Anda di halaman 1dari 7

Teologi Biblika II (Perbaikan Kelompok VI)

Nama : Benny H Hutagalung (04.2000)


Henris Bancin (04.2012)
Refindo Hutagalung (04.2027)
Erwin Hutauruk (02.1830)
Dosen : Pdt. R. Siagian, M.Th
Mata Kuliah: Teologi Biblika II

Teologi Kekayaan
(Tinjauan Biblika tentang Uang)

I. Pendahuluan
Uang merupakan salah satu hal yang paling dikejar atau dicari oleh
manusia. Uang juga merupakan jalan pemenuhan kebutuhan hidup manusia, oleh
sebab itu banyak orang yang merasa khawatir jika ia tidak mempunyai banyak
uang.
Secara Alkitabiah, uang atau kekayaan merupakan berkat yang diberikan
oleh Allah kepada manusia. Namun perlu kita sadari bahwa uang bukanlah
sumber kebahagiaan dalam kehidupan manusia. Hal ini perlu kita sadari karena
dewasa ini banyak manusia yang lebih percaya kepada uang daripada kepada
Allah atau bahkan tidak mempercayai Allah lagi. Uang memang perlu dalam
kehidupan manusia, namun ketika uang dipuja atau di-tuhankan, maka hal itulah
yang menimbulkan suatu permasalahan yang besar.
Uang atau kekayaan yang ada pada kita bukanlah milik kita, namun sebagi
titipan Allah yang harus kita pertanggungjawabkan dihadapanNya. Manusia
diberkati dengan titipanNya itu supaya manusia juga dapat menjadi berkat.
Ada banyak cerita dalam Alkitab yang membicarakan tentang uang,
kekayaan dan permasalahan yang terkandung di dalamnya, namun penulis dalam
hal ini memberi perhatian tentang uang yang tertulis di dalam Pengkhotbah 5 : 9
(Perjanjian Lama) dan I Timotius 6 :10 (Perjanjian Baru)
Untuk membahas lebih jauh dan mendalam mengenai uang dan bahaya
cinta uang, maka tim penyaji akan mencoba menjelaskannya dengan sistematika
sebagai berikut:
I. Pendahuluan
II. Etimologi, Pengertian dan Sejarah
III. Tinjauan Alkitabiah tentang Uang
Tinjauan PL (Pengkhotbah 5 : 9)
Tinjauan PB (I Timotius 6 : 10)
IV. Sikap orang Kristen Tarhadap Kekayaan
V. Refleksi
VI. Kesimpulan
Daftar Pustaka
II. Etimologi, Pengertian dan Sejarah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, uang merupakan alat ukar atau
standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh

