Anda di halaman 1dari 23

MANUSIA ATAU MALAIKAT YANG JATUH?

SEBUAH EKSEGESIS TERHADAP

YESAYA 14:12-15 DAN YEHEZKIEL 27-28


oleh

Michael Engelbert

Jakarta, Mei 2020

iii
PENDAHULUAN

Di dalam Alkitab, setidaknya ada 2 bagian Firman Tuhan yang sering kali dipakai
untuk menggambarkan mengenai kejatuhan Iblis. Di antaranya yang paling kuat dan paling
umum digunakan adalah Yesaya 14:12-15 dan Yehezkiel 28:11-19. Pertanyaannya, apakah
sungguh bagian ini merupakan kisah mengenai jatuhnya malaikat, atau merupakan nubuat
mengenai Raja Babel dan Raja Tirus sebagaimana yang tertulis secara literer di dalam tulisan
nabi-nabi ini? Di dalam tulisan ini saya akan berusaha menjawab pertanyaan ini dan
kemudian menentukan apa yang akan saya pilih berdasarkan beberapa metode penelitian.
Saya akan melakukan studi literaris, studi historis sosial budaya serta melengkapinya dengan
studi teologis mengenai kedua bagian ini.

Yesaya 14:12-15: Bintang Timur, Raja Babel, dan Lucifer

Yesaya 14:12 merupakan bagian yang paling sering dipakai untuk menggambarkan
sosok malaikat yang jatuh. Beberapa bapak gereja seperti Origen dan Tertullian juga
mengaitkan bagian ini dengan Lukas 10:18 dan Wahyu 12:18 yang menceritakan mengenai
kejatuhan Setan.1

Studi Literal

Secara struktural, John Oswalt membagi Yesaya 1-39 ke dalam beberapa bagian
sebagai berikut:2

1
Robert L Alden, “Lucifer, who or what,” Bulletin of the Evangelical Theological Society 11, no. 1
(1968): 35.
2
John N. Oswalt, The Book of Isaiah: Chapters 1-39, New International Commentary on The Old
Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1986), 1264-1460/29760, Kindle.
1
I. Introduction to the Prophecy: The Present and Future of God’s People (1:1–5:30)

A. God’s Denunciation, Appeal, and Promise (1:1–31)

B. The Problem: What Israel Is versus What She Will Be (2:1–4:6)

C. A Harvest of Wild Grapes (5:1–30)

II. A Call to Servanthood (6:1–13)

A. The Vision (6:1–8)

B. The Commission (6:9–13)

III. Whom Shall We Trust? Basis for Servanthood (7:1–39:8)

A. God or Assyria? No Trust (7:1–12:6)


B. God: Master of the Nations (13:1–35:10)
C. God or Assyria? Trust (36:1–39:8)

Dapat kita perhatikan bahwa bagian ini terletak di antara pembahasan mengenai
Bangsa Israel yang harus memilih antara Asyur atau YHWH. Haruskah Israel Yehuda
mempercayai bangsa yang besar ini atau mereka harus percaya sepenuhnya kepada Allah?
Pasal 13-35 berfungsi untuk menjelaskan klaim tersebut, bahwa Allah adalah yang berdaulat
atas segala bangsa.3 Jadi apabila kita lihat fungsinya di dalam teks, bagian ini sepertinya tidak
sama sekali menunjukkan adanya pembahasan mengenai kejatuhan malaikat, melainkan
mengenai kejatuhan raja yang berusaha meninggikan dirinya di hadapan Allah. Mari kita
lihat teks ini sendiri secara mendetail.

Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putra Fajar, engkau sudah
dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya
berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku
mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di
sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang
Mahatinggi! Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang
paling dalam di liang kubur.

3
Ibid., 1164–1174.
2
Gale A. Yee, dikutip dari tulisan Stephen Cook mengatakan bahwa bagian ini
merupakan nyanyian ratapan yang bertujuan untuk menghina (mockering). Hal ini
ditunjukkan dengan adanya kata ‘ek yang berarti “dapatkah kau mempercayainya? Intensi
dari gaya penulisan ini adalah untuk menghina kesombongan Raja Babel yang merasa dirinya
memiliki segala sesuatu oleh karena kemampuannya sendiri4.

Bagian ini diawali dengan menyebut bintang Timur, putera Fajar. Di dalam bahasa
Ibrani, kata ini adalah ‫( הֵילֵל ּבֶן־ ָׁשחַר‬Helel ben Shachar). Di dalam bahasa Latin kata ini
diterjemahkan menjadi “lucifer qui mane oriebaris.” Yang kemudian diterjemahkan ke dalam
Bahasa Inggris menjadi, “Lucifer, you who made the morning rises.” Selain itu kata Helel
disini adalah satu-satunya penggunaan kata Helel di dalam Alkitab.5 Hal ini mengakibatkan
banyak orang menafsirkan bagian ini adalah tentang malaikat yang jatuh, Lucifer.6 Kata
Helel di sini dapat diartikan ‘bersinar’ yang membuatnya sering kali diasosiasikan dengan
Venus.7 Sedangkan Shachar berarti Fajar.

Venus adalah planet yang sangat terang dan sering kali terlihat ketika menjelang fajar.
Venus terlihat seperti bintang yang lebih besar dan lebih terang daripada bintang lainnya.
Namun meski demikian Venus tidak pernah terlihat mencapai Zenith, yaitu titik tertinggi
yang dapat dicapai oleh benda langit. Atau mudahnya Venus tidak pernah terlihat ada di atas
kepala kita karena cahayanya terhalang oleh sinar matahari yang lebih besar dari dirinya.8
Gambaran ini ingin menunjukkan bahwa seberapa pun terangnya Venus yang kemudian
berusaha untuk menguasai angkasa, cahayanya akan selalu kalah dengan sosok yang lebih
besar, Shachar, Helios, Fajar. Sinar terang fajar akan mengalahkan sinar terang Venus. Helel
akan hilang ketika Shachar muncul. Jadi dengan kita melihat bagian ini saja, Venus
merupakan penghinaan bagi Raja Babel yang merasa dirinya dapat melampaui segala sesuatu,

4
Dikutip dari Stephen L. Cook, “Isaiah 14,” Sage 73, Interpretation: A Journal of Bible and Theology
(2019): 131.
5
Marvin E. Tate, “Satan in the Old Testament,” Review & Expositor 89, no. 4 (Desember 1, 1992):
467–468.
6
John F. A. Sawyer, Isaiah Through the Centuries, Wiley Blackwell Bible Commentaries (Chichester:
Wiley-Blackwell, 2018), 111.
7
Peter C. Craigie, “Helel, Athtar, and Phaethon,” Gruyter 85, ZAW (1973): 223.
8
Oswalt, The Book of Isaiah, 6473.
3
bahkan melampaui Allah. Namun ketika kemuliaan Allah muncul, makan kemuliaan Babel
akan menjadi redup.

