Anda di halaman 1dari 3

Nama : James Sahat Tua Simatupang

NIM : 13. 2819

M. Kuliah : Teologi Sosial

Dosen : Pdt. Dr. Riris J. Siagian

SEJARAH EKLESIOLOGI

Pendahuluan

Selama gejera berada di dunia ini, anggota-anggota bergumul mengenai keberadaan mereka di dunia.
Banyak tantangnyan yang mereka hadapi untuk mengenal gereja yang sesungguhnya dalam pribadi tiap
orang pada saat itu. Hasil pergumulan pada saat itu menjadi bekal mereka dikemudian hari untuk
pengembangan gereja. Oleh karena itu, pengenalan akan sejarah gereja sangatlah penting diketahui oleh
seluruh jemaat sebab ini berarti kita menjunjung tinggai tradisi iman yang sudah dimulai orang-orang
terdahulu kita. Teori dan teoogi selalu berkaitan erat dengan praktek, mencerminkan dan mencoba
mengarahkan kehidupan gereja sebagai persekutuan orang percaya. Hanya kalau kita mampu melihat
eklesiologi sebagai ungkapan gereja yang hidup, maka penelitian sejarah gereja dapat memperkaya kita
yang hidup dalam gereja sekarang.

Dalam teologi sistematis dibedakan beberapa segi dalam gereja, yakni:

 Segi Objektif : Gereja dilihat sebagai tempat dimana manusia bertemu dengan keselamatan yang
diberikan Allah kepadanya dalam Yesus Kristus. Gereja sebagai institusi yang mengantar manusia
kepada keselamatan.

 Segi Subyektif : Gereja juga sebagai persekutuan orang-orang percaya yang ingin beribadah kepada
Allah. Gereja tempat ungkapan iman orang percaya.

 Segi apostoler : gereja tidak hanya menjadi jembatan bagi antara Allah dan orang percaya, tetapi juga
jembatan bagi dunia.

Dalam bacaan ini, disajikan beberapa pengenalan, perkembangan eklesiologi itu sendiri.

Isi

Permulaan sejarah gereja didokumentasikan dalam Perjanjian Baru, sehingga Perjanjian Baru
menjadi sumber utama untuk mengenal zaman pertama gereja. Masalah yang paling menonjol dalam
Perjanjian Baru adalah bagaimana menentukan gereja sebenarnya, seperti siapa yang boleh dianggap
anggota gereja dan siapa yang tidak. Disisi lain, awal mula gereja dalam pada zaman Perjanjian Baru bahwa
ajaran dan tata gereja ditentukan oleh seorang penatua.
Dari Perjanjian Baru ke Gereja Kuno (Abad I – II)

Pengenalan mengenai perkembangan eklesiologi pada zaman sesudah Perjanjian Baru dapat
ditemukan dari tulisan bapa-bapa rasuli, seperti Didakhe ( ± 95 ), surat Klemes dari Roma (± 96), dan surat-
surat Ignatius, uskup Antiokhia (± 110), tulisan-tulisan teolog pada zaman Martyr, tulisan Irenaus (± 140-
202). Gereja pada awalnya adalah lebih mengacu dalam aspek pelembagaan ( instutusional) yakni gereja
dipimpin oleh orang-orang uskup yang dipilih dari majelis. Orang-orang kristen tidak hanya merasa satu
iman bersama bahwa Yesus Kristus keselamatan Allah telah datang dalam dunia, tetapi juga gereja. Gereja
menjadi pengikat antara semua orang Kristen. Dalam zaman ini, orang Kristen mengangapa dirinya adalah
Israel baru. Perayaan perjamuan kudus dianggap sebagai puncak dari kebaktian Kristen. Irenaeus
mengatakan bahwa dalam gerejalah tubuh Kristus dan Isral baru, tempat kediaman Roh Kudus, kita berada
dalam hubungan dengan Kristus , Roh dan Kebenaran. Hal ini hanya dapat ditemui dalam gereja Katolik dan
Am

