Anda di halaman 1dari 17

1

No. 12. Jelaskan model-model Gereja yang dengannya digambarkan


kodrat Misteri (ilahi-manusiawi) Gereja Kristus dalam Kitab Suci dan
Tradisi, dan sifat serta ciri-ciri hakiki dari Gereja…?

Jelaskan gambaran (model-model) untuk mengungkapkan Gereja Kristus


di dalam Kitab Suci dan Tradisi. Terangkan sifat dan ciri-ciri esensial
Gereja tersebut…?

Kerangkan jawaban

1. Model-model Gereja dalam Kitab Suci


1.1. Model-model Gereja yang agak kecil
1.2. Model-model Gereja yang agak besar
A. Gereja adalah umat Allah
B. Gereja sebagai Tubuh Kristus
 Tubuh yang satu: kesatuan semua jemaat
 Kristus adalah kepala Tubuh
 Gereja adalah mempelai Kristus
C. Gereja sebagai bait Roh Kudus
2. Model-model Gereja menurut Tradisi
2.1. Gereja sebagai masyarakat/ komunitas yang sempurna (societas
perfecta)
2.2. Gereja sebagai sakramen
3. Model Gereja yang diterima dalam gerakan Ekumene
2

Uraian penjelasan

1. Model-model Gereja dalam Kitab Suci


1.1. Model-model Gereja yang agak kecil
a. Gereja sebagai kandang.
Satu-satunya pintu yang harus dilalui untuk masuk ke dalam
kandang ialah Yesus Kristus (Yoh 10:1-10)
b. Gereja disebut juga sebagai kawanan.
Allah yang menggembalakan kawanan domba (Yes 10:11; Yeh
34:11).
Kristus juga akan menggembalakan kawanan domba itu.
Namun, gembala manusiawi akan memimpin kawanan domba
tersebut (Yoh 10: 11-15; 1 Ptr 5:4).
c. Gereja sebagai pertanian atau ladang Allah (1 Kor 3:9).
Di ladang Tuhan, tumbuh pohon zaitun. Akarnya ialah para bapa
bangsa.
Di ladang Tuhan akan terlaksana perdamaian Antara bangsa Yahudi
dan kaum kafir (Rm 11:13-26).
Gereja merupakan kebun anggur pilihan yang ditanami oleh petani
Surgawi (Mat 21:33-43).
Yesus Kristus hadir sebagai pokok anggur sejati memberikan hidup
dan kesuburan kepada cabang-cabang.
Cabang-cabang ialah umat beriman yang tinggal di dalam Gereja
(Yoh 15:1-5).

d. Gereja sebagai bangunan Allah (1 Kor 3:9).


Batu penjurunya ialah Kristus (Mat 21:42; Kis 4:11; 1 Ptr 2:7; Mzm
117:22).
Di atas dasar Kristus, Gereja dibangun oleh para rasul (1 Kor 3:11).
Gereja memperoleh kekuatan dan keutuhan dari pada-Nya.

e. Gereja diberi gelar sebagai Yerusalem Surgawi dan bunda kita


(Gal 4:26; Why 12:17) dan Gereja dilukiskan sebagai mempelai
bagi anak domba yang tak ternoda (Why 19:7; 21:2; 22:17).
3

Kristus mengasihi Gereja.


Ia menyerahkan diri-Nya bagi Gereja untuk menguduskan Gereja
(Ef 5:25-26).
Kristus menggabungkan Gereja dengan diri-Nya dalam perjanjian
yang tak terputuskan.
Ia merawat Gereja terus menerus (Ef 5:24).
Kristus juga mempelai Gereja dengan kurnia-kurnia Gerejawi.
Ia memberikan kurnia-kurnia surgawi Gereja, supaya anggota
Gereja mampu memahami cinta Allah dan Kristus terhadap mereka.

1.2. Model-model Gereja yang agak besar

A. Gereja adalah umat Allah


Kata ‘umat Allah’ berasal dari PL.