Mengamati dari konteks dekatnya, bagian ini jelas bukan membicarakan mengenai
sosok supernatural melainkan sosok Raja Babel yang sudah dijelaskan alasannya mulai dari
Yes. 13:19a, “Dan Babel, yang permai di antara kerajaan-kerajaan, perhiasan orang Kasdim
yang megah, …” Babel di sini dinyatakan sebagai negeri yang permai, Makmur, dan megah.
Kemudian berkaitan dengan hal ini, Raja Babel menyombongkan dirinya sebagaimana yang
tercatat di dalam Yes. 14:13-14, “Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak
naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku
hendak duduk di atas bukit-bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik
mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai yang Mahatinggi.” Jadi kita dapat lihat
secara jelas bahwa Yes. 13:19 menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh Raja Babel, dan
14:13-14 menunjukkan target yang ingin dicapai oleh Raja Babel ini.

Penulis melihat adanya indikasi bagian ini berkaitan dengan Kej. 11 di mana peristiwa
yang mirip terjadi. Di dalam Kej. 11 ada manusia yang ingin menempati Takhta Allah yang
Mahatinggi dengan membuat sebuah menara yang sangat tinggi dengan puncaknya mencapai
ke langit. Mereka berusaha untuk mencapai Allah agar nama mereka masyhur. Namun ketika
mereka merasa Menara Babel yang mereka dirikan telah sampai ke langit, ada sebuah komedi
muncul. Di dalam ayat ke-5 ada sebuah mockering atau penghinaan, “Lalu turunlah TUHAN”
dan kemudian di ayat 7-8 dituliskan bagaimana Allah mengacaubalaukan dan menyerakkan
mereka. Sedangkan di dalam Yesaya 14 kita dapat melihat seorang Raja Babel yang berusaha
meninggikan diri-Nya sampai ke langit dan berusaha menempati takhta Allah yang
Mahatinggi. Ia merasa dirinya telah menjadi masyhur, namun ingin mencapai lebih dari pada
apa yang dimilikinya saat itu. Namun kemudian dituliskan bagaimana Allah sendiri yang
akan menurunkan Raja Babel ke dalam dunia orang mati. Raja Babel yang ingin mencapai
tempat yang Mahatinggi, justru dari posisinya sekarang di dunia diturunkan ke dalam dunia
orang mati.

Penemuan ini menunjukkan bahwa gambaran Raja Babel di sini bukanlah Heavenly
Being atau sosok malaikat yang jatuh. Namun ia adalah manusia biasa yang menyombongkan
dirinya dan merasa bahwa dirinya layak untuk duduk di atas takhta Allah yang Mahatinggi
sebagaimana yang berusaha dilakukan oleh orang-orang ketika membangun menara Babel.
4
Penggunaan istilah “bintang timur” pada bagian Alkitab yang lain dapat kita temukan
di dalam 2 Petrus 1:19 dan Wahyu 22:16. Kita akan meninjau secara singkat apakah bagian
ini ada hubungannya dengan Bintang Timur pada Yesaya 14. Thomas R. Schreiner
memberikan komentar kepada 2 Petrus 1:16-19, konteksnya mengacu kepada ayat 16 adalah
kedatangan Yesus Kristus sebagai raja. Ayat 19 berbicara tentang hari di mana Kristus datang
untuk kedua kalinya, yaitu hari akhir di mana Yesus akan membawa sebuah konsumasi
terhadap segala yang ada, jadi jelas ini adalah hari eskatologis. Hari Tuhan itu juga
digambarkan di dalam sebuah frasa “bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu”. Bintang
timur atau bintang fajar (phōsphoros) adalah sebuah nama untuk Venus di dalam dunia kuno.
Apa yang dikatakan Petrus di sini hampir dapat dipastikan merujuk kepada kedatangan Yesus
Kristus yang kedua. Mungkin Petrus di sini menggunakan alusi terhadap Bilangan 24:17,
“...bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, ...” Schreiner memberikan
penekanan bahwa di dalam pertobatan kita pengetahuan akan Allah itu bersinar atas kita dan
akan mencapai konsumasinya ketika kedatangan Yesus yang kedua.9

Mengenai penggunaan frasa bintang timur ini, Simon J. Kistemaker menjelaskan


bahwa frasa ini digunakan secara simbolik, maka kita tidak boleh menduga bahwa Petrus
menuliskan bintang timur terbit seperti suatu peristiwa alam yang biasa terjadi. Venus,
biasanya diketahui sebagai bintang fajar yang memantulkan sinar matahari ketika fajar belum
muncul. Tetapi istilah bintang fajar di sini adalah deskripsi puitis dari kedatangan Kristus.
Petrus mendesak pembaca untuk sungguh memperhatikan perkataan yang telah disampaikan
para nabi pada Kitab Suci dan melakukannya sebab kedatangan Kristus yang segera.10 Dari
komentar kedua tokoh di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan istilah
bintang timur dalam 2 Petrus 1:19 sama sekali tidak berkaitan dengan Yesaya 14, juga tidak
ditemukan satu pun rujukan yang mengarahkannya.

Demikian pula dengan Wahyu 22:16 di mana dengan jelas bahwa istilah bintang timur
melekat kepada subjek Yesus Kristus sendiri. David E. Aune di dalam komentarnya
menyebutkan bahwa bagian ini adalah alusi terhadap Bilangan 24:17, sang bintang itu
dikatakan sebagai penafsir dari Taurat. Bilangan 24:17 sendiri telah ditafsirkan secara

Thomas R. Schreiner, 1, 2 Peter, Jude, The New American Commentary v. 37 (Nashville, Tenn:
9

Broadman & Holman, 2003), 321.


