Anda di halaman 1dari 95

MATA KULIAH

TEOLOGI RELIGIONUM

DOSEN: DR SEMUEL ART. THOMAS

BERTEOLOGI RELIGIONUM DI BUMI NUSANTARA

(KUMPULAN TUGAS MATA KULIAH TEOLOGI RELIGIONUM)

Oleh: Irvan Nixon Grosman


NIM: 190402038

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO


PROGRAM PASCASARJANA TEOLOGI
2020
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
BAB I Teologi Kristen 4
BAB II Mengenal Sekilas Ajaran Agama Hindu 23
BAB III Tanggapan Atas Makalah Teologi Katolik, Islam,
Kong Fu Chu, dan Budha 42
BAB IV Memperkenalkan Yesus Kepada Agama-Agama Lain 70
BAB V Menilai Empat Pendekatan Memperkenalkan Yesus 80
BAB VI Kesimpulan: Berteologi Religionum Di Bumi Nusantara 85
DAFTAR PUSTAKA 89
PENDAHULUAN

TOLOGI RELIGIONUM

Teologi Religionum atau teologi agama-agama, merupakan upaya


berteologi agama-agama yang berangkat dari pengalaman nyata agama-
agama itu sendiri, bahkan boleh dikata sebagai usaha berteologi agama-
agama secara utuh dan berkesinambungan. Dalam konteks Indonesia,
Teologi Religionum merupakan suatu proses berteologi yang sebenarnya
secara implisit dan eksplisit sudah menjadi gaya beragama sehari-hari
orang Indonesia, diwarnai gaya toleran, manusiawi dan selalu melihat
kebaikan TUHAN sebagai kebaikan untik semua rakyat penghuni negeri ini.
Setiap hari terjadi perjumpaan atau interaksi antaragama di
Indonesia. Setiap hari sudah terbiasa agama-agama di luar Islam
mendengarkan suara adzan melalui pengeras suara dari Masjid, lima kali
sehari. Di Manado dan Minahasa Raya, menjadi hal yang lumrah jika ada
ibadah Kristen dipancarluaskan lewat pengeras suara yang disebut toa.
Bahkan ibadah-ibadah kolom pun menjadi ‘konsumsi’ publik yang beraneka
denominasi gereja bahkan terlebih berbagai keyakinan. Secara praktis,
itulah yang disebut Teologi Religionum, dimana teologi agama-agama itu
tumbuh subur, bertetangga, berdampingan, berdamai dan saling
berpengertian.
Tim Balitbang PGI dalam buku Meretas Jalan Teologi Agama-Agama
di Indonesia (Teologi Religionum) menjelaskan, “Munculnya Teologi
Religionum di Indonesia dapat dikatakan sebagai muara pergumulan atau
kesimpulan pergumulan gereja-gereja Indonesia, menghadapi
pluralitas/kemajemukan kehidupan beragama…Salah satu kesimpulan dari
studi-studi tersebut ialah fakta kemajemukan itu tidak mungkin dilihat

1
semata-mata sebagai suatu fakta sosiologis lagi, tetapi juga menjadi suatu
konteks berteologi gereja-gereja di Indonesia.” 1
Martin L. Sinaga, dalam pendahuluan Buku Meretas Jalan Teologi
Agama-agama di Indonesia (Theologia Religionum) editing Tim Balitbang
PGI, menjelaskan, “Dengan cara dialog, maka terbukalah kemungkinan
memahami ulang dan menafsirkan ulang bangunan teologi yang selama ini
menyanggah dan melegitimasi kehidupan umat Kristen… penafsiran ulang
adalah proses dari umat yang percaya da itu berarti proses tersebut dengan
sendirinya menjadi proses teologis. Proses yang secara serius menghadapi
pluralisme agama-agama dan yang bertujuan memberi harga imaniah atas
realitas tersebut, itulah yang mau diraih dalam ikhtiar teologi agama-agama
(Theologia Reiligionum) yang kita bahas ini.” 2
Melihat penjelasan Sinaga ini, dapat dijelaskan, ternyata pluralisme
menjadi momok dari semua agama-agama, bukan hanya Kekristenan saja.
Pluralisme ternyata harus ‘dilawan’ dengan mengajak semua agama
memahami ulang dan menafsirkan kembali bangunan teologi mereka.
Karena berteologi adalah usaha umat untuk merefleksikan keberimanan
mereka di tengah keberagaman yang tentunya, keberagaman beragama
dan keberagaman keimanan itu tidak bisa disatukan dalam satu isme
seperti pluralisme. “Dan sebagai teologi intern orang Kristen, Theologia
Religionum jelas tidak dimaksudkan sebagai teologi untuk semua agama
tidak ada niat untuk melahirkan Universal Theology, yang dihimbau ialah
agar setiap agama memiliki Theologia Religionum-nya sendiri-sendiri.”3
Tantangan kontemporer dan mendasar bagi agama-agama di
Indonesia adalah Pluralisme. Dengan pluralisme kenyataan kemajemukan
agama-agama tersebut tidak bisa dilihat sebagai kenyataan sosiologis
belaka. Ada pengalaman yang sungguh baru dirasakan setiap agama.
Pengalaman tersebut seperti suatu keadaan yang menempatkan setiap
1
. Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia, Theologia Religionum, Editing:Tim
Balitbang PGI, BPK Gunung Mulia, 1999. Hal. ix
2
. Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia, Theologia Religionum, Editing:Tim
Balitbang PGI, BPK Gunung Mulia, 1999. Hal.4.
3
. Ibid

2
agama tadi sebagai salah satu ‘penari’ dalam relasi dengan agama yang
lain dan membentuk ‘tarian’ bersama. Kalau agama tersebut mau tetap
survive dalam konteks baru ini, ia harus mampu memberi respons
keterbukaannya terhadap pluralisme tersebut, seperti seorang penari yang
tidak boleh menari sendirian lagi, tetapi harus mau bergerak seturut dengan
irama bersama dan mampu memberi jawaban terhadap gerak (bahkan
kreatifitas) teman menarinya, agar ia tidak tersandung jatuh ataupun
menginjak kaki penari lainnya, lalu terpaksa dikeluarkan dari arena tarian
karena mendesakkan gaya tertentu dan terkesan sewenang-wenang.
Justru sebaliknya yang perlu ditampilkannya: bagaimana dalam tarian
bersama itu ia tidak asal menari atau hanya mengulang-ulang gerak yang
lama, tetapi diminta mengerahkan daya-daya pribadinya semaksimal
mungkin agar ia tidak saja akan dihargai karena jenial, tetapi juga karena
membantu menyemarakkan tarian bersama tersebut. 4
Jadi berteologi religionum di bumi nusantara sebagaimana judul dari
rangkuman tugas mata kuliah Teologi Religionum dengan Dosen mata
kuliah DR Sem Art Thomas bertujuan bahwa teologi agama-agama itu
selain memberi respons imaniah terhadap agama yang lain, juga mencoba
memberi respons terhadap kenyataan kontekstual dan tuntutan etis di
tengah realitas dan tantangan riil Indonesia. Semoga kumpulan tugas Mata
Kuliah Teologi Religionum yang diberi judul Berteologi Religionum di Bumi
Nusantara ini bermanfaat bagi kita semua. Shallom.(**)

BAB I

4
. Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia, Theologia Religionum, Editing:Tim
Balitbang PGI, BPK Gunung Mulia, 1999. Hal.1

3
TEOLOGI KRISTEN
(TUGAS PRIBADI PENULIS)

PENDAHULUAN
Tugas perdana ini bertujuan agar kita sebagai umat kristiani
memahami benar dan meyakini betul terhadap apa yang kita imani dan
percayai selama ini. Sebelum membahas atau belajar menganalisa teologi
agama lain, kita dituntut untuk tahu persis apa yang selama ini kita imani.
Apalagi perbedaan doktrin itu bukan hanya beda agama, tetapi juga beda
denominasi gereja. Penulis yang lahir dan tumbuh dalam iman Kristen
beraliran Pentakosta, tepatnya sebagai umat Gereja Sidang Jemaat Allah,
tentu ada doktrin yang sedikit berbeda dengan rekan-rekan mahasiswa
IAKN Manado yang beraliran Protestan.
Tetapi itu bukan penghalang atau pagar duri yang tabu atau
berbahaya untuk kita perbincangkan. Justru dari dialog terbuka, diskusi
akademik yang dirancang Dosen Pengampu Mata Kuliah Teologi
Religionum, DR Sem Art Thomas, mengarahkan kita untuk saling
melengkapi satu sama lain. Dari dialog dan diskusi akademik melalui tugas
pribadi dan tugas kelompok, terlebih khusus membahas doktrin atau
Teologi Kristen, justru disinilah kami mendapat satu jalur.
Dalam pembahasan kali ini, penulis mencoba mengangkat ulasan
Teologi Kristen dari sudut pandang doktrin Gereja Sidang Jemaat Allah,
yang ditulis William W. Menzies & Stanley H. Morton, dalam buku Doktrin
Alkitab, terbitan Gandum Mas. Buku ini mengulas poin-poin Pengakuan
Iman Gereja Sidang Jemaat Allah. Teologi Kristen adalah pelajaran yang
meliputi apa yang diajarkan Alkitab berserta apa yang dipercayai umat
Kristen. Kita masuk pada pembahasannya.
Teologi Kristen yang Alkitabiah dapat membantu kita lebih
memahami Allah, keselamatan, dan misi kita di dalam dunia ini. Ada
beberapa kategori atau cabang Teologi Kristen yang akan mengantar kita

4
untuk memahami apa kata Alkitab sebagai kunci pertumbuhan rohani dan
hidup Kristen yang efektif. Cabang teologi Kristen tersebut seperti:
 Pelajaran tentang Alkitab
 Pelajaran tentang Allah
 Pelajaran tentang Kristus
 Pelajaran tentang Maiaikat
 Pelajaran tentang keselamatan
 Pelajaran tentang Roh Kudus
 Pelajaran Tentang Manusia
 Pelajaran tentang Dosa
 Pelajaran tentang Iblis
 Pelajaran tentang Akhir Zaman
 Pelajaran tentang Sifat dan Misi Gereja
Penulis tertarik mengulas sejumlah doktrin ini, tapi tidak semuanya,
untuk memenuhi salah satu persyaratan Mata Kuliah Teologi Religionum,
dimana tujuannya, sebelum penulis mempelajari lanjut Teologi Religionum,
setidaknya penulis sudah kuat dalam pemahaman Iman Doktrin
Kekristenan yang penulis percayai.

I. DOTRIN TENTANG ALKITAB


Alkitab adalah firman Allah yang diilhamkan dan tanpa salah; satu-
satunya kaidah yang mutlak dan berwenang bagi iman dan perilaku
manusia. Penullis meyakini bahwa, Allah telah berfirman. Penyataan-Nya
yang akhir dan paling lengkap, terdapat dalam diri anak-Nya, Yesus Kristus,
sebagaimana Ibrani 1:1-2: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali
dan dalam pelbagai cara   berbicara  kepada nenek moyang kita dengan
perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir   ini Ia telah berbicara
kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya,   yang telah Ia tetapkan sebagai

5
yang berhak  menerima segala yang ada. Oleh Dia  , Allah telah menjadikan
alam semesta.”5
Yesus Kristus sebagaimana dijelaskan dalam Yohanes Pasal 1,
adalah Firman, pembawa berita dan amanat Allah, dan sebagaimana
Kristus adalah Firman Allah yang hidup, demikian juga Alkitab adalah
Firman Allah yang tertulis. Sejak Yesus naik ke surga, Alkitab merupakan
Firman Allah yang berkuasa , yang dipakai Roh Kudus untuk memimpin
orang pada Kristus. Rasul Paulus dalam Roma 10:8-15 menjelaskan,
bahwa tanpa pemberitaan Kabar Baik amanat Alkitab, orang tidak akan
menemukan Allah. Alkitb sendiri menyediakan dasarnya dan bertumpu
pada dasar ini, kita mengaku sambil percaya di dalam hati bahwa Yesus
adalah Tuhan, sehingga kita mendapatkan keselamatan. 6 Bahkan suatu
penyataan khusus, sebuah pesan yang hanya terdapat dalam Alkitab,
adalah berita luar biasa bahwa Allah telah memasuki situasi manusia,
bertindak untuk menebus kita, dan memberikan jalan agar kita mengalami
kelepasan. Alam dan hati nurani tidak menyingkapkan hal ini. Perjanjian
Lama menunjuk ke depan kepada Sang Penebus yang akan datang,
Perjanjian Baru menceritakan kedatangan-Nya dan menafsirkan
7
maknanya.
Alkitab adalah Firman Allah yang diilhamkan secara verbal. Kata
Yunani yang merupakan padanan kata dari kata inspirasi (ilham) terdapat
dalam II Timotius 3:16, yakni theopnoustos, yang secara harafiah berarti
“dihembuskan nafas Allah.” Dengan nafas Ilahi dan kuasa, Roh Kudus
menggerakkan para penulis Alkitab dengan penuh teliti sehingga haasilnya
dengan tepat mencerminkan tujuan Allah sendiri. Alkitab menekankan
bahwa para penulis benar-benar diilhamkan. Dalam beberapa kasus Allah
berfirman kepada mereka dalam suara yang dapat didengar. Dalam kasus
lainnya, Allah memberikatan penyataan kepada mereka melalui mimpi dan

5
. Alkitab Terjemahan Baru, LAI. Tahun 2010
6
. William W. Menzies & Stanley H. Morton, Doktrin Alkitab, Malang-Gandum Mas, hal. 20
7
. William W. Menzies & Stanley H. Morton, Doktrin Alkitab, Malang-Gandum Mas, hal. 23

6
penglihatan. Kadang-kadang Ia berfirman sedemikian rupa dalam hati dan
pikiran mereka sehingga mereka tahu bahwa suara itu dari Allah. 8
Alkitab juga merupakan satu-satunya kaidah yang mutlak dalam arti
sumber ilahi dan wibawa Alkitab meyakinkan kita bahwa Alkitab adalah
tidak mungkin salah dan oleh karena itu tidak dapat menyesatkan, menipu
atau mengecewakan kita. Alkitab bebas dari kesalahan atau inerrancy, dan
tidak mungkin bersalah atau infallibility. Penulis memahami inerrancy
menekankan sifat Alkitab yang selalu mengatakan kebenaran, sedangkan
infallibility menekankan sifat Alkitab yang sangat layak dipercaya. Sifat
bebas dari kesalahan dan tidak mungkin bersalah ini berlaku untuk seluruh
isi Alkitab dan termasuk wahyunya serta fakta-faktanya yang bebas dari
kesalahan.

II. DOKTRIN TENTANG ALLAH


Allah adalah esa, hadir secara kekal dalam tiga oknum: Allah Bapa,
Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Ke-Allahan yang mengagumkan ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Istilah Trinitas dan Oknum seperti yang berhubungan dengan Ke-
Allahan, meskipun tidak ditemukan dalam Alkitab, adalah kata-
kata yang sesuai dengan Alkitab. Dengan istilah-istilah itu, kita
dapat menyampaikan kepada orang lain pemahaman kita tentang
doktrin Kristus mengenai pribadi Allah. Karena itu, dengan tepat
kita dapat berbicara mengenai Tuhan Allah kita, yang adalah
Tuhan Yang Esa, sebagai suatu Trinitas atau Pribadi Tunggal
yang terdiri atas tiga oknum dan hal ini tetap sesuai dengan Kitab
Suci (Misalnya: Matius 28:19, Yohanes 14:16-17, II Korintus
13:13)
b) Kristus telah mengajarkan adanya perbedaan antara oknum-
oknum dalam Ke-Allahan yang diungkapkan-Nya dengan istilah
hubungan yang khusus sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus,
8
. William W. Menzies & Stanley H. Morton, Doktrin Alkitab, Malang-Gandum Mas, hal.26

7
tetapi bahwa perbedaan dan hubungan ini, berkaitan dengan
caranya tidak dapat dimengerti dan tidak terpahami, oleh karena
tidak dijelaskan (Matius 11:25-27, 28:19, Lukas 1:35, I Korintus
1:24, II Korintus 13:13, 1 Yohanes 1:3-4)
c) Kesatuan dari Pribadi Tunggal yaitu Allah, Anak dan Roh Kudus.
Oleh karena itu, di dalam Anak terdapat sesuatu yang
menyatakan Dia sebagai Anak dan bukan Bapa; dan sesuatu di
dalam Roh Kudus yang menyatakan Dia sebagai Roh Kudus dan
bukan sebagai Bapa atau Anak. Oleh karena itu, tiga oknum ini
dalam Ke-Allahan merupakan suatu kesatuan , maka hanya ada
satu Tuhan Allah yang Maha Kuasa dan nama-Nya adalah Esa
(Zak 14:9, Yoh 1:18, 15:26, 17:11,21)
d) Identitas dan kerja sama dalam Ke-Allahan, dapat dijelaskan
bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus tidak pernah identic
mengenai oknum; tidak juga dikacaukan mengenai hubungan,
tidak juga terbagi berkenaan dengan Ke-Allahan; atau pun
bertentangan mengenai kerja sama. Menganai hubungan, Anak
ada di dalam bapa, dan Bapa di dalam Anak. Mengenai
persekutuan, Anak ada bersama dengan Bapa dan Bapa
bersama dengan Anak. Mengenai Otoritas, Bapa tidak berasal
dari Anak, tetapi Anak berasal dari Bapa. Mengenai sifat
hubungan, kerja sama dan otoritas Roh Kudus berasal dari Bapa
dan Anak. Sebab itu tak satupun Oknum dalam Ke-Allahan
berada atau bekerja secara terpisah atau terlepas dari yang
lainnya. (Yoh 5:17, 30, 32, 37, 8:17-18)9

III. DOKTRIN TENTANG KRISTUS


Membahas tentang Kristologi, atau pelajaran tentang Kristus, dapat
kita menarik satu garis besar seperti:
Tuhan Yesus Kristus :
9
. Ibid

8
– ilahi adanya,
– lahir dari seorang anak dara,
– hidup tanpa dosa,
– melakukan mujizat-mujizat,
– menebus manusia yang berdosa melalui kematian-Nya,
– bangkit secara badani,
– bangkit ke sorga dan dimuliakan di sebelah kanan Allah Bapa,
– akan datang kembali ke bumi dalam kuasa dan kemuliaan untuk
memerintah dalam Kerajaan Seribu Tahun.10

Kita harus sadar bahwa Kristologi adalah merupakan pokok


terpenting dalam ajaran iman Kristen. Kristologi juga bisa disebut sebagai
pusat kekristenan itu sendiri, dengan itu kristologi adalah pusat dari ilmu
teologia. Karenanya mempelajari Pribadi dan karya Kristus, berarti sedang
berada pada pusat teologi Kristen. Yesus Kristuslah yang memberikan
identitas kepada kekristenan, yang sekaligus membedakannya dari agama
atau kepercayaan yang lain. Keistimewaan doktrin ini terletak dalam pribadi
dan karya Yesus Kristus sebagai Tuhan yang menjadi finalitas jalan menuju
kepada keselamatan yang kekal.
Pemahaman yang benar terhadap doktrin kristologi tidak lepas dari
pengetahuan yang sehat terhadap Alkitab, sebab Alkitablah satu-satunya
sumber utama yang dengan jujur dan terbuka memberikan kesaksian
mengenai pribadi Yesus sebagai juruselamat dunia.
Yesus Kristus itu sendiri adalah wahyu Allah. Para penulis kitab dari
seluruh Alkitab adalah mediasi Allah. Yesus Kristus yang ditulis oleh para
penulis Alkitab adalah wahyu itu sendiri. Yesus adalah wahyu khusus yang
dinyatakan setelah wahyu umum (penciptaan), sebab wahyu umum tidak
dapat memfasilitasi manusia mengenal Allah, dan tidak ada dari ciptaan

10
. http://www.gsja.org/tentang-gsja/pengakuan-iman/, diakses Rabu 04 Maret 2020.

9
manusia yang dapat mengatasi dosa. Yesus Kristuslah yang dapat
mewujudkan kedua maksud tersebut.11
Menurut Charles C. Ryrie praeksistensi Kristus berarti Ia telah ada
sebelum dilahirkan. Artinya Yesus telah ada jauh sebelum ada penciptaan
dan sebelum adanya waktu, akan tetapi praeksistensi tidak disamakan
dengan kekekalan-Nya.12 Praeksistensi dan kekekalan berbeda tetapi tak
bisa dipisahkan. Keberadaan Yesus sebelum Ia berinkarnasi (praeksistensi)
dapat dibuktikan secara biblika, seperti halnya pengakuan Yesus sendiri
bahwa Ia telah ada sebelum Abraham ada (Yoh. 8:58). Hal ini jelas bahwa
sebelum ada karya penciptaan, Yesus telah ada, maka Yesus pun ikut
terlibat dalam karya penciptaan (Yoh.1:3; Kol.1:16; Ibr. 1:2). Paulus pun
menuliskan dalam Kolose 1:17 bahwa ”ia ada terlebih dahulu dari segala
sesuatu ada di dalam Dia”.13
Selain dari bukti-bukti di atas, bukti lain adalah pernyataan-
pernyataan bahwa Yesus berasal dari surga (Yoh. 3:13), memiliki hakikat
yang sama dengan Allah (Yoh. 10:30), memiliki kemuliaan yang sama
dengan Bapa sebelum dunia ada (Yoh. 17:5). Pengakuan Paulus juga
bahwa Kristus memiliki sifat yang sama dengan Allah (Flp. 2:6). Dengan itu,
Yesus memiliki derajat yang sama dengan Allah Bapa dan sekaligus
menyatakan keberadaan (eksis) yang sama, sebelum berinkarnasi ke
dunia.14
Salah satu sifat hakiki Yesus adalah bersifat kekekalan. Kekekalan
yang dimaksudkan adalah Yesus tetap ada, sifatnya abadi, selama-
lamanya, atau sebagai awal dan akhir. Dengan itu, aspek kekekalan Kristus
harus diperhatikan dalam Alkitab sebagai kebenaran. Alkitab menyaksikan
bahwa Kristus bukan saja kekal tetapi juga memiliki semua sifat-sifat ilahi
Allah. Dalam Mikha 5: 1 dituliskan bahwa Anak yang akan lahir di
Betlehem adalah ”permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”.

