Anda di halaman 1dari 7

PRA PAPER

KEMANDIRIAN
GEREJA MASEHI INJILI di MINAHASA
(GMIM)

TRENNIE N. A. RUNGKAT, S.Pd

TUGAS MATA KULIAH :


SISTEMATIKA 1
STT YERUSALEM BARU MANADO
2019
PRA PAPER SEJARAH GMIM

KEMANDIRIAN GEREJA

1. Sejarah Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)

Kekristenan mulai diperkenalkan di tanah Minahasa oleh dua misionaris Jerman


yang dididik di Belanda, yaitu Johan Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb
Schwarz, yang diutus oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG), badan
pekabaran injil asal Belanda. Pada tanggal 21 Juni 1831, mereka tiba di daerah ini
untuk memberitakan Injil. Tanggal ini diperingati oleh GMIM sebagai hari
Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di tanah Minahasa.

GMIM adalah salah satu kelompok gereja protestan di Indonesia yang beraliran
Calvinisme. GMIM didirikan di Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1934
setelah dipisahkan dari gereja induknya “Indische Kerk” (yang sekarang menjadi
Gereja Protestan di Indonesia) dan pada tanggal 30 September 1934 GMIM
dinyatakan sebagai gereja mandiri. Tanggal ini diperingati sebagai hari jadi
GMIM. Kemudian sejak tahun 1945, kepemimpinan diemban oleh pendeta
pribumi dengan terpilihnya Ds. A.Z.R. Wenas sebagai Pemimpin Gereja.

Pada tahun 2005, GMIM mempunyai sekitar 900 pendeta, 65% diantaranya
adalah perempuan, yang melayani 818 gereja lokal, yang dibagi ke dalam 101
wilayah dengan sekitar 1.050.000 anggota. Pada tahun 2018 jumlah warga GMIM
di Sulawesi Utara (Sulut) ini mencapai 32,3 persen dari jumlah penduduk Sulut
yang mencapai 2.461.028 jiwa (data BPS 2017). Informasi yang diperoleh tren
sulut dari Bidang Informasi dan data BPMS GMIM menyebutkan, dalam sensus
terbaru 2018 ini, warga GMIM yang terdata mencapai 795.809 jiwa.

Jumlah warga GMIM yang terdata saat ini mencapai 798.809 jiwa dan jumlah KK
226.753. sedangkan jumlah jemaat kita mencapai 968 jemaat dimana 953 jemaat
di Minahasa (Sulut) dan jemaat lainnya diluar daerah dan luar negeri.

Sementara seiring adanya pemekaran kolom di jemaat-jemaat, jumlah kolom di


GMIM saat ini sudah mencapai 10.963 kolom dan 125 wilayah, dimana satu
wilayah berada di Jabodetabek. “Sedangkan jumlah pendeta yang di SK-kan
BPMS ke jemaat dan lembaga lainnya mencapai 2.198 pendeta. Sesuai pembagian
gender, didominasi pendeta wanita yang jumlahnya mencapai 1.535 pendeta dan
laki-laki berjumlah 663 orang.
RINCIAN DATA

Jumlah Penduduk Sulut (BPS 2017) : 2.461.028 jiwa


Jumlah warga GMIM (BPMS 2018) : 795.809 jiwa
Jumlah KK warga GMIM : 226.753 kk
Jumlah jemaat GMIM : 968 jemaat
Jumlah wilayah pelayanan : 125 wilayah
Jumlah kolom se-Sinode GMIM : 10.693 kolom
Jumlah Pendeta Sk GMIM : 2.198 orang
Pendeta Wanita : 1.535 orang
Pendeta Pria : 663 orang

2. Sistem Organisasi GMIM

Organisasi GMIM mempunyai struktur lengkap dari tingkat atas hingga ke tingkat
bawah yaitu : BPMS, BPPS di Sidang Majelis Sinode GMIM. Sistem ini terjadi
setelah adakan pemilihan di tingkat jemaat dan wilayah.

Sidang Majelis Sinode ke 79, Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) telah
menghasilkan struktur lengkap Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Periode
2018-2022

Hasil pemilihan menempatkan Pdt. DR. Hein Arina sebagai Ketua BPMS
GMIM sedangkan nama Wakil Gubernur Sulut Steven Kandou menempati
Majelis Pertimbangan Sinode (MPS).

Selain itu di jajaran Badan Pengawas Perbendaharaan Sinode (BPPS)


GMIM sesuai didominasi oleh Sanny Parnegkuan yang notabenenya adalah
sebagai Komisaris Utama (Komut) PT. Bank Sulutgo.

