Anda di halaman 1dari 58

HERMENEUTIKA 2

Dr. Zinzendorf Dachi, M.Th.


Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan

14 -18 Oktober 2015


Sifat Firman Tuhan: Manusiawi dan Ilahi
Kebutuhan untuk menafsir oleh karena sifat
Firman Tuhan. Alkitab adalah Firman yang
diberikan Allah di dalam bahasa manusia
dalam sejarah.
Allah memilih untuk menggunakan hampir
setiap macam komunikasi yang ada: cerita
sejarah, silsilah keturunan, macam-macam
hukum, aneka jenis syair, nubuat, teka-teki,
drama, riwayat hidup, perumpamaan,
khotbah, wahyu.
Cerita sejarah, silsilah keturunan,
macam-macam hukum, aneka jenis syair
kita kenal sebagai Genre.
Genre dari genus (Latin) yang berarti
jenis sastra.
Dalam hubungan dengan Alkitab
Tremper Longman mendefinisikan
sebagai kelompok ayat-ayat yang sama
dalam mood, isi, struktur atau susunan
katanya.
GENRE DALAM ALKITAB
1. Narasi
2. Puisi
3. Hukum
4. Nubuat
5. Hikmat
6. Injil Injil
7. Surat surat
8. Apokaliptik
9. Kisah Para Rasul
MENAFSIRKAN NARASI
Narasi-narasi Perjanjian Lama mempunyai
alur cerita yang menjadi bagian dari alur
keseluruhan yang khusus dan memiliki
sejumlah pelaku termasuk Allah didalamnya.
Ada 3 tingkatan alur cerita dalam Perjanjian
Lama (Gordon D. Fee)
Narasi Tingkat Atas
Narasi Tingkat Menengah
Narasi Tingkat Bawah
Perhatikan Narasi Hakim-hakim 6:34-40
FITUR NARASI PL
Duvail dan Hayes mendefinisikan fitur narasi
sebagai bentuk sastra yang ditandai dengan
waktu tindakan yang berurutan dan melibatkn
adegan, plot, latar dan karakter-karakter.
1.Adegan (Scene)
Gabungan situasi yang erat
hubungannya dengan tindakan dan para tokoh
yang membentuk bangunan dasar kisah-kisah
Perjanjian Lama. Adegan dapat dibagi
berdasaran perubahan waktu dan tempat.
Perubahan waktu : 1 Samuel 3
Perubahan tempat : 1 Raja-raja 17
2. Alur Cerita (Plot)
Rangkaian peristiwa yang mempunyai
hubungan sebab-akibat dalam sebuah ceri ta
yang bergerak dari ketidak seimbangan ke
arah pemecahan masalah, dari peningka tan
ketegangan ke arah penurunan melalui
penyusunan adegan-adegan.
Untuk mengeksplorasi plot dengan perluasan
tentang pertanyaan apa? (what) dan
bagaimana (how).
Plot secara khas bergerak melewati 6 tahapan
yakni:
Latar Belakang
Memberikan penjelasan atau detail yang
dibutuhkan untuk memahami cerita.
Konflik
Sesuatu yang ada dibagian latar belakang
atau penjelasan dari cerita yang ditandai
dengan gangguan, keinginan yang tidak terpe
nuhi dan ketidak lengkapan
Aksi Meningkat
Konflik yang semakin intensif menuju
kepada klimaks.
 Klimaks
Momen kisah berganti arah kepada
resolusi.
 Resolusi
Alur cerita yang turun secara cepat untuk
diselesaikan.
 Kesimpulan (Akhir cerita) (4) Klimaks

(3) Aksi meningkat

(1) Latar Belakang (6) Kesimpulan


(2) Konflik (5) Resolusi
Setelah membaca narasi, pastikan untuk
mengidentifikasi plotnya dengan mengajukan
pertanyaan:
Kisah itu berbicara tentang apa?
Apakah konflik utamanya?
Bagaimana ketegangan dikembangkan?
Bagaimana konflik diselesaikan ?
