Anda di halaman 1dari 6

PERTUMBUHAN GEREJA

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pertumbuhan gereja

Disusun oleh

Samena Bahleri

Program Sarjana Kependetaan


Sekolah Tinggin Teologi Yestoya
Malang
Tahun 2019
Daftar isi

i. Sejarah

1.1Awal pendirian

1.2Perkembangan

1.3Kompleksitas nama jemaat

1.4Dikeluarkan dari Sinode Gereja Bethel Indonesia

1.5Rekonsiliasi pemimpin

1.6Generasi selanjutnya

ii. Pengakuan iman


iii. Sinode baru
iv. Pranala luar
Sinode Gereja Bethany Indonesia, atau singkatnya Gereja Bethany merupakan
sebuah Sinode Gereja yang berbadan hukum berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Gereja Bethany
merupakan salah satu gereja berdenominasi Pentakosta kharismatik. Gereja ini merupakan
anggota dari Persekutuan Injili Indonesia(PII)

Logo: "Sinode Gereja Bethany Indonesia".

Sejarah
Sinode Gereja Bethany Indonesia berdiri dan diakui pemerintah secara resmi melalui
Surat Keputusan Dirjen Bimas Kristen Departemen Agama RI No. DJ.III/Kep/HK
00.5/5/158/2003 pada tanggal 17 Januari 2003. Namun, sejarah Gereja Bethany sudah dimulai
puluhan tahun sebelum Gereja ini berdiri secara independen sebagai sebuah sinode tersendiri.
Awal pendirian
Pada tahun 1978, Gereja Bethany didirikan oleh Pdt. Prof. DR. Abraham Alex
Tanuseputra, di Jalan Manyar Rejo II/36-38, Surabaya. Gereja Bethany pada saat itu tergabung
sebagai bagian dari Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI), sehingga disebut sebagai "GBI
Jemaat Bethany" atau "GBI Bethany". Dalam penggembalaan umat GBI Jemaat Bethany ini, Pdt.
Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra mencetuskan "Successful Bethany Families" sebagai visi
gereja tersebut.
Perkembangan
Pada tahun 1985 mulai dibangun gedung gereja berkapasitas 3.500 orang sebagai tempat
ibadah Gereja Bethany Pusat di Jalan Manyar Rejo II/36-38, Surabaya dan selesai pada
tahun 1986. Tahun 1987, dimulai visi pembangunan Graha Bethany, Nginden, Surabaya dengan
kapasitas 35.000 orang dan selesai pada tahun 2000.
Pada tahun 1988, GBI Jemaat Bethany mengutus Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo guna membuka
gereja lokal (cabang) di Jakarta. Pada tahun 1989, GBI Jemaat Bethany mengutus Pdt. Dr.
Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana guna membuka gereja lokal (cabang) di Denpasar, Bali.
Dengan pembukaan cabang-cabang tersebut, GBI Jemaat Bethany membagi pelayanannya di
Indonesia menjadi GBI Jemaat Bethany wilayah Indonesia bagian barat yang dipimpin oleh Pdt.
Dr. Ir. Niko Njotorahardjo; wilayah Indonesia bagian tengah yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Yusak
Hadisiswantoro, M.A. (menantu Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra); dan
wilayah Indonesia bagian timur yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana.
Adapun Pdt. DR. Abraham Alex Tanuseputra perintis Gereja Bethany yang juga Gembala
Sidang Senior di gereja tersebut.
Hingga tahun 2000, menurut statistik gereja tersebut, diklaim telah mendirikan hampir 1.000
GBI Jemaat Bethany lokal yang tersebar di seluruh Indonesia dan di luar negeri, dengan jemaat
mencapai 250.000 jemaat.
Kompleksitas nama jemaat
Pada tahun 1997 (dan diperkuat pada Sidang Sinode tahun 2000) Sinode Gereja Bethel
Indonesia (GBI) mengeluarkan keputusan bahwa seluruh gereja lokal yang tergabung dalam
