Anda di halaman 1dari 9

Nama : Jisi Benario

Tingkat/ Jurusan : II-C/ Teologia


Mata Kuliah : Hermeneutika PB I
Dosen Pengampu : Dr. Jadiaman Perangin-angin
Tafsiran Kitab Lukas 7: 36-50
Dengan Metode Historis Kritis
I. Pendahuluan
Lukas merupakan Injil ketiga dalam Perjanjian Baru, Injil ini menekankan kenyataan
bahwa Yesus adalah Juruselamat yang menawarkan pengampunan dan penebusan kepada
semua orang, pada Lukas 2 terdapat kisah tentang kelahiran Yesus, inilah yang akan ditafsir
dengan metode historis kritis yaitu dengan metode yang mencoba mendalami teks dalam
Alkitab secara lebih mendalam untuk mencari makana yang sebenarnya dan mengetahui
bagaimana sejarah atau kisah dalam ayat tersebut. Karena dengan memahami konteks
sejarah terjadinya hal tersebut akan sangat membantu penafsir dan pembaca memahami
makna yang terkandung dalam teks tersebut.
II. Pembahasan
2.1. Historis Kritis
2.1.1. Pengertian Historis Kritis
Metode Penafsiran Historis Kritis
2.1.2. Tujuan Historis Kritis
2.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Historis Kritis
2.1.3.1. Kelebihan
2.1.3.2. Kelemahan
2.2. Pengantar Kitab Lukas
2.2.1. Pengertian Kitab
2.2.2. Latar Belakang Kitab
2.2.3. Penulis dan Waktu Penulisan
2.2.4. Tujuan Penulisan Kitab Lukas
2.2.5. Ciri-ciri Kitab Lukas
Struktur Kitab Lukas
2.3. Struktur Kitab Lukas menurut Buku Merril C .Tenney
2.4. Struktur Lukas Menurut Alkitab Penuntun Berkelimpahan1
2.5. Sitz im Leben
2.5.1. Konteks Agama
Agama Yunani kuno melihat ilah-ilah sebagai kekuatan penyeimbang dan yang
mengarahkan. Di zaman Helenisme ada bentuk-bentuk agama atau kepercayaan yang di
yakini untuk mencari makna kehidupan yaitu, filsafat. Pada konteks Lukas di Yerusalem
telah ada agama Yahudi. Karena itu orang Yahudi menganggap sebagai sekte sesaat
walaupunpada perkembangan selanjutnya banyak orang Yahudi menjadi Kristen, tetapi
banyak yang diantara mereka tetap mengikuti kebiasaan atau pola ibadah dan adat istiadat
Yahudi. Selain itu karena dibawah kekuasaan pemerintahan Romawi di daerah Palestina dan
sekitarnya mendapat pengaruh dari agama Romawi, dimana bangsa Romawi menganut
politeisme dan menganggap kaisar adalah titisan dewa, seihngga setiap orang diwajibkan
untuk menyembah kaisar.2
Diantara agama-agama lain dalam negara Romawi pada abad yang pertama,
Yudaisme menempati suatu tempat khusus. Agama ini adalah agama nasional dan berasal
dari bangsa Yahudi, tetapi pengikutnya tidak terbatas di kalangan mereka saja melainkan
banyak anggota baru berasal dari luar. Yudaisme didasarkan pada suatu wahyu dari Allah
yang dituangkan dalam kitab suci yang berisi hukum dan nubuatan para nabi, yang diakui
sebagai firman Allah sendiri pada waktu itu. IA berbicara pada para hamba pilihanNya.
Umat Kristen mula-mula dikenal dengan sebutan “sekte Nasrani” yang dianggap sebagai
suatu cabang dari Yudeaisme, yang dimana dikatakan seperti itu dikarenakan Yesus sendiri
adalah orang Yahudi, lahir dari keluarga Yahudi, disunat sama seperti bocah-bocah Yahudi
lainnya.3

