Anda di halaman 1dari 15

Pengantar Sinoptik

Antonius Galih AW Aryanto, Pr


Fakultas Teologi, Universitas Santa Dharma

Sinoptik berasal dari kata syn artinya bersama dan opsis berarti melihat. Synoptik
menunjuk pada 3 Injil yang bila dilihat bersama-sama memiliki kesamaan dalam cara mereka
bercerita tentang Yesus, kesamaan soal pandangan teologi secara umum, serta kesamaan kosa
kata dalam sebagian besar perikopnya. Sinoptik dibedakan dari injil Yohanes karena Yohanes
sama sekali berbeda dengan 3 Injil lain dalam soal kosa kata Yunani, pendekatan pada hidup
Yesus serta ajaran teologi yang ada di dalamnya. Injil sinoptik mendekati Yesus dari
kehidupannya di dunia, melihat Yesus sebagai figur manusia. Injil Yohanes sejak awal mula
sudah menyebutkan bahwa Yesus Kristus berasal dari Allah, Ia ada bersama Tuhan Allah sejak
awal mula dan dia tidak berasal dari dunia ini.
Sejak akhir abad ke 18 (1776), seorang ahli Kitab Suci dari Jerman bernama Johann
Griesbach memperkenalkan pada kita usaha untuk melihat ketiga Injil secara bersama-sama, dan
dia menemukan ada usaha harmonisasi dari injil Matius-Markus-Lukas. Harmonisasi maksudnya
adalah kalau ketika teks Injil dibandingkan satu sama lain, kita akan menemukan banyak
kesamaan dan juga perbedaan yang ada. Namun dari perbandingan tersebut akan terlihat
bagaimana para penulis Injil menuliskan kisah Yesus hampir seragam.

Mat 8: 2 Mark 1:40 Luk 5:12


Pada suatu kali Yesus berada
Maka datanglah dalam sebuah kota.
Seorang yang sakit kusta Di situ ada seorang yang
seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus penuh kusta
kepada-Nya
lalu sujud menyembah Dia dan sambil berlutut di . Ketika ia melihat Yesus,
hadapan-Nya ia memohon tersungkurlah ia
bantuan-Nya,
dan berkata: "Tuan, jika Tuan katanya: "Kalau Engkau mau, dan memohon: "Tuan, jika
mau, Tuan dapat mentahirkan Engkau dapat mentahirkan Tuan mau, Tuan dapat
aku." aku." mentahirkan aku."

Dari teks di atas, secara umum terdapat kesamaan kisah dalam ketiga Injil. Namun selain
kesamaan ada pula perbedaan dari mereka. Matius dan Markus berkata ada “seseorang yang sakit
kusta”, sedangkan Lukas, “di situ ada seorang yang penuh kusta.” Matius memakai kata
menyembah, Markus memiliki kata berlutut sedang Lukas memakai kata tersungkur. Karena ada
kesamaan dalam teks yang dipakai, maka Injil Matius-Markus dan Lukas disebut sebagai

1
sinoptik. Yohanes tidak dimasukkan dalam kelompok sinoptik karena sering kali teks Sinoptik
tidak punya padanan atau kesamaan dalam Yohanes.

Problem Sinoptik
Ketika Greisbach membandingkan teks yang sama dia menemukan sebuah problem
sinoptik yaitu: ketika teks dibandingka secara literer (kata-katanya) terdapat persamaan dan
perbedaannya. Pertanyaannya: mengapa ada persamaan dan perbedaan dalam teks sinoptik
tersebut?
Persamaan dalam teks sinoptik menunjukkan bahwa ketiga Injil memiliki relasi literer atau
masing-masing penginjil memiliki sumber tertulis yang sama dalam menuliskan kisahnya.
Bahkan mereka tidak hanya memiliki kesamaan kata-kata, tapi juga alur cerita dari kisah yang
hampir sama semua. Di lain sisi, penginjil juga memiliki kemerdekaan untuk menggunakan
kreativitasnya dalam menulis sehingga ada perbedaan kata dan kalimat yang dipilih.
Contoh dibawah ini menunjukkan kesamaan kata serta perbedaan yang ada dari para penginjil:
Mat 9:9 Mark 2:14 Luk 5:27
Setelah Yesus pergi dari situ Kemudian ketika Ia berjalan Kemudian, ketika Yesus
lewat di situ, pergi ke luar,
Ia melihat seorang yang Ia melihat Lewi anak Alfeus Ia melihat seorang pemungut
bernama Matius duduk di duduk di rumah cukai cukai, yang bernama Lewi,
rumah cukai, sedang duduk di rumah cukai.
Ia berkata kepadanya: lalu Ia berkata kepadanya: Yesus berkata kepadanya:
"Ikutlah Aku." "Ikutlah Aku!" "Ikutlah Aku!"
Maka berdirilah Matius lalu Maka berdirilah Lewi lalu
mengikut Dia mengikuti Dia.

