NIM : 16011430
(Tinjauan Dogmatis Terhadap Pemahaman Jemaat HKI Dolok Sinai Tentang Ziarah
Subuh Pada Waktu Paskah Dari Pengajaran/Peraturan HKI)
1
Jon Renis Saragih, KONTEMPORER Jurnal Teologi STT Abdi Sabda Medan. Kematian, Paskah dan Ziarah,
(Januari-juni 2013),48.
2
Gambaran latar belakang jemaat HKI Dolok Sinai
3
Rudolf H, Okultisme di kalangan Masyarakat Batak, (Jakarta: Atalya Rileni Sudeco, 2016), 10
4
Ibid, Hal 28
masih ada hubungan yang meninggal dengan orang yang masih hidup 5 Pada
saat Paskah Subuh jemaat HKI Dolok Sinai masih mengingat dan menjalankan
budaya untuk melakukan ziarah kubur pada saat selesai mengikuti ibadah Paskah
Subuh, dengan membersihkan makam dan membawa media seperti ceret yang
berisikan air dan juga menghidupkan rokok yang disukai oleh yang telah mati
pada masa hidupnya dan saat itu pula dihidupkan (sigaret/rokok) dengan
mengatakan maksud dan tujuan kehadiran mereka datang ke makam.
II. Temuan Penelitian
II.1. Hasil Angket
Banyak populasi yang diambil sama dengan banyak orang yaitu 92. Sampel
adalah bagian yang diambil dari populasi.6 Menurut Suharsini Arikunto pada prosedur
yang harus diikuti dalam penarikan sampel dalam penelitian yaitu, jika subjek diteliti
jumlahnya lebih dari 100 orang, maka sampelnya dapat diambil sebanyak 10-15% atau
20-25% atau lebih sesuai kemampuan si peneliti dengan pertimbangan waktu, tenaga, dan
sempit luasnya wilayah pengamatan setiap subjek yang diteliti.7 Dalam hal ini, sampel
yang diambil 10% dari 92 populasi yang ada sehingga sampel adalah 10 orang.
1. 10 0 10 100 0
2. 7 3 10 70 30
3. 10 0 10 100 0
4. 7 3 10 70 30
5. 9 1 10 90 10
6. 4 6 10 40 60
5
Ibid,
6
Burhan Borngin, Metode Penelitian Sosial (Surabaya: Erlangga, 2001), 101.
7
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), 120.
Hasil Penelitian:
1. Secara garis besar, jemaat memahami ziarah paskah subuh masih keliru.
2. Dengan penelitian yang sudah dilaksanakan sangat jelas bahwa pemahaman
jemaat mengenai ziarah yang dilakukan pada saat Paskah Subuh masih keliru
Sebanyak 100% jemaat memahami bahwa ziarah yang dilakukan
pada saat Paskah Subuh merupakan hal yang dilakukan sebagai bentuk
kekeluargaan tanggung jawab untuk membalas jasa yang sudah meninggal
dalam bentuk penghargaan yang dilakukan dalam ritus ziarah kubur dan
poin 4 meyakini bahwa orang yang sudah meninggal dapat memberikan
berkat dan melindungi keluarga dari parabahaya, dan ada pertanyaan
dalam bentuk esai yang sebenarnya memperjelas mengapa menjawab ya dan
tidak untuk memperjelas pemahaman jemaat dan itu dipersiapkan oleh
peneliti yang akan menyeminar, penyeminar merasa mereka beranggapan
bahwa masih ada hubungan yang meninggal dengan yang masih hidup
sehingga meminta untuk mendoakan semua keluarga yang di tinggalkan
agar baik dalam pekerjaan dan pendidikan
II.2. Kesimpulan Temuan Masalah
Apa yang mau dibahas di sini ialah bahwa jemaat masih kurang paham apa
dan bagaimana ziarah dalam Alkitab dan teologi kristen dan masih menjalankan
praktek ziarah kubur pada saat paskah subuh. Dogmatika sangat erat berhubungan
dengan tradisi dogma yang sudah ada. Dogmatika mencari kembali pertanyaan-
pertanyaan dan usul-usul jawaban dari masa lampau. Dogmatika memetik hasil
dari tradisi dogma dan meneruskan serta mengembangkannya. Biasanya
dogmatika mengerjakan masalah yang sudah sejak lama dibahas. Masalah yang
dikerjakan mungkin sudah menghasilkan keterangan dalam berbagai bentuk.8
9
W.R.F. Browning Kamus Alkitab A Dictionary Of The Bible (Jakarta: BPK Gunung Mulia)
10