1
…, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2006), 1619.
2
C. Groenon OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, 122.
3
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 101-102.
2.5.2. Konteks Politik
Romawi dibangun pada tahun 735 SM, yang dulunya hanyalah bangunan dari desa-
desa kecil yang dikuasai oleh seorang raja. Tahun 63 SM, negara yahudi ditakhlukkan oleh
Pompeius dan Julius Caesar yang saling memperebutkan takhta kerajaan. Saat itu Julius
Caesar adalah gubernur jenderal dan dia berkuasa di wilayah barat romawi. Sementara
Pompeius berkuasa di sebelah timur romawi. Sehinggga terjadilah perang pada tahun 48 SM
yang dimenangkan oleh Julius Caesar. Kemudian tahun 45 SM, Julius Caesar diangkat oleh
senat menjadi tuan tertinggi di kekaisaran romawi.
Di bawah pemerintahan romawi, benar-benar ditegakkan. Ia memerintah dengan
baik dan bijaksana. Pada tahun 27 SM senat mengangkat Augustus sebagai panglima
tertinggi angkatan bersenjata, artinya bahwa ia mengetahui majelis rakyat dan ditunjukkan
sebagai wakil tetap dari rakyat. Ia diberi hak istimewa untuk mengajukan topik pembahasan
yang pertama dalam persidangan senat dan hak untuk mengadakan rapat. Selama masa
pemerintahan Augustus, diadakan banyak perbaikan. Augustus juga memperbaiki moral
rakyatnya, ia menghidupkan kembali agama negara dan pembangunan kembali banyak
kuil.4
2.5.3. Konteks Sosial Budaya
Dibawah pemerintahan Agustus kesusastraan di Roma bangkit kembali. Penyair
Vergil menjadi pujangga di zaman yang baru itu. Ada seseorang yang bernama Aeneid yang
menuliskan karyanya mengenai Augustus dalam suatu epic tentang petualangan pahlawan
serta asal mula dan tujuan kekaisarannya. Dalam bidang seni, musik, arena, Bahasa, sekolah
semuanya berkembang pada masa itu.5 Kehidupan sosial budaya pada masa itu dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut:
1. Golongan para bangsawan, seperti para pejabat Romawi, pedagang-pedagang yang
berkembang di kota-kota besar seperi di Antiokhia, Efesus, Korintus, sebagai pusat
perdagangan.
2. Golongan menengah, yaitu: para Imam dan rabi dan golongan para budak dan rakyat biasa.
Bagi kalangan Yahudi, golongan atas keluarga para imam dan para nabi.
3. Sedangkan golongan bawah adalah para budak dan rakyat yang terpinggirkan. Kaum budak
merupakan jumlah yang terbesar dalam negara Romawi. Hal ini dikarenakan karena adanya
peperangan, utang-piutang, dan lain-lain. Ini juga yang membuat adanya jurang pemisah
antara golongan atas dan golongan bawah.6

2.5.4. Konteks Ekonomi


Dari satu sisi ekonomi masyarakat sangat maju namun dipihak lain semakin
banyak orang yang melarat, miskin, dan menjadi budak. Para penguasa hidup dalam
kemewahan tetapi rakyat miskin hidup dalam penderitaan. Sering sekali para petani menjadi
korban pemerasan, para tuan tanah dan pengusaha, hal yang membuat orang miskin adalah
tidak tanah dan juga dibebani oleh pajak yang dipungut oleh penguasa dan apabila tidak
dibayar maka para petani akan menjadi budak.7
2.6. Analisa Sumber
Para penulis injil sinoptik dalam menceritakan kisah tentang Yesus menggunakan
sumber, berdasarkan hasil bacaan terhadap beberapa literatur, tradisi lisan merupakan
sumber dasar yang digunakan oleh penulis Injil Sinoptik. Tradisi lisan ini memberian
beberapa keterangan tentang, Yesus mulai dari kelahiran, masa kanak-kanak, kepelayanan,
kematian sampai pada kebangkitan. Keteragan tentang Yesus tersebut diperoleh dari
beberapa orang terdekat Yesus, sedangkan Q (Quelle yang berarti sumber) merupakan
dokumen yang tersusun berdasarkan hasil penelitian dai para ahli pada zaman Yesus. Dala
dokumen Q termuat tentang ucapan-ucapan Yesus. Injil Lukas merupakan Injil yang paling
muda dari antara Injil sinoptik. Dalam Lukas 2. Penulis menjabarkan cerita tentang
kelahiran Yesus dengan menggunakan dua sumber, yaitu tradisi lisan atau dikenal dengan
sumbernya sendiri dan yang kedua Matius. Untuk teks yang menyatakan tentang kelahiran
Yesus di Betlehem, ada kemungkinan bahwa penulis menggunakan Matius.