Membandingkan 3 teks diatas kita dapat melihat bahwa persamaan tidak hanya terletak pada
kata-katanya, namun juga pada alur cerita. Semua Injil memiliki alur cerita yang sama bahaw
Yesus pertama pergi dari tempat itu, dan ia melihat pemungut cukai, duduk di rumah cukai, dan
berkata “ikutilah aku!”. Matius tidak mengikuti Markus dan menyebut nama pemungut cukai
sebagai Matius. Dua injil yang lain tak memakai kata Matius tapi Lewi dan anak Alfeus.
Menjawab mengapa ada kesamaan literer antara para penginjil, beberapa alhi kitab suci
mengatakan bahwa: (1) para penulis KS mendapat inspirasi yang sama dari Roh Kudus; (2)
Mereka memiliki catatan yang sama dari sumber tertulis tentang hidup Yesus; (3) Mereka
memiliki saksi mata yang bercerita secara detail kepada mereka tentang kisah Yesus. Namun
jawaban tersebut tidak mampu menjawab mengapa ada pula perbedaan dalam teks dari tiap Injil.
Meskipun kesamaan terlihat jelas, tetap saja ada perbedaan diantar mereka, dan hal ini
membutuhkan penjelasan. Kalau para penginjil memiliki catatan detail tentang kisah Yesus,
mengapa mereka berbeda satu sama lain dalam menuliskan kisahnya?

2
Kesamaan antar teks sinoptik tidak hanya dalam kata-kata Yesus saja. Kesesuaian dalam sinoptik
juga tampak dalam perkataan orang lain, seperti kata-kata Yohanes pembaptis.

Mat 3: 7-10 Luk 3: 7-9


"Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah "Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah
yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu yang mengatakan kepada kamu melarikan diri
dapat melarikan diri dari murka yang akan dari murka yang akan datang?
datang?
8
Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai
8
Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan dengan pertobatan.
pertobatan.
Dan janganlah berpikir dalam hatimu:
9
Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat Abraham adalah bapa kami! Karena aku
berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan
kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!
dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham
dari batu-batu ini!
9
Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan
10
Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah
setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke
yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api."
dalam api.

Membandingkan kedua teks di atas, terdapat kesamaan kata-kata dari kedua Injil. Perbedaannya,
Mat memakai kata “janganlah mengira” sedang Luk memakai “janganlah berfikir”. Kesamaan
ini menunjukkan adanya ketergantungan literer dari keduanya. Artinya kedua penginjil
memiliki sumber yang sama dalam penulisannya sehingga mereka bisa menulis setiap kata-
katanya hampir sama semua. Jika mereka hanya mengandalkan sumber lisan, pastilah mereka
akan memiliki kata-kata yang berbeda walau isi secara umumnya sama. Kalau kita
membandingan alur cerita hidup Yesus dari awal sampai akhir, semua Injil memiliki jalan cerita
yang sama bahwa kisah hidup Yesus dimulai dari : (masa kanak-kanak) – baptisan Yohanes –
karya Yesus di Galilea – perjalanan ke Yerusalem – sengsara dan salib – kebangkitan.
Memang ada beberapa perbedaan sedikit dari beberapa perikop tersebut, misalnya kisah Yesus
ditolak di Nazaret oleh Lukas ditempatkan di depan (Luk 4L 16-30), sedangkan dalam Mat ada
di 13: 53-58 dan Mark pada 6: 1-6. Kisah Yesus menyembuhkan orang lumpuh dalam Mat
ditempatkan di bagian tengah (9: 1-8), sedangkan Markus ada di depan (2: 1-12), Luk (5: 17-26).
Meski beberapa berbeda, para penginjil terus berusaha setia mengikuti alur kisah Yesus seperti
yang ada di atas.
Dari paparan di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan:

3
1. Melihat perbandingan antara ketiga Injil, kita melihat adanya ketergantungan literer antar
penginjil bahwa mereka miliki sumber yang sama dalam menuliskan injilnya.
2. Perbandingan memunculkan problem sinoptik yaitu adanya kesamaan dan perbedaan dari
teks yang dibandingkan.
3. Bagaimana kita menjelaskan persamaan dan perbedaan dari teks yang dibandingkan?

Ketergantungan literer diantara Injil Sinoptik


Kesamaan dan perbedaan teks memunculkan pertanyaan: Apakah para penginjil saling
mengenal satu sama lain dan membuat kesepakatan? Apakah mereka memiliki sumber
tertulis sebagai bahan utama, dan kini bahan utama itu hilang? Ataukan ada penginjil yang
dicontoh oleh penginjil lain sebagai sumbernya sehingga kata-kata mereka bisa sama?
Geisbach menganalisa sebuah teks dari 3 Injil dan mencoba menemukan jawabannya.
Mat 8: 16 Mar 1: 32 Luk 4: 40
Menjelang malam Menjelang malam,

sesudah matahari terbenam, Ketika matahari terbenam,

dibawalah kepada Yesus dibawalah kepada Yesus semua orang membawa


banyak orang yang semua orang yang kepada-Nya orang-orang
kerasukan setan menderita sakit dan yang sakitnya, yang menderita
kerasukan setan. bermacam-macam penyakit.
dan dengan sepatah kata Iapun meletakkan tangan-
Yesus mengusir roh-roh itu Nya atas mereka masing-
dan menyembuhkan orang- masing dan menyembuhkan
orang yang menderita sakit. mereka.

