berarti makan rumput, memberi

makan, menggembalakan, merawat/memelihara, menyegarkan,

5
melindungi. Kata penggembalaan berasal dari kata dasar „gembala‟

yang dalam bahasa latinnya adalah “Pastor”. Istilah penggembalaan

dapat juga dikatakan sebagai pelayanan pastoral (pastoral care) yang

6
berarti pelayanan yang dijalankan oleh pastor (gembala). Abineno

(dalam buku;Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral) mengatakan

bahwa untuk mengerti dengan baik apa yang dimaksudkan dengan

penggembalaan, terlebih dahulu harus diketahui motif gembala yang

terdapat dalam Alkitab. Dalam Alkitab motif gembala adalah ekspresi

dari penjagaan atau pemeliharaan Allah yang penuh dengan kasih dan

penghiburan. Dapat dilihat dalam sejarah pembebasan bangsa israel dari

bangsa-bangsa yang menindasnya di mana Allah menuntun mereka

sampai ke tanah perjanjian, disini nyata bahwa Allah adalah Allah yang

memimpin, memelihara dan menghibur umatNya. Dengan demikian

penggembalaan menurut Abineno adalah sebagai suatu usaha untuk

7
menumbuhkan kasih kepada Allah dan sesama manusia.

Borm Storm berpendapat, penggembalaan dapat dirumuskan

sebagai tugas untuk mencari, mengunjungi dan melayani anggota jemaat

4 J.L.Ch. Abineno, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral, (Jakarta : BPK


Gunung Mulia, 2015), 134
5 Flora Slosson Wuellner, Gembalakanlah Gembala-Gembala-Ku,
(Jakarta : BPK Gunung Mulia, ), 201
6M Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997), 4
7 J.L.Ch. Abineno, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral, 9-
16

dengan mengabarkan firman Allah di tengah situasi hidup jemaat secara

pribadi supaya mereka lebih menyadari iman mereka dan dapat

8
mewujudkan iman itu dalam hidupnya sehari- hari .

Dari ke-empat pendapat di atas rumusan yang ditekankan adalah

manusia secara pribadi, dan relasi antara gembala (pastor, pendeta)

dengan domba (jemaat). Penggembalaan bukanlah melulu bertolak dari

pelayanan gembala, namun lebih dari pada itu agar penggembalaan itu

hidup harus mencakup dimensi penggembalaan yang lebih luas dari apa

yang dilakukan gembala, yaitu mencakup kehidupan gereja dimana

jemaat dapat berperan serta dalam penggembalaan yang meliputi berbagai

aspek yaitu pemberitaan injil, pemulihan, pemeliharaan, penguatan,

perkunjungan, mendorong, mencari dan melayani sehingga melalui

penggembalaan itu tiap-tiap anggota jemaat dapat dibangun dan menjadi

anggota yang hidup serta mengetahui akan tugas dan panggilan imamat

orang percaya, dimana setiap orang percaya menjadi imam bagi orang

lain, artinya ia harus bertindak sebagai pendamai antara Allah dan

manusia.

Hamba Tuhan adalah konselor. Artinya bahwa ia adalah seorang

yang melakukan pelayanan konseling. Sebagai seorang hamba Tuhan

harus mengembangkan skill dan disiplin dalam konseling sehingga

9
terampil dalam pelayanan konselingnya.

Landasan Alkitab tentang Pastoral

8 Tulus Tu‟u, Dasar-Dasar Konseling Pastoral, (Yogyakarta: ANDI, 2007), 16


9 Yakub B. Susabda, Pastoral Konseling, (Jawa Timur : Gandum Mas, 2003), 11
17

a. Perjanjian Lama

Perjanjian Lama meletakkan dasar yang penting untuk memahami

tentang penggembalaan dimana seluruh pelayanan berasal dari pelayanan

Allah kepada umatNya. Bangsa Israel memandang Allah sebagai

gembala, mereka mengalami pimpinan dan bimbingan Allah di dalam

perjalanan keluar dari Mesir (rumah perbudakan) ke tanah Kanaan yaitu

tanah perjanjian. Allah memelihara mereka sekalipun mereka bersungut-

sungut dan kurang percaya Allah memberikan tanda- tanda kehadiranNya

di tengah-tengah bahaya maut dan kebinasaan. Kata yang biasa dipakai

dalam PL untuk menunjuk kepada gembala adalah ro‟eh

(kej.4:2,37:2,47:3; 46:22; 46:32, 34 Kel.3;1.) yang dibentuk dari kata ra‟a

yg berarti makan rumput, memberi makan, menggembalakan,

merawat/memelihara, menyegarkan dan melindungi. Dalam kitab

Keluaran dapat dilihat bagaimana Allah bertindak di dalam

menggembalakan bangsa Israel. Ia memanggil, memimpin, memberi

makan, menyembuhkan dan mendukung umat-Nya, Kel.2:25 dituliskan

“Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan

mereka”. Allah sebagai gembala mencakup pelayanan yang luas melebihi

dari pengertian sehari-hari dari pelayanan gembala itu. Dalam

kepemimpinan yang dilakukan oleh Musa ia berhasil dalam membuktikan

kemampuannya melaksanakan kehendak Allah. Musa menemukan suatu

sistem kepemimpinan sebagai seorang gembala dalam menuntun Israel

untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah. Cara pendekatan yang

ditempuh Musa atas saran Yitro merupakan tugas


18

pastoral umat secara kolektif. Semakin sedikit orang dalam suatu

percakapan pastoral, semakin efektif dalam mencapai sasaran pastoral

untuk membangun hubungan yang harmonis dan dialogis dalam

10
mewujudkan kasih.

Tuhan adalah gembala umat-Nya. Yang tersesat dibawanya

pulang, yang hilang dicariNya, yang luka Ia sembuhkan, yang lemah

dikuatkan dan yang sehat dilindungi. Dalam Yehezkiel 34,

penggembalaan meliputi mencari, rekonsiliasi (mendamaikan)

penyembuhan dan penguatan. Dalam Alkitab, motif gembala adalah

ekspresi dari penjagaan atau pemeliharaan Allah yang penuh dengan

11
kasih dan penghiburan.

1. Nabi

Dalam PL sering juga disebut sebagai gembala adalah nabi. Ia

dipercayakan dan diutus untuk menyuarakan kehendak Allah kepada

umat-Nya (Yes 1:2-9). Firman Tuhan yang disampaikan para nabi selalu

berhubungan dengan kehidupan Israel. Dengan adanya firman Tuhan,

bangsa Israel menyadari akan keberadaan mereka. Para Nabi adalah

pembela nilai-nilai spiritualitas perjanjian lama. Visi tentang kehidupan

sebagai umat Allah dibicarakan berkaitan dengan kondisi mereka saat ini,

bukan hanya spiritualisasi keakraban persekutuan dengan Allah.

Maksudnya, konsep tentang baru dan bumi baru dari pada nabi

mempunyai wawasan kepedulian sosial dan tidak hanya berwawasan

kerohanian yang vertical. Hal yang lebih menarik adalah visi tersebut

10 J. D. Engel, Pastoral dan kebutuhan dasar Konseling, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016),
17
11 Tulus Tu‟u, Dasar-Dasar Konseling Pastoral, 7-9
19

berwawasan kepentingan anak. visi tentang masa depan baru memiliki

wawasan keberlangsungan hidup anak. Anak yang terjamin

keberlangsungan hidupnya merupakan bagian integral dari visi nabi

12
yesaya tentang dunia baru (Yes 65:17-25).

2. Raja-raja

Raja juga disebut sebagai gembala. Hal ini mengingat bahwa

tugas yang diberikan kepadanya adalah untuk memimpin dan memerintah

suatu bangsa sekaligus sebagai mediator dalam upaya untuk menyatakan

kepemimpinan Tuhan Allah yang melayani kebutuhan umatNya. Seorang

raja dipilih, diangkat dan diurapi Tuhan Allah. Artinya seorang raja

diangkat oleh Tuhan dengan tujuan untuk memimpin dan menjaga

umatnya. Hadirnya seorang raja harus menyatakan dan mengabarkan

kehadiran pemerintahan Tuhan Allah kepada dunia dan segenap isinya.

c ) Hakim-hakim

Para hakim juga disebut sebagai gembala. Hakim-hakim

berfungsi sebagai gembala untuk menjaga serta memelihara bangsa itu

dari berbagai ancaman musuh.

b. Perjanjian Baru

Istilah “gembala” adalah suatu gelar yang diperuntukkan bagi

seseorang yang bekerja menggembalakan atau memelihara ternak. Pada

zaman Alkitab maupun pada zaman Yesus, seorang gembala mengemban

tugas yang banyak tuntutannya. Seorang gembala harus membimbing

12
Tri Budiarjo, Pelayanan Anak yang Holistik, (Yogyakarta : Andi, 2011), 88-89
20

kawanan domba ke padang rumput di mana domba-domba dapat diberi

makan dan mencari air untuk mendapatkan minum. Ia harus melindungi

kawanan domba gembalaannya terhadap cuaca buruk dan binatang buas

bahkan jika domba-domba itu tersesat, ia harus mencari dan

menyelamatkan mereka. Dengan perkataan lain, seorang gembala harus

13
mengorbankan hidupnya utk memelihara domba-dombanya.

Dalam PB sebutan-sebutan gembala adalah bagi mereka yg

menjadi pelayan, pelaku, pengajar, pendidik dan pembimbing dalam

agama Kristen. Mereka disebut sebagai gembala karena mereka telah

mengorbankan seluruh hidupnya untuk membangun misi di tengah-

tengah bangsa.. howard clinebel mengatakan: dalam PB penggembalaan

dipahami sebagai tugas dari seluruh warga jemaat yang berfungsi sebagai

persekutuan, pemeliharaan dan penyembuhan dan yang memampukan

pertumbuhan.

1. Tuhan Yesus

Perjanjian baru menyebutkan bahwa Tugas Mesias adalah

menjadi gembala. Ia adalah gembala sejati dari gereja, bahkan gembala

agung (Ibr 13:20; I Petrus 54, 2:25).untuk mengembangkan pendekatan

secara alkitabiah adalah dengan memahami kehidupan yesus,

hubunganNya dan bagaimana ia melayani orang lain.

Yesus adalah gembala yang baik (Yoh.10). Ia hadir dan datang

di tengah- tengah dunia ini adalah untuk menyelamatkan manusia. Dia

datang untuk melayani (Mrk 10;45), membebaskan manusia dari

13 Daniel Ronda, pengantar Konseling Pastoral, (Bandung: KH, 2015), 25-26


21

kunkungan dosa dan maut, yang seyogianya upah dosa itu adalah maut

(Rm 6:23). Menyampaikan berita sukacita kepada orang-orang tawanan

dan memberikan kesembuhan bagi orang sakit (Mat 24:31-46).

Yesus sebagai gembala melayani bukan dengan hanya kata-kata

tetapi juga dengan tindakan. Dia mengajar, membimbing, menuntun,

memelihara serta memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sebagai puncak

pelayanan kasih Tuhan Yesus untuk menggembalakan manusia

dinyatakan dengan peristiwa salib, yakni ia menyerahkan dirinya untuk

keselamatan dan kesejahteraan manusia.

Kehadiran yesus dalam melayani bukan diperuntukkan untuk

orang-orang tertentu, tetapi diperuntukan kepada semua orang,

khususnya yang membutuhkan pertolongan, bagi mereka yang

14
susah,sengsara dan tertawan (Luk.4:18-19).

2. Para Rasul

Setelah Yesus mengalahkan kuasa dosa dan maut melalui

peristiwa kebangkitannya dari kematian, maka Ia mendelegasikan

tugas penggembalaan kepada para muridNya (Yoh 21:15-19). Yesus

berkata kepada Simon Petrus: gembalakanlah domba-dombaku”.

Misi yang diberikan yesus kepada para rasul untuk menggembalakan

domba- dombanya menghasilkan buah, berita injil sampai ke seluruh

pelosok dunia. Beberapa tahun kemudian, Rasul Petrus sendiri

mengingatkan pemimpin pastoral di pontus, Galatia, Kapadokia, Asia

kecil dan Bitinia, agar mengembalakan jemaat Tuhan atau

14 Tulus Tu‟u, Dasar-Dasar Konseling Pastoral, 10-14


22

kawanan domba Allah, jangan dengan paksa tetapi dengan sukarela


15
sesuai dengan kehendak Allah, 1 Ptr 5:2-3).

3. Para Penatua

Dari buah misi pelayanan para rasul lahirlah jemaat dan untuk

memimpin jemaat-jemaat para rasul mengangkat para penatua, sehingga

dari situlah dikenal nama bishop yg berarti gembala (Kis.20:28; Fil 1:1;

I Tim.3:2;5:7,17). Dalam periode selanjutnya para penatua bertugas

memimpin dan memelihara jemaat supaya tetap bersekutu, bersaksi dan

melayani, khususnya menjaga agar ajaran-ajaran sesat tidak memasuki

gereja. Tugas ini diamanatkan rasul paulus kepada penatua di Efesus,

katanya: karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena

kamulah yg ditetapkan Roh kudus menjadi penilik untuk

menggembalakan jemaat Allah yang diperolehnya dengan darah

AnakNya sendiri (Kis.20:28). Sejak awal pelayanannya dalam

mendirikan jemaat-jemaat (Kis 14:23) sampai pada akhirnya (Tit 1:5),

dia menyerahkan tugas penggembalaan dan pemeliharaan jemaat,

supaya jemaat benar-benar bertumbuh dan berkembang sebelum

memiliki para penatua yang berfungsi dan berkwalifikasi. (dlm buku

:Kepenatuaan dan Kependetaan oleh Alexander Strauch, I Tim 3:1-7,

Tit 1:7-9 ,Kol 3:14,, I petr 5;5, Flp 2;3-5,7-8, II Kor 11:20 dll).

Berbagai istilah yang dapat menjelaskan kedudukan/posisi dan

pekerjaan para penatua adalah menjaga sekaligus menggembalakan

warga jemaat (Ibr 13:7,17), supaya mereka memiliki tingkat

15 Yosafat Bangun, Integritas Pemimpin Pastoral, (Yogyakarta : ANDI, 2010), 168


23

kepercayaan dan dasar iman yang kokoh. Mereka sebagai pengatur

rumah Allah (Tit 1:7), penilik jemaat (Flp 1:1, I Tim3:2), pemimpin (Ibr

13:17; orang sakit, (Yak.5:14), menyalurkan bantuan (Kis 11:30). Dan

membentuk badan penatua di setiap jemaat (Kis.14:23),dll.

Dapat dikatakan bahwa pemeliharaan jemaat oleh para penatua

banyak sekali dinyatakan secara sederhana dan luas dalam PB, tetapi

bukan hanya mencatat keberadaan para penatua itu saja, namun juga

memberikan pengajaran/perintah yang sungguh-sungguh tentang tugas

mereka, karena bagaimanapun kepenatuaan dalam gereja adalah

merupakan hal yang penting sekali dalam setiap tugas penggembalaan.

2. Tujuan Pastoral Guru Sekolah Minggu

Pastoral begitu sangat penting dalam kehidupan berjemaat. Hal

itu untuk dapat menjangkau orang-orang yang masih ragu dan belum

mengerti serta tidak mau mengerti tentang firman Tuhan itu sendiri.

Hidup ini semakin kompleks akibat perkembangan ilmu teknologi serta

mencari kebutuhan yang begitu sangat sulit. Belum lagi keadaan yang

membuat manusia merasakan kesepian, luka batin, dan terjerat dalam

kasus-kasus narkoba..Dalam menyelesaikan permasalahan ini, konseling

pastoral berperan memperhatikan domba-domba yang tercecer, tersesat,

16
yang sakit, dan bergumul. Pastoral memiliki tujuan untuk mencari

yang bergumul, menolong yang membutuhkan uluran tangan,

mendampingi dan membimbing, berusaha menemukan solusi,

16
Tulus Tu‟u, Dasar-Dasar Konseling Pastoral, 2-6
24

memulihkan kondisi yang rapuh, perubahan sikap dan perilaku,

menyelesaikan dosa melalui Kristus, jemaat dapat terlibat persekutuan

17
jemaat serta mampu untuk menghadapi persoalan selanjutnya.