11
. Stevri I. Lumintang, Keunikan Theologia Kristen,…, 84-85
12
. Charles C. Ryrie, Teologia Dasar 1, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2013), 352
13
. Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, (Malang: Literatur SAAT, 2010), 264
14
. Charles C. Ryrie, Teologia,…, 352-354

10
Selain itu kedatangan Kristus juga dinyatakan secara ilahi dalam Yesaya
9:5 bahwa Kristus itu sebagai Allah yang ‘perkasa’ dan ‘Bapa yang kekal’.
Nama ‘Jehova’ juga sering dikenakan kepada Kristus, seperti dalam
Keluaran 3:14 dinyatakan : AKULAH yang kekal”.
Sementara itu dalam PB juga memberikan kesaksian mengenai
kekekalan Yesus. Secara jelas dituliskan dalam Yohanes 1:1 bahwa,
“Firman itu adalah Allah” (Theos), bukan bersifat ilahi (Theois).25 Kemudian
dalam surat Kolose 1:17 menegaskan bahwa, ”Ia ada terlebih dahulu
sebelum segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia”. Demikian
dalam Efesus 1:4 memuat tentang janji-janji Allah yang kekal. Bahkan
dalam pernyataan Yesus sendiri dalam Wahyu 1:8, 17: ”Aku adalah Alfa
dan Omega,..Yang Awal dan yang Akhir”.15
Istilah inkarnasi tidak ditemukan dalam Alkitab, tetapi istilah ini telah
menjadi istilah yang baku (terminus teknikus) dalam tradisi berteologia.
Kata inkarnasi (in carne) artinya masuk ke dalam daging. Istilah inkarnasi
merujuk kepada pribadi kedua dari Allah Tritunggal menjadi manusia. 16
Rujukan inkarnasi Yesus terdapat dalam Yohanes 1:14, ”Firman itu
telah menjadi manusia”. Kata manusia dalam bahasa Yunani adalah Sark,
artinya daging.17 Hal ini menyatakan bahwa kesungguhan menjadi manusia,
sementara Firman (Logos), menyatakan kesungguhan keilahian Yesus.
Jadi inkarnasi adalah Firman (Logos) yang benar-benar Ilahi itu telah
sungsuh-sungguh menjadi manusia. Istilah lain yang berkaitan dengan
inkarnasi adalah teori kenosis. Rujukan dari istilah kenosis terdapat dalam
Filipi 2:7, Ia ‘mengosongkan’ (ekenosen) Diri-Nya. Menurut Paul Enns
pengosongan diri-Nya bukan merupakan pengurangan tetapi sebuah
tambahan, dengan pendekatan bahwa pengosongan adalah mengambil
rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia, dan dalam rupa

15
. Charles C. Ryrie, Teologia,…, 352-354
16
. Paul Enns, The Moody Handbook,…, 271
17
. Charles C. Ryrie, Teologia Dasar I,…, 357

11
seorang manusia, serta Ia merendahkan diri-Nya menjadi taat sampai
mati.18
Dengan itu, keilahian Yesus menjadi tidak berkurang setelah Ia
menjadi manusia. Menurut Charles R. Ryrie tujuan dari inkarnasi oknum
kedua Allah Trinitas adalah: sebagai bentuk penyingkapan diri Allah kepada
manusia (Yoh. 1:18; 14:7-11), untuk menjadi teladan bagi umat manusia
(1Ptr. 2:21; 1Yoh. 2:6), untuk memberikan pengorbanan yang efektif untuk
dosa (Ibr. 10:1-10), untuk mengenapi perjanjian kepada Daud (Luk. 1:31-
33). Kemudian untuk menjadi imam yang besar yang penuh rasa simpati
(Ibr. 4:14-16), serta untuk menjadi seorang hakim yang memenuhi syarat
(Yoh. 5:22, 27). Dengan itu, genaplah yang dinubuatkan oleh para nabi. 19
Alkitab juga menyaksikan keunikan pribadi Yesus Kristus, yaitu Allah
sejati dan manusia sejati. Kedua natur ini tak bisa dipisahkan satu dengan
yang lainya. Menurut rumusan teologi ini menjadi pemahaman yang baku
dalam iman Kristen.
Alkitab memberikan rujukan tentang ke-ilahian Yesus, misalnya
dalam pengajaran-Nya selalu bersifat egosentris. Senada dengan itu J.R.W
Stott menuliskan bahwa: Pengajaran Yesus bersifat egosentris artinya Dia
hampir selalu berbicara tentang diriNya sendiri. Meskipun Dia juga
berbicara tentang Allah Bapa namun dihubungkan dengan diri-Nya yang
selalu menjadi pusat beritanya. Dia juga berbicara tentang kerajaan Allah
tetapi Dia juga menempatkan dir-Nya sebagai pusat kerajaan itu (Mat.
13:41; 16:23; 20:21; 25:34-40; Luk. 24:42; Yoh. 18:33-38). Dia juga
menunjuk diriNya sendiri dengan berkata : Akulah jalan (Yoh. 14:6), Akulah
roti hidup (Yoh. 6:35), dan seterusnya. Dia juga memprolamsikan bahwa
apa yang dikatakan dalam kitab taurat, kitab nabi-nabi, dan mazmur
tentang diri-Nya (Yoh. 5:46; Yoh. 8:56; Luk. 4:18-19; Luk. 24:27, 44).
Bahkan Dia juga menentang pendengar-Nya secara langsung dengan
berkata: ”Marilah kepada-Ku” atau ”ikutlah Aku” dan Dia berjanji akan

18
. Paul Enns, The Moody Handbook,…, 281
19
. Charles C. Ryrie, Teologia Dasar I,…, 358

12
mengangkat segala beban orang yang kesusahan (Mat. 11:28-30),
mengenyangkan yang lapar (Yoh. 6:35), dan menyegarkan jiwa yang
dahaga (Yoh. 6:35; 7:37). Dia menuntut pengikut-Nya untuk percaya dan
taat kepada-Nya (Yoh. 6:29; 3:36; 8:24; 16:8-9), bahkan mengasihi-Nya
lebih dari yang lain (Mat. 10:37). Kemudian juga menyatakan bahwa jika
Dia telah kembali ke sorga, maka Dia akan mengutus Roh Kudus untuk
bersaksi tentang Dia (Yoh. 15:26), memuliakan Dia dan memberitakan apa
yang diterima dari Dia (Yoh:14:16). Akhirnya, Dia berkata : “Apabila Aku
ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu”
(Yoh. 12:32).20
Selain dari pengajaran-Nya yang besrsifat egosentris, Yesus juga
mengakui bahwa ia adalah Allah. Pemakaian kata ego emi (Akulah) juga
dipakai dalam Perjanjian Lama, dimana Allah menyatakan diri-Nya kepada
Musa, ”Aku adalah Aku” (Kel. 3:14). Selain itu, Yesus sendiri juga mengaku
bahwa Ia adalah Mesias (Mrk. 8:27-28). Keabsahan-Nya sebagai Allah juga
dinyatakan melalui aktifitas yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, seperti
mengampuni dosa (Mrk. 2:1-12; Luk. 7:48), Dia memberi hidup (Yoh. 6:35;
Yoh. 4:10-15, dan seterusnya), serta Dia juga akan menghakimi dunia dan
mengangkat orang mati.21 Selain itu, dibuktikan dengan tindakan atau
perbuatan-Nya yang melampaui rasional (irasional) manusia, yaitu mujizat.
Secara moral, Yesus juga memiliki moral yang bersifat ilahi artinya Ia tidak
hidup didalam dosa. Tak ada seorang pun yang membuktikan Dia berdosa
(Yoh. 8:29). Dengan itu sangat jelas bahwa Yesus adalah sungguh-
sungguh Allah sejati.
Selain pengakuan kepada keilahian Yesus, Kekristenan juga
mengakui bahwa Yesus adalah manusia sejati. Dalam Yohanes 1:14
sangat jelas dikatakan bahwa Firman “Logos” itu telah menjadi daging
“Sark”. Kemanusiaan Yesus dapat dilihat dengan aspek-aspek kehidupan
manusia biasa pada umumnya. Secara fisik Yesus dilahirkan oleh seorang

20
. J.R.W Stott, Karya Kristus Bagi Kita, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), 17-18
21
. Paul Enns, The Moody HandBook of Theology,…, 275-278

13
wanita (Gal. 4:4). Akan tetapi Yesus dilahirkan dari anak dara, dengan itu
Dia tidak berdosa. Yesus juga merasakan lapar (Mat. 4:2; 21:18),
merasakan haus (Yoh. 19:28), Ia merasakan letih (Yoh. 4:6). 22 Artinya,
Yesus juga merasakan apa yang dirasakan oleh manusia pada umumnya.
selain itu, seperti manusia pada umumnya memiliki proses mental secara
normal, Yesus juga demikian. Yesus harus bertanya untuk mendapatkan
informasi (Mrk. 9:21; Luk. 2:46-67). Secara intelektual, Yesus juga belajar
kitab suci dengan nalar sebagaimana anak-anak Yahudi pada saat
itu. Secara emosional, Yesus mengasihi keluarga-Nya (Yoh. 19:26),
dan sahabat-Nya (Mat. 23:37), bisa marah (Mrk. 19:26), merasakan sedih
(Mat. 9:36), Ia juga memiliki kehendak yang beda dengan Bapa-Nya (Mat.
26:39). Dan secara spiritual, Yesus juga berdoa kepada Bapa (Mrk. 1:35),
serta beriman dan taat kepada Bapa (Fil. 2:8). 23 Dari semua uraian diatas,
sangat jelas bahwa ciri-ciri manusia pada umumnya juga dimiliki oleh
Yesus.
- Kelahiran Yesus
Peristiwa sekitar kelahiran Tuhan Yesus berbeda dengan kelahiran
manusia biasa pada umumnya (Mat. 1:18:25 dan Luk. 1:26-38). Sebelum
kelahiran-Nya diawali dengan kedatangan malaikat Gabriel kepada Maria
untuk memberitakan bahwa ia akan mengandung Mesias (Luk. 1:26).
Kemudian keunikan kelahiran Yesus juga terletak pada kelahiran seorang
perawan. Charles R. Ryrie menulis bahwa tujuan kelahiran seorang
perawan adalah untuk menjaga agar Kristus tetap tanpa dosa. 24 Dengan itu,
kelahiran Yesus telah menyatakan kuasa Allah yang ajaib dalam karya Nya.
Peristiwa lain setelah kelahiran Yesus pun dinyatakan dengan
kedatangan orang-orang majus dari timur, dengan membawa
persembahan berupa mas, mur, dan kemenyan (Mat. 2:1-2) kepada Sang

22
. Henry C. Thiessen, Teologia Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 2007), 333-334
23
. Stevri I. Lumintang, Keunikan Theologia Kekristenan di Tengah Kepalsuan, (Malang:
Literatur PPII, 2010), 88-89
24
. Charles R. Ryrie, Teologia Sistematika,…, 360

14
Raja Agung. Selain itu Lukas 2:8-20 mencatat bahwa malaikat Tuhan
memberitakan
kepada gembala-gembala yang tinggal di padang mengenai
kelahiran Sang Juru Selamat, Kristus Yesus. Peristiwa-peristiwa sekitar
kelahiran Yesus merupakan karya agung sebagai rahasia Allah yang
dinyatakan pada umat manusia.
- Kematian-Nya
Sebelum kematian-Nya, Yesus banyak mengalami penderitaan.
Stevri I. Lumintang menuliskan bahwa :
Yesus memahami bahwa pendetiaan-Nya merupakan kenyataan
yang Dia harus hadapi, karena itu sesuai dengan penentuan Allah
Tritunggal. Ia menderita seumur hidup, penderitaan-Nya adalah total
(manusia secara utuh), tubuh dan jiwa. Penderitaan-Nya menjadi lebih unik
karena Ia menderita demi menanggung kesalahan semua manusia (semua
musuh-Nya). Penderitaan-Nya adalah penderitaan yang menebus,
menganti penderitaa orang berdosa yang terpisah dengan Allah (orang
berdosa ditinggalkan oleh Allah). Pergantian ini dimengerti dengan seruan
Yesus di atas kayu salib: “Eloi-Eloi Lama Sabakhtani”, merupakan seruan
penebusan, dimana Yesus menganti posisi manusia yang terpisah jauh dari
Allah karena dosa (neraka).25 Dengan itu, dapat dipahami bahwa
penderitaan Yesus adalah suatu proses menuju kematianNya sebagai
puncak dari karya penebusan Kristus bagi orang berdosa. Dalam kematian-
Nya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti : Dia disalibkan tanpa
bersalah, kematian-Nya disertai dengan tanda-tanda ajaib (kegelapan, tabir
Bait Allah terbelah menjadi dua, terjadi gempa bumi, dan kuburan-kuburan
terbuka dan orang kudus yang telah meninggal bangkit), kematianNya telah
dinubuatkan, dan sebagainya. Selain dari uraian di atas, ada aspek-aspek
yang sangat penting dalam kematian Yesus Kristus. Aspek-aspek tersebut
dapat kategorikan sebagai berikut26 :

25
. Stervi I. Lumintang, Keunikan Theologia Kekristenan,…, 97-98
26
. Lotnatigor Sihombing, Yesus Kristus Tuhan Kita,…, 66-86

15
o Pengurbanan (Sacrifice), Yesus merupakan pengenapan hukum
taurat, secara simultan Ia sebagai imam dan juga kurban yang tidak
bercacat sebab Ia tidak pernah melakukan kesalahan.
o Perdamaian (Propitiation), dengan pengurbanan Yesus maka ada
perdamaian antara Allah dan manusia (Rm. 3:25; Ibr. 2:17).
o Pendamaian atau pemulihan (reconciliation), melalui kematian
Yesus maka manusia berdosa (ekhtros) telah berubah menjadi ‘yang
dikasihi Allah’ (agapetos) melalui darah Yesus Kristus.
o Penebusan (redemption), dengan kematian Yesus maka umat
manusia telah di tebus dari belenggu (hamba) dosa dengan harga yang
mahal melalui darah yang mengalir di atas kayu salib.
Dengan itu, melalui karya penebusan maka orang percaya akan
memperoleh panggilan atau pemilihan Allah, pembenaran, pengudusan,
dan kelahiran kembali.
- Kebangkitan-Nya
Kebangkitan Yesus adalah salah satu kebenaran dasar iman
Kristen. Kebangkitan Yesus Alkitab memberikan rujukan melalui bukti-bukti
seperti, kubur kosong (Mat. 28:6; Mrk. 15:4-45; 16:1; Luk. 24:3, 12; Yoh.
20:1-2). Selain itu, Yesus sendiri menampakan dir-Nya baik kepada
Maria Magdalena (Yoh. 20:11-18; Mrk. 16:9), kepada beberapa
wanita (Mat. 28:1-10), kepada Petrus (Luk. 24:34), kepada dua murid yang
berjalan di Emaus (Luk. 24:13-35), kepada kedua belas murid, kecuali
Thomas yang tidak hadir (Luk. 24:36-43; Yoh. 20:10-23), kepada Thomas
yang berada di antara keduabelas murid (Yoh. 20:24-29), dan seterusnya.
Kebangkitan Yesus adalah merupakan pengenapan nubuatan dalam PL
(Mzm. 2:7; Ibr. 1:5; Kis. 13:33; Mzm. 16:8-11; Kis. 16:2:25-31; Mzm. Yes.
53). Selain itu Yesus sendiri berkali-kali memberitahukan kepada murid-
murid-Nya bahwa Ia akan mati dan bangkit (Yoh. 2:19, 21; Mat. 12:40; Mrk.
8:31; Mat. 27:63; Yoh. 10:18).27

27
. Stevri I. Lumintang, Keunikan Theologi Kristen,…, 99

16
Selain itu, kebangkitan Yesus juga membuktikan ke-ilahian-Nya,
dan kebangkitan-Nya menjamin bahwa pengorbanan-Nya diterima (Rm.
4:24). Kemudian kebangkitan-Nya juga membuktikan kebangkitan daging.
- Kenaikan-Nya
Setelah Ia bangkit dari kematian-Nya, kemudian Ia menampakkan
diri beberapa kali selama empat puluh hari, maka Ia naik ke surga (Mrk.
16:19; Luk. 24:51; Yoh. 3:13; Kis. 7:55-56). Menurut Peter Wongso,
kenaikan Yesus penting karena; pertama, tubuh kebangkitan-Nya tidak lagi
ditaklukan oleh hukum taurat; kedua,dunia tidak mampu menerima atau
menampung tubuh
kebangkitan yang tak berdosa itu; ketiga, kenaikan-Nya merupakan
penggenapan penebusan umat manusia; keempat, untuk menjadi berita
yang kuat bagi para rasul dalam memberitakan Injil; serta kelima, untuk
menjadikan-Nya objek penyembahan.28
Selain itu, Peter Wongso juga menuturkan bahwa kenaikan Yesus
bertujuan untuk menjadi pelopor bagi para pengikut-Nya menuju surga (Ibr.
6:20), Dia juga menyediakan tempat bagi setiap orang percaya (Yoh. 14:2;
Ibr. 9;21-24), Ia menyatakan diri-Nya di hadapan Allah Bapa demi jemat-
Nya (Ibr. 9:24), dan Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai khalik
dan bumi menanti saat di mana segalanya takluk kepada-Nya. 29 Dengan itu,
kenaikan Yesus sangat penting dalam karya keselamatan umat manusia.
- Kedatangan-Nya Kembali
Kedatangan Yesus kembali merupakan janji-Nya kepada umat
manusia. Namun mengenai saat dan waktu kedatangan-Nya tak seorang
pun yang tahu, hanya Allah Bapa yang mengetahuinya (Mat. 24:36), pada
saat yang tak terduga Kristus datang kembali (Mat. 24:44). Kedatangan-
Nya kembali dengan tubuh kebangkitan (dilihat secara rohani), da bersifat
universal dengan waktu yang bersamaan, serta Ia datang seperti waktu Ia

28
. Peter Wongso, Kristologi, (Malang: Literatur SAAT, 1990), 110-111
29
. Peter Wongso, Kristologi,…, 113-114

17
naik ke surga (Kis. 1:11; Mat. 24:30-36; 26:64, dan seterusnya). 30 Kemudian
kedatangan-Nya kembali bersifat penghakiman.
Kedatangan Yesus yang kedua kali mewujudkan kemenangan
besar dan akhir atas segala sesuatu. Karena itu, kedatangan-Nya yang
kedua kali digambarkan dengan kemuliaan besar (Mat. 24:30; Mrk. 13:36;
Luk. 21:27). Kedatangan-Nya kelak menyatakan kemenangan final-Nya
atas segala sesuatu, kontras dengan kedatangan-Nya yang pertama dalam
kerendahan-Nya. Dengan demikian, kedatangan-Nya kembali merupakan
penggenapan serta penyempurnaan karya penebusan segenap umat
manusia menuju kepada kekekalan yang abadi.

IV. DOKTRIN TENTANG KESELAMATAN

A. Keselamatan

Keselamatan merupakan hal terpenting dalam iman kekristenan, dan


membedakan agama-agama yang lain dengan agama Kristen adalah
dalam hal keselamatan. Pokok keselamatan itu adalah Yesus Kristus
sendiri sebagai Juruselamat. Orang Kristen memiliki jaminan yang pasti,
jaminan ketika orang tersebut mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya, karena keselamatan hanya ada dalam Yesus Kristus.

Kata “ Keselamatan ” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ sozo ” yang


artinya: menyelamatkan, membebaskan, mengawetkan, melestarikan,
menyembuhkan.31 Dan dalam kaitannya dengan manusia berarti “
menyembuhkan dari kematian atau mempertahankan hidup ”.

Manusia diciptakan dalam keadaan kudus dan tanpa dosa oleh


Allah. Manusia diciptakan sempurnah adanya. Manusia pertama yaitu
Adam dan Hawa hidup dalam keadaan yang tak bercacat dan tak bernoda

30
. Ibid
31
M Barclay, Jr Newman., Kamus Yunani – Indonesia (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1991 ),
167

18
dan Allah memberika perintah kepada mereka untuk memelihara taman
eden. Manusia diciptakan oleh Allah dengan kehendak bebas dan bebas
memilih yang baikdan yang jahat. Tetapi, karena memilih yang salah maka
hubungan dengan Allah putus dan secara rohani mengalami kematian.
Dengan demikian keselamatan dibutuhkan oleh orang-orang yang sudah
mengalami kematian rohani. Efesus 2:8-9 “sebab kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri ”

Dari sudut pandangan Allah, keselamatan meliputi segenap karya


Allah dalam membawa manusia keluar dari hukuman menuju pembenaran,
dari kematian ke kehidupan kekal, dari musu menjadi anak. Dari sudut
pandangan manusia keselamtan mencakup segala berkat yang berada
didalam Kristus, yang bisa diperoleh dalam kehidupan sekarang maupun
kehidupan yang akan datang.32

Kasih karunia mempunyai kesamaan arti dengan anugerah. “ istilah


anugerah yang digunakan dalam bahasa Yunani yaitu: kharis yang berarti
sesuatu yang mendatangkan kepuasan dan menjamin sukacita. Konsep
anugerah dalam PB meliputi juga arti dalam bahasa Ibrani dan Yunani
klasik. Konsep ini dipertinggi dengan pengertian Juruselamat Yesus Kristus.
Pemberian Cuma-Cuma anugerah Allah dalam pribadi Kristus itu adalah
arti khusus PB. Pengorbanan diri-Nya sendiri sebagai anugerah ( Rom
6:10; 5:15; Ef 2:8 ) dan yang menang atas hukuman dan kuasa dosa. Bila
telah diterima, anugerah itu memerintah hidup rohani penerima dan
mendatangkan anugerah demi anugerah. Akibatnya orang-orang beriman (
Kristen ) itu memulangkan syukur kepada Allah bagi kekayaan anugerah
yang tak terlukiskan itu ( II Kor 9:15 ).33

Kasih karunia merupakan tindakan Allah yang membuat manusia


kembali menerima hidup yang kekal. Kasih karunia adalah kehadiran dan
32
Charles C. Ryrie., Teologi dasar 2 (Yokyakarta : Andi, 1992 ), 15
33
Chris Marantika., Doktrin Keselamatan Dan Kehidupan Rohani (Yokyakarta : Iman perss,
2002 ), 37

19
kasih Allah melalui Kristus Yesus yang diberikan kepada orang percaya
oleh Roh Kudus, sambil memberikan kemurahan pengampunan dan
keinginan serta kuasa untuk melakukan kehendak Allah. Jadi, kasih karunia
adalah pemberian Allah yang Cuma-Cuma kepada manusia. Oleh sebab
manusia diselamatkan, maka Allah membenarkan manusia. Dibenarkan
adalah perbuatan Allah sebagi hakim, yang oleh karena Yesus Kristus Ia
membenarkan orang berdosa yang telah percaya kepada Kristus; dan
hukuman dosa tidak lagi dipertanggungkan keatas orang itu dan orang itu
mulai berkenan kepada Allah. Dengan perkataan lain, dibenarkan adalah
suatu perbuatan Allah sebagai hakim dalam mengampuni dosa-dosa
manusia, serta melepaskan mereka dari hukuman dosa itu, dan menerima
mereka Kristus menjadi korban dosa mereka. Dalam Alkitab perkataan
dibenarkan berarti dianggap benar.

Manusia yang telah jatuh dalam dosa sudah mempengaruhi


tabiatnya yaitu sifat jasmani dan rohani. Penyakit telah mengenai tubuhnya
dan dosa telah menajiskan jiwanya. Tetapi, karena kasih karunia Allah,
tebusan yang sempurna telah menyembuhkan penyakit itu, serta membawa
hidup baru bagi tubuh dan hidup baru bagi Roh. Melalui penebusan, Yesus
Kristus telah mengulurkan tangan-Nya kepada orang berdosa dan yang
sakit untuk menawarkan keselamatan jiwa dan kesembuhan tubuh.
Keselamatan perlu diterapkan didalam kehidupan setiap orang Kristen agar
benar-benar bahwa ia sudah diselamatkan. Tetapi dalam hal ini perlulah
juga pertobatan dan iman. Pertobatan adalah keadaan dimana seorang
berdosa menyesal karena dosa-dosanya, yang dinyatakan kepadanya oleh
terang firman Tuhan dan gerakan Roh Kudus sehingga dengan
kehendaknya sendiri ia mengubah pikirannya dan hatinya lalu berbalik dari
dosanyadan berpaling kepada Allah. Iman yang menyelamatkan yaitu
percaya dengan hati, ( Rm 10:9-10 ). Iman yang menyelamatkan adalah
iman yang menginsafkan diri kita bahwa kita akan binasa, dan sungguh-
sungguh rindu untuk diselamatkan.

20
BAB II TUGAS MANDIRI
MENGENAL SEKILAS AJARAN AGAMA HINDU

A. PENDAHULUAN

Asal-usul Agama Hindu di dunia dimulai dari masuknya Bangsa Arya


ke India sejak 1500 SM. Masuknya Bangsa Arya ke India membawa
perubahan yang sangat besar dalam tata kehidupan masyarakat India.
Perubahan tersebut terjadi karena Bangsa Arya mengadakan integrasi
kebudayaan dengan Bangsa Dravida dan selanjutnya integrasi ini
melahirkan agama Hindu. Asal-usul Agama Hindu Bangsa Arya mulai
menulis kitab-kitab suci Weda. Kitab suci ini dituliskan dalam 4 bagian
seperti Reg Veda, Sama Veda, Yayur Veda, dan Atharwa Veda. Peradaban
dan kehidupan bangsa Hindu jelas terdapat juga dalam kitab Brahmana

21
atau dalam kitab Upanisad. Ketiga kitab inilah yang menjadi dasar
pemikiran dan dasar kehidupan orang-orang Hindu. 34
Kepercayaan Bangsa Hindu bersifat politeisme (memuja banyak
dewa). Di dalam pemujaan terhadap dewa itu sering dibuatkan patung-
patung yang disesuaikan dengan peranan dewa tersebut di dalam
kehidupan manusia. Patung-patung itu merupakan simbol dari dewa-dewa
yang disembahnya seperti misalnya Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta,
Dewa Wisnu sebagai Dewa Pelindung, dan Dewa Siwa sebagai Dewa
Pelebur atau Pembinasa. Ketiga dewa itu diberi nama Tri Murti. Tri Murti
sendiri berarti yang Maha Kuasa. Sedangkan dewa-dewa lainnya yang
dipuja seperti Dewi Saraswati sebagai Dewi Kesenian dan Ilmu
Pengetahuan, Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan, dan lain sebagainya. 35
Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama
Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.