1
Teologi Biblika II (Perbaikan Kelompok VI)

pemerintah suatu negara berupa kertas, perak, atau logam lain yang dicetak
dengan bentuk atau gambar tertentu.1
Dalam struktur masyarakat Israel, kekayaan adalah identik dengan uang.
Uang adalah sebahagian dari struktur kehidupan mereka. 2 Dalam Perjanjian
Lama, uang pertama sekali diperkenalkan pada akhir abad 8 sM, sebelumnya
pembayaran dilakukan dengan menggunakan sistem barter, yaitu tukar menukar
barang. Uang sebagai alat tukar pada mulanya terbuat dari logam berharga seperti
emas, perak, perunggu. Perak merupakan logam berharga yang paling banyak
digunakan sebagai alat tukar di Palestina (Asyur dan Babel). Oleh sebab itulah
perak ( ‫ = כסף‬kesef ) kadang-kadang diterjemahkan dengan uang (Kej 17:13).3
Dalam PL juga uang dipakai sebagai alat tukar-menukar, pembayaran, dan
penimbun kekayaan (harta benda). Uang juga berfungsi sebagai alat pembiayaan
yang telah memainkan peranannya sejak bangsa Israel meminta seorang raja
menjadi pemimpin atas mereka (1 Sam 8:15), maka para petani harus membayar
pajak kepada raja. Hanya dengan mempertinggi pajaklah Raja Salomo dapat
mendirikan istana dan Bait suci yang indah.4
Kata uang yang dirtikan sebagai penimbun kekayaan dapat dilihat dalam
kehidupan Abraham, Ayub, Salomo. Sebagai contoh dalam Kejadian 13 :2
dikatakan bahwa Abraham memiliki kekayaan berupa ternak, emas dan perak.
Akan tetapi harta tersebut tidak bertentangan dengan kehendak Allah karena
harta tersebut bukan menjadi tujuan hidupnya, tetapi semua itu dijadikan media
untuk memuliakan nama Tuhan Allah.
Dalam PL, uang kadang-kadang ditimbang (Kej 23 : 16) hal ini dilakukan
sebagai tindak pencegahan, contohnya dalam sistem barter agar jumlah
perak(uang) yang ditukar bernilai sama dengan barang yang ditukar. Akan tetapi
dalam kehidupan modern dimana proses pembuatan uang dan peredarannya
sudah dijalankan pemerintah, uang tidak perlu ditimbang kembali karena
pemerintah telah memberikan ketentuan mutlak, ketentuan nominal, uang telah
dibubuhi perangko sebagai tanda dari jumlah dan nilainya. Bahan dasar uang
pada masa modern ini juga tidak hanya terbuat dari logam seperti emas dan perak
tetapi juga ada yang berasal dari kertas, namun perbedaan itu tidak
mempengaruhi nominal uang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam PB, sudah ada berbagai uang yang beredar. Uang yang beredar itu
terbuat dari emas, perak, tembaga, perunggu dan kuningan. Namun, bahan utama
yang paling umumdigunakan untuk membuat uang adalah perak yang dalam
bahasa Yunani disebut dengan αργυριον (argurion), Istilah umum lainnya yang
digunakan untuk mengartikan uang dalam PB adalah χρεμα (khrema) yang
berarti milik atau kekayaan ayau uang (Kis 4:37 ; 8:18,20 ; 24:26), κερμα
(kerma) atau uang kecil yang artinya mata uang tembaga (Yoh 2:15), νομισμα

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
hlm. 1232
2
Malcolm Brownlee, Tugas Manusia dalam Dunia Milik Tuhan, (Jakarta: BPK-GM, 2004), hlm. 84
3
J.D Douglas (penyunting), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF,
1999), hlm. 515
4
F.L Baker, Sejarah Kerajaan Allah P.Lama, (Jakarta: BPK-GM, 1982), hlm. 74