Eklesiologi Dalam Gereja Kuno Sebelum Agustinus

Eklesiologi pada akhir abad II sampai abad IV sangat berkaitan dengan gnostik dan bidat-bidat lain.
Gereja harus mempertahankan diri sebagai satu-satunya yang memiliki kebenaran. Konfrontasi dengan
kelompok-kelompok yang menekankan kesucian harus dipelihara oleh para anggota gereja dan para pejabat
gereja. Pada zaman ini aliran Gnostik sangat mempengaruhi eklesioligi, karena mereka memaksakan gereja
untuk menjelaskan mengapa gereja Katolik dan am saja yang dapat menjamin keselamatan. Pada akhirnya,
keangotaan gereja tidak lagi ditentukan oleh penerimaan ajaran rasuli yang diajarakan uskup, pengganti
rasul, tetapi oleh ketaatan kepada uskup

Agustinus dan Pertikaian Dengan Donatisme

Gereja adalah tempat di mana manusia diselamatkan ditengah dunia yang penuh dengan kejahatan,
sorga dunia.Gereja adalah tempat dimana orang-orang percaya menerima, dalam, Perjamuan Kudus, tubuh
dan darah Kristus, sehingga mereka yang fana memperoleh bagian dalam ketidakfanaan dalam Kristus.
Dalam perjamuan kudus manusia menjadi satu dengan Kristus. Pemahaman inilah yang menentukan
Eklesiologi di gereja-gereja Timur.

Perpecahan yang terjadi dalam di Afrika Utara menjadi awal Donatisme, dimana kaum donatis mengangap
bahwa gereja hanya dapat disebut suci kalau kesucian itu terlihat nyata dalam kehidupan semua jemaat dan
para pejabatnya. Ef. 5: 27, suatu nas yang mereka gunakan untuk berbicara tentang kesucian yakni gereja
harus hidup tanpa cacat.

Agustinus bertolak dari gagasan-gagasan kaum Donatis yakni gereja hidup tanpa cacat. Dia membuka
pemahaman tentang gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan. Geraeja sebagai tubuh Kristus
yang sesuatu yang rohani dan tidak kelihatan, menampakkan diri sebagai gereja yang kelihatan di dunia ini.
Manusia terdiri dari orang –orang baik dan orang-orang jahat, Allah yang akan menghakimi tiap orang pada
saatnya sehingga tidak ada larangan bahwa yang boleh masuk ke gereja hanya orang kudus dan baik saja.

Eklesiologi Abad Pertengahan ( 590 - ± 1500)

Gereja adalah persekutuan orang percaya. Gereja dilihat sebagai lembaga dimana para pejabat dan
atau kaum klerus membagikan keselamatan kepada kawanan kaum awam. Jabatan uskup adalah jabatan
tertinggi pada gereja kuno yang melambangkan dirinya sebagai keesaan gereja. Pada awal Abad
Pertengahan paus berusaha keras untuk memainkan peranan penting di Eropa, Gereja yang didirikan sangat
berkaitan dengan struktural keaagamaan Roma. Sebagai hasil hubungan Paus dan Negara, maka mereka
menggangap bahwa Paus tidak bisa menjadi pimpinan tertinggi dalam negara, sehingga para pejebat tinggi
negara menjadi mengambil peranan politik gereja.

Kesimpulan

 Gereja merupakan kumpulan orang-orang yang percaya kepada Yesus.

 Tidak ada larangan bagi siapapun yang masuk ke dalam gereja baik dia orang baik atau orang jahat.

 Segi Objektif : Gereja dilihat sebagai tempat dimana manusia bertemu dengan keselamatan yang
diberikan Allah kepadanya dalam Yesus Kristus. Gereja sebagai institusi yang mengantar manusia
kepada keselamatan.

 Segi Subyektif : Gereja juga sebagai persekutuan orang-orang percaya yang ingin beribadah kepada
Allah. Gereja tempat ungkapan iman orang percaya.

 Segi apostoler : gereja tidak hanya menjadi jembatan bagi antara Allah dan orang percaya, tetapi juga
jembatan bagi dunia.

Refleksi

Pada zaman sekaranng banyak orang yang malas untuk ke gereja. Alasan yang paling fatal adalah karena
mereka menganggap dirinya adalah orang-orang yang belum layak di hadapan Allah sebab dosa mereka
sangat banyak. Perbuatan manusia cenderung tidak berubah ke arah lebih baik. Disisi lain, gereja sekarang
sudah ikut serta dalam bagian politik negara, dan bahkan gereja sudah dikuasai politik luar, karena
kebutuhan uang untuk prastruktur. Kenapa manusia harus takut beribadah hanya karena perbuatan?
Bukankah Tuhan yang akan menghakimi tiap manusia pada zamannya?

Anda mungkin juga menyukai