Dari perbandingan di atas, terlihat bahwa Markus menggabungkan kata menjelang malam
milik Mat dan matahari terbenam milik Luk, lalu membuat katanya menjadi “Menjelang malam,
sesudah matahari terbenam”. Markus juga menggabungkan kelompok orang sakit dan orang
yang kerasukan setan dari Matius dan Lukas. Melihat fenomena tersebut, Griesbach berpendapat
bahwa Matius menjadi sumber utama bagi Injil yang lain. Matius adalah Injil paling panjang,
Lukas menyalin dan membuat injilnya sendiri berdasar dari Matius,
sedangkan Markus yang paling pendek mensarikan injilnya dari Lukas
dan dari Matius.

Griesbach melihat bahwa Matius menjadi sumber bagi Lukas dan


Markus. Sedangkan Lukas hanya mengambil sumbernya dari Matius
dan Lukas sama sekali tidak mengenal Markus.

4
Griesbach berfikir bahwa Markus sebagai Injil terpendek merangkum kisah Yesus dari Matius
dan Lukas. Dia memotong, meredaksi, menambahkan serta memilih mana yang penting juga
membuang bagian yang tidak penting. Markus dinilai sebagai rangkuman dari Injil yang lainnya.
Dalam perjalanan waktu, teori Griesbach ini mengalami persoalan saat kita berhadapan dengan
teks yang hanya ada dalam Markus, tapi tidak ada baik dalam Matius maupun Lukas. Misalnya
perumpanaan tentang benih yang tumbuh (Mrk 4: 26-29) dan Yesus menyembuhkan orang buta
di Betsaida (8: 22-26); Kedua teks ini tidak ada dalam Injil yang lain. Pertanyaannya, dari
manakah Markus menemukan cerita ini? Sumber apa yang dipakai oleh Markus? Padahal dalam
Lukas dan Matius tidak ada cerita semacam itu.
Persoalan lain yang muncul adalah Matius dan Lukas memiliki perikop-perikop penting seperti
sabda di bukit, sabda bahagia, serta doa Bapa Kami. Teks-teks tersebut menjadi sumber pedoman
moral dan doa bagi Jemaat. Namun mengapa teks penting tersebut tidak terdapat dalam Injil
Markus? Kalau Markus mengambil sumbernya dari Lukas dan Matius, apakah Markus begitu
saja ceroboh dan tidak mengangap penting sabda bahagia serta doa Bapa Kami? Hipotesis
Griesbach tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut. Artinya, tidak semua persoalan dalam
Injil sinoptik bisa terjawab dengan teori Griesbach.

Teori Dua Sumber


Teori dua sumber berkembang sekitar abad 19 di Jerman. Teori ini berpendapat bahwa Markus
menjadi prioritas dan menjadi Injil tertua yang dijadikan sumber oleh Matius dan Lukas. Para
ahli berpendapat bahwa kecenderungan orang menyalin teks bukanlah mengurangi tapi
menambah karena orang ingin melengkapi dan memperjelas. Injil Markus dinilai sebagai Injil
terpendek, sedangkan Lukas dan Matius mengambil data dari Markus dan menambah kisah
lainnya sehingga kedua Injil tersebut menjadi lebih panjang dibandingkan Markus.

Beberapa catatan dari teori dua sumber:


Markus menjadi injil tertua dan menjadi sumber bagi
penulisan Injil Lukas dan Matius. Perjalanan hidup
Yesus dalam Markus menjadi pola utama bagi Injil
lain untuk menuliskan kisah hidup Yesus.

Garis panah menunjukkan bahwa: (1) Lukas


mendapat sumber tulisannya dari Markus dan dari Q.
(2) Matius mendapat sumber tulisannya dari Markus
dan dari Q. (3) Lukas dan Matius tidak saling
mengenal, mereka tidak tergantung satu sama lain secara literar.

5
Lukas dan Matius memiliki sumber lain di luar Markus untuk penulisan Injilnya. Artinya ada
kisah dan teks dalam Lukas dan Matius (misalnya: doa Bapa Kami, sabda bahagia, 3 pencobaan
Yesus) yang tidak terdapat dalam Injil Markus. Dari mana sumber yang tidak ada di Markus itu
didapatkan? Teori dua sumber berpendapat bahwa kedua Injil memakai sumber Q (Quelle) untuk
menuliskan naskah yang tidak ada dalam Markus. Apa wujud sumber Q ini? Quelle adalah
sumber hipotetis yang wujud nyatanya tidak kita miliki sekarang. Sebagian besar isi dari Q
adalah sabda-sabda Yesus.