10
Simon J. Kistemaker, New Testament Commentary: Exposition of Peter, and Jude (Grand Rapids,
Mich.: Baker Academic, 1987), 270.
5
mesianik di dalam literatur Yudaisme. Kemudian penafsiran mesianik itu dilanjutkan pada
kekristenan mula-mula oleh para bapa gereja.11 Sama sekali tidak ada hubungan dengan
Yesaya 14 di dalam rujukan penggunaan istilah bintang timur ini. Metafora bintang timur
memberikan pemahaman bahwa Yesus subjek yang tepat dengan kriteria penafsiran mesianik
terhadap alusi ke Bilangan 24:17. Sehingga dapat disimpulkan bintang timur yang dimaksud
Yesaya 14 tidak berhubungan dengan penggunaan istilah bintang timur di bagian lain
Alkitab.

Studi Historis, Sosial, Budaya

Kalau mau melihat secara historis, Gary Smith mengaitkan bagian ini dengan Yes.
39:1-8. Di sini kita dapat menyaksikan bagaimana Raja Babilon Merodakh-Baladan
memerintahkan seseorang untuk membawa surat dan pemberian kepada Hizkia. Surat dan
pemberian ini bertujuan untuk membuat aliansi antara Yehuda dan Babel untuk melawan
Raja Asyur, Sanherib. Allah tidak menginginkan adanya aliansi ini karena berarti Hizkia
tidak sepenuhnya percaya kepada Allah dan lebih mempercayai kekuatan dari Raja Babel.12
Dengan demikian, bagian ini sebenarnya merupakan nubuatan untuk kematian Raja Babel
yang akan mendatang.

Di dalam studi literal mula-mula, kita telah melihat bagaimana adanya penggambaran
Venus yang hilang karena fajar. Namun, penggambaran di sini tidak terlepas juga dari budaya
Kanaan. Kita dapat melihat adanya mitos Kanaan yang digabungkan di dalam tulisan Yesaya
ini. Kisah ini mengenai Athar, si pemberontak, yang juga sering disebut sebagai the
Luminous. Athar merupakan seorang ksatria yang berusaha untuk naik ke puncak Zaphon
(Gunung di mana Baal tinggal) dan berusaha untuk menempati takhta Baal. Sayangnya, saat
sudah duduk di takhta Baal, ia menyadari kalau kakinya tidak cukup panjang untuk sampai ke
tumpuan kaki dari takhta itu dan kepalanya tidak sampai di tumpuan kepala dari kursi itu. Ia

11
David E. Aune, Revelation 17-22, vol. 52C, WBC (Nashville: Thomas Nelson, 1998), 1226.

Gary V. Smith, Isaiah 1-39, vol. 15A, New American Commentary (Nashville: Broadman &
12

Holman, 2006), 10125/25620, Kindle.


6
akhirnya merasa takhta ini tidak cocok untuknya dan kemudian turun ke bumi menjadi raja di
dunia orang mati.13

Baik pemahaman mengenai Venus maupun mitos mengenai Athar ingin menunjukkan
pada dasarnya Yesaya tidak hanya bergantung dari satu kisah, namun beberapa kisah yang
dikenal oleh masyarakat pada zaman itu dan kemudian digabungkan untuk menjelaskan
mengenai maksud dan tujuannya.14 Penulis PL sering kali menggunakan alusi seperti ini
tanpa memasangkan atribut realitas kepada tokoh yang dimaksudnya, dalam hal ini Raja
Babel. Sehingga dapat dikatakan bahwa tulisan ini merupakan hinaan kepada Raja Babel
yang secara mental bertindak seperti Attar yang berusaha untuk menempati takhta Baal. Ia
merasa mampu untuk dapat menggapainya, namun sebenarnya ia tidak dapat.15

Kesimpulan Teologis Yesaya 14:12-15

Jadi dengan semua penafsiran di atas, akhirnya harus kita pertanyakan kembali
pertanyaan utama kita, apakah bagian ini bicara mengenai fallen angel? Atau bicara
mengenai manusia biasa yang berusaha menjadi sama seperti Allah? Secara eksegetikal lewat
penelitian literal dan historis-sosial dan budaya kita telah mengetahui bahwa bagian ini sama
sekali tidak membicarakan mengenai heavenly being atau malaikat yang jatuh karena ingin
menduduki takhta Allah. Namun bagian ini menceritakan mengenai Raja Babel, seorang
manusia, yang tertelan oleh kesombongannya hingga merasa dirinya layak untuk mencapai ke
langit dan mendirikan takhta di dalam kerajaan Allah. Namun Allah menjatuhkan Dia,

13
Tate, “Satan in the Old Testament,” 468–469.
14
Oswalt, The Book of Isaiah, 6480.
15
J. Alec Motyer, Isaiah, vol. 20, Tyndale Old Testament Commentaries (Nottingham: IVP, 1999),
2123.
7
menunjukkan bahwa Dia bukan siapa-siapa. Melainkan Allah adalah yang berdaulat di atas
segala bangsa.

Namun di sisi lain kita harus mempertimbangkan apa makna teologis yang ingin
dimunculkan oleh Yesaya. Raymond Ortlund membuat sebuah kiastik yang akan menolong
kita untuk memperhatikan pusat dari pembahasan mengenai Babel dan rajanya ini:16

Babylon (13:1 — 14:27)

A The day of the Lord looms over the whole world (13:1-16)

B God will overthrow the kingdom of Babylon (13:17-22)

C But God will honor his own people — for the blessing of the whole
world (14:1, 2)

B` God will overthrow the king of Babylon (14:3-23)

A’ God will soon judge Assyria as a token of his final judgment of the

whole world (14:24-27)

Dengan melihat struktur kiastik ini kita akan mudah untuk menemukan bahwa fokus
dari bagian ini adalah tentang Allah. Allah yang berkuasa atas bangsa-bangsa, Allah yang
berkuasa atas Babylon yang merasa dirinya berkuasa, Allah yang akan menurunkan Babylon
dari kekuasaan yang mereka rasa miliki. Namun fokus utamanya adalah bagaimana bagian ini
sebenarnya merupakan nyanyian penghiburan bagi Israel. Di mana Tuhan akan menyayangi
Yakub (ay. 1) dan bangsa-bangsa lain akan terserak (ay. 2a). namun Israel mendapatkan
jaminan kemenangan (ay. 2b-3) oleh karena Allah adalah yang Mahatinggi bukan hanya
berkuasa atas Israel tetapi juga berkuasa di atas segala bangsa.