Tentang bagaimana sebuah ziarah itu memiliki daya transformatif dan bagaimana tuturan tentang
pengalaman ziarah yang tranformatif, lihat Maria Hartiningsih, 2017. Jalan Pulang. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
Bait Suci mendapat kehormatan khusus, disebut dalam Mzm 122:4. Perjalanan
demikian juga umum dalam PB, antara lain perjalanan Kristus dan Yusuf dan
Maria (Luk 2:41 dab). Dalam Mzm 84:6 mengadakan ziarah
III.2. Tinjauan Dogmatis Terhadap Pemahaman Jemaat HKI Dolok Sinai
Tentang Ziarah Subuh Pada Waktu Paskah Dari Pengajaran/Peraturan
HKI
Kebiasaan Ziarah Paskah Subuh di HKI Dolok Sinai diperhadapkan
dengan Ajaran HKI. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh jemaat HKI Dolok
Sinai dengan melakukan ziarah paskah subuh, yang mengandung unsur
kepercayaan kepada roh-roh leluhur dengan meminta berkat dan doa di kuburan
saat melakukan ziarah adalah salah. Hal ini sesuai dengan yang dimuat dalam
Hukum Siasat Gereja Huria Kristen Indonesia dalam Pasal 5 11 "Yang Kena
Siasat", di sana disebutkan jenis-jenis kesalahan yang bertentangan dengan firman
Tuhan, iman Kristen yang dipahami HKI, Tata Gereja dan Peraturan Rumah
Tangga HKI, serta peraturan yang berlaku di HKI. Dalam poin a. Kesalahan
terhadap ajaran (dogma) sub poin nomor 1 disebutkan "Penyembahan berhala
atau menjadi kafir. Artinya, bahwa ia lebih percaya kepada mahluk lain, baik
yang hidup maupun yang mati, dan kepada roh nenek moyangnya yang dia
percayai mempunyai kekuatan dan dapat memberikan permintaannya. Hal itu
dilakukan dengan mengadakan upacara-upacara khusus yang mengandung unsur
kekafiran. Dalam hal ini melihat praktek yang dilakukan oleh jemaat HKI Dolok
Sinai ketika melakukan Ziarah Paskah Subuh, ketika dalam prakteknya, masih
banyak jemaat yang melaksanakan praktik dengan meminta doa kepada roh
leluhur mereka agar diberi berkat dan kekuatan kepada keturunan mereka.
Dalam poin a dan sub poin nomor 6 di sana disebutkan "Yang
melaksanakan kebiasaan kekafiran, seperti:
acara melempar daging sebagai bagian dari upacara pemakaman
orang tua yang meninggal; meminta berkat dari orang yang sudah
meninggal;
memberi makan orang yang sudah meninggal atau tulang-tulang;
memberi sesajen, dll.
Dalam praktik nya juga saat jemaat melaksanakan ziarah paskah subuh,
tidak hanya datang dan meminta doa kepada arwah nenek moyang, tetapi juga
mereka turut memberi sesajen, dalam hal ini rokok, memberikan atau
menghidupkan rokok, yang dianggap sebagai kesukaan dari oppung (leluhur)
mereka semasa hidup di dunia. Tentu sesuai dengan ajaran HKI yang terdapat
11
Hukum Siasat Gereja HKI, dalam Almanak HKI 2020, (Pematang Siantar : Huria Kristen Indonesia, 2020),
370.
dalam Hukum Siasat Gereja HKI, hal ini sudah bertentangan. Karena itu perlu
adanya pendampingan dan penyadaran dari pihak gereja untuk meluruskan
praktik ini dalam kebiasaan jemaat.
III.3. Ziarah dalam Teologi Kristen
Ziarah adalah mengunjungi obyek-obyek yang bersejarah yang dengannya
pengunjung mempunyai ikatan emosional, umpamanya makam pahlawan, makam
leluhur, bekas kediaman orang-orang yang berjasa. Jika perkunjungan itu
bernuansa agama, maka orang-orang mencari obyek-obyek yang berhubungan
dengan agama yang dianutnya. Sekarang orang-orang Kristen banyak berziarah ke
Timur Tengah mengunjungi tempat-tempat yang mempunyai kaitan dengan Yesus
dimasa hidupnya umpamanya Betlehem, tempat kelahiran Yesus, Bethani tempat
pertama sekali Yesus mengadakan mukjizat, Bukit Calvary sehubungan dengan
penyaliban Yesus dan gunung Sinai tempat turunnya Hukum Taurat dan lain-lain.
