Anda di halaman 1dari 24

SEMINAR PASTORAL

PENGGEMBALAAN KEPADA REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH

Suatu Upaya Penggembalaan Kepada Remaja Yang Putus Sekolah Karena Ditinggalkan
Oleh Orang tuanya

Dosen:

Parsaulian Simorangkir, M.Th

Oleh/NIM:

Jhon Ricone Orifein Sinaga/ 1810029

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA METHODIST INDONESIA

BANDAR BARU

2021

1|Page
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial yang pertumbuhan dan perkembangan


hidupnya bergantung dan dipengaruhi oleh sesamanya dan lingkungan hidupnya.
Pertumbuhan dan perkembangan hidup setiap orang tidak hanya dibentuk dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam dirinya sendiri, tetapi juga oleh faktor-faktor
dari luar dirinya. Faktor-faktor dari dalam diri seseorang yang membentuk dan
mempengaruhi kepribadiannya disebut faktor internal. Sedangkan faktor-faktor dari
luar diri seseorang yang membentuk dan mempengaruhi kepribadiannya disebut faktor
eksternal.

Dalam kepribadian remaja yang sedang dalam perkembangan, remaja


mengalami perubahan fisik seperti perubahan suara, pertambahan berat badan dan
perubahan bentuk tubuh dan perubahan perilaku. Sebagai rangkaian dari proses
tumbuh dan berkembang yang berkesinambungan di dalam pribadi remaja, maka
keadaannya yang ada saat ini sangat mempengaruhi keadaannya yang akan terjadi di
masa depan. “Kepribadian yang mantap tercapai bila seluruh aspek kepribadian remaja
meliputi antara lain: aspek emosi dan social diperkembangkan orang tua sebaik-
baiknya.” Faktor penentu bagi perkembangan seorang remaja baik fisik maupun mental
adalah peran orang tua, terutama peran seorang ibu, karena ibu adalah pendidik
pertama dan utama bagi anak-anak yang dilahirkan sampai dia dewasa. Dalam proses
pembentukan pengetahuan, melalui berbagai pola asuh yang disampaikan oleh seorang
ibu sebagai pendidik pertama sangatlah penting. Pendidikan dalam keluarga sangat
berperan dalam mengembangkan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai
keagamaan dan moral, serta ketrampilan sederhana. Sehingga ketika orang tua tidak
bertanggung jawab akan pertumbuhan anak, dan pergi meninggalkan mereka, maka
dari hal tersebut dalam setiap permasalahan perlu bimbingan dalam upaya
memberikan semangat kepada anak tersebut, sehingga peran dari penggembalaan
pastoral ini menbimbing, menopang dan menguatkan bagi orang yang putus sekolah
akibat ditinggalkan oleh orang tua yang tidak bertanggung jawab terhadap anaknya.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1. Pengertian Penggembalaan Pastoral

Istilah penggembalaan yang sering digunakan memiliki makna yang sama


dengan “pelayanan penggembalaan”, yang biasa dilakukan oleh pastor, penatua ataupun
pendeta. Penggembalaan tidak semata-mata menekankan pada apa yang diucapkan oleh
gembala, tetapi bagaimana perkataan itu dapat diterima oleh orang yang digembalakan
dan bagaimana perkataan itu dapat memengaruhi kepribadian mereka, yaitu melalui
pikiran, perasaan, serta tentang pengakuan dari orang yang digembalakan tersebut. 1
Istilah penggembalaan erat kaitannya dengan istilah gembala.Maka penulis kira, kita
perlu memahami istilah tersebut.Istilah gembala adalah salah satu istilah yang sangat
penting dalam gereja dan Alkitab. Istilah gembala dipakai untuk menyebutkan dua hal,
yaitu: pertama, yang menggembalakan ternak dan kedua, orang yang mengasuh dan
membina manusia atau yang bertugas untuk menggembalakan manusia, baik yang
bersifat ilahi maupun fana.2 Dalam KBBI, gembala berarti penjaga atau pemiara
binatang, atau orang yang menjaga keselamatan orang banyak. 3Gembala, dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Shepherd dan dalam Perjanjian Lama disebut ro-eh, yang berarti
memberi makan, membawa kawanan domba ke padang rumput, memimpin dan
memerintah. Istilah ro-eh berarti gembala atau orang yang
menggembalakan.Sedangkan dalam bahasa Yunani, gembala dikenal dengan istilah
poiemen, yang merujuk kepada Yesus sebagai gembala. 4 Dalam perjanjian baru,
pengembalaan dipahami sebagai tugas seluruh warga jemaat yang berfungsi sebagai
persekutuan pemeliharaan dan penyembuhan, dimana yang lebih berperan aktif adalah
pendeta sebagai gembala. Tugas pendeta adalah mendidik, melatih, memberi inspirasi,
dan mengawasi warga jemaat dalam pelayanan pengembalaan.5

2.2. Pengertian Pendampingan Pastoral

1
M. Bons-Strom, Apakah Penggembalaan Itu? (Jakarta:BPK-GM, 1999), 1
2
J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L (Jakarta: Yayasan Komunikas Bina Kasih, 1994),
223
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), 223
4
Colin Brown (ed.), The International Dictionary of The New Testament Teology Vol. 3 (USA: Zondervan,
1978), 566.
5
Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral (Yogyakarta: Kanisius, 2002),
67.

