Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TUGAS AKHIR

DOGMATIKA 1

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar


Sarjana Theologi (S. Th)

Disusun oleh :
Nico Susanto (182014020114)
Ani Aprilia Alatubir (102014010047)

Dosen Pengampu :
Dr. Rio Sihombing

Program Studi :
Teologi, Semester 5 (Ganjil) – Angkatan : 2018 / 2019
Sekolah Tinggi Teologia Bethel Bekasi (STTB Bekasi) Bekasi, 2019.
TRITUNGGAL ALLAH
Keesaan dan ke Tritunggalan Allah juga berkaitan dengan sifat-dasar atau watak Allah yang menurut
pembahasan tersendiri.

1. KEESAAN ALLAH
Keesaan Allah berarti bahwa hanya ada satu Allah saja bahwa sifat-dasar atau watak Allah tidak dapat di
pisah-pisahkan atau dibagi. Bahwa Allah itu Esa adanya merupakan kebenaran sejati perjanjian Lama
(Ulangan 4:35, 39;1 Rata-rata 8:60; Yesaya 45:5-6). Kebenaran yang sama juga sering diajarkan dalam
Perjanjian Baru (Markus 12:29-32; Yohanes 17:3; 1 Korintus 8:4-6; 1Timotius 2:5). Akan tetapi Allah itu
bukan saja Esa, Dia adalah satu-satunya.

Keesaan ini tidak inkonsisten dengan konsep ke Tritunggalan, karena suatu satuan di tandai oleh sifat
tunggal. Keesaan Allah memberikan peluang bagi adanya perbeda-bedaan pribadi di dalam sifat-dasar
ilahi, sekalipun pada saat yang sama tetap diakui bahwa sifat-dasar ilahi itu secara matematis dan kekal
tetap satu. Keesaan Allah menyatakan secara tidak langsung bahwa ketiga oknum trinitas bukanlah
hakikat-hakikat yang terpisah di dalam hakikat ilahi itu.

2. KETRITUNGGALAN ALLAH

Ajaran trinitas atau ketritunggalan Allah bukanlah suatu kebenaran yang di peroleh melalui akal budi atau
yang di kenal dengan istilah teologi natural, tetapi suatu kebenaran yang dapat di ketahui melalui
pernyataan atau wahyu. Akal manusia mungkin dapat menunjukan kepada kita keesaan Allah, tetapi
ajaran tentang trinitas langsung berasal dari pernyataan yang khusus. Sekali pun istilah "trinitas" tidak ada
dalam Alkitab, tetapi istilah ini di pakai sejak awal di dalam gereja. Bentuk yunaninya "trias".
Nampaknya pertama kali dipakai oleh Teofilus dari Antiokhia (wafat 181m), sedangkan bentuk lainnya "
Trinitas" Pertama kali di pakai oleh Tertulianus (wafat 220m). Dalam teologi Kristen, istilah "Trinitas"
Atau Tritunggal berarti bahwa ada tiga oknum kekal dalam hakikat ilahi yang satu ini, yang masing-
masing di kenal sebagai Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Tiga oknum ini dapat di katakan
sebagai tiga kepribadian Allah.

Ajaran tentang Tritunggal ini harus di bedakan dari pandangan Triteisme dan Sabelianisme. Triteisme
tidak dapat menerima keesaan hakikat Allah dan beranggapan bahwa ada tiga Allah yang berbeda. Satu-
satunya keesaan yang diakui oleh golongan ini ialah keesaan maksud dan tujuan. Allah Tritunggal
merupakan suatu keesaan hakikat maupun keesaan maksud dan tujuan.
Sabelianisme mengakui ketritunggalan penyataan,namun tidak menerima ketritunggalan sifat.
Sabelianisme mengajarkan bahwa Allah, sebagai Bapa, adalah pencipta dan pemberi hukum; sebagai
Anak, Allah yang sama itu menjelma untuk menunaikan tugas penebus; dan sebagai Roh Kudus, tetap
Allah yang sama namun yang kini mengerjakan pembaharuan dan pengudusan. Dengan kata lain,
Sabelianisme mengajarkan Tritunggal modalitas yang berbeda dari Tritunggal ontologis. Modalisme yang
dianut oleh Sabelianisme ini mengajarkan adanya tiga aspek tabiat Allah, sebagaimana halnya seseorang
laki-laki bisa menjadi seorang seniman, seorang guru, dan sekaligus seorang sahabat, atau ia bisa menjadi
seorang ayah, seorang putra, dan seorang saudara laki-laki. Ajaran semacam ini sebenarnya merupakan
penolakan terhadap ajaran Tritunggal. Karena pandangan ini tidak mengakui adanya tiga pribadi dalam
satu hakikat, tetapi tiga pemeranan atau tiga hubungan dalam satu pribadi.