Aku menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umat-Ku (Yer7:23;


24:7; 30:32; 31:1.33; 32:38).

Kata ’umat Allah’ dipakai dalam PB untuk menyebut persekutuan


iman kristiani/ Gereja (Kis 15:14; Rm 9:25; 2 Kor 6:16; Tit 2:14).

Makna paling menonjol dalam sebutan umat Allah ialah “Gereja


merupakan umat terpilih dan dikasihi Allah.

Dalam PL, kata umat Allah digunakan khusus bagi bangsa Israel-
bangsa Yahudi dan bangsa kafir tak mungkin bersatu.

Dalam PB, kata umat Allah, Allah bukan lagi milik suatu bangsa
secara khusus. Allah memilih umat-Nya dari berbagai bangsa, ada
Yahudi ada kafir menjadi satu bangsa.

Oleh karena itu, Gereja bersifat majemuk dan universal serta


terbuka bagi semua orang.
4

Keanggotaan umat Allah bukan melalui kelahiran jasmani


melainkan melalui kelahiran dari atas, dari air dan Roh (Yoh 3:5-6)
yang berarti percaya kepada Kristus dan pembaptisan.

Israel pun tetap menyandang gelar sebagai umat Allah dengan


syarat “Percaya kepada Yesus Kristus” (Rom 9:23).
Umat Allah ini memiliki Yesus sang Kristus (terurapi dan Mesias)
sebagai kepala.
Umat Allah mempunyai martabat dan kebebasan Anak-anak Allah.
Di dalam hati umat tersebut, Roh Kudus berdiam.
Hukumnya ialah perintah untuk mencintai seperti Kristus sendiri
telah mencintai kita (Yoh 13:34).

Bagi Gereja, umat Allah menunjukkan sejarah sudah sampai pada


puncak dan tujuannya di dalam Yesus.
Sejarah keselamatan yang dimulai dengan panggilan Abraham,
berjalan terus dan berpuncak pada Yesus Kristus.
Sejarah keselamatan itu bermuara kepada Gereja,
Umat Allah yang dikehendaki oleh Allah, Israel sejati (Gal 6:15;
Rm 9:6).
Oleh karena itu,
Gereja bukan saja lanjutan “Umat Allah yang lama, melainkan
terutama kepenuhannya, karena sejarah keselamatan Allah berjalan
terus dan Allah memberikan diri-Nya dengan semakin sempurna
(bdk. 1 Kor 15:28).

B. Gereja sebagai Tubuh Kristus

 Gambar / model yang lain untuk Gereja ialah Tubuh Kristus.


 Paulus menjelaskan kiasan ini dengan mengatakan, “Tubuh
walaupun terdiri dari banyak anggota, tetapi tetap satu”.
Demikian juga dengan Gereja.
5

 Berkat karya Roh Kudus, Gereja yang terdiri dari banyak


anggota merupakan satu tubuh dalam Kristus (1 Kor 12:12-13).
 Perbandingan Gereja dengan Tubuh ini menyoroti hubungan
yang mesra Antara Gereja dengan Kristus.
 Gereja tidak hanya berkumpul di sekeliling Kristus, tetapi
dipersatukan di dalam Dia, di dalam tubuh-Nya.
 Tubuh yang satu: kesatuan semua jemaat.
 Kristus sebagai kepala tubuh dan Gereja sebagai mempelai
Kristus.

