Setelah kita merenungkan dua ayat sebelumnya, yaitu di ayat 14-15, tentang
dua kerinduan Paulus yaitu mengasihi jiwa dan memberitakan Injil, maka
selanjutnya di ayat 1617, Paulus mengajarkan, Sebab aku mempunyai
keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang
menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi
juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari
iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup
oleh iman. Di dalam kedua ayat ini, Paulus menjelaskan alasan mengapa di ayat
15, ia berkeinginan untuk memberitakan Injil kepada jemaat di Roma, yaitu
karena Injil adalah kekuatan Allah. Di dalam ayat 16, Paulus dengan berani
memproklamasikan bahwa dirinya tidak malu akan Injil (KJV: For I am not
ashamed of the gospel of Christ). Terjemahan King James Version ini lebih sesuai
dengan naskah aslinya di mana kata ashamed dalam naskah Yunaninya,
epaischunomai yang berarti to feel shamed for something. Sungguh menarik
sekali akan apa yang Paulus nyatakan, mengingat dulunya Paulus adalah
seorang yang membenci Kristus dan para pengikut-Nya. Tetapi setelah dirinya
diperbaharui oleh-Nya, ia tidak lagi malu akan Injil bahkan rela mati demi Injil.
Inilah jiwa seorang hamba Kristus. Di dalam zaman postmodern ini, banyak
sekali orang Kristen yang menamakan diri pengikut Kristus tetapi herannya
tidak suka membicarakan dan memberitakan tentang Injil, salah satunya adalah
karena malu. KeKristenan menurut mereka hanya salah satu agama di antara
banyak agama, sehingga tidak keunikan dan finalitasnya. Tidak heran, mengapa
di abad postmodern yang memutlakkan kerelatifan, jiwa membawa dan
memberitakan Injil menjadi berkurang di kalangan banyak orang Kristen
apalagi mereka yang mengklaim diri dengan bangganya sedang melayani
tuhan ?! Benarkah seorang yang aktif di dalam gereja dan terlibat di dalam
pelayanan tidak lagi mau memberitakan Injil ? Tentu tidak benar. Mereka boleh
saja mengklaim diri sedang melayani tuhan, tetapi sebenarnya yang mereka
layani adalah diri mereka sendiri, sama sekali bukan Tuhan, mengapa ? Karena
seorang yang melayani Tuhan menempatkan diri di bawah Tuhan, menjadi
hamba/budak-Nya yang siap diperintah oleh Sang Tuan, yaitu Tuhan Yesus
sendiri. Kita harus dan perlu belajar semangat menjadi hamba dari teladan
Paulus yang menghambakan diri secara total kepada Kristus dan men-Tuhan-kan
Kristus, sehingga ia tidak malu sedikitpun akan Injil. Paulus tahu di mana titik
keunikan dan finalitas Injil, sehingga ia tidak malu akan finalitas Injil yang ia
beritakan. Berbeda total dengan banyak orang Kristen yang hari-hari tidak
berbeda dengan orang-orang dunia yang merelatifkan segala sesuatu termasuk
merelatifkan Kebenaran di dalam Kristus dan Alkitab.
Kedua, apakah kuasa Injil hanya berhenti pada kuasa untuk menyelamatkan
saja ? Tidak. Pada ayat 17, Paulus mengungkapkan, Sebab di dalamnya nyata
kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti
ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."Kuasa Injil tidak berhenti
hanya untuk menyelamatkan tetapi memimpin iman. Paulus mengungkapkan
bahwa di dalam Injil dan Injil itu sendiri adalah kebenaran Allah. Kata
kebenaran diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dikaiosune? yang berarti
pembenaran/justification. Apakah kebenaran atau pembenaran Allah itu ?
Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) di dalam ayat 17 ini mengartikan,
Sebab dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan
manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya
kepada Allah, dari mula sampai akhir. Itu sama seperti yang tertulis dalam
Alkitab, "Orang yang percaya kepada Allah sehingga hubungannya dengan Allah
menjadi baik kembali, orang itu akan hidup!"Pembenaran Allah yang dimaksud
adalah bagaimana cara Allah merekatkan hubungan manusia dengan-Nya
melalui Kristus yang di dalamnya kita harus percayai dan taati secara mutlak
dari awal sampai akhir. Itulah yang Injil kerjakan yaitu membenarkan manusia
berdosa melalui karya Allah Anak dan juga memimpin iman. Di sini, Paulus
mengaitkan konsep kebenaran/pembenaran Allah dengan konsep iman. Iman
sejati tidak bisa dilepaskan dari kebenaran/pembenaran Allah. Dengan kata lain,
iman harus terus-menerus berpaut kepada dan berada di dalam kebenaran Allah
(Kristus) sebagai Obyek sekaligus Subyek Iman. Saya memberikan dua istilah
bagi Tuhan yaitu sebagai Subyek dan Obyek Iman. Hal ini sesuai dengan
pemaparan Paulus di dalam ayat 17 ini, di mana kebenaran Allah memimpin
iman yang mula-mula kepada iman pada akhirnya. Di sini ada perjalanan iman.