B. KITAB VEDA
Sumber utama ajaran Agama Hindu adalah Veda. Kata Veda berasal
dari bahasa Sanskerta, berakar kata Vid yang artinya ilmu pengetahuan.
Tetapi tidak semua ilmu pengetahuan dapat disebut sebagai Veda. Veda
adalah ilmu pengetahuan yang mengandung tuntunan rohani agar manusia
mencapai kesempurnaan hidup atau paravidya. Veda juga mengandung
ilmu pengetahuan tentang ciptaan Brahman atau aparavidya untuk tujuan
memuliakan hidup manusia dan alam semesta. 36
Veda disebut sebagai kitab suci Agama Hindu, karena:
1. berbentuk buku atau kitab,
2. disucikan oleh pemeluk agama Hindu, diyakini sebagai wahyu Tuhan,
dan
34
. Sejarah Lengkap Agama Hindu, dalam http://www.mantrahindu.com, diakses Selasa, 24
Maret 2020, pukul. 20.25 Wita
35
. Sejarah Lengkap Agama Hindu, dalam http://www.mantrahindu.com, diakses Selasa, 24
Maret 2020, pukul. 20.25 Wita
36
. Ida Made Sugita, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Edisi Revisi Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2017. Hlm. 3

22
3. dipakai sebagai pedoman dasar hidup oleh umat Hindu dalam
melakukan hidup bermasyarakat.
Veda juga disebut sebagai mantra, terutama ketika diucapkan
dengan hikmat oleh para Sulinggih. Perhatikan ketika ada Sulinggih atau
Pandita yang sedang merapalkan mantra, maka Sulinggih itu disebut
sebagai sedang ngaveda. Dalam konteks ini, Veda berarti pujastuti atau
mantra.37
Sifat Veda adalah Anadi dan Anantha karena Veda merupakan
wahyu Tuhan melalui para Maha Rsi. Sifat Veda dapat dikategorikan,
sebagai berikut: 1. Sifat Veda tidak berawal karena Veda merupakan sabda
Tuhan yang telah ada sebelum alam diciptakan; 2. Sifat Veda tidak berakhir
karena Veda berlaku sepanjang zaman; 3. Sifat Veda berlaku sepanjang
zaman, dari zaman manusia prasejarah sampai zaman modern; 4. Sifat
Veda mempunyai keluwesan dan tidak kaku namun tidak memiliki inti, pada
hakikatnya Veda bersifat fleksibel; dan 5. Sifat Veda disebut Apauruseyam,
maksudnya Veda tidak disusun oleh manusia, melainkan diterima oleh para
Rsi melalui wahyu. Adapun fungsi Veda, yaitu 1. Veda sebagai sumber
kebenaran, sumber etika, dan tingkah laku; 2. Veda sebagai kitab suci
Agama Hindu, dipergunakan untuk menuntun umat manusia dalam usaha
mencapai kesucian; 3. Veda sebagai sumber ajaran kebenaran sehingga
diutamakan oleh umat manusia di dunia. Jadi, dapat dikatakan bahwa Veda
merupakan keyakinan yang sangat mendasar untuk mencapai tujuan akhir
yaitu Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.38

C. SRADDHA ATAU KEYAKINAN


Umat Hindu secara khusus diwajibkan untuk mempunyai sraddha
atau keyakinan. Ada lima sraddha yang harus diyakini oleh umat Hindu.
Kelima sraddha itu disebut Panca Sraddha yang terdiri dari:

37
. Ida Made Sugita, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Edisi Revisi Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2017. Hlm.4
38
. Ida Made Sugita, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Edisi Revisi Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2017. Hlm.5

23
1. Brahman adalah keyakinan terhadap keberadaan Tuhan dengan
segala sifat-sifat dan kemahakuasaan-Nya. Tuhan disebut juga Sang
Hyang Widhi.
2. Atman adalah keyakinan terhadap adanya energi terkecil dari
Brahman yang ada di dalam setiap makhluk hidup. Atman
menyebabkan semua makhluk bisa lahir, hidup, berkembang, dan
mati. Atman juga merupakan sumber hidup dari semua makhluk
yang ada di Bumi ini.
3. Karmaphala adalah keyakinan terhadap adanya hukum karma.
Hukum karma mutlak berlaku terhadap semua makhluk dan semua
yang ada di dunia ini.
4. Punarbawa adalah keyakinan akan adanya kelahiran yang berulang-
ulang sesuai dengan karma wasana.
5. Moksa adalah keyakinan akan adanya kebahagiaan abadi,
bersatunya Atman dengan Brahman, sehingga terbebas dari
pengaruh punarbawa dan hukum karmaphala. 39

D. TUHAN MENURUT AGAMA HINDU


Ilmu Ketuhanan dalam agama Hindu diberi bermacam macam istilah,
salah satuanya yaitu “Brahma Vidya”. Brahma Vidya merupakan salah satu
dari ajaran agama Hindu yang membahas mengenai teologi Hindu. Didalam
ajaran Brahma Vidya tidak saja membahas tentang Tuhan Yang Maha Esa,
Para Dewa, dan Roh Suci Leluhur, tetapi juga membahas ciptaan-Nya. 40
Dalam makalah Mudita, dijelaskan, Istilah Brahma adalah suatu
istilah yang dipergunakan oleh umat Hindu untuk menyebutkan nama
Tuhan sebagai pencipta pemelihara maupun tempat tujuan dari manusia
atau alam semesta nanti pada zaman pralaya. Mahadevan (1984:300)
menyebut brahmavidyà sebagai the knowledge of Brahman, sedang Apte

39
. Ida Made Sugita, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Edisi Revisi Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2017. Hlm.6
40
. Mudita, Teologia Hindu, dalam http://manyul83.blogspot.com/, diakses Selasa 24
Maret 2020, 22.15 WITA.

24
dalam Sanskrit English Dictionary (1987:466) menerjemahkan teologi
dengan Ìúvara-brahmajñànam, paramàrthavidyà, adhyàtmajñànavidyà yang
secara leksikal berarti pengetahuan tentang ketuhanan, pengetahuan
tertinggi, dan pengetahuan rohani (spiritual). Berdasarkan uraian tersebut
brahmavidyà berarti pengetahuan tentang Tuhan Yang Maha Esa,
mencakup semua manifestasi-Nya, ciptaan-Nya dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan-Nya. Pengertian yang terakhir ini sudah mencakup
pengertian yang amat luas tentang brahmavidyà. Menurut Pudja (1984:14)
teologi di dalam Bahasa Sanskerta disebut Brahmavidyà atau Brahma
Tattva Jñàna.41
Pengertian Ketuhanan dalam Hindu adalah bagaimana cara hindu
memandang wujud Tuhan itu sendiri. Maka keberadaan Tuhan atau
Brahman dalam agama Hindu adalah yang berwujud dan yang tidak
berwujud. Tuhan dalam agama Hindu terutama di Bali disebutkan sebagai
Sang Hyang Widhi yang berarti Sang Pencipta atau penguasa hukum dan
pengendali (Titib, 14, 2003). Timbul pertanyaan apakah brahma atau siva
sama dengan sang hyang widhi? Pertanyaan tersebut dapat dijawab
melalui sloka ini :
Indram mitram varunam agnim ahur
Atho divyah sa suparno garutman
Ekam sadvipra bahudavadhanty
Agnim yamam matarisvanam ahuh
(Reg weda I.164.46)
“Mereka yang menyebut-Nya dengan Indra, mitra, varuna, dan agni, Ia
yang bersayap keemasan Garuda, Ia adalah Esa, para maharsi (viprah)
memberinya banyak nama, mereka menyebut Indra, Yama, Matarisvan.
Jadi dengan itu bisa dikatakan bahwa Tuhan itu esa dan orang bijak
menyebutNya dengan banyak nama yang indah. Tuhan yang mencipta
alam semesta itu tidak berwujud (impersonal god). Namun pada saat Sang

41
. Mudita, Teologia Hindu, dalam http://manyul83.blogspot.com/, diakses Selasa 24
Maret 2020, 22.15 WITA.

25
Hyang Widhi menerima persembahan, maka Ia berwujud sebagai
personifikasiNya. Brahma, Wisnu, Siwa sebagai suatu kesatuan Tri Murti
yang diwujudkan dalam alam pikiran.42

E. KESELAMATAN MENURUT AGAMA HINDU


Bhakti (Bahasa Sanskerta), merupakan jalan yang indah menuju
“keselamatan.” Bhakti adalah wujud cinta kasih, yang bisa kita
persembahkan kepada Tuhan. Jika Tuhan puas terhadap apa yang kita
lakukan dalam bhakti, maka di manapun kita berada tentu akan merasa
mendapat perlindungan-Nya. Tanpa kehadiran Tuhan, kita akan linglung,
seolah-olah kehilangan kesadaran dalam melaksanakan kewajiban yang
bernilai rohani. Kita boleh asyik berkegiatan yang sifatnya duniawi, namun
hendaknya jangan lupa bahwa berbuat yang bernilai rohani tidak kalah
penting untuk mencapai “keselamatan.”43
Pengendalian pikiran sangat penting dalam ajaran Agama Hindu
terkait keselamatan. Budi Raharjo menjelaskan, “Pikiran adalah pusat
segala kegiatan berupa kebaikan atau keburukan. Oleh karena itu tugas
kita adalah mengendalikan pikiran betapapun sulitnya. Apa bila pikiran
sudah ditaklukkan, maka seseorang dengan tulus hati dan sukarela akan
mematuhi perintah-perintah Tuhan yang sudah bersemayam di dalam
hatinya. Mematuhi perintah Tuhan adalah syarat mutlak untuk memperoleh
keselamatan. Keselamatan bukan dicapai hanya sekedar memasuki agama
tertentu tanpa melakukan sesuatu. Selain itu manfaat pengendalian pikiran
adalah mengarahkan kegiatan yang bersifat spiritual. Kegiatan tersebut
adalah bhakti yang tidak cukup hanya diangan-angan dalam pikiran saja.

42
. Lingga Wardana Ida Bagus, Pantheisme dalam Teologi Hindu, dalam
https://linggashindusbaliwhisper.com/, diakses Selasa 24 Maret 2020. Pukul:22.22 Wita
43
. Budi Raharjo, Gambaran Keselamatan Dalam Agama Hindu, Makna Keselamatan Dalam
Perspektif Agama-Agama Edisi Revisi 2014, Pusat MPK Universitas Sanata Dharma. Hlm.2

26
Bhakti harus diwujudkan dalam bentuk cinta kasih yang nyata untuk
meningkatkan keinsyafan diri dan mencapai keselamatan.” 44
Budi Raharjo, menjelaskan bahwa peran manusia dalam mencapai
keselamatan sangat penting. Manusia disebut sebagai makhluk
monodualis, artinya dua menjadi satu yaitu jiwa dan raga atau rohani dan
jasmani. Sesosok raga tiada artinya tanpa kehadiran sang jiwa, namun jiwa
tanpa raga juga kurang sempurna. Jiwa berasal dari bahasa Sanskerta jiva
yang artinya adalah daya hidup (roh). Daya hidup atau roh inilah yang akan
merasakan kekekalan di alam rohani, sedangkan raga akan kembali terurai
ke dalam lima unsur alam material: tanah, air, api, udara, dan akasa (ether).
Oleh karena itu, yang pertama-tama harus kita pelajari adalah mencapai
self realization yaitu keinsyafan akan jati diri kita yang sejati. Kita bukan
badan ini, badan ini kebetulan lahir di daerah tertentu, misalnya Indonesia,
Amerika, dan lain-lain, tetapi itu bukan identitas kita yang sejati. Lalu
siapakah diri kita ini? Kalau saya mengatakan ini “tanganku” berarti bukan
tangan orang lain, tapi milikku; lalu siapakah yang berkata “ku”? Ku yang
dimaksud adalah roh yang kekal. Roh merupakan bagian percikan dari
Tuhan Yang Mahakuasa sebagaimana disabdakan oleh Tuhan: “Para
makhluk hidup (roh) di dunia yang terikat ini adalah bagian-bagian percikan
yang kekal dari Diri Ku. Oleh karena kehidupan yang terikat, mereka
berjuang dengan keras sekali melayani indria termasuk pikiran”
(Bhagawad-gita 15.7).45
Menurut Budi Raharjo, pikiran yang dekat dengan Tuhan akan
membawa pada kebahagiaan. Sehingga dapat disimpulkan, keselamatan
dalam Hindu adalah titik puncak bagi manusia itu meraih kebahagiaan.
“Keselamatan yang dimaksud di dalam ajaran Hindu adalah kembalinya kita
(roh) ke alam rohani sehingga terhindar dari tiga hal yaitu jarra, vyadhi, dan
mrtyu (sakit, usia tua dan mati). Roh bisa terhindar dari tiga hal tersebut jika

44
. Budi Raharjo, Gambaran Keselamatan Dalam Agama Hindu, Makna Keselamatan Dalam
Perspektif Agama-Agama Edisi Revisi 2014, Pusat MPK Universitas Sanata Dharma. Hlm. 4
45
. Budi Raharjo, Gambaran Keselamatan Dalam Agama Hindu, Makna Keselamatan Dalam
Perspektif Agama-Agama Edisi Revisi 2014, Pusat MPK Universitas Sanata Dharma. Hlm.6-7

27
memperoleh kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati dirasakan bila kita
menggunakan badan yang bukan lima unsur alam. Semua makhluk hidup
yang menggunakan lima unsur alam tidak kekal. Untuk mencapai
kekekalan tiada lain jika kita mencapai keselamatan. Jadi keselamatan
berarti memperoleh badan yang satcidananda, artinya kekal, penuh
pengetahuan dan penuh kebahagiaan.” 46
Gambaran mengenai Keselamatan dalam agama Hindu adalah
terhindarnya dari penyakit, menjadi tua dan mati; yaitu kembali ke kerajaan
Tuhan yang tanpa disinari oleh cahaya matahari, bulan, api atau listrik. Di
dalam kerajaan Tuhanlah Keselematan yang sejati diperoleh dan hal itu
hanya bisa dicapai dengan mengendalikan pikiran. Pikiran yang sudah
terkendali akan menjadi kawan yang paling baik dan menuntun untuk patuh
terhadap hukum moral Tuhan. Dengan adanya hukum moral Tuhan, kita
harus percaya akan adanya keadilan Tuhan. Oleh karena itu, atas keadilan
Tuhan siapapun boleh menjadi semakin dekat dengan-Nya dan Tuhan
mejamin seseorang akan memperoleh keselamatan sesuai dengan
perjuangan dalam bhaktinya masing-masing. 47

F. KARMAPHALA ATAU HASIL PERBUATAN


Agama Hindu mengajarkan karmaphala. Karma adalah perbuatan,
phala artinya hasil. Jadi, karmaphala artinya hasil perbuatan. Karmaphala
disamakan artinya dengan rta atau hukum alam yang abadi. Hukum karma
ini juga bersifat mutlak, berlaku kepada apa saja, siapa saja, di mana saja,
dan kapan saja. Cara kerja hukum karmaphala ini sangat rahasia, ajaib,
dan tak terpikirkan oleh akal manusia. Bukan itu saja, hukum karma ini
adalah hakiki yang tidak terbantahkan. Konsep sederhana dari hukum
karma ini adalah jika kebaikan yang ditanam maka kebaikan pula yang
akan dinikmati. Begitu juga sebaliknya, jika kejahatan yang diperbuat maka

46
. Budi Raharjo, Gambaran Keselamatan Dalam Agama Hindu, Makna Keselamatan Dalam
Perspektif Agama-Agama Edisi Revisi 2014, Pusat MPK Universitas Sanata Dharma.Hlm.8
47
. Budi Raharjo, Gambaran Keselamatan Dalam Agama Hindu, Makna Keselamatan Dalam
Perspektif Agama-Agama Edisi Revisi 2014, Pusat MPK Universitas Sanata Dharma. Hlm.15

28
malapetaka pula yang akan diterima. Dengan kata lain, mencuri satu pasti
akan kehilangan dua, membantu satu maka akan mendapatkan bantuan
dua kali. Apabila kita dengan tulus membantu meringankan beban makhluk
lain, sesungguhnya kita sudah dua kali melakukan hal yang sama untuk diri
kita sendiri. Adapun yang tak terpikirkan dari hukum karma ini adalah kapan
karma itu berbuah dan melalui tangan siapa buah itu akan dinikmati. Jika
membantu si A, belum tentu bantuan akan datang dari si A. Pahala dari
karma baik dapat berupa bantuan yang datang dari si B, sedangkan waktu
berbuahnya, sama seperti menanam padi yang tidak dalam waktu sekejap
bisa dipetik buahnya. Namun, kita masih menunggu padi itu tumbuh,
berbuah, dan masak. Itulah rahasia dari hukum karmaphala. 48

G. SURGA LOKA DAN NERAKA LOKA


Mengutip Ida Made Sugita, dalam buku Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti, panjang lebar dijelaskan bahwa, Karmaphala erat
kaitannya dengan sorga dan neraka. Karena setiap perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang dalam hidup ini akan melekat pada badan halus
(Suksma Sarira). Bekas ini disebut Karma Wesana. Bekas perbuatan baik
disebut Subha Karma Wesana yang dapat mengantarkan roh masuk surga
dan bila lahir kembali disebut Surga Cyuta. Surga Cyuta adalah kelahiran
dari surga yang hidupnya penuh dengan kebahagiaan. Sebaliknya bekas
perbuatan buruk disebut Asubha Karma Wesana. Bila seseorang
meninggal, Asubha Karma Wesana menghantarkan rohnya menuju Neraka,
jika lahir kembali disebut Neraka Cyuta. Dapat dinyatakan bahwa bahagia
atau menderitanya seseorang pada saat mengalami Reinkarnasi
(Punarbhawa) sangat ditentukan oleh Karma Wesana orang tersebut. Di
dalam Veda, selalu disebutkan tentang keberadaan alam yang ada di
planet lain sebagai alam surga dan alam neraka.

48
. Ida Made Sugita, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Edisi Revisi Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2017. Hlm. 43-44

29
Alam surga adalah tempat para Dewa dan roh-roh suci yang
karmanya baik ketika masih hidup di alam manusia. Dalam kitab Purana,
alam surga itu digambarkan sebagai kondisi yang sangat baik, indah,
damai, dan penuh kebahagiaan. Karena waktunya harus terlahir kembali,
maka roh yang terlahir dari alam surga ini akan mengambil bentuk tubuh
yang lebih baik. Mungkin lebih cantik atau tampan, lebih pintar, dan terlahir
di keluarga terhormat dan berkecukupan. Sementara alam neraka yang
disebut sebagai Neraka Loka adalah alam para bhuta yang keadaannya
buruk, dan penuh sesak dengan roh orang-orang jahat. Di dalam
kepercayaan Hindu, kematian bukanlah akhir dari siklus kehidupan.
Artinya, ada kehidupan lagi setelah kematian menjemput. Secara
tradisi hal ini dapat terlihat dari tata cara masyarakat memperlakukan
mayat. Tidak ada di masyarakat mana pun yang memperlakukan mayat
secara sembarangan. Masyarakat ini mengakui dan mempercayai ada
kehidupan lain setelah mati. Neraka adalah tempat penghakiman roh-roh
jahat semasa hidup di dunia. Alam neraka ini harus dihindari dengan cara
mengamalkan Veda, melaksanakan perintah orang tua dan nasihat guru. Di
dalam agama Hindu, diajarkan bahwa mereka yang terlahir kembali dari
alam Neraka Loka akan mempunyai ciri-ciri yang kurang baik. Sehingga
harus disadari dan berusaha melakukan kebaikan sebagaimana yang
diajarkan oleh Veda. Jangan sombong, jangan pelit, suka berderma, tidak
boleh memfitnah, sabar, rendah hati, jujur, selalu rajin belajar, dan
menolong orang lain. Sikap ini patut dilaksanakan agar mempunyai
tabungan karma baik. Itulah jalan utama untuk mengubah hidup agar kelak
bisa menuju alam surga.
Tabungan karma baik itu akan datang secara rahasia dan tiba-tiba
memberikan pertolongan bagi mereka yang telah melakukan kebaikan
dengan tulus. Artinya, mereka sudah mempunyai tabungan kebaikan.
Ketika musibah mengancam, maka secara cepat akan ada pertolongan
yang bentuknya bisa melalui tangan orang lain. Namun, bagi mereka yang
tidak suka melakukan perbuatan baik, maka tabungan karma baiknya

30
sedikit. Akibatnya, apabila ada musibah mengancam, maka tidak ada
pertolongan yang muncul membantunya. Di dalam susastra Hindu, banyak
disebutkan tentang ciri-ciri orang yang lahir dari alam swarga loka. 49
H. REINKARNASI
1. HAKIKAT REINKARNASI
Kelahiran kembali atau samsara dalam agama Hindu adalah sebuah
lingkaran kehidupan karena adanya tiga proses yang wajib dijalani oleh
setiap manusia yakni, karma, samsara, dan moksha. Karma adalah hasil
dari perbuatan
selama hidupnya. Samsara adalah atma yang selalu mengalami kelahiran
berulang-ulang. Dan moksa adalah tujuan akhir dari kehidupan. 50
Perputaran kelahiran kembali ini, manusia akan terlepas dari
keterikatannya dengan proses ulang kelahiran kembali atau samsara itu,
maka orang tersebut harus menghancurkan dan menghilangkan keinginan-
keinginannya. Di dalam ajaran agama Hindu, reinkarnasi atau kelahiran
kembali sangat dinyakini karena reinkarnasi bagian dari lima dasar
keyakinan yaitu Percaya Adanya Tuhan (Brahman / Hyang Widhi), Percaya
Adanya Atman, Percaya Adanya Hukum Karmaphala, Percaya Adanya
Punarbhawa atau Reinkarnasi atau Samsara, Percaya Adanya Moksa. 51
Dalam kamus bahasa Indonesia, reinkarnasi menurut etimologi atau
bahasa terdiri dari “re, in, kar, na, si” yang artinya penjelmaan kembali
makhluk yang telah mati.52 Sedangkan menurut istilah adalah seseorang
yang mengharapkan dalam reinkarnasi yang akan datang betul-betul
menjadi orang yang lebih baik. Dalam kamus bahasa Inggris, reincarnate
atau reinkarnasi adalah lahir kembali.53 Dalam bahasa Sansekerta
49
. Ida Made Sugita, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Edisi Revisi Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2017. Hlm. 46-47
50
Ali Anwar, Tono TP,Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2005), hlm. 80
51
Anak Agung Gde Oka Netra,Tuntunan Dasar Agama Hindu, (Denpasar: Widya Dharma,
2009), hlm. 19.
52
MB. Rahimsyah Satyo Adhie,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Aprindo,
Oktober 2013), hlm. 199
53
Reyhan.V. R, Sheila R. Alia,Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Jakarta: Eska Media, 2005),
hlm. 171.

31
reinkarnasi disebut sebagai Punarbhawa. Kata tersebut berasal dari bahasa
Sansekerta, yaitu Punar artinya “lagi”, sedangkan Bhawa artinya
“menjelma”.Maka dengan demikian Punarbhawa memiliki arti kelahiran
kembali yang berulang-ulang atau Reinkarnasi, penitisan kembali disebut
juga Samsara.54
Ayat-ayat yang membenarkan reinkarnasi dalam Hindu antara
lain sebagai berikut: “Sesungguhnya sejak dahulu dikatakan, Tuhan telah
menciptakan manusia melalui yajna, berkata : dengan (cara) ini engkau
akan berkembang, sebagaimana sapi perah yang memenuhi keinginanmu
(sendiri)” (Bhagawad Gita 3:10).
“ Seperti halnya orang yang melepaskan pakaian using yang telah
dipakai dan menggantikannya dengan yang baru. Demikian pula halnya
jivatman meninggalkan badan lamanya dan memasuki jasmani yang baru”
(Bhagawad Gita 2:22). Oleh karenanya, dalam agama Hindu terdapat
adanya etika kehidupan yang menyatakan bahwa dunia ini adalah ciptaan
Tuhan. Sebagai makhluk yang berakal, manusia harus bekerja keras sebab
bagi agama Hindu keselamatan merupakan kesucian pribadi. Keselamatan
hidup bagi orang awam dan biarawan itu sangat berbeda, dan ini sangat
berkaitan dengan kelahiran kembali berikutnya, orang awam
mengharapkan di dalam kelahiran kembali berikutnya dapat lahir sebagai
biarawan, dan biarawan mengharapkan akan menjadi orang yang lebih
dimuliakan dalam kelahiran kembali yang berikutnya. Dan sistem inilah
yang harus dijalani dalam kehidupan Umat Hindu. 55
2. Proses Reinkarnasi
Proses Reinkarnasi digambarkan sebagai putaran roda yang
berputar dari atas kebawah, kemudian naik keatas dengan tidak pernah
berhenti. Perputaran roda reinkarnasi ini dipengaruhi oleh hukum karma
yang dibawa oleh Atman yang disinari dengan Brahman melalui Triloka

54
BG. Yudha Triguna, M.S, Mayjen TNI (Purn) S.N. Suwisma, Swastikarana Pedoman Ajaran
Hindu Dharma,(Jakarta: Parasid Hindu Dharma Indonesia, 2013), hlm. 118-119.
55
Syamsuddin Abdullah,Agama dan Masyarakat (Pendekatan Sosiologi Agama), (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 35.