 Tubuh yang satu: kesatuan semua jemaat

 Dengan gambaran tubuh, Paulus mengungkapkan kesatuan


semua jemaat, kendati ada aneka karunia dan pelayanan (1
Kor 12:7).
 Gereja itu satu, tetapi banyak anggota (1 Kor 12:14).
 Semua umat beriman merupakan tubuh Kristus dan masing-
masing adalah anggota-Nya (1 Kor 12:27).
 Kepada seluruh anggota Tubuh yang satu, hidup Kristus
dicurahkan, yakni melalui sakramen-sakramen, khususnya
pembaptisan, “Sebab dalam satu Roh kita semua telah
dibaptis menjadi satu tubuh” (1 Kor 12:13).
 Kesatuan tubuh tidak menghapus perbedaan Antara
anggota-anggota.
 Dalam pembentukan Tubuh Kristus berlaku perbedaan
anggota dan tugas.
 Hanya satu Roh yang membagikan anugerah-Nya yang
beraneka ragam (1 Kor 12:1-11).
 Jadi, Gereja sebagai Tubuh Kristus mengungkapkan
kesatuan jemaat dengan Kristus.

 Kristus adalah kepala Tubuh


6

 Gereja sebagai Tubuh Kristus mengungkapkan kesatuan


jemaat dengan Kristus.
 Kristus merupakan kepala Tubuh, yaitu Gereja (Ef 1:22;
4:15; 4:23; 4:16)
 Ia adalah asal ciptaan.
 Ia adalah penebus.
 Ia yang ditinggikan dalam kemuliaan Bapa.
 Dia-lah yang lebih utama dari segala sesuatu (Kol 1:18).
 Ia menyebarluaskan kerajaan-Nya atas segala sesuatu
melalui Gereja.
 Ia memenuhi seluruh tubuh dengan kemuliaan-Nya (Ef
1:18-23).
 Sebagai kepala Tubuh, Ia mempersatukan seluruh
jemaat.

 Gereja adalah mempelai Kristus.

 Kesatuan Kristus dengan Gereja – kepala dengan anggota


tubuh menunjukkan keduanya berbeda satu dengan yang
lain. Namun, mereka dalam hubungan yang sangat pribadi.
 Tuhan sendiri menyebut diri-Nya sebagai “pengantin pria”
(Mrk 2:19).
 Rasul Paulus melukiskan Gereja dan setiap umat beriman,
yang adalah anggota Tubuh Kristus, sebagai seorang
mempelai wanita, yang dijadikan sebagai ‘tunangan’
Kristus Tuhan, supaya menjadi satu Roh dengan Dia.
 Gereja adalah pengantin wanita tanpa cacat (kudus) dari
anak domba tanpa cacat, melalui perjanjian abadi.
 Kristus itu sebagai teladan bagai suami yang mengasihi
istrinya, sebagai tubuhnya sendiri (Ef 5:25-28).
7

C. Gereja sebagai bait Roh Kudus

 Rasul Paulus berkata, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu


adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam
kamu…?” (1 Kor 3:16; lih 1 Kor 6:16).
 Paulus mengajak jemaat di Korintus untuk memelihara dan
menyadari makna kesatuan di dalam Gereja.
 Kesatuan itu berasal dari Roh Allah.
 Gereja merupakan bait Roh Kudus/kenisah Roh Kudus.
 Bait Allah berarti tempat pertemuan dengan Allah.
 Menurut PB, tempat pertemuan dengan Allah ialah Kristus
(Yoh 2:21; Rom 3:25).
 Karena Kristus itu dan di dalam satu Roh, umat beriman
beroleh jalan masuk kepada Bapa (Ef 2:18; lih 3:12).
 Di dalam Gereja, setiap orang diajak ambil bagian dalam
kehidupan Allah Tritunggal sendiri.

 Gereja sebagai bait Allah bukanlah statis tetapi hidup dan


berkembang.
 Gereja dibangun atas dasar para rasul dan para nabi dengan
Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
 Prinsip kehidupan Gereja adalah Roh Allah.
 Roh harus melaksanakan pembangunan seluruh Tubuh
dalam cinta melalui berbagai cara seperti oleh sabda Allah
yang mempunyai kekuatan untuk membangun (Kis 20:32),
dalam pembaptisan oleh sakramen-sakramen, juga oleh
aneka ragam kurnia yang berguna demi kepentingan
bersama.