A. PETUNJUK-PETUNJUK AWAL DALAM PERJANJIAN LAMA

Sekalipun hal yang terutama ditekankan dalam Perjanjian Lama adalah keesaan Allah, namun tidak
kurang isyarat mengenai adanya berbagai pribadi dalam ke-Allahan, demikian juga tidak kurang isyarat
bahwa pribadi-pribadi ini merupakan satu ketritunggalan. Menarik untuk dicatat bahwa Allah berkali-kali
memakai kata ganti jamak (Kejadian 1:26; 3:22; 11:7; Yesaya 6:8) serta kata kerja jamak (Kejadian 1:26;
11:7) ketika menunjuk kepada diri-Nya sendiri. Nama Allah yang dipakai dalam ayat-ayat ini ialah
Elohim yaitu sebuah istilah jamak yang mungkin saja menyiratkan perihal jamak, sekalipun hal ini tidak
dapat dikatakan dengan pasti. Bentuk jamak ini barangkali dipakai untuk mengungkapkan kesungguhan
dan bukan mengungkapkan perihal jamak. Petunjuk-petunjuk yang lebih tegas bahwa keadaan jamak ini
merupakan suatu trinitas dapat ditemukan dalam kenyataan-kenyataan berikut: (1) Tuhan dibeda-bedakan
dari Tuhan (Allah). Kejadian 19:24 berbunyi, "Kemudian Tuhan menurunkan hujan belerang dan api atas
Sodom dan Gomora, berasal dari Tuhan [Allah], dari langit," sedangkan Hosea 1:7 menyatakan, "Aku
akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi Tuhan, Allah mereka" (bandingkan
dengan Zakharia 3:2; II Timotius 1:18). (2) Allah Anak dibeda-bedakan dari Allah Bapa. Allah Anak
yang berbicara dengan perantaraan Nabi Yesaya mengatakan, 'Tuhan Allah mengutus aku dengan Roh-
Nya" (Yesaya 48:16, bandingkan dengan Mazmur 45:7-8; Yesaya 63:9-10). Mazmur 2:7 berbunyi,
"Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini." Yesus tidak saja disebut Anak Allah
(Roma 1:4), tetapi juga Anak Tunggal Allah (Yohanes 3:16,18) dan Anak-Nya yang sulung (Ibrani 1:6).
Kristus tidak menjadi Anak Allah yang kekal pada saat penjelmaan-Nya; Dia adalah Anak Allah sebelum
Ia diberikan (Yesaya 9:5). "... Yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala" (Mikha 5:
Ib). (3) Roh jelas juga dibedakan dari Allah Bapa. Kejadian 1:1 berbunyi, "Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi." Lalu ayat 2 berbunyi, "... dan Roh Allah melayang-layang di atas
permukaan air." Perhatikan juga ayat berikut, "Berfirmanlah Tuhan, ’Roh-Ku tidak akan selama-lamanya
tinggal di dalam manusia’" (Kejadian 6:3, bandingkan juga Bilangan 27:18; Mazmur 51:13; Yesaya
40:13; Hagai 2:4-5). (4) Disebutnya "Kudus" sebanyak tiga kali dalam Yesaya 6:3 dapat dianggap sebagai
isyarat mengenai tritunggal (bandingkan Wahyu 4:8) sebagaimana pula berkat lipat tiga dalam Bilangan
6:24-26. Istilah yang sering dipakai, yaitu "malaikat Tuhan", di seluruh Perjanjian Lama, merupakan
petunjuk khusus kepada pribadi kedua dalam ke-Allahan sebelum penjelmaan-Nya. Penampilan-Nya
dalam Perjanjian Lama ini merupakan pertanda dari kedatangan-Nya sebagai manusia di kemudian hari.
Malaikat Tuhan ini disamakan dengan Tuhan, namun berbeda dengan Tuhan. Ia menampakkan dirikepada
Hagar (Kejadian 16:7-14), Abraham (Kejadian 22:11-18), Yakub (Kejadian 31:11-13), Musa (Keluaran
3:2-5), Israel (Keluaran 14:19), Bileam (Bilangan 22:22-35), Gideon (HakimHakim 6:11-23), Manoah
(Hakim-Hakim 13:2-25), Elia (I RajaRaja 19:5-7), dan Daud (I Tawarikh 21:15-17). Malaikat Tuhan ini
membunuh 185.000 orang Asyur (II Raja-Raja 19:35), berdiri di antara pohon-pohon murad dalam
penglihatan Zakharia (1:11), membela Yosua, imam besar, terhadap dakwaan Iblis (Zakharia 3:1- 2), dan
merupakan satu dari tiga tamu Abraham (Kejadian 18).Berdasarkan isyarat-isyarat di atas tentang trinitas
dalam Perjanjian Lama, kami menyimpulkan bersama Berkhof, 'Perjanjian Lama dengan jelas
mengantisipasi datangnya penyataan yang lebih lengkap tentang Trinitas dalam Perjanjian Baru.