Latihan: Narasi Kej. 39:1-23
3.Karakter(Penokohan)
Karakter adalah jawaban untuk pertanyaan
siapa? Karakter dalam Narasi PL berfokus
pada Allah, makhuk supranatural, manusia.
Karakter dalam narasi Perjanjian Lama, umum
nya diatur dalam 3 kelompok:
a)Protagonis
Tokoh utama dalam sebuah narasi yang
sudut pandangnya kita telusuri melalui
tindakannya. Kej. 12:1-20 adalah Abram
b)Antagonis
Tokoh yang diarahkan untuk menentang
tokoh protagonis. Kej. 11:1-9
c)Ambivalen
Tokoh yang tidak jelas dukungannya
terhadap tokoh protagonis dan antagonis.
1Raja-raja 3:1-15
Ada beberapa teknik pembentukan karakter
(penokohan) dalam narasi:
a)Dialog
b)Aksi
c)Gelar dan nama (lih. Rut 1:22; 2 Raj.5:1, 8)
d)Gambar fisik
e)Komentar Kepenulisan
f)Respon dari karakter-karakter lainnya
g)Foil yakni tindakan yang sengaja dibuat
sebagai kontras dari protagonis (lih. Rut 1:8-
17; bdg. Kej. 13:1-18)
4. Latar (Setting)
Donald Michie dan Grant Osborne
menjelaskan bahwa latar mempunyai
banyak fungsi seperti: menciptakan suasana,
menentukan konflik, menyingkapkan watak
para tokoh yang harus menghadapi masalah
Latar meliputi 3 hal: waktu (Rut 1:22; 2:17),
tempat atau geografis (Rut 1:1, 19), Historis
(Rut 1:1)
5. Sudut Pandang Narator (Viewpoint)
Prespektif dari mana cerita itu disampaikan
sehingga pembaca, penafsir mengerti
Ada 5 area sudut pandang beroperasi:
1)Dimensi psikologis
2)Sudut pandang evaluatif atau ideologis
3)Prespektif ruang
4)Prespektif waktu
5)Sudut pandang frasalogis

6.Narasi dan Waktu Narasi


Ada 3 macam waktu narasi yakni waktu
penceritaan (Kej. 1-2:4a), waktu cerita
(Hakim-hakim 19) dan waktu kronologis
Jenis-Jenis Narasi Perjanjian Lama
1)Laporan yakni sebuah narasi singkat dan
berdiri sendiri tentang suatu peristiwa atau
situasi tunggal yang terjadi di masalalu
(anekdot, laporan peperangan, pembangu nan,
laporan mimpi, laporan epifani,sejarah,
memoir, cerita sejarah)
2)Narasi Kepahlawanan
3)Cerita Nabi
4)Komedi
5)Pidato perpisahan
6)Daftar
7)Tragedi
Prinsip-prinsip Mempelajari Narasi
Analisis struktur
Analisis Gaya
Analisis Redaksi
Analisis Eksegetik
Analisis Teologis
Kontekstualisasi
MENAFSIRKAN PUISI/SYAIR
Karakteristik Puisi Perjanjian Lama
1)Keringkasan Kalimat
Contoh: Maz. 25:4
ynI[E+ydIAh hw"hy>â ^yk,är"D>
Beritahukanlah jalan-jalanMu kepadaku, ya
TUHAN
`ynIdE)M.l; ^yt,äAxr>ao
Ajarilah aku jalan-jalanMu
2) Kesejajaran pemikiran (Paralelism)
Hubungan diantara baris-baris dalam satu
unit puisi dimana dua atau tiga baris puisi
saling memperkuat, mempertegas dan
mengembangkan ide (pemikiran) secara
dinamis.