4
Ibid, 6-7.
5
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 63.
6
Ibid, 60-62.
7
C. Groenon OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, 60.
2.7. Analisa Sastra
Injil Lukas menurut keterangan KIS 1:1 merupakan buku pertama yang disusun oleh
Lukas untuk Teofilus. Dalam Lukas 2:1-20 penulis menggunakan gaya sastra yang bersifat
narasi. Secara keseluruhan isi injil Lukas merupakan satu kesatuan. Namun alur cerita Lukas
2 tidak memiliki hubungan dengan perikop sebelumnya, akan tetapi memiliki hubungan
dengan perikop sesudahnya.
2.8. Analisa Teks
Pada analisa teks, Alkitab yang dipakai adalah Alkitab Bahasa Indonesia (LAI), Pustaka
Si Badia (PSB), New Internasional Version (NIV), New Testament Grek (NTG).
2.8.1. Perbandingan Bahasa
Pada analisa teks, Alkitab yang dipakai adalah Alkitab Bahasa Indonesi (LAI), Alkitab
Bahasa Toba (Bibel), New International Version (NIV), New Testament Greek (NTG).

 Ayat 36:
LAI : Duduk
PSB : Kundul (duduk)
NIV : Reclined (berbaring)
NTG : κατεκλίθη ( berbaring)
Keputusan: Yang mendekati NTG adalah NIV
 Ayat 37: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 38: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 39: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 40: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 41: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 42 :Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 43: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 44: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 45: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 46: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 47: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 48: Tidak ada perbedaan yang signifikan
 Ayat 49:
LAI : Duduk
PSB : Kundul (duduk)
NIV : The other guest (tamu-tamu lain)
NTG : συνανακείμενοι (berbaring)
Keputusan: Tidak ada yang mendekati NTG
 Ayat 50
LAI : Pergilah
PSB : Mulihlah (pulanglah)
NIV : Go (pergi)
NTG : πορεύου (pergi)
Keputusan: Yang mendekati NTG adalah NIV

2.9. Kritik Apparatus


2.9.1. Ayat 36
Pada ayat 36 terdapat kata κατεκλίθη yang artinya “berbaring” merupakan kata kerja passive
orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah menjadi ανεκλιθη yang
artinya “itu telah tumbuh” menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh alexandrinus:
London, pada abad ke-5; Freer Gospels: Washington pada abad ke-5; Koridethi: Tiflis pada
abad ke-9; Athos abad ke-9.
Kesimpulan: Penafsir menolak usulan Kritik Aparatus karena kata ανεκλιθη dapat
memperkabur makna teks.
2.9.2. Ayat 38
Pada ayat 38 terdapat kata εξεμαξεν yang artinya “dia menyeka” merupakan kata kerja
active orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah yaitu εξεμαξεν
yang artinya “sudah pergi”. Menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh Sinaiticus:
London, pada abad ke-4; Alexandrius: London, pada abad ke-5; Bezae Cantabrigiensis:
Cambridge, pada abad 5/6.
Kesimpulan: Penafsir menolak usulan Kritik Aparatus karena kata εξεμαξεν dapat
memperkabur makna teks.
2.9.3. Ayat 43
Pada ayat 43 terdapat kata άποκριθείς yang artinya “menjawab” merupakan kata kerja
passive orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah yaitu δε yang
artinya “dan”. Menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh Sinaiticus: London, pada abad
ke-4; Leningrad dan Oxford pada abad ke-10.
Kesimpulan: Penafsir menolak usulan Kritik Aparatus karena kata δε dapat memperkabur
makna teks.
2.9.4. Ayat 45
Pada ayat 45 terdapat kata είσήλθον yang artinya “Saya masuk” merupakan kata kerja active
orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah yaitu θεν yang artinya
“Allah”. Menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh Regius: Paris, pada abad ke-8.
Kesimpulan: Penafsir menerima usulan Kritik Aparatus karena kata θεν memperjelas
makna teks. Yaitu “Saya masuk” menjadi “Allah”, yaitu menunjukkan bahwa yang masuk
itu adalah Allah.