Sinode Gereja Bethel Indonesia harus menanggalkan nama-nama jemaat lokal. Dengan
demikian, gereja lokal akan disebut dengan nama GBI disertai dengan nama jalan/tempat di
mana gereja tersebut berada. Perubahan nama ini membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat
diterima oleh jemaat-jemaat lokal di lingkup Sinode Gereja Bethel Indonesia, termasuk oleh GBI
Jemaat Bethany.
Pada tahun 2002, GBI Jemaat Bethany wilayah Indonesia bagian barat yang dipimpin oleh Pdt.
Dr. Ir. Niko Njotorahardjo menyatakan akan mengikuti keputusan Sinode GBI untuk
menurunkan nama Jemaat Bethany. Keputusan ini diikuti oleh seluruh gereja lokal yang
tergabung dalam koordinasi GBI Jemaat Bethany wilayah Indonesia bagian barat yang berada di
bawah pembinaan Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo. Demikian pula seluruh gereja lokal yang
tergabung dalam koordinasi GBI Jemaat Bethany wilayah Indonesia bagian timur yang dipimpin
Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana memutuskan untuk menanggalkan nama tersebut.
Dengan digantinya nama GBI Jemaat Bethany ini di kedua wilayah tersebut, diikuti juga
sekaligus dengan menanggalkan visi "Successful Bethany Families".
Namun sedikit berbeda dengan GBI Jemaat Bethany wilayah Indonesia bagian tengah, sebab
ternyata Pdt. DR. Abraham Alex Tanuseputra hanya bersedia untuk menurunkan nama GBI
Jemaat Bethany, tetapi ia menolak untuk menurunkan visi gereja "Successful Bethany Families"
yang telah diusung selama bertahun-tahun. Visi ini pun tetap didukung oleh seluruh gereja lokal
yang tergabung dalam koordinasi GBI Jemaat Bethany wilayah Indonesia bagian tengah.
Dikeluarkan dari Sinode Gereja Bethel Indonesia
Pada tanggal 11 Desember 2002, Pdt. Ir. Leonard Limato, M.A. mendirikan Sinode
Gereja Bethany Indonesia, dengan akta Nomor 2 di Notaris WINARKO, SH dan telah
didaftarkan pada :
1.  Kantor  Wilayah  Provinsi Jawa Timur Departemen Agama RI, tanggal 15 Januari 2003, No:
Wm.07.02/BA.01.1/103/2003.
2.   Direktur  Jenderal  Bimbingan Masyarakat Kristen Departemen Agama  RI, tanggal 17
Januari 2003, No :  DJ.III/Kep/HK.00.5/5/158/2003. 
sehingga pada tanggal 17 Januari 2003, Sinode Gereja Bethany Indonesia pun resmi berdiri
sebagai badan hukum gereja.
Sinode yang baru berdiri ini dipimpin oleh Pdt. Ir. Leonard Limato, M.A.
Dengan demikian seluruh gereja lokal yang semula tergabung dalam koordinasi GBI Jemaat
Bethany di seluruh Indonesia pun telah resmi terpecah menjadi tetap menggabungkan diri ke
dalam Sinode Gereja Bethel Indonesia atau memilih keluar dan menggabungkan diri ke dalam
Sinode Gereja Bethany Indonesia.
Gereja-gereja lokal yang tergabung dalam koordinasi GBI Jemaat Bethany
wilayah Indonesia bagian tengah bersalin menjadi menggabungkan diri ke dalam Sinode Gereja
Bethany Indonesia. Sementara Sinode Gereja Bethany Indonesia telah berdiri secara resmi,
namun Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra secara eksplisit menyatakan tidak masuk
dalam Sinode Gereja Bethany Indonesia dan memilih tetap berada pada Sinode Gereja Bethel
Indonesia.
Akhirnya, setelah usaha-usaha rekonsiliasi antara Pdt. Prof. DR. Abraham Alex
Tanuseputra dengan Sinode Gereja Bethel Indonesia tidak membawa hasil, Pdt. Prof.
DR. Abraham Alex Tanuseputra akhirnya diberhentikan (dikeluarkan) dari Sinode Gereja Bethel
Indonesia melalui surat pemberhentian oleh Badan Pekerja Lengkap Sinode Gereja Bethel