2
Teologi Biblika II (Perbaikan Kelompok VI)

(nomisma) yaitu mata uang yang sah menurut hukum serta νομισμα του κηνσου
(nomisma tou kensou) yang artinya mata uang yang sah untuk membayar pajak
(Mat 22:19).5
III. Tinjauan Alkitabiah tentang Uang
3.1 Tinjauan PL (Pengkhotbah 5:9)
“Siapa yang mencintai uang tidak akan puas dengan uang dan siapa yang
mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya” Melalui nats ini,
Pengkhotbah ingin mengatakan bahwa uang dan kekayaan merupakan penyebab
ketidakbahagiaan dan bukan merupakan tanda kebaikan, serta bukan suatu
kebijaksanaan, melainkan itu semua hanya menjadikan suatu kesia-siaan. 6
Kekayaan dan cinta akan uang bukanlah suatu yang bertahan namun merupakan
suatu kesia-siaan. Mereka yang mencintai uang tidak akan mempunyai komitmen
untuk mengolah keuangannya sebanding dengan kebutuhannya dan tidak
sebanding dengan sumber daya dan yang selalu muncul adalah ketidakpuasan. 7
Kata “mencintai” pada ayat ini mempunyai arti mendewakan atau men-
tuhankan uang dalam hidupnya dan menggantungkan hidupnya kepadanya.
Kepuasan yang dijanjikan hanya sebuah khayalan belaka yang menyusup terus-
menerus sebab gairah keserakahan sekali dilakukan tidak akan kunjung puas dan
kenyang.8 Nats ini bukan bertujuan mengharamkan uang atau kekayaan namun
yang dimaksudkan adalah bahwa hal-hal yang baik di dunia ini semua adalah
karunia Allah untuk dinikmati dengan rasa syukur dan terima kasih. Kunci dari
kenikmatan itu adalah mengetahui kasih karunia Illahi, bukan dengan mencintai
uang.9
3.2 Tinjauan PB (I Timotius 6:10)
“Karena akar dari segala kejahatan adalah cinta uang, sebab oleh
memburu uanglah orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya
dengan berbagai-bagai duka”.
Dalam nats ini, kata uang yang dipakai adalah berasal dari bahasa Yunani
αργυριον, kata dasarnya adalah αργος, artinya adalah benda yang terbuat dari
perak atau benda yang bersinar yang dipakai sebagai alat tukar-menukar atau
yang disebut uang. Uang atau perak yang dipakai sebagai alat tukar, pada
dasarnya tidak mengandung dosa, sebab dengan uang juga manusia dapat berbuat
baik (bnd. Luk 8:3). Akan tetapi cinta uang adalah akar dari segala kejahatan.
Kata yang dipakai untuk mengatakan cinta uang adalah φιλαγυρια, dimana
perkataan ini menunjuk kepada sikap manusia dimana cinta uang, mengarahkan
hatinya menjadi milik uang tersebut, hati manusia itu terarah hanya kepada uang.
karena hatinya sudah terarah kepada uang maka ia tidak akan mencintai dan
5
J.D Douglas (penyunting), Ensiklopedi II: hlm.518
6
R.N Whybray, The New Century Bible Commentary Ecclesiates, (Grand Rapids-Michigan: W.M
Eerdmans Publishing Company, 1989), hlm. 99
7
Jhon Barton & Jhon Muddiman, The Oxford Bible Commentary, (New York: Oxford University Press,
2001), hlm. 425
8
Robert H Pfeifer, Introduction to The Old Testament, (New York: Harper and Brother publisher, 1948),
hlm. 725
9
George W Knight, Commentary on The Pastoral Epistles, (Carlisle: Patyernoster Press, 1992), hlm.
257

3
Teologi Biblika II (Perbaikan Kelompok VI)

percaya kepada Allah lagi. Dengan demikian pecinta uang berlawanan dengan
pecinta Allah (bnd.Mat 6:24 ; Luk. 16:13).10
“cinta uang adalah akar dari segala kejahatan”. Kata akar dalam bahasa
Yunani yaitu ριξα. Akar merupakan inti pokok tanaman yang berfungsi untuk
mencari makanan, dengan kata lain mencari sumber kehidupan bagi tanaman
itu.11 Oleh karena itulah kata “akar” yang dipakai Paulus mengartikan bahwa
uang merupakan akar atau sumber atau awal dari segala kejahatan. Oleh karena
itulah secara Alkitabiah uang sebenarnya tidak salah karena hal itu dipandang
sebagai berkat Allah kepada manusia. Namun permasalahan justru muncul pada
oknumnya, apabila seseorang itu menjadikan uang atau kekayaan sebagai
jaminan hidupnya dan apabila ia juga menduakan Allah terlebih menjadi tidak
percaya kepada Allah karena menganggap segala sesuatu dapat dilakukan dengan
uang, maka itulah yang menjadi permasalahan dalam hidup manusia.
IV.Sikap Orang Kristen Terhadap Kekayaan
Sikap orang Kristen tarhadap kekayaan atau harta benda mempunyai
beberapa ciri, yaitu :
a) Ketidakkuatiran (Luk. 12:22-23, 30-31)
Ketidakkuatiran itu berdasarkan kepercayaan kepada Allah sebagai Bapa kita
(Luk.12:30) Jika kita percaya bahwa Allah yang Maha Kuasa, pencipta semesta
alam adalah Allah yang mengasihi kita, maka kita akan dapat menghilangkan
rasa kuatir kita. Kekuatiran muncul karena orang takut akan kehidupan masa
depannya. Dengan demikian maka orang yang hidup dalam kekuatiran akan
mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya demi kepentingannya sendiri serta ia
tidak akan membagikan sebahagian hartanya untuk menolong orang lain. Namun
kalau kita percaya bahwa Allah mengetahui segala sesuatu kebutuhan kita dan
akan menyertai kita, kita akan percaya dan tidak usah berusaha mempertahankan
hidup dengan hanya mengumpulkan uang. Ketidakkuatiran juga berdasarkan
kesetiaan kepada Tuhan. Dengan demikian kita perlu mengutamakan kerajaan-
Nya (Luk.12:31). Kita tidak dapat mempercayai Allah dan uang secara bersama-
sama di dalam menjalani kehidupan di dunia ini.(Mat.6:24)
b) Kemurahan Hati
Manusia perlu memandang harta bukan sebagai sarana yang menjamin
sepenuhnya akan kesejahteraan hidupnya. Jaminan satu-satunya adalah Tuhan.
Akan tetapi sebagai harta dapat dipergunakan sebagai sarana untuk menolong
orang lain. Yesus berkata: “Juallah segala hartamu dan berikanlah sedekah
(Luk.12:33)”, perkataan Yesus tersebut sangat perlu dilihat bukan sebagai hukum
bahwa orang Kristen harus menjual segala harta miliknya dan bahwa harta
kekayaan tidak perlu dalam kehidupan manusia. Kata “segala” dalam terjemahan
LAI tidak terdapat dalam naskah Yunani yang asli. Yesus berkata bahwa orang
Kristen perlu mengasihi sehingga ia bersedia menjual miliknya bagi kepentingan
orang lain. Kasih seperti itu terlihat dalam jemaat Kristen Yerusalem “selalu ada
dari mereka yang menjual harta miliknya lalu membagi-bagikannya kepada
10
Gerard Frierich, Theological of The New Testament VI, (Grand Rapids-Michigan: W.M Eerdmans
Publishing Company, 1968), hlm. 893-985
11
Malcolm Brownlee, Tugas Manusia: hlm. 88