3|Page
Kata pendampingan pastoral adalah gabungan dua kata yang mempunyai makna
pelayanan, yaitu kata pendampingan dan kata pastoral. Pertama, istilah pendampingan,
kata ini berasal dari kata kerja “mendampingi”. Mendampingi merupakan suatu
kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab perlu didampingi. Orang yang
melakukan kegiatan “mendampingi” disebut sebagai “pendamping”. Antara yang
didampingi dan pendamping terjadi suatu interaksi sejajar atau relasi timbal- balik.
Dengan demikian istilah pendampingan memiliki arti kegiatan kemitraan, bahu-
membahu, menemani, dan kepedulian dengan tujuan saling menumbuhkan dan
mengutuhkan.6 Kata Pastoral berasal dari bahasa latin Pastore, dalam bahasa Yunani
disebut Piomen yang berarti Gembala. Secara tradisional, pastoral merupakan tugas
pendeta yang menjadi gembala bagi jemaatnya. Didalam kata gembala terkandung
pengertian tentang hubungan antara Allah yang penuh kasih dengan manusia lemah
yang memerlukan arahan dan bimbingan. Karena itu, konseling suatu fungsi pastoral
lebih menunjukkan pada sifat dan fungsi dari seorang gembala yang selalu
membimbing, merawat, memelihara, melindungi dan menolong orang lain. 7

2.3. Fungsi Penggembalaan

Secara tradisional fungsi penggembalaan ada empat tindakan yang dilakukan


seorang konselor terhadap konseli, yaitu:

2.3.1. Menyembuhkan(Healing)
Penyembuhan adalah salah satu fungsi pastoral yang bertujuan untuk mengatasi
beberapa kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu pada suatu keutuhan dan
menuntun dia kearah yang lebih baik daripada kondisi sebelumnya 8.

Dalam hal pendampingan pastoral, fungsi menyembuhkan ini penting dalam arti
bahwa melalui pendampingan yang berisi kasih sayang, rela mendengarkan segala
keluhan batin, dan kepedulian yang tinggi akan membuat seseorang yang sedang
menderita mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai spintu masuk kearah
penyembuhan yang sebenarnya9. Oleh karena itu fungsi penyembuhan ini sangat

6
Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 9.
7
J.D. Engel, Konseling Suatu Fungsi Pastoral (Salatiga: Tisara Grafika, 2007), 2.
8
Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral, (Semarang: Satya Wacana, 1987), 10.
9
Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral,.., 14-15.

4|Page
penting, dimana konseli akan mengalami penyembuhan dari masalah yang membuat
konseli merasa tertekan.

2.3.2. Menopang(Sustaining)

Penopangan berarti menolong orang yang ‘terluka’ untuk bertahan dan melewati
suatu keadaan yang dialaminya pemulihan kepada kondisi semula atau menyembuhkan
dari penyakitnya tidak mungkin atau tipis kemungkinannya 10. Konseling yang
menopang menggunakan metode-metode mendukung secara periodik, dalam suatu
hubungan penggembalaan jangka lama. Tujuannya adalah menolong agar terus
berfungsi hingga taraf yang paling baik.11

Konseling yang bersifat mendukung adalah suatu pendekatan yang berharga


dalam karya pastoral. Bahkan fungsi menopang (sustaining)sangat perlu untuk orang
yang mengalami gangguan fisik dan rohani yang di hadapi ketika konseli kerasukan.

2.3.3. Membimbing (Guiding)


Tahap membimbing berarti membantu orang-orang yang kebingungan untuk
menentukan pilihan-pilihan yang pasti diantara berbagai pikiran dan tindakan
alternatif, jika pilihan-pilihan demikian dipandang sebagai yang mempengaruhi
keadaan jiwanya sekarang dan yang akan datang. Membimbing yang dimaksud ialah
melalui respons percapakan yang interpretatifyang mengajak berpikir, menuntun,
mengajar, menerangkan, dan membimbing.

Pembimbingan akan membantu orang yang berada dalam kebingungan dalam


mengambil pilihan yang pasti, pilihan yang dipandang mempengaruhi keadaan jiwa
mereka sekarang dan pada waktu yang akan datang. 12 Oleh karena itu, konselor harus
memberi waktu dan tenaga untuk membimbing serta mendampingi konseli.

2.3.4. Mendamaikan (Reconciling)

Berupaya membangun ulang relasi manusia dengan sesamanya dan antara


manusia dengan Allah. Secara tradisi sejarah, mendamaikan menggunakan dua bentuk
yaitu pengampunan dan disiplin, tentunya dengan didahului oleh

10
Howard J. Clinebell, Basic Types Of Pastoral Counseling (New York: Abingdon Press, 1966), 53.
11
Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral,..., 14.
12
Howard J. Clinebell, Basic Types Of Pastoral Counseling..., 54.

5|Page
pengakuan.13Pelayanan untuk mendamaikan konseli dengan sesama dan Tuhan adalah
salah satu tugas pelayanan yang paling penting yang ditugaskan Kristus kepada gereja
(2 Kor. 5:18) Fungsi mendamaikan disini adalah untuk memperbaiki relasi.

Mendamaikan merupakan mencari untuk menghidupkan kembali hubungan


yang rusak diantara manusia dengan manusia dan juga diantara manusia dengan
Allah14. Memaafkan adalah salah satu konsep yang berhubungan dengan perasaan
dalam Kejadian 43 terdapat sebuah kisah yang menyentuh yaitu kisah Yusuf dan
saudara-saudaranya. Yusuf tidak diperlakukan dengan baik, namun Yusuf mau
mengampuni mereka dan melakukan perdamaian dengan mereka (Kej. 43:3-5) 15.

Semua fungsi pelayanan mempunyai satu tujuan tunggal yang mempersatukan


semuanya, yaitu memperkuat keutuhan manusia yang berpusat pada Roh. Melalui
fungsi-fungsi inilah setiap proses dalam penggembalaan dapat dilakukan, setiap fungsi
dapat menjadi suatu alat pertumbuhan dan penyembuhan secara holistik, karena dari
keempat fungsi ini merupakan suatu saluran dari pemeliharaan Pastoral. 16

2.4. Remaja
2.4.1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.


DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak
dan dewasa.17 Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua
puluh tahun.18 Sedangkan Anna Freud, berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan
orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan.19

13
William A. Clebsch and Charles R. Jaekle, Pastoral Care in Historical Perspective (Englewood: Prentice
Hall, 1964), 66.
14
Howard J. Clinebell, Basic Types Of Pastoral Counseling,..., 39.
15
Ruth Hawkey, Healing Emotional Wounds (Yogyakarta: ANDI, 2008), 82.
16
Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral ,..., 54.
17
Ibid, hlm. 220.
18
Ibid
19
Ibid

6|Page
2.4.2. Ciri-ciri Remaja

Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan masa
remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya
dan sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja
maupun orangtuanya.