Pastoral dan penggembalaan itu bertujuan supaya gereja

menjadi penuh, namun hal ini bukanlah suatu jaminan bahwa gereja itu

adalah jemaat yang hidup. Hal lainnya yang menjadi tujuan pastoral

adalah agar gereja menjadi kudus dan supaya jemaat Yesus Kristus

dibangun. Kalau dalam tiap-tiap jemaat menjadi anggota yang hidup,

yang tahu akan panggilannya, maka jemaat itu akan menjadi suatu

jemaat yang hidup. Tiap-tiap anggota dipanggil untuk mewujudkan

imannya menurut talenta yang diberikan kepadanya. Barulah dengan

jalan itu kehidupan jemaat menjadi segar, hidup dan beraneka warna.

18
Dengan begitu, yang satu dapat menyempurnakan yang lain. Tujuan

Allah dengan manusia adalah keutuhan. Namun, ketika mengalami

keutuhan dalam hidup maka bagian lain dalam hidup mengalami

keretakan, baik kehidupan sosial-ekonomi, fisik, emosional, spiritual

dan sebagainya. Dalam pendampingan pastoral berusaha untuk

memperhatikan keretakan dalam kehidupan penderita atau konseli.

Dengan demikian tujuan pengetahuan perlu dipegang dengan perspektif

holistic terhadap manusia yang terdiri dari banyak aspek yang perlu

diperhatikan. Tugas pendampingan pastoral dengan tujuan pengutuhan

menjadi tugas seluruh umat kristiani, dengan pengertian bahwa yang

17 Tulus Tu‟u, Dasar-Dasar Konseling Pastoral, 25-34


18 M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan itu, 5-7
25

19
menjalankannya perlu dilatih.

3. Fungsi Pastoral Guru Sekolah Minggu

Pastoral sangat berfungsi dalam pelayanan. Ketika hendak melakukan

pelayanan kepada orang sakit, baik yang dirawat di rumah maupun di

rumah sakit, maka pelayan pastoral harus memperhatikan dan mengenal

terlebih dahulu klien atau pasien yang hendak dikunjungi, karena setiap

orang itu unik dan memiliki khas masing-masing, jadi dibutuhkan cara

dan metode yang berbeda juga ketika hendakmelakukan pastoral.

William A. Clebsch dan Charles R. Jaekle mengatakan bahwa ada empat

fungsi dasar pastoral yang telah dilakukan disepanjang sejarah gereja,

yaitu: menyembuhkan (healing), menopang (sustaining), membimbing

(guiding), dan mendamaikan (reconciling). Kemudian Howard Clinebell

menambahkan fungsi yang kelima, yaitu memelihara (nurturing).

a. Menyembuhkan manusia seutuhnya

Fungsi menyembuhkan ini berawal dari pelayanan Yesus

ketika Ia menyembuhkan orang yang sakit, baik jasmaniah maupun

rohaninya (Mat 4:23; 8:7; Luk 4:23, dll). Gereja dalam hal ini adalah

sebagai penyelenggara pelayanan penyembuhan. Ini dilakukan

supaya jemaat memiliki kepercayaan yang penuh kepada Allah.

Konselor dalam hal ini harus terus memperhatikan keadaan jemaat

atau konselinya.

b. Membantu orang yang kita layani dalam Pastoral

19 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 4


26

Dalam hal ini, konselor berfungsi untuk bisa menghibur

konselinya, apapun keadaan konselinya. Manusia banyak memiliki

permasalahan dan konflik. Untuk itu konselor berguna untuk

membuat konseli mampu untuk menghadapi situasi dan keadaan

yang sedang dialaminya.

c. Menuntun orang yang kita layani dalam pastoral

Konselor dalam hal ini adalah menuntun konseli dalam

persoalan yang dimiliki Oleh konseli. Tuntunan diberikan dalam

bentuk pengakuan dosa pribadi dan disiplin gerejawi, tujuannya

adalah pengudusan (hidup jemaat), dan penebusan (pengampunan

orang karena kesalahan karena kelemahan.

d. Mendamaikan orang dalam pelayanan pastoral

Fungsi ini adalah supaya dapat menolong jemaat yang hidup

terpisah atau terasing dari anggota-anggota jemaat yang lain, maupun

dari persekutuan mereka dengan Allah. Tanda seseorang yang mau

didamaikan adalah setelah konseli mengakui dosa dan mau untuk

bertobat serta menerima Kristus dalam hidupnya dan menjadi pribadi

20
yang mengampuni. Pengakuan tidak cukup untuk memulihkan dan

menjangkau akar-akar luka dan keruskan yang ditimbulkannya.

Hidup didalam Yesus dan menerima penderitaan dari salip sejati

serta kelahiran permulaan baru akan mencegah dan memulihkan

21
seluruh kategori penderitaan destruktif lainnya.

20 J.L.Ch. Abineno, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral, 48-65


21 Flora Slosson Wuellner, Gembalakanlah Gembala-Gembala-Ku, 85
27

4. Tahap-tahapan Pastoral Guru Sekolah Minggu Tahap-tahap

percakapan pastoral bukanlah tahap-tahap yang

kaku, tapi dapat disesuaikan dengan kondisi konseli dilaksanakan.

Langkah- langkah itu terdiri dari tiga yaitu :

a. Tahap awal

Tahap ini adalah situasi yang menegangkan bagi konselor dan

konseli. Untuk mengatasi hal itu adalah dengan menciptakan suasana

nyaman, santai, dan tidak tegang. Lalu konselor memeriksa dan

menyelidiki perasaan konseli. Dalam hal ini konselor adalah sebagai

yang memahami dan mengerti konseli. Percakapan pengantar ini

sangat singkat, lalu konseli langsung mengutarakan pergumulannya.

Hal ini terjadi karena konselor sudah dikenal dan dipercaya sehingga

konseli dapat mengutarakan keluh- kesahnya. Tinggal konselor

memberi respons yang akhirnya sampai pada response action.

b. Tahap inti

Dalam tahap ini, konselor berupaya menggali, mencari,

menemukan pokok dan akar masalah, serta akibat-akibat yang

dihadapi oleh konseli. Konselor dalam hal ini menjadi pendengar

yang baik dan berusaha memperhatikan, memahami, mengerti, dan

menyelesami seluruh apa yang diungkapkan konseli. Ini penting agar

konseli merasa konselor menghargai, mengasihi, dan memahaminya.

Selain mendengarkan konselor juga harus menerima keadaan

dan situasi yang dialami oleh konseli serta memusatkan perhatian


28

pada permasalahannya, supaya konseli tidak menjadi putus asa.

Konselor juga harus memusatkan hati, mata, telinga, akal pikirannya

kepada konseli. Dengan begitu, konselor mengetahui, memahami,

mengerti, dan melihat persoalan dengan lebih jelas. Konselor

berusaha merasakan seluruh emosi, pikiran dan perasaan konseli.

c. Tahap penutup

Dalam bagian ini, konselor berusaha untuk mengakhiri

konseling dengan response action. Pertimbangan untuk mengakhiri

percakapan antara konseli tidak tenang, agak gelisah, bicara melantur,

agak emosional, mengemukakan hal-hal baru atau konselor merasakan

ada sesuatu yang menghambat penyelesaian. Dalam hal ini, konselor

mencari jalan untuk mencari jalan untuk mengakhiri percakapan, lalu

merumuskan tindakan sederhana untuk dilakukan (Action) konseli.

Kemudian, membuat janji untuk bertemu Minggu depan. Baik juga

jika konselor siap dengan ayat Alkitab yang tepat untuk masalah

konsili. Ayat itu cukup baik bila dibaca konsili, lalu konselor memberi

penjelasan untuk menguatkan tekad dan memantapkan hati konseli.

22
Sebab firman Allah itu pelita dan terang bagi orang percaya.

B. Peningkatan Mengajar Guru Sekolah Minggu

1. Pengertian Guru Sekolah Minggu

Menjadi seorang guru sekolah minggu adalah menyerahkan diri

sepenuhnya di hadapan Tuhan dan hidup yang harus dipimpin oleh

22 Tulus Tu‟u, Dasar-Dasar Konseling Pastoral, 74-81


29

Roh Kudus. Menjadi seorang pelayan bagi anak merupakan tugas dan

panggilan orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Yesus

mengamanatkan kepada setiap muridNya untuk menjadikan semua

bangsa muridNya, membabtis mereka dalam namaNya dan mengajar

mereka sesuai apa yang diajarkan oleh Yesus sendiri (Matius 28:18-

23
20). Hal itu supaya setiap orang menjadi muridNya. Sekarang ini,

menjadikan murid sudah menjadi ranah eksklusif para pendeta (dan

misionaris). Tetapi faktanya, pemuridan itu adalah tanggung jawab

24
setiap orang percaya. Seorang guru sekolah minggu memiliki

tanggung jawab terhadap anak-anak dalam membuat mereka menjadi

murid Kristus.

Guru sekolah minggu adalah seorang yang melayani anak-anak

untuk memahami dan mengerti tentang kebenaran firman Tuhan dan

membawa mereka mengerti jalan untuk selamat. Guru sekolah minggu

harus menjadi yang terbaik dan menjadi guru yang paling efektif

semaksimal mungkin. Dengan menjadi guru yang lebih baik yang pada

gilirannya nanti akan menghasilkan pelayan Kristus yang lebih baik, pada

akhirnya akan menghasilkan pelayan Tuhan yang lebih kuat, dan lebih

banyak orang yang percaya Yesus. Guru sekolah minggu adalah guru

Kristen. Istilah “guru Kristen” dapat di pahami dari tiga segi, yakni:

pertama, “guru dalam perspektif Kristen”, kedua, “guru yang

Kristen”;dan ketiga,”guru yang hanya memberi pengajaran yang

berkaitan dengan iman Kristen” di gereja, sekolah, dan tempat pelayanan

23 Bill Hull, Panduan Lengkap Pemuridan, (Jakarta: Gloria, 2014), 28


24 Francis Chan & Mark Beuving, Multiply (Melipatganda), (Yogyakarta : Katalis, 2017), 31, 34
30

25
lainnya. Kata Yunani "didaskolos" (guru) digunakan sendiri oleh

Yesus. Nikodemus mengakui bahwa Yesus adalah "guru yang diutus

Allah" (Yohanes 3:2). Tuhan ingin seluruh anak-anak-Nya menjadi guru

dalam arti semua orang Kristen seharusnya berusaha mengajarkan injil

kepada orang lain ("seharusnya menjadi pengajar," Ibrani 5:12).

Di sisi lain, Efesus 4:11 menunjukkan bahwa pada abad pertama,

gereja merupakan suatu kelompok istimewa dari orang-orang suci yang

disebut sebagai "para guru": "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-

rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-

gembala dan pengajar-pengajar."

2. Karakteristik Guru Sekolah Minggu

Seorang pelayan anak harus taat dalam menjalankan

panggilannya. Hal itu sangat perlu agar dapat mengajar dengan baik,

efektif, dan efisien. Hal lainnya adalah pelayan anak harus memiliki

ketaatan hidup dihadapan Tuhan. Membentuk karakter ketaatan dilakukan

dengan menjalankan panggilannya sebagai guru yang rela memberikan

waktunya untuk anak-anak, memahami visi dan misinya, hidup dipimpin

dan mengandalkan Roh Kudus, rela mempersembahkan seluruh totalitas

dirinya bagi pelayanan anak, hadir dan mengajar dengan cinta, berdoa

26
syafaat bagi anak, serta menjadi seorang gembala bagi anak-anakya.

Guru harus memiliki karakter yang baik dalam mengajar anak.

1) Memiliki motivasi yang benar dalam membina anak.

25 B. S. Sidjabat, Menjadi Guru Profesional: Sebuah Perspektif Kristiani, (Bandung:


Kalam Hidup, 1994), 35
26 Paulus Lie, Mereformasi Sekolah Minggu, 94
31

Sebagai pengikut Yesus Kristus, pelayan anak harus fokus

membuat murid atau anak didiknya berkarakter. Namun, jika seorang

pelayan tidak melakukannya dengan motivasi yang benar, maka

pelayan tersebut sedang membuang-buang waktu saja. Jika Allah

hanya peduli pada penampilan luar dan aktivitas keagamaan, upaya

pelayanan apapun akan berkenan kepada-Nya. Tetapi Allah berulang

kali menyatakan bahwa Dia lebih melihat hati daripada hal-hal

eksternal. Kitab Injil menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang

yang tidak baik. kata Yesus yang paling keras untuk ahli-ahli agama

yaitu bahwa “ bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal

hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku,

sedangkan ajaran yang mereka ajarkan adalah perintah manusia”

(Matius 15:8-9). Yesus menyatakan bahwa semua yang mereka

ajarkan adalah hal yang sia-sia karena “ bukan yang dilihat manusia

yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang didepan mata tetapi

Tuhan melihat hati”. (1 Samuel 16: 17). Allah berharap untuk

melakukan perintahnya. Guru sekolah Minggu harus memiliki

motivasi yang benar dalam melayani anak-anak dan apa yang

diajarkannya itu adalah firman Tuhan.

2) Mengajar Anak

Mengajar adalah memberikan pemahaman kepada anak tentang

arti dan makna firman Tuhan serta bagaimanakah mereka harus

melakukannya dalam kehidupan mereka. Melayani anak harus penuh


32

dengan sukacita, bukan sekedar melakukan kewajiban. Allah ingin

supaya pelayan anak mengajar anak-anak dengan penuh perhatian.

Seorang guru harus berani "membayar harga atas panggilan kudus

yang diterimanya dari Tuhan". Ia rela mempersembahkan semuanya

bagi Tuhan, baik waktu, tenaga, pemikiran, maupun uang bagi

pelayanan anak. Pelayan anak rela mempersembahkan totalitas

hidupnya bagi pelayanannya kepada anak-anak didiknya. Agar

pelayanannya berhasil, ia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin,

baik secara pribadi maupun bersama teman guru lainnya. Persiapan

mengajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para guru sekolah

minggu, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama guru yang

lain. Agar persiapan mengajar dapat dilakukan dengan baik, guru

harus rela mempersembahkan waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan

mungkin uang. Guru dipanggil bukan hanya untuk mengajar di kelas

(saat kegiatan sekolah minggu diadakan), melainkan juga sebagai

gembala bagi murid-muridnya. Gembalakanlah kawanan domba Allah

yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai

dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan,

tetapi dengan pengapdian diri. (1 Petrus 5:2).

Dalam mengajar anak, guru harus memahami bahwa ia

membawa dampak yang besar bagi kerajaan Allah, tetapi juga

membawa orang lain kepada kesesaatan yang mengerikan. Untuk itu,

sebagai pengajar guru senantiasa menjaga perkataannya dan

menyampaikan kebenaran. Hal itu supaya anak yang diajarkan tidak


33

memiliki pemahaman yang salah tentang Alkitab.

3) Kasih sebagai yang terutama

Dalam 1 korintus 13:1-3, Paulus menjelaskan bahwa seseorang

yang memiliki kata-kata yang indah, memiliki pengetahuan dan kuasa,

bahkan sampai mengorbankan diri sendiri, tidak akan berguna sama

sekali kalau ia tidak memiliki kasih. Seorang pelayan anak sekalipun

memiliki pengetahuan dan kreatif dalam mengajar, tetapi jika guru

tersebut tidak memiliki kasih maka pengajarannya itu adalah hal yang

sia-sia. Tidak memiliki kasih adalah tanda kematian yang pasti: “Kita

tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut kedalam hidup,

yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi,

ia tetap didalam maut” (1 Yohanes 3:14).

Menjadikan murid bukanlah tentang menghimpun murid-

murid untuk mendengarkan pengajaran gurunya. Panggilan Yesus

untuk menjadikan murid memang meliputi mengajar orang untuk

menjadi pengikut Yesus yang taat, tetapi tujuan akhirnya bukanlah

pada mengajarnya. Pada akhirnya, semua itu adalah tentang menaati

panggilan Allah untuk mengasihi orang-orang dan dapat menolong

mereka melihat kebutuhan untuk mengasihi dan menaati Allah.

