Anda di halaman 1dari 8

Nama : Angelyn N. R.

Tarihoran
Tingkat/Jurusan : III-C/Teologi
Mata Kuliah : Kateketika
Dosen : Dr. Setia Ulina Tarigan

Kateketika
Kateketika atau katekisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu Kathein yang diartikan
pelajaran. Istilah ini sudah lama dipakai untuk pelajaran yang diberikan kepada siapa saja yang
mau menerima dan mengakui iman Kristen.1 Kateketika adalah wadah pembinaan dan
pendidikan umat gereja untuk kelak mengakui imannya dihadapan Allah dengan disaksikan oleh
jemaat-Nya.2 Kateketika adalah pelajaran agama, dalam hal ini agam Kristen atau iman Kristen,
kateketika atau katekisasi berarti mendalami firman Tuhan yang dituliskan dalam Alkitab dan
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan gereja dan orang Kristen.3
Dapat kita katakan bahwa tujuan kateketika adalah belajar percaya secraa kognitif,
dengan mempelajari semua yang di firmankan Tuhan, suatu saat sang murid akan merasa
terpanggil oleh Tuhan, tangan Tuhan yang meyakinkannya perihal keselamatannya, mengajarkan
kepercayaan secraa efektif. Tekanan diberikan pada pengetahuan yang pasti yang terutama pada
kepercayaan yang teguh, sehingga melalui katekese seorang diyakinkan bahwa badan dan jiwa
sesama hidup maupun sesudah mati adalah milik Kristus dan juga alat Roh Kudus untuk
mengajarkan ajaran Kristus.4
Kateketika dalam Perjanjian Lama
Salah satu pelayanan yang paling tua dan yang paling banyak dipakai oleh gereja-gereja
adalah pelayanan kateketika. Kateketika dikatakan sebagai pelayanan yang paling tua
dikarenakan kateketika gerejawi berasal dari Israel. Dalam Perjanjian Lama (Ul. 6:20-25; Mzm.
78:1-7) kita membaca bahwa kepada orang tua ditugaskan untuk memberikan pengajaran tentang
perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Mereka harus memberikan kepada anak-anak mereka apa
yang telah mereka dengar dari orangtua mereka. Tradisi ini diteruskan dari geenrasi ke generasi.
Sekitar permulaan abad pertama ternyata telah ada sekolah-sekolah yang didirikan oleh jemaat-
jemaat Yahudi. Pengajaran diatur menurut umur anak-anak:
1. Umur 6-7 tahun : pengajaran elementer, yaitu belajar nas torah
2. Umur 10 tahun : pengajaran yang sebenarnya (misyna)
3. Umur 12-13 tahun : wajib menuruti syariat Yahudi (mitswoth).5

