Anda di halaman 1dari 15

Etika Pelayan Gereja

Joe Trull & James Carter

Tentang Makna Profesional


Istilah profesional biasa disalahmengerti sebagai menyangkut bayaran atau status/prestise Trull & Carter meluruskan makna aslinya, yaitu berkaitan dengan kata profess = bersaksi atas nama, membela sesuatu
Latar belakang sejarah: kaum profesional pada Abad Pertengahan di Eropa adalah para rohaniwan yang menyelenggarakan pekerjaanpekerjaan publik

Standar Profesionalisme Pendeta


Trull dan Carter mengusulkan 6 butir: Pendidikan Kompetensi Otonomi Pelayanan Dedikasi Etika

Sebenarnya ke-6 butir itu tumpang tindih. Bisa diringkas menjadi 3 saja: Kompetensi pendidikan (teologi dan konteks pelayanan) dan pelatihan Independensi kreatifitas dan tanggungjawab Komitmen spiritualitas dan etika

Pendekatan etika
Trull dan Carter menghubungkan antara etika karakter (being a good person) dengan etika tindakan (doing the right thing) melalui apa yang mereka sebut etika integritas (visi moral) Meskipun mengakui perlunya kode etik, mereka memeringatkan bahaya legalisme yang bagi mereka merupakan bahaya virus agama

Di kalangan gereja-gereja Indonesia, pendekatan deontologis (apa aturannya?) paling banyak dipilih, akibatnya banyak gereja terjebak dalam legalisme. Padahal legalisme (para ahli Torat) ditentang dengan keras oleh Yesus. Ketergantungan dan pemutlakan pada aturan tertulis juga cenderung meremehkan profesionalisme para pendeta

Semakin detail peraturan dibuat, semakin kecil ruang yang tersedia bagi para pendeta untuk mengembangkan profesionalisme mereka
Mereka cenderung menjadi operator saja, bukan profesional

Kasus-kasus etika profesi pendeta


Dilema antara kepentingan kehidupan pribadi dan kepentingan pelayanan
Penghargaan diri, gengsi, status, gaya hidup Kehidupan keluarga Kebutuhan dan pengelolaan materi Kebutuhan dan pengelolaan seks

Hubungan dengan jemaat


model kepemimpinan
Pemahaman tentang otoritas Penggunaan kekuasaan

Pelaksanaan tugas-tugas praktis

Hubungan sejawat (kolegialitas) Hubungan dengan masyarakat luas Sorotan khusus tentang Pelecehan Seksual

Kode Etik
Mengapa perlu sebuah kode etik?
Kompleksitas masalah yang dihadapi para profesional seringkali ambivalen, para profesional tidak mudah mengambil keputusan yang objektif secara cepat Profesional seringkali terlalu terfokus pada teknikalitas pekerjaan, lupa pada dimensi etisnya Para profesional perlu pelindung dari tuntutan yang tidak wajar

Kelemahan kode etik:


Bisa menjadi alat legalisme Bisa menjadi alat kekuasaan untuk menekan Bisa disalahmengerti sebagai pembatasan ketimbang panduan

Sifat kode etik


Lebih merupakan rumusan komitmen diri (covenantal) ketimbang aturan lembaga yang kontraktual Kode etik tidak mencakup keseluruhan jiwa etika profesi, sehingga tidak dapat menggantikan refleksi etis personal

Kesimpulan
Buku Trull dan Carter mengungkapkan aspekaspek profesionalisme pendeta secara mendalam dan praktis (mulai dari dasar teologis sampai kode etis). Meskipun mencerminkan situasi gereja-gereja di USA, sebagian besar isunya relevan juga untuk konteks Indonesia.

Yang kurang disinggung dalam buku itu adalah bagaimana etika profesi pendeta dipahami dalam situasi perjumpaan lintas budaya dan lintas agama serta lintas generasi.

Anda mungkin juga menyukai