a. A=B
Paralelisme A = B terjadi ketika A dan B
dapat saling dipertukarkan dengan
beberapa cara berikut:
 B Menggemakan A
Contoh: Mazmur 19:2 -3
A Langit menceritakan kemuliaan Allah
a b c
B dan cakrawala menceritakan pekerjaan tanganNya
a’ b’ c’
A Hari meneruskan berita itu kepada hari
a b c d
B dan malam meneruskan pengetahuan itu kepada malam
a’ b’ c’ d’
Amos 8:10
A Aku akan mengubah perayaan perayaanmu menjadi perkabungan
a b c
B dan segala nyanyianmu menjadi ratapan
b’ c’
Mazmur 24:1
A Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya
a b c
B dan dunia serta yang diam didalamnya
c’
 B Mengontraskan A
Contoh: Amsal 10:1
A Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada
ayahnya
a b c
B tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya
a’ b’ c’

b. A >B
Paralelisme A > B terjadi ketika A
meng ungkapkan ide utama sementara B
menam bahkan penjelasan ke atasnya,
sehingga pemikiran A dapat
diungkapkan lebih lengkap.
• B menggambarkan alat yang digunakan
untuk mencapai apa yang diungkapkan A
Contoh: Mazmur 111:6
A Kekuatan perbuatanNya diberitakanNya kepada umatNya
B dengan memberikan kepada mereka milik pusaka bangsabangsa
• B menyatakan alasan bagi klaim yang dibuat
A Contoh: Mazmur 98:1a
A Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan
B Sebab Ia telah melakukan perbuatan perbuatan yang ajaib
• B Menjelaskan waktu dari A
Contoh: Mazmur 137:1
c.A<B
Paralelisme A < B terjadi ketika A
menyatakan konsep pengantar dan dikem
bangkan oleh B untuk melengkapi atau
menyempurnakan A
• Kesinambungan
Baris baris yang muncul belakangan secara
berturut-turut menampilkan pengembangan
pemikiran. Contoh: Mazmur 29:1-2
A Berikanlah kepada TUHAN hai penghuni surgawi
B Berikanlah kepada TUHAN segala kemuliaan dan kepujian
C Berikanlah kepada TUHAN kemuliaan namaNya
D Sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan
Dalam penafsiran puisi/syair Alkitab kita
harus memperhatikan konteks, latar belakang
dan tujuan utama penulisan syair supaya
tidak salah dalam memahami arti yang
dimaksud penulis kitab tersebut.
Perlu mempelajari prinsip/metode penafsiran
bentuk syair, karena sepertiga bagian dari PL
saja, ditulis dalam bentuk puisi/syair.
Perhatikan contoh puisi/syair PL berikut:
“harum bau minyakmu, bagaikan minyak
yang tercurah namamu, oleh sebab itu …”
Kid 1:3
Bahasa Ibrani, yang memiliki karakter
emosional, sebenarnya sangat cocok untuk
penyampaian yang bersifat puitis. Dan tidak
jarang, ide yang abstrak dapat disampaikan
dengan istilah-istilah yang konkrit, indah
dan hidup. Ini dapat dibuktikan dari seruan
langsung kepada suatu obyek mati dengan
perasaan penuh.....baca Zakaria 11:1,2
Memakai kata-kata yang bersifat
antropomorphisme (Maz.10:12)
Menulis kata-kata yang kelihatannya kejam
(Maz.137:9)
 Syair PL dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar:
1. Bersifat liris : Kitab Mazmur, Kidung
Agung dan Ratapan, yang dapat dinyanyikan
dan diiringi dengan alat musik.
2. Bersifat mendidik. (Kitab Amsal dan
Pengkotbah)
• Syair bahasa Ibranipun dapat dibagi dengan
cara lain
1. Bersifat sekuler: Hakim pasal 5
(peperangan). Kej. 4: 23-24 (Pembalasan).
Bil. 21: 27-30(ejekan terhadap musuh)
PRINSIP PENAFSIRAN PUISI
1. Yakin bahwa teks tersebut adalah syair
2. Perhatikan fungsi /corak dari syair tersebut
3. Perhatikan pembagian atau bait syair
tersebut
4. Perhatikan ciri khas dari syair
5. Jangan mengabaikan sifat dasar dari
bahasa figuratif
6. Konteks adalah topik yang penting
7. Perhatikan latarbelakang
8. Topik pembicaraan/isi puisi/syair bukan
saja berhubungan dengan pengalaman
penulis puisi/syair saja akan tetapi, juga
memberitakan wahyu Allah yang
merupakan data teologis yang sangat
serius.
