Anda di halaman 1dari 4

Ujian Tengah Semester Hermeneutika

Disusun Oleh : William Althur


NIM : 21112002
Mata Kuliah : Hermeneutika
Program Studi : Teologi

Dosen Pengampu :
Dr. Ivonne Sandra Sumual,M.Th

Program Studi Teologi


Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia
( STTBI )
Jakarta
2022

Soal UTS
1. Berikan satu contoh kebiasaan / budaya di Daerah saudara yang kemungkinan tidak ditemukan
di Daerah lain dan apa makna budaya tersebut bagi masyarakat di daerah saudara.
2. Apa yang saudara pahami tentang pengertian hermeneutika Alkitab ?
3. Jelaskan apa pentingnya menafsir Alkitab menurut anda dan ceritakan suatu pengalaman anda
sebagai pemimpin gereja , sebagai guru sekolah minggu atauapun sebagai umat Kristen yang
sering menjadi tempat bertanya seputar Alkitab dari orang orang di sekitar anda.
4. Mengapa seseorang yang melakukan penafsiran terhadap Alkitab perlu bergantung pada roh
kudus ? Jelaskan

Jawaban
1. Budaya Chinese seperti festival chong yang (makan bakpao/kue). Budaya ini memiliki arti
panjang umur oleh warga Tiongkok. Hal tersebut selalu dirayakan tanggal 9 bulan 9
penanggalan imlek. Menurut tradisi China bahwa angka 9 memiliki sifat yang positif. Angka 9
dalam bahasa mandarin disebut (Jiu). Jiu Jiu apabila digabungkan artinya menjadi “lama lama”.
Jadi sering diartikan sebagai panjang umur. Festival ini mengadakan acara berkumpul berpesta
bersama , menikmati bunga krisan , mendaki gunung dan makan kue special. Jika zaman
sekarang dikenal sebagai ‘double nine festival” .
2. Hermeneutika adalah ilmu yang mengajarkan prinsip-prinsip , hukum-hukum dan metode
metode penafsiran Alkitab. Kita memerlukan hermeneutika karena adanya
• Historical gap (perbedaan waktu jaman dulu dan sekarang). Comtohnya adalah dulu nabi berjalan
kaki karena tidak ada mobil tetapi apakah pendeta jaman sekarang harus demikian ?
• Cultural gap (tradisi yang berbeda dengan tradisi kebudayaan sekarang). Contohnya adalah
kebudayaan orang jaman kitab suci yang tidak bisa begitu ditiru seperti pengunaan tudung kepala
bagi perempuan dalam kebaktian (1 Korintus 11:5-6;3-15).
• Linguistic gap (perbedaan bahasa). Kitab suci ditulis dalam bahasa Ibrani , Yunani dan Aramaic.
Adanya perbedaan grammar , vocabulary dan ungkapan ungkapan seperti Matius 26,25,64 (kata
kata “Engkau telah mengatakannya” artinya adalah “YA”)
Kita perlu paham dan mengerti bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Kalau kita seseorang yang
tidak menerima Alkitab sebagai Firman Allah maka tidak ada guna belajar hermeneutics. Seseorang
yang mulai dari suatu kesesatan tidak Bisa diharapkan akan mencapai suatu kebenaran.
Hermeneutika juga memiliki prinsip didalamnya yaitu :