Pdt. Dr. Stephen Tong memberikan empat macam iman, yaitu pertama, iman
natural (benih iman yang telah Allah tanamkan di dalam diri setiap orang tanpa
kecuali), kedua, iman di dalam Kristus Yesus (iman eksklusif bagi umat pilihan-
Nya), ketiga, karunia iman di dalam pelayanan, dan keempat, iman yang
bergantung kepada Tuhan. Nah, di dalam ayat 17 ini, iman yang dimaksudkan
tentu iman macam kedua. Allah adalah Pemberi atau Sumber/Subyek Iman yang
memberikan iman sejati di dalam Kristus kepada umat pilihan-Nya. Ini berarti
iman adalah anugerah Allah, sesuai jawaban dari pertanyaan Katekismus Singkat
Westminster pasal 86 tentang Apakah yang dimaksud dengan iman di dalam
Yesus Kristus ? yang mengatakan, Iman di dalam Yesus Kristus adalah suatu
anugerah yang menyelamatkan, yang dengannya kita menerima dan bersandar
hanya kepada-Nya untuk keselamatan, sebagaimana yang Dia tawarkan kepada
kita di dalam Injil. Iman bukan hasil usaha kita sendiri, tetapi anugerah Allah.
Starr Meade di dalam bukunya Membentuk Hati, Mendidik Akal Budi
mengajarkan, Allah menghendaki kita untuk beriman kepada Tuhan Yesus
Kristus agar terhindar dari kutuk yang layak diterima dosa kita. Apa yang telah
Yesus lakukan untuk menggantikan kita itulah yang menyelamatkan kita. Iman
adalah cara kita untuk menggapai dan menerima bagi diri kita sendiri apa yang
telah dilakukan-Nya. Iman di dalam Kristus bukanlah sesuatu yang kita kerjakan
sendiri. Seandainya demikian, pasti kita dapat berkata bahwa kita selamat oleh
karena sesuatu yang kita lakukan. Iman di dalam Kristus adalah karunia dari
Allah... Allah menuntut iman dari kita, kemudian Dia sendirilah yang
mengaruniakan iman itu supaya kita dapat terlepas dari kutuk-Nya. (Meade,
2004, halaman 383) Iman ini mengakibatkan anak-anak-Nya tidak terlebih
dahulu berusaha keras untuk menggapai iman dan perkenanan Allah, tetapi
menyerahkan keseluruhan hidup mereka kepada Tuhan yang menganugerahkan
iman. Dengan kata lain, di dalam tahap iman awal/mula-mula ini, Allah bertindak
aktif 100% menganugerahkan iman dan manusia pilihan-Nya bertindak pasif
100% hanya sebagai penerima anugerah iman dari Allah. Mengapa manusia
pilihan-Nya harus bertindak pasif 100% ? Karena mereka tidak pernah sanggup
dapat melepaskan diri dari dosa apalagi dapat memilih iman yang benar di
dalam Kristus. Kerusakan total manusia mengakibatkan manusia tidak dapat
memiliki keinginan dan motivasi yang beres dan memuliakan Allah. Hati, pikiran,
keinginan, emosi, perkataan, sikap dan seluruh keberadaan mereka rusak total
akibat dosa seperti noda teh atau minuman soda yang mengenai baju yang kita
pakai. Kalau kita mau membersihkan noda kotor di baju kita, apakah baju itu
dapat membersihkan dirinya sendiri ? TIDAK. Hanya sesuatu atau Pribadi di luar
baju itu yang dapat melakukannya, itulah manusia yang menggunakan deterjen
pemutih untuk menghilangkan noda tersebut. Demikian pula, noda itu adalah
dosa dan baju itu adalah diri kita. Apakah mungkin jika baju itu dapat
membersihkan noda yang menempel padanya ? Tidak. Demikian juga, manusia
yang berdosa tidak mungkin dapat lepas dari masalah dosanya. Satu-satunya
jalan keluar adalah membiarkan Allah menganugerahkan iman kepada kita di
dalam Kristus yang telah menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Inilah
yang saya sebut sebagai tindakan manusia pilihan-Nya yang pasif (tindakan
manusia hanya pasif menerima). Lalu, apakah iman hanya berhenti sampai di
sini saja ? Tidak. Karena iman bukan saja berhenti pada iman yang merupakan