9. Dalam penafsiran khususnya Mazmur, data
yang terdapat di keterangan yang tertera
diawal dari sebuah Mazmur, perlu
pertimbangan yang serius
10. Perhatikan tujuan utama penulisan
puisi/syair
BENTUK BENTUK KIASAN
Bentuk lain yang ditemukan dalam puisi/syair
adalah bahasa kiasan.
Komunikasi baik lisan atau tertulis, yang
menyampaikan suatu berita dengan cara
memperbandingkan, atau mengasosiasikan
dengan hal lain.
Bahasa kiasan adalah suatu alat komunikasi
yang dapat memberi penjelasan, atau
gambaran sehingga lebih hidup, jelas dan
mudah diingat.
Pemakain bahasa kiasan sangat umum dalam
Alkitab, artinya bahwa bahasa kiasan juga
dipakai diluar Puisi.
Galatia 2:9 terdapat: “..... Yakobus, Kefas,
Yohanes yang dipandang sebagai sokoguru
jemaat....”
Jelas ketiga orang ini bukan sokoguru dalam
pengertian harfiah
Alasan utama penggunaan kiasan adalah
kekurangan perbendaharaan kata, memberi
penjelasan, gambaran yang hidup, jelas dan
mudah diingat
Penafsiran bahasa kiasan dalam Alkitab
adalah tugas yang tidak mudah. Sebab ini
menuntut kesensitifan dan kewaspadaan
dalam penerapan prinsip-prinsip penafsiran.
Bagaimana menjelaskan perkataan Tuhan
Yesus: ambillah, inilah tubuhku. Inilah
darahku, ...(Mark. 14 22-24),
Gereja Roma Katolik mengambil penafsiran
yang harfiah, sehingga mereka percaya roti
dan anggur (hasil pokok anggur) telah
sungguh-sungguh berubah jadi tubuh dan
darah Tuhan Yesus (Transubstansiasi).
Luther mengambil posisi yang lebih lunak. Ia
percaya bahwa tubuh dan darah Tuhan berada
di, dengan, atau di bawah elemen roti dan
anggur (Consubstansiasi).
Zwingli menafsir ayat ayat ini dengan
pengertian simbolik. Perjamuan suci adalah
suatu sakramen untuk mengingat Tuhan
Yesus. (Luk. 22: 19).
Perbedaan pandangan ini telah menimbulkan
perdebatan yang sangat sengit, bahkan
perpecahan
Bahasa Kiasan yang bersifat perbandingan
yaitu: Simile, Metafor, Hypocatastasis, Per-
sonifikasi, Antropomorfisme, Zoomorfisme,
Personifikasi.
•Simile adalah bahasa kiasan yang
membandingkan dua obyek dengan memakai
kata-kata "seperti", "bagaikan".
•Antropomorfisme merupakan bahasa kiasan
yang secara eksplisit atau implisit
memperbandingkan Allah dengan sesuatu
bagian dari manusia
“mataNya mengamat-amati, sorot mataNya
menguji anak-anak manusia” (Maz. 11:4)
• Metaphor adalah bahasa kiasan yang
memperbanding kan secara langsung dua
obyek dengan tujuan yang jelas. Biasanya
dua obyek tidak mirip, tetapi obyek yang
dibandingkan itu mengambil alih sebagian
sifat pengertian dari obyek lain.
Contohnya, ucapan Tuhan Yesus tentang
Herodes: "Pergilah dan katakanlah kepada
si serigala itu (Luk. 13: 32).
“Sebab TUHAN adalah matahari dan
perisai” (Mazmur 84:12 [11])
 Personifikasi: Personifikasi: (dari bahasa
Latin persona: person + facio = membuat;
perbuatan atau berpura-pura seperti
seseorang); (contoh: abstraksi, benda mati,
atau binatang) dengan kualitas dan
kemampuan manusia. Kiasan digunakan
untuk menggerakkan emosi dan
menciptakan empaty dengan subjeknya.
“Ladang sudah musnah, minyak sudah
menipis” (Yoel 1:10)
“Darah adikmu itu berteriak kepadaKu
dari tanah” (Kej. 6:10)
• Zoomorfisme: Secara eksplisit atau implisit
memperbandingkan Allah (atau sesuatu yang
lain) dengan binatang atau bagian dari
binatang.
