Anda di halaman 1dari 2

Untuk Nella Sirait, topikmu adalah pemahaman jemaat tentang dosa dan dosa turunan.

Tapi
ada di temuan penelitianmu bahwa mereka belum memahami konsep dosa turunan. Nah ini
yang repot itu, judul pemahaman tentang dosa turunan, kemudian temuanmu belum
memahami konsep dosa turunan, kalau belum paham ngapain kau penelitian ke situ. Jangan-
jangan kata dosa turunan pun belum pernah didengarnya. Kemudian penelitianmu,
pertanyaanmu harus terbuka, jangan pertanyaan yang menjajah, ada pertanyaanmu tadi yang
menjajah, seperti: apa itu dosa, apakah manusia berbuat kejahatan makanya berdosa,
bagaimana penyebaran dosa pada manusia, menurut saudara mengapa kita sulit lepas dari
dosa. Jadi pertanyaanmu ini gak ada soal dosa turunan. Judulmu ajanya yang ada soal dosa
turunan. Supaya kalau kita bikin wawancara, pertanyaannya bukan begini, misalnya, pernahkah
kampung ini kedatangan pencuri? Pernah, jawabnya. Berapa pencurinya? 3, apa saja yang
diambil? Bunga Aglonema misalnya. Bukan begitu pertanyaannya. Pertanyaannya justru harus
soal kualitas. Misalnya, pemahamannya tentang pencuri, lalu tentang faktor-faktor orang
mencuri. Jadi maksudku, perbedaan antara pertanyaan kuantitas dengan kualitas. Jadi, yang
kau lakukan ini pertanyaan yang sama untuk semua orang, ini saya kira masih kuantitas ini, kau
hitung-hitung jumlah, dari misalnya 7 kau tanya kalau ada pemahamannya yang sama tentang
dosa, baru kau katakan 4 begini, 3 begini. Satu sisi bisa juga, gak masalah, tapi soal kualitas
harus diberi kebebasan kepada mereka untuk menceritakan. Kalau tidak, kita tidak dapat
kualitas dari pertanyaan itu karna bisa saja dari 7 yang ditanyakan, Cuma 1 orang yang
berkualitas, dan yang berkualitas itu menurut kita pantas itu kita jadikan menjadi narasumber
kita. Namanya penelitian berkualitas, kualitatif, kita lihat orang yang berkualitaslah. Kalau gak
berkualitas ngapain kita jadikan narasumber. Lain lagi kalau kuantitas, itu memang jumlah-
jumlah kepala yang kita hitung. Kemudian sistematikanya, berulang-ulang saya bilang hanya
ada 3 bab. Bab 1 Pendahuluan, pendahuluan terdiri dari: 1. Latar belakang, 2. Pengertian-
pengertian, 3. Penelitian, 4. Temuan penelitian. Baru Bab 2 masuk Pembahasan, habis
pembahasan masuk ke Bab 3 Tinjauan Dogmatika. Tinjauan Dogmatika itu minimal harus terdiri
dari 2 unsur. Unsur Pertama adalah harus ada Tinjauan Biblis. Misalnya, ada lah mengatakan
dari temuan penelitianmu itu, kita katakanlah misalnya soal dosa turunan itu misalnya dosa
turunan dia katakan lahirnya ditandai dengan keturunan-keturunan cacat. Anak cacat itulah
tanda dosa turunan misalnya. Anak cacat ini tentu jadi topik masalah, masalah dogmatis yang
harus kau bahas. Maka pertama harus kau tinjau dia dari Biblis soal anak cacat ini. memang
secara Biblis anak cacat itu kutukan atau apa, karna dosa atau apa itu, bikin tinjauan Biblisnya,
setelah itu kau tidak bisa berhenti, kau harus masuk ke tinjauan Dogmatisnya. Kalau Tinjauan
Dogmatis itu apa kata Gereja, kalau disebut apa kata Gereja, itu dipahami dari dua aspek,
individual, kalau misalnya kita sorok dari Pandangan Luther, itu individual Luther. Tapi kalau kita
sorot Gereja secara institusional, itu lembaga, tunjuk satu lembaga Gereja. Misalnya kau tunjuk
GBKP, apa katanya tentang orang cacat. Makanya sebetulnya satu pun temuan penelitian itu
sudah capek mengerjakannya. Tapi asikkan, karna asik mungkin bisa dikerjakan 3 sampai 5.

Anda mungkin juga menyukai