anugerah Allah untuk keselamatan, tetapi iman itu terus bertumbuh. Itu adalah
pertumbuhan iman. Iman yang terus berhenti hanya di tataran untuk
keselamatan dari dosa saja, itu bukan iman yang bertumbuh. Iman yang
bertumbuh adalah iman yang berada di dalam proses terus-menerus bersama
dan di dalam jalur Allah melalui firman dan Roh-Nya yang kudus. Di sini, saya
mengaitkan konsep progressive faith dengan progressive sanctification and
progressive knowledge in Christ. Iman yang terus-menerus pasti berkait dengan
pengudusan terus-menerus ditambah pengetahuan terus-menerus di dalam
Kristus (progressive knowledge in Christ). Iman yang bertumbuh adalah iman
yang terus-menerus menghendaki hidup kudus sebagaimana Allah yang
memanggil umat-Nya adalah Allah yang Kudus, dan kemudian, iman itu juga
bertumbuh di dalam pengetahuan yang melimpah di dalam Kristus. Aspek afeksi
dan rasio harus berjalan secara seimbang di dalam iman yang bertumbuh.
Pertumbuhan iman inilah yang diajarkan oleh Paulus di dalam suratnya kepada
jemaat di Efesus pasal 4 ayat 13-15, sampai kita semua telah mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan
penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,
sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa
angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih
kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
Kata iman baik di dalam Roma 1:17 dan Efesus 4:13 memiliki arti yang sama di
mana kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani pistis yang berarti
kesetiaan/fidelity. Jadi, iman yang bertumbuh sama dengan sebuah kesetiaan
yang terus-menerus kepada Allah dan firman-Nya sehingga, kata Paulus, kita
tidak mudah diombang-ambingkan oleh angin pengajaran yang menyesatkan
kita, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih yang
bertumbuh di dalam Kristus sebagai Kepala.Melalui Efesus 4:13-15, kita belajar
beberapa aspek dari iman yang bertumbuh, yaitu pengetahuan yang benar
tentang Anak Allah, kedewasaan penuh yang bertumbuh dan adanya kasih.
Aspek pengetahuan (knowledge) tidak pernah dihilangkan dari konsep
pertumbuhan iman, tetapi herannya banyak gereja kontemporer yang pop justru
menghilangkannya dan mengatakan bahwa roh kudus melawan rasio. Iman
yang bertumbuh tanpa melibatkan unsur penundukkan pengetahuan kita di
bawah Kristus (pengetahuan yang benar tentang Kristus), maka iman itu pasti
berhenti dan seperti iman anak-anak yang selalu ingin minum susu (suka hal-hal
yang mudah dimakan/diserap, tetapi tidak mau makanan yang keras sebagai gizi
untuk bertumbuh). Tetapi tidak berarti iman yang bertumbuh hanya
berhubungan dengan pengetahuan yang bertumbuh, melainkan juga
berhubungan dengan afeksi rohani yang terus bertumbuh. Afeksi ini meliputi
kekudusan rohani kita, peka terhadap gerakan Roh Kudus yang mencerahkan
hati dan pikiran kita, dll yang memimpin kita untuk tumbuh dewasa di dalam
iman di dalam Kristus. Afeksi ini dapat dibuktikan tatkala kita menghadapi
penderitaan, penganiayaan, pengucilan dari masyarakat, penghinaan,
pemfitnahan, dll. Di situlah baru kita dapat merasakan bahwa iman kita dapat
bertumbuh, tatkala kita peka akan gerakan Roh-Nya yang memimpin hati dan
pikiran kita untuk tetap taat dan setia kepada-Nya. Di dalam afeksi yang
bertumbuh, ada penundukkan diri secara mutlak di bawah Kristus, sehingga
iman kita dapat terus bertumbuh dan kita terus-menerus menjadi sempurna
menuju ke arah Kakak Sulung kita, Tuhan Yesus Kristus. Lalu, apakah di dalam
iman tahap kedua ini mengandung 100% unsur jasa baik manusia ? TIDAK.