“Dalam naungan sayapMu, aku bersorak-sorai”
(Maz. 63:8)
• Hypocatastasis: menyatakan secara
tidak langsung perbandingan. Maksud pernyataan
perbandingan antara dua hal dari sifat yang
berbeda namun memiliki kesamaan. Berbeda
dengan metafor, dalam subjek ini harus
dipertegas.“Sebab anjing-anjing
mengerumuni aku” (Mazmur 22:17)
LATIHAN: Tafsirkanlah Kidung Agung
1:1-8 dengan memperhatikan bahasa
kiasan yang ditemukan di dalamnya.
Jelaskan apa makna yang diperoleh dari
bagian itu.
PENAFSIRAN NUBUAT
Dalam Alkitab, khususnya PL, terdapat
banyak sekali yang bercorak nubuat: mulai
dari kitab Yesaya hingga kitab Maleakhi.
Menurut Kaiser, kitab-kitab sejarah seperti
kitab Yosua, Hakim-hakim, I & II Samuel,
1 & 11 Raja-raja, lebih lepat dikategorikan
sebagai kitab Nabi.
Menurut Payne; dari 23.210 ayat PL
terdapat 6641 ayat mengandung data yang
bersifat nubuat, ini sama dengan 28,5%.
Kepentingan penafsiran nubuat bukan saja
karena jumlah ayat-ayat yang bersifat
nubuat sangat banyak, tetapi juga karena
sulit ditafsir dan sering menimbulkan
perdebatan yang sangat sengit.
Misalnya kedatangan Tuhan Yesus yang
kedua kali, khususnya Wahyu 20: 5 tentang
masa seribu tahun, terdapat tiga macam
golongan besar. Premillennialisme,
menekankan penafsiran harfiah
Postmillennialisme dan Amillennialisme
menekankan penafsiran simbolik.
Aspek isi berita nubuat berhubungan dengan
hari depan orang Israel, ada yang
berhubungan dengan penolong orang Israel
– Messias dan yang bersifat eskatologis,
yakni Kerajaan Allah
Bila hanya dilihat dari sifat isi nubuatan,
terdiri dari nubuat PL yang juga digenapi di
PL; nubuat di PL yang digenapi di PB;
nubuat di PB yang digenapi juga di masa PB
dan Nubuat di PL dan PB yang sebagian
atau seluruhnya belum digenapi (misalnya
kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya).
CIRI UMUM NUBUAT
•Ciri progressif
Sifat progressif menekankan bahwa nubuat
diberikan berdasarkan nubuat sebelumnya,
(Kej 3:15; , dalam janji kepada Abraham (Kej.
12:3; 17: 2-8; 18: 18).
•Ciri berulang-ulang/paralel
Dari Yes, 2 1-4 dan Mik. 4: 1-3 dua nubuat
yang hampir sama. Daniel pasal 7 pada
dasarnya, sama dengan fasal 2; sedang domba
jantan dan kambing jantan di Daniel fasal 8
adalah pengulangan tentang binatang besar.
Ciri gaya bahasa
Gaya bahasa nubuat-nubuat dalam Alkitab
adalah suatu topik penting. Sebab
berhubungan erat dengan cara penafsiran
terhadap nubuat: apakah tafsiran harfiah
atau simbolik
Dalam nubuat terdapat banyak puisi/syair,
simbol, kiasan dan perumpamaan
Penafsiran nubuat adalah sangat tergantung
kepada penguasaan prinsip prinsip dan
hukum-hukum dalam bahasa kiasan, tipe
dan penggunaan simbol
Tata bahasa yang tidak biasa
Adakalanya nubuat memakai tata-bahasa yang
tidak mengikuti kebiasaan umum. Misalnya
Yes. 53: 1-10a dalam bentuk lampau,
sedangkan ayat 10b-12 dalam masa akan
datang
 Zak.9: 9". rajamu datang kepadamu. ". Tata bahasa
kalimat ini memakai masa sekarang, tetapi sebenarnya
menunjukkan kepada peristiwa yang akan datang.