32
(tiga tempat) Yaitu Bhur, Buvah dan Svah. Mahluk-mahluk di dunia yang
terikat ini adalah bagian percikan yang kekal (Brahman) dari Ku, mereka
berjuang keras melawan 6 indria termasuk pikiran.(Bhagavad Gita 15.7).
Perbuatan baik maupun buruk sudah pasti akan menghasilkan atau
berakibat yang akhirnya mempengaruhi jiwa kita. Pengaruh dari perbuatan
itu akhirnya melekat dan membungkus jiwa kita, bila akibat dari perbuatan
itu tidak sempat dinikmati dalam kehidupan ini, akibat perbuatan-perbuatan
itu akan ikut terbawa oleh sang roh. Akibat dari hasil perbuatan yang
membungkus roh ini pula akhirnya menarik sang roh untuk lahir kembali
sebagai makhluk hidup yang kondisi hidupnya ditentukan pula oleh karma
wasana atau bekal perbuatan yang dibawanya. Sebab karma yang
dilakukan sekarang belum tentu dapat dinikmati sekarang juga , mungkin
dapat dinikmati pada kehidupan yang akan datang atau beberapa kali
reinkarnasi sulit ditentukan batas waktunya. Dalam hukum karma ada tiga
jenis karma yang didasarkan atas waktu dari karma pala itu diterima yaitu 56:
1. Prarabda Karma yaitu suatu perbuatan yang dilakukan pada
waktu hidup sekarang dan diterima dalam kehidupan sekarang pula, tanpa
menunggu kehidupan yang akan datang.
2. Sancita Karma yaitu perbuatan yang pada kehidupan terdahulu
yang hasilnya tidak habis dinikmati pada kelahiran itu, sehingga hasilnya
harus diterima pada kehidupan sekarang.
3. Kriyamana Karma yaitu perbuatan yang dilakukan pada kehidupan
sekarang tetapi hasilnya akan diterima pada kehidupan dikelahiran masa
nanti
Reinkarnasi dan hukum karma adalah saling keterkaitan dan saling
berhubungan satu sama lainnya. Reinkarnasi pasti akan membawa hukum
karma , dan selama hukum karma masih melekat pada Atma pasti akan
melakukan proses reinkarnasi. Kecuali hukum karmanya sudah habis maka

56
IBG. Yudha Triguna, M.S, Mayjen TNI (Purn) S.N. Suwisma, Swastikarana Pedoman Ajaran
Hindu Dharma,hlm. 117-118.

33
Atma akan menyatu dengan Brahman, ini yang disebut dengan Moksa.
Adapun sifat-sifat hukum karma adalah sebagai berikut 57:
1. Hukum Karma bersifat abadi sudah ada sejak mulai alam semesta
diciptakan dan tetap berlaku sampai alam semesta ini mengalami pralaya
(kiamat).
2. Hukum Karma bersifat Universal, berlaku bukan hanya untuk manusia
tetapi juga untuk makluk-makhluk serta seluruh isi alam semesta.
3. Hukum Karma tetap sejak jaman pertama penciptaannya, zaman
sekarang dan juga untuk jaman yang akan datang.
4. Hukum Karma sangat sempurna, adil dan tidak ada yang
menghindarinya.
5. Hukum Karma berlaku untuk semua makluk tidak ada pengecualian
terhadap siapapun. Di dunia ini terjadinya proses kelahiran dan dunia ini
pula yang memelihara berlangsungnya kehidupan.

3. TUJUAN DARI REINKARNASI


Menurut ajaran agama Hindu, manusia berasal dari Tuhan karena
dalam manusia itu terdapat adanya hakekat Tuhan, hidupnya, nafasnya,
dan segala anggota badanya merupakan tempat kekuatan ilahi. Oleh
karenanya manusia dengan Tuhan bisa dapat bersatu melalui
moksha.Manusia selalu berharap dan sangat ingin mencapai moksha dan
bebas dari reinkarnasi serta mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yaitu
kebahagiaan yang tidak ada lagi disusul kedukaan.Sebagaimana tujuan
agama Hindu yang tersurat di dalam Weda, yakni “Moksartham jagadhitaya
ca iti dharma (kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat) ”, maka
Moksa merupakan tujuan yang tertinggi. Moksa adalah kebebasan dari
keterikatan benda-benda yang bersifat duniawi dan terlepasnya Atman dari
pengaruh maya serta bersatu kembali dengan sumber-Nya, yaitu Brahman
dan mencapai kebenaran tertinggi, mengalami kesadaran dan kebahagiaan

57
IBG. Yudha Triguna, M.S, Mayjen TNI (Purn) S.N. Suwisma, Swastikarana Pedoman Ajaran
Hindu Dharma,hlm. 191-195.

34
yang kekal abadi yang disebut Sat Cit Ananda. Untuk mencapai jalan
keselamatan, ada beberapa cara yang harus dilakukan oleh setiap umat
Hindu, yaitu58:
1. Jnana Marga, yaitu jalan keselamatan dengan melalui pengetahuan akan
kebenaran yang tertinggi.
2. Karma Marga, yaitu jalan keselamatan dengan penaklukan kehendak
sendiri kepada tujuan Tuhannya.
3. Bhakti Marga, yaitu jalan keselamatan dengan melalui kasih dan
pemujaan kepada jiwa yang tertinggi.
4. Raja Marga, yaitu jalan keselamatan dengan melalui cara mistik dari
beberapa tahapan yang telah ditentukan.
Setiap umat Hindu menyakini bahwa tugas manusia adalah berbuat
baik, hingga jiwanya dapat kembali kepada asalnya, yaitu Tuhan Sang
Hyang Widhi. Oleh Karen itu, setiap umat Hindu diharapkan dapat
menyakini eksistensi Tuhan dengan bersikap kasih agar Tuhan dapat
melepaskannya dari dosa. Umat Hindu diwajibkan untuk melakukan Jnana
marga melalui pengetahuan yang didapat dan juga dengan rasa cinta.
Untuk melakukan Jnana marga ini, setiap umat Hindu diharapkan mampun
menjalankan yoga. Menurut Mudjahid Abdul Manaf yang dikutip dari Geda
Pudja, MA, mengatakan bahwa: “Yoga adalah usaha mendisiplinkan diri.
Yoga ini terdiri dari empat macam, dan setiap umat Hindu boleh memilih
beberapa diantara yang empat itu, sesuai dengan bakat dan
kemampuan masing-masing59, yaitu:
1. Bhakti Yoga, yaitu dengan sujud bhakti, mensucikan pikiran,
mengagungkan kebesaran-Nya dan menghindari segala perbuatan tercela.
Bhakti ini terbagi menjadi dua, yaitu Apara Bhakti dan Para Bhakti. Apara
Bhakti adalah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan
dilakukan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kesucian yang

58
Drs. Anak Agung Gde Oka Netra,Tuntunan Dasar Agama Hindu, (Jakarta: Hanuman
Sakti,1997), hlm. 100.
59
Ida Bagus Gede Yudha Triguna,Upadeca tentangAjaran-ajaran Agama Hindu, (Denpasar:
Esbe,cet-2 April 2014), hlm, 24-25

35
tinggi, sedangkan Para Bhakti ialah cinta kasih dalam perwujudannya yang
lebih tinggi dan bisa dilakukan oleh orang yang Jnana yang tinggi dan
kesuciannya telah meningkat.
2. Karma Yoga adalah dengan melakukan kewajibab-kewajiban dan
perbuatan perbuatan baik, denga ikhlas tanpa pamrih.
3. Jnana Yoga adalah dengan jalan ilmu pengetahuan. Seseorang yang
menganut ajaran ini harus dapat membedakan mana sebaiknya yang harus
dipikirkan demi tercapainya suatu kekekalan yang abadi (moksha).
4. Raja Yoga ialah dengan jalan mistik, yang terdiri dari beberapa tahap
yang disebut Astangga yoga. Ini merupakan jalan yang paling sulit karena
menjalankannya dengan bertapa.
Tahapan yang dimaksud terdiri dari delapan, yaitu 60:
a. Yama : pengendalian diri tahap pertama
b. Nyama : pengendalian diri tahap lanjut
c. Asana : mengatur sikap badan
d. Pranayama : sikap mengatur nafas
e. Pratyahara : sikap pemusatan indria
f. Dharana : sikap pemusatan pikiran
g. Dhyana : sikap pemusatan pikiran terpusat
h. Semadi : meditasi tingkat tinggi.
Di dalam melakukan meditasi atau yoga terdapat juga tingkatan
tingkatannya, yaitu tingkatan pentama atau disebut dengan Kriya-Yoga,
terdiri dari61:
1. Yama-Yoga, yaitu menahan diri untuk tidak membunuh, berdusta,
khianat,dengki, iri hati, ria, tamak dan segala jenis perbuatan yang
dipandang dosa.
2. Niyama-Yoga, ialah melatih dan membiasakan diri melakukan segala
perbuatan yang bersifat kebaikan dan kebajikan.

60
Drs. Anak Agung Gde Oka Netra,Tuntunan Dasar Agama Hindu,hlm. 124.
61
Joesoef Sou’yb,Agama-agama Besar di Dunia, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1993), hlm. 56.

36
3. Asana-Yoga, ialah memilih dan menentukan sikap tubuh tertentu dalam
meditasi.
4. Pranayama-Yoga, yaitu menahan nafas dalam sikap pada tubuh tertentu
pada saat meditasi, pada tingkatan ini seseorang telah memiliki tempat
tertentu.
5. Pracahara-Yoga, yaitu kesanggupan meniadakan pengaruh indra atas
benda apapun yang berada di sekitar diri sampai semuanya itu dipandang
tidak ada sama sekali.
Sedangkan pada tingkatan kedua atau disebut Raja-Yoga, yaitu:
1. Dharana-Yoga, yaitu renungan rohani yang terus menerus terhadap titik
konsentrasi yaitu Brahman, tanpa tergerak oleh apapun.
2. Dyana-Yoga, yaitu renungan rohani yang terus menerus terhadap titik
konsentrasi yaitu Brahman, tanpa ada ingatan lainnya.
3. Samadhi, yaitu mencapai titik eksistensi hingga pada saat itu telah
bersatu “Atman dan Brahman”, yang dalam agama Hindu dirumuskan
dengan kalimat “Dia adalah Aku, Aku adalah Dia”. 62
Demikianlah tahap-tahap yang harus dilakukan oleh setiap manusia,
agar bisa mencapai Moksha.

I. KESIMPULAN
Dalam agama Hindu, seorang umat berkontemplasi tentang misteri
Brahman dan mengungkapkannya melalui mitos yang jumlahnya tidak
habis-habisnya dan melalui penyelidikan losos. Mereka mencari
kemerdekaan dari penderitaan manusia melalui praktik-praktik askese atau
meditasi yang mendalam, atau dengan mendekatkan diri kepada Tuhan
melalui cinta kasih, bakti dan percaya (Sradha). Umat Hindu juga menyebut
agamanya sebagai Sanatana Dharma yang artinya Dharma yang kekal
abadi.
Menurut kepercayaan para penganutnya, ajaran Hindu langsung
diajarkan oleh Tuhan sendiri, yang turun atau menjelma ke dunia yang
62
Joesoef Sou’yb,Agama-agama Besar di Dunia, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1993), hlm. 57.

37
disebut Awatara. Misalnya Kresna, adalah penjelmaan Tuhan ke dunia
pada zaman Dwaparayuga, sekitar puluhan ribu tahun yang lalu. Ajaran
Kresna atau Tuhan sendiri yang termuat dalam kitab Bhagawadgita, adalah
kitab suci Hindu yang utama. Bagi Hindu, siapapun berhak dan memiliki
kemampuan untuk menerima ajaran suci atau wahyu dari Tuhan asalkan
dia telah mencapai kesadaran atau pencerahan.
Oleh sebab itu dalam agama Hindu wahyu Tuhan bukan hanya
terbatas pada suatu zaman atau untuk seseorang saja. Bahwa wahyu
Tuhan yang diturunkan dari waktu ke waktu pada hakekatnya adalah sama,
yaitu tentang kebenaran, kasih sayang, kedamaian, tentang kebahagiaan
yang kekal abadi, tentang hakekat akan diri manusia yang sebenarnya dan
tentang dari mana manusia lahir dan mau ke mana manusia akan pergi,
atau apa tujuan yang sebenarnya manusia hidup ke dunia.(**)

38
BAB III

TANGGAPAN ATAS MAKALAH


TEOLOGI KATOLIK, ISLAM, KONG FU CHU, DAN BUDHA,
PERSPEKTIF TENTANG ALLAH, KESELAMATAN, DAN SURGA

A. PENDAHULUAN
Berteologi di mengerti sebagai kegiatan belajar melalui pengalaman
iman secara berkesinambungan. Dalam kehidupan bersosial, bernegara,
kita semua tidak lepas dari kegiatan berteologi. Sebab kegiatan berteologi
adalah kegiatan kita bersama orang percaya dengan sesama orang
beriman lainnya dalam satu konteks sosial dimana kita hidup. Realita
menghadapi keberagaman iman tak dapat tak dapat dihindari. Di sinilah kita
dituntut mempertanggung-jawabkan iman kita dalam konteks sosial.
Apakah mampu memper-tahankannya ataukah tergerus dengan
pemahaman-pemahaman iman lainnya.
Tentunya, realita hidup ini terasa menjadi kebutuhan untuk selalu
berbagi pengalaman iman dan kerinduan untuk belajar. Sesama seiman
saja, masih ada perbedaan apalagi dengan iman agama lain. Pada posisi
inilah cara berteologi kita diuji, apakah terarah pada dialog bertujuan
ataukah dialog serampangan. Mengetahui keimanan sesama kita dari
agama lain sangat dibutuhkan, karena dari mengetahui kita akan mengerti,
dari mengerti kita akan memahami, dan dari memahami kita mendapatkan
penguatan akan iman kita sendiri, bahwa memang kita diciptakan berbeda,
baik fisik maupun keimanan.
Dalam pembahasan tanggapan tambahan atas sejumlah makalah
yang membahas tentang Allah, Keselamatan, Surga Dan Ajaran Lainnya
Dalam Perspektif Katolik, Islam, Kong Hu Chu, dan Budha ini, penulis
berharap, pembaca semakin dikuatkan keimanan kepada-Nya, dan dengan
semakin kuatnya iman itu, bukan berarti menyepelekan iman-iman agama
lain. Semoga bermanfaat.(***)

39
B. TEOLOGI KATOLIK
TANGGAPAN TAMBAHAN ATAS MAKALAH DANIEL LANGELO
1. ALLAH DALAM PERSPEKTIF KATOLIK
Secara singkat, makalah yang disusun oleh Daniel Langelo tentang
Teologi Katolik dapat penulis memberikan tanggapan tambahan sebagai
berikut: Allah dalam perspektif Katolik dikenal sebagai Allah yang
menciptakan seluruh alam semesta. Dalam Katolik Allah selain dikenal
sebagai Allah adalah pencipta, Allah adalah Penyelamat, Allah yang murah
hati, Allah yang setia, Allah juga dikenal dengan sebutan Allah Bapa,
“Sebagaimana orang Katolik, hampir setiap hari, bahkan setiap saat dalam
mengawali kegiatan apa pun selalu membuat tanda salib, sambil
mengucapkan “ Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus”. Kita
menyebutnya sebagai tanda kemenangan Kristus.” 63
Upaya untuk menjelaskan ajaran tentang Allah Bapa tentunya tidak
semudah membalikan telapak tangan. Kesulitan tersebut diakui Alex I.
Suwandi, PR, bahwa “Memang sulit sekali untuk mengerti Allah Tritunggal.
Namun, kita sadar bahwa pikiran Allah bukan pikiran manusia, dan pikiran
manusia bukan pikiran Allah, sebab perbedaan pikiran Allah dengan
manusia adalah setinggi langit dan bumi (Yes 55:9). Walaupun demikian,
kita tahu bahwa telah terjadi persekutuan dan hubungan cinta yang
sempurna di dalam Allah sendiri, sebab tiga diri Allah menjadi satu. Inilah
makna yang dapat kita simak dari misteri Allah Tritunggal bahwa Allah telah
menyatakan diri-Nya, Ia adalah Cinta (bdk.1Yoh 4:8.16). Tritunggal tidak
menyatakan jumlah Allah, tetapi menyatakan kemuliaan dan keagungan
Allah, dalam relasi-Nya yang sempurnya yaitu cinta kasih.” 64
Pada prinsipnya, Daniel Langelo sudah membeberkan panjang lebar
terkait Teologi Katolik. Penulis hanya bisa memberikan beberapa

63
. Pendidikan Agama Katolik untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, cetakan I Tahun 2016,
Hlm. 136
64
. Alex I. Suwandi, PR, Tanya Jawab Syahadat Iman Katolik, Kanisius. h.21.

40
tanggapan tambahan untuk melengkapi tulisannya, sebab sumber-sumber
buku yang dipakai saudara Daniel Langelo diambil dari sumber-sumber
penulis Katolik yang diterbitkan penerbit milik Katolik. Penulis memberikan
tanggapan tambahan bahwa, pertanyaan tentang Allah Tritunggal ini bukan
hanya muncul dari kalangan Katolik, dan selalu menanyakan apakah
Alkitab dan gereja menjelaskan Allah Tritunggal itu, Allah yang esa. Atas
pertanyaan ini, Suwandi menjawab, “Alkitab dan ajaran Gereja tidak pernah
menyatakan bahwa Allah itu tiga; bahwa Bapa + Putra + Roh Kudus =
Allah. Jika orang berpegang pada penjumlahan tersebut tentulah
kesimpulannya Allah itu tiga. Tetapi, tidak demikian halnya! Alkitab dan
ajaran Gereja selalu menyatakan bahwa Allah itu esa (Ul 6:4;Mrk
12:32;bdk.syahadat panjang:”Aku percaya akan satu Allah”). Yesus sendiri
mengajarkan bahwa Allah itu esa (Mrk 12:29). Jadi Alkitab dan ajaran
Gereja tetaplah mengajarkan monoteisme kepada kita.” 65
Alkitab, dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita tidak dapat
menemukan secara eksplisit kata Trinitas atau Tritunggal dan penjelasan
teologis tentang-Nya. Tetapi bukan berarti tidak ada ayat yang menopang
hal ini. ...Dalam Perjanjian Lama sering dikatakan bahwa Allah berbicara
kepada para nabi dan bapa bangsa. Tentu saja berbicara secara rohani.
Kalau Allah sering berbicara dan berkomunikasi dengan manusia, siapa
kiranya lawan bicara atau teman berkomunikasi Allah sejak kekal? Apakah
Ia Allah yang sepi? Jawaban untuk ini belum dapat diberikan dalam konteks
monoteisme sederhana Perjanjian Lama, walaupun Kebijaksanaan Abadi
sudah dipersonifikasikan secara puitis. Baca Amsal 8. 22-30. Dalam
perikop tersebut dikatakan tentang Hikmah atau Kebijaksanaan Abadi yang
diciptakan Allah sebelum segala ciptaan diciptakan. 66
...Dalam ketiga Injil Sinoptik misteri Tritunggal sudah tersirat pada
bab pertama Injil tertua, yakni Injil Markus. Ayat-ayat tentang pembaptisan

65
. Alex I. Suwandi, PR, Tanya Jawab Syahadat Iman Katolik, Kanisius. Hh,21-22
66
. Pendidikan Agama Katolik untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, cetakan I Tahun 2016, h.138.

41
Yesus (Mrk. 1:9-11) bagaikan intisari struktur trinitaris seluruh Injil. Dalam
perikop tersebut dikatakan ada suara Allah Bapa dari surga yang
mewahyukan Yesus sebagai Putra-Nya yang tercinta, sementara Roh
Kudus memperlihatkan diri dalam rupa merpati. Pada saat puncak
pewartaan-Nya dengan gembira dan dipenuhi dengan Roh Kudus Yesus
memuji Bapa, Tuhan langit dan bumi yang tidak dikenal oleh siapa pun
selain Putera dan orang yang kepadanya diberitahukan oleh Putera (Luk.
10:21). Naskah trinitaris terpenting dalam Injil Sinoptik adalah perintah
Yesus yang bangkit. Ia menyuruh para murid-Nya mengajar segala
manusia dan membaptis mereka “atas nama Bapa dan Putera dan Roh
Kudus (Mat.28:19). Perhatikan: bukan dikatakan atas nama-nama,
melainkan atas nama (tunggal). Ayat ini merangkum struktur dasar trinitaris
seluruh Perjanjian Baru, bukan sebagai uraian teoretis, melainkan pesan
praktis untuk membaptis orang beriman. Pembaptisan merupakan kejadian
yang mendasari kehidupan seluruh Umat Allah dan setiap orang beriman
dengan mengakui kepercayaan akan satu Allah: Bapa-PuteraRoh. Rumus
singkat seluruh iman Kristiani ini harus diwartakan “sampai ke ujung
bumi!”...67
Akhirnya sebagai tanggapan tambahan bagi tulisan Daniel Langelo,
kita dapat menarik satu kesimpulan terkait Makna Allah Tritunggal
Mahakudus dalam perspektif Katolik, dimana ajaran ini merupakan inti dari
iman Kristen. “Dogma atau ajaran Gereja mengenai Allah Tritunggal
merupakan rangkuman seluruh iman dan ajaran Kristen. Iman akan Allah
Tritunggal bukanlah titik pangkal, melainkan kesimpulan dan rangkuman
dari seluruh sejarah pewahyuan Allah, serta tanggapan iman manusia. Inti
pokok iman akan Allah Tritunggal ialah keyakinan bahwa Allah (Bapa)
menyelamatkan manusia dalam Kristus (Putra) oleh Roh Kudus. Ajaran
mengenai Allah Tritunggal pertama-tama bukan berbicara mengenai hidup
Allah dalam diri-Nya sendiri, melainkan mengenai misteri Allah yang

67
. Pendidikan Agama Katolik untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Kemenristekditi, cetakan I Tahun 2016, h.139.

42
memberikan diri kepada manusia. Ketiga Pribadi berhubungan satu dengan
yang lain. Perbedaan riil antarpribadi itu tidak membagi kesatuan ilahi,
maka perbedaan itu hanya terdapat dalam hubungan timbal balik: Bapa
dihubungkan dengan Putra, Putra dihubungkan dengan Bapa, dan Roh
Kudus dihubungkan dengan keduanya. Walaupun mereka dinamakan tiga
pribadi seturut hubungan mereka, namun mereka adalah satu hakikat.
Demikianlah iman Kristiani.”68

C. TEOLOGI ISLAM
TANGGAPAN TAMBAHAN ATAS MAKALAH SELFIE PAULUS
1. ALLAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Menarik untuk disimak makalah Teoloi Islam yang disusun oleh
Selfie Paulus. Point yang membahas tentang Allah dapat disarikan penulis
dengan memberikan tanggapan tambahan sebagai berikut:
Sebagaimana agama-agama berusaha mengkaji tentang Allah atau
TUHAN, hal yang sama juga dialami di kalangan umat Muslim/Islam.
Tentang Tuhan, dalam agama Islam dikenal konsep tauhid yang tentunya
sudah melekat dalam hati umat Islam. Hanya saja kemudian pemahaman
tentang tauhid itu sendiri perlu dikedepankan lagi untuk lebih menyegarkan
ingatan. Tauhid berasal dari bahasa Arab yaitu wahhada yang berarti
menunggalkan, mengesakan. Maka tauhid dapat dikatakan sebagai sebuah
konsep yang harus diyakini bahwa Tuhan umat Islam (Allah) adalah Esa.
Konsep tauhid telah dimulai sejak zaman Nabi Adam, tetapi kemudian
menyimpang yang pada akhirnya diperkuat ketauhidannya oleh Nabi
Ibrahim, maka Nabi Ibrahimlah yang selalu disebut sebagai “Bapak Tauhid”,
pemimpin agama (organized religion) tauhid yang pertama. 69
Membahas tentang keesaan Tuhan atau Tauhid, salah satu penafsir
ternama Islam Ibnu Kathir memaparkan apa dan bagaimana Tauhid itu:

68
. Pendidikan Agama Katolik untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, cetakan I Tahun 2016, h.149.
69
. Dr. Muhtadin, M.A, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi, Penerbit: PT.
Mandala Nasional (Publishing), Dicetak oleh Percetakan IPB Bogor–Indonesia.2016. h.2.