Berikut hasil pemilihan BPMS, MPS dan BPPS GMIM Periode 2018-
2022 :

Ketua BPMS : Pdt. DR. Hein Arina, M.Th


Wakil Ketua Bid. APP : Pdt. Antonius Dan Sompie, M.Th
Wakil Ketua Bidang Hub. Kerja : Pdt. Ventje Talumepa, M.Th
Sama
Waki Ketua Bid. PSD : Pdt. Petra Yani Rembang, M.Th
Sekretaris : Pdt. Evert Tangel, M.Pd.K
Wasek I Pekerja GMIM dan Pelsus : Pdt. Joice Sondakh, M.Th
Wasek II Bid. Data dan Informasi : Pdt. Janny Rende, M.Th
Wasek II Bid. Hukum, HAM dan : Pnt. Jhonli Wendur, SH, MH, MM
Inventaris
Bendahara : Syms. Recky Kiki Montong, M.Th
Wakil Bendahara : Syms. Ritha Tangkudung
Anggota MPS :
1. Pdt. DR. H.W.B. Sumakul
2. Drs. Steven Kandou
3. Pdt. DR. A. O. Supit

BPPS :
Ketua : Sanny Parengkuan
Wakil Ketua : Maurits Berhandus
Sekretaris : Novie Maxi Ilat
Wakil Sekretaris : Notje Karamoy
Anggota : Hetty Rumagit

Tema PGI dan GMIM “Tuhan Mengangkat Kita Dari Samudera Raya”
Mzm.71:20b
Sub Tema : “Dalam Solidaritas Dengan Sesama Anak Bangsa Kita Tetap
Mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila Guna Menanggulangi Kemiskinan,
Ketidak-adilan, Radikalisme dan Perusakan Lingkungan.
Visi GMIM : GMIM yang Kudus, Am dan Rasuli

GMIM YANG KUDUS

Gereja secara khusus GMIM dipahami sebagai persekutuan orang-orang


kudus yang telah dibenarkan dan ditebus oleh Yesus Kristus (1 Kor 1:30).
Hal ini menjadi pengakuan gereja sepanjang masa sebagaimana termuat
dalam Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel yang mengungkapkan : “Aku
percaya satu gereja yang Kudus dan Am dan Rasuli”. Arti kata kudus dalam
Alkitab berasal dari kata Qadosh (Ibrani) yang berarti : disendirikan,
dipisahkan, dikhususkan. Dalam bahasa Yunani disebut haglos yang berarti
suatu pemisahan. Dengan demikian orang-orang yang kudus adalah orang-
orang yang dipisahkan, dikuduskan, dikhususkan di dalam Kristus yang
menikmati keselamatan daripada-Nya. Persekutuan orang-orang kudus,
berarti persekutuan orang-orang yang memiliki kekhususnya, perbedaan
dengan orang lain, yakni orang-orang yang sungguh-sungguh hidup sesuai
dengan kehendak Allah, namun yang tetap berada di tengah dunia dan terus
memberitakan tentang Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kepada
banyak orang.

Gereja yang kudus oleh sebab Allah memandang kepada kita didalam
Kristus artinya sebagai manusia yang dosanya telah ditebus oleh kematian
serta kebangkitan Kristus. Gereja itu kudus sebab ia dikuduskan oleh Allah
yang telah memberikan Yesus Kristus menjadi kepala gereja. Kita mengaku
bahwa Gereja itu kudus dalam memandang dan percaya kepada Yesus
Kristus, yang telah menguduskan milik-Nya.

GMIM YANG AM

Kada Am berarti umum, universal berasal dari bahasa latin: catcolicam. Hal
ini mau mengatakan bahwa keadaan gereja tidaklah dibatasi oleh ruang,
tempat dan waktu. Gereja itu adalah am, karena pekerjaan Yesus Kristus
yang merupakan kepalanya dan bahwasanya Kristus adalah Juruselamat
untuk dunia dan untuk seluruh umat manusia.

Gereja dihadirkan Tuhan di tengah dunia ini tanpa dibatasi dengan waktu,
tempat, suku, ras, strata sosial, dsb. Dengan demikian keanggotaan GMIM
tidak hanya dibatasi pada orang dari suku-suku tertentu, tetapi terbuka bagi
siapa saja. Dengan mengingat sifat gereja yang am itu, maka GMIM-pun
menyadari bahwa perlu diadakan hubungan kerjasama dengan gereja-gereja
se-azas dan gereja-gereja lain, baik yang ada di tingkat lokal, regional,
nasional dan internasional, demikian mewujudkan keesaan gereja.

GMIM YANG RASULI

Kata Rasuli berarti bersifat kerasulan. Kata Rasul dalam bahasa Yunani,
disebut apostolos (utusan). Kata apostolos berasal dari kata kerja apostello,
yang berarti : mengurus dengan tujuan khusus.
Dengan demikian dipahami bahwa gereja diutus ke dalam dunia untuk tegas
khusus untuk memberitakan tentang keselamatan di dalam Kristus. Gereja
mengemban tugas-tugas kerasulan (apostolat) yaitu untuk mewartakan Injil
kepada segala makhluk (Markus 16:15), sambil terus memperjuangkan
keadilan, kedamaian dan kesejahteraan bagi banyak orang.