4
Teologi Biblika II (Perbaikan Kelompok VI)

semua orang sesuai dengan keperluannya masing-masing” (Kis.2:45). Orang


Kristen yang tidak kuatir akan hartanya cenderung menganggap kepentingan
orang lain lebih penting daripada kepentingan diri sendiri.
Paulus menuliskan “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini,
agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan
membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang
baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang
sebenarnya” (I Tim 6:17-19).
c) Kebaikan hati dan Kemurahan
Sikap ini berlawanan dengan kelobaan. Orang Kristen jangan terus-menerus
mengingini lebih banyak tanpa menghiraukan sesama, ia perlu menyesuaikan
kebutuhannya sendiri dengan kebutuhan orang lain. Ia perlu menyadari
bagaimana kelakuannya dapat menolong atau merugikan sesamanya. Ia tidak
berhak mengumpulkan banyak harta dan hidup mewah tanpa perlu peduli kepada
sesamanya yang menderita. Perlu ada keseimbangan antara kehidupan ekonomi
kita dengan ekonomi orang lain.
V. Refleksi
Harta benda atau uang itu tidaklah berbahaya karena uang pada dasarnya
adalah berkat yang diberikan Allah kepada manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Uang atau harta benda itu diciptakan oleh Allah, dimana segala
ciptaanNya adalah baik. Dalam Alkitab tidak terdapat pikiran bahwa orang
Kristen harus menolak harta benda tetapi memperingatkan tentang bahaya yang
dapat ditimbulkannya apabila terjadi penyalahgunaan pemakaian harta benda itu.
Dalam peranannya uang dipakai sebagai untuk mencari nafkah. Selain itu
uang juga merupakan alat untuk mencari keuntungan dan alat untuk menimbun
harta, dan kesemua perannya itu adalah sah-sah saja, namun jika uang dipakai
untuk sebagai alat penindasan dan eksplotasi serta pemerkosaan hak atas orang
miskin dan lemah, maka hal inilah yang dinamakan cinta akan uang dan hal
inilah yang menjadi permasalahan dalam penggunaan uang.
Bahaya cinta uang itu berdimensi ganda, yaitu :
1. Kekayaan dapat menyebabkan orang lupa akan Tuhan. Kita dapat mulai
mempercayai harta benda dan kemampuan kita sendiri, bukan Tuhan
(bnd.Luk12:16-21)
2. Kekayaan dapat menumpulkan hati sehingga orang kaya tidak perduli
kepada penderitaan sesamanya. Alkitab penuh dengan contoh-contoh orang
kaya yang tidak mau menolong orang miskin. Yesus menceritakan tentang
seorang kaya yang setiap hari bersukaria dalam kemewahannya tetapi tidak
menolong seorang pengemis yang bernama Lazarus yang berbaring dekat
rumah orang kaya itu dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang
jatuh dari meja orang kaya itu, tetapi ia tidak peduli malahan anjing-anjing
datang dan menjilati boroknya (bnd.Luk.16:19-21).
Melihat bahaya yang ditimbulkan dari rasa cinta uang ini, maka gereja harus
melihat hal ini sebagai bagian yang sangat penting dan teladan ini harus
ditumbuhkan pertama-tama dari lingkungan gereja itu sendiri. Maka hal yang