1
R.J. Porter, Katekisasi Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2000), 1.
2
F.C. Lewier, Kateketika, (Jakarta: Departemen, 1998), 1.
3
GKPI, Buku Katekisasi Sidi, (Pematang Siantar: KOLPORTASE GKPI, 2016), 9.
4
G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta: Litindo, 1998), 145.
5
J.L. Ch. Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 1-2.
Kateketika dalam Perjanjian Baru
a. Kathekein
Kata atau istilah ini berarti, memberitakan, memberitahukan, mengajar, memberi
pengajaran, (Kis. 21:21; 21:24; Luk.1:4; Rom. 2:17-18), dari ayat-ayat tersebut dapat
disimpulakn bahwa katekhein itu mempunyai rupa-rupa arti. Arti mengajar lebih
menonjol, tetapi di dalam pengertian bukan intelektualitas, melainkan dalam pengertian
praktis.
b. Didaskein
Kata atau istilah ini berarti mengajar dengan suatu tujuan yang tertentu. Yaitu
mengajar supaya orang yang diajarkan itu melakukan apa yang diajarkan kepadanya
(Mat.4:23; 26:25; Kol. 1:28; 3:16) dalam ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa
“didaskein” itu terarah keseluruh manusia, bersifat sangat praktis, karena yang paling
penting ialah pemahaman dan penghayatan akan perbuatan-perbuatan penyelamat Allah.
c. Ginoskein
Arti dasar dari istilah ini adalah; mengenal, belajar mengenal. Dalam dunia
pemikiran Yunani ginoskein terutama bersifat intelektualitas dan dapat berarti;
mengatahui sesuatu, mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang nyata (Ul. 11:2;
Hos. 4:6; 1 Kor. 10:5; Gal. 4:8-9; Yoh. 17:3). Kesimpulannya ialah kata ginoskein berarti
pengetahuan (pengenalan) yang manusia peroleh tentang kehendak Allah karena
pergaulan yang intim dengan Dia, dan yang menyatakan diri.
d. Manthanein
Kata atau istilah ini punya kaitan erat dengan “belajar”. Dari arti umum kata atau
istilah ini mengindikasikan suatu proses rohani, dimana orang mencapai sesuatu bagi
dirinya untuk perkembangan kepribadiannya (Mat. 9:13; Ibr. 5:7-8; Ef. 4:20-32).
Kesimpulannya adalah bahwa manthanein adalah kata yang tetap antara murid-murid dan
Yesus sebagai Tuhan yang hidup, yaitu Tuhan yang memanggil mereka untuk
mengikutNya dan melakukan apa yang Ia ajarkan kepada mereka.
e. Paideuein
Memberikan bimbingan kepada anak-anak, supaya mereka dalam dunia orang
dewasa dapat menempati posisi mereka. Kata Paideuein dalam arti juga umpanya dalam
Imamat 20:26. Dalam nats ini pendidikan adalah hal pengudusan. Pendidikan disini
merupakan pelajaran untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan sebagai pemilik umat-
Nya. Tujuan taurat ialah mengajar, menuntun dan menjaga manusia dalam hidupnya
sebagai umat Allah.6
Bahan-bahan Kateketika
Sejak dahulu Alkitab menempatkani tempat yang sentral dalam pelayanan
katekese. Alkitab sebagai salah satu bahan yang paling penting di dalam gereja-gereja
baik di gereja di Indonesia maupun di Gereja Barat. Alkitab bukanlah buku yang kecil.
Alkitab adalah buku yang besar dan tebal, yang terdiri dari banyak kitab dan surat. Oleh

6
G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta: Litindo, 1998), 21-29.
karena itu banyak orang yang bertanya tentang Alkitab yang digunakan dalam pelayanan
kateketika. Ada beberapa penting tentang Alkitab:
a. Alkitab adalah buku pemberitahuan
Perbuatan-perbuatan Allah yang besar di dalam sejarah. Alkitab tidak memuat ide-ide
dan pikiran-pikiran manusia, yang tidak ada hubungannya dengan perbuatan-
perbuatan Allah yang besar itu.
b. Yang dimaksudkan dengan perbuatan-perbuatan Allah yang besar ialah bukan semua
perbuatan yang kita baca dalam Alkitab, tetapi hanya perbuatan-perbuatan Allah yang
berhubungan dengan karya penciptaan, karya pemeliharaan, karya pembebasan atau
penyelamata-Nya.
c. Susunan Alkitab sebagai buku. Susunan ini mempunyai arti theologisyang penting
bagi struktur pemberitaan Gereja.
d. Kewibawaan Alkitab. Kewibawaan berita yang terdapat di dalamnya. Kewibawaan
Alkitab sangat erat terjalin dengan kewibawaan sebagai buku yang memberikan karya
penyelamatan Allah.7
Pengajaran tentang iman Kristen erat berhubungan dengan “berita Alkitab”. Pengajaran
itu adalah rangkuman dogmatis dari apa yang kit abaca dalam PL dalam PB. Pengajarn ini
merupakan suatu bagian yang tetap dari bahan-bahan katekese. Sebagai dasar dari pengajaran ini
gereja-gereja biasanya menggunakan konfesi-konfesi (pengakuan Iman) yang dimiliki. Salah satu
dari konfesi-konfesi yang di gunakan semua gereja sebagai dasar dari pengajaran adalah
Apostolicium (Pengakuan Iman Rasuli).8
Metode Pengajaran
Yesus memiliki banyak metode belajar yaitu sebagai berikut:
- Ceramah
Dengan metode ceramah Yesus berusaha menyampaikan pengetahuan kepada murid-
murid-Nya atau menafsirkan pengetahuan tersebut. Melalui itu Ia mengharapkan dua
tanggapan dari para pendengar-Nya pengertia mendalam dan perilaku baru.
- Bimbingan
Yesus mengajarjuga melalui bimbingan. Dalam Matius 10 misalnya, keduabelas murid
telah menerima petunjuk dari Yesus untuk mengusir Roh-roh jahat, melenyapkan segala
penyakit dan segala kelemahan serta memberitakan bahwa “Kerajaan Sorga sudah
dekat”.
- Menghafalkan
Meskipun tidak ada perintah khusus dari Yesus agar murid-murid-Nya menghafalkan
ayat-ayat tertentu dari Kitab Suci, namun kepentingannya jelas sekali bagi Yesus pribadi.
Sering juga sesudah Yesus mengajarkan sesuatu Ia condong mengikhtisaran isinya dalam
suatu ucapan yang gampang dihafal, contohnya: Matius 12:8, 9;12 dan Markus 10:45.
- Perwujudan