2.10. Terjemahan Akhir


2.10.1. Ayat 36
“Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke
rumah orang Farisi itu, lalu berbaring makan.”
2.10.2. Ayat 37
“Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika
perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah
ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.”
2.10.3. Ayat 38
“Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-
Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium
kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.”
2.10.4. Ayat 39
“Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya:
"Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya
ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
2.10.5. Ayat 40
“Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut
Simon: "Katakanlah, Guru."
2.10.6. Ayat 41
"Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang
lima ratus dinar, yang lain lima puluh.”
2.10.7. Ayat 42
“Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu.
Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?"
2.10.8. Ayat 43
“Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus
kepadanya: "Betul pendapatmu itu."
2.10.9. Ayat 44
“Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat
perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk
membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya
dengan rambutnya.”

2.10.10. Ayat 45
“Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium
kaki-Ku.”
2.10.11. Ayat 46
“Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan
minyak wangi.”
2.10.12. Ayat 47
“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah
banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."
2.10.13. Ayat 48
“Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni."
2.10.14. Ayat 49
“Dan mereka, yang berbaring makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia
ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?"
2.10.15. Ayat 50
“Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergi
dengan selamat!"

2.11. Tafsiran
2.11.1. Ayat 36
Farisi adalah nama golongan agama Yahudi yang sangat taat mengikut undang-undang
agama yang diberikan oleh Musa.8 Pentas di mana peristiwa ini berlangsung adalah serambi
rumah Simon seorang Farisi. Acap kali di serambi itu ada kebun dan air mancur, dan di
sanalah pada musim panas disediakan makanan. Merupakan kebiasaan apabila seorang
Rabbi sedang makan dalam rumah seperti itu, segala jenis orang datang dan dan mereka
bebas untuk melakukan yang seperti itu. Ada beberapa hal yang bisa dijelaskan megapa
Simon mengundang Yesus ke rumahnya:
1. Ia adalah seorang pengagum dan bersimpati kepada Yesus, karena tidak semua orang Farisi
adalah musuh Yesus (bnd. Luk. 13:31).\
2. Simon sengaja mengundang Yesus agar dapat mendapat ucapan-ucapan Yesus yang salah
sehingga dapat dijadikan alasan untuk medakwa Dia. Mungkin simon adalah seorang agen
provokator. Hal ini juga tidak mungkin sebab dalam ayat 40 Simon memanggil Yesus
sebagai Rabbi.
3. Sangat boleh jadi bahwa Simon adalah seorang kolektor kemasyhuran, dan dengan
mengundang Yesus, seorang muda yang masyhur dari Galilea dan makan degan dia maka
satu lagi kemasyhuran bagi Simon di tambahkan.9
Duduk makan: pada saat itu dikatakan “dalam sikap setengah berbaring” yakni pada waktu
itu orang biasa setengah berbaring ketika makan. Dalam ungkapan ini bukan bagaimana
sikap orang ketika makan tetapi tentang makan saja. Oleh karena itu duduk makan cukup
diterjemahkan menjadi makan saja. Ayat ini dapat diterjemahkan menjadi: Seorang Farisi
mengundang Yesus untuk makan bersama dia di rumahnya. Maka Yesus pun pergi ke
rumah orang Farisi itu, lalu makan di situ.10 Ini adalah tanda simpati Yesus yang luas bahwa
Dia makan sebelumnya dengan seorang pemungut cukai (5:29) dan sekarang dengan
seorang Farisi.11
2.11.2. Ayat 37
Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Kata terkenal
tidak ada dalam bahasa Yunaninya, dan mungkin terlalu berlebihan dengan menempatkan
kata itu di sini.12 Wanita itu adalah seorang pelacur.13 Perempuan yang dikenal secara umum
sebagai perempuan sundal.14 Atau secara halusnya perempuan yang hidup menjual diri atau
perempuan yang tidak bermoral.
Buli – buli pualam: Diterjemahkan sebagai botol pualam. Yaitu wada botol farfum, ini
tidak memiliki pegangan dan diikat di leher,15 sama seperti wanita Yahudi lainnya, sebuah