Yehezkiel 28:12-15: Kerubim, Raja Tirus, dan Fallen Angel

16
Raymond C. Ortlund, Jr., Isaiah: God Saves Sinners, Preaching The Word (Wheaton: Crossway,
2005), 127.
8
Agak sedikit berbeda dengan Yesaya, tulisan kali ini tidak membicarakan nama
Lucifer sama sekali. Namun bagian ini juga sangat sering dipakai untuk menceritakan
mengenai malaikat yang jatuh oleh karena adanya kisah mengenai taman Eden dan Kerub.
Dengan demikian akan diperlukan studi literer juga studi historis-sosial-budaya untuk dapat
menjawab persoalan ini.

Studi Historis, Sosial, dan Budaya

Karena itu kita harus melihat teks ini secara lebih luas bukan hanya sekedar
mengambil satu kalimat dari teks ini, melainkan melihat keseluruhan konteks dari Yeh. 26-
28. Di bagian sebelumnya terdapat nubuat mengenai runtuhnya Yerusalem kemudian orang-
orang Tirus ini malah mengatakan, “Syukur” yang menunjukkan sukacita mereka akan
kejatuhan Yerusalem yang dianggap merupakan saingan dagang mereka. Ketika mereka
berharap Tirus akan menjadi tempat pertemuan banyak bangsa, justru Tuhan akan membawa
bangsa-bangsa untuk melawannya (26:3). Ketika Tirus bersukacita karena runtuhnya tembok
Yerusalem, malah tembok-tembok mereka akan diruntuhkan (26:4). Ketika Tirus berharap
mereka akan menjadi Makmur, justru mereka akan menjadi bangsa yang dijarah oleh bangsa-
bangsa (26:5).17

Kemudian di pasal 27 Tirus digambarkan seperti kapal yang sangat luar biasa yang
dibangun dengan maha indah (27:3) dan dibuat dengan bahan-bahan terbaik dari bangsa di
sekitarnya (27:5-7). Bahkan kapal ini juga diceritakan memiliki personil yang sangat luar
biasa dengan pendayung, tukang, pelaut, dan bahkan prajurit dari tempat terbaik. Bagian ini
menggambarkan keindahan, keamanan, kerja sama antar negara yang sangat baik sehingga
Tirus menjadi sebuah kota yang sangat luar biasa. 18 Bukan hanya itu, karena mereka adalah
kota Pelabuhan, maka mereka juga menjadi pusat perdagangan yang luar biasa. Penulisan
Iain M. Duguid, Ezekiel, The NIV Application Commentary (Grand Rapids: Zondervan, 2009),
17

7482–7488, Kindle.
9
secara detil ini ingin menunjukkan kepercayaan diri dari kota ini, pengaruh yang sangat
besar, kemampuan berdagang, dan juga peradaban yang maju. Dengan demikian, Tirus
tentunya merasa bahwa ia adalah pusat dari dunia.19

Studi Literal

Secara struktural, Paul M. Joyce membagi Yehezkiel sebagai berikut:20

I. 1:1-3:27 The Prophetic Call of Ezekiel


II. 4:1-24 :27 Messages of Judgement upon Judah and Jerusalem
III. 25:1 32:32 Oracle against Foreign Nations
A. 25:1-17 Oracles against Ammon, Moab, Edom and Philistia
B. 26:1 -28:26 Oracles against Tyre
C. 29:1-32:32 Oracles against Egypt
IV. 33:1-33 The Turning-Point
V. 34:1-37:28 Oracles of Blessing upon Nation
VI. 38:1-39:29 Gog, King of Magog
VII. 40:1-48:35 The Great Temple Vision

Secara struktural, kita dapat melihat bahwa bagian ini menunjukkan hal yang cukup
mirip dengan Yesaya 14. Posisinya menunjukkan bagaimana Allah menyatakan kedaulatan-
Nya kepada bangsa-bangsa di luar Israel. Dengan peletakan ini, tujuan penulisan pun menjadi
jelas. Kita jadi memahami bahwa Allah bukan sekedar Allah teritorial, namun Allah yang
berkuasa, Allah pemilik langit dan bumi.

18
John B. Taylor, Ezekiel: An Introduction and Commentary, Tyndale Old Testament Commentaries
(Nottingham: IVP, 2009), 54.11, EPUB.
19
Joseph Blenkinsopp, Ezekiel: Interpretation (Louisville: John Knox, 1990), 120.
20
Paul M. Joyce, Ezekiel: A Commentary (New York: T&T Clark, 2009), 61.
10
Kata yang sebenarnya cukup bermasalah tidak terlihat di dalam teks bahasa Indonesia.
Penulis akan mencantumkan varian terjemahan yang muncul dalam beberapa terjemahan
bahasa Inggris:

ESV You were an anointed guardian cherub. I placed you


NAS "You were the anointed cherub who covers, And I placed you there.
NIV You were anointed as a guardian cherub, for so I ordained you
NKJV "You were the anointed cherub who covers; I established you
NRSV “With an anointed cherub as guardian I placed you
NET I placed you there with an anointed guardian cherub
BHS, ‫( אַּתְ ־ּכְרּוב ִמ ְמׁשַח הַּסֹוכְֵך‬at -k'rùb mimsah hassôkëk)
Diterjemahkan: Engkau adalah Kerub yang berjaga’

