Masmur P. Barus
I. Pendahuluan
Menyimpan dan mememlihara arsip, milik pribadi maupun milik
jemaat setempat, atau milik klasis dan sinode adalah pekerjaan yang sangat
penting. Yang menjadi penanggung jawab administrasinya tidak boleh di abaikan,
penyimpanan dan pemeliharaan arsip adalah bukti sampai dimana gereja itu sudah
mempertanggung jawabkan pelayanannya kepada Tuhan. Dokumentasi
merupakan materi yang tertulis atau sesuatu yang menyediakan informasi tentang
suatu subyek. Dokumentasi dapat berisi tentang deskripsi-deskripsi, penjelasan-
penjelasan, bagan alir, daftar-daftar, cetakan hasil komputer, contoh-contoh obyek
dari sistem informasi. Dalam pembahasan kali ini gereja harus perlu melihat dan
memahami arsip dan dokumentasi dalam menjalankan pelayananya untuk itu
marilah kita membahas sajian ini bersama-sama.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Arsip
Arsip berasal dari sebuah kata yunanai “archeon” yang artinya milik sebuah
kantor. Arsip adalah cantuman (record). Rekam, rekaman, catatan atau berkas
sebuah lembaga, baik umum ataupun privat. Arsip merupakan penghubung antara
organisasi dengan organisasi lain, maupun seseorang dengan orang lain. Hal ini
karena arsip memiliki nilai informasi yang di perlukan dalam pelaksanaan sebuah
kegiatan.
1
Arsip terbagi menjadi dua jenis, yaitu arsip dinamis dan arsip statis. Dalam
peraturan pemerintah RI Nomor 28 tahun 2012 tentang pelaksanaan undang-
undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang kearsipan di sebutkan bahwa yang di
maksut dengan arsip dinamis adalah arsip yang di gunakan secara langsung dalam
kegiatan pencipta arsip dan si simpan selama jangka waktu tertentu. Arsip dinamis
sendiri tebagi menjadi tiga yaitu:
1. Arsip aktif, adalah arsip yang frekuensi penggunaanya tinggi dan terus
menerus, yaitu surat surat yang masih sering di pakai untuk pelaksanaan
tugas. Contoh, surat permohonan tentang narasumber bimbingan teknis
tanggal 9 oktober 2017. Dengan melihat tanggal surat tersebut sudah dapat
kita simpulkan bahwa surat tersebut adalah surat yang masih aktif.
2. Arsip inaktif, adalah arsip yang penggunaanya telah menurun, yaitu surat-
surat atau documen yang jarang sekai di gunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan sehari-hari. Menurut Betty R. Ricks dalam modul manajemen
jadwal retenasi (2009) di sebutkan bahwa suatu arsip dapat di
pertimbangkan menjadi inaktif jika di pergunakan kurang dari 10 kali
dalam satu tahun. Contoh, surat tentang permintaan data mahasiswa
tanggal 3 November 2013. Dengan melihat tanggal tersebut, kita tahu
bahwa surat tersebut sudah in aktif. Selain dengan melihat tanggal surat
kita juga dapat melihat di jadwal retensi arsip yang ada di untit kerja kita,
berapa tahun batas waktu surat tentang permohonan data mahasiswa
tersebut.
3. Arsip vital, adalah arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar
bagi kelangsungan operasional pencipta arsip, tidak dapat di perbaharui
dan tidak tergantikan apabila hilang atau rusak, misalnya sertifikat, MOU,
documen kebijakan pinpinan dan arsip penting lainnya.
Sementara arsip statis adalah arsip yang di hasilkan oleh pencipta arsip karena
memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retenisnya, dan berketerangan di
permanenkan yang telah di perivikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh arsip Nasional Repoblik Indonesia dan lembaga kerarsipan.
Contoh arsip statis adalah peraturan yang di keluarkan pinpinan tetapi sudah
tidak terpakai lagi karena sudah ada penggantinya, yaitu peraturan yang baru,
surat keputusan pimpinan tetapi sudah tidak terpakai lagi karena sudah ada
2
penggantinya yang lebih baru lagi. Laporan tahunan lima tahun yang lalu,
personal file tokoh-tokoh yang berjasa yang sudah memasuki masa pensiun,
sejarah berdirinya instansi tersebut, dan lain-lain yang di nilai mengandung
sejarah.
3
kembali. Misalnya bentuk arsip tersebut dalam bentuk surat (tekstual), bisa
di publikasi atau di ciptakan kembali dengan cara di-copy.
3. Memiliki arti (contextual)
Arsip memiliki arti/makna, karena itu arsip memiliki nilai bedasarkan
isinya (konten). Arsip merefleksikan tujuan dan kegiatan suatu organisasi,
di samping memberikan layanan bahan bukti kebijakan, kegiatan dan
transaksi organisasi penciptanya. Misalnya arsip surat dari kepala unit
arsip IPB tentang penyelenggaraan bimbingan teknis kearsipan, arsip surat
tersebut mencerminkan kegiatan dari Unit arsip IPB.
4. Tidak berdiri sendiri (organic)
Karena arsip merupakan output yang secara alami muncul dari suatu
proses kegiatan maka setiap arsip memiliki hubungan dengan arsip
sebelumnya dan mungkin pula dengan arsip-arsip berikutnya. Oleh karena
itu arsip tidak di kelola sebagai item tersendiri, namun dalam suatu
kelompok yang di sebut dengan series.