B. AJARAN PERJANJIAN BARU

Ajaran tentang trinitas, diuraikan dengan lebih jelas dalam Perjanjian Baru daripada dalam Perjanjian
Lama. Kenyataan ini dapat dibuktikan dengan dua cara: melalui pernyataan-pernyataan dan kiasan-kiasan
umum dan dengan menunjukkan bahwa ada tiga pribadi ke-Allahan yang diakui sebagai Allah.

1. Pernyataan-pernyataan dan kiasan-kiasan umum. Beberapa kali ketiga pribadi tritunggal


ditampilkan bersama dan nampaknya setaraf satu dengan yang lain. Pada saat Yesus dibaptis,
Roh turun ke atas-Nya dan suara Allah terdengar dari sorga serta menyatakan Yesus sebagai
Anak yang dikasihi-Nya (Matius 3:16-17). Yesus berdoa agar Bapa mengutus seorang Penolong
yang lain (Yohanes 14:16). Para murid ditugaskan untuk membaptis orang dalam nama Bapa,
Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:19). Ketiga pribadi dalam tritunggal itu bergabung bersama-
sama dalam melaksanakan pekerjaan Mereka (I Korintus 12:4-6; Efesus 1:3-14; I Petrus 1:2;
3:18; dan Wahyu 1:4-5). Lagi pula, doa berkat rasuli mempersatukan ketiga oknum tritunggal
tersebut (II Korintus 13:13).
2. Bapa dikenal sebagai Allah. Membaca Perjanjian Baru sepintas kilas akan menunjukkan bahwa
Allah Bapa banyak kali dikenal sebagai Allah (Yohanes 6:27; Roma 1:7; Galatia 1:1).

3. Anak dikenal sebagai Allah. Ajaran tentang keilahian Kristus sangat penting bagi iman Kristen.
"Apakah pendapatmu tentang Kristus?" merupakan pertanyaan utama dalam kehidupan setiap
orang Kristen (Matius 16:15; 22:42). Memang Yesus adalah manusia yang paling luhur, namun Ia
jelas jauh lebih besar daripada manusia biasa. Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Dia adalah
Allah dengan berbagai cara.

