Anda di halaman 1dari 3

Allah dan Manusia

Tindakan Allah dalam tindakan Manusia

P.B. Suurmond, Allah itu berkuasa tetapi bagaimana?, (Jakarta: PT Gunung Mulia,
1996),87

Manusia ingin menjadi seperti Allah, dan sudah mendarah daging bagi setiap manusia,
sebelum itu Allah merencankan dan mengkhendaki dan menjadikannya, Allah adalah kasih (kej.
1:26)

KeTuhanan dan Pengetahuan

Setiap orang mengenal Allah

Allah adalah Tuhan Yang dikenal oleh semua Orang (Rm. 1:21), penganut “agnostik”
mengemukakan pendapatnya mengenai apakah allah menipu dirinya dan orang lain. Kehadiaran
Allah kovenan kita tidak dapat menghindari karena Allah menyertai seluruh karya-Nya, (Mzm.
139) semua pengetahuan merupakan pengakuan dari kebenaran yang ilahi, karena segala
sesuatunya itu dibawah kendali Allah, pengakuan ini ialah pengakuan atas dasar otoritas Allah.
(32)

Sifat-sifat Allah

Pernyataan menganai sifat Allah mengandung arti kesempurnaan yang tidak dibatasi dengan sifat
lain. Allah Berkuasa yang memiliki arti hak atau wewenang untuk berbuat sesuatu. Allah adalah
bebas mutlak yang segala sesuatu tercipta oleh Dia, dengan kata lain tidak ada satupun yang
dapat menentukan sikapNya seperti apa yang Ia kehendaki, Ia berkuasa melaksanakan
kehendakNya. Kekuasaan adalah bagian dari sifat Allah secara signifikan namun kita perlu
memandang bahwa kekuasaan yang dimiliki Allah bukan menunjukkan Allah memakai
kekuasaannya dengan semaunya sendiri. Bahwa Tuhan kita Yesus Kristus yang didalamnya
Allah menyatakan diri, Tuhan yang tidak pernah berubah dan berkenan untuk mengikat diri
dalam firmanNya yang berpusat pada Yesus Kristus. (111) Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996)

Pelanjutan Pekerjaan Allah (Providentia)

Alam semesta terjadi dengan firman Allah yang dinyatakan, bahwa segala sesuatu dipandang
‘sungguh amat baik” maksudnya segala hal yang diperlukan adalah untuk mencapai tujuan Allah
yang tampak dalam kemuliaanNya. Segala makhluk memuliakan nama Tuhan. Pernyataan ini
menimbulkan berbagai polemik1 diantaranya: pertama, Aliran “deisme” yang mengakui
eksistensi Allah menciptakan alam, setelah diciptakanNya alam menggerakkan atas nasibnya

1
Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 144
sendiri ketika Allah meletakkan hukum-hukum.2 Kedua, Aliran “Panteisme” mengakui bahwa
segala dari dunia merupakan perwujudan Tuhan, baik perkembangan yang ada di dunia ialah
perkembangan dari Allah sendiri. Pernyataan dari dua aliran ini bertentangan dengan perntaan
yang ada di Kitab suci, sejatinya kitab suci memandang Tuhan ada diatas dunia ini disebut
sebagai Transenden tetapi perlu di ingat bahwa Tuhan bukan benda-benda. Tuhan bertakhta
disorga sedangkan manusia di bumi. Seperti yang dinyatakan dalam kisah para Rasul 17: 27,28
Tuhan tidak memberikan dunia berjalan dengan sendiri jadi, pandangan deisme dan panteisme
jelas salah. Tuhan menjadikan langit dan bumi tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari
segala yang telah dijadikan (Yoh. 1:3) sesudah dijadikannya Tuhan tetap campur tangan,
seandainya Tuhan tidak bekerja maka dunia kembali kacau balau akibat dossa manusia. Tuhan
senantiasa membimbing, menyediakan segala sesuatu di alam inilah yang disebut Providentia.

Providentia dibagi menjadi dua:3

1. Pemeliharaan yaitu bentuk tindakan manusia yang dipakai Allah untuk menghidari
tenaga-tenaga yang merusaka alam. Manusia sebagai gambar Allah untuk pemeliharan
sesuai dengan hukum Allah.
2. Pemerintahan yaitu, Tuhan memakai manusia sebagai alat untuk menjalankan maksud
dariNya sendiri, melalui manusia Tuhan memberikan arah bagi tindakan-tindakannya,
hingga maksud tercapai, sekali pun tindakan-tindakan itu salah tidak sesuai kehendak
Allah, tetap tindakan itu akan diadili.

Maksud Providentia ialah sekalipun manusia berkuasa manusia tidak dapat menentukan
perkembangan sejarah, hanya Allah yang dapat memimpin, mengarahkan kerajaanNya.

Dampak negatif dan Positif Iptek

Web site:

Google Scholar

Garuda

Open Library.org

Academic.microsoft.com

PDFDRIVE.COM

scienceDirect.com

2
Tazkiyah Basa’ad, Studi Dasar Filsafat, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), 46
3
Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 146
SCI-HUB

Anda mungkin juga menyukai