Menurut Sidik Jatmika, kesulitan itu berangkat dari fenomena remaja sendiri
dengan beberapa perilaku khusus; yakni:

1. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan


pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan
perselisihan, dan bias menjauhkan remaja dari keluarganya.
2. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika mereka
masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua semakin lemah. Anak
remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan
dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam
hal mode pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya harus
mutakhir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun
seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan,
membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri ( over confidence) dan ini bersama-sama
dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat
dan pengarahan oangtua.20
2.5. Konsep Putus Sekolah
2.5.1. Pengertian Anak Putus Sekolah

Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran


karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak
terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk
mendapatkan pendidikan yang layak. Masa anak-anak merupakan tahapan penting
dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian di kemudian hari. Masa untuk
berkreatifitas secara konkrit, dimana anak-anak mengembangkan kemampuan
20
Sidik Jatmika, Genk Remaja, Anak Haram Sejarah ataukah Korban Globalisasi?,( Yogyakarta:Kanisius,
2010), hlm.10- 11

7|Page
menganalisa dan mengelola pola relasi sosial dalam hubungannya dengan kemampuan
memecahkan berbagai jenis masalah yang dihadapi. Kemampuan tersebut akan berguna
bagi hidupnya dikemudian hari. Di Indonesia ini pemerintah mempunyai program
Wajib Belajar 9 tahun program ini didasari konsep “pendidikan dasar untuk semua”
(universal basiceducation), yang pada hakekatnya berarti penyediaan akses yang sama
untuk semua anak. Hal ini sesuai dengan kaedah-kaedah yang tercantum dalam Piagam
PBB tentang Hak Asasi Manusia, tentang Hak Anak, dan tentang Hak dan Kewajiban
Pendidikan Anak.21

2.5.2. Hak Anak Akan Pendidikan

Pendidikan merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak wajib
dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan dan
pemerintah. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen yaitu orang tua,
lembaga masyarakat, pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya
pendidikan. Pendidikan itu tanggung jawab semua masyarakat, bukan hanya tanggung
jawab sekolah. Konsekuensinya semua warga negara memiliki kewajiban moral untuk
menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada anggota masyarakat yang tidak bisa
sekolah hanya karena tidak punya uang, maka masyarakat yang kaya atau tergolong
sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi kelangsungan
sekolah anak yang putus sekolah. Dengan adanya pendidikan maka sumber daya
manusia dinegara ini semakin meningkat. Dalam hal pendidikan tidak luput dari proses
belajar.22

2.5.3. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah

Penyebab utama anak sampai mengalami putus sekolah adalah karena


kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak, keterbatasan
ekonomi, tidak ada biaya, keadaan geografis yang kurang menguntungkan, keterbatasan
akses menuju ke sekolah, karena sekolah jauh atau minimnya fasilitas pendidikan. 23 Hal
senada juga diungkapkan oleh Muhammad Saroni yang menyatakan yakni, “tingkat
perekonomian keluarga pada kenyataannya merupakan salah satuaspek penghambat
21
Sarfa Wassahua, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kamoung Warga Negeri
Hative Kecil Kota Ambon, (a l - i l t i z a m , Vol.1, No.2, Desember 2016), h. 98
22
Sarfa Wassahua, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kamoung Warga Negeri
Hative Kecil Kota Ambon, (a l - i l t i z a m , Vol.1, No.2, Desember 2016), h. 99
23
BPS. (2010). Statistik pendidikan 2009. Jakarta: BPS RI.

8|Page
kesempatan proses pendidikan dan pembelajaran. Ada banyak anak usia sekolah yang
terhambat, bahkan kehilangan kesempatan mengikuti proses pendidikan hanya karena
keadaan ekonomi keluarga yang kurang mendukung”.24

Nazili Shaleh juga menyatakan bahwa, ada beberapa faktor yang menyebabkan
anak mengalami putus sekolah yaitu: 1) adat istiadat dan ajaran-ajaran tertentu, 2)
karena kecilnya pendapatan orang tua murid, 3) jauhnya jarak antara rumah dan
sekolah, 4) lemahnyakemampuan murid untuk meneruskan belajar dari satu kelas ke
kelas selanjutnya, 5) kurang adanya perhatian dari pihak sekolah. Mencermati apa yang
diungkapkan oleh Nazili Shaleh, dapat diketahui bahwa terdapat dua faktor yang
menyebabkan anak mengalami putus sekolah yaitu faktor eksternal anak dan faktor
internal anak. Faktor eksternal anak meliputi adat istiadat atau budaya, faktor ekonomi,
jarak yang ditempuh untuk mengakses sekolah serta kurangnya perhatian dari orang
tuadan sekolah. Sedangkan yang termasuk dalam faktor internal anak adalah
kemampuan belajar anak. Berbagai macam faktor-faktor yang ada tersebut saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Maksudnya, faktor ekonomi dapat
menyebabkan rendahnya minat anak, fasilitas belajar dan perhatian orang tua yang
kurang. Faktor minat anak yang kurang dapat diakibatkan oleh perhatian orang
fasilitas belajar yang rendah, budaya kurang mendukung, dan jarak antara tempat
tinggal anak dengan sekolah yang jauh.25

Dari berbagai penjelasan tentang permasalahan yang menyebabkan anak


mengalami putus sekolah dapat diketahui bahwa yang menyebabkan anak mengalami
putus sekolah dipengaruhi oleh berbagai sebab, baik yang berasal dari internal anak
maupun eksternal anak.