8
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indinesia, 2005),
244.
9
William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, (Jakarta BPK GM, 2015), 133.
10
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244.
11
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, (America: Eerdmans, 1986), 146.
12
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244.
13
William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 133.
14
Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003),
210.
15
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, (America: Eerdmans, 1986), 146.
botol kecil di mana terdapat farfum yang disebut alabaster dan yang sangat mahal.16 Dalam
Matius 26:7 dikatakan dengan jelas bahwa minyak wangi itu mahal harganya, tetapi dalam
Lukas tidak disebutkan. Jadi penerjemah memutuskan minyak wangi diterjemahkan menjadi
“Minyak yang harum (baunya).17
2.11.3. Ayat 38
Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki- Nya: yang dimaksud dengan
kaki ialah bagian tubuh mulai dari pergelangan kaki sampai ke telapak kaki. Perempuan itu
dapat melakukan hal ini, karena pada waktu itu Yesus dalam posisi berbaring di atas karpet
atau dipan, dengan satu tangan menopang tubuh Nya dan kakinya agak menekuk ke
belakang. Ini merupkan kebiasaan orang Yahudi sewaktu makan, pada waktu itu. Dengan
gampang perempuan itu mencapai Yesus ketika Ia berbaring di atas dipan dekat meja.18
Membasahi kaki Nya dengan air matanya : Ungkapan ini dapat memberi kesan bahwa
perempuan itu menampung air matanya, lalu dengan sengaja membasahi kaki Yesus dengan
air matanya itu atau paling tidak dengan sengaja meneteskan air mata ke kaki Yesus menjadi
basah. Dapat diartikan “Kemudian ia berdiri dibelakang Yesus (yaitu) di kaki Nya sambil
menangis dan air matanya membasahi kaki Yesus atau “Kemudian ia berdiri dibelakang
Yesus dekat kaki Nya sambil menangis dan kaki Yesus menjadi basah oleh air matanya.19
Dengan rambutnya, mencium kakinya, dan mengolesinya dengan minyak yang wangi 20.
Dengan itulah ia menyeka atau mengeringkan kaki Yesus.21
2.11.4. Ayat 39
Berkata dalam hatinya, ini dapat diartikan sebagai “berfikir”. Bahasa tertentu mungkin akan
mengungkapkannya “berkata dalam dirinya”.22
Jika Dia adalah nabi Dia akan tahu seperti apa wanita ini.23 Tuan rumah terlibat dalam
sedikit perbincangan dengan dirinya sendiri. Bahwa Yesus bukan seorang nabi bahwa Ia
tidak tahu siapa dan perempuan macam apa yang menyentuhNya.24
2.11.5. Ayat 40
Lalu Yesus berkata kepadanya, untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan akhiran –
nya di sini, lihat ayat 36. Maka ungkapan ini dapat diterjemahkan menjadi : Lalu Yesus
berkata kepada orang Farisi yang mengundangNya itu.25
2.11.6. Ayat 41-43
Yesus memulai dengan sebuah cerita kecil tentang dua penghutang yang dibebaskan dari
utangnya, lima ratus dinar dengan lima puluh dinar.26 Dinar adalah kurang lebih upah sehari
bagi bagi seorang pekerja di pertanian.27
Dua orang berhutang artinya dua orang yang meminjam uang kepada pelepas uang. Pelepas
uang adalah orang yang usahanya meminjamkan uang kepada orang lain dengan berbunga.
Perbandingan kedua utang orang itu, yaitu sepuluh banding satu. Yang satu utangnya sangat
besar atau banyak, tetapi yang satu utangnya kecil atau sedikit. Ayat 42 merupakan kunci
dari perumpamaan itu, yakni kedua – duanya tidak sanggup membayar utangnya dan utang
mereka dihapus. Ia menghapuskan hutang kedua orang itu, terjemahan haradiahnya adalah
“ia mengampuni kedua-duanya. Siapakah yang lebih mengasihi dia. Kata dia iyalah orang
yang meminjamkan uang itu.28 Namun jawan Simon agak enggan, dengan jawaban saya kira
dia yang paling banyak dihapus utangnya. Yesus tidak berkomentar tentang ini, tetapi setuju
bahwa Simon telah memberikan jawaban yang benar.29