Teori Farrer
Tidak semua ahli merasa puas dengan teori dua sumber, terutama dengan teori tentang Q yang
masih bersifat hipotetis. Seorang ahli dari Oxford, Austin Ferrer mengusulkan teori lain tanpa
mengikutsertakan Q.

Farrer sependapat dengan teori dua sumber bahwa Markus menjadi


prioritas, menjadi sumber utama bagi Lukas dan Matius. Lukas
mengambil Matius dan Markus sebagai sumbernya. Artinya, teks
yang terdapat dalam Lukas tapi tidak terdapat dalam Markus,
berasal dari Matius.

Sampai saat ini sebagian besar ahli Kitab Suci cenderung menerima teori Dua Sumber karena
teori ini dinilai bisa memecahkan sebagian besar dari problem sinoptik. Pendekatan teori dua
sumber masih dipakai dan relevan untuk belajar Injil sinoptik. Teori Dua Sumber juga
bermanfaat untuk memahami bagaimana perkembangan pemahaman jemaat Kristiani tentang
Yesus, dan bagaimana para penginjil merumuskan pengalaman imannya makin baik.
Mat 8: 25-26 Mark 4: 38-39 Luk 8: 24-25
Maka datanglah murid- Pada waktu itu Yesus sedang Maka datanglah murid-
murid-Nya membangunkan tidur di buritan di sebuah murid-Nya membangunkan
Dia, katanya: "Tuhan, tilam. Maka murid-murid- Dia, katanya: "Guru, Guru,
tolonglah, kita binasa." Nya membangunkan Dia dan kita binasa!" Iapun bangun,
berkata kepada-Nya: "Guru, lalu menghardik angin dan air
Engkau tidak perduli kalau yang mengamuk itu. Dan
kita binasa?" angin dan air itupun reda dan
39
Iapun bangun, menghardik danau itu menjadi teduh.
angin itu dan berkata kepada
danau itu: "Diam!
Tenanglah!" Lalu angin itu

6
reda dan danau itu menjadi
teduh sekali.
26 25
Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu Lalu kata-Nya kepada
"Mengapa kamu takut, takut? Mengapa kamu mereka: "Di manakah
kamu yang kurang tidak percaya?" kepercayaanmu?"
percaya?"

Perbandingan teks diatas memberi gambaran bagaimana perbedaan cara para murid meminta
bantuan pada Yesus. Markus menuliskan secara lugas dan kasar saat para murid meminta
bantuan Yesus, “Guru, engkau tidak peduli!” Para murid Yesus menilai gurunya sebagai orang
yang tidak peduli di saat kritis. Matius dan Lukas mengganti kata-kata yang kurang sopan itu
menjadi lebih halus: “guru….guru, kita binasa!” dan “Tuhan, tolonglah, kita binasa!” Matius
mengganti kata “guru” dengan kata Tuhan!
Tanggapan Yesus pada para murid juga terlihat berbeda dalam ketiga Injil. Markus menuliskan
kalau Yesus menilai para murid begitu takut dan tidak percaya. Kemudian dalam Matius kalimat
Yesus itu direvisi dan dibuat lebih halus, “mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?”
Sedangkan Lukas menuliskan “Dimanakah kepercayaanmu?”
Matius dan Lukas biasa merevisi dan mengedit kata-kata dari Injil Markus yang kurang pas,
kemudian kata-kata dari Markus diubah menjadi lebih sesuai dan dengan sikap yang lebih sopan
dan hormat.
Mat 26: 43 Mark Luk 22: 45-46
ketika Ia kembali pula, Ia ketika Ia kembali pula, Ia Lalu Ia bangkit dari doa-Nya
mendapati mereka sedang mendapati mereka sedang dan kembali kepada murid-
tidur, sebab mata mereka tidur, sebab mata mereka murid-Nya, tetapi Ia
sudah berat sudah berat dan mereka mendapati mereka sedang
tidak tahu jawab apa yang tidur karena dukacita.
harus mereka berikan
kepada-Nya.

Markus menuliskan alasan mengapa para murid tertidur saat Yesus berada dalam suasana
mencekam di taman Getsemani. Markus berkata bahwa mata mereka berat dan meraka tidak
punya jawaban untuk Yesus. Matius yang mengambil teks dari Markus, mengubah kata-kata itu
lebih halus dengan mengatakan bahwa mata mereka sudah berat. Lukas yang menulis kemudian,
mengedit dan membuat kalimat lebih sopan dengan mengatakan kalau para murid tidur karena
dukacita.