4) Mengajar dengan teladan

Yakobus memberi peringatan keras bahwa jika kita mendengar

firman Allah dan tidak melakukannya, kita sama saja menipu diri

sendiri (Yakobus 1:22-25). Ia melanjutkan mengatakan bahwa iman


34

tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (26-27). Dalam hal ini

jelas bahwa bagaimana pengajar yang menipu dirinya sendiri yaitu

yang mempraktikkan iman/sia-sia, kemungkinan pengajar tersebut

adalah bukan calon pembuat murid yang baik. Teladan yang diberikan

oleh Yesus dan murid di Yerusalem, ada beberapa pilar kehidupan

Kristen yang digambarkan dalam kisah rasul dan yang telah diteladani

oleh Yesus dalam pelayananNya: ibadah, penginjilan, pemuridan,

penatalayanan, pelayanan, dan persekutuan. Untuk menjadi murid-

murid Yesus Kristus yang sejati, harus bertumbuh dalam setiap

27
dimensi ini.

Menjadi pembuat murid, menuntut seluruh diri dan hidup dalam

pelayanan. Dalam ibrani 13:7 “ingatlah pemimpin-pemimpin kamu, yang

telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup

mereka dan contohlah hidup mereka”. Dalam hal ini, ibrani menjelaskan

supaya pelayan mempraktikkan imannya sehingga orang lain dapat

mencontoh iman dan melihat diri pelayan tersebut. Membuat murid

adalah tentang melihat orang-orang diubahkan oleh kuasa firman Allah.

Jika ingin melihat orang diubahkan, maka perlu melihat dan mengalami

28
perubahan itu dalam diri pelayan terlebih dulu. Guru sekolah minggu

dalam hal ini harus menjadi teladan bagi anak sekolah minggu-nya dan

perilakunya sebagai pengajar sekolah minggu dapat dilihat dan dicontoh

oleh setiap anak didiknya.

27 George Barna, Menumbuhkan Murid-Murid Sejati, (Jakarta: Metanoia Publishing, 2010), 64


28 Francis Chan & Mark Beuving, Multiply (melipatganda), 39-48
35

3. Fungsi Guru Sekolah Minggu

1. Mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak sekolah minggu

Anak-anak adalah anugerah Tuhan. Tuhan menenun anak-anak

dalam rahim ibunya. Orang tua seharusnya tidak membanding-

bandingkan satu anak dengan yang lain. Orang tua harus memandang

anak-anak seperti bapa surgawi memandang mereka, menerima mereka

29
sebagaimana adanya. Orang tua ditegaskan untuk mengembangkan

watak dan kepribadian yang sehat dari anak-anaknya (Kolose 3:21).

Juga dalam 1 Yohanes 2:12 dikatakan bahwa anak-anakpun merupakan

penerimaan kasih dan rahmat Allah. Selain itu anak- anak harus dibina

untuk hidup di dalam kebenaran, sebab hal demikianlah yang berkenan

30
kepada Allah (2 Yohanes 1:4).

2. Membimbing Anak-Anak Sekolah Minggu untuk Mengenal dan

Mengasihi Tuhan Yesus.

Kristus adalah juruselamat manusia. Ia adalah pribadi yang

mengasihi manusia. Ia rela disiksa, dihukum mati untuk dosa-dosa

manusia. Yesus adalah Kristus, Ia adalah jalan kebenaran dan hidup

(Yohanes 14:6). Robert R. Boehlke menyatakan “ Yesus merupakan

buah pendidikan Yahudi”. Dapat dikatakan bahwa pengajaran anak

dalam perjanjian baru berpusat pada Yesus sendiri. Pada masa kecilnya

Yesus mendapat pendidikan dalam keluarga. sebagaimana orang

29 Andik Wijaya, Sexsual Holiness, (Surabaya : Yada Institutio, 2014), 21


30 Rida Gultom dkk, Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak-Anak, (Medan: Mitra), 10
36

yahudi, orang tua Yesus juga pastilah mengajarkan tentang pengakuan

iman. Hal ini Nampak ketika Yesus ditanyai mengenai hokum yang

terutama (Mat 22:35-38) dan ketika Yesus berdialog dengan pemimpin

agama (Luk 2:46). Ini menunjukkan bahwa Yesus memiliki kemampuan

sebagai hasil pendidikan dari keluarga. Dalam pelayananNya, Yesus

mengganggap penting anak-anak dan ia sangat mengasihiNya (Mat

18:1-6). Buktinya yaitu ketika Tuhan Yesus memeluk anak-anak dan

31
memberkatiNya (Mrk 10:16).

3. Membimbing Anak-Anak Sekolah Minggu memiliki Karakter


Kristus

Yesus dalam seluruh aspek kehidupannya adalah melayani. Ia

datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (Mat 20:28 ;

Mrk.10:45). Kristus adalah pelayan yang sejati, ia melayani dengan

dan dalam kelahiranNya, kehidupanNya, karya-Nya, dan

persembahan diri-Nya dalam penderitaan, kematianNya diatas salib,

dan kebangkitanNya. Hal itu dilakukanNya sebagai bukti

ketaatannya kepada Allah, dan Ia mengasihi manusia. Dalam hal itu,

sebagian guru sekolah minggu, harus mengajarkan tentang Kristus

32
kepada anak-anak.

4. Tantangan Guru Sekolah Minggu

Banyak hal yang akan dihadapi oleh guru sekolah minggu.

Dalam hal itu, pelayan anak adalah orang-orang yang benar-benar

31 Rida Gultom dkk, Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak-Anak, 16-17


32 F.X. Didik Bagiyowinadi dkk, Kasih tanpa Pamrih, Tulus tiada Modus, (Yogyakarta :
Kanisius, 2015), 89-93
37

mengandalkan tuhan dalam kehidupan pelayanannya. Orang yang

percaya kepada-Nya akan menerima kuasa Allah dan akan sanggup

melakukan pekerjaan yang lebih besar daripada pekerjaan Yesus. Guru

Sekolah Minggu tidak segampang seperti yang dilihat orang. Selain

harus punya persiapan matang dalam mengajar, memperhatikan

komposisi asupan firman yang baik untuk dikonsumsi anak-anak, guru

Sekolah Minggu juga tidak luput dari masalah-masalah besar. Hal itu

mungkin dimarahi orangtua karena menegur anak mereka, rekan

pelayanan di Sekolah Minggu mungkin tidak menjalankan tugasnya dan

seringkali membuat jengkel dengan tingkah laku yang tidak pengertian.

Hal lainnya adalah Guru Sekolah Minggu yang lebih senior menolak

inovasi rekan pelayan yang baru, artinya ketika guru yang baru masuk

kadang membuat suatu inovasi, namun tidak di terima dan tidak

diindahkan oleh guru yang lainya, ataupun sebaliknya, Tidak mendapat

support dari pengurus gereja dalam memenuhi kebutuhan anak yang

kekurangan dan membuat anak bahagia. Dalam situasi ini seharusnya

pelayan anak semakin meneguhkan hati dalam panggilannya. Guru

sekolah minggu dalam pelayanannya bisa saja hanya dimanfaatkan dan

tidak dihargai serta mendapat kemarahan dari gembala atau pelayan

lainnya jika melakukan kesalahan. Guru sekolah minggu memiliki

tantangan tersendiri dalam dirinya, baik itu keinginan yang meluap-luap

33
dan tersembunyi untuk mendapatkan upah, penghargaan, dan pujian.

Generasi anak sekarang ini adalah generasi yang sangat akrab,

33 Charles R. Swindoll, Meningkatkan Pelayanan Anda, (Bandung: Pionir Jaya, 2009), 180
38

bukan saja dengan penggunaan komputer, tetapi juga dengan dunia maya

yang kita masuki dan jelajahi melalui Internet. Sebagai pembina

kerohanian anak, kita mesti memahami lingkup kehidupannya sebab

konteks di mana mereka hidup akan dengan pasti mempengaruhi, bukan

saja jalan hidup, tetapi juga nilai hidup dan cara pikir mereka. Dalam hal

ini, seorang guru sekolah minggu akan menjadi sangat sulit mengajar anak

seperti ini. Guru dalam hal ini harus mengkritisi bagaimana mereka harus

mendidik anak sekolah minggu. Anak yang masih sangat belum mengenal

kehidupan sebenarnya akan hidup dalam keinginannya dan kesenangannya

jika ia tidak dapat mengontrol dirinya. Arus globalisasi dan perkembangan

teknologi dapat menjadi tantangan yang sangat besar bagi para guru

34
sekolah minggu dalam mengajar. Hal itu akan membuat dia terobsesi dan

kecanduan. Dalam mendidik dan membina anak sekarang ini, guru dituntut

untuk mengenal bagaimana sifat anak karena teknologi dan memanfaatkan

teknologi tersebut supaya mereka tidak salah menggunakan media

informasi tersebut.

5. Peningkatan Mengajar Guru Sekolah Minggu

1. Pelatihan Mengajar Guru Sekolah Minggu

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-

35
perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.

Sedangkan mengajar adalah kompleks yang dilakukan guru

34 Sutanto Leo, Kiat Sukses Mengelola dan Mengajar Sekolah Minggu, (Yogyakarta: ANDI). 8
35 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : Grasindo, 1991), 36
39

dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi

proses belajar. Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain adalah

mengatur kegiatan belajar siswa, memanfaatkan lingkungan (baik yang

ada di kelas maupun di luar kelas), dan memberikan stimulus,

bimbingan pengarahan serta dorongan kepada siswa.

Karunia mengajar menunjukkan bagaimana melakukan hal-hal

tertentu; melatih, mendidik. Karunia mengajar dapat dilakukan dengan

36
jalan memberi pengetahuan. Mengajar pada prinsipnya membimbing

siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian

bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan

dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang

menimbulkan proses belajar mengajar.

Seorang pengajar adalah seorang saksi Kristus. Saksi kristus

adalah orang yang telah menerima pendidikan Kristen dengan berhasil.

Kata-kata ajaran telah dihayatinya dalam kehidupannya. Kemudian

pengalamannya dalam Kristus diceritakannya kepada orang-orang lain

37
dengan kata-kata.

2. Strategi Mengajar Guru Sekolah Minggu

Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru sekolah minggu

harus memiliki suatu strategi.. Strategi yang dapat digunakan yakni;

strategi pembelajaran ekspositori, strategi pembelajaran inkuiri, strategi

pembelajaran inkuiri, strategi pembelajaran peningkatan kemampuan

36 Robert L. Brandt, Karunia-Karunia Rohani, (Jawa Timur: Gandum Mas, 1982), 86


37 L..Humes,.Arah.Pendidikan.Kristen,.(Malang:.YPPII,.1982),.53
40

berpikir, strategi pembelajaran kooperatif dan strategi pembelajaran

konstekstul, strategi pembelajaran efektif, dan pendekatan ilmiah dalam

pembelajaran. Selain strategi dalam mengajar, maka guru juga harus

berusaha supaya anak dapat bertumbuh dan berkembang. Beberapa hal

yang perlu diberikan kepada anak adalah memberikan:

1) Perlengkapan Rohani

Hal ini dilakukan dengan membuat anak dapat membuka dirinya

dengan Tuhan. Anak harus tahu bahwa Tuhan memiliki masa depan,

harapan, dan rencana untuk kesuksesan mereka (Yer 29:11).

Mengajarkan bahwa melalui Tuhan segala sesuatu mungkin, Tuhan

tidak jemu. Dalam kehidupan anak pasti akan mengalami pencobaan

untuk itu anak harus diajarkan membaca Alkitab dan juga bagaimana

berdoa dihadapan Tuhan.

2) Citra diri

Dalam hal ini pelayan anak mengajarkan supaya anak menerima

dirinya baik fisik dan keadaan orang tuanya, membina anak agar

menjadi bijak dimasa depan, berpakaian dengan sopan. Hal ini untuk

menjadikan anak yang beretika dilingkungan dimanapun ia berada

nantinya.

3) Kecakapan manusia

Ini adalah suatu keharusan bagi kesuksesan anak. ini dilakukan


41

dengan mengajarkan anak untuk menghormati dan menghargai,

mengasihi, mengampuni dan bagaimana mengampuni, mengembangkan

karakteristik kepemimpinan, anak-anak perlu tahu bagaimana mengikuti

seorang pemimpin. Anak juga diajar agar mereka tidak membantah dan

suka dengan gosip.

4) Teguran

Dalam hal ini, guru harus mendisiplin anak agar mereka

memiliki ketaatan dan menanamkan sikap yang rendah hati. Hal ini

berguna untuk mencegah mereka dalam pergaulan yang bebas dan

membuat mereka bertanggungjawab atas sikap dan perilaku mereka.

Anak juga harus diajarkan untuk bekerja dan membantu orang tua

38
mereka dirumah.

3. Metode Mengajar Sekolah Minggu

Metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara

untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang

terdiri dari guru dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam

melakukan kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dan

tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang telah

dirumuskan oleh guru. Metode ini meliputi ;

1) Metode ceramah

Metode ini adalah metode dimana guru menyampaikan

38 Dani Johnson, Grooming The Next Generation for Success, (Yogyakarta: Andi, 2011), 73-171
42

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah peserta didik,

dimana pada umumnya peserta didik mengikuti proses pembelajaran

secara pasif.

2) Metode demonstrasi

Metode ini dilakukan dengan cara memperagakan, kejadian,

aturan melalui media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan

atau materi yang sedang disajikan.

3) Metode diskusi

Metode ini dilakukan dengan cara mendorong peserta didik

untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar peserta didik

dapat terdorong untuk berpatisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-

aturan yang terlalu keras, namun harus tetap mengikuti etika yang

disepakati bersama.

4) Metode simulasi

Metode ini dilakukan dengan menyajikan pengalaman belajar

dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,

prinsip atau keterampilan tertentu.

5) Metode penugasan

Metode ini dilakukan dengan cara guru memberikan tugas

tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Tuhan Yesus dalam mengajar murid-murid-Nya, ia memberikan


43

perumpamaan dan bertanya, gambaran kata, firman Tuhan, keteladanan,

39
analogi, mukjizat, dan khotbah. Untuk itu, guru harus memahami

bagaimana Tuhan Yesus mengajar serta mengajar dengan kreatif. Guru

dalam mengajar anak harus kreatif Untuk mengajar secara kreatif, bisa

saja seorang guru sekolah minggu mencari banyak tips contohya bisa

membeli buku-buku yang berisikan cerita. Anak sekarang ini biasanya

senang bergurau, mereka penuh daya kreatif. Oleh karena itu, daya pikir

mereka sudah lebih berkembang. Dengan demikian, guru perlu

melengkapi agar dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Anak-

anak dapat diceritakan mengenai tokoh Alkitab maupun tokoh rohani.

Guru bisa membicarakan dan mendiskusikan hal keselamatan secara

lebih mendalam. Hal lain yang penting yaitu guru perlu mendorong

anak-anak untuk bersaat teduh dan mengembangkan hobi yang positif.

Dengan mengadakan berbagai macam kegiatan dalam sekolah minggu

maka makin hari anak akan makin mengenal Mengenal Allah,

Mengenal Kristus, Mengenal Roh Kudus, dan Alkitab.

Maksud dari metode pembinaan anak aktif adalah metode

pembinaan yang berpusat pada anak, yang mengajak anak aktif terilibat

dan bertumbuh dalam proses peminnaan ini. jadi, tidak hanya guru saja

yang aktif dalam proses pembinaan dan anak menjadi pendenagr pasif.

Tetapi anak justru menjadi subjek yang aktif dikelas, anak diharapkan

bersuaran/berpendapat berdiskusi, mengeluarkan pikiran dan gagasan,

atau pengalamannya, dan menemukan “pesan firman Tuhan yang

39 Khoe Yao Tung, Menuju Kristen Impian Masa Kini, (Yogyakarta: Andi, 2015), 276
44

dibicarakan dikelas. Guru harus menggunakan semua hal yang mungkin

“aktivitas, alat peraga, simulasi, dan permainan” untuk mengaktifkan

anak agar terlibat dalam proses pembinaan ini. metode ini menuntut

guru untuk berani aktif kreatif dalam: berkreasi kegiatan, acara sekolah

minggu, mengkreasi puji- pujian, menyampaikan cerita dan memimpin

berdoa, membawa anak mencintai dan menghayati firman Tuhan,

menciptakan aktivitas ynag menarik dan sebagainya.

4. Desain Mengajar Sekolah Minggu

Dalam KBBI Desain adalah kerangka atau bentuk rancangan.