43
1. Tauhid formalis (tauhid ism), yaitu meyakini bahwa Allah adalah
Esa secara otomatis dengan namanya tersebut, maka penyebutan dengan
nama lain selain Allah tidak diperbolehkan.
2. Tauhid konseptual (tauhidul ma’na), yaitu konsep tauhid yang
mementingkan sisi konseptual bahwa ketuhanan dalam Islam adalah Esa.
Oleh karena itu, Al Qur’an surat Al-Isra: 110 mengatakan bahwa:
“Serulah Dia Allah atau Ar-Rahman, nama apa pun yang kamu
pakai untuk memanggil-Nya, ingatlah bahwa Dia itu mempunyai nama-
nama yang baik....”. Konsep tauhid ini juga diperkuat oleh sebuah surat
dalam AlQur’an yang secara totalitas membicarakan tentang keesaan Allah,
yaitu surat Al-Ikhlas: “Katakanlah bahwa Allah itu Esa...” (QSAl-Ikhlas
[112]: 1). Secara keseluruhan surat ini berbicara mengenai keesaan Allah,
Allah adalah tempat bergantung dan berlindung, Allah itu tidak dilahirkan
dan melahirkan. Kemudian surat tersebut dinamakan sebagai surat Al-
Ikhlas. Tentunya kita sering mendengar bahwa dalam beramal dan
beribadah haruslah ikhlas llillahi ta’ala. Hanya kepada Allah dan untuk
Allah-lah manusia beribadah dan beramal. Allah adalah pencipta alam
semesta dan seisinya. Maka, inilah arti sesungguhnya dari ketergantungan
manusia sebagai makhluk-Nya.70
Sehingga menurut Muhtadin, sangat wajar dan masuk akal jika
seorang muslim adalah mereka yang berkata, “Terlarang bagi kami
menyekutukan Allah.” Kami tidak bakal menyekutukan Tuhan kami dengan
sekutu apapun. Tuhan bukanlah sekedar sumber keteraturan dan bukan
sumber gerak pertama semata, tetapi “Allah adalah Pencipta segala
sesuatu”. Dia menjadikan sesuatu kemudian Dia menentukan berapa
kadarnya. Dialah yang menciptakan makhluk dan Dia pula yang
mengembalikannya dan Dia pun Maha Mengetahui segala sesuatu. 71
Bahkan Islam mencoba menampilkan dan menggambarkan kepada
manusia tentang ajaran keseluruhan Watak Tuhan yang memungkinkan

70
. Ibid. hh,3-4.
71
. Ibid. h.6.

44
bahasa manusia memahaminya. Islam adalah agama penghambaan
kepada Allah swt., Realitas Tertinggi, asal muasal seluruh realitas, dan
kepada siapa semua kembali, karena Allah swt. adalah asal, pencipta,
pengatur, pemelihara dan akhir alam semesta.72
Sehingga, semakin berupayanya manusia memahami Allah dengan
akal logikanya maka kegagalan akan dia alami. …Tetapi, ketika manusia
mencoba untuk “memperjelas” siapa (substansi) Tuhan, seperti Ibrahim
yang mengira bintang, bulan, dan matahari sebagai Tuhan, maka pasti
akan menemui kegagalan. Oleh karena itu, penjelasan yang bisa diterima
adalah bahwa manusia tidak akan pernah tahu siapa Tuhan itu, jika hanya
berdasarkan logika dan perasaannya sendiri, sebagaimana logika dan
perasaan Ibrahim yang pernah menganggap matahari sebagai Tuhan
karena matahari itu besar dan mampu menerangi jagat bumi. Jika manusia
tetap memaksa untuk menemukan Tuhan dengan akalnya, maka pasti
Tuhan yang ditemukannya itu palsu. Dalam bahasa lain, barangsiapa
merasa mengetahui Tuhan, maka sesungguhnya justru pertanda bahwa ia
tidak tahu apa-apa.73
Bahkan sebenarnya Allah sudah mengkonfirmasi siapa Dia dalam
Al-Quran: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku.
Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
(Thaha/20:24); “Katakanlah; Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan
tidak diperanakkan, dan tidak ada suatupun yang setara dengan Dia” (AI
Ikhlash/112:1-4). “Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal
lagi terus mengurus (makhlukNya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
KepunyaanNya apa yang ada di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat
memberi syafaat di sisi Allah tanpa izinnya? Allah mengatahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
72
. Seyyed Hossein Nasr, A Young Muslim‟s Guide to the Modern World. Diterjemahkan
oleh Hasti Tarekat dengan judul Menjelajah Dunia Modern Bimbingan untuk Kaum Muda Muslim,
(Bandung: Mizan, 1994), h. 15.
73
. Firdaus, Konsep Al-Rububiyah (Ketuhanan) Dalam Alquran, Jurnal Diskursus Islam
Volume 3 Nomor 1, Tahun 2015. h. 104.

45
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (AI
Baqarah/2:255).74
Menurut Firdaus, dalam tulisannya berjudul “Konsep Al-Rububiyah
(Ketuhanan) Dalam Alquran”, “membaca Alquran secara sambil lalu, orang
akan memperoleh kesan mengenai ketidakterhinggaan akan keagungan
dan kepengasihan Tuhan. Sudah tentu Alquran sedemikian seringnya
berbicara mengenai Tuhan32 di dalam berbagai konteks yang berbeda,
sehingga jika semua pernyataanpernyataannya tidak dipadukan menjadi
sebuah gambaran mental yang bersifat total–sejauh mungkin tanpa disertai
hasrat dan pemikiran yang subjektif- maka akan sulit sekali jika tidak
mustahil, dapat memahami konsep Tuhan menurut Alquran. Kesadaran
akan eksistensi Tuhan ini telah melahirkan tauhid rububiyah, yaitu
keyakinan bahwa Dia-lah satu-satunya pencipta semua makhluk (QS.
AlZumar :62), Pemberi rizki kepada semua ciptaan-Nya (QS. Hud:6),
Pemilik, Pengatur alam semesta, Yang mengatur pertukaran malam dan
siang (QS. Ali „Imran:26, 27; QS. Luqman:11; al-Mulk:21), sebagai rabb al-
„alamin (pemelihara semesta alam)(QS. al-Fatihah:2; QS. Al-A‟raf:54). 75
Terkait hal ini maka, dapat disimpulkan sebagai berikut: Kata Rabb
(Tuhan) dalam Alquran memiliki tiga unsur makna yaitu: Yang Menciptakan,
Yang Memiliki, dan Yang Mengatur. Maksudnya Rabb adalah yang
menciptakan, yang memiliki, dan yang mengatur alam semesta ini.
Pengakuan manusia terhadap eksistensi Tuhan telah melahirkan
kesadaran bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah swt.
Hal ini juga akan menjadikan manusia-manusia rabbani yaitu orang-orang
yang memiliki komitmen dalam pemeliharaan apa yang menjadi tanggung
jawabnya, orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang

74
. Ibid. h.105.
75
. Ibid. h.115.

46
hukum agama, hikmah dan kebijaksanaan mengatur dan membina, serta
berusaha mewujudkan kemaslahatan warganya. 76

D. TEOLOGI KONG HU CHU


TANGGAPAN TAMBAHAN MAKALAH REMALIA P MATSINO
1. ALLAH DALAM PERSPEKTIF KONG HU CHU
Karena literature terbatas, saya yakin Remalia Putri Matsino sedikit
‘ekstra’ kerja keras untuk menuntaskan makalahnya. Hal ini pun dialami
penulis, saat mencoba memberikan tanggapan tambahan buat makalah
yang disusun Remalia Putri Matsino. Tetapi penulis mencoba mendapatkan
berbagai informasi baik dari karya ilmiah dan website resmi kong hu chu
yakni, www.matakin.or.id. Menarik disimak saat Remalia Putri Matsino
membahas Allah dalam perspektif Kong Hu Chu. Pembahasan Remalia
Putri Matsino ini dapat penulis sarikan sebagai berikut: Menurut Kong Hu
Chu, “Tuhan adalah hakekat yang pertama, tetapi dalam kesadaran kita
yang terang, tidak mengartikan sebagai yang pertama. Dalam kesadaran
dan pengertian kita, yang kita sentuh adalah benda-benda atau jasmaniah.
Dalam pengertian demikian, kita mengerti bahwa diri kita sendiri serba
terhubung dengan alam jasmani.”77
Sebenarnya, pengertian tentang adanya Tuhan itu tidak timbul
melalui kodrat manusia, tetapi timbul karena pengaruh agama-agama.
Pandangan ini berpangkal pada Tuhan, dapat kita mulai suatu pandangan
dengan bertolak pada manusia. Manusia merupakan cinta kasih, cinta kasih
bukan merupakan sesuatu yang pasif melainkan sesuatu yang aktif,
katakanlah cinta kasih sebagai dorongan. Dorongan ini menuju ke arah
sesama manusia. Pada hakekatnya juga ke arah Tuhan. Sebab dorongan

76
. Firdaus, Konsep Al-Rububiyah (Ketuhanan) Dalam Alquran, Jurnal Diskursus Islam
Volume 3 Nomor 1, Tahun 2015. h.116.
77
. Lee T. Oei, Kesaksian Adanya Tuhan Yang Maha Esa di Dalam Agama Konfucian,
Matakin, Solo, 1992, h.14.

47
itu berasal dari Tuhan dan merupakan kebahagiaan, pada akhirnya tiada
sesuatu yang dapat memenuhinya, kecuali Tuhan sendiri. Agama juga
merupakan kebutuhan mutlak untuk dijadikan pegangan dalam hidup dan
untuk melawan badai kesukaran yang datang pada manusia. Dalam agama
orang menyerahkan dirinya kepada Tuhan dan dirasakan sebagai syarat
mutlak untuk berbahagia di dunia ini.78
Penulis mencoba memberikan tanggapan mengacu pada sumber
lain menjelaskan siapa Tuhan itu. “Dalam zhuan (penjelasan) Kitab Yi Jing
tertulis, “Maha Besar Tuhan Yang Maha Sempurna dengan sifat-Nya
sebagai Khalik, berlaksa benda dan wujud bermula dan semuanya kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Awan berlalu, hujan dicurahkan, benda dan
makhluk mengalir berubah bentuk. Sungguh Maha Gemilang Dia yang
menjadi akhir dan mula semua. jalan suci Tuhan Yang Maha Sempurna
menjadikan perubahan dan peleburan. Masing-masing lurus dengan watak
sejati dan firman. Melindungi persatuan dalam keharmonisan yang agung.
Semua membawa berkah, semua dengan hukum yang abadi.” 79
Kitab Suci Agama Kong Hu Chu menggambarkan bahwa Tuhan
Yang Maha Esa lah yang menciptakan alam semesta dan manusia sebagai
berikut:
“Pada mula pertama tiada yang lain hanya Tuhan Yang Maha Esa
(Wu Ji 無 極 ). Tuhan Yang Maha Esa bergerak membangun dengan
kekuatan yang Maha Besar. Kemudian ada Tuhan dan ada sesuatu (Tai Ji
太 極). Proses penciptaan dimulai dan berlanjut terus menerus tanpa henti
berdasarkan dua prinsip liang yi 兩 儀. Dua prinsip tersebut mewujud dalam
yin 陰 dan yang 陽.
Dengan yin yang, Tuhan menciptakan si xiang 四 象 (empat peta
atau empat diagram). Empat peta tersebut masing-masing mengandung
dua unsur. Dari si xiang diciptakanlah alam semesta dengan sifat-sifat qian

78
. Ibid. h.15.
79
. Pendidikan Agama Kong Hu Chu untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, cetakan I
Tahun 2016. h.39.

48
乾 (langit), dui 兌 (lembah/rawa), li 離 (api), zhen 震 (petir), xun 巽 (angin),
kan 坎 (air), gen 艮 (gunung), dan kun 坤 (bumi). Sifat-sifat alam semesta itu
merupakan ba gua. Oleh kuasa kebajikan Tian, segenap mahluk dan
benda, tidak terkecuali manusia, memperoleh sifat-sifat wu xing 五 行 (lima
unsur/lima daya) yang meliputi shui 水 (air), huo 火 (api), mu 木 (kayu), jin
金 (logam), dan tu 土 (tanah). Dari ba gua diciptakan liushisi gua 六 十 四 卦
(enam puluh empat rangkaian) yang masing-masing mengandung
heksagram. Penciptaan demikian berjalan terus menerus tiada henti hingga
kini dan seterusnya . Semua karya penciptaan ini diatur oleh Tian dao
(jalan suci Tian) dan Tian li (hukum Tian) sebagai manifestasi ke-Maha
Besaran dan ke-Maha Kuasaan Tian.80

E. TEOLOGI BUDDHA
TANGGAPAN TAMBAHAN MAKALAH MONICA PAKASI
1. ALLAH DALAM PERSPEKTIF BUDDHA
Berdasarkan makalah Monica Pakasi tetang Teologi Buddha, dapat
saya sarikan dan memberikan tanggapan tambahan sebagai berikut:
Dalam agama Buddha, topik mengenai ketuhanan memang jarang sekali
disinggung. Orang-orang kemudian berpendapat bahwa agama Buddha
tidak mengenal istilah Tuhan ataupun ketuhanan. Cara menggambarkan
TUHAN/ALLAH pun sangat berbeda dengan agama lain.
Konsep ke-Tuhanan dalam agama Buddha tidak mengenal
dualisme. Buddha melihat Tuhan Yang Maha Esa sebagai Yang Mutlak,
Mahatinggi, Mahaluhur, Mahasuci, Mahasempurna, kekal, tanpa awal dan
tanpa akhir, yang tidak bisa dijangkau oleh nalar maupun imajinasi
manusia. Tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Tuhan
Yang Maha Esa kecuali ia adalah Yang Mutlak, seperti dalam penjelasan
Sang Buddha berikut ini: “O, bhikkhu, ada sesuatu yang tidak dilahirkan,
tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Jika seandainya saja, O,
80
. Pendidikan Agama Kong Hu Chu untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, cetakan I
Tahun 2016. hh.39-40.

49
bhikkhu, tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak
tercipta, yang mutlak, maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak
tercipta, yang mutlak, maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.” (Udana bab
VIII Parinibbana Sutta 3).81
Buddha tidak pernah menggambarkan sosok yang mengatur
keseluruhan hidup manusia seperti yang dilakukan pada agama lainnya.
Akan tetapi, konsep ketuhanan seperti ini bisa kita temukan penjelasan
mengenai hukum alam semesta yang memiliki peran dalam mengatur
kejadian-kejadian alam semesta. Konsep ketuhanan erat kaitannya dengan
tujuan akhir manusia. Agama-agama dunia masing-masing menawarkan
tujuan akhirnya. Uniknya, semua tujuan tersebut mengarah ke penyatuan
diri dengan konsep ketuhanan. Untuk itu, kita bisa lihat bahwa konsep
ketuhanan menjadi semacam akhir dari apa yang ingin kita capai, yakni
suatu kebahagiaan yang mutlak.82

F. KESELAMATAN DALAM PERSPEKTIF KATOLIK


TANGGAPAN TAMBAHAN MAKALAH DANIEL LANGELO
Melalui tulisan ini, penulis langsung memberikan tanggapan
tambahan terkait makalah Daniel Langelo Teologi Katolik yang salah satu
materinya adalah membahas tentang keselamatan. Berdasarkan literature
yang dirangkum penulis menjelaskan bahwa kata keselamatan dalam Kitab
Suci Perjanjian Lama, dikenal dengan istilah syalom yang berarti suatu
keadaan yang bulat, utuh, penuh dalam segala dimensinya. Manusia dapat
mengalami syalom semacam itu apabila mempunyai relasi yang baik
dengan Allah. Allah yang diimani umat Israel adalah Allah sebagai Pencipta

81
. Pendidikan Agama Buddhauntuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, cetakan I Tahun 2016.
hh.109-109.
82
. ibid. h.110

50
Dunia (Yes. 40:28) senantiasa hadir dalam sejarah bangsa itu (Yes. 40:15)
untuk melindungi mereka (Yes. 40:25-31) dari segala ancaman.
Pewahyuan Allah di Gunung Horeb kepada nabi Musa untuk membebaskan
bangsa Israel dari perbudakan Mesir (Kel. 3:7-10) menampilkan jati diri
Allah yang anti penderitaan atau kejahatan, serta pro kehidupan dan
kebebasan manusia. Kitab Suci Perjanjian Lama menampilkan Allah
sebagai pelindung atau penyelamat dengan dua ciri khas. Pertama, Ia
selalu mencintai dan membela manusia, khususnya kaum papa seperti
janda dan anak yatim piatu, seperti diungkapkan oleh Nabi Yesaya:
“...bersihkanlah dirimu... Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik;
usahakan keadilan, kendalikan orang kejam, belalah hak anakanak yatim,
perjuangkanlah perkara janda-janda” (Yes. 1:16). Kedua, Ia selalu
membimbing manusia untuk menciptakan syalom, harmoni, kedamaian dan
kesejahteraan di tengah masyarakat; bukannya menyebarluaskan
kebencian, rasa iri hati, dan kedengkian, yang dapat menumbuhkan hasrat
menghancurkan sesama: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika
engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat
menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej. 4:6-7). 83
Terkait anugerah, Teologi keselamatan Roma Katolik berasal dari
pelagianisme yang menekankan perbuatan baik manusia yang menentukan
keselamatannya, bukan berdasarkan anugerah Allah. Menurut pengajaran
Roma Katolik, perbuatan baik terdiri dari tiga cara yang berbeda. Pertama,
perbuatan baik yang terhormat, perbuatan tersebut begitu terhormat
sehingga harus diberi upah. Kedua, perbuatan baik yang serasi atau
pantas, meskipun ini bukan perbuatan baik yang terhormat, perbuatan baik
yang serasi atau pantas tersebut akan mendapatkan penghargaan dari
Allah. Perbuatan baik yang serasi ini dicapai oleh manusia dengan
melakukan sakramen pertobatan. Ketiga, perbuatan baik yang luar biasa,

83
Ignatia Esti Sumarah (Eds), Keselamatan Dalam Perspektif Katolik, (Makna Keselamatan
Dalam Perspektif Agama-Agama), Pusat MPK Universitas Sanata Dharma, 2014. h.27

51
yaitu perbuatan baik yang melampaui apa yang dituntu. Perbuatan baik ini
merupakan hal yang dicapai oleh orang-orang kudus. Perbuatan baik ini
ditabung ke dalam tabungan perbuatan baik yang mana gereja dapat
mengambilnya bagi orang-orang yang kekurangan perbuatan baik untuk
dapat melewati api penyucian (purtagori) menuju surga. 84
Dengan demikian berkaitan dengan aspek anugerah, teologi Roma
Katolik mengikuti pendapat Pelagianisme yang mengajarkan bahwa
manusia dapat memperoleh keselamatan berdasarkan kekuatan sendiri
atau “sinergistis” yaitu usaha bersama di antara kehendak bebas manusia
dan rahmat Allah. Menurut Pelagius anugerah merupakan kemampuan diri
manusia yang dimungkinkan melalui kemampuan manusia sendiri untuk
tidak berdosa dan dalam bantuan yang diberikan Allah kepada manusia
dari hukum dan perintah-Nya dalam pengampunan dosa yang dilakukan
sebelum seseorang datang kepada Tuhan. Pada akhirnya manusia bisa
saja tidak berdosa dan melakukan hukum Allah dengan mudah kalau
manusia itu mau. Bagi Pelagianisme, anugerah tidak diperlukan untuk
masuk ke surga atau untuk mencapai sebuah kehidupan tanpa dosa,
melainkan anugerah memudahkan pencapaian kebenaran namun
85
kebenaran dapat dicapai tanpa anugerah.
Sedangkan terkait pembahasan predestinasi, Katolik berpandangan
bahwa jjaran mengenai predestinasi erat kaitannya dengan ajaran
mengenai anugerah. Teologi Roma Katolik pada abad pertengahan lebih
cenderung kepada pelagianisme yang menekankan tentang anugerah dan
keselamatan yang dari Allah diimbangi dengan jasa dan kehendak bebas
manusia. Ajaran Pelagius sangat menekankan kemampuan dan kehendak
bebas manusia untuk berbuat baik maupun untuk menerima atau menolak
anugerah dan keselamatan dari Allah.86

84
R.C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen (Malang: Literatur SAAT, 2005)
h.263.
85
R.C. Sproul, Hanya Melalui Iman (Bandung: Penerbit Mitra Pustaka, 2004), 185-186.
86
Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi (Bandung: Jurnal Info Media,
2007),h.99

52
Sejarah gereja mencatat betapa gelapnya keberadaan gereja abad
pertengahan, gereja Roma Katolik yang telah menjadi mapan sejak dinyata-
kan sebagai agama negara oleh Kaisar Konstantine pada abad ke 5.
Zaman kegelapan gereja memang dipengaruhi oleh masuknya kepentingan
politik di dalam gereja, serta berkembangnya ajaran-ajaran filsafat dan
tradisi yang cenderung melampaui dan menyelewengkan kebenaran
Alkitab. Terutama pengajaran mengenai keselamatan sebagai doktrin yang
sangat penting dalam Alkitab dan bagi gereja karena menyangkut
mengenai kekekalan manusia di hadapan Tuhan. Sekalipun Alkitab dengan
jelas telah menegaskan mengenai eksistensi manusia yang berdosa secara
sifat dasar maupun aktual, realitas anugerah Allah yang telah dinyatakan
melalui Pribadi dan Karya pendamaian Tuhan Yesus Kristus di kayu salib
serta pentingnya iman sebagai sarana menerima keselamatan, namun oleh
pengajaran gereja Roma Katolik pada abad pertengahan hal-hal tersebut
dikesampingkan dan diganti dengan kemampuan manusia untuk
memperoleh keselamatan.87
Tetapi, sintesa ajaran Gereja tentang keselamatan sebagaimana
disampaikan oleh Tradisi Suci dan Magisterium menegaskan Gereja Katolik
mengajarkan bahwa memang terdapat kemungkinan bagi seseorang yang
tidak tergabung secara penuh dengan Gereja Katolik untuk diselamatkan.
“Namun ada syaratnya, yaitu bahwa: 1) keadaannya yang tidak mengenal
Kristus dan Gereja-Nya itu terjadi bukan karena kesalahannya sendiri, 2) ia
mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan
tuntunan suara hatinya; 3) ia bertobat/ menyesal atas dosa-dosanya; 4) ia
hidup beriman dan melaksanakan cinta kasih. Sebab dengan hal-hal ini
orang tersebut dapat diandaikan bahwa ia menginginkan Pembaptisan,
seandainya mereka sadar akan peranannya demi keselamatan. 88

87
Marde Christian Stenly Mawikere, Perbandingan Teologi Keselamatan Antara Katolik Dan
Protestan Sebelum Dan Sesudah Gerakan Reformasi, Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan
Pembinaan Warga Jemaat, Volume 1, Nomor 1, Januari 2017. h.17
88
http://www.katolisitas.org/apakah-konsili-vatikan-ii-mengubah-ajaran-tentang-
keselamatan-eens/, diakses, Selasa 31 Maret 2020, 19.50 Wita.