7
J.L. Ch. Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 126.
8
Ibid, 132.
Meskipun metode perwujudan ini adalah khas Matius, namun contohnya diberikan oleh
Yesus sendiri. Melalui pengajaran-Nya Yesus mengatakan bahwa Israel telah terwujud
dalam diri pribadi-Nya sebagai Hamba Tuhan yang menderita. Perwujudan itu lebih
mendalam artinya daripada melalui teknik memainkan peranan, sebab yang terakhir ini
hanya berlaku untuk waktu yang sementara saja, sedangkan dengan perwujudan-Nya
Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa pribadi-Nyalah pernyataan yang
baru itu dan bukan hanya pengajaran-Nya. Ia mengajar apa yang Ia adanya.
- Dialog
Metode ini banyak sekali contohnya dalam keempat injil. Dialog memainkan peranan
yang penting pada wkatu Yesus mengajar. Yesus sering mengajukan pertanyaan yang
baru sebagai tanggapan-Nya atas pertanyaan yang sebelumnya yang diajukan kepada-
Nya.
- Studi Kasus
Melalui studi kasus Yesus menggariskan seluk-beluk salah satu kasus sebagian dari
pengalaman seorang tertentu, dan mengundang para pelajar memanfaatkan akal dan
imannya. Melalui studi kasus para pendengar-Nya didorong untuk memikirkan inti
persoalan dan bagaimana memecahkannya. Segala pernyataan Yesus sendiri tidak
menjawabnya secara langsung.
- Perjumpaan
Di sini Yesus tidak bercerita. Ia memprakarsai pertanyaan yang pribadi dan besar sekali
maknanya. Metode perjumpaan banyak dipakai oleh Yesus contohnya: Matius 16:13,
Lukas 14:3, Yohanes 9:35.
- Perbuatan Simbolis
Pada awal pelayanan Yesus di depan umum, Ia dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis, ini
menimbulkan banyak pertanyaan namun ternyata Yesus ingin mengajar murid-murid-
Nya melalui perbuatan simbolis ini. Jadi baptisan-Nya merupakan lambang kesengsaraan
nanti dan melalui lambang baptisan itu Yesus mengajarkan perlunya solider dengan
semua orang lain, dan bahwa solidaritas itu hanya dapat dinyatakan sebagai hamba yang
merendahkan diri dan yang menderita.9
Jenis-jenis Kateketika
1. Kateketika Gereja
Tentang katekese gerejawi bahwa sesudah pembuangan ke Babel hidup
keagamaan orang-orang Yahudi di Palestina dan di luar Palestin berpusat dalam rumah-
rumah ibadah. Rumah-rumah ibadah dimaksudkan sebagai “rumah-rumah pengajaran”
bagi rakyat. Maksudnya rumah-rumah pengajar, dimana rakyat diajar dalam pengetahuan
tentang Torah. Pengajaran ini seperti yang telah kita katakan disitu terdiri dari pengakuan
iman. Dalam abad-abad pertama katekese gereja makin berkembang dan memperoleh
bentuk-bentuk tertentu sebagai katekumenat. Secara kasar katekemunat gereja purba