2. Model-model Gereja menurut Tradisi


8

2.1. Gereja sebagai masyarakat/ komunitas yang sempurna (societas


perfecta)

 Gambaran Gereja sebagai masyarakat yang sempurna mengambil


analogi dari masyarakat politis.
 Hakikat Gereja yang utama ialah suatu masyarakat historis yang
memiliki konstitusi, hukum, badan kepemimpinan serta anggota yang
menerima hukum tersebut.
 Sifatnya yuridis dan institusional.
 Gereja dengan model ini mengklaim diri, “ia memiliki segala ciri yang
harus dipenuhi oleh suatu masyarakat yang benar.
 Kristus yang memberikan kebenaran itu dan memberikan hukum-
hukum tersebut kepada Gereja.
 Hukum Gereja tersebut sudah permanen.

 Ciri esensial Gereja yang sempurna dan benar sebagai berikut.

1. Kesatuan

 Kesatuan dimengerti sebagai “ketaatan semua orang beriman


kepada pemimpin rohani dan wewenang mengajar yang satu dan
sama”.
 Kesatuan dihayati sebagai ketaatan kepada kepala Gereja yang
kelihatan.
 Ketaatan sejati terarah kepada Paus, pemimpin tertinggi Gereja
Katolik.
 Gereja Katolik identik dengan kesatuan nyata dan sempurna dari
semua bangsa di dunia dengan persatuan yang mempunyai
sumber, akar dan asalnya yang sempurna dalam kemuliaan
tertinggi dari St. Petrus, pemimpin para rasul dan penggantinya.
 Model ini menekankan pentingnya hierarki: Paus, Uskup, Imam
sebagai pengganti Kristus dalam melaksanakan tugas-Nya di
dunia.
9

 Sebagai wakil Kristus, anggota hierarki berhak menetapkan


peraturan-peraturan baru yang wajib dilakukan.

2. Katolik

 Gereja yang ‘Katolik’ berarti Gereja yang tersebar di seluruh


dunia.
 Gereja Katolik mempunyai iman yang sama.
 Gereja Katolik mempunyai kebaktian yang sama
 Gereja Katolik mempunyai sistem hukum yang sama

3. Kudus
Kekudusan yang dapat dilihat, yaitu kekudusan sarana-sarana yang
tidak ada pada Kristen lainnya.
Maka, ada uraian panjang tentang nilai kurban Misa, tujuh
sakramen, kaul-kaul kebiaraan dan selibat imamat.

4. Apostolik
Warisan apostolik menyangkut ajaran menyangkut ajaran,
sakramen dan jabatan diteruskan dalam institusi.
Apostolisitas dimengerti sebagai penggantian sah para pemimpin.
Elemen formal pewarisan itu ialah persekutuan dengan Paus.

Untuk itu, anggota hierarki harus melaksanakan tugas misioner


dengan memperluas pewartaan kepada yang bukan anggota Gereja
Katolik, agar mereka beroleh keselamatan.

Orang yang dapat menikmati keselamatan ialah


1. Mereka yang sudah menerima sakramen pembaptisan.
2. Mereka mengakui iman yang benar
3. Mereka tidak terpisah dari kesatuan jemaat atau mereka tidak
keluar dari keanggotaan jemaat Katolik karena kesalahan
besar.
10

Orang yang di luar Gereja Katolik tidak mengalami


keselamatan.
(Extra Ecclesia nulla salus).
Gereja yang benar adalah Gereja Katolik – Roma.
Karena itu, setiap orang yang ingin menikmati keselamatan
Allah harus bergabung dalam keanggotaan Gereja Katolik –
Roma.

Gambar (Model) Gereja sebagai masyarakat yang sempurna kurang


diterima dalam gerakan ekumene dengan alasan sebagai berikut.