53
Lantas bagaimana dapat dimengerti ungkapan ini (Di Luar Gereja
Tidak Ada Keselamatan) yang sering kali diulangi oleh para bapa Gereja?
Kalau sudah dirumuskan secara positif? Ia mengatakan bahwa seluruh
keselamatan datang dari Kristus sebagai Kepala melalui Gereja, yang
adalah Tubuh-Nya:
“Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, konsili mengajarkan, bahwa
Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab
hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir
bagi kita dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan
perlunya iman dan baptis, Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja,
yang dimasuki orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu
andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu
didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun
tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat
diselamatkan”. Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) 847 Penegasan
ini tidak berlaku untuk mereka, yang tanpa kesalahan sendiri tidak
mengenal Kristus dan Gereja-Nya: “Sebab mereka yang tanpa bersalah
tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus
mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan
kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan
nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal”.
Dengan demikian, ajaran Gereja Katolik tentang keselamatan tidak
pernah berubah, yaitu bahwa Gereja Katolik perlu untuk keselamatan.
Walaupun demikian, terdapat kemungkinan keselamatan bagi orang-orang,
yang bukan karena kesalahannya sendiri tidak mengenal Kristus dan
Gereja-Nya, asalkan mereka hidup mencari Tuhan dan melakukan
perintah-perintah Nya sebagaimana diketahui lewat hati nurani, dan
asalkan ia bertobat dan hidup dalam iman dan kasih. Jika ini yang terjadi,
keselamatan yang dapat diperolehnya tersebut tetap diberikan melalui
Kristus saja, dengan perantaraan Gereja-Nya; sebab rahmat keselamatan
hanya diberikan Allah di dalam Kristus. Karena Kristus sebagai Sang

54
Kepala, tidak terpisahkan dari Tubuh-Nya, maka rahmat keselamatan itu
yang diberikan oleh Kristus, mengalir melalui Tubuh-Nya, yaitu Gereja
Katolik.89

G. KESELAMATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM


TANGGAPAN TAMBAHAN MAKALAH SELFIE PAULUS

Penulis mencoba memberi tanggapan tambahan terhadap makalah


Teologi Agama Islam yang disusun Selfie Paulus. Tanggapan tambahan ini
dijabarkan berdasarkan sumber-sumber Islami.. berikut ulasannya:
Sebagai agama wahyu, Islam memiliki seperangkat ajaran yang
terkandung didalamnya berupa ajaran tauhid atau keesaan Tuhan, sistem
keyakinan lainnya dan ketentuan-ketentuan yang mengatur semua
kehidupan manusia. Allah SWT menyatakan bahwa Islam merupakan
agama yang diridhai-Nya, orang-orang yang meyakininya akan
mendapatkan keselamatan di akhirat kelak dan sebaliknya yang
mengingkarinya akan tergolong orang yang merugi. Secara bahasa makna-
makna Islam antara lain: Al istislam (berserah diri), As salamah (suci
bersih), As Salam (selamat dan sejahtera), As Silmu (perdamaian), dan
Sullam (tangga, bertahap, atau taddaruj). Al-Quran menyatakan semua
agama yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul sebelum Muhammad
pun pada hakikatnya adalah agama Islam. Manifestasinya yang beraneka
ragam, namun inti dari semua itu adalah pengabdian kepada Wujud Yang
Satu, yaitu Tuhan.90

89
Ibid.
90
Misbahuddin Jamal, Konsep Al-Islam Dalam Al-Qur’an, Jurnal Al- Ulum Volume. 11,
Nomor 2, Desember 2011. h.283.

55
Kata “Islam” berasal dari: salima yang artinya selamat. Dari kata itu
terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh.
Sebagaimana firman Allah SWT:
١١٢ - ࣖ ‫َب ٰلى َمنْ اَسْ لَ َم َوجْ َه ٗه هّٰلِل ِ َوه َُو مُحْ سِ نٌ َفلَ ٗ ٓه اَجْ رُهٗ عِ ْن َد َرب ۖ ِّٖه َواَل َخ ْوفٌ َعلَي ِْه ْم َواَل ُه ْم َيحْ َز ُن ْو َن‬
Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan
dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa
takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. 91
Nama “Islam” bagi agama ini diberikan oleh Allah SWT sendiri. Dia
juga menyatakan hanya Islam agama yang diridhai-Nya dan siapa yang
memeluk agama selain Islam kehidupannya tidak akan merugi di akhirat
nanti. Islam juga dinyatakan telah sempurna sebagai ajaran-Nya yang
merupakan rahmat dan ,karunia-Nya bagi umat manusia, sehingga mereka
tidak memerlukan lagi ajaran-ajaran selain Islam. Banyaknya nabi yang
diutus Allah dengan membawa agamaNya untuk umat dan zaman yang
berbeda-beda tidaklah berarti bahwa agama Allah itu banyak sebab seluruh
millah atau ajaran yang dibawa oleh para nabi di bawah satu panji yakni
Islam.
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang
ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah
mengambil Ibrahim sebagai kesayangan-Nya." 92
Ayat-ayat sebelumnya mengisahkan bahwa kelak di hari kiamat
mereka akan menerima balasan sesuai dengan perbuatan masing-masing.
Pada saat itu tidak ada tempat untuk meminta bantuan dan pertolongan.
Hanya dua yang bisa menyelamatkan seorang, yaitu amalannya selama di
dunia dan Allah yang menciptakan. Lalu kembali dipertegas bahwa siapa
saja yang berbuat amal kebajikan atas dasar keimanan, maka Allah
menjanjikan surga baginya. Pada waktu itu mereka betul-betul
menyaksikan keadilan yang sesungguhnya di mana pada saat itu betul-
91
https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/2, diakses Selasa 31 Maret 2020. 21.30
Wita.
92
Q.S. Al-Nisâ: 125

56
betul tidak ada kecurangan walau hanya sedikit. Sehingga semuanya
menerima pas, sesuai dan seimbang dengan perbuatan masing-masing. 93
Tak heran, oleh Syekh Muhammad Rasyid Ridha dikatakan: Kata
“Islam” adalah bentuk masdar dari aslama, yang memiliki makna-makna: 1.
Tunduk dan patuh; 2. Menunaikan, menyampaikan. Dikatakan “ aslamtu al-
Syai’ ila fulan” saya menyampaikan sesuatu kepada si anu; 3. Masuk ke
dalam kedamaian, keselamatan dan kemurnian” Sedangkan Bagi Sayyid
Quthb, Islam diartikan sebagai: “Islam berarti tunduk /patuh, taat dan
mengikuti, yakni tunduk patuh kepada perintah Allah, taat kepada syari’at-
Nya serta mengikut kepada rasul beserta manhajnya. Barang siapa tidak
patuh, taat dan berittiba’ maka ia bukanlah seorang muslim. Oleh
karenanya ia bukanlah penganut dari agama yang diridhai oleh Allah
padahal Allah tidak meridhai kecuali Islam” 94

H. KESELAMATAN DALAM PERSPEKTIF KONG HU CHU


TANGGAPAN TAMBAHAN MAKALAH REMALIA PUTRI
MATSINO
Keselamatan itu didapatkan oleh para suciwan, atau mereka yang
hidup dengan pencapaian akan nilai kesucian dalam Khong Hu Cu. Untuk
menuju keselamatan seseorang harus hidup mengikuti watak sejati yang
dinamakan menempuh jalan suci95. Dalam kitab Su Si ada ayat yang
tertulis, “Maka iman itulah jalan suci, Tuhan YME akan berusaha beroleh
iman itulah jalan suci manusia”96. Kemudian ayat yang lain, “iman itulah
jalan suci Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa; berusaha ber-oleh iman, itulah
jalan suci manusia; yang beroleh iman ialah orang yang telah memilih
kepada yang baik lalu didekap sekokoh-kokohnya.” (Bingcu IVA, 12:3)97.

93
Misbahuddin Jamal, Konsep Al-Islam Dalam Al-Qur’an, Jurnal Al- Ulum Volume. 11,
Nomor 2, Desember 2011. hh.291-292
94
Ibid. h.296.
95
M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, Jakarta, Gramedia,
2000, hlm. 29.
96
Ibid., hlm. 47.
97
Ibid., hlm. 51.

57
Melalui kedua ayat tersebut sudah jelas bahwa jalan suci itu adalah iman
kepada Tuhan YME. Iman tersebut yang akhirnya membawa pada jalan
suci dan mereka akan disebut juga orang suci. Mereka disebut sebagai
orang suci karena melakukan tiga perbuatan : melakukan tindakan berjasa,
menjunjung kebajikan, dan mengamalkan ajaran. Jalan suci adalah jalan
yang mengantarkan orang pada keselamatan 98 Untuk mencapai suatu
keselamatan, manusia harus melalui lima jalan: kesetiaan, adil, etika,
bijaksana, dan integritas. Pertama-tama keselamatan itu diperoleh melalui
pendidikan moral sehingga keselamatan itu nyata dalam perilaku yang
benar dan baik. Keselamatan dalam Kong Hu Cu terwujudkan melalui suatu
keadaan dunia yang harmoni. Keharmonian ini dicapai melalui
kebijaksanaan (harmoni dalam perbedaan) dan kesederhanaan (tahu
batasan cukup, mengontrol diri, batin tenang). Pada dasarnya manusia itu
berbeda karenanya mereka berusaha untuk menciptakan suatu harmoni
dalam perbedaan yang didasari oleh sikap hidup yang sederhana.
Kesederhanaan itu penting karena mampu meredam hasrat manusia yang
bila tidak dikontrol akan merusak harmoninasi di dunia. Harmoni bukan
hanya nampak dalam kehidupan didunia ini, harmoni tersebut juga nampak
pada kehidupan setelah mati. “Semangat atau jiwa rohani (khi) itulah
perwujudan tentang adanya roh (sien); kehidupan jasat (phik) itulah
perwujudan tentang adanya nyawa/jiwa badani (kui). Bersatunya
harmonisnya nyawa dan roh dalam kehidupan ini adalah tujuan pengajaran
agama”(Lee Ki XXIV:13)99. Hal tersebut menunjukkan bahwa sangat
pentinglah harmoni yang harus dibangun dalam kehidupan setiap orang.
Bila keharmonisan dapat terwujud, kesejahteraan di langit dan di bumi akan
tercapai, semua makhluk dan benda akan dapat terpelihara 100.
Dalam agama Khong Hu Cu, kehidupan yang harmoni itu didapatkan
melalui pemerintahan yang baik dan bermoral. Sistem pemerintahan pun

98
http://www.spocjournal.com/filsafat/273-kehidupan-sesudah-mati-dan-
keselamatan-menurut-agama-khonghucu.html, diakses 31 Maret 2020, pukul 12.00 WIB.
99
Ibid., hlm. 57.
100
Ibid., h. 29.

58
harus yang sesuai dalam menciptakan kesejahteraan rakyat. Hidup
harmoni itu ditentukan oleh kesuksesan pemerintah dalam menjalankan
pemerintahannya. Agama itu juga harus tunduk di bawah pemerintah agar
tidak ada percampuran kepentingan agama terhadap pemerintah.
Keselamatan itu diciptakan oleh pemerintah yang menjalankan
pemerintahan dengan baik agar harmonisasi itu dapat terjadi. Harmonisasi
merupakan pembangunan tatanan sosial yang tertib dan relasi yang sehat
secara vertikal dan horizontal.

I. KESELAMATAN DALAM PERSPEKTIF BUDDHA


TANGGAPAN TAMBAHAN MAKALAH MONICA PAKASI

Menurut Agama Buddha dikenal dengan adanya dua jenis


keselamatan: keselamatan relatif dan keselamatan absolut.
a. Keselamatan Relatif Banyak pernyataan yang mengatakan bahwa
“Keselamatan” adalah suatu jaminan kelak; setelah orang meninggal akan
terlahir penuh kesenangan di dalam sorga. Bagi agama Buddha
keselamatan jenis ini adalah keselamatan “relatif,” karena alam surga
sesungguhnya tidak kekal, masih dicengkeram kelapukan, masih berpijak
pada empat unsur alam semesta di sana (air, tanah, api dan udara), yang
senantiasa menuju kehancuran. Alam surga juga bersifat relatif, karena
masih terbelenggu oleh dimensi ruang dan waktu. Sang Buddha tidak
pernah mengajarkan untuk berdoa dan menyembah Dewa/Dewi penghuni
surga, karena mereka sendiri masih diliputi kotoran batin, yaitu nafsu-nafsu
indria, dan juga masih dicengkeram oleh kelahiran dan kematian. Juga,
para Dewa/Dewi masih bisa marah, masih bisa murka, menghukum, tidak
senang, cemburu, dan memiliki sifat-sifat buruk lainnya, sehingga bukanlah
sosok yang tepat untuk dijadikan perlindungan. Menurut Buddha,
perlindungan yang tepat adalah diri sendiri. Makhluk hidup atau manusia
bisa terlahir di alam yang penuh bahagia atau yang sering di kenal dengan
alam surga, apabila manusia itu memiliki sikap mental yang baik dan

59
menanamkan dua hal berikut, yakni (1) mempunyai rasa malu untuk
berbuat jahat (hiri) dan (2) mempunyai rasa takut akan akibat perbuatan
jahat (ottapa). Rasa malu untuk berbuat jahat (hiri) dan rasa takut akan
akibat perbuatan jahat (ottapa) akan mengikis emosi-emosi negatif yang
bersifat destruktif, yaitu kebencian, kemarahan, keirihatian, kemelekatan,
dan stress/depressi. Alam surga bukanlah monopoli agama tertentu, tetapi
alam surga memang hanya akan dihuni oleh orang-orang tertentu, yaitu
orang-orang yang baik hatinya, rendah hati, penuh cinta kasih, mempunyai
rasa malu untuk berbuat jahat (hiri) dan mempunyai rasa takut akan akibat
perbuatan jahat (ottapa), yang semasa masih hidup sangat gemar
berderma atau berdana, suka menolong semua makhluk yang mengalami
penderitaan, dan memiliki sifat serta watak yang positif. Timbunan
kebajikan dan kebenaranlah yang akan menjamin seseorang masuk surga,
bukan agama.

b. Keselamatan Absolut Agama Buddha mengajarkan bahwa surga


bukanlah tujuan tertinggi bagi semua makhluk, karena menurut agama
Buddha alam surga masih memiliki nafsu kesenangan indria. Terbebas dari
penderitaan (samsara), keadaan tanpa nafsu keinginan, pemadaman
semua kotoran batin adalah keselamatan tertinggi (absolut), atau disebut
Kebebasan Mutlak (Nibbana/Nirvana). Untuk merealisasikan kebebasan
tertinggi (Nibbana/-Nirvana) ini, diri sendirilah yang harus menjalani, yaitu
dengan mempraktikkan moralitas-benar (sila), pemusatan-perhatian-benar
(samadi), dan kebijaksanaan-benar (panna).101
Ini berarti bahwa, Jalan Keselamatan yang ditunjukkan oleh Sang
Buddha tidak bersifat ekslusif untuk suatu suku-bangsa/ras/golongan
tertentu saja, tapi untuk semua makhluk: “Bagaikan awan hujan yang besar,
menjatuhkan hujan ke seluruh penjuru bumi, curahan hujan tidak
membedabedakan siapapun. Demikianlah kebenaran semua Buddha“
(Avatamsakasutra bab 10). Keselamatan dan kebebasan bukanlah
101
Sujiyanto (Eds), Jalan Menuju Keselamatan Menurut Pandangan Agama Buddha, (Makna
Keselamatan Dalam Perspektif Agama-Agama), Pusat MPK Universitas Sanata Dharma, 2014. hh.21

60
monopoli suatu agama, tetapi milik orang-orang yang menyucikan dirinya,
membimbing diri ke arah yang baik dan benar, lurus, tanpa noda, apapun
agama orang itu.102

J. SURGA DALAM PERSPEKTIF KATOLIK


TANGGAPAN TAMBAHAN MAKALAH DANIEL LANGELO

Penulis menambahkan ulasan yang dirangkum dari Katekismus


Gereja Katolik (KGK) yang menjelaskan tentang surga sebagai berikut:
a. Keadaan melihat Allah dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
KGK 1023 Orang yang mati dalam rahmat dan persahabatan Allah dan
disucikan sepenuhnya, akan hidup selama-lamanya bersama Kristus.
Mereka serupa dengan Allah untuk selama-lamanya, karena mereka
melihat Dia “dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1 Yoh 3:2) dari muka
ke muka (Bdk. 1 Kor 13:12; Why 22:4).103
“Kami mendefinisikan berkat wewenang apostolik, bahwa menurut
penetapan Allah yang umum, jiwa-jiwa semua orang kudus… dan umat
beriman yang lain, yang mati sesudah menerima Pembaptisan suci Kristus,
kalau mereka memang tidak memerlukan suatu penyucian ketika mereka
mati,… atau, kalaupun ada sesuatu yang harus disucikan atau akan
disucikan, ketika mereka disucikan setelah mati,… sudah sebelum mereka
mengenakan kembali tubuhnya dan sebelum pengadilan umum, sesudah
Kenaikan Tuhan dan Penyelamat kita Yesus Kristus ke surga sudah berada
dan akan berada di surga, dalam Kerajaan surga dan firdaus surgawi
bersama Kristus, sudah bergabung pada persekutuan para malaikat yang
kudus, dan sesudah penderitaan dan kematian Tuhan kita Yesus Kristus,
jiwa-jiwa ini sudah melihat dan sungguh melihat hakikat ilahi dengan suatu
pandangan langsung, dan bahkan dari muka ke muka, tanpa perantaraan
makhluk apa pun” (Benediktus XII: DS 1000; bdk. LG 49). 104

102
Ibid.h.20
103
Ibid
104
Ibid

61
b. Kehidupan yang sempurna bersama Tritunggal Mahakudus,
persekutuan kehidupan dan cinta bersama Allah.
KGK 1024 Kehidupan yang sempurna bersama Tritunggal Mahakudus ini,
persekutuan kehidupan dan cinta bersama Allah, bersama Perawan Maria,
bersama para malaikat dan orang kudus, dinamakan “surga”. Surga adalah
tujuan terakhir dan pemenuhan kerinduan terdalam manusia, keadaan
bahagia tertinggi dan definitif.
c. Hidup di dalam surga berarti “ada bersama Kristus”
KGK 1025 Hidup di dalam surga berarti “ada bersama Kristus” (Bdk. Yoh
14:3; Flp 1:23; 1 Tes 4:17). Kaum terpilih hidup “di dalam Dia”,
mempertahankan, atau lebih baik dikatakan, menemukan identitasnya yang
sebenarnya, namanya sendiri (Bdk. Why 2:17).
“Hidup berarti ada bersama Kristus; di mana ada Kristus, di sana dengan
sendirinya ada kehidupan, di sana ada Kerajaan” (Ambrosius, Luc. 10,121).
d. Surga adalah persekutuan bahagia dari semua mereka yang
bergabung sepenuhnya dengan Kristus
KGK 1026 Oleh kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus telah
“membuka” surga bagi kita. Kehidupan orang bahagia berarti memiliki
secara penuh buah penebusan oleh Kristus. Ia mengundang mereka, yang
selalu percaya kepada-Nya dan tetap setia kepada kehendak-Nya,
mengambil bagian dalam kemuliaan surgawi-Nya. Surga adalah
persekutuan bahagia dari semua mereka yang bergabung sepenuhnya
dengan Dia.
e. Surga yang merupakan misteri persekutuan berbahagia dengan
Allah dan dengan semua mereka yang berada dalam Kristus, mengatasi
setiap pengertian dan gambaran
KGK 1027 Misteri persekutuan berbahagia dengan Allah ini dan dengan
semua mereka yang berada dalam Kristus, mengatasi setiap pengertian
dan setiap gambaran. Kitab Suci berbicara kepada kita mengenai itu dalam
gambar-gambar, seperti kehidupan, terang, perdamaian, perjamuan
pernikahan meriah, anggur Kerajaan, rumah Bapa, Yerusalem surgawi, dan

62
firdaus: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar
oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia: semuanya
itu disediakan oleh Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Kor 2:9).
f. Surga adalah pandangan kepada Allah dalam kemuliaan surgawi
yang membahagiakan
KGK 1028 Oleh karena Allah itu Maha agung, maka Ia hanya dapat
dilihat, dalam keadaan-Nya yang sebenarnya, apabila Ia sendiri
membiarkan manusia melihat misteri-Nya secara langsung dan
menyanggupkannya untuk itu. Memandang Allah dalam kemuliaan surgawi-
Nya secara demikian dinamakan Gereja “pandangan yang
membahagiakan” [visio beatifica].
“Betapa mulianya, betapa gembiranya, kalau engkau diizinkan untuk
melihat Allah, kalau engkau mendapat kehormatan, menikmati
kegembiraan kebahagiaan dan terang abadi bersama Kristus, Tuhan dan
Allahmu… bersama orang-orang benar dan sahabat Allah dalam Kerajaan
surga, bergembira atas nikmat kebakaan yang dianugerahkan” (Siprianus,
en. 58 10 1).
g. Surga adalah keadaan di mana para terpilih memerintah bersama
Kristus sampai selama-lamanya.
KGK 1029 Mereka yang berbahagia di dalam kemuliaan surga tetap
memerlukan kehendak Allah dengan gembira. Mereka melakukan itu juga
dalam hubungan dengan manusia lain dan seluruh ciptaan, karena mereka
memerintah bersama Kristus; bersama Dia mereka akan “memerintah
sampai selama-lamanya” (Why 22:5, Bdk. Mat 25:21.23). 105

K. SURGA DALAM PERSPEKTIF ISLAM


TANGGAPAN TAMBAHAN MAKALAH SELFIE PAULUS

Seperti dalam pembahasan tentang Allah, penulis merasa perlu


memberikan tanggapan tambahan terkait pembahasan Surga Dalam

105
http://dev.katolisitas.org/apakah-surga-itu/, diakses Rabu 1 April 2020

63
perspektif Islam. Menurut Tafsir Al-Q r‟an Tematik, terbitan Kementerian
Agama, Surga adalah ganjaran yang luar biasa yang disediakan Allah Swt.
untuk hamba-hamba yang dicintai-Nya dan yang taat kepada-Nya, surga
adalah tempat yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan tanpa ada
yang dapat mengurangi dan mengusik kesuciannya. Dengarkanlah firman
Allah Swt. dalam hadits kudsi (firman suci Allah yang disampaikan dengan
kata-kata Rasulullah Saw.) ini: “Aku telah mempersiapkan untuk hamba-
hamba-Ku yang shaleh apa yang belum pernah dilihat oleh mata, belum
pernah didengar oleh telinga, dan belum terlintas dalam pikiran seorang
manusia mana pun juga.”106
Seorang penafsir terkemuka bernama Hamka dalam ulasan Tafsir
Al-Azhar menjelaskan: Kenikmatan surga selanjutnya ialah tak pernah
merasa bosan. Surga merupakan tempat yang dilimpahi dengan
kenikmatan sehingga tak akan pernah merasa bosan hidup di dalamnya.
Penghuni surga disibukkan dengan berbagai aktivitas yang menyenangkan
hati dan tak akan menemui kebosanan walau sesaat saja. Surga menurut
Hamka merupakan suatu tempat yang dipenuhi dengan hal menyenangkan
karena yang ada di dalamnya hanya kenikmatan, keindahan, kenyamanan,
ketenangan, kebahagiaan, keabadian dan lain sebagainya. Dan surga
diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh.
Kenikmatan yang belum pernah dilihat, dirasakan serta dikhayalkan oleh
manusia. Semua itu merupakan kemenangan yang besar. Kenikmatan
surga menurut Hamka terbagi menjadi dua macam. Yakni kenikmatan
material dan kenikmatan immaterial. Kenikmatan material itu berupa
kenikmatan yang dapat dirasakan secara langsung oleh fisik seperti
mendapatkan bidadari, sungai-sungai, makanan dan minuman, buah-
buahan, istana-istana, juga pakaian dan perhiasan. Dan kenikmatan
immaterial merupakan kenikmatan yang dirasakan secara tidak langsung
oleh fisik seperti kenikmatan yang paling utama adalah dapat melihat

106
Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Q r‟an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur‟an, 2014). h. 229.