Sebagai contoh, arsip tentang penyelenggaraan bimbingan teknis
kearsipan, yang pertama kali di buat adalah surat tentang pemeberitahuan
bahwa Unit arsip IPB akan mengadakan kegiatan bimbingan teknis
kearsipan yang di tujukan utuk unit kerja lain. Kemudian dari untik kerja
lain membalas surat itu yang isinya mendaftarkan pegawainya untuk
mengikuti kegiatan tersebut. Kemudian surat dibalas lagi dengan isi
tentang undangan bimbingan teknis kearsipan beserta jadwal bimbingan
teknis kearsipan, materi yang akan di ajarkan dan nama-nama narasumber.
Setelah kegiatan tersebut berjalan maka di buatlah laporan
pertanggungjawaban kegiatan bimbingan teknis kearsipan tersebut. Surat-
surat tadi terus menerus sambung-menyambung, tidak berdiri sendiri.
Inilah yang di sebut dengan satu series atau satu berkas.
5. Resmi (autboritative/official)
Arsip yang di ciptakan sebagai documentasi untuk mendukung tugas
dan kegiatan bisnis memiliki status sebagian bahan bukti resmi bagi
keputusan dan kegiatan yang di laksanakan.
6. Unik (unique)
4
Berbeda dengan buku, jurnal, dan bahan publikasi lainnya. Arsip di
perlihara menurut konteknya dan memiliki kronologi yang unik serta
selalu merupakan satu-satunya.
Arsip merupakan satu-satunya, yaitu yang asli, sedangkan yang sudah
dipublikasikan itu copy-nya, sementara buku bisa di buat beberapa
eksemplar dan asli semuanya.1
1
Dra S Nooryani, MM, Mengelola arsip inaktif, (Bogor: IPB Press, 2018) ,1-6.
5
Fail mengenai inventarisasi gereja.
Surat-surat masuk dan surat-surat keluar.
Kumpulan khotbah-khotbah, ceramah-ceramah , bahan-bahan
pengaderan yang pwernah di bawakan di gereja itu.
Catatan:
Kumpulan ini bisa dalam bentuk tape dan bisa dipinjamkan pada
anggota jemaat sebagai bahan pekabar injil (tipe library).
Kumpulan lagu-lagu gerejawi.
naskah-naskah sandiwara.
Data-data keanggotaan gereja (yang mencakup nama, tempat &
tanggal lahir, pekerjaan, pendidikan, tanggal babtisan/sidi, data-
data keluarga dan sebagainya).
6
2. Menurut abjad, subyek maupun secara kronologis dalam lemari
khusus untuk fail ataupun lemari kotak yang sederhana dan
terkunci. Di kerjakan oleh skretaris gereja atau sukarela.
3. Menyediakan budget khusus untuk itu, misalnya pendeta kalau
perlu membeli paling tidak 50 fail untuk arsip-arsip
pribadinya.2
1. Sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat dipergunakan sebagai bukti
atau keterangan (seperti surat lahir, surat nikah, surat perjanjian, dan
sebagainya);
2. Naskah karangan yang dikirim dengan pos: misalnya, biaya dokumen lebih
murah daripada surat biasa.
2
Pdt. Dr. Yakub. B. Susabda, administrasi gereja, (jawa timur: Gandum Mas, 2006), 25.
3
Sulistyo- Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, ( Jakarta : Gramedia, 1989), 23.
7
Pengertian dokumentasi sebagai:
1). Bahan yang termasuk dalam jenis, bentuk, dan sifat apapun bentuk
informasi yang direkam
2). Rekaman yang ditulis atau dipahat, yang menyampaikan informasi berupa
fakta; bentuk rekaman dapat bersifat grafis, akustik, atau haptik (buku, peta,
naskah, gambar, majalah, guntingan, dan lain-lain)
3). Karya yang direkam dalam suatu bahasa, simbol, atau tanda-tanda lain
4
Nurhadi Magetsari , Kamus Istilah Perpustakaan dan Dokumen, (Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 1992), 21.
8
2. Memberikan bukti dan data akurat tentang deskripsi dokumen
3. Melindungi dan simpan konten fisik dan dokumen
4. Menghindari kerusakan dokumen
5. Menyiapkan isi dokumen sebagai bahan untuk penelitian oleh para ilmuwan
6. Mengembangkan kumpulan dokumen untuk negara dan negara
7. Memberikan jaminan integritas dan keaslian informasi dan data yang
terkandung dalam dokumen5
III. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penyaji ambil dari bahan ini adalah gereja harus
memperhatikan dalam manajemenya mengenai arsip, dan dokumentasi. Ini
sangatlah penting supaya apa yang sudah dirumuskan, dipercakapkan secara
bersama-sama dapat disimpan, dan dipertanggunjawabkan dikemudian hari,
dengan menunjukan arsip, dan dokumentasi yang sudah diberlakukan dengan
baik.
5
Nurhadi Magetsari , Kamus Istilah Perpustakaan dan Dokumen, 25.
6
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-gereja di
Indonesia (DKG-PGI): Keputusan Sidang Raya XIV PGI, Wisma Kinasih, 29 November - 5 Desember
2004(Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 10.
9
IV. Daftar Pustaka
Dra S Nooryani, MM, Mengelola arsip inaktif, Bogor: IPB Press, 2018
Pdt. Dr. Yakub. B. Susabda, administrasi gereja, jawa timur: Gandum Mas, 2006.
Sulistyo- Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta : Gramedia, 1989
Nurhadi Magetsari , Kamus Istilah Perpustakaan dan Dokumen, Jakarta : Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1992
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia (DKG-PGI): Keputusan Sidang Raya XIV PGI,
Wisma Kinasih, 29 November - 5 Desember 2004(Jakarta: Gunung Mulia, 2006)
10