1. Gambar/model Gereja ini tidak berdasar pada Kitab Suci,


melainkan pada masyarakat politis.
Kitab Suci merupakan dasar iman dan mempersatukan Gereja.
Kitab Suci sebagai sumber iman dan tindakan Gereja.
Kitab Suci mutlak dihadirkan di dalam Gereja.
Gereja membaca Kitab Suci berarti mereka mendengarkan suara
Allah.
2. Gambar Gereja di atas bersifat eksklusif dan kurang terbuka.
Umat beriman mengalami keselamatan dengan masuk ke dalam
Gereja Katolik.
Sedangkan
umat beriman di luar Gereja Katolik dianggap tidak menikmati
keselamatan Allah.
Model ini memonopoli keselamatan pada kelompok diri sendiri.
Model ini kurang menghargai hal yang baik dilakukan oleh orang
lain.

3. Model ini berintikan kekuasaan dan kurang berciri kekudusan.


Peranan kuasa Roh Kudus seolah-olah digantikan oleh kuasa
otoritas.
Anugrah dan rahmat Roh Kudus sepertinya diatur oleh pemimpin
resmi.
11

Kuasa otoritas jauh mengatasi hak-hak orang beriman, sehingga


terdapat perbedaan yang sangat tajam di antara mereka.

4. Model ini melihat katolisitas Gereja terutama status sosial.


Pertumbuhan Gereja kurang dihayati sebagai pemberian dari Allah
dan tantangan kehidupan yang bersumber dari Roh,
melainkan usaha-usaha manusiawi dari anggota hierarki.

2.2. Gereja sebagai sakramen

Model Gereja sebagai sakramen berkembang kuat sesudah KV II.


KV II lewat konstitusi Lumen Gentium (LG) mengatakan,
“Gereja merupakan tanda dan alat sakramen keselamatan” (LG. 48).
Konsili mau menjelaskan misteri Gereja sebagai pertemuan Allah dan
manusia.
Model ini menekankan aspek ilahi dan insani Gereja yang masih
tersembunyi dan hanya dimengerti dengan iman.
Ciri ilahinya ialah tindakan Allah yang menyelamatkan manusia.
Sekalipun manusia berdosa, Allah tetap memberikan belas kasih-Nya
kepada manusia.
Bukti nyata kasih Allah adalah pemberian diri Yesus Kristus.
Rahmat keselamatan Allah dalam diri Yesus.
Kristus mengandung dan menyalurkan rahmat keselamatan Allah.
Agar Yesus sungguh menjadi tanda dan rahmat keselamatan,
Dia harus dialami oleh seluruh umat manusia,
Sekaligus sebagai tanda jawaban seluruh umat manusia kepada cinta
kasih yang menyelamatkan.
Jawaban manusia itu nyata dengan lahirnya Gereja.
Dengan kata lain, Gereja merupakan suatu tanda keselamatan.
Sebagai ciri insani, Gereja mempunyai institusi yang dapat ditunjukkan
kepada dunia.

Model ini memiliki ciri-ciri esensial Gereja sebagai berikut.


12

1. Apostolisitas
 Rahmat keselamatan Allah, yang nyata dalam penebusan oleh Yesus
Kristus dikaruniakan untuk manusia sepanjang segala abad.
 Tanda keselamatan itu definitif dan abadi.
 Untuk mempertahankan tanda Kristus itu hingga akhir zaman, Gereja
pada setiap zaman harus tetap tinggal pada kontinuitas yang kelihatan
dengan Kristus dan Gereja Apostolik.
 Rantai kesinambungan di Antara semua Gereja partikular setiap
zaman harus ada,
 Agar ia mewujudkan diri sebagai tanda keselamatan di dalam dan
melalui Kristus historis.
 Untuk menjamin sebagai sebuah sakramen dan tanda, Gereja
mempunyai aspek struktural atau institusional.
 Dengan institusi, Gereja menjadi sungguh tampak dan tidak
tersembunyi.