BAB III

DESKRIPSI KASUS, ANALISA KASUS, INTERPRETASI KASUS, AKSI PASTORAL


3.1. Deskripsi Kasus

24
file:///C:/Users/acer/Downloads/199-618-1-PB.pdf. Diakses Pada 05 September 2021 Pada Pukul
21:22 WIB.
25
Sarfa Wassahua, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kamoung Warga Negeri
Hative Kecil Kota Ambon, (al-iltizam, Vol.1, No.2, Desember 2016), h. 101

9|Page
Iong adalah seorang remaja yang berusia 14 tahun dan saat ini dia tidak lagi
melanjutkan pendidikannya. Iong adalah anak ke 2 (dua) dari 4 (empat) bersaudara,
dua laki-laki dan dua perempuan (satu orang abang dan dua orang adik perempuan).
Iong bertempat tinggal di Desa. Durian Banggal, Kec. Raya Kahean, Kab. Simalungun.
Orangtua iong saat ini sudah bercereai namun belum sah secara Negara. Setelah
perceraian itu ayahnya pergi merantau ke Kalimantan sedangkan ibunya pergi
merantau ke Siantar. Akibat perceraian orangtuanya, iong dan saudara-saudaranya
menjadi tidak terurus. Abangnya saat ini tinggal di salah satu rumah warga yang berada
di Desa Durian Banggal sebagai pekerja rumah tangga, sedangkan kedua adik
perempuannya saat ini ikut bersama ibunya. Iong tinggal sebatangkara di rumahnya.
Itulah yang melatarbelakangi iong putus sekolah.

Pendidikan terakhir iong sampai kelas 5 (lima) SD, maka dapat dikatakan bahwa
iong tidak tamat dari tingkat Sekolah Dasar (SD). Semenjak putus sekolah iong menjadi
orang yang nakal. Hal ini dapat dilihat dari perbuatan iong yang pernah mencuri di
salah satu warung di lingkungan sekitar rumahnya. Selain itu, dia juga suka berkelahi
dengan anak-anak tetangganya, ia juga merokok. Perbuatan iong dilatarbelakangi oleh
orangtuanya yang sudah meninggalkan dan sudah tidak memperdulikan dia lagi.

3.2. Data-Data Konseli

Nama : Iong Sidauruk (nama samaran)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat dan Tanggal Lahir : Durian Banggal, 22 Mei 2007

Orang Tua :

Ayah : R. Sidauruk

Ibu : S. Sumbayak

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Desa. Durian Banggal, Kec. Raya

Kahean, Kab. Simalungun

10 | P a g e
Status : Pelajar

3.3. Analisa Kasus

3.3.1. Faktor Fisik

Jika dilihat dari kondisi fisik yang dialami oleh Iong saat ini, fisiknya kuat, sehat,
dan mampu melakukan pekerjaan berat. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaannya sehari-
hari yang mampu bekerja mengangkat kelapa sawit, memanjat pohon jengkol dan
pekerjaan berat lainnya.

3.3.2. Faktor Pisikologi

Karena sudah hidup sebatangkara dan ditinggalkan oleh kedua orangtuanya,


maka iong menjadi bersifat tertutup (Intropet). Iong memiliki kepribadian yang
pendiam, menjaga jarak dengan orang lain, tidak suka berinteraksi dengan orang lain
kecuali ketika tenaganya dibutuhkan orang lain. Psikologi Iong agak sedikit terganggu
karena ia sangat terpukul akan keadaannya yang sendirian karena ditinggalkan oleh
kedua orangtuanya. Hal ini dapat terlihat dari keadaannya yang tidak bisa membedakan
mana tindakan yang baik ataupun yang salah.

3.3.3. Faktor Sosial

Jika melihat dari faktor sosialnya, iong bukanlah orang yang mau bersosialisasi
dengan orang-orang sekitarnya. Terlihat dari kepribadiannya yang pendiam dan jarang
berbicara dengan orang-orang sekitar lingkungannya. Namun tetap merespon dengan
baik jikalau ada orang yang bertegur sapa dengannya.

3.3.4. Faktor Spiritual

Kalau dilihat dari faktor spiritual,Iong tidak pernah ke Gereja dan sampai saat ini
dia belum juga di Baptis. Tentu dari hal di atas maka spiritual Iong sangatlah jauh dari
Tuhan. Hal ini dikarenakan kelalaian orangtua dari Iong yang tidak bertanggung jawab
akan hidup spiritual kerohaniannya, dan tidak ada orang yang membawanya untuk
beribadah ke gereja. Karena Iong hidup sendirian, maka tidak ada orang yang
mengarahkannya ke kehidupan kerohanian yang benar, seperti beribadah, berdoa dan
melakukan hal-hal yang bersifat spiritual lainnya.

11 | P a g e
3.4. Interpretasi Kasus

3.4.1. Faktor Fisik

Permasalahan hidup yang dialami oleh Iong tidak terlalu berpengaruh kepada
kondisi fisiknya. Keadaan fisik Iong sampai pada saat ini masih seperti anak-anak
remaja pada umumnya. Bahkan karena sudah terbiasa melakukan beragam pekerjaan
berat, keadaan fisik Iong bahkan lebih kuat daripada anak-anak remaja seusianya.
Semenjak ditinggalkan oleh kedua orangtuanya, mau tidak mau Iong mencari pekerjaan
untuk dirinya sendiri. Maka keadaan fisik Iong bahkan sudah lebih baik dari anak-anak
remaja disekitarnya. Melihat hal ini, banyak juga orang-orang di desanya yang
membantu Iong dengan mempekerjakan Iong dalam beberapa pekerjaan.

3.4.2. Faktor Psikologi

Psikologi Iong menunjukkan bahwa ia adalah anak remaja yang tumbuh dengan
kurang kasih sayang dari orangtuanya. Iong tumbuh tanpa adanya perhatian dan cinta
kasih yang seharusnya didapatkan seorang anak dari kedua orangtuanya. Keadaan ini
menjadikan Iong tumbuh dengan psikologi yang sedikit terganggu. Yang dimaksud
disini bukanlah terganggu kejiwaannya, namun terganggu mentalnya. Dia tumbuh
dengan mental tanpa kasih sayang. Seorang anak yang kehilangan keberadaan
orangtuanya akan tumbuh menjadi anak yang tidak baik. Hal ini terlihat dari perilaku
Iong yang suka mencuri dan berkelahi. Hal tersebut diakibatkan oleh tiadanya didikan
dari kedua orangtuanya.