Ziarah ketempat tersebut tidak sebagai kewajiban, dijalankan adalah demi
Pendidikan kerohanian yang bersangkutan. Ziarah ke makam-makam pahlawan,
nenek moyang, boleh dilakukan tetapi tidak boleh berdoa meminta berkat dari
padanya dan juga tidak boleh mendoakan keselamatan orang.12 Sikap orang
Kristen jelas menyatakan bahwa tidak ada hubungan orang mati dengan orang
hidup, namun perakteknya sering terasa bahwa orang hidup sering berhubungan
dengan orang mati contohnya berbicara di makam13
III.4. Ziarah dalam Suku Batak Toba
Hari kematian dan kebangkitan Yesus Kristus setiap tahunnya menjadi
hari kunjungan ke kuburan keluarga yang telah meninggal. Rangkaian peristiwa
paskah menjadi peristiwa ziarah yang lazim dan sepertinya menjadi sesusatu yang
penting dalam keberimanan orang Kristen. Jika kuburan tidak mempunyai petugas
khusus kebersihan, maka pada hari Jumat Agung (kematian Yesus), masyarakat
secara beramai-ramai pergi ke kuburan untuk membersihkan nya. Hal ini
disebabkan karena mereka akan melaksakan ziarah ke kuburan pada hari Minggu
adalah hari kebangkitan Yesus Kristus. Pagi-pagi sekali masyarakat secara
bersama-sama pergi ke kuburan.14
12
Ahmad Rivai Harahap - Irwansyah Dahlia Lubis – Aisyah, ENSIKLOPEDI PRAKTIS KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA,(MEDAN: IKAPI, 2012), 623.
13
Jon Renis Saragih, KONTEMPORER Jurnal Teologi STT Abdi Sabda Medan. Kematian, Paskah dan Ziarah,
(Januari-juni 2013), 50
14
Ibid, 48
III.5. Sejarah Peran Gereja Kepada Masyarakat/Jemaat yang Melakukan
Ziarah Paskah Subuh
Dalam prakteknya gereja pernah mengkordinir kegiatan seperti ini, dalam
pengertian petugas gereja dengan resmi mengadakan kebaktian bersama di sana.
Praktek ziarah pada Minggu pagi didasari dengan kunjungan Maria pada hari
Minggu pagi tersebut ke kuburan Yesus. Kebangkitan ini menjadi sebuah ritus
perayaan paskah. Hari paskah menjadi hari yang secara khusus diadakan
dikuburan.
Hal ini kemudian berubah secara perlahan-lahan, pada dasawarsa 1980-an
orang tetap pergi kekuburan dan membersihkannya. Namun kebaktian dengan
liturgi yang jelas dan teratur tidak dilakukan lagi. Kordinasi dan peran pengurus
gereja seperti yang terjadi di atas tadi tidak ada lagi. Biasanya masyarakat hanya
berdoa bersama-sama, dan yang sering memimpinnya adalah pengurus gereja
yang juga hadir disana, karena keluarganya ada juga yang di kubur disana, karena
keluarganya ada juga yang di kubur di sana. Peran gereja secara organisatoris,
menjadikan hal tersebut menjadi program gereja tidak tampak lagi, tetapi petugas
gereja juga melakukan hal tersebut bersama jemaat lainnya. Kehadirannya disana,
misalnya dia membawakan doa bersama, lebih karena orang tahu bahwa ia adalah
petugas gereja. Masyarakat meyakini bahwa kunjungan ke kuburan pada hari
Minggu pagi tersebut merupakan sebuah kewajiban yang tidak dilarang oleh
gereja.
Seiring berkembangnya zaman, menjelang dasa warsa 1990-an, hal inipun
berubah secara perlahan-lahan. Masih banyak anggota jemaat yang pergi ke
kuburan, namun tidak ada lagi acara berdoa bersama. Anggota jemaat pergi ke
kuburan untuk membersihkannya atau untuk berziarah. Hari kematian atau
kebangkitan menjadi pilihan untuk orang pergi ke kuburan. Tidak ada lagi
hubungan kekuburan dengan ritualisasi gereja. Inilah yang terjadi sekarang,
kebanyakan orang pergi ke kuburan pada salah satu hari tersebut, tetapi tidak ada
lagi acara kebaktian atau ritualisasi secara formal.