a) Sifat-sifat ilahi. Kristus memiliki lima sifat yang secara khas dan jelas adalah ilahi: kekal,
mahahadir, mahatahu, mahakuasa, dan tidak berubah. (1) Yesus itu kekal. Ia sudah ada bukan
saja sebelum Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:15), sebelum Abraham (Yohanes 8:58), dan bahkan
sebelum dunia dijadikan (Yohanes 17:5, 24), melainkan Dialah "... yang sulung, lebih utama dari
segala yang diciptakan ..." (Kolose 1:15), yang sudah ada "pada mulanya" (Yohanes 1:1,
bandingkan dengan I Yohanes 1:1); dan, sebenarnya, "sejak dahulu kala" (Mikha 5:1). Dan
mengenai masa depan, Ia tetap ada (Yesaya 9:5-6; Ibrani 1:11-12; 13:8). Hidup yang diberikan
Bapa kepada-Nya merupakan suatu proses yang kekal (Yohanes 5:26, bandingkan Yohanes 1:4).
(2) Yesus itu mahahadir. Ia berada di sorga sekalipun sedang berada di bumi (Yohanes 3:13) dan
berada di bumi ketika Ia di sorga (Matius 18:20; 28:20). Ia memenuhi segala sesuatu (Efesus
1:23). (3) Yesus itu mahatahu. Yesus tahu segala sesuatu (Yohanes 16:30; 21:17). Sesungguhnya,
di dalam Dia "tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kolose 2:3). Beberapa contoh
tentang kemahatahuan-Nya diuraikan dalam kitab-kitab Injil. Ia mengetahui apa yang ada di
dalam hati manusia (Yohanes 2:24-25), Ia mengetahui riwayat hidup wanita Samaria itu
(Yohanes 4:29), pikiran manusia (Lukas 6:8; 11:17), waktu dan cara-Nya meninggalkan dunia ini

(Matius 16:21; Yohanes 12:33; 13:1), Ia juga mengetahui siapa yang akan mengkhianati-Nya
(Yohanes 6:70-71), serta keadaan dan akhirnya zaman ini (Matius 24, 25). Ia mengenal Bapa
dengan sangat akrab dan tak seorang pun yang dapat mengenal Bapa seperti itu (Matius 11:27).

b) Jabatan-jabatan ilahi. Yesus adalah pencipta (Yohanes 1:3; Kolose 1:16; Ibrani 1:10) serta
penopang segala sesuatu yang ada (Kolose 1:17; Ibrani 1:3). Tidak ada hal yang kebetulan
ataupun hukum alam yang menciptakan alam semesta atau menopang alam semesta. Pekerjaan
tersebut adalah pekerjaan ilahi (II Petrus 3:5-7).

c) Hak-hak istimewa Allah. Kristus mengampuni dosa (Matius 9:2, 6; Lukas 7:47-48). Tidak ada
satu orang murid pun yang berani mengatakan bahwa ia memiliki wewenang ini (bandingkan
Matius 16:19; 18:18; dan Yohanes 20:23 dengan Kisah 8:20-22 dan I Yohanes 1:9). Ia akan
membangkitkan orang mati pada hari Kebangkitan (Yohanes 5:25-29; 6:39-40, 54; 11:25).
Kebangkitan ini akan berbeda sifatnya dengan kebangkitan tiga orang mati yang dilakukan-Nya
ketika Ia di bumi (Lukas 7:12-16; Markus 5:35-43; Yohanes 11:38-44). Di masa yang akan
datang, semua orang kudusNya akan dibangkitkan; mereka akan dibangkitkan dari tubuh yang
busuk dan dari kematian; mereka akan bangkit dan takkan mati lagi; dan mereka akan
dibangkitkan oleh kuasa yang ada di dalam Kristus dan bukan oleh kuasa Roh Kudus. Dan,
akhirnya, Ia akan menghakimi (Yohanes 5:22) orang-orang percaya (Roma 14:10; II Korintus
5:10), binatang itu beserta para pengikutnya (Wahyu 19:15, 19- 20) dan bangsa-bangsa (Matius
25:31-32; Kisah 17:31), Iblis (Kejadian 3:15), dan orang fasik yang sudah mati (Kisah 10:42; II
Timotius 4:1; I Petrus 4:5).