 Yesaya 11. ayat permulaan fasal ini menubuatkan
Kristus, yang tidak segagah perkasa Asyur. Tetapi
yang kelihatan lemah ini justru jadi kuat, sedangkan
Asyur yang kelihatan besar justru jatuh.
Pengharapan Mesianik
Pengharapan akan seorang Mesias yang
mempunyai jabatan nabi (Ul. 18: 18), imam
Maz. 110: 4 dan Zak. 6. Mesias yang
diharapkan ini adalah seorang yang dipanggil
oleh Allah, yang lemah lembut, menanggung
kesengsaraan manu sia, tetapi seorang gagah
perkasa, yang akan datang pada masa krisis
dan membangun suatu kerajaan kekal.
Bagi orang Kristen, pengharapan ini sudah
digenapi di dalam dan melalui Tuhan Yesus.
Kategori Khusus Penafsiran Nubuat
1. Apakah nubuat itu sejarah yang ditulis
sebelum atau sesudah peristiwa yang
bersangkutan?
2. Apakah nubuat harus ditafsir secara harfiah
atau simbolik?
3. Apakah penggenapan nubuat bersyarat atau
tanpa syarat?
4. Penggenapan nubuat bersifat tunggal atau
berganda?
Prinsip dalam Penafsiran Nubuat
1. Yakin bahwa bagian yang hendak ditafsir
adalah sungguh bersifat nubuat
2. Menerapkan prinsip umum penafsiran
Alkitab
3. Memperhatikan perbedaan antara tipologi
dan nubuat. Tipologi menekankan
korespondensi antara tokoh, peristiwa,
benda dan lain-lain antara PL dan PB
4. Perhatikan apakah nubuat yg bersangkutan
bersifat mengajar atau meramal. Keduanya
perlu dimengerti berdasar latar belakangny
5. Jika nubuat itu bersifat meramal, kita perlu
mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya
gaya bahasa, syarat nubuat, apakah nubuat
tersebut telah digenapi?
6. Selalu memperhatikan ciri nubuat misalnya
ciri progressive, ciri berulang paralel, ciri
gaya bahasa, ciri tata bahasa yang tidak
biasa, pengharapan mesianik
7. Selalu perhatikan penekanan Kristologis
8. Selalu memilih tafsiran yang sederhana dan
wajar.
Tugas: Tafsirkanlah Zakaria 7:1-14
PENAFSIRAN APOKALIPTIK
Dalam pengertian umum, istilah ini
menunjuk sekelompok literatur beserta
konsep dasarnya, yang bertumbuh subur di
daerah Alkitab, yang banyak terdapat di
sekitar abad ke-2 sM sampai abad pertama.
Beberapa ciri literatur apokaliptik umum,
sebab timbul dan asal-usul literatur apokalip
tik umum, perbedaan antara literatur apoka-
liptik umum dan Alkitabiah, dan beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penafsiran
Apokaliptik.
Setiap penafsir perlu mempelajari metode
penafsiran apokaliptik, karena hal ini
menubuatkan hal-hal yang akan datang,
hampir mirip dengan nubuat. Apokaliptik
sangat menonjol dalam hal eskatologi
Ciri Literatur Apokaliptik Umum
1. Eskatologis
2. Dualistis. terbaca dari dua dunia/masa yang
sama sekali berbeda yakni dunia yang akan
datang dan dunia sekarang
3. Determinisme
4 Esoterik, diberikan kepada orang tertentu
saja.
5 Penulisan.
6 Simbolisme.
7 Nama samaran
Prinsip Penafsiran Sastra Apokaliptik
• Analisis teks, isi Alkitab, sejarah dan latar
belakang
• Analisis sastra, konteks, arti kata
• Analisis tata bahasa
• Analisis integrasi
Walaupun terdapat perbedaan antara nubuat
dan apokaliptik, tetapi dalam banyak aspek
sangat dekat. Ditambah lagi, literatur
apokaliptik mungkin lahir dari nubuat PL.
Jadi, dapat dipertanggungjawabkan jika kita
menerapkan prinsip dan metode penafsiran
nubuat atas apokaliptik.