64
Tuhan, mendapat keridhaan Allah dan tak pernah merasa bosan di dalam
surga. Semua itu dapat diperoleh apabila mentaati segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangannya, selalu beramal shaleh, dan
mendapatkan rahmat serta ridha dari Allah.107

L. SURGA DALAM PERSPEKTIF KONG HU CHU


TANGGAPAN TAMBAHAN MAKALAH REMALIA PUTRI
MATSINO

Sangat minim literature Kong Hu Chu yang membahas tentang


Surga, hanya penggalan kalimat tersirat saja kita bisa memahami akan hal
ini. Kong Hu Chu lebih menitikberatkan pada karakter manusia yang
terangkum dalam
Konsep Dasar Mengenai Kehidupan dan Kematian (Dunia dan Akhirat)
dalam Kitab Suci Ya King atau kitab perubahan, kitab kejadian semesta
alam dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna/ Maha Pencipta (Gwan),
Maha Menjalin/Menembusi/Maha Luhur (Hing), Maha pemberi Rahmat dan
Berkah/Maha Adil (Li) dan Maha Abadi Hukum-Nya (Cing). Didalam kitab
Tengah Sempurna Tuhan itu Maha Roh, Kebajikan-Nya Yang Maha Besar
dan Maha Kuasa menjadikan dan menyertai tiap wujud dan makhluk
dengan masing-masing sifatnya. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, pembawa sifat Tuhan dan Dunia. Manusia diciptakan
melalui kekuatan alam (Yin dan Yang), persatuan antara roh-roh suci
(sheng) dan sifat-sifat hewaniah (kuei), serta hakekat yang terhalus dan
abstrak, yaitu lima unsur
(bumi, tumbuhtumbuhan,logam,api dan air). Unsur Yin adalah sifat wanita
dan
unsur Yang adalah sifat pria. Keduanya saling melengkapi atau
menggenapi.108

107
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Gema Insani, 2015), cet ke 1, jilid 4. hh 421-422
108
Ahmad Zarkasi, Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Kong Hucu, Jurnal Al-AdYaN/Vol.IX,
N0.1/Januari-Juni/2014. h.27

65
Menurut ajaran Konghucu semua manusia ketika dilahirkan ke dunia
membawa kodrat sebagai makhluk yang pada hakikatnya baik adanya.
Kodrat manusia yang baik itu disebut Xing atau watak sejati. Xing adalah
benih yang harus ditumbuhkembangkan. Manakala terdapat badan
manusiawi, maka terdapatlah Xing yang utamanya adalah hati yang
bercinta
kasih. Cinta kasih adalah hati manusia. Agar Xing dapat berkembang dan
manusia menjadi makhluk yang sempurna, maka manusia harus
senantiasa berada dalam jalan kebenaran (jalan suci). Karena manusia
mempunyai sifat hewani yang apabila tidak dikendalikan merupakan
sumber kelemahan, maka manusia memerlukan suatu tuntunan agar
manusia hidup di dalam jalan kebenaran. Tuntunan ke dalam Jalan
Kebenaran (Suci) itulah yang disebut Agama.109
Manusia haruslah memanusiakan dirinya. Caranya dengan
mengembangkan benih-benih kebajikan yang sudah ada dalam watak
sejatinya yang antara lain mempunyai kualitas Jien (cinta kasih). Yong dan
Gie (berani menegakkan kebenaran, karena mampu membedakan mana
yang benar dan mana pula yang salah). Lee (kesusilaan/mengenal
ketertiban dan hukum), (hikmat kebijaksanaan) dan sien (tulus ikhlas/dapat
dipercaya).
Kewajiban Pengikut Konghucu:
1. Beriman terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Beriman bahwa hidupnya (oleh dan) mengemban firman Tuhan.
3. Beriman bahwa Firman Tuhan itu menjadi tugas Suci yang wajib
dipertanggung jawabkan dan sekaligus menjadi rahmat dan kemampuan di
dalam hidupnya.
4. Beriman bahwa hidupnya mampu mengikuti, tepat, selaras, serasi, dan
seimbang dengan watak sejati itu.
5. Beriman bahwa agama merupakan karunia bimbingan Tuhan Yang Maha
Esa untuk membina diri menempuh jalan kebenaran(suci).
109
Ibid.

66
6. Beriman bahwa jalan suci itu menghendaki hidup memahami,
menghayati, mengembangkan, menggemilangkan kebajikan, benih
kesucian dalam watak
sejatinya.
7. Beriman bahwa kesetiaan menggemilangkan kebajikan wajib diamalkan
dengan mencintai, teposaliro sesame manusia, sesama makhluk dan
menyayangi lingkungan
8. Beriman bahwa kewajiban suci ialah menggemilangkan kebajikan dan
mengamalkannya sampai puncak baik.
9. Beriman hanya di dalam kebajikan itu Tuhan berkenan, hidup itu
bermakna apabila dapat setia kepada Khaliknya dan saudara sejati kepada
sesamanya.
10. Beriman bahwa kebajikan itulah jalan keselamat, kebahagiaan tertinggi
di dalam harkat dan martabat manusia sebagai makhluk termulia ciptaan
Tuhan.
Pada saat mengalami kematian roh seorang manusia meninggalkan
badan dan orang yang semasa hidupnya mampu hidup sesuai dengan
fitrah/watak sejatinya, rohnya menjadi sheng. “Orang yang sungguh
sepenuh hati menempuh jalan suci, lalu mati, dia lurus di dalam firman”
(Bingcu VIIA). Sheng naik ke surga dan immortal, artinya hidup abadi di
dalam Surga (Sian
Thian) di samping Tuhan. Sebaliknya orang yang berlumuran dosa, yang
mengingkari jalan suci rohnya menjadi kuei/hantu dan turun ke neraka. 110

M. SURGA DALAM PERSPEKTIF BUDDHA


TANGGAPAN TAMBAHAN MAKALAH MONICA PAKASI

Membahas surga dari perspektif Buddha, tidak seperti membahas


Surga agama-agama lain. Penulis merekomendasikan satu ulasan sebagai

110
Ahmad Zarkasi, Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Kong Hucu, Jurnal Al-AdYaN/Vol.IX,
N0.1/Januari-Juni/2014. h.28

67
tanggapan tambahan atas makalah Monica Pakasi yang membahas
tentang Teologi Buddha. Tambahan itu terkait Kebenaran mulia tentang
berakhirnya dukkha. Dijelaskan bahwa Dukkha sebagai salah satu sifat
sejati segala sesuatu yangbe rkondisi ternyata memiliki akhir. Proses
terhentinya dukkha inilah yang dinamakan oleh umat Buddha sebagai
Nibbana atau Nirwana. Perlu dimengerti bahwa Nirwana bukan sebuah
alam. Nirwana bukanlah surga. Nirwana adalah sebuah kondisi
batin/pikiran. .Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa Nirwana itu
sendiri sebagai sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, tidak
bisa diwujudkan dalam kehidupan saat ini. Apabila demikian, maka itu
bukanlah Nirwana menurut konsep buddhisme. Beranggapan demikian
hanya akan membuat pengertian tentang Nirwana tidak jauh berbeda dari
pengertian Tuhan. Kita meyakini bahwa apa yang Buddha Gautama ajarkan
adalah hal-hal yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saat ini
juga. Sang Buddha tidak mengajar untuk kepentingan kehidupan setelah
mati tetapi Beliau mengajarkan untuk kepentingan kehidupan saat ini.
Untuk itu Sang Buddha sendiri telah mengartikan Nirwana sebagai
lenyapnya keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin
(moha). .Dan Beliau menyatakan bahwa Nirwana dapat direalisasikan
(dialami) pada saat ini juga—dalam kehidupan sehari-hari. 111 Itulah surga
bagi Buddha.

N. KESIMPULAN
Demikianlah catatan penulis terkait Tanggapan Tambahan Atas
Makalah Teologi Katolik, Islam, Kong Fu Chu, Dan Budha, Perspektif
Tentang Allah, Keselamatan, Dan Surga. Tentunya bahasan ini masih jauh
dari kesempurnaan, tetapi setidaknya memberikan sedikit masukkan bagi
kita semua untuk memahami ajaran iman dari agama-agama lain.

111
Ikhtisar Ajaran Buddha Disusun oleh: Upa. Sasanasena Seng Hansen, Cetakan Kedua,
September 2008 (revisi). h.9.

68
Penulis, tidak membandingkan ajaran agama-agama tersebut, tapi
terus mencoba menarik benang merah pembahasan ini dengan Mata
Kuliah Teologi Religionum. Semoga dengan membaca tugas ini,
membangkitkan semangat belajar untuk memperkaya pemahaman kita dan
menghargai penghayatan yang dimiliki oleh agama-agama lain, yang bukan
seagama dengan kita.(***)

BAB IV TUGAS PRIBADI

MEMPERKENALKAN YESUS KEPADA AGAMA-AGAMA LAIN

PENDAHULUAN
Setelah membahas perbedaan teologi Kristen dengan teologi
agama-agama lain seperti Islam, Budha, dan Kong Hu Chu, kali ini, penulis
mencoba memaparkan sejumlah pendekatan untuk memperkenalkan
Yesus Kristus yang merupakan sentral Teologi Kristen kepada umat atau
jemaat agama-agama tersebut. Tentunya pendekatan pasti berbeda-beda,

69
tidak sama, tetapi basic utama adalah memakai prinsip Alkitabiah saat
menyeberangkan Kabar Keselamatan tersebut kepada agama-agama lain.

A. CARA MEMPERKENALKAN YESUS KEPADA UMAT ISLAM


Setelah membahas perbedaan teologi keselamatan antara Kristen
dan Islam. setidaknya dapat ditarik satu garis merah bahwa, mereka (umat
Muslim/Islam, penulis) harus tahu siapa sebenarnya yang menyelamatkan
umat manusia. Dari referensi yang dirangkum penulis, ada sejumlah
pendekatan yang dipakai, seperti Pendekatan Jembatan Keselamatan dan
pendekatan dialog keselamatan dalam Al-Quran dan Alkitab.

1. Pendekatan Dengan Metode Jembatan Keselamatan


Dalam pembahasan pendekatan Jembatan Keselamatan ini,
diuraikan bahwa jutaan umat beragama di seluruh dunia menemukan
keselamatan melalui Isa Al-Masih dengan mempelajari “Jembatan
Keselamatan”. Mungkin gambaran berikut ini adalah gambaran paling
sederhana yang menguraikan jembatan keselamatan itu, agar mudah
dipahami oleh umat Muslim bahkan orang Kristen yang belum bertobat
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya. Secara
sederhana dapat kita lihat dalam sketsa dibawah ini:

HUBUNGAN ANTARA ALLAH DAN MANUSIA


BAIK PADA MULANYA

70
MANUSIA TELAH BERDOSA

71
ISA AL-MASIH SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN
Menggunakan nama Isa Al-Masih adalah salah satu cara untuk
memperkenalkan Yesus kepada umat muslim, sebab dalam Al Quran,
Yesus Kristus dalam pemahaman mereka adalah Isa dalam kitab mereka.

Kemudian ditutup dengan DOA KESELAMATAN:


Allah yang ada di sorga, saya menyadari bahwa saya seorang
berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Saya mengakui bahwa
saya telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini saya mohon pengampunan-
Mu. Kiranya Engkau menghapuskan segala dosa yang ada dalam hati
saya.
Hari ini saya mengundang Engkau, Isa Al-Masih, ke dalam hati saya.
Saya menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidup saya.
Saya percaya bahwa Isa Al-Masih, Sang Juruselamat itu telah mati di kayu
salib karena memikul dosa saya. Terimakasih karena Allah telah
menganugerahkan keselamatan dan hidup yang baru bagi saya. Saya
berdoa hanya di dalam nama Isa Al-Masih. Amin. 112

2. PENDEKATAN DIALOG

112 1
https://www.isadanislam.org/jalan-keselamatan/jembatan-keselamatan/

72
(POIN DIALOG ADALAH KESELAMATAN DALAM AL-QURAN
DAN INJIL)
Setiap umat beragama berlomba mencari keselamatan. Segala
usaha dilakukan agar dapat memperoleh keselamatan. Bagaimana
seseorang dapat memperoleh keselamatan dalam Al-Quran dan Injil?
Pertama – Mencari Jalan Lurus
Jalan yang lurus jelas lebih baik bagi seorang pengendara dibanding
jalan yang berliku. Demikian halnya dengan seseorang yang ingin
diselamatkan. Dia perlu mencari jalan lurus itu. “Tunjukilah kami jalan yang
lurus” (Qs 1:6).
Dimanakah “Jalan Lurus” itu dapat ditemukan? “Aku [Allah] hendak
mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh . . . . .”
(Mazmur 32:8)
Kedua – Mengetahui Pribadi Isa Al-Masih
Mengapa harus Isa Al-Masih? Mengapa bukan Muhammad, Musa,
atau nabi lain? Bila kita menelusuri Al-Quran, tidak sedikit ayat-ayat yang
membahas tentang Isa Al-Masih. Malahan ada gelar yang diberikan
kepada-Nya yang tidak dimiliki oleh siapapun. Al-Quran bersaksi, hanya Isa
Al-Masih lahir dari seorang perawan (Qs 19:16-34; Injil, Rasul Matius 1:18).
Dia disebut “seorang anak laki-laki yang suci” (Qs 19:19; Injil, Kisah Para
Rasul 4:30). Ia diberi gelar “Kalimat Allah” (Qs 3:35, 39; Injil, Rasul
Yohanes 1:1). Dialah Yang Mulia dan Yang Lama dinubuatkan yaitu “Al-
Masih” (Qs 4:171; Injil, Lukas 24:25-27).
Hanya Isa Al-Masih merupakan “Tiupan Roh dari Allah” (Qs 4:171;
Injil, Surat Filipi 1:19). Ia diberi kehormatan: “Seorang terkemuka di dunia
dan di akhirat” (Qs 3:45; Injil, Surat Filipi 2:9-11). Ia dijadikan oleh Allah
menjadi “suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami“ (Qs
19:21; Injil, Lukas 2:34; Injil, Surat Ibrani 2:17; Injil, Surat Titus 3:5).
Hanya Isa Al-Masih yang unik di dalam kuasa-Nya untuk
mengerjakan mujizat. Ia menyembuhkan orang buta, orang sopak,

73
menghidupkan orang mati, memberi hidangan dari langit (Qs 3:39; 5:114;
Injil, Rasul Matius 11:2-6).

Hanya Isa Al-Masih yang sekarang sudah pasti berada di surga (Qs
3:55; Injil, Kisah Para Rasul 1:9-11). Dia akan kembali dari surga sebagai
hakim pada hari kiamat (Qs 43:69; Injil, Wahyu Rasul Yohanes 1:5-8).
Demikianlah Al-Quran dan Injil menyatakan Pribadi Isa Al-Masih.
Maka, bagi seseorang yang ingin menemukan “Jalan Lurus”, sudah
seharusnya mengetahui lebih lagi Pribadi Isa Al-Masih.
Ketiga – Memperhatikan Isi Injil
Seseorang yang benar-benar rindu ingin menemukan “Jalan Lurus”,
wajib memperhatikan isi Injil. Injil adalah Kabar Baik yang dibawa Isa Al-
Masih.
Qs 10:94 berkata, “Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam
keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka
tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu [yaitu
pengikut Isa Al-Masih] . . . .”
“. . . Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada . . . ‘Isa [Al-Masih] . . .” (Qs 3:84).
“Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang
padanya . . . ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai
dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah
dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (Injil, I
Korintus 15:2-4).
“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang
benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita
kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia,
tetapi dibangkitkan menurut Roh” (Injil, 1 Petrus 3:18).
Keempat – Percaya Akan Sifat Allah r-Rahmani r-Rahim (Maha
Pemurah Lagi Maha Penyayang) Al-Fatihah menggambarkan sifat Allah
yang dominan, yaitu: “Bismillahi r-rahmani r-rahim” (Qs 1:1).

74
Seseorang yang sungguh ingin menerima Keselamatan harus
mengerti bahwa Allah adalah Maha Penyayang. Allah berkeinginan untuk
membawa manusia kembali pada Keilahian-Nya. Hal ini hanya dapat
tercapai melalui kedatangan Kalimat-Nya ke dunia sebagai tanda bagi
manusia.

“. . . Tuhanmu berfirman: ’Hal itu adalah mudah bagi-Ku [mengatur


kelahiran Isa Al-Masih tanpa Maryam berhubungan dengan seorang laki];
dan agar dapat Kami menjadikannya [kelahiran Isa Al-Masih] suatu tanda
bagi manusia dan sebagai rahmat [Isa Al-Masih] dari Kami . . . ’” (Qs
19:21).
Bentuk dari kasih Allah telah dinyatakan dalam diri Isa Al-Masih,
karena, “. . . Dia [Isa Al-Masih] telah menyelamatkan kita, bukan karena
perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya . . .” (Injil,
Surat Titus 3:5).
Kelima – Mengerti Arti Pengorbanan Anak Ibrahim
Setiap perayaan Idul Adha, umat Muslim memberikan kurban.
Sayangnya tidak sedikit diantara mereka yang masih kurang mengerti
makna dari kurban tersebut. Seorang yang sungguh ingin menemukan
“Jalan Lurus” wajib mengetahui dengan benar makna pengorbanan anak
Ibrahim.
“…Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
…”. Tatkala keduanya telah berserahdiri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis-(nya) … [Allah] panggillah dia: “Hai Ibrahim,
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu … Dan Kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan [kambing] yang besar [noble, mulia]”
(Qs. 37:102-107).
Adakah hubungan korban sembelihan Ibrahim dengan Isa Al-Masih?
Perhatikanlah ayat berikut ini, dalam Injil, Rasul Besar Yohanes 1:29. Nabi

75
Yahya Pembaptis berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah [Isa Al-Masih], yang
menghapus dosa dunia”. Isa Al-Masih datang ke dunia menjadi tebusan
bagi setiap orang (Injil, Rasul Matius 20:28). Sebab Dia telah mati karena
dosa-dosa manusia (Injil, I Korintus 15:3).
Dia telah mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa manusia
(Injil, Surat Ibrani 9:28). Dia sendiri telah memikul dosa manusia di kayu
salib (Injil, Surat I Petrus 2:24). Kematian-Nya hanya satu kali untuk segala
dosa manusia (Injil, Surat I Petrus 3:18).
Isa Al-Masih adalah korban Eid yang Allah berikan untuk dihukum
ganti manusia. Melalui Dia manusia dapat menerima pengampunan dosa
dan keselamatan kekal.
Keenam – Berdoa dan Menyerahkan Setiap Dosa Pada Korban
Allah (Isa Al-Masih) Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah, percaya
sepenuhnya pada pengorbanan Isa Al-Masih di kayu salib. Berdoa dengan
khidmat kepada-Nya agar setiap dosa-dosa saudara diampuni. Akuilah
dosa-dosa Saudara satu per satu kepada Allah. Berjanjilah untuk bertobat
dari dosa-dosa tersebut.
Mintalah Isa Al-Masih membersihkan dosa-dosa Saudara dengan
darah-Nya yang ditumpahkan di kayu salib. “Jika kita mengaku dosa kita,
maka Ia [Allah] adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita [dengan darah tumpahan Isa Al Masih] dari
segala kejahatan” (Injil, Surat I Yohanes 1:9).
Dalam doa mengaku dengan sungguh bahwa Saudara menerima Isa
Al-Masih sebagai satu-satunya Juruselamat. “Tunjukilah kami jalan yang
lurus” (Qs 1:6). “Kata Yesus [Isa] … ‘Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup.
Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”
(Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Mintalah agar Dia memberi hidup yang kekal kepada Saudara. “…
Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak
akan binasa sampai selama-lamanya …” (Injil, Rasul Besar Yohanes
10:28).

76
Salah satu contoh tentang Doa Keselamatan bisa ditemukan di
bawah ini.
Doa Keselamatan
Tuhan, saya datang dengan kerendahan hati kehadapan-Mu untuk
mengakui segala dosa yang telah saya lakukan selama ini. Ampuni saya ya
Tuhan, bersihkan hati dan pikiran saya dari segala dosa-dosa ini. Saya
percaya Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi saya. Karena
Isa Al-Masih telah mati dikayu salib ganti saya. Dan saat ini juga saya
mengundang Isa Al-Masih untuk masuk dalam hati saya. Supaya hati saya
diperbaharui dan dijagai. Saya bersyukur dan berterimakasih karena saya
beroleh Anugerah terbesar dalam hidup saya dengan memiliki seorang
juruselamat yaitu Isa Al-Masih, yang memberikan nyawan-Nya dan jaminan
pasti hidup kekal di sorga. Amin.113

B. MEMPERKENALKAN YESUS KEPADA UMAT HINDU DAN KONG


HU CHU
Memperkenalkan Yesus Kristus kepada umat Hindu dan umat Kong
Hu Chu, tentunya sangat berbeda metodenya dengan agama Islam. Jika
antara Islam dan Kristen ada benang merah atau garis singgungan,
sehingga lebih reaktif dialog interaktifnya dalam mengemukakan doktrin
masing-masing, maka dengan agama Hindu dan Kong Hu Chu,
Kekristenan secara historis, dan literal tidak ada garis singgung seperti
Islam. Meskipun ada blogger seperti http://kristenkrisna.blogspot.com/ yang
coba mengulas hubungan Yesus Kristus dengan Hindu, tetapi fakta empiris
dengan dukungan jurnal ilmiah tidak dicantumkan sama sekali sumber-
sumbernya, sehingga hal itu seperti rekaan yang sangat dipaksakan, begitu
juga dengan agama Kong Hu Chu.
Lantas bagaimana cara kita sebagai orang Kristen memperkenalkan
Yesus Kristus kepada mereka? Langkah pertama adalah melalui sketsa

113
https://www.isadanislam.org/jalan-keselamatan/keselamatan-dalam-al-quran-dan-
injil/

77
Jembatan Keselamatan, yang dipaparkan diatas saat membahas metode
pengenalan Yesus Kristus kepada umat Muslim. Sedangkan cara lainnya
adalah:
1. Pendekatan Gaya Hidup Kita
Sebagai orang yang sudah bertobat tentu harus menghasilkan buah-
buah sesuai dengan pertobatan. Itu akan tercermin dari gaya hidup kita,
sebab kita adalah surat atau Injil yang terbuka yang dilihat orangIilah hal
pertama yang kita harus pahami yakni ‘kita harus bertobat, dipenuhi Roh
Kudus dan menghargai Dia dalam diri kita, lewat gaya hidup kita. Ingat
Daniel? Raja Nebukadnezar yang belum kenal Tuhan akhirnya menyembah
Tuhan dan membuat korban persembahan untuk Tuhan itu karena gaya
hidup Daniel.
2. Perkatakan Firman dan kebenaran tidak peduli apapun
situasinya.
II Timotius 4:2 berkata:” Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau
tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah
dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Kesalahan yang kerap
dilakukan oleh banyak umat yang mengatakan dirinya Kristen adalah
bernegosiasi terhadap firman Allah. Kadang kala, rasa takut membuat kita
tidak berani menegor seseorang yang melenceng dari kebenaran, bahkan
menasihati mereka adalah sesuatu yang nggak mungkin dilakukan. Tapi
inilah firman Allah dan Dia ingin kita melakukannya. Ini juga salah satu cara
dimana kita mengabarkan Injil.

3. Berdoalah Untuk Mereka


Jika kita membuka dan membaca kitab II Tesalonika 3, tentu kamu
akan menemukan perikop yang bertuliskan “berdoa dan bekerja.” Dan
setiap ayat tersebut disampaikan oleh Paulus, dengan tujuan supaya kita
tidak lupa berdoa ditengah pekerjaan apapun yang kita lakukan. Paulus
sedang menekankan untuk kita tetap bekerja namun juga berdoa kepada
Dia sebagai sumber kekuatan dan segalaNya.

78
4. Ajaklah mereka membicarakan firman Tuhan
Mazmur 1:2berkata bahwa:” …tetapi kesukaannya ialah Taurat
Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” 114

Inilah beberapa pendekatan untuk memperkenalkan Yesus Kristus


kepada agama-agama lain, seperti Islam, Hindu dan Kong Hu Chu. Pada
akhir pokok bahasan ini ada satu ayat yang harus kita pegang dalam
berkomunikasi dengan agama lain yakni: Matius 10:16 “Lihat, Aku
mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu
hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.(***)

BAB V TUGAS PRIBADI


MENILAI EMPAT PENDEKATAN MEMPERKENALKAN YESUS

A. Pendekatan Memperkenalkan Yesus Menurut Makalah Daud


Jacob
Menarik untuk disimak ulasan Pendekatan Dalam Upaya
Memperkenalkan Yesus, kepada agama-agama lain, yang dibahas Daud
Jacob. Setidaknya ada tujuh pendekatan yang dipaparkan Jacob, tapi
114
. Bagaimana cara menginjili zaman now, https://www.jawaban.com, diakses Minggu 10
Mei 2020, 21.58 WITA

79
penulis tertarik untuk menelisik dua pendekatan saja. Dua pendekatan
tersebut adalah Pendekatan Akomodasi dan Pendekatan Rekonsiliasi
1. Pendekatan Akomodasi
Menurut Daud Jacob dalam makalahnya, pendekatan akomodasi
yaitu upaya adaptasi dan kompromi yang dilakukan oleh gereja sepanjang
sejarah mula-mula sampai hari ini. Tipologi gereja (church type) yang
dimaksud adalah satu jenis adaptasi yang selalu dilakukan oleh gereja
dalam rangka menyesuaikan keberadaan dan misinya di dalam dunia.
Menurut Troeltsch, tipologi gereja yang melakukan akomodasi
terindentifikasikan pada ajaran dan misiologi dari rasul Paulus. Gereja
dalam tipologi ini walaupun berada pada posisi konservatif dalam hal etika
sosial, namun demikian gereja yang diwakili mulai dari rasul Paulus ini
senantiasa menerima atau merangkul sebanyak mungkin strata-strata
sosial yang sekuler.115
2. Pendekatan Dialogis
Mengutip M. Zago, Missione e Dialogi Interreligioso, Jacob
menjelaskan bahwa pendekatan Dialog merupakan konsep yang
menunjukkan kebaruan dalam aktivitas misioner pasca konsili. Dialog lahir
dari visi Allah sendiri, yang berdialog dengan setiap individu untuk
mengungkapkan kehendak penyelamatan-Nya. Dia menetapkan sejarah
keselamatan bukan hanya untuk orang tertentu, tetapi bagi seluruh bangsa
bahkan agama. Tindakan Allah yang demikian harus menjadi inspirasi bagi
Gereja dalam aktivitas misionernya.