Setiap proses belajar-mengajar, sebagaimana berlangsung dalam kelas,

bersifat unik dan menunjukkan variasi antara bidang studi yang satu

dengan yang lain, antara satuan kelas yang satu dengan yang lain dan

40
antara tenaga pengajar yang satu dengan yang lain. Sekolah Minggu

merupakan warisan yang begitu mulia. Dikatakan mulia karena

mempersiapkan generasi gereja dan bangsa. Untuk itu maka pokok-

pokok ini penting: Bagian Pendahuluan Sekolah Minggu, membuat

kurikulum sendiri. Makalah Desain Kurikulum Sekolah Minggu,

Kurikulum Sekolah Minggu Lengkap, Bahan-Bahan Sekolah Minggu,

Bagian Pendahuluan, dan Usulan desain kurikulum bagi sekolah

minggu. Guru sekolah minggu harus mampu untuk menata bagaimana

liturgi untuk anak- anak, bagaimana ruang kelas dan bagaimana posisi

mereka dalam mendengarkan firman Tuhan, kemudian guru harus

40 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, 247


45

membuat reviem melalui Tanya jawab (cerdas cermat Alkitab). Hal ini

harus dilakukan oleh guru sekolah minggu supaya suasana kelas aman

dan baik serta anak dapat memiliki banyak inspirasi dan pengalaman

belajar.

6. Meningkatkan Cara Mengajar Guru Sekolah Minggu

Guru sekolah minggu harus mengajar dengan sungguh-sungguh

dan mencari cara supaya anak lebih memahami arti kebenaran firman

Tuhan. Pada dasarnya ada banyak faktor yang berkaitan dengan atau

mempengaruhi efektifitas proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan

efektif apabila tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan tercapai,

dengan hambatan seminimum mungkin. Beberapa hal yang berkaitan

dengan cara untuk meningkatkan efektifitas belajar adalah:

1. Lingkungan belajar

Setiap guru berperan sebagai manager dalam tugas mengajarnya.

Dalam peran itu, guru mengolah kelas, dan memikirkan ukuran yang

menunjang terjadinya interaksi edukatif semaksimal mungkin.

Disamping itu, tugasnya sebagai manager berhubungan dengan

pemilihan metode yang tepat sesuai dengan ukuran dan kondisi

lingkungan belajar. Banyak peneliti mengungkapkan bahwa efektifitas

belajar terjadi dalam lingkungna kecil dari pada dalam kelas besar (lebih

dari 20 peserta). Dalam hal ini, guru memiliki kesempatan untuk lebih

mengenal anak dan dapat berinteraksi dengan anak didiknya.


46

Untuk memukau perhatian anak selama pengajaran berlangsung, guru

harus mengadapaakan persiapan yang sangat matang sehingga dapat

mengungkapkan ide-ide secara jelas, sistematis, disertai contoh- contoh

yang konkret. Hal itu mungkin dengan berbagai strategi.

2. Disiplin dalam kelas

Disiplin berarti seperangkat aturan, tata tertip yang diunakaan

dalam kegiatan belajar mengajar guna membentuk dan

menggembangkan pola tingka laku yang sehat. Dan upaya untuk

membimbing orang lain mengembangkan sikap dan pola hidup

(perkataan, pikiran dan perbuatan). Yang bermanfat bagi tugas belajar.

Ini adalah sesuatu hal yang sangat sulit. Untuk itu, guru harus terlibat

41
dalam kegiatan mendisiplin anak.

Secara teologis, disiplin memiliki kedudukan dan peran penting

dalam kegiatan belajar mengajar disekolah dan apanbila dalam

pembinaan anak dirumah tangga. Yesus Kristus terhadap murid-

muridNya. Ia menegur, mengoreksi, dan menjaga nama baik mereka.

Karena itu, ia memberikan pedoman bahwa tujuan dalam mendisiplin

ialah “membebaskan orang dari ketidakbenaran dan mengembalikannya

kepada kebenaran. Sikap dan perbuatan anak seharusnya patut mendapat

disiplin (teguran, koreksi, dan pembiran pujian), sudah tentu terlibih

dahulu perlu diteliti oleh guru. Karena itu, ia harus belajar objektif

mengendalikan diri, dan tidak pilih kasih.

41 Anne Neufeld Rupp, Tumbuh Kembang Bersama Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 197
47

3. Masalah Motivasi Belajar

Peranan guru adalah membangkitkan morivasi kepada anak

didiknya agar semakin aktif dalam belajar. Hal itu karena watak dan

sifat manusia yang membutuhkan dorongan, desakan, rangsangan dari

sesame serta sifat perbuatan belajar itu sebagai proses dan upaya apa

adanya. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kemampuan yang

dapat menampilakan penguasaan bahan atau pengetahuan,

menunjukkan sifat memahami secara mendalam terhadap dan

pengalaman terhadap anak didik serta semangat mencintai bidang studi

yang digelutinya, memberikan penjelas hal-hal yang “kabur” atau

kurang jelas dengan Bahasa dan sikap yang dapat dimengerti.

Untuk membangkitkan motivasi anak, guru harus menghargai

serta membina persahabatan dengan anak sekolah minggu, memberikan

pujian dan terus berdoa serta berharap akan campur tangan Allah, oleh

Roh-Nya, yang membuat suasana nyaman dan menggairahkan untuk

42
belajar.

42 B.S.Sidjabat, Menjadi Guru Porfesional, 106-114.


48

C. Penerapan Pastoral Bagi Peningkatan Mengajar Guru Sekolah

Minggu Di GBI Bukit Zaitun Mandala, Medan

a. Pastoral Mengajar Sekolah Minggu

Pastoral atau penggembalaan adalah suatu pelayanan yang

dilakukan oleh gembala jemaat untuk memimpin jemaat secara pribadi,

memberi makan rohani melalui pengajaran Firman Tuhan, menjaga,

memelihara, membimbing, mencari dan mengunjungi mereka satu per

satu serta menolong mereka agar bertumbuh dalam iman menuju

kedewasaan rohani didalam Kristus. Pastoral bukan saja untuk anggota

jemaat dewasa dan pemuda, tetapi juga bagi anak-anak sekolah Minggu.

Hal ini sangat penting karena orang dewasa adalah gereja hari ini,

pemuda adalah gereja hari esok, sedangkan anak-anak gereja masa

depan. Untuk menggembalakan anak-anak sekolah minggu diperlukan

guru-guru sekolah minggu yang terampil, yang berperan sebagai

gembala-gembala bagi anak-anak sekolah minggu. Dari segi Pastoral,

guru sekolah minggu dapat disebut sebagai “gembala” anak-anak

sekolah minggu. Mereka memiliki tugas dan tanggung jawab yang

sangat penting untuk membantu gembala jemaat dalam membina dan

mengembangkan gereja masa depan melalui anak-anak sekolah minggu.

Adapun hal yang perlu dilakukan adalah:

1. Pengajaran

Pengajaran yang disampaikan kepada anak sekolah minggu

haruslah pengajaran yang berdasarkan Alkitabiah atau Firman Tuhan.

Karena lewat pengajaran ini anak-anak akan menjadi generasi yang


49

memiliki iman yang kuat jika, guru sekolah minggunya mengajarkan

secara benar Firman Tuhan tersebut.

2. Perkunjungan

Perkunjungan ini dilakukan karena sangat penting. Karena dapat

membangun rasa empati dalam hati anak sekolah minggu.

3. Bimbingan

Bimbingan ini perlu karena sangat penting dalam menumbuhkan iman

anak.

4. Disiplin

Metode disiplin dilakukan untuk melakukan pembinaan rohani anak

sekolah minggu. Anak-anak sekolah minggu merupakan masa depan

gereja dan guru sekolah minggu merupakan jembatan bagi anak-anak

sekolah minggu menuju masa depan. Maka dari itu jemaat tidak boleh

menyepelehkan pelayanan pastoral yang dilakukan oleh guru sekolah

minggu kepada anak-anak.

b. Seminar TCE Guru Sekolah minggu

Seminar adalah pertemuan berkala yang diadakan oleh seseorang

yang sedang melaksanakan tugasnya. Seminar dilakukan dalam rangka

memberikan laporan atau mendiskusikan pengerjaan tugasnya itu. Dalam

seminar terjadi tukar pikiran di antara penyaji dengan peserta diskusi.

Tujuan seminar adalah menemukan jalan pemecahan masalah. Materi

yang dikemukan penyaji dibahas dari berbagai aspek dan sudut pandang.

Seminar fokus pada topik tertentu yang sangat khusus, di mana peserta

yang hadir bisa berpartisipasi aktif. Bentuk seminar juga dilaksanakan


50

dengan sistem dialog yang dipimpin oleh moderator. Selain itu, bisa juga

disajikan dengan presentasi hasil penelitian formal yang dilanjutkan

dengan sesi debat dan berbagi pengalaman. Tujuan dari seminar adalah

membahas permasalahan untuk menemukan solusi, sehingga seminar

harus diakhiri dengan simpulan atau keputusan-keputusan hasil pendapat

bersama yang diikuti dengan resolusi atau rekomendasi. Pembahasan

seminar berpangkal pada makalah atau kertas kerja yang disusun sebelum

acara dimulai oleh beberapa pembicara sesuai pokok-pokok bahasan yang

43
diminta panitia penyelenggara.

Seminar TCE adalah seminar yang diadakan oleh LPA (Lembaga

pelayanan Anak). Mengikuti seminar TCE akan membantu Guru Sekolah

minggu dalam menjadi seorang yang mengembalakan anak-anak. TCE

memberikan bahan dan materi yang begitu sederhana dan langsung

diaplikasikan ketika melakukan seminar. Tce akan membuat Guru

Sekolah Minggu semangat terus dalam melayani anak-anak.

c. Kursus Psicology anak

Anak-anak dalam keseharian kehidupannya memperoleh banyak

tekanan dan masalah yang mungkin berasal dari luar atau dari

keluarganya sendiri. Sebagai seorang Guru Sekolah Minggu, maka akan

lebih efektif jika memahami sifat dan perilaku anak. Psikologi adalah

disiplin ilmu yang mempelajari lebih dalam mengenai mental, pikiran,

dan perilaku manusia. Disiplin ilmu ini meneliti alur pemikiran manusia

43 Rinayanthi, I. Nengah Laba & Ni Made (2018-01-24). Buku Ajar Bahasa Indonesia
Berbasis Karya Tulis Ilmiah. (Sleman: Deepublish). hlm. 222.
51

dan alasan di balik perilaku dan tindakan tersebut. Ilmu psikologi ini

sering kali dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah atau mencari

solusi tepat dalam serangkaian aktivitas manusia yang kompleks.

Psicology berasal dari bahasa yunani yaitu psyhce dan logos, yang

44
berarti ilmu jiwa.

Belajar Psicolgy anak akan menjadi satu peningkatan dalam

meningkatkan kualitas Guru Sekolah Minggu yang tidak hanya

mengerti bagaimana mengajar anak tetapi memahami sifat dan karakter

anak. Karakter anak harus dibentuk ketika masih usia dini, karena itu

akan menjadi pemicu dalam hubungannya dengan sesama.

44 Maryam B. Gainau. Psikologi Anak. (jogjakarta: Kanisius, 2014).


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai metodologi penelitian

yang membahas tujuh pokok pembahasan, yakni: tujuan khusus

penelitian; latar, tempat dan waktu penelitian; paradigma penelitian;

pendekatan dan metode jenis penelitian; teknik pengumpulan data;

analisis data dan interpretasi data; serta kriteria dan teknik pemeriksaan

keabsahan data.

A. Tujuan Khusus Penelitian

Sebagaimana yang telah dikemukakan di bab 1, maka penelitian ini

adalah bertujuan untuk mengetahui secara objektif penyebab masalah

mengajar guru sekolah minggu di Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun

Mandala, Medan, juga untuk memperoleh pemahaman yang lebih akurat

mengenai pendampingan Pastoral dalam menangani masalah yang

dihadapi guru sekolah minggu dalam mengajar anak-anak. Untuk itu,

secara khusus tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menemukan secara objektif pemahaman

tentang Pastoral di Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala.

2. Untuk mengetahui dan menemukan secara objektif bagaimanakah

peningkatkan mengajar Guru Sekolah Minggu di Gereja Bethel

Indonesia Bukit Zaitun Mandala.

52
53

3. Untuk menemukan secara objektif sejauhmanakah pola penerapan

model pastoral bagi Peningkatan Mengajar Guru Sekolah Minggu di

Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala.

Tujuan pertama dan kedua di atas, diperoleh melalui penelitian

lapangan dengan pengamatan langsung di lapangan dan setelah

mewawancarai guru sekolah minggu mandala, Medan. Sedangkan tujuan

ke-tiga diperoleh melalui hasil analisis dan interpretasi data lapangan

serta sintesis dengan acuan teori dalam bab dua.

B. Latar, Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini akan dilaksanakan di tempat (GBI) Bukit Zaitun

Mandala, Medan secara khusus untuk guru-guru sekolah minggu.

Sebagai Gembala sidang, Pdt. Djman Sinaga, MA., M.Th. Dalam waktu

penelitian ini baru ditetapkan ketika hasil dari Bab I sampai Bab III

sudah di sah-kan dan menjadi resmi. Maka penulis mengadakan

penelitian ini, sesuai dengan waktu dan kesepakatan dari pihak sekolah

STT BMW MEDAN.

C. Paradigma Penelitian

Untuk mengarahkan perancangan dan pelaksanaan penelitian ini,

maka paradigma penelitian skripsi ini bukanlah paradigma positivisme

45
atau scientific paradigma (paradigma ilmiah), melainkan paradigma

naturalistik. Paradigma naturalistik atau paradigma alamiah adalah

berdasarkan pada filsafat fenomenologis. Fenomenologis berusaha

45 Walter R. Borg and Meredith D. Gall, Educational Reserach: An Introduction, Fifth


Edition, (New York: Longman, 1989), hlm 15-18
54

memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun

tindakan orang-orang itu yang dibayangkan atau dipikirkan oleh orang-

46
orang itu sendiri. Salah satu bidang penelitian yang mempengaruhi

perkembangan metode naturalistik yaitu ethnografi. Ethnografi bertujuan

untuk mendeskripsikan suatu kebudayaan, terutama untuk memahami

cara hidup kelompok manusia ditinjau dari sudut pandang anggota-

47
anggotanya. Inti Etnografi ialah mencoba memahami makna perbuatan

dan kejadian bagi orang yang bersangkutan menurut kebudayaan dan

pandangan mereka. Peneliti mengamati kelakuan mereka namun harus

meninjaunya secara lebih mendalam untuk memahami maknanya, karena

itu peneliti dan yang diteliti bersama-sama aktif dan tidak dapat

dipisahkan. Itulah sebabnya, peneliti juga berperan sebagai instrumen

dan berpartisipasi dalam kehidupan yang diteliti.

Penelitian etnografi adalah penelitian naturalistic dimana peneliti

sendiri terjun ke lapangan untuk observasi dan wawancara; melakukan

triangulasi (data/informasi harus dicek kebenarannya); menekankan

rincian kontekstual (mengumpulkan dan mencatat data secara sangat

rinci tentang kaitan dengan masalah); subjek yang diteliti dipandang

berkedudukan sama dengan peneliti. Analisis dilakukan sejak awal

penelitian sehingga desain penelitian muncul dalam proses penelitian,

berakhir pada hipotesis atau teori grounded; mencari pola-pola atau

model-model dari lapangan (populasi), kemajemukan dan kompleksitas;

46 Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung: penerbit PT


Remaja Rosdakarya, 2010), 52
47 James P. Speadley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1997), 59-294
55

48
serta pelaporan datanya secara deskriptif.

Berdasarkan paradigma yang ditetapkan penulis di atas, penulis

mengemukakan tiga asumsi penelitian mengenai Pastoral bagi

Peningkatan Mengajar Guru Sekolah Minggu di Gereja Bethel Indonesia

Mandala, Medan, sebagai berikut: 1. Mengenai kenyataan, fokus

penelitian adalah suatu kenyataan yang jamak, sebagai suatu susunan

yang terkait satu dengan yang lain. 2. Mengenai peneliti dan yang diteliti,

keduanya adalah saling berinteraksi, karena itu peneliti tidak hanya

mengobservasi, dan mewawancarai yang diteliti melainkan juga

berpartisipasi aktif dengan yang diteliti di lingkungan mengajar Guru

Sekolah Minggu di GBI Bukit Zaitun Mandala, Medan. 3. Mengenai

hakikat kebenaran, penelitian naturalistik lebih cenderung kepada uraian

yang lebih detail, bukan pada generalisasi, karena kenyataannya

perbedaan lebih besar dari pada persamaan. Itulah sebabnya penelitian di

(GBI) Bukit Zaitun Mandala, Medan adalah suatu upaya menemukan

data yang banyak dan selengkap mungkin.