Permasalahan teks ini muncul di awal kalimat. Apabila kita menggunakan kata et,
maka akan mendukung bahwa bagian ini bicara mengenai manusia, Adam. Sedangkan
apabila kita menggunakan kata at maka kita akan setuju bahwa bagian ini menunjuk kepada
sosok Heavenly Being.21 Apabila kita melihat secara tata bahasa, kata at di sini merupakan
feminim singular. Sedangkan setiap merujuk kepada Raja Tirus, teks ini akan selalu
menggunakan maskulin tunggal. Sehingga penggunaan kata at pun dipertanyakan. Namun
sebelum kita berpikir lebih jauh mengenai penggunaan kata ini, kita tahu bahwa bahasa Ibrani
ditulis dengan huruf gundul tanpa vokal, bagi pembaca pada zaman itu jelas dengan mudah
mengetahui kata apa yang sesuai dengan konteks ini. Kemudian harus kita pahami juga
bahwa NRSV menerjemahkan dari Textus Mixtus, yang merupakan teks Ibrani yang telah
mendapatkan penambahan huruf vokal yang ditentukan oleh para sarjana tekstual. Ia juga
mengambil pembacaan dari LXX yang dipakai oleh Gereja mula-mula dan Gereja ortodoks
hingga masa kini. Jadi bisa kita katakan bahwa permasalahan tekstual dalam bagian ini bukan
dari penulis, namun dari penerjemah.22

21
Ibid., 179.
22
Hector M. Patmore, Adam, Satan, and King of Tyre: The Interpretation of Ezekiel 28:1-19 in Late
Antiquity (Leiden: Brill, 2012), 9–10.
11
Namun hal yang menarik, Rabi Yahudi sering kali menggunakan bagian ini bersama-
sama dengan Kejadian pasal 2 dan 3. Tradisi Adamic, mempergunakan ayat yang ke-12
“Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.” Menurut mereka,
bagian ini secara berhubungan menceritakan mengenai kebijaksanaan dan hikmat Adam
ketika ia diciptakan. Hal ini terlihat dari kemampuan Adam untuk bisa menamai hewan-
hewan.23 Mungkin terdengar tidak serius, namun rabi-rabi Yahudi memang berpikir
demikian. Pesiktha Rabbati misalnya mencatat bagaimana penafsiran Rabi Yahudi mengenai
hikmat Adam ketika ia menamai hewan-hewan. Di dalam kisah ini, Allah awalnya
memerintahkan malaikat untuk memberikan nama kepada seluruh hewan. Namun kemudian,
mereka gagal untuk menamai semua hewan itu. Adam kemudian diundang untuk mencoba
menamai semua hewan dan ia berhasil. Catatan ini menggambarkan bahwa hikmat Adam
bahkan dikatakan melebihi para malaikat (Pesikta Rabbati 14:9).24

Kemudian Rabi Yahudi juga sering kali menggunakan bagian ini untuk
memperlihatkan keagungan dari Adam (gambar dari kesempurnaan, Yeh. 28:12). Mereka
menunjukkan bahwa Adam begitu mulia, bahkan kaki-Nya seolah bersinar dan membuat
matahari terlihat redup. Namun semua gambaran-gambaran ini akan selalu diakhiri dengan
sebuah kalimat yang dikutip dari Kej. 3:19b, “sebab engkau debu dan engkau akan kembali
menjadi debu.”25 Penafsiran dari Rabi-rabi Yahudi menolong kita untuk memahami bahwa
mereka menganggap bagian ini menunjukkan bagaimana Tuhan telah menciptakan kemuliaan
dari debu. Adam tidak dapat memegahkan dirinya karena semua yang dimilikinya berasal
dari Allah.

Apabila kita terapkan penafsiran ini ke dalam teks kita, kita akan memahami bahwa
bagian ini bicara mengenai Raja Tirus yang kemudian disandingkan dengan Adam, seorang
yang mulia. Adam diciptakan di dalam kesempurnaannya, memiliki hikmat melebihi
malaikat. Namun karena hasratnya untuk ingin menjadi sama seperti Allah (Kej. 3), ia
berusaha menempati takhta Allah dan diusir keluar dari taman Eden. Kejadian yang sama
akan menimpa Raja Tirus. Raja ini menyangka memiliki segalanya dan bahkan menganggap

23
Ibid., 18.
24
Dikutip dari ibid., 18–19.
25
Ibid., 21–23.
12
dirinya sangat berhikmat. Namun Tuhan sendiri yang akan menurunkan Dia dari takhtanya
ketika ia meninggikan dirinya.

Hal ini sangat jelas terlihat ketika di 28:2, Raja Tirus ini menjadi tinggi hati dan
kemudian berkata, “Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah, …” Di waktu yang sangat
dekat, Allah menjawab, “Engkau adalah manusia bukan Allah!” Margaret Odell menganggap
pernyataan ini sebagai sebuah pernyataan yang delusional dan juga pemberontakan serta
merupakan gambaran seseorang yang meninggikan hatinya sendiri.26

Namun di sisi lain, kalau kita melihat tulisan dari para Bapa Gereja, mereka akan
memiliki penafsiran yang agak berbeda dengan Rabi-Rabi Yahudi masa itu. Bapa gereja
seperti Tertullian, Agustinus dan Origen menuliskan bahwa bagian ini menceritakan
mengenai asal muasal dari setan, yaitu malaikat yang jatuh. Tertullian menuliskan hal ini
karena ada desakan dari gerakan Marcion yang mengatakan bahwa Allah PL adalah Allah
yang berbeda dan lebih rendah dibandingkan Allah PB karena menciptakan dunia yang jahat.
Bagi Tertullian teks ini bicara secara figuratif mengenai sosok “The most exalted of the
angels, an archangel, the wisest of them all, in the delights of the paradise of God.”27

Kemudian Agustinus juga memiliki kesimpulan yang serupa, bahwa pada dasarnya
Allah tidak menciptakan kejahatan. Namun Allah menciptakan malaikat agung yang
diberikan kepercayaan berupa kehendak bebas yang sama yang dipercayakan kepada
manusia, dan kemudian malaikat agung ini memutuskan untuk melawan Allah.28

Origen pun memiliki pemikiran yang sama, bahwa Allah tidak menciptakan kejahatan
dan semua makhluk memiliki kemungkinan untuk berbuat dosa, namun memiliki
kemampuan juga untuk menolak dosa. Ia menggambarkan sosok dalam ayat 11-19 sebagai
sosok yang superior yang jatuh dari tempat yang tinggi dan bahkan ke alam maut.