3.4.3. Faktor Sosial

Kehidupan sosial Iong sama seperti anak-anak remaja lainnya. Namun yang
membedakan adalah, Iong yang tumbuh sendirian tanpa orangtua, hidup dengan
kesendiriaan menjadikan Iong tidak terlalu aktif dalam kehidupan sosialnya dengan
orang disekitarnya. Namun Iong tetap merespon dengan baik apabila ada orang yang
menegursapa dia. Iong juga memiliki lingkungan pertemanan, walaupun hanya
beberapan orang. Namun sangat disayangkan bahwa teman-temannya bukanlah anak-
anak yang terdidik dengan baik. Lingkungan sekitar Iong dan pertemanan Iong yang
kurang baik, membuat Iong kurang menjaga pola hidupnya, sehingga dia sudah
merokok di usianya yang masih remaja.

12 | P a g e
3.4.4. Faktor Spiritual

3.5. Aksi Pastoral

Sedari kecil Iong tidak diperkenalkan oleh orangtuanya mengenai kehidupan


spiritual. Bahkan sampai pada saat ini Iong belum dibaptis. Hal ini terjadi karena
orangtua Iong yang abai terhadap kehidupan kerohanian Iong. Hingga umurnya yang
sudah remaja, Iong tidak pernah pergi ke gereja. Karena sampai pada saat ini tidak ada
orang yang mampu mengarahkan bahkan mengajak Iong ke gereja. Orangtuanya tidak
bertanggungjawab akan kehidupan spiritual Iong. Keadaan ini menjadikan Iong menjadi
sosok yang jauh dari Tuhan, bahkan sering melakukan kejahatan. Iong sering mencuri
dan sudah beberapa kali dipergoki oleh tetangganya melakukan pencurian, bahkan Iong
suka berkelahi dan merokok. Perbuatan-perbuatan Iong ini menunjukkan bahwa Iong
tumbuh menjadi anak yang tidak terkendali dan tidak berada di jalan yang benar.

Keterangan:

Konselor (Ko) : Jhon Ricone Orifein Sinaga

Konseli (Ki) : Iong Sidauruk

3.5.1. Verbatim I

Percakapan pertama dilakukan dirumah Iong Sidauruk pada hari Sabtu 28


Agustus 2021 pukul 19.00-19.30 WIB

Ko : Syalom (Memastikan apakah Iong berada dirumah)

Ko : Syalom…, Syalom…(Mencoba memanggil kembali karena tidak ada sahutan)

Ko : Syalom…, Syalom…(Dalam hati “kok gak disahutin yaa,” sedikit kesal karena
tidak ada jawaban dari dalam rumah)

(Hendak melangkah membelakangi rumah Iong dengan maksud pulang kerumah) tiba-
tiba Iongpun datang dari luar rumah)

Ki : Mau ngapain abang? (Sambil berkata; saya baru dari warung bang beli jajanan)

Ko : Wah…., enak kali ya dek, malam mingguan makan-makan jajanan (sambil


tersenyum)

13 | P a g e
Ki : Ya gitulah bang (dengan muka senyum)

Ko : Kekmana kabarmu dek, sehatnya kau kan?

Ki : Ya gitu-gitulah bang, seperti yang abang lihat lah, kan aku gak pernah abang
lihat aku sakit selama ini?

Ko : Ya selama ini memang abang lihat sehat-sehat ajanya kau dek, cuman
memastikan nya abang (Menunjukan wajah yang senyum)

Ki : Kalo boleh tau, ngapain kian abang nyariin aku?

Ko : Ya karna abang rindu samamu dekku (Muka senyum)

Ki : Hahahahahhaa…., ngapain pulak lah abang rindu samaku dah? (sambil


tersenyum)

Ko : Selalunya abang rindu samamu dek. Kaunya yang jarang kelihatan sekarang ini
daba, sangkin banyaknya Job kerja ya dek?

Ki : Bisa dibilang lah bang. Tadi siang habis diajak Tulang Remon aku ngambil
jengkol bang

Ko : Pantas lah ya, kau beli-beli jajan, yang lagi cair nya rupanya (sambil tersenyum)

Ki : Hahahahaha…., gitulah bang

Ko : Yaudah abang pulang dulu lah dek, cuman nanyak kabarmunya abang tadi
(muka senyum)

Ki : Sehat-sehatnya aku bang, gak diragukan lagi kesehatanku (tersenyum)

Ko : Puji Tuhan lah kalo gitu dek. Kalo gitu pulang lah abang ya. Makasih ya dek
udah kau luangkan bentar waktumu ngomong-ngomong sama abang

Ki : Oke….,Oke bang. Aku juga mau main PS ini ke tempat rendi

Ko : Oke..,Oke dek lanjud lah dek. Kapan-kapan abang ajak ngobrol boleh kan dek?

Ki : Boleh kali pun bang

Ko : Baik lah, abang pamit pulang dulu ya dek. Syalom dek

14 | P a g e
Ki : Oke…,Oke bang

Analisis Verbatim I:

Hubungan antara konseli dengan konselor sangatlah memiliki hubungan yang


baik dan sudah saling mengenal karena satu kampong, dan rumah konseli dengan
konselor sangatlah berdekatan. Dari percakapan yang saya lakukan dengan konseli,
jelas bahwa konseli adalah anak yang pendiam kepada orang lain, namun terbuka
kepada org yang sudah lama dikenalnya, welcome dengan konselor karna sudah sama-
sama saling mengenal. Kemudian konselor mencari waktu kembali untuk berbincang-
bincang dengan konseli minggu depan.

3.5.2. Verbatim II

Percakapan kedua dilakukan dirumah Iong Sidauruk pada hari Selasa 31 Agustus
2021 pukul 18.40-19.35 WIB

Ko : Syalom dek, syalom (sambil melihat kedalam rumah ada dia atau tidak)

Ki : Oi bang (menyahut dari jalan menuju rumah)

Ko : Bah, dari mana kau dek?

Ki : Dari tadi bang (sambil tertawa)

Ko : Abang serius lo nanyak kau dek (nunjukin muka senyum)

Ki : Aku habis main Bilyard bang di warung rendi (sampil merokok)

Ko : Bah….,habis-habis kesitulah uangmu kemaren itu dek?