D. Pendekatan, Metode dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memakai pendekatan kualitatif

Theologi. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen

maka pendekatan penelitian kualitatif pada umumnya adalah pendekatan

49
penelitian yang menggunakan paradigma naturalistik. Ada pun ciri-ciri

48 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitiar Kualitatif, ...., 52-56


49
Robert C. Bogdan and Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education, An
56

penelitian kualitatif adalah seperti yang dikemukakan oleh Moleong,

yakni: (1). Latar alamiah; (2). Manusia sebagai alat (instrumen)

pengumpul data; (3). Metode kualitatif; (4). Analisis data secara induktif;

(5). Penyusunan teori dari bawah (grounded theory); (6). Deskriptif; (7).

Lebih mementingkan proses dari pada hasil; (8). Adanya "batas" yang

ditentukan oleh fokus; 9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data;

10. Desain bersifat sementara; dan 11. Hasil penelitian dirundingkan dan

50
disepakati bersama.

Sedangkan ciri-ciri penelitian kualitatif Theologia adalah sebagai

berikut: 1. Alkitab sebagai latar prinsip, norma, teori dan prosedur ideal;

2. Buku-buku theologia hasil eksegesis Alkitab sebagai penunjang teori

dan prosedur ideal; 3). Latar alamiah; 4). Manusia sebagai alat

(instrumen) pengumpul data; 5). Analisis data secara induktif; 6).

Penyusunan teori secara theologia kontekstual; 7). Deskriptif; 8). Lebih

mementingkan proses dari pada hasil; 9). Adanya "batas" yang

ditentukan oleh fokus; 10). Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data;

11). Desain bersifat sementara; dan 12). Hasil penelitian dirundingkan

dan disepakati bersama.

2. Metode dan jenis Penelitian

Terdapat beberapa metode jenis penelitian kualitatif antara lain:

penelitian fenomenologi, penelitian sejarah, studi kasus (case study),

penelitian grounded theory, penelitian etnografi, penelitian tindakan

Introduction to Theory and Method, (Boston: Allyn and Bacon, inc). 3.


50 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), 96-99.
57

51
(action research), dan penelitian perpustakaan (library research).

Dalam penelitian ini, kurangnya kualitas guru sekolah mingajar dalam

mengajar anak sekolah minggu di gereja bethel Indonesia Bukit Zaitun

Mandala, Medan telah dan sedang terjadi, maka penulis menggunakan

jenis metode studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

metode kerja yang lebih efisien, maknanya peneliti mengadakan telaah

secara mendalam tentang kasus konflik yang terjadi, kesimpulan hanya

52
berlaku atau terbatas pada kasus konflik saja. Ada tiga tipe dalam

konteks studi kasus, yaitu: studi kasus non-yudisial, studi kasus yudisial,

53
dan studi kasus langsung (live case study). Penelitian ini memakai studi

kasus langsung (live case study), yaitu studi kasus yang masih

berlangsung dari awal konflik hingga berakhir.

E.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

dapat menggunakan beberapa metode yaitu:

1. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara

terbuka. Adapun hal-hal yang akan diobservasi dalam penelitian ini

adalah:

a. Kesan umum: Pemahaman Pastoral Guru Sekolah Minggu bagi

peningkatan kualitas mengajar diGereja Bethel Indonesia Bukit

Zaitun Mandala, Medan.

52
51 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada, 2009),
49-65. Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, 54.
53
Ibid, 55.
58

b. Kondisi interaksi para pelayan anak di dalam gereja baik dengan

para pelayan Praise & Whorship, diaken, dengan gembala, sesama

pelayan anak, dengan jemaat dan orang tua anak sekolah minggu.

c. Kondisi anak sekolah minggu

d. Kondisi pembinaan Pastoral bagi para pelayan digereja dalam

kehidupan sehari-hari terutama guru-guru sekolah minggu di (GBI)

Bukit Zaitun Mandala.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan wawancara semi

struktural dengan subyek yaitu teknik wawancara yang menggunakan

susunan pertanyaan yang baku, sehingga pertanyaan-pertanyaan tidak

menyimpang dari penelitian atau berpusat pada satu pokok tertentu.

Tujuan dilakukannya wawancara untuk mengungkapkan pemahaman,

motivasi serta tujuan (GBI) Bukit Zaitun Mandala bagi peningkatan

mengajar sekolah minggu. Adapun daftar pertanyaan yang disusun oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

Subfokus 1. Pastoral

1. Menurut saudara apa yang dimaksud Pastoral?

2. Apakah saudara memahami kepastoralan kristen?

3. Apakah saudara pernah dilayani oleh seorang Pastoral?

4. Menurut saudara/I apa tujuan Pastoral?

5. Menurut saudara apa fungsi Pastoral?

1. Menurut saudara apa pengertian guru sekolah minggu?


59

2. Bagaimana karakter seorang guru dalam mengajar?

3. Menurut saudara apa fungsi/peran guru sekolah minggu?

4. Apakah yang menjadi penghambat/kesulitan guru sekolah minggu

dalam mengajar anak-anak?

5. Bagaimana strategi dan metode saudara dala mengajar sekolah

minggu?

6. Menurut saudara apakah perlu guru sekolah minggu

meningkatkan kualitas mengajar?

Sub fokus 3 Pastoral bagi peningkatan mengajar Guru sekolah minggu di

GBI Bukit Zaitun Mandala, Medan.

1 Menurut saudara apa yang dimaksud dengan pastoral guru sekolah

minggu?

2 Apakah saudara pernah mengikuti seminar sekolah minggu?

pentingkah guru sekolah minggu mengikuti seminar?apa alasannya!

3 menurut saudara apakah perlu diadakannya pembinaan pastoral bagi

guru sekolah minggu ditempat ini. Jika ya berikan alasannya dan

jika tidak berikan alasannya!

4 Apakah perlu guru sekolah minggu belajar psicology anak?

a. Jika ya berikan alasan

b. jika tidak apa alasan dan apa hambatannya?


60

F. Analisis Data dan Interpretasi Data

a) Analisis Data

Oleh karena penelitian ini menggunakan langkah-langkah penelitian

naturalistik dikemukakan oleh Spradley maka analisis data dilaksanakan

langsung di lapangan bersama-sama dengan pengumpulan data. Ada

empat tahap analisis data yang diikuti dengan pengumpulan data yaitu:

a). analisis domain, b). analisis taksonomi, c). analisis komponen, dan d).

analisis tema.

b) Analisis Domain

Analisis domain dilakukan terhadap data yang diperoleh dari

pengamatan di mana peneliti turut berperanserta/wawancara atau

pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan, yang dapat

54
dilihat di lampiran hasil penelitian. Analisis ini tidak perlu dilakukan

oleh peneliti oleh karena: (1). Peneliti telah menyeleksi situasi sosial di

(GBI) Kingdom Of Love Amplas Medan, menentukan masalah

penelitian yakni pemahaman, motivasi dan tujuan Konseling Kristen bagi

pemuda-pemudi di (GBI) Kingdom Of Love Amplas Medan. (2). Peneliti

telah menetapkan domain yang terpilih dan yang akan diteliti lebih

lanjut. (3). Peneliti telah menyusun pertanyaan-pertanyaan terfokus

berdasarkan sub-sub masalah; dan (4). Peneliti telah menentukan

informan yang menjadi obyek penelitian yakni pemuda-pemudi.

54 Jame P. Spradley, Participant Observation (New York: Rinehart and Winston, 1980),
91-99.
61

c) Analisis Taksonomi

Setelah selesai melakukan analisis domain, dilanjutkan dengan

melakukan pengamatan atau wawancara terfokus berdasarkan fokus yang

sebelumnya telah dipilih oleh peneliti. Data hasil wawancara terfokus

terdapat di catatan lapangan di buku lampiran.

Ada tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis taksonomi yaitu :

1). memilih satu domain untuk dianalisis, 2). mencari kesamaan atas

dasar hubungan semantik yang sama yang digunakan untuk domain itu,

3). mencari tambahan istilah bagian, 4). mencari domain yang lebih besar

dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan sebagai sub bagian dari

domain yang sedang dianalisis, 5). membentuk taksonomi sementara, 6).

mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah

55
dilakukan dan 7). membangun taksonomi secara lengkap.

d) Analisis Komponen

Setelah analisis taksonomi dilakukan wawancara terpilih untuk

memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah

pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat dalam catatan

lapangan yang terdapat di buku lampiran. Delapan langkah yang

dilakukan dalam analisis komponen yaitu: 1). memilih domain yang akan

dianalisis, 2). mengidentifikasikan seluruh kontras yang telah ditemukan,

3). menyiapkan lembar paradigma, 4). mengidentifikasikan dimensi

kontras yang memiliki dua nilai, 5). menggabungkan dimensi kontras

yang berkaitan erat menjadi satu, 6). menyiapkan pertanyaan kontras

55
Jame P. Spradley, Participant Observation, 116-121.
62

untuk ciri yang tidak ada, 7). mengadakan pengamatan terpilih untuk
56
melengkapi data dan 8). menyiapkan paradigma lengkap.

a. Analisis Muatan

Dalam konteks studi kasus, metode analisis yang banyak digunakan

adalah analisa muatan (content analysis), yaitu menguraikan materi

peristiwa sosial secara rinci guna memudahkan interpretasi dalam

57
pembahasan. Ada dua tipe content analysis, yaitu tinjauan kritis

(critical review) dan analisis kritis (critical analysis). Hasil tinjauan kritis

akan menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan (decision

maker), perancang undang-undang (legal drafter), serta menjadi acuan

kajian bagi pendidikan ilmu-ilmu sosial. Penelitian sosial, dan

penyuluhan kepada masyarakat.

b. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan

makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang

sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara

meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan

informasi akurat yang diperoleh dari lapangan.

Interpretasi atau penafsiran bukan suatu pekerjaan otonom peneliti,

namun interpretasi dapat dilakukan melalui interaksi dengan orang lain

56 Ibid, 133-139.
57 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, 56.
63

58
dalam penafsiran suatu peristiwa yang terjadi. Jadi interpretasi data

penelitian dapat di kompromi atau di negosiasi. Dengan kata lain, makna

dari sesuatu data dapat berubah ketika ada orang melihat secara berbeda.

G. Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data merupakan bagian penting dalam

penelitian kualitatif, karena keabsahan data mempengaruhi hasil

penelitian. Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data

diperlukan kriteria dan teknik pemeriksaan data.

1. Kriteria Keabsahan Data

Menurut Moleong, ada empat kriteria pemeriksaan keabsahan data

yang digunakan. yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).

2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keempat kriteria di atas, diterapkan dalam teknik pemeriksanan

keabsahan data. Ada 10 (sepuluh) teknik pemeriksaan keabsahan data,

yakni perpanjangan keikutsertaan. ketekunan pengamatan, trianggulasi,

pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif,

pengecekan anggota, uraian rinci, namun hanya tidak semua yang

peneliti lakukan karena disesuaikan ketercapaian data yang sesuai

dengan kriteria keabsahan data.

58 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, .. 52-53.


BAB IV

PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN, DAN

ANALISA TEMA ETNOGARFI

Pada bab empat ini, penulis akan memaparkan data temuan penelitian,

Pembahasan Temuan Penelitian dan Analisa tema Etnografi yang telah

penulis dapat di tempat penelitian.

A. Paparan Temuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di (GBI) Bukit Zaitun Mandala, Medan.

Terpilihnya obyek penelitian ini di dasarkan pertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut:

a. Peneliti mengenal kondisi lokasi dengan baik, dan juga mempunyai

kerjasama dengan kampus, dan salah satu utusan sekolah untuk weekend

di (GBI) Bukit Zaitun Mandala, Medan ditempat penelitian.

b. Jumlah subjek dapat terpenuhi atau memadai sesuai dengan karakteristik

populasi, sehingga memenuhi syarat sebagai objek penelitian.

2. Latar belakang (GBI) Bukit Zaitun Mandala, Medan

GBI Bukit Zaitun Mandala, Medan adalah sebuah gereja yang

berada dibawah naungan sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI), yang

merupakan anggota dari Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI),

Dewan Pentakosta Indonesia (DPI), dan Persekutuan Injili Indonesia

64
65

(PII). Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bukit Zaitun merupakan salah satu

organisasi gereja yang ada di kota Medan. GBI Bukit Zaitun berlokasi

di Jl. Tangguk Bongkar V, Mandala, Medan. GBI Bukit Zaitun

didirikan oleh Bpk. Pdt. Djaman Sinaga dan beliau juga sebagai

pimpinan dari GBI Bukit Zaitun.

Gereja Bethel Indonesia jemaat Bukit Zaitun dimulai berawal

dari persekutuan kecil yang terdiri dari 2 orang yaitu Gembala Pdt.

Djaman Sinaga, M.A., M. Th dan Istri Pdm. Rosinta Sihombing,

Kemudian menjadi 12 Keluarga. Oleh karena kemurahan dan mujizat

Tuhan maka persekutuan itu berkembang dan kemudian diresmikan

menjadi tempat ibadah yang telah diresmikan pada tanggal 31 Juli 1983

yang beralamat Jl. Murai IX No.238 Perumnas Mandala. Gereja terus

berkembang dan pertumbuhan jemaat semakin meningkat hingga

menjadi 70 Keluarga. Pada tahun 1997 gereja mengalami tantangan

dimana tidak diijinkan untuk melaksanakan ibadah karena banyak

oknum (yang beragama Islam), tidak menyukai adanya kehadiran gereja

di tengah-tengah agama mereka. Namun, Tuhan tetap membuka jalan

sehingga dapat membeli tanah di jl. Tangguk Bongkar V No.85

Mandala.

Pada tanggal 21 Mei 1998 dimulai peletakan batu pertama dan hingga

pada akhirnya gereja dapat dibangun. Jemaat terus bertumbuh dan

dengan perjuangan serta semangat dari Gembala dan doa dari semua

para pelayan, maka sampai saat ini Gereja maju dan dilengkapi dengan

sarana-prasana yang sangat baik dan berkualitas. Jumlah jemaat yang


6
6

beribadah sekarang kurang lebih 200 Jemaat yang beribadah dan 50

anak sekolah minggu.

2. Jadwal Kegiatan Ibadah Selama Satu Minggu di (GBI) Bukit Zaitun

Mandala, Medan.

iminggu Ibadah Pertama dan Sekolah Minggu Pkl. 07.30-09.00 Wib


Ibadah Kedua dan Sekolah Minggu Pkl. 09.30-11.00 Wib
Ibadah Ketiga dan Sekolah Minggu Pkl. 11.30-13.00 Wib
kamis Iadah WBI Pkl.17.00-19.00 Wib
tatihan Ibadah (Pelayan Altar) Pkl. 19.00-21.000 Wib
jjumat Ibadah Doa Malam (Semua Para Pelayan ) (Minggu I dan III)
Pkl. 19.00-21.00 Wib
Ibadah Faith Community (Minggu II dan IV) Pkl. 19.00-21.00
sabtu Ibadah 19.00 - 21.00 Ibadah Pemuda-pemudi

Tabel 1. Rangkuman Subjek Penelitian


IDENTITAS Subyek I Subyek Subyek III Subjek IV Subjek V
II
Nama Ceria Elis Torang Paulus Dewi
Usia 23 24 22 24 27
Domisili Medan Medan Medan Medan Medan
Pendidikan Mahasiswa SE Mahasiswa Mahasiswa Wiraswasta
Jabatan Pelayan Pelayan Pelayan Pelayan Pelayan
dalam gereja Anak Anak Anak Anak Anak

Setelah peneliti menyajikan latar belakang dan juga sudah paparkan

subjek-subjek penelitian, maka peneliti akan memaparkan tentang hasil

penelitian melalui analisa taksonomi dan analisa kompenen berdasarkan

subfokus penelitian.

a. Analisa taksonomi

Sesuai dengan ketiga subfokus tentang pastoral Guru sekolah Minggu


67

bagi peningkatan kualitas mengajar di Gbi Bukit Zaitun Mandala, Medan,

maka peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh setiap data dari para

informan atau narasumber. Narasumbernya terdiri dari tiga orang yang

berperan menjadi seorang pelayan anak di Gbi Bukit Zaitun Mandala, Medan.