Pemikiran para bapa gereja ini sebenarnya ingin menjawab pernyataan dari aliran
sesat mengenai asal mula kejahatan. Mereka tidak ingin menganggap bahwa Allah
menciptakan kejahatan. Mereka ingin menggunakan sosok malaikat yang jatuh sebagai alasan

26
Margaret S. Odell, Ezekiel, Smyth & Helwys Bible Commentary (Georgia: Smyth & Helwys, 2005),
361.
27
Patmore, Adam, Satan, King Tyre, 41–42.
28
Ibid., 48–50.
13
awal mula adanya kejahatan. Dengan demikian, agak sulit rasanya untuk bisa menerima
pandangan dari bapa-bapa gereja karena pandangan mereka dipengaruhi oleh sebuah konteks
yang secara langsung diperhadapkan dengan mereka.

Kesimpulannya setelah melihat dari studi konteks budaya, sosial dan historis, serta
setelah meneliti mengenai penggunaan kata bahasa dengan bantuan Rabi Yahudi dan juga
Bapa Gereja dapat disimpulkan bahwa Yehezkiel 28:12-15 tidak berbicara mengenai angelic
figure. Namun kita dapat melihat sosok seorang yang dikatakan memiliki segalanya karena ia
adalah Raja dari sebuah bangsa yang sangat besar, memiliki pertahanan yang sangat kuat,
tempat yang sangat indah. Sehingga, kesombongan muncul dalam dirinya dan menunjukkan
bahwa Ia merasa dirinya sudah sama seperti Allah. Namun Allah secara langsung
menghardik dia dengan mengatakan bahwa “engkau adalah manusia dan bukan Allah.”

Sebagaimana secara struktural juga telah kita amati, bahwa bagian ini juga
menunjukkan bagaimana kedaulatan Allah atas segala bangsa. Ia berhak untuk menghardik
orang-orang yang meninggikan dirinya karena Allah adalah satu-satunya yang layak
ditinggikan dan dipermuliakan. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa bagian ini
lagi-lagi tidak dapat dipakai untuk menceritakan atau dipergunakan untuk mengisahkan
mengenai kejatuhan malaikat. Argumen bapa-bapa gereja menjadi sebuah catatan penting,
karena dengan demikian kita harus mempelajari asal muasal pemahaman mengenai adanya
malaikat yang jatuh. Kita percaya bahwa bapa gereja hidup di dalam sebuah konteks yang
mengharuskan mereka berpikir secara alegoris, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain yang
akan kita bahas di dalam bagian selanjutnya.

Kita harus mengamatinya dari sudut pandang Alkitab secara lebih luas. Kita
mengetahui bahwa Abad ke-4 SM sampai kelahiran Yesus sering disebut sebagai Masa Sunyi
(Silent Ages). Pada masa ini Allah tidak berbicara baik lewat nabi-nabi maupun lewat
penglihatan. Namun masa yang sering disebut sebagai masa intertestamental ini memiliki
beberapa literatur-literatur yang cukup menarik. Penulis akan memperlihatkan 1 bagian yang
paling sering dipakai untuk menggambarkan fallen angel.

Kitab Intertestamentum: Sebuah Batu Pijakan untuk Malaikat yang Jatuh

14
Kitab Intertestamentum yang paling jelas menunjukkan mengenai kejatuhan malaikat
adalah dalam kitab “Life of Adam and Eve.” Kitab ini bicara soal kehidupan Adam dan Hawa
setelah keluar dari taman Eden. Mereka diceritakan kelaparan dan tidak menemukan sumber
makanan untuk hidup. Akhirnya mereka memohon belas kasihan Allah dengan berpuasa 40
hari 40 malam di sungai Tigris. Kemudian setelah 18 hari, Setan kesal dengan apa yang
mereka lakukan lalu datang ke sana dengan wujud malaikat. Setan marah karena Adam
menyebabkan si setan diusir dari taman Eden.

Di sini Setan kemudian menceritakan bahwa ketika manusia diciptakan segambar dan
serupa Allah, Gabriel berteriak, “Sembahlah dia yang segambar dan serupa dengan Allah.” Si
Iblis tidak mau dan mengatakan, “Kalau Allah marah kepadaku, aku akan menempatkan
takhtaku di atas bintang di langit dan menjadi Allah yang Mahatinggi.” Kita harus perhatikan
bagian ini merupakan kutipan dari Yehezkiel 28/Yesaya 14. Karena inilah akhirnya setan
diusir dari surga ke dalam bumi dan kemudian menghasut Adam dan Hawa agar juga berbuat
dosa supaya gambar Allah menjadi rusak.29

Penafsiran the fallen angel terhadap teks-teks ini mendapatkan pengaruh dari kitab-
kitab apokrifa yang beredar pada masa bapa-bapa gereja, khususnya Kitab 1 dan 2 Henokh.
Annette Reed di dalam bukunya menjelaskan tentang pandangan bapa-bapa gereja, salah
satunya Justin Martyr,

Justin adapts the motif of illicit angelic instruction to transform the angelic descent
myth into a pointed critique of his pagan contemporaries... Justin follows the Book of
the Watchers more closely than earlier Jews and Christians. Yet he radically shifts its
ramifications by adding a new element: the equation of the fallen angels and their
progeny with the pagan pantheon of gods. As a result, he is able to utilize the Enochic
myth of angelic descent to locate the corruption of Greco-Roman culture firmly
within biblical history.30

Dengan demikian penafsiran Justin membuat mitos dari literatur Henokh tentang keturunan
malaikat menjadi relevan bagi kekristenan pada masa mereka berjuang mendefinisikan
identitas mereka bukan hanya perbedaan dan kesamaan dengan kaum Yahudi dan Yudaisme,

29
T. J. Wray dan Gregory Mobley, The Birth of Satan: Tracing the Devil’s Biblical Roots (New York:
Palgrave, 2005), 108–109.
30
Annette Yoshiko Reed, Fallen angels and the history of Judaism and Christianity: the reception of
Enochic literature (Cambridge ; New York: Cambridge University Press, 2005), 160–161.
15
tetapi juga dengan dunia Greco-Roman yang ada di sekitar mereka. Justin berusaha
menggunakan referensi literatur Henokh yang pada saat itu cukup diterima.