16
William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 133-134.
17
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244.
18
Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003),
210.
19
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244.
20
David L. Tiede, Augsburg Commentary on The New Testament LUKE, 161.
21
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas,, 245.
22
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 246.
23
William Manson, The Moffatt Commentary LUKE, (New York : Harper And Brothers Publisher, 1817),
84.
24
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 147.
25
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 246.
26
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 148.
27
Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 210.
28
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 247.
29
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 148.
2.11.7. Ayat 44
Sambil berpaling pada perempuan itu yang sejak semula perempuan itu ada di belakang
Yesus, dapat diterjemahkan menjadi “sambil menoleh kepada perempuan itu. Engkau lihat
perempuan ini? Dengan kata ini Yesus menyuruh Simon untuk memperhatikan perbuatan
perempuan itu terhadap Yesus. Atau diterjemahkan menjadi “engkau tentu telah melihat
apa yang diperbuat perempuan ini. Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak
memberikan air kepada Ku untuk membasuh kaki Ku.30 Seperti kebiasaan pada saat itu
apabila seorang tamu memasuki rumah seperti itu maka tiga hal yang harus dilakukan. Tuan
rumah meletakkan tangannya di atas bahu tamu dan kemudian memberikan kepadanya
ciuman perdamaian sebagai tanda penghormatan. Karena jalan yang mereka lalui penuh
debu sedangkan orang biasanya hanya memakai semacam sandal, maka merupakan
kebiasaan untuk menuangkan air dingin ke atas kaki tamu tersebut untuk membersihkannya.
Entahkah sejemput dupa yang harum baunya dibakar atau setetes minyak wangi dipercikkan
ke atas kepala tamu. Dan dalam cerita ini tidak satupun yang dikerjakan oleh Simon.31
Sebaliknya, perempuan itu membersihkan kaki Yesus dengan air mata dan rambutnya
sebagai tanda penghormatan dan kasihnya kepada Yesus.32
2.11.8. Ayat 45-46
Engkau tidak mencium aku dan tidak menyambut Aku sengan ciuman atau “Engkau tidak
mencium aku sebagai sambutanmu terhadap Aku” . Sesua dengan adat istiadat orang
Yahudi, tuan rumah biasanya mencium pipi tamunya sebagai suatu sambutan yang hangat
kepada tamu. Engkau tidak meminyaki kepala Ku dengan minyak, karena cuaca yang sangat
panas di Israel, maka apabila bagian tubuh yang kena panasi diolesi dengan minyak, akan
terasa sangat menyenangkan. Jadi sebagai tanda keramah-tamahan, biasanya tuan rumah
mengoleskan minyak ke kepala atau wajah tamunya untuk menyenangkan tamu tersebut. 33
2.11.9. Ayat 47
Sungguh kasihNya yang besar itu menunjukkan bahwa dosanya yang banyak sudah
diampuni! Kalau orang diampuni sedikit, ia akanmengasihi sedikit juga.34 Ini adalah
pengajaran Perjanjian Baru yang konsisten bahwa, tidak peduli berapa banyak dan seberapa
besar dosa-dosa, anugerah Allah dapat mengampuni dia. Kita harus memahami dengan
seksama karena Yesus tidak mengatakan bahwa tindakan itu telah mendapat pengampunan.
Dia mengatakan bahwa cintanya adalah bukti bahwa dia sudah diampuni.35
2.11.10. Ayat 48
Pernyataan pertama Yesus tentang dosa-dosa yang diampuni.36 Yang mengampuni dosa
manusia adalah Allah. Itulah yang tersirat dalam ungkapan ini.37
2.11.11. Ayat 49-50
Dan mereka , yang duduk makan bersama Dia, berfikir dalam hati mereka.38 Siapakah ini,
sehingga ia dapat mengampuni dosa? Tetapi Yesus sepenuhnya mengabaikan mereka.
Fokusnya adalah kepada wanita itu. Iman anda telah menyelamatkan anda, iman yang
merupakan sarana untuk menerima karunia Allah yang baik. Yesus mencatatnya dengan
pergi dengan damai artinya masuk ke dalam kedamaian.39 dengan selamat dapat
diterjemahkan menjadi dengan damai atau ke dalam damai.40