Iman selama-lamanya tetap adalah anugerah Allah. Tetapi pada tahap kedua
dari iman ini, iman dapat bertumbuh melalui pengenalan akan Allah dan firman-
Nya. Dengan kata lain, manusia tidak lagi pasif dikontrol oleh Allah seperti robot,
tetapi manusia bertindak aktif beriman di dalam-Nya, setia kepada-Nya sesuai
pimpinan dan tuntunan dari Roh Allah dan Firman-Nya. Di sini, ada tanggung
jawab manusia (pilihan-Nya), meskipun tidak berarti iman pada tahap pertama
tidak menuntut tanggung jawab manusia. Ini yang saya sebut sebagai Tuhan
sebagai Obyek Iman (tempat di mana kita melabuhkan iman kita satu-satunya).
Oleh karena itulah, di akhir ayat ini, Paulus menyimpulkan, Orang benar akan
hidup oleh iman. Siapakah orang benar di dalam kesimpulan ini ? Tentu
mereka yang sudah dibenarkan Allah di dalam Kristus (umat pilihan-Nya),
sehingga mereka pasti dapat hidup oleh iman. Mengapa mereka bisa hidup oleh
iman ? Tentu karena Allah yang memimpin dan menuntun hidup mereka
sehingga mereka tetap beriman. Adam Clarke di dalam Adam Clarkes
Commentary on the Bible memaparkan dua arti dari pernyataan orang benar
akan hidup oleh iman yaitu, pertama, That the just or righteous man cannot
live a holy and useful life without exercising continual faith in our Lord Jesus:
which is strictly true; for He only who has brought him into that state of salvation
can preserve him in it; and he stands by faith. Dan kedua, It is contended by
some able critics that the words of the original text should be pointed thus:
? ?? ??????? ?? ???????, ???????. The just by faith, shall live; that is, he alone that
is justified by faith shall be saved: which is also true; as it is impossible to get
salvation in any other way. Dalam pengertian pertama, orang benar akan hidup
oleh iman berarti orang benar tidak dapat hidup kudus atau memiliki kehidupan
yang berarti jika tidak melatih iman yang terus-menerus di dalam Tuhan kita
Yesus. Jadi, iman yang tidak bertumbuh tidak mungkin menghasilkan kekudusan
hidup dan makna hidup sejati. Seperti yang sudah saya kemukakan di atas,
bahwa iman yang bertumbuh adalah iman yang salah satunya berhubungan
dengan pengudusan terus-menerus. Dalam pengertian kedua, Adam Clarke
memaparkan bahwa sebenarnya terjemahan ini bukan orang benar akan hidup
oleh iman tetapi orang benar oleh iman akan hidup sebagaimana Habakuk 2:4
memaparkan, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya. Jadi,
intinya bukan hidup oleh iman, tetapi orang benar oleh iman dapat hidup (dan
diselamatkan). Orang benar dapat hidup ketika beriman, sedangkan jika mereka
tidak beriman, mereka pasti tidak dapat hidup, karena iman sesungguhnya
bukan kepercayaan diri tetapi mempercayakan diri dan setia kepada Allah
sebagai satu-satunya Sumber Hidup. Albert Barnes di dalam Albert Barnes Note
on the Bible memaparkan, In Habakkuk this means to be made happy, or
blessed; shall find comfort, and support, and deliverance. So in the gospel the
blessings of salvation are represented as life, eternal life. Sin is represented as
death, and man by nature is represented as dead in trespasses and sins, Eph 2:1.
The gospel restores to life and salvation, Joh 3:36; Joh 5:29, Joh 5:40; Joh 6:33,
Joh 6:51, Joh 6:53; Joh 20:31; Act 2:28; Rom 5:18; Rom 8:6. Hidup ini berarti
hidup yang diberkati dan bersukacita, menemukan kenyamanan. Jadi, ketika
orang benar oleh imannya dapat hidup berarti orang itu oleh imannya dapat
menemukan kesukacitaan sejati, berkat sejati, kedamaian sejati dan hidup kekal.
Inilah efek/akibat iman yang didapatkan oleh umat pilihan-Nya ketika mereka
sungguh-sungguh beriman di dalam Kristus. Mereka mungkin sering mengalami
aniaya karena nama Kristus, tetapi mereka tetap bersukacita di dalam iman
mereka yang tidak bisa digantikan oleh kesuksesan materi atau kesenangan
duniawi lainnya.
Hari ini, sudahkah kita menemukan Subyek dan Obyek iman sejati sehingga kita
dapat hidup di dalamnya ? Sudahkah iman kita bertumbuh dan dibangun di atas
Kristus dan firman-Nya ? Maukah kita kembali kepada Kristus saat ini, mengenal-
Nya dan memuliakan-Nya melalui hati, pikiran, perkataan dan perbuatan kita
yang telah dikuduskan-Nya ? Amin.
__________________