Sama dengan Justin Martyr, demikian juga Tertullian menganggap bahwa keturunan
malaikat di dalam polemik menentang budaya pagan tampak adalah hal yang relevan,
sehingga tampaknya hal ini mengonfirmasi Kitab Henokh memiliki nilai sebagai sumber
kebenaran Kristen.31 Bahkan Tertullian mengaplikasikan mitos keturunan malaikat ini di
dalam mengeksegesis 1 Kor.11:10 “perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya
oleh karena para malaikat”. Tertullian mengaitkannya dengan Kej. 6:1-4 dan literatur
Henokh. Ia berasumsi bahwa Paulus merujuk “anak-anak perempuan manusia” yang
membujuk “anak-anak Allah” turun dari sorga, dan bahwa Paulus mendukung nasihatnya
tentang pakaian yang pantas bagi wanita Kristen karena pemahaman ini.32 Jadi baik Justin
maupun Tertullian mendukung mitos dari literatur Henokh ini.

Ide Tertullian tentang fallen angel dan fallen women berkembang lebih jauh lagi oleh
Cyprian. Di dalam risalahnya, On the Dress of Virgins, tentang pakaian yang pantas bagi
wanita tepat mengikuti karya Tertullian, dan dia juga menyalahkan the fallen angel sebagai
asal-usul perhiasan yang didamba-dambakan bahkan oleh wanita Kristen.33 Mengenai
penerimaan literatur Henokh, Clement sependapat dengan para bapa gereja walaupun tidak
secara langsung merujuk kepada ayat tertentu dari Kitab Henokh. Clement secara eksplisit
mengklaim bahwa ada kuasa tertentu yang telah turun dan menginspirasikan seluruh filsafat.
Di dalam Stromata, Clement berpendapat bahwa ia setuju filsafat tidak dikirim oleh Tuhan,
tetapi telah dicuri, atau diberikan oleh seorang pencuri ketika “some power or angel – who
had learned something of the truth, but did not remain therein – inspired these things and,
after having stolen them, taught them.”34 Para bapa gereja khususnya Tertullian memandang
literatur Henokh sebagai teks yang diinspirasikan, terlepas dari pandangan Yahudi tentang
masalah ini. Faktanya, jauh dari pada melemahkan otoritasnya, penolakannya oleh kaum
Yahudi justru menegaskan konsepsinya tentang status sebagai sumber kebenaran Kristen.35

31
Ibid., 175.
32
Ibid., 178.
33
Ibid., 180.
34
Ibid., 184.
35
Ibid., 197.
16
Kisah lainnya yang sering kali dikutip adalah dari 2 Henokh. Menurut bagian ini,
pemimpin tentara surgawi, Lucifer, melakukan kudeta ke dalam istana sorga. Namun
sayangnya ia gagal dan akhirnya ia dibuang dan jatuh dari langit. Banyak penafsir yang
akhirnya menggunakan bagian ini dan mengaitkannya dengan Yesaya 14 yang telah kita
bahas.36 Bagaimanapun kita harus mengingat bahwa kedua sumber ini tidak dipakai dalam
Alkitab kita karena kita tahu bahwa dua teks apokaliptik ini ditulis pada masa sunyi.

Lalu bagaimana dengan pandangan Yesus mengenai fallen angel? Dengan jelas
dicatat di dalam Lukas 10:18 bahwa Yesus berkata, “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari
langit.” Tetapi apakah memang Yesus bermaksud merujuk kepada Yesaya 14:12 ketika
mengucapkan penglihatan ini? Kata “melihat” dapat berarti suatu pengalaman fisik biasa,
atau sebuah karunia untuk melihat masa depan atau pengetahuan yang mendalam, atau
memiliki maksud sebuah simbol. Perkataan Yesus di sini dapat merujuk kepada kejatuhan
Setan yang dilihat oleh pra-eksistensi Yesus sebagaimana yang tertulis pada Yesaya 14:12.37
Perkataan Yesus ini juga berkaitan dengan suatu tradisi Yahudi. Di dalam Wahyu 12:7-10, 13
Mikhael melawan dan mengalahkan naga (Setan) di sorga, maka ia dilemparkan ke bawah ke
bumi di mana ia mengejar perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. Di balik gambaran
ini terletak mitos dari kejatuhan Lucifer dari sorga di mana Yesaya 14:12 dibandingkan
dengan alusi mitos ini dalam Lukas 10:15.38

John Nolland di dalam tafsirannya menyebutkan walaupun ada sejarah yang panjang
menghubungkan ayat ini (Luk. 10:18) dengan Yesaya 14:12 sebagaimana diterapkan pada
kejatuhan Setan, akhirnya tidak ada dasar yang memadai untuk keterkaitan seperti itu, atau
bagi apa pun penafsiran Yahudi awal terhadap teks dari Yesaya sebagai rujukan kepada
kejatuhan Setan yang mula-mula dari surga.39 Jadi sekali pun perkataan Yesus memang
menggambarkan Setan mengalami kejatuhan, atau di dalam kitab Wahyu dijelaskan bahwa
Setan dibuang dari surga dan dilemparkan ke bumi, tetap tidak ada bukti atau dasar yang
36
Ibid., 109–110.
37
Robert H. Stein, Luke, The New American commentary v. 24 (Nashville, Tenn: Broadman Press,
1992), 309.
38
I. Howard Marshall, The Gospel of Luke: a commentary on the Greek text, 1st American ed., The
New international Greek testament commentary 3 (Grand Rapids: Eerdmans, 1978), 428.
39
John Nolland dkk., Luke 9:21 - 18:34, Nachdr., Word biblical commentary [General ed.: Bruce M.
Metzger; David A. Hubbard; Glenn W. Barker. Old Testament ed.: John D. W. Watts. New Testament ed.:
Ralph P. Martin]; Vol. 35,B (Nashville: Nelson, 2008), 563.
17
cukup kuat untuk mengaitkannya dengan Yesaya. Hubungan keduanya didasarkan pada
penafsiran yang mengacu kepada mitos atau kitab-kitab apokrifa pada masa intertestamental.