Tiga Tradisi – Dua Tradisi – Spesial Matius dan Spesial Lukas


Disebut triple tradisi kalau semua Injil sinoptik memuat cerita yang sama. Biasanya dalam Kitab
Suci kita terlihat di bawah judul perikop ada parallel teks. Beberapa contoh teks yang memiliki 3
tradisi adalah:

7
Matius Mark Luk
8: 1-4 1: 40-45 5: 12-16 Sakit kusta
9: 1-8 2: 1-12 5: 17-26 Lumpuh
10: 1-4 3: 13-19 6: 12-16 Panggilan 12 murid
13: 1-23 4: 1-20 8: 4-15 Perumpamaan penabur
17: 14-20 9: 14-19 9: 37-43 Tranfigurasi

Dalam membandingkan ketiga teks, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil:
1. Ada persetujuan ketiga Injil dalam kata-kata yang sama
2. Kadang ada kesamaan antara Matius dengan Markus, tapi Lukas berbeda
Ada kesamaan antara Lukas dengan Markus tapi Matius berbeda
3. Namun jarang terjadi ada kesamaan antara Matius dan Lukas yang berlawanan dengan
Markus.

Double Tradisi
Istilah double tradisi dipakai untuk menunjukkan teks yang ditemukan dalam Matius dan Lukas,
tapi tidak ada dalam Markus. Kadang double tradisi juga disebut dengan Q material. Double
tradisi berisi sabda kurang lebih sekitar 250 ayat dalam Matius dan Lukas. Contoh dari double
tradisi adalah:
Mat 7: 3-5 Luk 6: 41-42
Mengapakah engkau melihat selumbar di Mengapakah engkau melihat selumbar di
mata saudaramu, sedangkan balok di dalam dalam mata saudaramu, sedangkan balok di
matamu tidak engkau ketahui? dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
42
Bagaimanakah engkau dapat berkata
4
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku
kepada saudaramu: mengeluarkan selumbar yang ada di dalam
Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal balok yang di dalam
matamu, padahal ada balok di dalam matamu. matamu tidak engkau lihat?
5
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu
balok dari matamu, maka engkau akan balok dari matamu, maka engkau akan
melihat dengan jelas untuk mengeluarkan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan
selumbar itu dari mata saudaramu." selumbar itu dari mata saudaramu."
Beberapa contoh dari double tradisi adalah:
Matius Lukas
5-7 6: 20-49 Kotbah di bukit
8: 5-13 7: 1-10 Hamba sang perwira Roma
18: 10-14 15: 3-7 Perumpamaan domba yang hilang
25: 14-30 19: 11-27 Perumpamaan tentang talenta

8
Sebagian besar dari Q adalah sabda, tapi ada 1 kisah cerita yaitu hamba seorang perwira adalah
bagian dari double tradision. Markus tidak memiliki cerita tersebut. Sebagian besar terjadi
kesamaan kata-kata dalam double tradisi ini sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa kedua
penginjil memiliki sumber yang sama dalam proses penulisan.
Ada pula teks yang khusus hanya ada dalam Matius dan disebut special teks Matius juga ada
special teks Lukas. Artinya, Lukas dan Matius menambahkan sendiri perikop khusus yang
ekslusif miliknya dan tidak dimiliki Injil lain.
Matius
13: 44-46 Perumpamaan harta terpendam
17: 24-27 Uang di mulut ikan
20: 1-16 Perumpamaan pekerja kebun anggur
21: 28-32 Perumpamaan tentang dua anak

Lukas
7: 11-17 Anak janda di Nain
10: 29-37 Orang samaria yang baik hati
12: 13-21 Perumpamaan orang kaya yang bodoh
15: 8-10 Perumpamaan tentang koin yang hilang
15: 11-32 Anak yang hilang
19: 1-10 Zakeus
Dengan melihat ada perikop khas milik Matius dan Lukas, kita bisa menambahkan dalam skema
tradisi dua sumber menjadi:
Markus = sumber untuk Mat dan Luk (triple
tradisi)
Q = sumber untuk M dan L (double tradisi)
M= sumber hanya dimiliki oleh Matius (special
Matius)
L = sumber hanya milik Lukas (special Lukas)

Prioritas Markus
Injil sinoptik yang kita miliki sekarang menempatkan urutan Matius – Markus -Lukas, dan
urutan itu bermaksud menyatakan bahwa pada abad pertama pembentukan Injil, para Bapa
Gereja berpendapat kalau Matius adalah Injil paling tua. Irenius, uskup Lyons menulis pada abad
ke 3: “Matius ditulis bagi orang Yahudi dengan Bahasa Ibrani, saat Petrus dan Paulus sedang
mewartakan Injil dan mendirikan Gereja di Roma, sementara Markus ditulis sesudah mereka
meninggal.”1