Ki : Ya gitu lah bang, daripada suntuk aku dirumah ini bang

Ko : Ha, itulagi masih merokok kau dek, sempurna lagi rokokmu. Apalah gunanya itu
dek?

Ki : Ya gitulah bang, jalani ajalah hidup ini bang

Ko : Kalau boleh tau dek, apalah yang kau rasakan setelah orang mamak sama bapak
pigi dek ninggalin kau dek?

15 | P a g e
Ki : Banyak yang berubah bang, apalagi saya tinggal sendiri kan bang

Ko : Memang itulah beratnya kita di tinggal orangtua ini dek, apalagi kan abangmu
udah di rumah takur damanik tinggal, jadinya hidupnya lebih terurus.

Ki : Ya begitulah bang, makanya semenjak orangtuaku pergi ninggalin kami, ya


akupun merasa gak berguna lah hidup ini bang.

Ko : Engga boleh bilang gitu dek, kan masih banyak yang peduli sama kau dek

Ki : Ya gitulah bang

Ko : Kalo boleh abang tau, sebenarnya kenapa sampe orang mamak sama bapak bisa
pisah dan ninggalin kalian dek?

Ki : Ya gitu lah bang (sampil menunduk dan muka sedih)

Ko : Gak salah abang nanyak soal ini kan dek?

Ki : Sebenarnya gak salah bang, kalau kuceritakan sekarang mungkin gak sempat
lagi bang, karna mau buru-buru bang kesana laigi mau main PS bang, taruhan sama
kawan.

Ko : Harus kali kau habiskan uang dengan hal yang bersipat sesaat dan yang gak
berguna untukmu dek?

Ki : Ya gitulah bang. Oke lah ya bang, kapan-kapan lah kita ngobrol lagi bang, gak
papa kan bang?

Ko : Yaudah kalau gitu dek, abang jugak pamit pulang dulu ya dek. (sekalian berjalan
menuju kerumah)

Ki : Oke……, Oke bang. Makasih jugak udah datang bang main-main kerumah
(sekalian berjalan menuju tempat PS)

Ko : Oke dek. Kapan-kapan abang datang lagi boleh kan?

Ki : Boleh kali bang

Ko ; Oke dek. Makasih dek

16 | P a g e
Ki : Makasih Balek bang (tersenyum)

Analisa Verbatim II:

Dalam verbatim kedua ini saya tidak menyangka keterbukaan dari Ki kepada
saya. Beliau sudah mulai mau bercerita kepada saya tentang latar belakang orangtua Ki
pergi meninggalkan mereka. Tetapi dikarenakan Ki mau pergi main PS, maka
percakapan kami akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Maka dalam verbatim
ini saya berusaha menerapkan fungsi pastoral sustaining yakni menopang dengan
mencoba memberi hal yang baik lewat larangan merokok kepada Ki.

3.5.3. Verbatim III

Percakapan kedua dilakukan dirumah Iong Sidauruk pada hari Kamis 02


September 2021 pukul 19.30-20.30 WIB

Ko : Syalom dek (sambil melihat kedalam rumah)

Ko : Syalom…..,Syalom dek(sambil melihat kesamping kiri dan kanan)

Ki : Ya bang, masuk bang!!!!

Ko : Oke…,oke dek. Yang ngapain nya kau dek?

Ki : Habis dari kamar mandi bang

Ko : Owh…, kemana kau satu hari ini dek, adanya job kerjamu hari ini?

Ki : Tadi siang diajak Tulang kevin bang ngambil sawit di simpang marubun

Ko : Bah, enak lah kau dek, cair-cair (sambil tersenyum)

Ki : Gitu-gitu nama hidupku bang, kalo ada job kerja ya bisa makan, kalo enggak ada
job kerja, ya gitulah bang

Ko : Gak boleh kau bilang gitu dek. Boleh kan abang nanyak-nanyak soal latar
belakang orang mamak sama bapak pergi dek?

Ki : Gimanalah bilangnya bang, maunya aku cerita tapi gak usah abang ceritain
sama siapa-siapa ya bang. Walau memang udah pada taunya orang tetanggaku orang

17 | P a g e
mamak sama bapak pisah karna ada masalah, tapikan malu kali aku kalo semua orang
pada nanyak-nanyak aku nanti bang.

Ko : Iya-iya dek, abang janji gak bakal ngumbar-ngubarkan maslah ini sama siapapu
n

Ki : Oke bang.

Ko : Jadi udah bisalah kau ceritakan kekmananya sebenarnya yang terjadi ya dek.
Biar abang dengarkan.

Ki : Memang seringnya orang mamak sama bapak berantam bang, masalah kecil
pun nanti bisanya dibesar-besarkan mereka, sampai hampir main tangan bapak ke
mamak. Banyak sebenarnya masalah di keluarga kami ini bang.

Ko : Apalah contoh masalahnya dek, sampai berantam terus mamak dengan bapak?

Ki : Yang paling sering itu bang karena masalah uang bang. Abang tau sendirilah
kan, bukannya ada pekerjaan tetap orang mamak sama bapak. Ya pemasukan kami dari
pekerjaan yang disuruh-suruh orang lah bang. Itupun kalau ada pekerjaan, kalau gak
ada pekerjaan, ya gak makan la kami bang.

Ko : Selain karena ekonomi karena apa lah lagi dek?

Ki : Bapak pun bang sering mabuk-mabukan, kalau udah mabuk pasti ributlah di
rumah bang, pasti berantam lah mamak sama bapak bang. Kekmanalah bang,
sebenarnya gak tenangnya ku rasa di rumah ini bang, selalu ribut dan banyak
pertengkaran.

Ko : Ooh seperti itu ya dek. Tapi tetapnya sayang kau sama mamak dan bapak kan?

Ki : Ditinggalkan mereka aku bang, menurut abang masih bisa lagi ku sayangi
mereka, sementara mereka pun gak sayang samaku bang? Ditinggalkan mereka aku
sendirian disini bang, hidupku gak jelas. Kalau mereka sayang samaku, gak akan
ditinggalkannya aku, anaknya sendirian bang. (sambil menunduk dan merasa sedih
dengan mata yang berkaca-kaca).