Studi Teologis dan Kesimpulan

Dengan demikian, kita harus berusaha menyingkirkan worldview yang salah


mengenai setan, asal muasal kejahatan dan kejatuhan malaikat. Kemudian menggantinya
dengan worldview yang lebih tepat. Dari teks-teks intertestamentum ini kita dapat
menunjukkan bahwa sebenarnya Yesaya 14 dan Yehezkiel 18 merupakan usaha seorang raja
dunia untuk naik menyamai Allah, namun diturunkan oleh Tuhan. Teks Alkitab tidak pernah
menceritakan mengenai kejatuhan malaikat di mana pun, dan hanya Yesus yang pernah
mengatakan di dalam Lukas 10:18, “Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis
jatuh seperti kilat dari langit.” Namun bagian ini bukan tidak mungkin bicara mengenai apa
yang Yesus telah lihat untuk masa depan. Yakni kemenangan Yesus yang sudah pasti dan
ultimat. Kemenangan Yesus bukanlah mengenai peperangan yang seimbang antara yang baik
dan yang jahat. Melainkan mengenai kemenangan yang ultimat karena merupakan perang
antara Pencipta dan ciptaan.

Tulisan ini tidak bertujuan untuk membongkar asal muasal dari setan. Mengenai
penelusuran akan asal-usul dari segala sesuatu kita tidak dapat menemukannya di dalam
literatur historis khususnya di dalam Timur Dekat Kuno karena tidak ada kebiasaan dalam
literaturnya yang menjelaskan asal-usul secara historis dan faktual. Asal-usul Setan dengan
pemahaman tentang fallen angel berasal dari literatur yang keabsahannya diragukan bahkan
oleh kanon Yahudi. Sifatnya yang mengarah ke mitos tidak cukup kuat untuk dapat
digunakan sebagai dasar kepercayaan akan asal-usul yang valid. Namun penulis berusaha
untuk menjelaskan bahwa kejatuhan malaikat tidak dapat didukung dengan eksegesis biblika
dalam Yesaya 14 dan Yehezkiel 28. 1 hal yang kita ketahui dan harus kita waspadai bahwa
setan adalah musuh Allah yang sudah kalah oleh karena pengorbanan Kristus di atas kayu
salib. Dengan demikian, kedua teks di atas ingin menunjukkan kepada kita bahwa Allah
adalah yang berdaulat di atas segala sesuatu, bukan hanya atas bangsa Israel, tetapi juga atas

18
bangsa-bangsa sekitar. Ia adalah Allah yang berkuasa dari awal mula penciptaan sampai
kepada kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

19
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alden, Robert L. “Lucifer, who or what.” Bulletin of the Evangelical Theological Society 11,
no. 1 (1968): 35–39.

Aune, David E. Revelation 17-22. Vol. 52C. WBC. Nashville: Thomas Nelson, 1998.

Blenkinsopp, Joseph. Ezekiel: Interpretation. Louisville: John Knox, 1990.

Cook, Stephen L. “Isaiah 14.” Sage 73. Interpretation: A Journal of Bible and Theology
(2019).

Craigie, Peter C. “Helel, Athtar, and Phaethon.” Gruyter 85. ZAW (1973).

Duguid, Iain M. Ezekiel. The NIV Application Commentary. Grand Rapids: Zondervan,
2009. Kindle.

Joyce, Paul M. Ezekiel: A Commentary. New York: T&T Clark, 2009.

Kistemaker, Simon J. New Testament Commentary: Exposition of Peter, and Jude. Grand
Rapids, Mich.: Baker Academic, 1987.

Marshall, I. Howard. The Gospel of Luke: a commentary on the Greek text. 1st American ed.
The New international Greek testament commentary 3. Grand Rapids: Eerdmans,
1978.

Motyer, J. Alec. Isaiah. Vol. 20. Tyndale Old Testament Commentaries. Nottingham: IVP,
1999.

Nolland, John, Bruce Manning Metzger, David A. Hubbard, Glenn W. Barker, dan John
Nolland. Luke 9:21 - 18:34. Nachdr. Word biblical commentary [General ed.: Bruce
M. Metzger; David A. Hubbard; Glenn W. Barker. Old Testament ed.: John D. W.
Watts. New Testament ed.: Ralph P. Martin]; Vol. 35,B. Nashville: Nelson, 2008.

Odell, Margaret S. Ezekiel. Smyth & Helwys Bible Commentary. Georgia: Smyth & Helwys,
2005.

Ortlund, Jr., Raymond C. Isaiah: God Saves Sinners. Preaching The Word. Wheaton:
Crossway, 2005.

Oswalt, John N. The Book of Isaiah: Chapters 1-39. New International Commentary on The
Old Testament. Grand Rapids: Eerdmans, 1986. Kindle.

Patmore, Hector M. Adam, Satan, and King of Tyre: The Interpretation of Ezekiel 28:1-19 in
Late Antiquity. Leiden: Brill, 2012.

20
Reed, Annette Yoshiko. Fallen angels and the history of Judaism and Christianity: the
reception of Enochic literature. Cambridge ; New York: Cambridge University Press,
2005.

Sawyer, John F. A. Isaiah Through the Centuries. Wiley Blackwell Bible Commentaries.
Chichester: Wiley-Blackwell, 2018.

Schreiner, Thomas R. 1, 2 Peter, Jude. The New American Commentary v. 37. Nashville,
Tenn: Broadman & Holman, 2003.

Smith, Gary V. Isaiah 1-39. Vol. 15A. New American Commentary. Nashville: Broadman &
Holman, 2006. Kindle.

Stein, Robert H. Luke. The New American commentary v. 24. Nashville, Tenn: Broadman
Press, 1992.

T. J. Wray, dan Gregory Mobley. The Birth of Satan: Tracing the Devil’s Biblical Roots.
New York: Palgrave, 2005.

Tate, Marvin E. “Satan in the Old Testament.” Review & Expositor 89, no. 4 (Desember 1,
1992): 461–474.

Taylor, John B. Ezekiel: An Introduction and Commentary. Tyndale Old Testament


Commentaries. Nottingham: IVP, 2009. EPUB.

21

Anda mungkin juga menyukai