2. Katolik
 Gereja merupakan tanda Kristus yang harus menjangkau segala
tempat.
 Gereja menyatakan dan mewujudkan kehendak Allah yang
menyelamatkan bagi semua orang di segala tempat dan dari semua
kelompok etnis dan budaya.
 Gereja harus menyebarluaskan diri ke seluruh penjuru dunia.
 Ciri kekatolikan Gereja akan nyata bila Gereja terus menerus
berusaha untuk menghimpun seluruh umat manusia di bawah Kristus
sebagai kepala dalam kesatuan Roh-Nya (LG. 13).
 Gereja semakin mewujudkan dirinya bila semakin banyak dan
semakin intens orang beriman berperan serta dalam tindakan nyata
Gereja.

3. Kesatuan
 Gereja merupakan tanda persatuan antara Allah dan manusia.
13

 Kesatuan Allah dan manusia diwujudkan dalam kesatuan di Antara


semua orang Kristen.
 Kesatuan itu nyata dalam di Antara orang-orang beriman yang
berkumpul di sekeliling meja kudus dalam perayaan Ekaristi, yang
dengannya umat beriman mengantisipasi perjamuan nikah Surgawi.
 Selama hidupnya, Gereja tidak perlu harus merangkum secara fisik
semua orang yang hidup dari rahmat Kristus dan yang diselamatkan
oleh-Nya.
 Lebih dari itu, Gereja dipanggil untuk menjadi tanda yang
representatif, yaitu tanda yang di dalamnya terdapat berbagai ragam
manusia, sehingga kekristenan tidak dapat ditafsirkan sebagai agama
dari kelompok atau ras tertentu.

4. Kudus
Tanpa kekudusan, Gereja tidak dapat menjadi tanda Kristus yang
menyelamatkan.
Namun, Gereja di dunia ini tidak pernah kudus sepenuhnya.
Melainkan, Gereja terus menerus sedang menuju kepenuhan-Nya.
Di bawah bimbingan Roh Kudus, Gereja terus bekerja untuk
menyucikan manusia dari dosa-dosanya.
Gereja sendiri harus menyadari keberdosaannya yang disertai dengan
penyesalan dan pertobatan.
Kesadaran inilah yang menunjukkan kodrat kekudusan Gereja.
Dalam proses ini, Gereja membutuhkan liturgi pengampunan.
Tanda kekudusan dan pemeliharaan kekudusan Gereja menjadi nyata
dalam tindakan ritual Gereja, seperti perayaan ibadat, doa-doa,
khususnya Ekaristi.
Melalui tindakan liturgis, Gereja diubah ke dalam: harapan, sukacita,
kesabaran dan kebahagiaan Kristus, yang dengannya semakin nyata
bahwa Gereja merupakan peristiwa rahmat.

Model ini masih kurang dipakai dalam gerakan ekumene, alasannya


sebagai berikut.
14

1. Dasar biblis kurang kuat.


2. Bagi Gereja Protestan, kata sakramen digunakan untuk baptis dan
perjamuan kudus.

3. Model Gereja yang diterima dalam gerakan Ekumene

Gambar/ model Gereja yang umum diterima dalam gerakan ekumene ialah
“Communio”.
Communio (latin), terjemahan dari kata ‘Koinonia” (Yun) yang berarti
persekutuan.
Dalam prolog 1 Yoh 1:1-4, “Persekutuan dilukiskan sebagai kebersamaan
dengan Allah dan Putra-Nya Yesus Kristus.
Dalam persekutuan itu, anggota Gereja berpartisipasi dalam dua hal
kebaikan:
1. Anggota Gereja ambil bagian dalam hidup abadi yang adalah
kehendak Allah sendiri.
2. Anggota Gereja saling membagi kebaikan yang mereka terima dari
Allah dan dalam terang Allah. Mereka hidup berpusat kepada
Allah.
Persekutuan dengan Allah itu merupakan sebuah misteri.
Namun, persekutuan dengan Allah tetap nyata sebagai sakramen.