Subfokus 1 : Pastoral Guru Sekolah Minggu di (GBI) Bukit Zaitun

Mandala, Medan

Dengan analisis taksonomi, peneliti menemukan kelemahan dan

kekurangan tentang Pastoral Guru Sekolah Minggu yang tidak

dilakukan di (GBI) Bukit Zaitun Mandala, Medan sesuai hasil yang

didapatkan melalui analisis. Setelah melakukan Penelitian dan

melakukan wawancara kepada kepada para guru sekolah minggu,

apakah kalian memahami tentang pastoral Guru Sekolah Minggu?

Informasi yang peneliti dapatkan yaitu kami tidak tahu dan tidak

mengerti tentang pastoral guru sekolah minggu. Hal ini menjadi dasar

bagi peneliti bahwa para pelayan anak tidak memahami dan mengerti

tentang pastoral guru sekolah minggu. Hal lainnya adalah bahwa

gembala tidak pernah memberikan penggembalaan kepada pelayan anak

melainkan menyarankan dengan perintah agar anak dinasehati dengan

baik. Adapun yang mereka pahami tentang pastoral guru sekolah

Minggu dan pelaksanaanya yaitu:

1. Mengajar

Peneliti mengumpulkan data dan menyimpulkan bahwa Pelayan anak di

(GBI) Bukit Zaitun Mandala, Medan melaksanakan Pastoral dengan


68

mengajar anak-anak. Hal ini dilakukan ketika sedang beribadah. Hal

lainnya adalah mereka mengajak anak-anak dengan penuh kasih dan

tanggungjawab. Namun, peneliti melihat bahwa pengertian ini masih

secara umum.

2. Bertanggungjawab

Guru sekolah minggu di GBI Bukit Zaitun Mandala mengetahui bahwa

ketika mereka dijadikan sebagai pelayan anak, maka mereka memiliki

tanggung jawab kepada setiap anak-anak yang mereka didik. Hal ini

akan menjadikan mereka sebagai teladan dan contoh kepada anak-

anak sekolah minggu.

3. mengarahkan

Dalam melakukan wawancara maka peneliti mengetahui bahwa guru

sekolah minggu di GBI Bukit Zaitun mandala akan memberikan

nasehat kepada anak-anak sesuai dengan tingkah laku perbuatan dari

anak. Namun, hal ini masihlah kurang karena guru sekolah minggu

memberikan nasehat dengan penuh kegeraman dan pelampiasan

amarah sesaat sehingga anak menjadi terkekang dan takut kepada

guru sekolah minggunya.

4. teladan

Guru sekolah minggu mengetahui bahwa mereka harus menjadi teladan

bagi anak-anak dengan datang tepat waktu sebelum ibadah sekolah

minggu dimulai. Hal lainnya adalah dengan karakter dan style yang

dapat dicontoh oleh anak-anak. Namun, setelah peneliti melihat


69

situasi dalam ibadah sekolah minggu, peneliti mengetahui bahwa guru

sekolah minggu belum sepenuhnya melakukan teladan yang dapat

ditiru oleh anak-anak.

Subfokus 2 : Guru sekolah Minggu bagi peningkatan kualitas mengajar di

GBI Bukit Zaitun Mandala

Dalam pengumpulan hasil data wawancara dengan guru-guru sekolah

minggu di GBI Bukit Zaitun, maka peningkatan dalam mengajar anak-

anak masih hal-hal yang biasa dan monoton. Peneliti juga mendapat

informasi bahwa guru sekolah minggu tidak memiliki kekreatifan dalam

mengajar anak-anak disebabkan tidak adanya kekompakkan dan

komunikasi yang baik antara para guru sekolah minggu. Peneliti

mendapati juga bahwa anak-anak kesulitan dalam memahami setiap

pengajaran cerita Alkitab dari guru-guru sekolah minggu serta tidak

sedikit anak yang tidak menyukai guru sekolah minggu. Hal lainnya

adalah sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga guru-guru

sekolah minggu terbatas serta terganggu ketika sedang mengajarkan

anak-anak. Hal ini penulis simpulkan bahwa kualitas mengajar guru

sekolah minggu di GBI Bukit Zaitun masih kurang. Adapun cara yang

dilakukan oleh guru sekolah minggu ketika mengajar anak-anak yaitu:

1. Menonton kisah tokoh Alkitab

2. Bermain game

3. Menyampaikan cerita firman Tuhan

4. Menggunakan alat peraga


70

Dalam hal ini, peneliti yang telah ikut bersama-sama dalam pelayanan

anak sekolah minggu dan melihat langsung setiap pengajaran yang

dilakukan oleh guru-guru sekolah minggu. Peneliti menyimpulkan

bahwa kualitas mengajar guru sekolah minggu di GBI Bukit Zaitun

Mandala masih kurang maksimal dan tidak mengalami peningkatan.

Subfokus 3 : penerapan Pastoral Guru sekolah Minggu bagi

peningkatan kualitas mengajar di GBI Bukit Zaitun Mandala

Dalam mengembangkan kualitas guru-guru sekolah minggu dalam

mengajar anak-anak diperlukan suatu cara/pola untuk dapat

mengembangkan setiap pelayanan para guru sekolah minggu. Melalui

pengamatan peneliti dan informasi yang didapatkan dari narasumber

ada beberapa rencana yang akan dilakukan dalam meningkatkan

kualitas mengajar para pelayan anak yaitu:

1. Pastoral mengajar Guru Sekolah Minggu

Evaluasi guru sekolah minggu

2. Seminar TCE

3. Belajar Psikologi Anak

4. Melengkapi sarana prasarana

5. Mengikuti training guru sekolah minggu

b. Analisa Komponen dan kontras

Melalui analisis taksonomi lengkap dan pertanyaan analisis komponen

terdapat data yang diperoleh dari penelitian yaitu;


71

a. Subfokus 1: Pastoral Guru Sekolah Minggu

Subjek Analisis Komponen

1.0 2.0 3.0 4.0

Umum 1.2 3.1,3.2, 4.2

Khusus 1.1 2.1 3.3,3.4 4.1,4.3,4.4,4.

5,4.6

1.0 Pemahaman Pastoral

1.1 kurang

1.2 Penggembalaan kepada domba-domba

2.0 Kepastoralan Kristen

2.1.kurang

3.0 Tujuan Pastoral

3.1 Menasehati

3.2 Menggembalakan

3.3 Memberikan bimbingan

3.4 Membina

4.0 Fungsi Pastoral

4.1 mengajarkan pelayanan

4.2 menegur

4.3 mendidik

4.4 menasehati
72

4.5 memberi pemahaman

4.6 memberi solusi

b. Subfokus 2: Guru Sekolah Minggu bagi peningkatan kualitas

mengajar

Subje Analisa komponen

k 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0

Umum 1.1,1.4 2.2,2.5 3.3 4.1,4.2,4.3,4.4,4. 5.3,54

Khusus 1.2,1.3 2.1,2.3,2.4,2.6,2. 3.1,3.2,3.4,3. 5.1,5.

, 7 5 2

1.0 pengertian guru sekolah minggu

1.1 motivator anak

1.2 Pengajar

1.3 pelayan anak

1.4 teladan

2.0 karakter guru sekolah minggu

2.1 Teladan

2.2 berpakaian sopan

2.3 disiplin

2.4 tutur kata baik

2.5 beradaptasi

2.6 bertanggungjawab
73

2.7 Sabar

3.0 fungsi guru sekolah minggu

3.1 Menjaga sikap

3.2 memberi rasa nyaman

3.3 taat

3.4 mengatur

3.5 memberi pengajaran

4.0 tantangan dalam mengajar

4.1 anak susah ditegur

4.2 beradaptasi/bergaul kepada anak

4.3 Anak yang nakal

4.4 orang tua yang marah

5.0 metode dan strategi mengajar guru

5.1 melakukan pujian

5.2 memberitakan firman

5.3 mengajak anak berdoa

5.4 memberi semangat anak

2. Penerapan Pastoral Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan Kualitas

Mengajar di GBU Bukit Zaitun Mandala

ubjek nalisa Komponen

.0 .0 .0 .0

mum 1 1 1 1

husus
74

1.0 Pastoral Guru Sekolah Minggu

1.1 sangat perlu

2.0 Seminar

2.1 sangat perlu

3.0 Pembinaan Pastoral

3.1 sangat perlu

4.0 Psikologi Anak

4.1 sangat perlu

B. Pembahasan Temuan Penelitian

Pada bagian inis penulis menyajikan temuan penelitian tentang pastoral

guru sekolah minggu di GBI Bukit Zaitun Mandala, Medan. Hasil

penelitian tersebut merupakan temuan yang diperoleh peneliti

dilapangan dengan menggunakan metode taksonomi dan komponen.

Berdasarkan observasi, masalah yang terjadi di GBI Bukit Zaitun

Mandala adalah kurangnya kualitas guru dalam mengajar, kurang efektif

dan monoton dalam mengajar anak sehingga tidak memperhatikan

pertumbuhan anak karena memiliki pemahaman yang kurang dalam

mengajar anak, hal inilah yang menjadikan penulis melakukan

penelitian. Pelayanan penggembalaan di GBI Bukit Zaitun Mandala

memiliki pemahaman pastoral yang masih umum dan belum sempurna

karena hanya sedikit pemahaman pastoral yang dipahami dan diterapkan

kepada guru sekolah minggu, sehingga menjadi berdampak


75

kepada guru sekolah minggu dalam melakukan pelayanan kepada anak-

anak yaitu kurangnya kualitas dalam mengajar. Hal ini menunjukkan

bahwa tujuan penulis dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan

menemukan secara objektif Pastoral di Gereja Bethel Indonesia Bukit

Zaitun Mandala dan bagaimana peningkatan kualitas mengajar serta

pastoral apa yang telah diterapkan bagi pelayan anak.

Dalam melakukan penelitian peneliti menemukan bahwa kurangnya

sarana prasarana serta tidak adanya pelatihan bagi para guru sekolah

minggu menjadi faktor penghambat bagi para guru sekolah minggu

dalam mengajar. Untuk itu perlu adanya pemahaman para guru sekolah

minggu bahwa mereka adalah pemimpin bagi anak-anak dan bersikap

seperti gembala kepada domba-dombanya. Hal lainnya adalah pelayan

anak harus memiliki metode serta cara yang kreatif sehingga anak-anak

tidak menjadi bosan dan selalu rindu untuk melakukan ibadah sekolah

minggu.

Peneliti memberikan beberapan implikasi supaya guru memiliki kualitas

dalam mengajar yaitu dengan dilayani oleh seorang pastoral, mengikuti

seminar TCE dan pelatihan-pelatihan serta belajar psikologi agar

mampu mengetahui sifat sesama guru dan karakter anak.

C. Analisis tema Etnografi

Gereja Bethel Indonesia Bukit Zaitun Mandala, Medan adalah

sebuah gereja yang berada dibawah naungan sinode Gereja Bethel

Indonesia (GBI), yang merupakan anggota dari Persekutuan Gereja-Gereja

di Indonesia (PGI). Gereja GBI Bukit Zaitun Mandala berada dikota


7
6

medan yang sekelilingnya memiliki berbagai agama serta suku dan budaya

yang berbeda-beda. Namun, hal itu tidak menjadi faktor penghambat bagi

para jemaat di GBI Bukit Zaitun untuk melakukan ibadah. Jemaat

memiliki pekerjaan yang berbeda-beda dan selalu mendukung kegiatan

yang dilakukan dalam gereja. Gembala merupakan tokoh yang sangat

penting dalam gereja dan menjadi satu-satunya motivator yang diteladani

oleh para pelayan dan jemaat serta para guru-guru sekolah minggu. Gereja

GBI Bukit Zaitun adalah gereja yang berkembang namun kekurangan

dalam sarana dan prasarana sekolah minggu.

Penerapan Pastoral guru sekolah minggu bagi peningkatan kualitas

mengajar di GBI Bukit Zaitun dapat terlaksana jika ada peran dari gembala

untuk mendukung kegiatan pastoral dan memberikan pelatihan-pelatihan

kepada para guru sekolah minggu sehingga pelayan anak memiliki

pertumbuhan iman dan memiliki hati yang terbeban dalam pelayanan.

Anak-anak yang dilayani pun memiliki pertumbuhan rohani dan

mengetahui bahwa mereka adalah generasi penerus dalam gereja, baik

untuk pertumbuhan dan perkembangan gereja. Hal ini dapat dirumuskan

dalam satu tema yaitu “Ini Aku Tuhan Utuslah Aku”.


BAB V

PENUTUP

Bab V ini adalah bab terakhir yang merupakan bagian terakhir dari

pembahasan-pembahasan sebelumnya. Bab ini berisi kesimpulan, dan juga

saran baik untuk para Guru-Guru Sekolah Minggu dan gembala di (GBI)

Bukit Zaitun Mandala, Medan.

A. Kesimpulan

Dari bab I sampai bab IV maka penulis akan menyimpulkan bahwa

masalah yang dihadapi oleh Guru Sekolah Minggu di GBI Bukit Zaitun

yaitu tidak ada yang mengajarkana tentang pastoral dan kurangnya sarana

prasara serta kurang memiliki cara yang kreatifk dan kurangnya wawasan

dalam mengajarkan anak sekolah minggu dan pemahaman tentang Alkitab

yang benar, hal ini yang sering membuat Guru-guru Sekolah Minggu di

(GBI) Bukit Zaitun Mandala, Medan tidak mengalami perkembangan

dalam mengajar anak-anak. Untuk mengantisipasi hal ini secara khusus

bagi Guru-Guru Sekolah Minggu di (GBI) Bukit Zaitun Mandala, Medan

begitu penting untuk menerapkan Pastoral Guru Sekolah Mingg,

mengikuti seminar dan pelatihan-pelatihan serta belajar tentang psikologi

anak.

Pastoral adalah pemberian bimbingan, pendampingan dan memberi

nasehat serta mengarahkan para guru sekolah minggu untuk tampil lebih

kreatif dan inspiratif secara maksimal dalam mengajarkan anak-anak

77
tentang injil Yesus Kristus serta menjadikan mereka sebagai guru yang

takut akan Tuhan.

B. Saran

Sebagaimana yang sudah diuraikan dari atas, maka hal ini penulis akan

memberikan saran, baik untuk Guru-guru sekolah minggu maupun

Gembala, supaya guru sekolah minggu tetap dididik dan diarahkan kejalan

yang benar supaya menjadi guru yang berkualitas dalam pemahaan firman

Tuhan.

1. Guru Sekolah Minggu harus mengembangkan teknik-teknik dalam

mengajar dan mengenal bahwa diri mereka adalah seorang gembala

bagi anak-anak sekolah minggu.

2. Bagi Gembala, sangat perlu untuk mengajarkan pastoral kepada guru

sekolah minggu karena mereka adalah para guru-guru yang akan

melahirkan para pemimpin-pemimpin dimasa depan dan mencukupkan

setiap sarana prasarana yang diperlukan dalam mengajar anak-anak.


DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J. (2015 ). Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral. Jakarta:


BPK Gunung Mulia.
Arifin, A. (1994). Strategi Komunikasi. Bandung: Armico.
Bangun, Y. (2010). Integritas Pemimpin Pastoral. Yogyakarta: ANDI.
Barna, G. ( 2010). Menumbuhkan Murid-Murid Sejati. Jakarta: Metanoia
Publishing. Beek, A. V. ( 2015). Pendampingan Pastoral. Jakarta: Gunung
Mulia.
Beek, A. V. (1999). Pendampingan Pastoral. Jakarta : BPK Gunung
Mulia. Beuving, F. C. ( 2017). Multiply (Melipatganda). Yogyakarta:
Katalis. Biklen, R. C. (n.d.). Qualitative Research for Education, An
Introduction to Theory and Method.
Bons-Storm, M. (1997). Apakah Penggembalaan Itu. Jakarta: BPK Gunung
Mulia. Brandt, R. L. ( 1982). Karunia-Karunia Rohani. Jawa Timur:
Gandum Mas.
Brandt, R. L. ( 1982). Karunia-Karunia Rohani. Jawa Timur: Gandum Mas.
Budiarjo, T. (2011). Pelayanan Anak yang Holistik. Yogyakarta b:
Andi.dkk, F. D. (2015). Kasih tanpa Pamrih, Tulus tiada Modus. Yogyakarta:
Kanisius. dkk, R. G. (n.d.). Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak-Anak.
Medan: Mitra.
Doherty, S. (2005). Bagaimanakah Mengajarkan Doktrin Alkitab Kepada
Anak Anak. Jakarta : LPAI.
Don S. Otis. (2003). Membina Anak Bermoral. Bandung: Yayasan
Kalam Hidup.
Fances, E. ( 2014). Hidup dalam Kristus. Jakarta: Yasinta.
Hull, B. (2014). Panduan Lengkap Pemuridan. Jakarta: Gloria.
Humes, L. (1982). Arah Pendidikan Kristen. Malang: YPPII.
Ismail, A. (1998). Ajarlah Mereka Melakukan. Jakarta: Bpk Gunung Mulia.
Johnson, D. (2011). Grooming The Next Generation for Success. Yogyakarta:
Andi. Lie, P. (n.d.). Mereformasi Sekolah Minggu.
Lloyd, M. ( 2015). Jangan Gelisah Hatimu. Light Publising.
M, S. S. ( 2005). Bagaimana Anda Mendidik Anak. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Madget, V. (1991). Anak-Anak Mencari Arti Diri. Jakarta : Gunung Mulia.
Meredith, W. R. (1989). An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: penerbit PT
Remaja Rosdakarya.
Ronda, D. (2015). pengantar Konseling Pastoral. Bandung.
Rupp, A. N. (2009). Tumbuh Kembang Bersama Anak. Jakarta: Gunung Mulia.
Setiawan, R. (2006). Inilah Aku. Jawa tengah: Setiawan Literature ministry.
Sidjabat, B. S. ( 1994). Menjadi Guru Profesional: Sebuah Perspektif Kristiani.
Bandung: Kalam Hidup.
Speadley, J. P. ( 1997). Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Yogya. Spradley, J. P. ( 1980). Participant Observation. New York: Rinehart
and Winston. Susabda, Y. B. (2003). Pastoral Konseling. Jawa Timur: Gandum

79
Mas.
Swindoll, C. R. (2009). Meningkatkan Pelayanan Anda. Bandung: Pionir Jaya.
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dep. P & K, K. B.
(1989).Jakarta: Balai Pustaka.
Tu‟u, T. (2007). Dasar-Dasar Konseling Pastoral. (Yogyakarta: ANDI. Tung,
K. Y. ( 2015). Menuju Kristen Impian Masa Kini. Yogyakarta: Andi..
Wijanarko, J. (n.d.). Anak dimata Tuhan. Jakarta: SUARA PEMULIHAN.
Wijaya, A. (2014). Sexsual Holiness. Surabaya: Yada Institutio. Winkel, W. S.
(1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Wiseman, H. B. ( 2003). Menikmati Panggilan di Ladang-Nya.
Yogyakarta: Andi. Wuellner, F. S. (n.d.). Gembalakanlah
Gembala-Gembala-Ku. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Wuellner, F.
S. (n.d.). Gembalakanlah Gembala-Gembala-Ku.
Lampiran Taksonomi

PASTORAL GURU SEKOLAH MINGGU BAGI PENINGKATAN

KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH MINGGU

A. Subfokus 1: Pastoral Guru Sekolah Minggu

Pemahaman Pastoral

- Kurang

- Penggembalaan kepada domba-domba

Kepastoralan Kristen

- Kurang

- Menasehati

- Menggembalakan

- Memberikan bimbingan

- Membina

- Mengajarkan pelayanan

- Menegur

- Mendidik

- Menasehati

- Memberi pemahaman

- Memberi solusi

B. Subfokus 2: Guru Sekolah Minggu bagi peningkatan kualitas

mengajar
Pengertian guru sekolah minggu

- motivator anak

- Pengajar

- Pelayan anak

- Teladan

Karakter guru sekolah minggu

- Teladan

- Berpakaian sopan

- Disiplin

- Tutur kata baik

- Beradaptasi

- Bertanggungjawab

- Sabar

fungsi guru sekolah minggu

- Menjaga sikap

- Memberi rasa nyaman

- Taat

- Mengatur

- Memberi pengajaran

Tantangan dalam mengajar

- anak susah ditegur

- Beradaptasi/bergaul kepada anak

- Anak yang nakal

- Orang tua yang marah


Metode dan Strategi mengajar guru

- Melakukan pujian

- Memberitakan firman

- Mengajak anak berdoa

- Memberi semangat anak

C. Penerapan Pastoral Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan Kualitas

Mengajar di GBU Bukit Zaitun Mandala

Pastoral Guru Sekolah Minggu

- Sangat perlu

- Seminar

- Sangat perlu

Pembinaan Pastoral

- Sangat perlu

- Psikologi Anak

- Sangat perlu

Lampiran I

CATATAN PENELITIAN LAPANGAN

Kode :CPL-01
Judul : Wawancara Torang siregar

Tempat :-

Tanggal/Jam : 06 juli-10 juli 2021

Pewawancara : Kristaufik Waruwu

Disusun :

Keterangan:

Pewawancara melakukan tanya jawab kepada narasumber secara online

melalui via whatsapp, voice note dan chat messenger. Hal ini pewawancara

lakukan karena tidak dapat bertemu langsung kepada narasumber berhubung

prokes kesehatan. Dalam melakukan wawancara maka tidak secara langsung

selesai tetapi bertahap berhubung informan memiliki kesibukkan pribadi. Dalam

mengadakan wawancara ini peneliti menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang

sesuai dengan subfokus dari penelitiaan yaitu: (1) Pastoral Guru Sekolah Minggu

di GBI Bukit Zaitun Mandala (2) Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas

Mengajar di GBI Bukit Zaitun Mandala (3) Penerapan Pastoral Guru Sekolah

Minggu bagi Peningkatan Kualitas Mengajar Di GBI Bukit Zaitun Mandala.

Sub fokus 1: Pastoral Guru Sekolah Minggu di GBI Bukit Zaitun Mandala

P1: Menurut saudara apa yang dimaksud pastoral?

J1: gak tahu bang

P1: apakah saudara memahami kepastoralan kristen (pengembalaan kristen)?

J1: tidak

P1: apakah saudara pernah dilayani oleh seorang pastoral?


J1: belum

P1:menurut kakak apa tujuan pastoral?

J1: untuk menasehati para pengerja

P1: menurut saudara apa fungsi pastoral?

J1 : sangat berfungsi untuk mengajarkan pelayanan

Subfokus 2: Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas Mengajar di

GBI Bukit Zaitun Mandala

P1: menurut saudara apa itu pengertian guru sekolah minggu?

J1:guru sekolah minggu menurut saya seorang yang memahami dan memotivasi

anak untuk berbicara tentang kebenaran dan kehidupan

P1:bagaimanakah karakter seorang guru sekolah minggu dalam mengajar anak-

anak?

J1: sikap seorang guru sekolah minggu harus bisa membimbing dan mendidik

mereka untuk dapat membantu pertumbuhan anak-anak serta dapat mendidik

mereka menjadi pemimpin-pemimpin kristen yang selalu membawa berita

kerajaan Allah kepada dunia.

P1:menurut saudara apa fungsi/peran guru sekolah minggu?

J1: harus bisa menjadi contoh buat anak sekolah minggu dan menjaga sikap buat

anak sekolah minggu

P1:apa yang menjadi tantangan guru sekolah minggu dalam mengajar anak-anak?

J1: mengajar anak-anak tentang firman Tuhan karena saya tidak terlalu tahu bang,

karena disekolah minggu saya hanya main gitar saja. Tapi setahu saya anak itu
ribut dan susah ditegur.

P1: bagaimanakah metode dan strategi saudara dalam mengajar sekolah minggu?

J1: melakukan pujian penyembahan, mendengarkan firman Allah dan melakukan

games atau nonton tentang pertumbuhan anak.

P1: menurut saudara apakah perlu guru sekolah minggu meningkatkan kualitas

mengajarnya?

J1: sangat perlu, karena semakin tua zaman ini semakin jahat buat anak-anak

sekolah minggu yang mudah terikut dan terpengaruh, jadi harus mengajar lebih

berkualitas

Subfokus 3 Penerapan Pastoral Guru Sekolah Minggu bagi

Peningkatan Kualitas Mengajar Di GBI Bukit Zaitun Mandala.

P1:apakah yang dimaksud pastoral guru sekolah minggu?

J1: guru yang memahami bahwa dia adalah seorang gembala bagi anak-anak

P1:apakah saudara pernah mengikuti seminar sekolah minggu?

J1: tidak

P1:menurut saudara apakah perlu diadakannya pembinaan pastoral bagi guru

sekolah minggu ditempat ini. Jika ya berikan alasannya dan jika tidak berikan

alasannya!

J1: ya, supaya guru sekolah minggu memahami setiap kesalahannya

P1: apakah perlu guru sekolah minggu belajar psicology anak?

a. Jika ya berikan alasan

b. jika tidak apa alasan dan apa hambatannya?


J1: ya, sangat perlu karena dengan kita belajar psikologi anak kita dapat

membaca karakteristik si anak bagaimana.


Lampiran 2

CATATAN PENELITIAN LAPANGAN

Kode :CPL-02

Judul : Wawancara ceria geovani simamora

Tempat :-

Tanggal/Jam : 06 juli-10 juli 2021

Pewawancara : Kristaufik Waruwu

Disusun :

Keterangan:

Pewawancara melakukan tanya jawab kepada narasumber secara online

melalui via whatsapp, voice note dan chat messenger. Hal ini pewawancara

lakukan karena tidak dapat bertemu langsung kepada narasumber berhubung

prokes kesehatan. Dalam melakukan wawancara maka tidak secara langsung

selesai tetapi bertahap berhubung informan memiliki kesibukkan pribadi. Dalam

mengadakan wawancara ini peneliti menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang

sesuai dengan subfokus dari penelitiaan yaitu: (1) Pastoral Guru Sekolah Minggu

di GBI Bukit Zaitun Mandala (2) Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas

Mengajar di GBI Bukit Zaitun Mandala (3) Penerapan Pastoral Guru Sekolah

Minggu bagi Peningkatan Kualitas Mengajar Di GBI Bukit Zaitun Mandala.

Sub fokus 1: Pastoral Guru Sekolah Minggu di GBI Bukit Zaitun Mandala
P1: Menurut kakak apa yang dimaksud dengan pastoral?

J1: pastoral itu adalah penggembalaan bagaimana menuntun anak-anak lebih

mengenal bapa kita. Guru sekolah minggu harus bisa memberikan rasa nyaman

kepada anak-anak.

P1: apakah saudara memahami kepastoralan kristen?

J1: tidak

P1: apakah saudara pernah dilayani oleh seorang pastoral?

J1: tidak

P1:menurut kakak apa tujuan pastoral?

J1: untuk menggembalakan jemaat

P1: menurut saudara apa fungsi pastoral?

J1: memberikan teguran kepada orang yang membutuhkan

Subfokus 2: Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas Mengajar di

GBI Bukit Zaitun Mandala

P1: menurut saudara apa itu pengertian guru sekolah minggu?

J1: guru adalah pengajar bagi anak-anak sehingga anak bertumbuh dalam

perkembangan rohani

P1:bagaimanakah karakter seorang guru sekolah minggu dalam mengajar anak-

anak?

J1: guru sekolah minggu harus mengerti dan harus menunjukkan sikapnya bahwa

dia adalah contoh bagi anak-anak. Guru sekolah minggu harus bisa menunjukkan

sikap yang layak dicontoh untuk masa depan anak-anak sekolah minggu baik

dalam sifatnya, tutur katanya dan dari cara dia berpakaian yang sopan.
P1:menurut saudara apa fungsi/peran guru sekolah minggu?

J1: membuat anak kecil itu nyaman dan tidak merasa takut.

P1:apa yang menjadi tantangan guru sekolah minggu dalam mengajar anak-anak?

J1: yah, anak-anak sekolah minggu itu kan bang pastinya ribut. Itu salah satunya,

maka kita harus tegas namun bukan kasar kita beri arahan, mencoba mengobrol

berdua, ajak dia bermain baru beri dia kata-kata yang mudah dimengerti bahwa

anak itu terlalu pendiam itu tidak baik harus berkomunikasi dengan temannya.

P1: bagaimanakah metode dan strategi saudara dalam mengajar sekolah minggu?

J1: yah melalui berceramah tentang cerita Alkitab dan mengajak mereka berdoa

serta menonton video superbook.

P1: menurut saudara apakah perlu guru sekolah minggu meningkatkan kualitas

mengajarnya?

J1:perlu supaya mengerti bagaimana karakter dan bagaimana seharusnya dia

mengajar sekolah minggu

Subfokus 3 Penerapan Pastoral Guru Sekolah Minggu bagi

Peningkatan Kualitas Mengajar Di GBI Bukit Zaitun Mandala.

P1:menurut saudara apakah perlu diadakannya pembinaan pastoral bagi guru

sekolah minggu ditempat ini. Jika ya berikan alasannya dan jika tidak berikan

alasannya!

J1: perlu, supaya mereka memahami bahwa mereka adalah gembala bagi anak-

anak

P1:apakah kakak pernah mengikuti seminar sekolah minggu? apa fungsinya?


J1: iya pernah, disitu guru sekolah minggu diajarkan bagaimana

menggembangkan bakat dan potensinya sebagai seorang pengajar sekolah

minggu. Karena jika guru sedikit ilmu maka sedikit pula praktek yang diterapkan

kepada anak-anak, dan guru sek

olah minggu sebagai pengajar harus mengikuti bagaimana keadaan anak-anak

dijamannya.

P1: apakah perlu guru sekolah minggu belajar psicology anak?

a. Jika ya berikan alasan

b. jika tidak apa alasan dan apa hambatannya?

J1: sangat perlu, supaya pelayan guru bisa memahami dan mengetahui bagaimana

menyelesaikan permasalahan anak.


Lampiran 3

CATATAN PENELITIAN LAPANGAN

Kode :CPL-01

Judul : Wawancara Dewi simanjuntak

Tempat :-

Tanggal/Jam : 06 juli-10 juli 2021

Pewawancara : Kristaufik Waruwu

Disusun :

Keterangan:

Pewawancara melakukan tanya jawab kepada narasumber secara online

melalui via whatsapp, voice note dan chat messenger. Hal ini pewawancara

lakukan karena tidak dapat bertemu langsung kepada narasumber berhubung

prokes kesehatan. Dalam melakukan wawancara maka tidak secara langsung

selesai tetapi bertahap berhubung informan memiliki kesibukkan pribadi. Dalam

mengadakan wawancara ini peneliti menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang

sesuai dengan subfokus dari penelitiaan yaitu: (1) Pastoral Guru Sekolah Minggu

di GBI Bukit Zaitun Mandala (2) Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas

Mengajar di GBI Bukit Zaitun Mandala (3) Penerapan Pastoral Guru Sekolah

Minggu bagi Peningkatan Kualitas Mengajar Di GBI Bukit Zaitun Mandala.

Sub fokus 1: Pastoral Guru Sekolah Minggu di GBI Bukit Zaitun Mandala
P1: Menurut saudara apa yang dimaksud pastoral?

J1: pastoral itu adalah penggembalaan bagi orang-orang percaya terutama kepada

pelayan gereja.

P1: apakah saudara memahami kepastoralan kristen?

J1: kurang tahu!

P1: apakah saudara pernah dilayani oleh seorang pastoral?

J1: tidak

P1:menurut kakak apa tujuan pastoral?

J1: tujuannya dari penjelasan kamu bahwa pastoral itu berupa penggembalaan

yaitu memberikan bimbingan kepada para pelayan terutama para guru sekolah

minggu dan para pelayan gereja.

P1: menurut saudara apa fungsi pastoral?

J1: kamu bilang tadi kalau pastoral adalah penggembalaan dan menurut saya yah

taufik peran atau fungsi gembala itu adalah mendidik, menasehati dan

mengajarkan tentang pelayanan kepada jemaat Tuhan.

Subfokus 2: Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas Mengajar di

GBI Bukit Zaitun Mandala

P1: menurut saudara apa itu pengertian guru sekolah minggu?

J1: guru yang siap utk melayani anak-anak guru sekolah Minggu bukan hanya

sebagai profesi tapi itu panggilan dari Tuhan

P1:bagaimanakah karakter seorang guru sekolah minggu dalam mengajar anak-

anak?