Indonesia dan mensinyalir bahwa Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra berada di dalam
dua sinode (Sinode Gereja Bethany Indonesia dan Sinode Gereja Bethel Indonesia).
Pada bulan Juli 2003, Badan Pendiri Sinode Gereja Bethany Indonesia resmi meminta Pdt. Prof.
DR. Abraham Alex Tanuseputra untuk bergabung dengan Sinode Gereja Bethany Indonesia.
Pada tanggal 16 hingga 18 September 2003, digelar Sidang Raya Sinode I Gereja Bethany
Indonesia di Graha Bethany Nginden - Surabaya, dan menghasilkan keputusan memilih Pdt.
Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra sebagai Ketua Umum Sinode dan Pdt. Freddy Zacharia
Riva sebagai Sekretaris Umum Sinode - untuk masa tugas 18 September 2003 sampai dengan
tanggal 18 September 2007.
Rekonsiliasi pemimpin
Rekonsiliasi pemimpin Gereja Bethany terjadi pada 17-19 Agustus 2010 bersamaan
dengan SPGI 2010 di Graha Bethany Nginden - Surabaya. Terjadi rekonsiliasi para pemimpin
dan pendahulu Gereja Bethany, yakni: Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra, Pdt. Dr.
Ir. Niko Njotorahardjo, Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana, dan Pdt. Dr. Yusak
Hadisiswantoro, M.A. Sejak momen rekonsiliasi pemimpin inilah, terjadi kesatuan hati (unity)
kembali antara para pemimpin Gereja Bethany.
Generasi selanjutnya
Setelah masa jabatan Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra sebagai Ketua Umum
Majelis Pekerja Sinode berakhir pada tanggal 18 September 2007, ternyata tidak pernah
diselenggarakan Sidang Raya, tetapi dibuat Akta Perubahan, tanggal 24 Oktober 2007, No. 2 di
Notaris MUFIDAH IRMA SAFITRI, SH - perubahan pokoknya dari anggaran dasar sebelumnya
adalah mengangkat Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra sebagai Ketua Dewan Rasuli dan
Bapak Bethany dengan hak memveto.
Akta Perubahan, tanggal 24 Oktober 2007, No. 2 di Notaris Mufidah Irma Safitri, SH tidak
pernah mendapatkan persetujuan dari Departemen Agama RI karena bertentangan dengan
anggaran dasar sebelumnya, yang menghendaki setiap perubahannya harus melalui sidang raya.
Dengan dasar Akta Perubahan, tanggal 24 Oktober 2007, No. 2 di Notaris Mufidah Irma Safitri,
SH - kemudian Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra sebagai Ketua Dewan Rasuli Sinode :
1. pada tanggal 23 Januari 2008 menerbitkan surat No. 001/SKEP/DRS/GB/I/2008 dan
mengangkat anak kandungnya yaitu : Pdt. DAVID ASWIN TANUSEPUTRA sebagai Ketua
Umum Majelis Pekerja Sinode Gereja Bethany Indonesia – masa pelayanan 2008 – 2012.
2. pada tanggal 10 Mei 2012, menerbitkan surat No. 10/SKEP/DRS/GB/V/2012 dan mengangkat
anak kandungnya, yaitu : Pdt. DAVID ASWIN TANUSEPUTRA sebagai Ketua Umum Majelis
Pekerja Sinode Gereja Bethany  Indonesia – masa pelayanan 2012 – 2016.
Pada tahun 2012, Pdt. David Aswin Tanuseputra (putra pertama anak kedua dari pasangan: Pdt.
Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra dengan Ibu Yenny Oentario), ditahbiskan oleh Ketua
Dewan Rasuli Sinode Gereja Bethany Indonesia menjadi Gembala Sidang Gereja Bethany
Indonesia sekota Surabaya dan juga merangkap sebagai Ketua Sinode Gereja Bethany Indonesia
guna meneruskan pelayanan Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra. Sedangkan Pdt. Prof.
DR. Abraham Alex Tanuseputra sendiri saat ini menempati posisi sebagai Gembala Sidang
Senior dan sekaligus juga adalah sebagai Gembala Pendiri Bethany.