d) Ia disamakan dengan Yehova dari Perjanjian Lama. Apa yang dalam Perjanjian Lama
dikatakan mengenai Yehova juga dikatakan mengenai Kristus dalam Perjanjian Baru. Ia adalah
pencipta (Mazmur 102:26-28; Ibrani 1:10-12), dilihat oleh Yesaya (Yesaya 6:1-4; Yohanes
12:41), akan didahului oleh seorang pelopor (Yesaya 40:3; Matius 3:3), mendisiplinkan umat-
Nya (Bilangan 21:6-7; I Korintus 10:9), harus dipandang sebagai Yang Kudus (Yesaya 8:13; I
Petrus 3:15), menguasai tawanan (Mazmur 68:19; Efesus 4:8), dan menjadi sasaran iman (Yoel
2:32; Roma 10:9, 13).

e) Nama-nama Yesus yang menyatakan keilahian. (1) Yesus memakai beberapa kiasan yang
menyiratkan sifat adikodrati. Misalnya, Yesus mengatakan, "Akulah roti yang telah turun dari
sorga" (Yohanes 6:41, 50); "Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat"
(Yohanes 10:9); "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorang pun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6); "Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,
sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yohanes 15:5). Ia juga memakai beberapa
nama bagi diri-Nya yang menyiratkan keilahian, misalnya, "Alfa dan Omega, Yang Pertama dan
Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir" (Wahyu 22:13), "kebangkitan dan hidup"
(Yohanes 11:25), dan "Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah" (Wahyu
3:14). Lagi pula, Yesus mengatakan, "Sebelum Abraham jadi, Aku telah ADA" (Yohanes 8:58,
bandingkan Keluaran 3:14).

(2) Ia disebut Imanuel. Matius secara jelas sekali menerapkan Yesaya 7:14 kepada Yesus (Matius
1:22-23). Ia lahir dari seorang perawan dan diberi nama Imanuel, yang artinya Allah menyertai
kita. Di Perjanjian Baru nama ini hanya muncul sekali dalam Matius, walaupun konsep Allah
menyertai kita itu ada juga dalam kitab lain (Yohanes 1:14; Wahyu 21:3).

(3) Istilah "Firman" (Logos) dipakai untuk menekankan keilahian-Nya (Yohanes 1:1-14; Wahyu
19:13). Sekalipun istilah ini agaknya pertama kali dipakai oleh Heraklitus dengan arti akal
manusia, dan kemudian diambil alih oleh Plato dan kaum Stoa, serta akhirnya diterima dalam
teologi Yahudi oleh Philo, jelas bahwa Yohanes samasekali tidak mengacu ke sumber-sumber ini
ketika memakai istilah logos. Pasti, ia mengambilnya dari Perjanjian Lama dari personifikasi
kebijaksanaan dan istilah Ibrani memra, lalu mengisinya dengan konsep Kristen tentang
keilahian.4343 Untuk pembahasan yang lebih lengkap lihat Kittel, "Lego, Logos, ect." dalam
Theological Dictionary of the New Testament, IV, hal. 130-13644 Untuk pembahasan yang lebih
lengkap tentang "Anak Manusia" lihat Ridderbos, The Coining of the Kingdom, hal. 31-36.
(4) Nama yang disenangi oleh Yesus sendiri adalah Anak Manusia. Dalam setiap hal, kecuali satu
(Kisah 7:56), Yesus sendiri yang menggunakan istilah ini untuk menyebut diri-Nya di Perjanjian
Baru. Istilah ini tidak selalu menunjuk kepada keilahian seperti dalam Matius 8:20; 11:18-19;
17:12; dan Lukas 9:44, namun sering kali istilah ini menunjuk kepada keilahian. Misalnya,
sebagai Anak Manusialah Ia berkuasa di bumi mengampuni dosa (Matius 9:6), menafsirkan
hukum Sabat (Matius 12:8), dan menghakimi (Yohanes 5:27). Sebagai Anak Manusia Ia
menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan untuk banyak orang (Matius 20:28), mengutus
malaikatmalaikat-Nya mengumpulkan lalang (Matius 13:41), akan duduk di takhta kemuliaan
(Matius 19:28; 25:31), dan sebagai Anak Manusia Ia akan datang lagi (Matius 24:44; 26:64).
Ketika Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Anak Manusia yang disebut dalam kitab Daniel, yang
akan datang dengan kuasa yang besar, imam besar menuduhnya sebagai penghujat (Matius 26:63-
64; Daniel 7:13).44