2.12. Tema-tema Teologi


1. Perasaan membutuhkan akan membuka pintu kepada pengampunan Allah, sebab Allah
adalah kasih, dan kemuliaan kasih yang terbesar dibutuhkan oleh manusia.41
2. Cinta kasih adalah bukti penerimaan pengampunan, dan semakin seseorang diampuni,
semakin ia mengasihi.

30
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 248.
31
William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 132.
32
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 248.
33
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 249.
34
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 249.
35
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 148.
36
David L. Tiede, Augsburg Commentary on The New Testament LUKE, 162.
37
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 249.
38
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 250.
39
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 149.
40
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 250.
41
William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 135.
3. Berbuat kasih adalah untuk menunjukkan tanda terima kasih.42

2.13. Skopus
“Iman yang menyelamatkan”

III. Refleksi Teologis


Melalui peristiwa dalam kisah ini kita melihat contoh betapa sulitnya masyarakat
menerima kehadiran seseorang yang bereputasi buruk di tengah-tengah mereka. Seorang
perempuan yang dikenal umum berprofesi sebagai perempuan sundal dianggap berdosa dan
sangat tidak layak berada di tengah-tengah orang Farisi. Bahkan orang Farisi tersebut
menginginkan agar Yesus memiliki pandangan yang sama. Respon Yesus justru sebaliknya
kepada perempuan berdosa yang menghampiri dan meminyaki kaki-Nya dengan minyak
wangi yang mahal dan menyeka dengan rambutnya. Yesus melihat bahwa dari sikap dan
kesungguhan hatinya, terpancar cinta kasihnya kepada Tuhan dan keinginan untuk
meninggalkan dosa-dosanya, bertobat dari kehidupan lamanya.
Memang sulit bagi orang-orang yang dicap bereputasi buruk seperti mantan
narapidana, wanita tuna susila, dsb. Untuk memperbaiki atau mengubah citra mereka di
tengah-tengah masyarakat. Fakta ini tidak selalu disebabkan oleh tidak adanya kemauan
orang tersebut untuk berubah, tetapi disebabkan oleh sikap masyarakat yang sukar untuk
mengubah pandangan yang telah ada. Yesus mengubah cara pandang yang seperti ini. Bila
masyarakat menganggap orang-orang berdosa adalah orang yang tidak layak berada di
tengah-tengah masyarakat, berbeda dengan Yesus. Ia selalu menyediakan tempat bagi
orang-orang yang ingin berubah, meninggalkan dosa-dosanya dan memperbaiki diri. Justru
orang-orang berdosa yang inin berubah inilah yang mendapat prioritas utama di mata Yesus.
Demikianlah Yesus mengangkat harkat dan martabat perempuan itu.
Oleh sebab itu di dalam Lukas 7:48 dikatakan “Lalu Ia berkata kepada perempuan
itu: “Dosamu telah diampuni”. Dapat dilihat bahwa sikap Yesus menerima orang yang ingin
pengampunan dari dosa-dosanya dengan hati terbuka, seharusnya sikap bagi gereja dalam
menerima dan melayani setiap warga jemaatnya. Banyak warga jemaat telah meninggalkan
masa lalunya dan belajar menjalani hidup sebagai Kristen. Mereka ingin diterima, dilayani,
diangkat harkat dan kehormatannya oleh Gereja, dan ingin memulai hidup baru.