Pengakuan iman
Gereja Bethany Indonesia, mengakui, menerima, dan menetapkan Pengakuan Iman
Rasuli sebagai Pengakuan Iman Gereja Bethany Indonesia.

Sinode baru
Dalam perkembangan pelayanan Sinode Gereja Bethany Indonesia yang diketuai oleh Pdt. David
Aswin Tanuseputra, kemudian muncullah sinode baru di bawah penggembalaan Pdt. Dr. Yusak
Hadisiswantoro, M.A. yang bernama Sinode Gereja Yesus Hidup Sejati Indonesia (Sinode
Gereja YHS Indonesia) dengan motto "Yakin Hidup Sukses". Pdt. Dr. Yusak Hadisiswantoro,
M.A. sendiri semula merupakan Anggota Dewan Rasuli Sinode Gereja Bethany Indonesia dan
juga pernah menjabat sebagai Gembala Senior GBI Jemaat Bethany wilayah Indonesia bagian
tengah yang mana pada saat itu Gereja Bethany masih berada di bawah Sinode Gereja Bethel
Indonesia (GBI).
Sinode baru ini didirikan oleh Pdt. Dr. Yusak Hadisiswantoro, M.A. bersama dengan istrinya,
Pdt. Hanna Asti Tanuseputra (yang juga adalah anak sulung dari pasangan: Pdt. Prof.
DR. Abraham Alex Tanuseputra dengan Ibu Yenny Oentario), dan Pdt. Billy Zakharian (putra
sulung dari pasangan: Pdt. Dr. Yusak Hadisiswantoro, M.A. dengan Pdt. Hanna Asti
Tanuseputra); dan berlokasi ibadah di Ballroom Galaxy Mall - Surabaya. Berkenaan dengan hal
ini, maka koordinator penggembalaan Bethany Manyar yang semula dipegang oleh Pdt. Hanna
Asti Tanuseputra selanjutnya dipegang oleh Pdt. David Aswin Tanuseputra bersama dengan
penggembalaan seluruh cabang Gereja Bethany Indonesia sekota Surabaya. Dengan adanya
sinode baru ini, Sinode Gereja Yesus Hidup Sejati Indonesia (Sinode Gereja YHS Indonesia),
adalah merupakan suatu perkembangan pelayanan yang bertujuan untuk melebarkan tugas
pelayanan jemaat guna menjangkau jiwa-jiwa baru dan memberitakan Injil demi kemuliaan
Tuhan. Hal ini seturut dengan firman Tuhan yang tercantum di dalam Kitab Injil  Matius 28  :
18-20, yang merupakan “Amanat Agung Kristus” dan terkandung makna akan misi
perutusan Gereja Rasuli di tengah-tengah masyarakat dunia yang majemuk.
Sinode Gereja Yesus Hidup Sejati Indonesia (Sinode Gereja YHS Indonesia) ini mempunyai
tujuan untuk mengubah jemaat biasa menjadi hamba Tuhan militan yang aktif melayani di gereja
rasuli dan berkembang tanpa batas dengan gereja-gereja satelit yang terdiri dari keluarga-
keluarga sukses dan bahagia yang dikenan Allah dan manusia. Sinode ini sendiri telah diakui
pemerintah secara resmi melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Kristen Kemenag RI dengan
nomor: DJ.III/Kep/HK.00.5/541/2012, pada tanggal 13 Agustus 2012.

Anda mungkin juga menyukai