9
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1991), 71-76.
terdiri dari dua bagian atau tingkat. Bagian atau tingkat pertama ialah bagian katekumin-
katekumin (pengikut-pengikut), dan yang kedua adalah calon-calon baptisan.
2. Kateketika Keluarga
Menurut kesaksian Perjanjian Lama, keluarga (rumahtangga) adalah tempat yang
mula-mula, dimana pendidikan dan bimbingan agama diberikan. Disitu orangtua
berfungsi sebagai pengajar-pengajar (guru-guru) yang pertama. Pada waktu-waktu yang
orangtua terutama ayah sebagai rumah keluarga mengumpulkan anak-anak mereka dan
anak-anak lain untuk memberikan kepada mereka pengajaran-pengajaran tentang hukum-
hukum Allah. Pengajaran dalam pendidikan ini adalah “bentuk purba” dari pelayanan
katekese pemberitaan tentang perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Oleh karena itu
pemberitaan ini umat Allah dibina menjadi umat yang baik, yang taat kepadaNya.
Pengajaran itu berlangsung secara lisan dalam keluarga-keluarga Israel. Yang penting
kita catat disini adalah dari mulanya pendidikan agama dari keluarga adalah suatu bentuk
katekese yang egitim. Namun jenis katekese ini sekarang telah hilang.
3. Kateketika Sekolah
Tentang katekese gerejawi bahwa sekitar permulaan abad pertama rupanya telah
ada sekolah-sekolah yang didirikan jemaat-jemaat Yahudi, dimana anak-anak kecil
mendapat pelajaran dari guru-guru torah. Pengajaran ini yaitu untuk mengetahui arti dan
makna torah bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Ia mempunyai hubungan
dengan kebiasaan-kebiasaan hidup Yahudi, yang merupakan latar belakangnya. Sejak
kecil anak-anak telah dibiasakan untuk menaati peraturan-peraturan agama. Pengajaran
(membimbing) diatur menurut umur anak-anak. Pada umur 6-7 tahun mereka mulai
pengajaran dengan elementer yaitu belajar membaca, membaca nats torah kira-kira pada
umur 10 tahun mereka mulai dengan pengajaran yang sebenarnya atau misyna. Pada
waktu itu pengajaran agama terutama diberikan di sekolah-sekolah Kristen. Perhatian
gereja-gereja kita terhadap pengajaran ini tidak sama, ada yang cukup besar tetapi ada
juga yang tidak.10
Kurikulum
Dalam katekisasi biasanya memiliki kurikulum seperti pada gereja GPIB melalui
ketetapan sidang sinode XIV 1986. Kurikulumnya memiliki kurang lebih 48 kali pertemuan
dalam enam pokok bahasan yang setiap akhir sub pokok pembahasan akan ada evaluasi rutin
sebelum peneguhan. Lamanya seorang Katekisan menjalani masa ini tergantung pada peraturan
gereja tempat ia berkatekisasi. Berikut pokok bahasan yang biasa digunakan:
Pembinaan Warga Gereja
 Sejarah Katekisasi
 Katekisasi dan Sidi dalam lingkup gereja
 Evaluasi
Alkitab
 Sejarah penulisan Alkitab

10
F.C. Lewier, Kateketika, (Jakarta: Departemen, 1998), 14-16.
 Fungsi
 Struktur pembagian Perjanjian Lama
 Tema-tema Perjanjian Lama
 Struktur pembagian Perjanjian Baru
 Tema-tema Perjanjian Baru
 Evaluasi
Ajaran Gereja
 Sejarah pengakuan iman dan pemahaman iman
 Ke-tritunggal-an Allah
 Allah Bapa
 Yesus Kristus
 Roh Kudus
 Kerajaan Allah
 Manusia
 Dosa, Anugerah, Pengampunan, Pertobatan dan Hidup Baru
 Pengertian Sakramen
 Sakramen Baptisan
 Sakramen Perjamuan
 Manusia dan Lingkup Hidup
 Pemberdayaan sumber daya insani
 Pemahaman Iman
 Evaluasi
Konteks Gereja
 Panggilan dan pengutusan Gereja
 Gereja dan Negara
 Sejarah Gereja Umum
 Sejarah Gereja di Indonesia
 Gerakan ke-esaan
 Aliran-aliran disekitar dan di dalam Gereja
 Sejarah Gereja (GPIB, GKP, HKBP, dll)
 Struktur dan penatalayanan Gereja
 Fungsionaris Pelayanan Gereja
 Evaluasi
Ibadah dan Berdoa
 Ibadah persekutuan
 Doa, Puasa, dan Reatreat
 Nyanyian Ibadah dan Musik Gereja
 Hari-hari raya Gereja
Tata Ibadah
Simbol, perangkat dan penunjang ibadah
Evaluasi
Kapita Selekta
 Mengenal Agama dan Kepercayaan lain di Indonesia
 Etika pergaulan
 Perkawinan
 Rumah tangga
 Etos kerja
 Evaluasi
Akhir dari proses Katekisasi, peserta katekisasi akan menerima Peneguhan Sidi atau
peneguhan atas pengakuan iman percaya mereka. Menurut R. J. Porter peneguhan sidi adalah
peneguhan yang bukan sakramen tetapi berkaitan dengan sakramen-sakramen. Baptisan
dewasa dilayankan bersama peneguhan sidi. Baptisan usia anak kemudian dilanjutkan
dengan sidi, maka hal ini peneguhan sidi adalah kesempatan untuk mengakui iman di
hadapan jemaat sebagai pernyataan, bahwa janji orang tua telah ditepati dan sang anak
percaya kepada Yesus Kristus. Melalui peneguhan sidi, seseorang diterima sebagai anggota
jemaat yang bertanggung jawab untuk mengambil bagian dalam pelayanan jemaat, dan
diijinkan dalam perjamuan kudus.11
Tujuan Kateketika
1. Mendidik (membina) anak-anak supaya mereka bisa berpartisipasi dalam hidup dan
pelayanan Gereja pada Allah.
2. Katekese: Pengajaran tentang Allah dan PerjanjianNya, pengajaran tentang Yesus Kristus
dan pengajaran tentang pimpinan dan berkat bahwa Roh Kudus memimpin para
katekesan dalam pelayanan katekese. Roh Kudus memakai katekese untuk memuliakan
Kristus dalam jemaat.
3. Supaya anak-anak muda mengenal Allah dalam kehidupan mereka. Yang penting bukan
pengenalan yg banyak tentang Alkitab dan Gereja, tetapi tentang pengenalan akan Allah
sebagai Allah, Allah perjanjian. (Allah yg mengikat perjanjian dengan umat-Nya yg dia
bebaskan dari perbudakan dosa).
4. Bimbingan bukan saja kepada anak-anak muda tetapi juga semua anggota jemaat untuk
memperlengkapi mereka bagi suatu hidup yg bertanggung jawab di dalam dunia.
5. Supaya anak-anak muda dapat mengenal Allah dengan begitu Rupa, sehingga mereka
bisa hidup bersama-sama dengan Tuhan.
6. Pemberian pengetahuan (hal-hal pokok isi Alkitab, ajaran Gereja, yg berasal dari Alkitab,
garis-garis besar tentang gereja, tentang pelayanan dan sejarahnya).
7. Pendidikan (pembinaan) anggota-anggota jemaat untuk menyadari tugas mereka di dalam
Gereja.

11
https://id.wikipedia.org/wiki/Katekisasi, diakses pada tanggal 13 Februari 2022, pukul 13:45 WIB.
8. Mendidik anak-anak muda supaya mereka menjadi hamba-hamba Allah yg
bertanggungjawab di dalam dunia. Mereka di tempatkan di tengah-tengah dunia sebagai
saksi dan pelayan Kristus.
9. Penyampaian pengetahuan tentang Allah dari generasi ke generasi. Keselamatan kepada
kita harus disampaikan kepada semua     orang, dari generasi ke generasi, sehingga
katekese mempunyai peranan penting.12
Daftar Pustaka
Abineno, J.L. Ch., Sekitar Katekese Gerejawi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Boehlke, Robert R., Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991.
GKPI, Buku Katekisasi Sidi, Pematang Siantar: KOLPORTASE GKPI, 2016.
Lewier, F.C., Kateketika, Jakarta: Departemen, 1998.
Porter, R.J., Katekisasi Masa Kini, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2000.
Riemer, G., Ajarlah Mereka, Jakarta: Litindo, 1998.

12
G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta: Litindo, 1998), 135.

Anda mungkin juga menyukai