MISI :
1. Meningkatkan spiritualitas beriman warga gereja dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Meningkatkan keesaan dengan gereja-gereja di Indonesia dan di seluruh
dunia.
3. Meningkatkan pelayanan misi dan diakonia yang holistik bagi keadilan,
perdamaian dan kesejahteraan sosial yang menjamin keberlangsungan
keutuhan ciptaan.
4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan GMIM.
TUJUAN

1. Mencapai tingkat spiritualitas beriman warga gereja yang mampu


mewujudkan pola hidup Yesus Kristus dalam semua bidang kehidupan.
2. Mencapai kualitas komunikasi dan kerajsama gereja-gereja yang saling
mengakui dan menerima untuk mewujudkan gereja yang esa di seluruh
dunia.
3. Memperluas jangkauan pemberitaan Injil kepada segala makhluk (dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup).
4. Memperluas upaya-upaya diakonial untuk mencapai keadilan,
perdamaian, kesejahteraan dan keutuhan ciptaan.
5. Mencapai GMIM yang mandiri dalam theologi sumber daya alam,
manusia, manajerial dan dana.

3. Evaluasi Keunggulan dan kelemahannya

Setiap organisasi hrus melakukan evaluasi sistem yang diberlakukan apalagi


evaluasi sistem yang digunakan oleh organisasi gereja khususnya GMIM.
Dalam hal bidang diakonial suka maupun duka sangat baik, karena dalam
pelayanan tersebut telah memberikan dampak positif bagi jemaat. Setelah
penulis mengadakan penelitian di lapangan tentang hubungan antara gereja
satu dengan yang lainnya, masih terdapat beberapa perbedaan prinsip oleh
karena sistem pula yang berbeda. Dalam pengendalian internal yang
melibatkan penataan tanggung jawab, tupoksi dalam organsiasi gereja
masih terdapat hal-hal yang dikerjakan tidak secara efisien. Misalnya :
dalam tugas pelayanan (pemberitaan injil) yang diadakan secara internal,
sering terabaikan karena sistem yan gkurang efektif karen amasih terjadi
diskomunikasi baik diantara pelsus dan jemaat.

Demikian juga tugas pokok dan fungsi dari ketua wilayah maupun ketua
jemaat bahkan di antara ketua jemaat dan pendeta pelayanan masih saja
terjadi oleh karena kurangnya komunikasi, atau telah melanggar sistem
yang telah diatur dari BPMS ke BPMW. Demikian pula hubungan antara
para Pendeta dengan Pelsus, juga Pelsus dengan Pelsus masih terdapat sifat
keegoisan, kesalahpahaman dan pembenaran diri. Dengan danya hal
tersebut sangat berdampak negatif bagi anggota jemaatnya. Sehingga terjadi
pemindahan kolom, anggota jemaat berpindah ke golongan lain bahkan ada
yang berpindah kepercayaannya, sebaiknya ada juga jemaat dari golongan
dan agama lainnya berpindah masuk dan memberikan pernyataan untuk
bergabung masuk menjadi anggota jemaat GMIM.
Dalam hal keuangan gereja masih terkelola dengan baik dan dapat
dipertanggungjawabkan. Namun, dalam hal pengelolaan yayasan sekolah
dan universitas, rumah sakit GMIM masih terkesan amburadul dan banyak
menerima protes baik dari kalangan orang tua murid/mahasiswa dan pasien
bersama keluarganya.

Dengan demikian penulis pra paper ini telah mencoba mengadakan tatap
muka dengan para guru yang bertugas di yayasan sekolah GMIM maupun
Direktur dan para Medis yang bertugas di RS GMIM Kalooran Amurang
agar dalam hal belajar mengajar agar mengikuti kurikulum yang berlaku
dan harus ada koordinasi dengan pihak gereja untuk mengetahui situasi dan
kondisi para murid, dan untuk pelayanan di RS GMIM Kalooran Amurang,
penulis mengharapkan agar pelayanan lebih dulu baru tuntutan uang, agar
melayani orang sakit harus diutamakan dengan penuh sukacita dan kasih.
Sehingga para pasien dan keluarganya merasakan ada pertolongan dan
berjalan sesuai dengan misi dan tujuan GMIM

Sumber :

Lembaga Alkitab Indonesia “LAI” 2015


Renstra GMIM 2014-2018 “Sistem dan Struktur Organisasi GMIM”
Hasil penelitian : - Penulis dalam hal hubungan Pelsus dengan Pelsus
yang berpengaruh pada Jemaat
- Yayasan Sekolah GMIM dan RS Kalooran Amurang.

Anda mungkin juga menyukai