1
Against Heresies 3.11.7

9
Origenes pada pertengahan abad ke 3 berkata, “Injil pertama yang ditulis adalah Matius yang
adalah seorang pemungut cukai dan kemudian menjadi rasul Yesus. Dia menuliskan injil untuk
orang-orang Yahudi yang menjadi percaya karena Injil itu ditulis dalam Bahasa Ibrani. Injil
kedua adalah Markus yang menulisnya menurut intruksi Petrus. Petrus juga mengakui (Markus)
sebagai anaknya dalam suratnya (1 Pet 5:13). Dan Injil ketiga adalah Lukas yang menuliskan
injil untuk orang non-Yahudi, Injilnya dipuji oleh Paulus. Dan sesudah semuanya, adalah injil
Yohanes.”2
Namun mulai abad 19, ahli kitab suci cenderung memilih Markus sebagai Injil paling tua setelah
mengadakan berbagai penyelidikan dengan metode historis kritis dan metode kritik redaksi.
Kedua metode ini mencari latar belakang mengapa text Injil berbicara demikian serta mereka
mencari sumber-sumber apa saja yang dipakai oleh seorang penulis untuk membuat tulisannya
menjadi sebuah cerita.
Bebarapa alasan mengapa Markus menjadi injil tertua dan sumber bagi injil lain adalah: (1)
Markus bukan injil yang lebih muda dari Matius dan Lukas karena Markus tidak mengenal
perikop penting seperti sabda bahagia, doa Bapa Kami yang terdapat dalam 2 injil lainnya. (2)
Kecenderungan penulis yang lebih muda akan menambah dan menjelaskan teks sehingga Injil
lebih bisa dipahami pembaca. (3) Ada kecenderungan penulis Injil yang lebih muda mengoreksi
kalimat yang kurang jelas dalam injil sebelumnya dan membuat tulisannya lebih jelas.
Dalam teks Markus, Yesus digambarkan lebih manusiawi, realistic dan sedikit kasar. Sedangkan
Matius dan Lukas berusaha memperhalus gambaran Yesus bagi para pembacanya. Contoh
penyembuhan di Mark 7: 33-34: “Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak,
sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan
meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan
berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!”
Ada pula kisah serupa yaitu penyembuhan seorang di Betsaida: “Lalu Ia meludahi mata orang itu
dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu
memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan,
tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu,
maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala
sesuatu dengan jelas.”
Kedua teks diatas menggambarkan bagaimana Yesus membutuhkan proses yang agak panjang
saat menyembuhkan. Kuasanya tidak bisa menyembuhkan langsung, tapi dia butuh waktu
bertahap. Injil Mat dan Luk tidak pernah menggambarkan bagaimana keterbatasan Yesus dalam
menyembuhkan orang. Dia menyembuhkan dengan terlihat kuasanya. Oleh karena itu Lukas dan
Mat meredaksi tulisan Markus dan melukiskan Yesus lebih punya kekuasaan, bisa
menyembuhkan semua penyakit tanpa kesulitan dan punya wibawa sebagai Allah.
Contoh perikop bagaimana Mat mengoreksi kalimat Mat yang sedikit ambigu terlihat dalam teks
ini:

2
Ecclesiastial History 6:25

10
Mat 13: 58 Mark 6:5
Dan karena ketidakpercayaan mereka, Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di
sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang
tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ. sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas
mereka.
Ia merasa heran atas ketidakpercayaan
mereka.

Teks Markus terlihat ambigu/membingungkan karena dia berkata bahwa Yesus tidak
mengadakan satu mukjikatpun tapi hanya menyembuhkan beberapa penyakit. Bukankah kalimat
itu membingungkan! Matius menuliskan kalau Yesus tidak banyak membuat mukjijat. Dari
perbedaan kedua teks antara Mat dan Mark, kita lebih bisa memahami bahwa Mat meralat kata-
kata Markus dan tidak sebaliknya. Kita akan kesulitan memahami kalau mengandaikan bahwa
Markus menambahkan kata-kata lagi demi menerangkan apa yang sudah jelas bagi pembaca
dalam Mat 13: 58. Hal yang lebih masuk akal adalah Matius mengoreksi Markus dengan
mengatakan bahwa Yesus tidak membuat banyak mukjijat karena mereka tidak percaya.

Waktu penulisan Injil


Injil Matius dan Lukas diindikasi lebih muda dari Markus karena dari teks bisa diperkirakan
kalau Mat dan Luk tahu peristiwa penghancuran Bait Allah tahun 70 M. Sesudah Bait Allah
selesai dibangun oleh Raja Herodes Agung sekitar awal abad pertama, sesudah perang Yahudi
tahun 66 M, Titus menghancurkan Bait Allah dan menjarah harta di dalamnya tahun 70 M.
Berikut ini indikasi kalau Mat dan Luk tahu peristiwa penghancuran tersebut.
Mat 23: 37-39 Luk 13: 34-35
"Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh
nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang
yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu
mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk
ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah
sayapnya, tetapi kamu tidak mau. 38 Lihatlah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. 35
rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan
sunyi. 39 Dan Aku berkata kepadamu: Mulai dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu:
sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada
hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang
datang dalam nama Tuhan!" dalam nama Tuhan!"

Teks diatas adalah double tradisi, hanya ada dalam Matius dan Lukas, sedangkan Markus tidak
memiliki teks tersebut. Teks itu mengindikasikan bahwa para penginjil melihat peristiwa
penghancuran, dan memakai mulut Yesus untuk memprediksi peristiwa itu sebagai bagian dari
penambahan wibawa. Injil Markus tidak memiliki prediksi tentang kehancuran Yerusalem.
Berarti kemungkinannya Markus ditulis sebelum tahun 70 M, sedangkan injil Mat dan Luk
ditulis sesudah tahun 70 M.