5
Teologi Biblika II (Perbaikan Kelompok VI)

perlu diperhatikan gereja adalah mengatur keuangan gereja dengan baik dalam
arti lain dapat dikatakan agar cinta uang itu tidak tumbuh dilingkungan gereja
dengan bentuk-bentuk korupsi. Selain itu gereja hendaknya menegaskan kepada
jemaat agar tidak kuatir tentang uang, uang bukanlah menjadi penghalang bagi
jemaat untuk beribadah Minggu karena yang dibutuhkan dalam ibadah adalah
ketulusan hati, bukan kekayaan. Allah tidak pernah mengkehendaki kekayaan
manusia, karena Dia-lah sumber kekayaan itu.
Orang Kristen perlu menerima dengan ucapan syukur harta yang
dikaruniakan Tuhan itu, ucapan syukur itu harus diwujudnyatakan dengan
pelayanan terhadap sesama manusia yang membutuhkan pertolongan akan
kebutuhan hidupnya dan juga pelayanan kepada Allah. dalam arti berkat yang
diberikan Allah berupa uang itu digunakan sesuai dengan kehendak-Nya dan
menjadi berkat bagi orang lain.
Kesimpulan
Kekayaan atau uang adalah karunia yang diberikan Allah kepada manusia,
karena pada dasarnya uang adalah pemenuhan pokok manusia dimana uang
dipakai sebagai alat tukar resmi. Namun manusia mulai beranggapan bahwa
dengan uang maka segala sesuatunya dapat dilakukan semaunya. Atas dasar
inilah muncul rasa cinta uang yang sangat, demi uang ia rela melakukan apa saja.
Atas dasar Alkitab, maka kekristenan menolak rasa cinta uang tersebut
karena cinta uang cenderung memunculkan sikap dualisme dalam ketuhanan,
Injil sendiri menolak paham yang menduakan Allah (bnd.Luk 6:24)
Dalam hal ini bukan berarti bahwa orang Kristen atau orang percaya tidak
boleh bekerja untuk mencari uang dan menjadi kaya akan tetapi yang diharapkan
adalah agar orang Kristen benar-benar menjadikan uang sebagaimana fungsinya
dan terutama sebagai alat pelayanan kepada manusia dan kepada Allah.

Daftar Pustaka
Baker, F.L
1982 Sejarah Kerajaan Allah P.Lama, (Jakarta: BPK-
GM)
Barton, Jhon & Muddiman, Jhon
2001 The Oxford Bible
Commentary, (New York: Oxford University Press)
2002 Brownlee, Malcolm
2004 Tugas Manusia dalam Dunia Milik Tuhan,
(Jakarta: BPK-GM)
Departemen Pendidikan Nasional
2002 Kamus Besar Bahasa Indonesia III, (Jakarta:
Balai Pustaka)
Douglas, J.D (penyunting),
1999 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II,
(Jakarta:YayasanBina Kasih/OMF
Frierich, Gerard

6
Teologi Biblika II (Perbaikan Kelompok VI)

1968 Theological of The New Testament VI, (Grand


Rapids-Michigan: W.M Eerdmans Publishing
Company)
Knight, George W
1992 Commentary on The Pastoral Epistles, (Carlisle:
Patyernoster Press)
Pfeifer, Robert H
1948 Introduction to The Old Testament, (New York:
Harper and Brother Publisher)
Whybray, R.N
1989 The New Century Bible Commentary Ecclesiates,
(Grand Rapids-Michigan: W.M Eerdmans Publishing
Company)

Anda mungkin juga menyukai