• Tidak boleh melepas ayat dari konteksnya maka dari itu sebagai seorang pengkhotbah atau
pengajar diperlukan membaca buku yang kredibel sehingga saat ditafsirkan tidak keluar dari
konteks kitab. Contohnya adalah Matius 28:20b “Dan ketahuilah , Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman” disini sering dikutip oleh banyak pengkotbah dalam
pemberkatan nikah untuk memberikan janji penyertaan Tuhan bagi orang orang yang baru
menikah. Tetapi konteksnya di dalam Matius 28:18 penyertaan Tuhan hanya berlaku bagi orang
orang Kristen yang mengabarkan Injil. Ayat tersebut menekankan makna sesungguhnya yaitu
Yesus menyertai orang Kristen tetapi Yesus tidak menyertai orang Kristen yang tidak
memberitakan Injil. Tidak hanya itu , seorang pengkhotbah wajib memperhatikan fokus atau
konteks tersebut contohnya adalah Yohanes 15:1-7 konteksnya adlah kita harus terus bersekutu
dengan Tuhan. Ada ajaran sesat yang tanpa mempedulikan fokus ini yang berkata Bapa adalah
pengusaha dan Yesus adalah pokok anggur maka Yesus diciptakan oleh Bapa. Hal ini keliru dan
menjadi salah didalam firman yang diberitakan.
• Tidak boleh menafsirkan ayat sehingga menentang ayat lain. Calvin mengatakan “Scripture
Interprets Scripture (kitab suci menafsirkan kitab suci) Jadi kita harus membanding-bandingkan
semua bagian bagian kitab suci yang berhubungan dengan ayat yang sedang kita tafsirkan untuk
bisa mendapatkan arti yang benar dari ayat tersebut. Contoh Matius 7:7 mengajarkan bahwa kita
benar berdoa dengan iman maka Tuhan pasti akan mengabulkan semua permintaan kita tetapi
jangan sampai kita hiraukan 1 Yohanes 5:14 dimana Tuhan mengabulkan permintaan sesuai
dengan kehendakNya bukan kehendak kita pribadi.
Kita juga perlu meneliti untuk siapa firman itu ditunjukan. Firman Tuhan Ya dan Amin tetapi tidak
semua perintah maupun janji Tuhan berlaku untuk setiap orang
• Ada bagian ditunjukan untuk semua orang ( Kel 20:3-17 yaitu 10 Hukum Tuhan )
• Ada bagian ditunjukan untuk bangsa Israel dalam Perjanjian Lama untuk mengorbankan binatang
pada waktu berbuat dosa ( Imamat 19:1-10 )
• Ada bagian ditunjukan untuk orang percaya. Contohnya Yeremia 29:11
• Ada bagian ditunjukan untuk orang orang tertentu saja. Contohnya Matius 28:20b
• Ada bagian ditunjukan untuk 1 individu saja. Contohnya Matius 1:26-35 untuk Maria saja

3. Penafsiran yang baik akan menghasilkan pengertian dan pengajaran yang baik. Seringkali
kekacauan kebanyakan dimulai dari ketidakpahaman pengajar sesat itu sebagaimana menafsir
Alkitab dengan baik. Menafsir harus sesuai dengan konteks dan lengkap. Bila kita menafsirkan
alkitab secara langkap dan mengerti konteksnya demi mencengah kesalahan pengertian yang

menyebabkan kesalahan respons. Demikian juga , bila kita menafsir Alkitab secara sebagaian
saja di luar konteks utuhnya , kita akan mengalami kesalahpahaman tentang Tuhan dan
kehendakNya. Akibatnya pengenalan kita akan Tuhan akan keliru bila pemahaman itu kita
ajarakan lalu timbulah ajaran sesat. Ada satu cerita waktu itu mengenai ayat alkitab yang
menurut jemaat awam yang tidak sekolah teologi merupakan ayat yang bertentangan. Beliau
menanyakan Matius 5:3 “ Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga “ berarti menurut jemaat tersebut orang Kristen harus
mengosongkan diri seperti zaman nabi dan tidak boleh memiliki harta karena bisa menjadi
mamon dan jika hidup tidak memiliki harta asalkan bersama Kristus itulah kekristenan
sesungguhnya harus pikul salib. Hal ini merupakan kekeliruan yang sangat serius sehingga saya
menjelaskan arti sesungguhnya dari Matius 5:3 yaitu yang dimaksud miskin secara roh adalah
mengharuskan kita hidup rendah hati dan bergantung kepada Allah bukan diartikan dengan
paham materialis. Fungsi hermeneutika adalah seperti itu supaya kita tidak tersesat didalam
penafsiran Alkitab.
4. Jelas harus bergantung kepada Roh Kudus. Hikmat didapatkan ketika kita sangat memiliki
hubungan erat dengan Bapa di surga. Bagaimana seseorang dapat menafsirkan Alkitab dengan
baik apabila hanya bergantung kepada pengetahuan yang diampu. Saya berfikir tidak akan bisa
karena suatu karya dari Allah dibutuhkan pewahyuan dari Allah. Adapun seseorang yang
berkotbah mengenai firman Allah dengan pengetahuan yang baik dan tidak mengandalkan roh
kudus maka dari itu apa yang disampaikan tidak berimpact karena tidak memakai kekuatan dan
persekutuan dengan roh kudus. Maka dari itu sangat penting sekali pengkotbah atau pengajar
meminta roh kudus untuk memimpin langkah penafsiran ayat demi ayat.

Anda mungkin juga menyukai