Communio juga mengadakan komunikasi atau hubungan antara anggota


Gereja, sama seperti hubungan dengan Allah. Hubungan di Antara orang
Kristen sama seperti hubungan Antara seorang Kristen secara individu
dengan Allah.
Rasul Yohanes berkata, “Supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan
kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan
Anak-Nya Yesus Kristus” (1 Yoh 1:3).

Communio di atas merupakan kodrat yang tidak dapat dilihat.


15

Terletak pada level iman dan misterinya.


Di dalamnya ada kesatuan tetapi tidak dapat dilihat secara konkret.

Bentuk konkrit dalam model Gereja sebagai Communio dilukiskan dalam


kisah turunnya Roh Kudus atas para rasul, “Mereka bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu
berkumpul untuk memecah-mecahkan roti dan berdoa” (Kis 2:42).

Pengajaran iman apostolik mempersatukan komunitas.


Mereka membagikan dan mengalami iman yang sama.
Iman mempersatukan komunitas.
Di dalam iman, jemaat menjadi satu hati dan satu pikiran.
Komponen yang membangun kehidupan komunitas itu ialah kesetiaan
pada pengajaran para rasul, yaitu mendengar sabda dan merayakan
ibadat yang sama seperti dilakukan oleh Tuhan, yaitu Ekaristi.

Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup komunitas.


Ekaristi mengimplikasikan suatu identitas tentang perayaan-perayaan
komunitas.
Komunitas beriman setiap zaman dikumpulkan dengan para rasul di sekitar
Allah dan Kristus untuk merayakan sebuah liturgi abadi dan surgawi.
Karena itu, liturgi Ekaristi memiliki dimensi masa kini dan masa
eskatologis.

Sambil menuju kehidupan eskatologis, komunitas Kristen harus


menciptakan persekutuan gerejani yang kelihatan di Antara orang beriman,
yaitu
1. mengakui iman yang sama
2. merayakan sakramen yang sama.
3. Mendorong ke kesucian hidup
4. Pelayanan satu sama lain sesuai dengan teladan Yesus (bdk. Flp
2:5) di bawah bimbingan Roh Kudus.
16

Di samping kesatuan iman,


Gereja sebagai Communio menerima keanekaragaman dalam Gereja,
yaitu keanekaragaman karunia dan cara menghidupi iman dari masing-
masing anggota.
Keanekaragaman itu tidak bertentangan dengan kesatuan yang benar.
Kesatuan dibangun atas dasar keanekaragaman karunia-karunia atau
‘charismata’.
Namun, tetap setia pada pengajaran iman apostolik dan pengakuan iman
yang sama.

Dalam arti sebenarnya, Communio atau persekutuan Gereja merupakan


hasil karya Roh di dalam umat beriman (LG. 4).
Karena itu, Gereja tidak dapat diterangkan secara organisatoris atau
sosiologis saja.
Selain unsur ilahi, Gereja terdapat unsur organisatoris dan komunikasi
antar manusia sebagai sifat insani kehidupan Gereja.
Hidup persekutuan Gereja itu belum lengkap.
Mereka masih dalam peziarahan.
Persekutuan Gereja lokal harus berusaha untuk semakin mencapai kesatuan
penuh dengan Allah dan Putra-Nya Yesus Kristus dalam Roh Kudus.
Gereja sebagai persekutuan harus mengusahakan pertumbuhan dan
pendalaman hingga kehendak Allah menjadi nyata.

Berdasarkan uraian di atas,


Gambar/model Gereja sebagai Communio dapat diterima dalam Gereja
ekumene dengan alasan berikut.
1. Berdasar pada Kitab Suci
2. Menekankan Ekaristi sebagai sumber dan puncak iman
3. Memperhatikan tradisi apostolik
4. Menekankan kesatuan iman dengan tetap memelihara
keanekaragaman karunia dan karisma pelayanan.
5. Menghargai perlunya institusi walaupun tidak dilebih-lebihkan
17

6. Percaya dalam tuntunan Roh Kudus untuk semakin menyucikan


Gereja.

Anda mungkin juga menyukai