Ko : Walau bagaimanapun dek tetapnya orangtuamu mamak dan bapak dek. Tidak
boleh kau membenci atau berpikiran seperti itu. Walaupun ditinggalkan kau sendirian

18 | P a g e
disini, tapi doakanlah mereka supaya mereka sadar kalau mereka salah, terus pulang ya
dek.

Ki : Gak ada harapanku mereka mau pulang bang, aku yakin hidupku bakal kekgini
aja bang. Hidup sendirian disini. Biarlah mereka senang di jalan mereka masing-masing.
Mereka sudah tidak memperdulikan aku lagi bang.

Ko : Yakinlah dek, ada nanti jalan dari Tuhan yang akan membantumu dek.

Ki : Ah kalau ada ya syukur bang, kalau gak ada ya dijalani ajalah bang

Ko : Itulah kadang kehidupan ini dek, tapi walaupun begitu tetap semangat lah adek
ya.

Ki : Gitulah bang. Oiya bang, gak bisa aku lama-lama bang, ada janjiku sama kawan-
kawanku bang. Nanti marah mereka kalau lama nunggu aku bang.

Ko : Oh gitu ya dek, ku kira bisa kita lama ngobrol hari ini dah

Ki : Besok-besok lah abang datang lagi ya bang, biar lama kita ngomong-
ngomongnya.

Ko : Yasudahlah kalau begitu dek, lain waktu abang datang ya. Terimakasih untuk
mala mini dek (Izin pulang sambil menjabat tangan Iong)

Ki : Oke bang. Sama-sama bang (membalas tangan Konselor sambil tersenyum)

Analisa Verbatim III

Berdasarkan hasil percakapan konselor dengan konseli dalam verbatim yang


ketiga ini, konselor menyadari betapa terpuruknya Iong sebagai anak yang hidup dan
bertumbuh tanpa kedua orangtuanya. Kesendirian yang dialaminya selama ini membuat
dia selalu merasakan kesepian sehingga mencari kesenangan dengan orang
disekitarnya meskipun dengan cara yang cenderung salah, yakni dengan merokok,
bermain taruhan PS dan tindakan-tindakan lainnya yang tidak baik untuk dilakukan.
Dalam verbatim ini, konselor berusaha menerapkan fungsi membimbing ( Guiding).
Fungsi ini diterapkan dalam membimbing Iong untuk tidak membenci kedua
orangtuanya dan tetap mengasihi mereka, walaupun mereka meninggalkan Iong
sendirian

19 | P a g e
3.5.4. Verbatim IV

Percakapan kedua dilakukan dirumah Iong Sidauruk pada hari Minggu 05


September 2021 pukul 12.30-13.30 WIB

Ko : (berjalan menuju rumah Iong, dan menemui Iong yang sedang duduk-duduk di
depan teras rumahnya) Syalom dek (melambaikan tangan menyapa Iong)

Ki : Eh syalom bang. (membalas sapaan Iong)

Ko : Tumben duduk-duduk dek, gak ada kerjaanmu hari ini?

Ki : Gak ada kayaknya bang, kan hari Minggu ini, gak ada yang butuh tenaga di
ladang orang. Karena gak ada orang yang ke ladang hari ini

Ko : Ooiya pulak ya dek. (duduk di samping Iong)

Ki : Ih kok rapi kali abang, pakek kemeja, celana keper, rambut disisir, ganteng juga
rupanya abang ini ya (bergurau sambil tersenyum)

Ko : Ah bisa aja kau dek. Iyalah abang kan baru pulang dari gereja dek, tadi pulang
dari gereja abang pulang sebentar baru langsung ke sini dek

Ki : Iya ya bang, rajin kali abang ke gereja ya

Ko : Memang keharusan itu dek. Sebagai orang Kristen kan harus ke gereja dek

Ki : Iya ya bang (menganggung mengiyakan perkataan konselor)

Ko : Kau kenapa gak ke gereja dek? Gak pernah ku lihat kau di gereja asal aku ibadah

Ki : Memang gak pernah aku ibadah bang. Surat Baptis ku pun gak ada. Belum di
baptis aku bang (tertawa kecil)

Ko : Bah, kok bisa udah segini umurmu tapi belum di baptis kau dek?

Ki : Gitulah bang, orangtuaku cepat nya ditinggalkan aku. Dari kecil pun gak pernah
aku di bawa ke gereja. Maka belum di baptis aku bang.

Ko : Tapi perlunya ke gereja dek. Apalagi kayak keadaan mu sekarang kan, kau
kesepian dan sendirian, seharusnya kau datang ke gereja, beribadah, berdoa kepada

20 | P a g e
Tuhan dek. Biar dibantu Tuhan, biar diberkati Tuhan kehidupanmu. Doakan orang
mamak sama bapak supaya sadar akan kesalahannya dek.

Ki : Ah gak pernah aku ke gereja bang. Lebih baiknya ku rasa tidur-tidur aja di
rumah hari minggu bang. Capek kali ke gereja itu bang

Ko : Bukan seperti itu dek. Ke gereja dan beribadah itu kewajiban kita dek. Apalagi
dengan keadaanmu sekarang dek, Tuhan mau kau datang ke gereja, berdoa kepada
Tuhan. Ada firman Tuhan di Alkitab dek dalam Matius 11:28. Isinya “Marilah kepada-
Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”.
Dari ayat ini dek, Tuhan mau kau datang kepada-nya, berbicara sama Tuhan, datang
kepada Tuhan menyampaikan semua masalah-masalahmu dek. Dengan itu, nanti Tuhan
kasih jalan untukmu, supaya hidupmu bisa lebih baik dan berada di jalan yang benar
dek. Abang yakin kalau kau nanti ke gereja, kau pasti bisa memaafkan orangtua mu yang
meninggalkanmu, hidupmu pun akan lebih baik, tidak mencuri lagi, tidak merokok dan
taruhan lagi. Kalau abang ajak kau ke gereja, maunya kau dek?