11
Penulis Injil sebagai Redaktur Naskah
Penulis Injil itu bagaikan seorang redaktur suatu naskah. Dia memperhatikan soal bagaimana
naskah dan cerita disusun, dikembangkan dan dibuat sebuah kisah menjadi satu kesatuan. Editor
Kitab Suci menambah, mengurangi, mengulai tema tertentu atau memakai gaya Bahasa tertentu
agar tulisan yang dihasilkan menjadi baik. Kita sebagai pembaca modern perlu memahami pola
pikir penulis naskah itu sehingga kita bisa memahami maksud sebuah tulisan ditulis dengan cara
tertentu.
Markus sebagai seorang penulis Injil pertama tidak mengenal sama sekali Matius dan Luk. Dari
mana Markus mendapatkan cerita dan kisah tentang Yesus? Papias seorang bapa Gereja abad ke
4, mengatakan bahwa Markus adalah penterjemah Petrus saat Petrus mewartakan Injil. Markus
mendapat sumber berita dari para saksi mata yang melihat kehidupan Yesus mulai dari baptisan
Yohane sampai kebangkitan. Para saksi mata ini menjadi salah satu syarat proses kanonisasi
bahwa Injil diterima kalau penulisnya masuk dalam lingkup saksi mata langsung peristiwa
Yesus. Kisah 1: 21-22 menegaskan hal itu: “Harus ditambahkan kepada kami seorang dari
mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama
dengan kami, 22 yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga
meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya." Teks itu
menyatakan bahwa yang bisa menggantikan Yudas Iskariot adalah mereka yang pernah menjadi
saksi mata hidup Yesus mulai dari baptisan Yohanes sampai kebangkitanNya.
Markus menyusun injilnya mulai dari: baptisan Yohanes – karya Yesus di Galilea – karya Yesus
di Yerusalem – sengsara & kebangkitan. Selanjutnya para penginjil lain mengikuti pola yang
dipakai Markus dan menambahkan: silsilah Yesus – kisah kanak-kanak – dan cerita kebangkitan.
Kedua Penginjil menambah cerita karena mereka mendapat sumber lain yang bisa ditambahkan
dalam susunan Markus. Mereka memasukkan teks-teks penting seperti doa Bapa Kami, sabda
bahagia dan perumpamaan lain yang dianggap penting.
Matius dan Lukas juga meredaksi Mark dan membuat perubahan, penambahan, serta
memakai kosa kata yang khas bagi mereka masing-masing. Misalnya saja, Lukas punya
kecenderungan untuk mengulang nama orang yang disebut atau dipanggil: “Tuan-Tuan, kami
binasa (Luk 8: 24); “Marta..Marta, mengapa engkau gelisah (Luk 10:41); Simon Simon..lihatlah
(Luk 22:31).
Persamaan dan perbedaan yang ada dari setiap penulis Injil hendak mengatakan pada kita bahwa:
a. Ada kesetiaan satu-sama lain dari penulis Injil dalam mengisahkan hidup Yesus mulai
dari baptisan sampai kebangkitan.
b. Masing-masing penulis punya agenda dan tujuan sendiri untuk para pembacanya
c. Ada tujuan pastoral dan teologis tertentu dari setiap penulis Injil
d. Ada konteks jemaat sebagai penerima tulisan sehingga tulisan disesuaikan dengan
keadaan dan masalah jemaat yang dihadapi penulis Injil.

12
Tema Universalitas dalam Lukas

Injil Lukas dikenal sebagai Injil untuk orang miskin papa dan warta untuk orang non
Yahudi. Injil ini ditulis dalam Bahasa Yunani bagi seorang bernama Theofilus (1: 1-4).
Keberpihaannya tercermin dalam bahasa yang dipakai menunjuk perhatian pada orang-
orang miskin dan wartanya yang bersifat universal. Kita akan memakai teks Yesus yang
menyembuhkan hamba perwira sebagai pintu masuk untuk memahami teologi Lukas.

Kisah penyembuhan hamba perwira adalah double tradisi yang terdapat dalam Matius
dan Lukas saja, Markus tidak memiliki teks ini. Dari teori dua sumber, kemungkinan
Matius dan Lukas memakai sumber Q untuk mendapatkan cerita tentang penyembuhan
hamba perwira itu. Apa yang membedakan Lukas dan Matius dari teks mereka dapat
dilihat dari tabel di bawah ini:

Matius Lukas
Delegasi pertama yang bertemu Yesus
adalah para penatua Yahudi yang melihat
kebaikan perwira karena ia menyumbang
pembangunan sinagoga
Delegasi ke dua yang bertemu Yesus
adalah sahabat-sahabat sang perwira
Ada banyak orang akan datang dari Timur
dan Barat dan akan duduk makan dalam
KA
Yesus bertemu dengan perwira dan Yesus tidak bertemu dengan perwira dan
bercakap dengan dia menyembuhkan hambanya dari jauh