IV. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas penyaji dapat menyimpulkan bahwa hanya oleh anugerah, kita
dilayakkan dan diselamatkan. Dan kita tidak boleh menganggap bahwasanya orang yang
melakukan kejahatan itu selalu akan berbuat jahat dan kita tidak menerima dia di antara kita.
Jadi kita harus selalu menyediakan atau memberi kesempatan kepada orang-orang yang ini
berubah dan bertobat dari dosa-dosa yang telah ia lakukan.

V. Daftar Pustaka
…, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2006.
…Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta: YKBK, 1994.
Barcley, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, Jakarta BPK GM, 2015.
Baxter, J. Sidlow, menggali Isi Kitab , Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1971.
Borton, Jhon, The Cambridge Companion To Biblical Iterpretation, UK: Cambridge
University Press, 2000.
Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, JakartaBPK-GM, 2007.
Drane, John, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis Teologis, Jakarta: BPK-GM,
2013.
Drewes, B.F., Satu Injil Tiga Pekabar, Jakarta: Gunung Mulia, 1998.
Holladay, Carl R., dan Jhon H. Hayes, Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1993.
Jensen, Irving L., Lukas, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000.
Komisi Ktab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab di dalam gereja, Yogyakarta: Kanisius,
2007.
Manson,William, The Moffatt Commentary LUKE, New York : Harper And Brothers
Publisher, 1817.
42
Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 210.
Morris, Leon, Tyndale New Testament Commentaries Luke, America: Eerdmans, 1986.
Naipospos, P.S., dan B. J., Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1996.
OFM, C. Groenon, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, Yoyakarta: KANISIUS, 1993.
Santoso, David Iman, Theologi Lukas Intisari dan Aplikasinya, Malang: Literatur SAAT,
2010.
Saragih, Agus Jetron, Exegese Naratif: Ulasan Teoritis dan Praktis sebagai metode tafsir
Post Modernisasi, Medan, Pustaka Penelitian dan Pengabdian Masyarakat , 2006.
Sembiring, M.K., Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: Lembaga Alkitab
Indinesia, 2005.
Silalahi, Haposan, Mengenal Kitab Perjanjian Baru 1, Tarutung: STAKPN, 2010.
Situmorang, Jonar T.H., Bibliologi: Menyikapi Sejarah Perjalanan Alkitab Dari Masa
Kemasa, Yogyakarta : Andi, 2013.
Tenney, Merril C., Survei Perjanjian Baru, Jawa Timur: Gandum Mas, 2013.
Tiede, David L., Augsburg Commentary on The New Testament LUKE, Augsburg
Publishing House: 1988.
Wahono, S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: Gunung Mulia, 2004.
Ward, Roland A., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 2003.

Anda mungkin juga menyukai