Ki : Udah malu aku bang sama kehidupanku ini, takut aku nanti diceritain orang
karena hancurnya hidupku ini.

Ko : Tidak dek, semua orang pasti senang kalau kau bertobat dan berubah dek. Kau
masih remaja, masih dalam masa pertumbuhan, abang mau hidupmu harus lebih baik,
sehingga nanti kalau sudah besar bisa jadi orang yang sukses.

Ki : Gak tau aku bang entah masih ada harapan ku untuk sukses. Semenjak
ditinggalkan orang mamak sama bapak aku udah putus sekolah (merasa rendah diri)

Ko : Abang yakin samamu dek, asal kau mau berubah perlahan-lahan, merubah
kehidupanmu yang dulunya salah, berusaha berdamai dengan keadaan orangtua mu
yang meninggalkanmu, abang yakin kau akan jadi orang sukses nanti sekalipun kau
sudah putus sekolah, pasti ada jalan nanti walau kau udah gak sekolah lagi(berusaha
meyakinkan konseli)

Ki : Semogalah bang

Ko : Jadi, maunya kau kan ke gereja minggu depan sama abang? (menawarkan diri
untuk mengajak konseli)

21 | P a g e
Ki : Boleh lah ku coba bang. Tapi aku gak berani datang sendiri bang, malu aku bang

Ko : Tenang dek, nanti abang jemput kau biar gereja sama kita ya.

Ki : Oke bang

Ko : Oke dek. Kalau begitu pamitlah abang ya. Tapi berdoalah dulu kita yok.
(Konselor mendoakan kehidupan Iong, keluarganya, luka-luka dihatinya, dan
mendoakan agar Iong bisa menjadi orang yang lebih baik dan bertobat dari kehidupan
lamanya)

Ko+Ki : Amin.. (Selesai berdoa)

Ko : Okelah ya dek, abang pamit pulang lah ya, terimakasih untuk hari ini ya dek.
Berusaha adek pelan-pelan ya untuk berubah ya dek. Jangan mencuri lagi, jangan
berkelahi lagi, jangan merokok dan taruhan lagi ya dek.

Ki : Oke bang, kuusahakan ya bang.

Analisa Verbatim IV:

Dalam percakapan kali ini konselor melihat bahwa Iong telah membuka dirinya
untuk berubah. Setidaknya sudah ada langkah awal dari Iong untuk memperbaharui
kehidupannya dari yang dulunya kelam. Dalam verbatim kali ini, konselor berupaya
menerapkan fungsi pengembalaan menopang (Sustaining) yakni dengan memberikan
motivasi bagi Iong untuk memperbaharui kehidupannya. Selain itu konselor juga
menggunakan fungsi mendamaikan (Reconcilling) yang berupaya mendamaikan Iong
dari keadaan yang menjadikannya membenci kedua orangtuanya yang telah
meninggalkannya. Dengan satu ayat Alkitab konselor berusaha untuk mengajak Konseli
memperbaiki kehidupan spiritualnya yang selama ini tidak pernah datang ke gereja.

BAB IV

PENUTUP

22 | P a g e
1. Penggembalaan tidak semata-mata menekankan pada apa yang diucapkan oleh
gembala, tetapi bagaimana perkataan itu dapat diterima oleh orang yang
digembalakan dan bagaimana perkataan itu dapat memengaruhi kepribadian
mereka, yaitu melalui pikiran, perasaan, serta tentang pengakuan dari orang
yang digembalakan tersebut. Beberapa fungsi penggembalaan antara lain,
Menyembuhkan (healing), Membimbing (guiding), Menopang (sustaining),
Mendamaikan (reconciling). Keempat fungsi inilah yang harus diutamakan
dalam penggembalaan/pendampingan pastoral.
2. Masa Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir
pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun. Anna Freud
berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual,
dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita
mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan
orientasi masa depan.
3. Berdasarkan dampak yang dialami oleh Iong saat ini, kerena kurangnya kasih
sayang dari orang tuanya, sehingga hal itu sangat mempengaruhi
kepribadiannya, sebab di usia remajanya masih dikatakan belum dewasa,
sehingga mengakibatkan Iong menjadi orang yang bandal, tidak terarah. Maka
sangatlah penting metode pendampingan pastoral bagi Iong pada masa
remajanya sehinga hal ini menjadikan Iong orang yang lebih percaya diri.

23 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

A. Clebsch, William and Charles R. Jaekle, Pastoral Care in Historical Perspective


Englewood: Prentice Hall, 1964
Bons-Strom, M, Apakah Penggembalaan Itu?, Jakarta:BPK-GM, 1999
Brown, Colin (ed.), The International Dictionary of The New Testament Teology Vol. 3
USA: Zondervan, 1978
BPS. 2010. Statistik pendidikan 2009. Jakarta: BPS RI.
Clinebell, Howard, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, Yogyakarta:
Kanisius, 2002
Douglas, J.D, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, Jakarta: Yayasan Komunikas Bina
Kasih, 1994
Engel, J.D, Konseling Suatu Fungsi Pastoral, Salatiga: Tisara Grafika, 2007
Hawkey, Ruth, Healing Emotional Wounds, Yogyakarta: ANDI, 2008
J. Clinebell, Howard, Basic Types Of Pastoral Counseling, New York: Abingdon Press,
1966
Jatmika, Sidik, Genk Remaja, Anak Haram Sejarah ataukah Korban Globalisasi?,
Yogyakarta:Kanisius, 2010)
Van Beek, Aart Martin, Konseling Pastoral, Semarang: Satya Wacana, 1987
Van Beek, Aart, Pendampingan Pastoral, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
Wassahua, Sarfa, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kamoung
Warga Negeri Hative Kecil Kota Ambon, a l - i l t i z a m , Vol.1, No.2, Desember
2016
Wassahua, Sarfa, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Kamoung
Sumber Lain:
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987
Internet:
file:///C:/Users/acer/Downloads/199-618-1-PB.pdf. Diakses Pada 05 September 2021
Pada Pukul 21:22 WIB.

24 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai