AKHIR
Kata katekisasi1 bukan istilah yang asing bagi kita. Kata katekisasi berasal
dari bahasa Yunani katechein. Kata katechein terbentuk dari kata echo yang
Gereja Purba antara abad ke-2 sampai ke-5 masehi memberikan pengajaran
kepada para calon katekumen yang ingin menjadi Kristen. Dalam hal ini, calon
1
Pada bagian selanjutnya dalam penulisan kata katekisasi tidak ditulis menggunakan
huruf bercetak miring.
2
Jakob Papo, Memahami Katekese (Flores-NTT: Nusa Indah, 1987), 11.
3
Ibid 11.
4
Ibid 11.
5
Seluruh isi bagian paragraf ini penulis parafrasekan dari Robert R. Boehlke, Sejarah
Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen Dari Plato Sampai Ignatius
Loyola (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2015) 134-135.
1
“Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam
nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima
Khotbah Petrus ini menjadi dasar bagi para pengajar untuk memberikan
yang belum menerima pengajaran dan dibaptis termasuk dalam hitungan angkatan
ibadah pagi. Dalam ibadah ini mereka diajarkan untuk memuji Tuhan melalui doa
dan lagu-lagu yang dinyanyikan. Selain itu mereka juga diajarkan melalui
tidak diperbolehkan untuk ikut mendengarkan doa Bapa Kami dan dilarang ikut
6
Alkitab (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2007).
7
Seluruh isi bagian paragraf ini penulis parafrasekan Robert R. Boehlke, Sejarah
Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen Dari Plato Sampai Ignatius
Loyola (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2015) 135.
8
Ibid 138.
9
Seluruh isi bagian paragraf ini penulis parafrasekan dari Homrighausen & Enklaar,
Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014) 106.
2
Dampak setelah menjadi Kristen, mereka meninggalkan hal-hal yang jahat
dan segala godaan terhadap iman. Selain itu mereka menjadi orang Kristen yang
setia dalam hal beribadah, memuji Tuhan, mendengar dan melakukan firman
Tuhan. Hal itu karena mereka sudah terbiasa melakukannya selama 3 tahun
pembelajaran. Tidak jarang pula orang Kristen pada zaman gereja Purba rela
tidak lagi dimasuki oleh orang berdosa yang belum bertobat secara sungguh-
sungguh.
Pada abad Pertengahan, aturan pengajaran dari gereja Purba yang ketat
mulai dilonggarkan. Calon katekumen tidak lagi orang yang sudah bertobat secara
sungguh-sungguh tetapi siapa saja dapat menjadi katekumen dan orang Kristen.
HalinidisebabkankarenaagamaKristensudahdiijinkanolehKaisar.Dalam
pelaksanaannya, katekumen cukup bisa menghafal doa Bapa Kami lalu mereka
dapat menerima sakramen sesuai dengan ketentuan gereja. Setelah itu katekumen
diri mereka. Selain itu, orang Kristen pada abad Pertengahan juga kurang
10
Ibid 106-107.
3
memahami tanggung jawab mereka setelah menerima baptisan karena pengajaran
yang diberikan tidak diperdalam. Tidak jarang masih banyak orang Kristen tetap
sebaik-baiknya. Pada zaman ini, aturan untuk menjadi katekumen ialah umat
harus sadar dan paham akan isi pengakuan yang akan diucapkan. Selain itu,
Tujuan utama dari katekisasi ialah mengajar kaum muda mengenai jalan
pelaksanaannya.
Katekisasi juga dilaksanakan oleh gereja pada masa kini. Penulis akan
4
peneguhan sidi, biasanya pada usia remaja menjelang dewasa (16 tahun ke atas).
Hal ini dimuat secara tertulis oleh GKE dalam Peraturan GKE Nomor 43 tahun
Pelaksanaan katekisasi sidi GKE diatur dalam Peraturan GKE No. 43 Tahun
penulis akan menjelaskan mengenai remaja. Umumnya batasan usia remaja yang
digunakan oleh para ahli antara 12 hingga 21 tahun.14 Rentang waktu usia remaja
ini dibedakan atas tiga, yaitu: masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan usia 15-18 tahun dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun.15
Istilah remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti tumbuh
menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Konsep adolesen ini
muncul sebagai suatu periode kehidupan tertentu yang berbeda diantara masa
anak-anak dan masa dewasa.16 Penulis memilih kategori masa remaja usia 18-21
tahun untuk diteliti dalam tulisan penulis karena rata-rata remaja di jemaat
12
Peraturan GKE, (Banjarmasin: BPH MS GKE, 2016), 165.
13
Ibid, 166.
14
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), 189.
15
Ibid 189.
16
Ibid 189.
5
Pada pemaparan selanjutnya, penulis akan menjelaskan tentang realitas
katekisasi bagi remaja yang ada di jemaat Tamparak Layung. Namun, penulis
terlebih dahulu memaparkan tentang letak geografis desa Tamparak Layung. Desa
penduduk 809 jiwa, terhitung dari Januari 2018. Terdiri dari 426 jiwa laki-laki dan
masuk di wilayah Resort Ayuh Bamanen yang terletak di Pendang. Resort Ayuh
Bamanen memiliki 27 jemaat dan jemaat Tamparak Layung salah satu yang
terdaftar di dalamnya.