(5) Kristus disebut Tuhan. Dalam Perjanjian Baru istilah bahasa Yunani untuk Tuhan dipakai
dengan empat cara. Istilah itu dipakai untuk menunjuk kepada Allah Bapa (Matius 4:7; 11:25;
Lukas 2:29; Kisah 17:24; Roma 4:8; II Korintus 6:17-18; Wahyu 4:8), untuk menunjukkan rasa
hormat (Matius 13:27; 21:29; 27:63; Lukas 13:8; Yohanes 12:21), sebagai nama untuk seorang
majikan atau pemilik (Matius 20:8; Lukas 12:46; Yohanes 15:15; Kolose 4:1), dan sebagai
sebutan bagi Kristus (Matius 7:22; 8:2; 14:28; Markus 7:28). Belum tentu bahwa semua yang
menyebut Yesus "Tuhan" itu berpikir tentang Dia sebagai Allah, namun ada cukup banyak
kejadian di mana mereka benar-benar menganggap Dia demikian (Matius 7:21-22; Lukas 1:43;
2:11; Yohanes 20:28; Kisah 16:31; I Korintus 12:3; Filipi 2:11). Gelar 'Tuhan" yang sering
dipakai untuk Yesus merupakan terjemahan dari nama Ibrani Yehova. Jadi, Kristus disamakan
dengan Yehova dari Perjanjian Lama (Yohanes 12:40-41; Roma 10:9, 13; dan I Petrus 3:15
dibandingkan secara berurutan dengan Yesaya 6:1-2; Yoel 2:32; dan Yesaya 8:13).
(6) Kristus dinamakan Anak Allah. Gelar ini secara penuh tidak pernah dipakai oleh Yesus untuk
diri-Nya dalam Injil-Injil Sinoptis, tetapi dalam Injil Yohanes satu kali hal itu dilakukan-Nya
(Yohanes 10:36, bandingkan dengan 10:33). Bagaimanapun juga, istilah ini dipakai untuk Yesus
Kristus oleh orang lain, dan Ia menerima sedemikian sehingga menegaskan bahwa Ia benar-benar
Anak Allah. Walaupun istilah ini dipakai juga untuk menunjuk malaikat-malaikat (Ayub 2:1),
Adam (Lukas 3:38), bangsa Ibrani (Keluaran 4:22; Hosea 11:1), raja Israel (II Samuel 7:14), dan
semua orang kudus (Galatia 4:6), namun dalam Yohanes 5:18; 10:33, 36 pernyataan Yesus bahwa
Ia Anak Allah jelas dimaksudkan untuk menunjuk kepada keilahian. Hal ini tersirat di dalam
istilah "Anak-Nya yang tunggal" (Yohanes 3:16, 18). Ketika Yesus mengakui diri-Nya sebagai
Anak Allah, Ia dituduh telah menghujat Allah (Matius 26:63- 65, bandingkan dengan Yohanes
5:18; 10:36). Sebagai Anak Allah, dikatakan bahwa Ia akan melaksanakan penghakiman
(Yohanes 5:22), memiliki hidup dalam diri-Nya dan menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-
Nya (Yohanes 5:21, 26) serta memberikan hidup kekal (Yohanes 10:10). Adalah kehendak Bapa
bahwa semua memuliakan Sang Anak sebagaimana semua memuliakan Sang Bapa (Yohanes
5:23). Yesus juga disebut sebagai Anak Allah dalam arti Mesias, yang diurapi oleh Tuhan
(Yohanes 1:49; 11:27). Melalui pengalaman penjelmaan, Yesus juga dinamakan Anak (Lukas
1:32, 35; Yohanes 1:14).

(7) Yesus disebut Allah sebanyak beberapa kali dalam Perjanjian Baru. Dalam Yohanes 1:1
penekanannya sangat kuat dalam bahasa Yunani. Ayat itu berbunyi, "Dan Firman itu adalah
Allah." Ketiadaan kata sandang sebelum istilah theos menunjukkan bahwa Allah dalam kalimat
ini berfungsi sebagai predikat. Yang dipertanyakan dalam ayat itu bukan siapa Allah itu, tetapi
siapa Logos.Ia bukan saja Anak yang tunggal, tetapi juga Allah yang tunggal (Yohanes 1:18).
Tomas menyebut Kristus, "Tuhanku dan Allahku" (Yohanes 20:28). Titus 2:13 merujuk kepada
"Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus." Allah berkata kepada Anak-Nya,
'Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah
tongkat kebenaran" (Ibrani 1:8). Petrus menulis soal "Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus"
(II Petrus 1:1). I Yohanes 5:20 berbunyi "di dalam AnakNya Yesus Kristus. Ia adalah Allah yang
benar dan hidup yang kekal" (bandingkan dengan Roma 9:5).

f) Beberapa hubungan membuktikan keilahian Yesus Kristus.Bapa dan Anak disejajarkan satu
sama lain dan dengan Roh Kudus dalam formula baptisan (Matius 28:19, bandingkan dengan
Kisah 2:38; Roma 6:3) dan juga dalam doa berkat rasuli (II Korintus 13:13, bandingkan dengan
1 Korintus 1:3). Ia merupakan cahaya kemuliaan (Ibrani 1:3) serta gambar Allah (Kolose 1:15,
bandingkan 2:9). Dia adalah satu dengan Bapa (Yohanes 10:30; kata "satu" itu netral dalam tata
bahasa bukan maskulin; satu substansi, bukan satu pribadi, bandingkan Yohanes 14:9; 17:11).
Yesus dan Allah Bapa bertindak bersama-sama Yohanes 14:23; I Tesalonika 3:11; II Tesalonika
2:16-17). Apa pun yang dimiliki oleh Bapa juga dimiliki oleh Kristus (Yohanes 16:15; 17:10).
Orang Kristen memiliki hubungan yang sama terhadap Allah Bapa dan terhadap Allah Anak
(Efesus 5:5; Wahyu 20:6).

g) Penyembahan yang dinyatakan kepada dan diterima oleh Yesus Kristus (Matius 14:33; 28:9;
Lukas 5:8; I Korintus 1:2). Karena Perjanjian Lama (Keluaran 34:14) dan Kristus sendiri (Matius
4:10) menyatakan bahwa hanya Allah saja yang patut disembah, dan karena manusia biasa dan
malaikat tidak bersedia disembah (Kisah 10:25-26; Wahyu 19:10; 22:8-9), jadi bilamana Kristus
menerima penyembahan jika Dia bukan Allah maka itu berarti Ia menghujat. Apalagi Alkitab
tidak saja memberi tahu bahwa Yesus disembah, tetapi bahkan menyuruh kita menyembah Dia
(Yohanes 5:23; Ibrani 1:6). Jika Kristus bukan Allah, Dia adalah seorang penipu atau seorang
yang menipu dirinya sendiri, dan bila benar bahwa Ia bukan Allah maka Ia seorang yang tidak
baik.

h) Kesadaran dan tuntutan Kristus sendiri merupakan bukti bahwa Ia adalah Allah. Ketika
berusia dua belas tahun Yesus sudah menyadari tuntutan-tuntutan khusus Bapa-Nya atas diri-Nya
(Lukas 2:49). Pada saat dibaptis kedudukan-Nya sebagai Anak diteguhkan (Matius 3:17). Ketika
berkhotbah di bukit Yesus mengemukakan pendirian yang menentang sikap nenek moyang orang
Yahudi (Matius 5:21-28, 33-36). Ketika mengutus para murid Ia memberi mereka kuasa untuk
mengadakan mukjizat (Matius 10:1, 8; Lukas 10:9, 19). Yesus menegaskan bahwa Ia sudah ada
sejak dahulu kala (Yohanes 8:58; 17:5) serta menuntut agar doa dipanjatkan dalam nama-Nya
(Yohanes 16:23-24). Ia menyatakan bahwa diri-Nya satu dengan Bapa (Yohanes 10:30; 14:9;
17:11), dan Ia juga menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah (Yohanes 10:36). Logika
nampaknya menuntut bahwa Yesus adalah sebagaimana yang Ia katakan tentang diri-Nya sendiri
yaitu Allah, atau Dia adalah orang yang tidak perlu diperhatikan.