Sistem nilai yang difahami masyarakat dalam hubungan dengan orang
mati adalah bahwa orang mati mempunyai tempat tersendiri yaitu kuburan
mereka. Itu seperti rumah orang mati, sehingga kekuburan berarti adalah
berjumpa dengan orang yang mati, pemahaman masyarakat juga berada dalam
suatu dialektika, anatara takut dan senang. Praktek masyarakat seperti yang di
sebut di atas menyebabkan pandangan yang negatif kepada seseorang yang pergi
ke kuburan pada hari-hari yang lain. Namun dalam hal lain, misalnya sebuah
keluarga yang hendak mengadakan pesta, sebelumnya mereka pergi ke kubuaran
dan ziarah, masyarakat akan melihat hal tersebut sebgai hal yang wajar. Menurut
mereka hal itu adalah dalam rangka minta izin atau sekedar pemberitahuan
kepada roh yang sudah meninggal tersebut dan itu dilakukan di kuburan, karena
karena adalah tempat tinggalnya, kuburan adalah tempat yang sakral, keramat
yang dapat memberi berkat juga sebagai penyebab kesusashan/dukacita. Jarang
ada orang yang berani mengganggu kuburan yang tidak dikenalnya, apalagi
merusaknya15
IV. Analisa Penyeminar
Dari hasil penelitian yang penyeminar lakukan maka penyeminar
menganalisa dalam hal ziarah yang dilakukan Jemaat HKI Dolok Sinai pada saat
paskah subuh, yang pertama iyalah jemaat HKI Dolok Sinai berlatar belakang
perantau yang berkediaman lama dalam lingkup Suku batak toba yang memiliki
pengalaman tersendiri yang sudah melekat dan sulit untuk di tinggalkan sehingga
masih melekat dimana pun mereka berada dan selalu menganggap poda dan
umpasa yang memiliki arti tersendiri adalah pesan yang harus di jalankan,
pemahaman jemaat masih memahami bahwa roh orang mati itu dapat
berkomunikasi dengan keluarga yang di tinggalkan bahkan anak-anak juga di
ajarkan untuk meminta doa kepada yang sudah meninggal agar memberikan
berkat dan menjaga keluarga yang di tinggalkan. Dan dulunya juga ternyata
bahwa gereja pernah ikut bagian dalam pelayanan ziarah bahkan memberikan
Liturgi gereja dan membawa doa dalam kegiatan ziarah berlangsung, dan ini juga
menjadi pengalaman yang sulit di lupakan walaupun seiring berjalannya waktu
lambat-laun tradisi dengan ritus yang salah akan berkurang. Dengan hal-hal yang
memang salah dalam kekristenan gereja harus tegas dalam aturan yang harus
diketahui oleh jemaat disertai dengan pemberian pemahaman terhadap hal-hal
yang demikian, sehingga mempercepat memulihkan pemahaman yang tadinya
gelap menjadi terang seperti arti gereja orang yang di panggil dari gelap menuju
terang. Pelayan juga harus berperan dalam pemahaman masyarakat selaku
seorang yang bertugas dalam gereja untuk melayani, untuk memperjelas dan
mengingatkan menganai konsep ataupun aturan yang sudah di tetapkan lewat
HSG, adanya HSG bukan untuk menghukum melainkan untuk memberikan
pelayanan kasih dalam bentuk aturan yang diajarkan
V. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari latar belakang masalah dan pembahasan,
terdiri dari:
15
Jon Renis Saragih, KONTEMPORER Jurnal Teologi STT Abdi Sabda Medan. Kematian, Paskah dan Ziarah,
(Januari-juni 2013), 49
1. Pengalaman dalam tradisi ziarah subuh masih membekas yang artinya masih di
ingat dan dilakukan sampai pada saat ini, sehingga ini menjadi kebiasaan habit
yang di anggap benar dalam cara pelaksanaan ziarah
2. Pemahaman akan ziarah dalam alkitab salah dimengerti oleh para jemaat sehingga
menjadi alasan/pembenaran tersendiri untuk melakukan tradisi ziarah subuh
3. Dalam sejarah ternyata gereja pernah ikut bahkan ambil bagian untuk pelaksaan
tradisi ziarah subuh yang dilakukan pada saat paskah
4. Aturan gereja dalam HSG HKI harus memberikan pemahaman yang baik tentang
hubungan orang mati dan arti ziarah
5. Secara tradisi dan ritus yang jemaat lakukan mengandung unsur kepercayaan
kepada roh-roh leluhur dengan meminta berkat dan doa di kuburan saat
melakukan ziarah adalah salah. Hal ini sesuai dengan yang dimuat dalam Hukum
Siasat Gereja Huria Kristen Indonesia dalam Pasal 5 Dalam HSG HKI sudah
merupakan persembahan berhal dan mempercayai nenek moyang, dan
beranggapan masih adanya hubungan yang mati dengan yang hidup
VI. Daftar Pustaka
Becker Dieter, Pedoman Dogmatika: Suatu Kompendium Singkat Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019
Broning W.R.F. Kamus Alkitab A Dictionary Of The Bible Jakarta: BPK Gunung Mulia
H Rudolf, Okultisme di kalangan Masyarakat Batak, Jakarta: Atalya Rileni Sudeco, 2016
Hukum Siasat Gereja HKI, dalam Almanak HKI 2020, Pematang Siantar : Huria Kristen
Indonesia, 2020
Jon Renis Saragih, KONTEMPORER Jurnal Teologi STT Abdi Sabda Medan. Kematian,
Paskah dan Ziarah, Januari-juni 2013
Angket Pemahaman Jemaat HKI Dolok Sinai Tentang Pelaksanaan Ziarah Paskah Subuh
dari Pengajaran HKI
Umur : .............................................................................