Jumlah jemaat GKE Tamparak Layung yaitu 378 jiwa dari 75 jumlah KK.
Jumlah tersebut merupakan jumlah jemaat secara keseluruhan yang terdaftar baik
yang aktif dan menetap di desa Tamparak Layung maupun yang non-aktif karena
sebelum menerima peneguhan sidi. Syarat agar dapat menjadi katekumen yaitu
17
Sekretaris Desa, Data Statistik Desa Tamparak Layung, 2018.
18
Perhitungan berdasarkan statistik desa tahun 2018, dalam bentuk arsip per KK, yang
dihitung hanya warga jemaat GKE. Hal ini dikarenakan majelis jemaat tidak memiliki data
statistik jemaat tersendiri. Data tersebut telah disetujui oleh penatua Astriani S.Pd (Sekretaris
Jemaat) Sabtu 23 Juni 2018.
6
sudah berusia 16 tahun atau lebih dan warga jemaat GKE yang sudah dibaptis.
Penulis berfokus pada pelaksanaan katekisasi dan peneguhan sidi pada Desember
Pengakuan Iman Rasuli, Hukum yang Terutama dan Doa Bapa Kami. Pertemuan
pada hari kedua katekumen memilih nas untuk peneguhan sidi dari Alkitab. Pada
Iman Rasuli, Hukum yang Terutama dan Doa Bapa Kami secara bersama-
gereja.
diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari cara hidup katekumen sehari-hari. Sebelum
merokok dan ikut dalam pergaulan bebas. Datang beribadah hanya karena ingin
bertemu dengan teman, berbicara dan pulang tanpa memahami makna firman
Tuhan yang disampaikan. Mereka juga tidak memahami tuntutan ketika mereka
7
telah menerima peneguhan sidi untuk ikut serta melayani. 19Setelah menerima
katekisasi sidi pada bulan Desember 2017. Ia adalah remaja yang rajin beribadah
dipenuhi sebagai orang Kristen yang sudah berusia 17 tahun” dan “Tanggung
jawab saya yaitu menanggung dosa sendiri karena telah sidi yang tidak lagi
ditanggung orang tua”.21 Jawaban yang disampaikan oleh alumni katekisasi sidi
ini menjadi bukti bahwa ia belum sepenuhnya memahami pengertian dan tujuan
dilaksanakannya katekisasi.
sudah menerima peneguhan sidi tidak memahami tanggung jawab dan dampak
yang sesungguhnya sebagai anggota sidi jemaat.Jika hal ini terus menerus
berlanjut, maka tidak akan ada lagi generasi penerus gereja yang berkualitas
tujuan GKE melakukan pembinaan iman melalui katekisasi juga tidak dapat
diwujudkan.
19
Berdasarkan pengamatan penulis sebelum katekumen menerima peneguhan sidi pada
bulan Desember 2017.
20
Berdasarkan pengamatan penulis setelah katekumen menerima peneguhan sidi pada
bulan Juni-Juli 2018.
21
Wawancara dengan Remang, (alumni yang menerima peneguhan sidi pada Desember
2017), Sabtu 11 Agustus 2018.
8
Penulis merasa perlu untuk memberikan pemahaman tentang katekisasi dan
katekisasi seperti apa yang relevandi jemaat Tamparak Layung.Hal ini dilakukan
suatu karya ilmiah yang berjudul “Realitas Katekisasi Dan Dampaknya Bagi Usia
Remaja Akhir ( Studi kasus usia remaja akhir di Jemaat GKE Tamparak Layung
).”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses katekisasi dan realitas kehidupan remaja usia akhir yang
usia akhir yang telah menerima peneguhan sidi di jemaat GKE Tamparak
Layung?
3. Bagaimana katekumen, waktu dan bahan ajar katekisasi yang relevan agar
memiliki dampak bagi remaja usia akhir setelah diteguhkan sidi di jemaat
C. Tujuan Penulisan
remaja usia akhir yang telah menerima peneguhan sidi di jemaat GKE
Tamparak Layung.
9
3. Memaparkan katekumen, waktu dan bahan ajar katekisasi yang relevan agar
memiliki dampak bagi remaja usia akhir setelah diteguhkan sidi di jemaat
D. Batasan Masalah
katekisasi dan realitas kehidupan remaja usia akhir (usia 18-21 tahun) di jemaat
GKE Tamparak Layung tahun 2017. Selain itu, penulis juga berfokus pada waktu
3 kali pertemuan adalah waktu yang terlalu singkat untuk pelaksanaan katekisasi.
Kedua, bahan ajar yang dianjurkan GKE tidak digunakan. Ketiga, katekumen
yang dianjurkan GKE dan disampaikan dengan bahasa yang dapat dipahami.
Ketiga metode yang digunakan tidak hanya ceramah tetapi diselingi dengan
praktek dalam hal melayani agar lebih mudah dipahami dan tidak membosankan.
F. Signifikasi Penulisan
22
Katalog (Revisi 2014), Sekolah Tinggi Teologi GKE Banjarmasin 2015, 199.
23
Ibid 199.
10
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Majelis Jemaat dan orang tua tentang
G. Tinjauan Pustaka
penulis. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi peniruan dalam pembahasan skripsi
Sari
11
telah menerima peneguhan sidi di jemaat GKE
Peneguhan Sidi”
dilaksanakan.
12