1. BEBERAPA PENGAMATAN DAN KESIMPULAN YANG DIDASARKAN PADA


PENELITIAN TENTANG TRINITAS
1. Ajaran ini tidak bertentangan dengan ajaran mengenai keesaan Allah. Ada tiga pribadi
atau oknum di dalam satu hakikat. Sekalipun tidak ada persamaan di dalam pengalaman manusia
untuk menjelaskan atau mengilustrasikan ajaran trinitas, namun analogi akal manusia
memberikan sedikit petunjuk. Akal manusia sanggup berdialog dengan dirinya sendiri dan pada
saat yang sama mampu memberi putusan terhadap apa yang telah dipertimbangkannya. Trinitas
kira-kira dapat disamakan dengan itu.
2. Perbedaan-perbedaan ini sifatnya kekal. Hal ini jelas dari ayat-ayat yang menyatakan bahwa
Yesus sudah ada bersama dengan Bapa sejak dahulu kala (Yohanes 1:1-2; 17:5, 24; Filipi 2:6)
dan dari ayat-ayat yang menandaskan keabadian Roh Kudus (Kejadian 1:2; Ibrani 9:14). Sifat
hubungan kekal antara Bapa dengan Anak biasanya disebut "generation" (sifat diperanakkan),
sedangkan hubungan antara Bapa dan Anak, di satu pihak, dengan Roh Kudus, di pihak lain,
disebut "procession” (hal berasal dari). Yang dimaksud dengan hubungan yang pertama ialah
"pancaran atau emanasi kekal". Allah berfirman, "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan
pada hari ini" (Mazmur 2:7b). Istilah "hari ini" dalam ayat di atas menunjukkan masa kini yang
kekal. Ketika Yesus berkata, "Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri,
demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup di dalam diriNya sendiri" (Yohanes 5:26),
maka yang dimaksudkan Yesus ialah suatu pemberian hidup secara kekal dari Bapa kepada Anak.
Istilah "hal berasal dari", seperti yang digunakan untuk Roh Kudus artinya kurang lebih sama
dengan istilah "sifat diperanakkan" dalam hubungan dengan Sang Putra, kecuali bahwa Roh
Kudus "keluar" atau berasal dari baik Bapa maupun Anak (Yohanes 14:26; 15:26; Kisah 2:33;
Ibrani 9:14).
3. Ketiga oknum trinitas sederajat. Sekalipun demikian, kenyataan di atas tidak meniadakan
penetapan urutan bahwa Allah Bapa adalah yang pertama, Allah Anak yang kedua, dan Allah
Roh Kudus yang ketiga. Urutan ini bukanlah perbedaan dalam kemuliaan, kuasa, atau usia, tetapi
sekadar urutan. Roh dan Anak adalah sederajat dengan Bapa sekalipun Mereka tunduk kepada
Bapa. Sikap tunduk ini adalah sikap sukarela dan bukan terpaksa karena keadaan (Filipi 2:5-7).
4. Ajaran ini memiliki nilai praktis yang tinggi,

a. Ajaran ini membuka pintu bagi kasih abadi. Kasih sudah ada sebelum alam diciptakan, namun
kasih memerlukan objek. Kasih senantiasa mengalir di antara ketiga oknum trinitas.

b. Hanya Allah yang dapat menyatakan keadaan Allah. Dengan cara Allah Bapa mengutus Allah
Anak maka Allah dapat dinyatakan.

c.Hanya Allah yang dapat mengadakan pendamaian karena dosa. Hal ini dilakukan-Nya melalui
penjelmaan Allah Anak.
d.Sulit memikirkan adanya kepribadian tanpa masyarakat. Oknum-oknum ke-Allahan
berhubungan satu dengan yang lain dalam keselarasan yang sempurna, suatu masyarakat yang
sempurna. "Jika tidak ada trinitas maka takkan ada penjelmaan, tidak ada penebusan yang
objektif, dan karena itu tidak ada penyelamatan; karena takkan ada oknum yang mampu bertindak
sebagai Pengantara antara Allah dan manusia."

Anda mungkin juga menyukai