Lewat kisah penyembuhan itu, Lukas ingin menunjukkan pada pembaca bahwa ada relasi
yang baik antara orang Yahudi dan orang non-Yahudi. Bahkan Yesus bersedia untuk
datang pada orang non Yahudi untuk menolongnya. Namun Lukas mengisahkan kalau
belum tiba saatnya bagi orang Yahudi (diwakili oleh Yesus) untuk masuk dalam rumah
orang non Yahudi karena dia hanya bertemu dengan sahabat-sahabat sang perwira di
tengah jalan. Dalam Injilnya, Lukas ingin menyampaikan bahwa kabar baik Yesus
Kristus juga diperuntukkan bagi orang non Yahudi, dalam hal ini diwakili oleh sang
perwira yang percaya pada Yesus.

Sejak awal Injilnya Lukas sudah memberikan arah dan program karya Yesus saat dia
membacakan teks Nabi Yesaya dalam sinagoga (4: 18-19). Dia menyatakan bahwa Roh
Tuhan ada padaku untuk menyampaikan kabar baik pada orang miskin dan membebaskan

13
orang tawanan. Penekanan Lukas pada karya bagi orang miskin tampak pula dalam sabda
bahagia, “Berbahagilah kalian yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan,
berbahagialah kamu yang sekarang ini menangis karena kamu akan tertawa” (6: 21). Jika
sabda bahagia Lukas dibandingkan dengan Matius, kita dapat melihat bagaimana Lukas
menekankan kata lapar jasmani, dan menangis yang lugas dan nyata. Sedangkan Matius
memiliki kata “Berbahagilah kalian yang lapar dan haus akan kebenaran!” Matius tidak
bermaksud menekankan kata lapar jasmani.
Perikop-perikop yang khas milik Lukas, tidak ada dalam injil lain, juga memberi
perhatian khusus pada kelompok orang yang miskin dan tersingkir. Perumpamaan
tentang orang kaya yang bodoh, anak bungsu yang menghamburkan harta, serta cerita
tentang Zakeus menekankan bagaimana Lukas mengajak umatnya untuk bijaksana
memakai harta benda. Lukas mengecam orang yang memakai harta hanya untuk
kepentingan sendiri. Dia menginginkan pembacanya agar hidupnya bertobat seperti anak
bungsu atau seperti Zakeus yang bertobat setelah bertemu dengan Yesus.
Tema utama kedua yang ditekankan Lukas adalah soal universalitas bahwa kabar Injil
diperuntukkan bagi semua orang. Pujian Zakaria sudah menyebutkan bagaimana Allah
akan menerangi para bangsa untuk menerima terang Tuhan. Lukas dalam bab 4
meneruskan apresiasi pada orang non Yahudi ketika Yesus yang mengecam orang di
tempat asalnya Nazareth karena mereka tidak percaya , dan membandingkan mereka
dengan 2 orang asing non Yahudi (Janda Sarfat dan Naaman orang Siria) yang percaya
pada Yahwe.
Meski orang non-Yahudi percaya pada Yesus, namun baptisan untuk orang non Yahudi
belum terjadi dalam Injil Lukas. Tidak ada satu kisah dalam Lukas yang menceritakan
baptisan orang non Yahudi. Baptisan orang non-Yahudi yang pertama kali baru terjadi
saat Petrus membaptis Kornelius dalam kisah Para Rasul bab 10, dan kisah itu juga
bercerita kalau Petrus makan bersama dengan orang non-Yahudi.
Dalam tradisinya, orang Yahudi tidak akan makan bersama orang non-Yahudi, mereka
tidak akan tinggal bersama orang asing, dan tidak mengambil orang asing sebagai
istri/suami mereka. Dalam Kis 10: 28 dengan jelas dikatakan oleh Petrus pada Kornelius,
“Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang
yang bukan Yahudi atau masuk ke dalam rumah mereka.” Namun Petrus melanggar
aturan itu karena diperintahkan oleh Allah sendiri untuk tidak menyebut orang asing najis
atau tidak tahir.
Dua tema, perhatian pada orang miskin dan penerimaan orang non Yahudi menjadi tema
sentral Lukas. Oleh karenanya, Lukas meramu tulisannya untuk menunjukkan sikap
keterbukaan hati pada Yesus yang memperhatikan orang miskin. Lukas menghibur
umatnya yang sungguh miskin secara ekonomi dan yang hidup serba kekurangan. Ia
menghadirkan sosok Yesus sebagai pembela orang miskin. Selain itu, Lukas juga
menunjukkan bagaimana rasa simpati Yesus pada orang non-Yahudi karena sebagian dari

14
jemaat Lukas adalah orang Kristen bukan Yahudi. Perhatian pastoral pada jemaat inilah
yang membuat Injil Lukas menjadi khas dan berbeda dengan injil sinoptik lainnya.

15

Anda mungkin juga menyukai