J1: memiliki kesopanan dari penampilan ,disiplin dalam waktu saat melayani,cara
bicara harus dijaga apalagi kita sedang berinteraksi sama anak, harus bisa

mendidik anak, membimbing anak sesuai dengan ajaran kebenaran Firman Tuhan

P1:menurut saudara apa fungsi/peran guru sekolah minggu?

J1: Yang pastinya kita diperhadapkan dengan anak-anak yang berlatar belakang

sifat dan karakter anak yang berbeda-beda, harus siap ditegur jika ada suatu

kesalahan apapun dalam melayani anak-anak ,siap sedia menjadi pelaku Firman

Tuhan serta mampu menjadi guru yang taat dan teladan didalam panggilannya.

P1:apa yang menjadi tantangan guru sekolah minggu dalam mengajar anak-anak?

J1: hal yang sangat sulit itu adalah beradaptasi sama mereka, bergaul sama

mereka. Kalau misalnya mengajar mereka kita harus menjadi seperti anak-anak.

Sarana prasana juga sangat menghambat kita dalam mengajar karena ruangannya

sempit.

P1: bagaimanakah metode dan strategi saudara dalam mengajar sekolah minggu?

J1: Metode yang dilakukan oleh guru sekolah Minggu ialah guru harus bisa

menguasai segala penyampaian apa yang disampaikan kebenaran Firman Tuhan

kepada anak, guru juga perlu kreatif agar anak tidak fakum atau menoton serta

guru harus mampu mengatasi ruang kelas anak sesuai dibagian wakil masing-

masing, dan perlunya buku panduan untuk mengajar anak.

P1: menurut saudara apakah perlu guru sekolah minggu meningkatkan kualitas

mengajarnya?

J1: Owh sangat perlu sekali, karna dari cara kualitas ngajar anak sangat

dibutuhkan yang namanya latihan khusus buat guru juga perlu seminar buat para

guru sekolah Minggu dan pentingnya pertemuan rapat bagi para guru sekolah

Minggu, untuk melakukan perencanaan apa yang harus dipersiapkan selama 1


bulan segala kegiatan mengajar anak. harus ada pendapat atau usulan yang unik

maupun menarik buat anak-anak.

Subfokus 3 Penerapan Pastoral Guru Sekolah Minggu bagi

Peningkatan Kualitas Mengajar Di GBI Bukit Zaitun Mandala.

P1: menurut saudara apakah perlu diadakannya pembinaan pastoral bagi guru

sekolah minggu ditempat ini. Jika ya berikan alasannya dan jika tidak berikan

alasannya!

J1: perlu supaya guru itu memahmi bagaimana dia melayani anak-anak dan tahu

mengajarkan hal –hal yang baik kepada anak-anak. Dan tidak melakukan

pelayanan itu sebagai rutinitas tapi harus menjadi teman bagi anak-anak tersebut.

P1:menurut saudara apakah saudara pernah mengikuti seminar sekolah minggu?

J1: perlu dan sangat penting mengajarkan kita kreatif, karena begini yang

namanya menjadi guru bukanlah hal yang mudah karena beradaptasi dengan anak-

anak, bagaimana mental kita harus berani, berbicara begitu. Karena menadaptasi

sama anak-anak ini kita harus bisa berbaur sama mereka. Kalau kita ngajar mereka

kita harus bersifata seperti kekankka-kannakan, karena anak-anak ini ngak bisa

kita ajak dalam hal yang dewasa tidak karena anak-anak kita ajarkan dengan cara

anak-anak.

P1: apakah perlu guru sekolah minggu belajar psicology anak?

a. Jika ya berikan alasan

b. jika tidak apa alasan dan apa hambatannya?

J1: Menurut saya perlu juga guru sekolah Minggu belajar psikologi, karna itu satu
pelajaran yang sangat penting untuk bisa menilai sifat karakter anak baik dan

buruknya serta latar belakang kehidupan anak, dan guru juga akan bisa

berinteraksi dengan anak dari cara alunan, guru juga akan tahu jiwa setiap anak itu

seperti apa "sehingga kita mampu merangkul mereka dengan cinta kasih sayang

yang berasal dari bapa kita disorga, dan kita akan tahu bagaimana cara mengasihi

mereka serta menjadi wakil dari orang tua mereka, intinya itulah yang terbaik buat

anak.
Lampiran 4

CATATAN PENELITIAN LAPANGAN

Kode :CPL-01

Judul : Wawancara Paulus

Tempat :-

Tanggal/Jam : 06 juli-10 juli 2021

Pewawancara : Kristaufik Waruwu

Disusun :

Keterangan:

Pewawancara melakukan tanya jawab kepada narasumber secara online

melalui via whatsapp, voice note dan chat messenger. Hal ini pewawancara

lakukan karena tidak dapat bertemu langsung kepada narasumber berhubung

prokes kesehatan. Dalam melakukan wawancara maka tidak secara langsung

selesai tetapi bertahap berhubung informan memiliki kesibukkan pribadi. Dalam

mengadakan wawancara ini peneliti menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang

sesuai dengan subfokus dari penelitiaan yaitu: (1) Pastoral Guru Sekolah Minggu

di GBI Bukit Zaitun Mandala (2) Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas

Mengajar di GBI Bukit Zaitun Mandala (3) Penerapan Pastoral Guru Sekolah

Minggu bagi Peningkatan Kualitas Mengajar Di GBI Bukit Zaitun Mandala.

Sub fokus 1: Pastoral Guru Sekolah Minggu di GBI Bukit Zaitun Mandala
P1: Menurut saudara apa yang dimaksud pastoral?

J1: pastoral adalah tentang penggembalaan bagi para domba-dombanya.

P1: apakah saudara memahami kepastoralan kristen?

J1: tidak bang

P1: apakah saudara pernah dilayani oleh seorang pastoral?

J1: pernah, karena sering opung pendeta memberikan dukungan kepada saya

dalam pelayanan

P1:menurut kakak apa tujuan pastoral?

J1: yah, untuk membina para pelayan dan memberikan nasehat kepada mereka.

P1: menurut saudara apa fungsi pastoral?

J1: seperti yang abang bilang tadi yah, maka menurut saya fungsi pastoral yaitu

memberikan pemahaman bagi semua para pelayan gitu.

Subfokus 2: Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas Mengajar di

GBI Bukit Zaitun Mandala

P1: menurut saudara apa itu pengertian guru sekolah minggu?

J1: guru sekolah minggu adalah guru yang mampu untuk memberikan keteladanan

dan memiliki hati yang terbeban dalam mengajar anak.

P1:bagaimanakah karakter seorang guru sekolah minggu dalam mengajar anak-

anak?

J1: bertanggung jawab akan anak-anak sekolah minggunya, sama hal nya dengan

gembala yang bertanggungjawab akan domba-dombanya.

P1:menurut saudara apa fungsi/peran guru sekolah minggu?

J1: mengatur anak-anak sekolah minggu agar menjadi anak yang lebih baik, yang
mau dengar-dengaran

P1:apa yang menjadi tantangan abang ketika mengajar anak-anak?

J1: ketika ada anak yang terlalu aktif atau berlebihan atau lasak, maka biasanya

saya sekedar menegur adek itu dengan mengatakan bahwa teman-temannya akan

terganggu ketika adek ribut. Disekolah minggu ada juga anak yang nakal atau usil

yang suka mengganggu temannya karena ingin mencari perhatian dan hal itu

biasanya saya menegur dengan mengajak dia mengobrol gitu.

P1: bagaimanakah metode dan strategi saudara dalam mengajar sekolah minggu?

J1:sebelum ibadah kita memulai berbicara memberi semangat kepada anak

sebelum ibadah sehingga meningkatkan minat mereka. Itu adalah cara yang akan

membuat anak berani.

P1: menurut saudara apakah perlu guru sekolah minggu meningkatkan kualitas

mengajarnya?

J1: perlu supaya guru memiliki pengalaman yang baru dan mampu mengajar anak

lebih praktis dan mudah anak memahami pengajaran Firman Tuhan yang

disampaikan.

Subfokus 3 Penerapan Pastoral Guru Sekolah Minggu bagi

Peningkatan Kualitas Mengajar Di GBI Bukit Zaitun Mandala.

P1:menurut saudara apakah perlu diadakannya pembinaan pastoral bagi guru

sekolah minggu ditempat ini. Jika ya berikan alasannya dan jika tidak berikan

alasannya!

J1: Ya bang.. itu sangat perlu karena dimana kita agar tahu pelayanan apa yang
kita kerjakan sampai sekarang dan supaya kita bersikap sebagai seorang gembala.

P1:menurut saudara apakah saudara pernah mengikuti seminar sekolah minggu?

J1: penting karena diseminar kita diajari bagaimana menjadi guru sekolah minggu

yang baik, bagaimana berpakaian bertutur menyampaikan firman Tuhan referensi

firman, buku dan alat peraga dal am menyampaikan firman, lagu dan games.

Namun hal itu seperti kurang berdampak kalau hanya untuk diri saja dan tidak

menghidupinya itu omong kosong dan gk ada dibawa kepelayanan anak. Hal itu

sebenarnya bukan diseminarnya tapi kita terbeban dalam pelayanan anak dan

aktivitas serta kegiatan dan firman Tuhan. Jadi seminar itu sangat penting karena

menambah wawasan dan referensi kita dalam menyampaikan firman Tuhan P1:

apakah perlu guru sekolah minggu belajar psicology anak?

a. Jika ya berikan alasan

b. jika tidak apa alasan dan apa hambatannya?

J1: sangat perlu karena psikologi kan membahas tentang kita yang mampu

menjiwai anak gituloh. Jadi menurut saya itu sangat perlu, karena banyak anak

yang memiiki sifat dan karakter yang berbeda-beda dan memang susah untuk kita

lakukan pendekatan. Jadi kalau ditanya apakah perlu untuk belajar psikologi anak

maka itu sangat perlu!.


Lampiran 5

CATATAN PENELITIAN LAPANGAN

Kode :CPL-01

Judul : Wawancara Elisya Simalango

Tempat :-

Tanggal/Jam : 06 juli-10 juli 2021

Pewawancara : Kristaufik Waruwu

Disusun :

Keterangan:

Pewawancara melakukan tanya jawab kepada narasumber secara online

melalui via whatsapp, voice note dan chat messenger. Hal ini pewawancara

lakukan karena tidak dapat bertemu langsung kepada narasumber berhubung

prokes kesehatan. Dalam melakukan wawancara maka tidak secara langsung

selesai tetapi bertahap berhubung informan memiliki kesibukkan pribadi. Dalam

mengadakan wawancara ini peneliti menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang

sesuai dengan subfokus dari penelitiaan yaitu: (1) Pastoral Guru Sekolah Minggu

di GBI Bukit Zaitun Mandala (2) Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas

Mengajar di GBI Bukit Zaitun Mandala (3) Penerapan Pastoral Guru Sekolah

Minggu bagi Peningkatan Kualitas Mengajar Di GBI Bukit Zaitun Mandala.

Sub fokus 1: Pastoral Guru Sekolah Minggu di GBI Bukit Zaitun Mandala
P1: Menurut saudara apa yang dimaksud pastoral?

J1: pastoral yaitu penggembalaan yang dimana seorang gembala memberikan

pengajaran bagi para hamba-hamba Tuhan. Seperti itulah yang saya pahami.

P1: apakah saudara memahami kepastoralan kristen?

J1: tidak bang

P1: apakah saudara pernah dilayani oleh seorang pastoral?

J1: belum pernah sih bang, karena selama saya melakukan pelayanan anak.

Gembala belum pernah memberikan arahan atau nasehat melainkan memberikan

perintah agar anak-anak itu di atur, gitu bang.

P1:menurut kakak apa tujuan pastoral?

J1: agar para pelayan digereja menjadi tahu bagaimana mereka melakukan

pelayanan yang telah dipercayakan kepada mereka

P1: menurut saudara apa fungsi pastoral?

J1: kalau menurut saya pastoral itu sangat berfungsi untuk mendidik kita dalam

pelayanan, memberikan solusi dan mengarahkan.

Subfokus 2: Guru Sekolah Minggu bagi Peningkatan kualitas Mengajar di

GBI Bukit Zaitun Mandala

P1: menurut saudara apa itu pengertian guru sekolah minggu?

J1: arti guru sekolah minggu adalah pengajar anak sedangkan sekolah minggu itu

buat saya adalah kegiatan ibadah yang dilakukan disebuah tempat ibadah yang

dilakukan setiap hari minggu dan suatu pelayanan yang membawa anak " itu lebih

mengenal pada penciptanya

P1:bagaimanakah karakter seorang guru sekolah minggu dalam mengajar anak-


anak?

J1: Kalo menurut saya sikap seorang guru sekolah minggu itu yaitu paham akan

ajaran kristen dia harus bisa berinteraksi dengan baik terhadap sianak, harus sabar.

P1:menurut saudara apa fungsi/peran guru sekolah minggu?

J1: Fungsi guru sekolah minggu yaitu memberi pemahaman materi agama kristen

pada anak sekolah minggu dan mengenalkannya pada pencipta nya

P1:apa yang menjadi tantangan guru sekolah minggu dalam mengajar anak-anak?

J1: ketika para guru sekolah minggu ingin memgaplikasikan materi nya, lalu

ketika ada orang tua datang terus marah" karna si anak sekolah minggu itu hanya

ditegur kecil

P1: bagaimanakah metode dan strategi saudara dalam mengajar sekolah minggu?

J1: Metode ceramah( khotbah )

Metode diskusi( misalnya mengadakan tanyak jawab gitulah)

P1: menurut saudara apakah perlu guru sekolah minggu meningkatkan kualitas

mengajarnya?

J1: Perlu,karna Guru adalah tokoh utama penentu kualitas dalam dunia

mengajar,&Kualitas si anak sekolah minggu berbanding lurus dengan kualitas

guru pelayan anak.

Subfokus 3 Penerapan Pastoral Guru Sekolah Minggu bagi

Peningkatan Kualitas Mengajar Di GBI Bukit Zaitun Mandala.

P1: menurut saudara apakah perlu diadakannya pembinaan pastoral bagi guru
sekolah minggu ditempat ini. Jika ya berikan alasannya dan jika tidak berikan

alasannya!

J1: iyah, menurut saya itu sangat perlu supaya guru memahami bagaimana harus

menyikapi seorang anak-anak sekolah minggu

P1:menurut saudara apakah saudara pernah mengikuti seminar sekolah minggu?

J1: iyah itu sangat penting karena diseminar itu akan dikasih tahu kepada guru

sekolah minggu bagaimana menjadi guru sekolah minggu yang baik terus kayak

dikasih pelatihan-pelatihan gitu agar setiap guru sekolah minggu yang

mengikutinya lebih siap untuk menjadi guru sekolah minggu yang lebih baik

P1: apakah perlu guru sekolah minggu belajar psicology anak?

a. Jika ya berikan alasan

b. jika tidak apa alasan dan apa hambatannya?

J1: anak memiliki sifat yang berbeda-beda, yang dewasa(setiap orang) punya

karakter yang berbeda, ada anak yang pendiam dan ada anak yang lebih aktif,

bagaimana caranya kita supaya mereka akrap yaitu kita belajar psikologi anak,

mungkin dengan membaca buku-buku atau website di internet supaya mengetahui

karakter anak yang rewel dan ekstrovert, jadi itu sangat perlu sih.
RIWAYAT HIDUP

Nama : Kristaufik Waruwu


Tempat/Tanggal lahir : Siana‟a, 30 Desember 1999
Agama : Kristen

RIWAYAT KELUARGA
Nama Ayah : Siyaia Waruwu
Nama Ibu : Yuniati Gulo

1. Tamat 2011, SD NEGERI 076715 SIANA‟A


2. Tamat 2014, SMP NEGERI 1 MANDREHE
3. Tamat 2017, SMA NEGERI 1 MANDREHE
RIWAYAT PELAYANAN
1. GBI Bintang Meriah Pancur Batu, Desember 2017
2. GSJA Agape Lau Cih, Simalingkar, januari-juni 2018
3. GKAI Tareng Sibau, Kalimantan, september 2018-juni 2019
4. GBI Bukit Zaitun Mandala, Medan, Agustus 2019-Maret 2020
5. GMII Pematangsiantar Cabang Jemaat Hutagalung, Samosir, Agustus
2020-Juli 2021

Anda mungkin juga menyukai