Penafsiran modern perlu memperhatikan
ciri khas literatur apokaliptik umum dan
yang terdapat di dalam Alkitab. Perhatikan
selalu topik, nubuat, latar belakang sejarah,
dan bahasa simbolisnya.
Apokaliptik sangat menonjol dalam hal
eskatologi. Penafsir modern perlu sadar akan
dorongan ingin tahu dari sementara orang,
dan jangan terlalu spekulatif dalam menafsir
apokaliptik. Ingat selalu ajaran Tuhan Yesus
di dalam Matius 24:36; KPR 1:7
Simbol atau bahasa simbolis apokaliptik
adalah sesuatu yang dapat dimengerti oleh
orang zaman itu. Jadi, untuk menafsir semua
ini, penafsir perlu memperhatikan
penjelasan dari penulis, konteks, bahkan
literatur apokaliptik umum zaman itu.
Perhatikan selalu dampak dari bahasa
simbolis yang jelas sangat emosional.
Penafsir modern juga perlu memperhatikan
bagian yang paralel dan juga nubuat dalam
Perjanjian Lama. Penafsir modern juga perlu
selalu menanyakan apakah nubuat
apokaliptik telah atau belum digenapi.
Alkitab selalu mengajarkan kebenaran untuk
segala zaman. Ini berlaku juga bagi simbol
yang dipakai dalam apokaliptik. Penafsir
modern perlu memperhatikan aspek ini.
PENAFSIRAN SURAT
Menurut pendapat dari Adolf Deismann,
yang pada awal abad ke-20 menyelidiki
surat-surat kuno yang ditulis dalam papirus
dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu Surat
Umum dan Surat Pribadi. Surat ini banyak
kita jumpai dalam PB, dalam PL hanya
terdapat beberapa surat saja (Misalnya 11
Sam. 11:14-15; 1 R raja 21:8-9; II Raja-raja 5:6-
7, Ezra 4:11-24; 5:7-17.).
Dalam PB terdapat 23 surat
Prinsip Penafsiran Surat
1. Harus membaca keseluruhannya dengan
cermat, sehingga dapat memastikan sifat
dasar surat itu (Umum atau Pribadi)
2. Mengerti Latar Belakangnya
3. Kebanyakan surat dalam PB mengajarkan
soal doktrin tetapi bukan setiap pengajaran
dalam surat bersifat doktrinal
4. Perhatikan selalu topik, pokok, jalan pikiran
dan perubahan nada dari penulis
5. Perhatikan format surat jaman itu, dan apa
yang baru/ kreatif dalam surat-surat di PB
6 Selalu memperhatikan surat yang
berhubungan erat, yaitu surat-surat yang
ditulis oleh penulis yang sama atau yang
ditulis pada masa yang dekat.
7 Perhatikan kronologi surat-surat PB dan
peristiwa yang dicantumkan di dalamnya.
8 Sebagian tokoh, peristiwa dan tempat
dalam surat-surat di PB, datanya memang
tidak jelas. Penafsir modern lebih baik
bersikap diam diri dari pada berspekulatif
Prinsip Penafsiran Doktrin
1. Pengajaran dari sebagian Alkitab harus
cocok dengan pengajaran yang lebih umum
2. Pengajaran itu harus bersifat universal,
doktrinal dan kekal.
3. Berasal dari ayat yang jelas, banyak dan
yang relevan
4. Berasal dari ayat yang jelas, banyak dan
yang relevan
5. Pembacaan naskah harus yang terbaik.
Selalu memperhatikan konteks ayat
pendukung.
6. Berdasarkan ayat-ayat yang bukan bersifat
simbolik
7. Memperhatikan ayat yang bersifat
pengajaran pada catatan tentang
pengalaman seorang tokoh atau suatu
peristiwa
8. Waspada terhadap kesimpulan yang bersifat
otomatis
9. Metode terbaik adalah menganalisa artikata
10. Perhatikanlah doktrin yang diperhatikan
oleh Alkitab
PENAFSIRAN BENTUK
KHUSUS

Anda mungkin juga menyukai