Saran dan Masukkan Sebagai Pembaca


Sebagai saran dan masukkan buat penulis dari saya sebagai
pembaca, kiranya ditambahkan untuk menjelaskan bahwa pendekatan
Akomodasi adalah bagian dari pendekatan kontekstual yang
mengedepankan sikap menghargai dan terbuka terhadap kebudayaan asli.

115
Daud Jacob, Mata Kuliah Teologi Religionum, Makalah Pendekatan Dalam Upaya
Memperkenalkan Yesus, Institut Agama Kristen Negeri Manado, hal. 2. Tahun 2020

80
Sikap ini dinyatakan dalam bentuk kelakuan, perbuatan, dan perkataan,
baik dalam ranah ilmiah maupun praktis. Objek akomodasi adalah
kehidupan budaya yang menyeluruh dari suatu bangsa, baik dari segi fisik,
sosial, dan ideal. Dalam pendekatan ini, terjadi sebuah pengambilalihan
nilai-nilai budaya dan dipadukan dengan nilai-nilai Kristiani. Dengan
demikian, terdapat pandangan positif bagi Alkitab sebab selama ini, Alkitab
dipandang menghancurkan nilai-nilai dalam suatu budaya.
Di sini, dalam komunikasi Injil, terjadi proses penetrasi dan dalam
penerapannya terdapat pengambil-alihan unsur budaya setempat untuk
mengekspresikan dan meningkatkan sambutan atas Injil. Dalam proses ini
terjadi perpaduan nilai hidup kristiani di mana Kristus menjadi penyempurna
dan pelengkap aspirasi budaya.
Sedangkan untuk pendekatan Dialogis, sebagai masukan, sekiranya
penulis menjabarkan lebih dalam terkait pendekatan dialogis. Dari
pendekatan dialogis, setidaknya ada tiga cara, yakni, pendekatan dialogis
teologis/dialog antaragama, dialog sosial dan dialog budaya. Ketiga hal ini
merupakan rangkaian yang dapat digunakan dalam rangka
memperkenalkan Yesus kepada agama lain. Lewat dialog teologis,
setidaknya akan meningkatkan relasi, membebaskan orang-orang dari rasa
takut satu sama lain, memberi andil dalam memperdalam iman kita sendiri,
dan mengantar pada kesatuan yang lebih besar antarumat beragama.
Dialog Sosial biasanya bermuara pada keadilan sosial yang semakin
besar dalam berbagai masyarakat kita. Pendekatan dialog sosial semacam
ini membantu menyadarkan orang untuk memperoleh tanggung jawab serta
keterlibatan yang efektif dalam berbagai keputusan guna membantu hidup
mereka, dan dengan demikian memerdekakan mereka. Dialog ini akan
mudah menyeberangkan siapa Yesus, Yesus yang sangat peduli
kehidupan sosial, pejuang sosial sebagaiamana digambarkan dalam Kitab-
Kitab Injil.

81
B. Pendekatan Memperkenalkan Yesus Menurut Makalah Venezha
Ulag
Setidaknya ada enam pendekatan dalam upaya Memperkenalkan
Yesus Menurut Makalah yang disusun oleh Venezha Ulag. Tetapi ada dua
pendekatan yang menarik untuk dibahas, yaitu Pendekatan Fenomenologi
agama dan Pendekatan Historis.
1. Pendekatan Fenomologi
Menurut Venezah Ulag, dalam makalahnya, pendekatan
fenomenologi adalah upaya memahami agama dalam kajian fenomenologi
berarti memahami agama dari sejarah, memahami sejarah dalam arti
menurut dimensi keagamaannya. Metode ini bertujuan memahami
pemikiran-pemikiran, tingkah laku, dan lembaga-lembaga keagamaan
tanpa mengikuti teori-teori filsafat, teologi, metafisika, ataupun psikologi.
Salah satu cara untuk memahami fenomenologi agama adalah
menganggapnya sebagai reaksi terhadap pendekatan-pendekatan historis,
sosiologis, dan psikologis.
2. Pendekatan Historis
Pendekatan Historis, sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang
didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur
temppat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.
Menurut ilmu ini segala peristiwa dan dapat dilacak dengan melihat kapan
peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya dan siapa yang terlibat dalam
peristiwa tersebut. Pendekatan sejarah juga berusaha untuk menelusuri
asal- usul dan pertumbuhan ide dan lembaga agama melalui periode-
periode tertentu dari perkembangan sejarah dan juga merupakan usaha
untuk memperkirakan peranan kekuatan-kekuatan yang sangat
mempengaruhi agama.

Saran dan Masukkan Sebagai Pembaca


Dua pendekatan yang dipaparkan Venezah Ulag dalam makalahnya,
merupakan rangkaian pendekatan secara akademik untuk

82
memperkenalkan Yesus. Jadi pendekatan ini sangat cocok dipakai saat ada
pengkajian akademik terkait agama-agama. Pendekatan fenomenologi dan
Pendekatan Historis merupakan pendekatan untuk kalangan terpelajar,
atau sangat cocok dalam pembahasan dialog antaragama secara
akademik.
Sebab Pendekatan fenomenologi merupakan studi agama dengan
cara membandingkan berbagai fenomena yang sama dari berbagai agama
untuk memperoleh prinsip universal dimana pendekatan terhadap
persoalan-persoalan agama dengan mengkoordinasikan data agama,
menetapkan hubungan, dan mengelompokkan data berdasarkan hubungan
tersebut tanpa harus mengadakan komparasi tipologis antar berbagai
fenomena agama. Sedangkan pendekatan historis, merupakan fondasi dari
pendekatan fenomenologis.
Dengan mengasumsikan pengalaman universal manusia pada
makna semua agama yang dipahami secara kognitif (intuisi) oleh subjek
yang terpisah, fenomenolog mengabaikan, atau setidaknya memperkecil
pentingnya konteks-konteks cultural, social dan historis. Disamping itu
keistimewaan epistemic yang diberikan kepada peneliti tetap tersembunyi,
karena ia menyembunyikan relasi kekuasaan antara peneliti dengan
komunitas yang diteliti. Dengan cara melakukan pengurungan
fenomenologis untuk menghilangkan semua tipe prasangka, ilmuan agama
secara paradoksal tetap mengontrol pengetahuan, dengan demikian
membuat aturan-aturan untuk menafsirkan fenomena keagamaan. Hal ini
menyebabkan fenomenologi, setidaknya, rentan terhadap tuduhan bahwa
ia sebenarnya menyebarkan satu metode untuk mempertahankan
kekuasaan terhadap objek kajian akademis, meskipun ada kesepakatan
dikalangan fenomenolog bahwa pengalaman keagamaan personal mereka
memberikan akses istimewa kedalam pikiran seorang praktisi keagamaan.
Klaim ini sangat kuat menyiratkan agenda teologis dibalik fenomenologi

83
agama, dan kemudian menyebabkan ketegangan antara teologi dan kajian
akademis mengenai agama-agama.116

Dari berbagai Pendekatan Memperkenalkan Yesus yang


dipaparkan Daud Jacob dan Venezah Ulag, dapat disimpulkan ada dua
cara atau metode pendekatan yang bisa dikategorikan mewakili semua
metode. Pertama Metode Pendekatan Akademis dan Metode Pendekatan
Praktis.
Pendekatan Akademis, sebagaimana diuraikan Jacob dan Ulag,
dalam materi mereka berdua memang sangat diperlukan dalam kajian-
kajian dialog secara akademis.
Seperti Jacob yang membahas Pendekatan Kristisme, Pendekatan Analogi,
Pendekatan Korelasi, Pendekatan Universalisme, Pendekatan Akomodasi,
Pendekatan Dialog, dan Pendekatan Rekonsiliasi.
Sedangkan Ulag mengangkat Pendekatan Teologis Normatif,
Pendekatan Antropologis, Pendekatan Sosiologis, Pendekatan
Fenomenologis, Pendekatan Historis dan Pendekatan Psikologis. Semua
pendekatan tersebut bersifat Pendekatan Akademis, yang tentunya menjadi
modal kuat saat melakukan pendekatan praktis.(**)

BAB VI KESIMPULAN

BERTEOLOGI RELIGIONUM DI BUMI NUSANTARA

116
Nurma Ali Ridlwan, Pendekatan Fenomenologi Dalam Kajian Agama, Jurnal KOMUNIKA
Vol.7 No.2 Juli - Desember 2013.

84
Setelah mengurai sejumlah pandangan keyakinan baik iman penulis,
iman rekan sesama mahasiswa dan mempelajari literature iman dari
agama-agama lain, tibalah penulis menarik kesimpulan. Dari berbagai
literature yang dibaca penulis, setidaknya tulisan BJ Banwiratma, SJ,
memudahkan penulis untuk memahami apa dan bagaimana Ber-Theologia
Religionum itu.
Menjalankan teologi agama-agama berarti mengusahakan
bagaimana seorang atau umat beriman dan beragama tertentu
mempertanggungjawabkan pilihan serta keterlibatan iman dan agamanya
dalam kebersamaan dengan saudara-saudara beriman dan beragama lain.
Inilah teologi yang dijalankan dengan rendah hati dalam integritas dan
keterbukaan.117
Inti atau pokok dalam menjalankan teologi agama-agama adalah
sikap yang rendah hati diiringi integritas dan keterbukaan. Apapun itu,
situasi apapun itu, bencana apapun itu, kerusuhan apapun itu, baik
bencana kemanusiaan yang melibatkan agama atau atas nama agama
dapat dicegah. Apalagi dengan iklim beragama di Indonesia yang pluralitas,
banyak agama, banyak aliran, mazhab, denominasi, yang mudah dan
gampang dipatik, layaknya mematik korek api yang penuh gas bakarnya,
maka Berteologia Religionum berdasarkan sikap rendah hati, diiringi
integritas dan keterbukaan mutlak diperlukan dan harus
ditumbuhkembangkan.
Sebab, menurut Banawiratma, integritas tanpa keterbukaan berada
dalam kecenderungan tradisionalime dan ekslusivisme. Keterbukaan tanpa
integritas berarti opsi yang kurang dipertanggungjawabkan dan berada
dalam kecenderungan oportunisme yang dangkal. Integritas dan
keterbukaan menghormati sepenuhnya tradisi iman dan agama yang kita
hidupi sendiri maupun yang dihidupi oleh orng-orang lain 118

117
. BJ Banawiratma, SJ, Mengembangkan Teologi Agama-Agama, dalam buku Meretas
Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia, Theologia Religionum, Eds: Tim Balitbang PGI, BPK
Gunung Mulia, 1999. Hlm. 41
118
. Ibid

85
Berteologi religionum di Indonesia, membuat agama-agama
mengeksplorasi sejumlah metode pendekatan kepada iman sesamanya.
Berbagai kajian teologi internal digali dan ditelisik apakah saat teologi
internal ini ‘bermain di ruang publik’ memunculkan ‘percikan api’ ataukah
justru sebaliknya. Sebelum munculnya Theologia Religionum, sejarah
berteologi kekristenan setidaknya mencatat sejumlah pendekatan yang
menjelaskan bagaimana teologi Kristen menempatkan agama-agama lain
dalam pandangan teologi Kristen saat berteologi.
Banawiratma setidaknya mencatat lima pendekatan dalam sejarah
cara berteologi Kristen. Pertama, pendekatan yang berpusat pada gereja
(ekklesiosentris) yang memandang gereja sebagai wadah keselamatan,
dan agama-agama (umat lain) bukanlah medan keselamatan. Gereja-
gereja umumnya sudah meninggalkan pendekatan ini. 119 Kedua,
pendekatan yang berpusat pada Kristus sebagai penyelamat (Kristosentris;
tradisi Gereja Timur lebih Pneumatosentris, berpusat pada Roh Kudus, Roh
Kristus). Di luar Kristus tidak ada keselamatan…Meskipun bersikap positif
terhadap agama-agama lain, dalam pertemuan antariman dan agama,
pendekatan ini tetap berada dalam wacana paternalistis, dank arena itu
kurang menerima realitas lain secara konsisten. 120
Ketiga, pendekatan yang berpusat pada Allah (Theosentris). Yang
menentukan adalah Allah, dan dia menyelamatkan kehidupan melalui jalan
yang berbeda-beda. Pendekatan inintampak lebih simpatik dari pndekatan
kedua, namun mengekslusifkan agama non teis. 121
Keempat, pendekatan yang berpusat pada Kerajaan Allah
(basileiosentris), mewujudkan Kerajaan Allah itu seperti keadilan,
kebenaran, cinta kasih, perdamaian, pilihan mendahulukan kaum miskin-

119
. BJ Banawiratma, SJ, Mengembangkan Teologi Agama-Agama, dalam buku Meretas
Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia, Theologia Religionum, Eds: Tim Balitbang PGI, BPK
Gunung Mulia, 1999. Hlm.42
120
. Ibid
121
. BJ Banawiratma, SJ, Mengembangkan Teologi Agama-Agama, dalam buku Meretas
Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia, Theologia Religionum, Eds: Tim Balitbang PGI, BPK
Gunung Mulia, 1999. Hlm.43

86
terlantar, dan pemeliharaan alam. Kehidupan umat beriman dan beragama,
atau bahkan yang tidak beragama, diukur dari nilai-nilai kemanusiaan ini. 122
Kelima, pendekatan pluralisme indifferent (multisentris indifferent).
Pluralisme agama diterima sebagai realitas, perbedaan satu sama lain
diterangkan dari pilihan bebas individu saja. Semuanya sama saja. Dengan
kata lain, acuh tak acuh terhadap bermacam-macam tradisi yang berbeda,
dengan segala kekayaan dan kekurangannya. 123
Tak ada satupun pendekatan dari lima pendekatan diatas yang
tercatat dalam sejarah berteologi Teologi Kristen yang paling dapat
dipertanggungjawabkan dalam teologi agama-agama. Banawiratma pun
menambahkan satu pendekatan, yang diyakininya menggambarkan secara
realita teologia agama-agama yang berusaha mempertanggungjawabkan
iman dalam kebersamaam dengan saudara-saudari beriman lain.
Keenam, pendekatan dialogal kritis kontekstual. Dijelaskan
Banawiratma, pendekatan ini berpangkal pada dan mengenai kenyataan
apa adanya. Dengan pendekatan ini, apa yang disbut ‘pusat’ dapat menjadi
‘sudut pandang’ atau dimensi. Teologi Kristen disebut Kristen atas dasar
relasi yang khusus dengan Yesus Kristus. Maka integritas Kristen
bagaimanapun juga mendapat ciri Kristologis, sekaligus mempunyai cita-
cita Kerajaan Allah (basileiologis), dengan kepedulian antropologis dan
kosmologis dan umat beriman lain (pluralis)…Pendekatan dialogal kritis
kontekstual ini akan memperkembangkan integritas yang terbuka, karena
setia terhadap kekhususannya, dan sekaligus dengan rendah hati merasa
perlu untuk memasuki cakrawala multi-perspekstif dan multi-kultural
agama-agama dalam konteks yang konkrit.124

122
. Ibid
123
. Ibid
124
. BJ Banawiratma, SJ, Mengembangkan Teologi Agama-Agama, dalam buku Meretas
Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia, Theologia Religionum, Eds: Tim Balitbang PGI, BPK
Gunung Mulia, 1999. Hlm.43-44

87
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zarkasi, Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Kong Hucu, Jurnal Al-


AdYaN/Vol.IX, N0.1/Januari-Juni/2014
Ahmadi, Abu. Perbandingan Agama. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1991.
Alex I. Suwandi, PR, Tanya Jawab Syahadat Iman Katolik, Kanisius.
Ali Anwar, Tono TP,Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2005).

88
Alkitab Terjemahan Baru, LAI. Tahun 2010
Anak Agung Gde Oka Netra,Tuntunan Dasar Agama Hindu, (Denpasar:
Widya Dharma, 2009).
B. A. Gerrish, "Sign and reality: The Lord's Supper in the reformed
confessions" in The Old Protestantism and the New (Edinburgh: T
&T Clark 1982)
Bakhtiar Amshal. Filsafat Agama: wisata pemikiran dan kepercayaan
manusia, mengutip dari Mariasuasau Dhavamony, Fenomenologi
Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1995
Bakry Hasbullah , Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Widjaya, 1986.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika Volume 4. Surabaya:
Momentum, 2000.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika Volume 4. Surabaya:
Momentum, 2000.
Boersema, Jan A. Ed. Berteologi Abad XXI. Jakarta: Literatur
Perkantas,
Boersema, Jan A. Ed. Berteologi Abad XXI. Jakarta: Literatur
Perkantas,
Budi Raharjo, Gambaran Keselamatan Dalam Agama Hindu, Makna
Keselamatan Dalam Perspektif Agama-Agama, Edisi Revisi 2014,
Pusat MPK Universitas Sanata Dharma.
Calvin, John (1989) [1564], Institutio Christianae religionis (dalam
bahasa Latin), Translated by Henry Beveridge
Charles C. Ryrie, Teologia Dasar 1, (Yogyakarta: Yayasan ANDI,
2013
Charles C. Ryrie., Teologi dasar 2 (Yokyakarta : Andi, 1992 )
Chris Marantika., Doktrin Keselamatan Dan Kehidupan Rohani
(Yokyakarta : Iman perss, 2002 ),
Chris Marantika., Doktrin Keselamatan Dan Kehidupan Rohani
(Yokyakarta : Iman perss, 2002 )

89
Darmanyasa, Keagungan Sapi Menurut Weda. Denpasar: Pustaka
Manikgeni, 2008
De Jonge, Christiaan. Gereja Mencari Jawab; Kapita Selekta Sejarah
Gereja.
De Jonge, Christiaan. Gereja Mencari Jawab; Kapita Selekta Sejarah
Gereja.
Dister,Nico Syukur. 1999.Teologi Sistematika 1: Allah Penyelamat .
Yogyakarta: Kanisius
Dr. Muhtadin, M.A, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi,
Penerbit: PT. Mandala Nasional (Publishing), Dicetak oleh
Percetakan IPB Bogor–Indonesia.2016.
Drs. Anak Agung Gde Oka Netra,Tuntunan Dasar Agama Hindu, (Jakarta:
Hanuman Sakti,1997), hlm. 100.
Firdaus, Konsep Al-Rububiyah (Ketuhanan) Dalam Alquran, Jurnal
Diskursus Islam Volume 3 Nomor 1, Tahun 2015.
Hadiwijono Harun, Agama Hindu dan Buddha. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2013.
Hadiwijono, Harun. 1990. Iman Kristen.. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hadiwiyono, Harun. Iman Kristen. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
2012.
Helm, Paul (1982). Calvin and the Calvinists. Banner of Truth Trust
Henry C. Thiessen, Teologia Sistematika, (Malang: Gandum Mas,
2007)
History of the Doctrine of the Trinity. Accessed 3 Maret 2020.
Hoekoema, Anthony. Diselamatkan Oleh Anugerah. Surabaya:
Momentum,
Hoskyns, Edwyn Clement (ed Davey F.N.) The Fourth Gospel Faber
& Faber, 1947
http://www.katolisitas.org/apakah-konsili-vatikan-ii-mengubah-ajaran-
tentang-keselamatan-eens.
https://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=969&res=jpz

90
IBG. Yudha Triguna, M.S, Mayjen TNI (Purn) S.N. Suwisma, Swastikarana
Pedoman Ajaran Hindu Dharma,(Jakarta: Parasid Hindu Dharma
Indonesia, 2013).
Ida Bagus Gede Yudha Triguna,Upadeca tentangAjaran-ajaran Agama
Hindu, (Denpasar: Esbe,cet-2 April 2014), hlm, 24-25
Ida Bagus, Pantheisme dalam Teologi Hindu.
Ida Made Sugita, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Edisi Revisi
Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2017.
Ignatia Esti Sumarah (Eds), Keselamatan Dalam Perspektif Katolik, (Makna
Keselamatan Dalam Perspektif Agama-Agama), Pusat MPK
Universitas Sanata Dharma, 2014
INTERNET:
J.R.W Stott, Karya Kristus Bagi Kita, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1984), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi (Bandung: Jurnal Info
Media, 2007).
Joesoef Sou’yb,Agama-agama Besar di Dunia, (Jakarta: Pustaka al-Husna,
1993),
Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Q r‟an Tematik, (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2014)
Lee T. Oei, Kesaksian Adanya Tuhan Yang Maha Esa di Dalam Agama
Konfucian, Matakin, Solo, 1992.
Lohse, Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen. Jakarta: PT
BPK Gunung
Lohse, Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen. Jakarta: PT
BPK Gunung
Lotnatigor Sihombing, Yesus Kristus Tuhan Kita Malang: Gerakan
Kebangunan Kristen Reformed, 2015.
M Barclay, Jr Newman., Kamus Yunani – Indonesia (Jakarta: Bpk
Gunung Mulia, 1991 )

91
Marde Christian Stenly Mawikere, Perbandingan Teologi Keselamatan
Antara Katolik Dan Protestan Sebelum Dan Sesudah Gerakan
Reformasi, Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga
Jemaat:Evangelikal, Volume 1, Nomor 1, Januari 2017.
Matalu, Muriwali Yanto. Dogmatika Kristen Dari Perspektif
Reformed .Mulia, 2011.
Mathar, Moh Qosim. Sejarah, Teologi, dan Etika Agama-agama. Sleman:
Pustaka Pelajar, 2003.
MB. Rahimsyah Satyo Adhie,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Aprindo, Oktober 2013), hlm. 199
Mudita, Teologia Hindu, dalam http://manyul83.blogspot.com Lingga
Wardana
Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, (Malang: Literatur SAAT,
2010)
Pendidikan Agama Buddha untuk Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi, cetakan I Tahun 2016.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia Cetakan Ke-4, 2017 (Edisi Revisi)
Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi, cetakan I Tahun 2016.
Pendidikan Agama Katolik Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi, cetakan I Tahun 2016.
Pendidikan Agama Kong Hu Chu untuk Perguruan Tinggi, Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, cetakan I Tahun 2016.
R.C. Sproul, Hanya Melalui Iman (Bandung: Penerbit Mitra Pustaka, 2004).
Ralph Cunnington, "Calvin's Doctrine of the Lord's Supper: A blot
upon his labors as a public instructor?

92
RC. Sproul, R.C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen
(Malang: Literatur SAAT, 2005)
Reyhan.V. R, Sheila R. Alia,Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Jakarta:
Eska Media, 2005), hlm. 171.
Robert L. Dabney, Lectures in Systematic Theology
Schumann Olaf, Filsafat dan Agama, Pendekatan Pada Ilmu Agama-agama
2. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.
Sejarah Lengkap Agama Hindu, dalam http://www.mantrahindu.com
Seyyed Hossein Nasr, A Young Muslim‟s Guide to the Modern World.
Diterjemahkan oleh Hasti Tarekat dengan judul Menjelajah Dunia
Modern Bimbingan untuk Kaum Muda Muslim, (Bandung: Mizan,
1994)
Shalaby Ahmad, Perbandingan Agama, Agama-agama Besar di India.
Jakarta: Bumi Aksara, 1998.
Stevri I. Lumintang, Keunikan Theologia KristenMalang: Gerakan
Kebangunan Kristen Reformed, 2015.
Sudaharta, Upadsa Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu. Surabaya:
Paramita, 2007
Sujiyanto (Eds), Jalan Menuju Keselamatan Menurut Pandangan Agama
Buddha, (Makna Keselamatan Dalam Perspektif Agama-Agama),
Pusat MPK Universitas Sanata Dharma, 2014.
Syamsuddin Abdullah,Agama dan Masyarakat (Pendekatan Sosiologi
Agama), (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 35.
Trinity—see "3 The Holy Spirit As a Person"
Wahono, S. Wismoady. 1986. Di Sini Kutemukan: Petunjuk
Mempelajari Dan Mengajarkan Alkitab . Jakarta: BPK Gunung Mulia
Wiana Ketut, Beragama buan Hanya di Pura Agama Hindu Sebagai
Tuntunan Hidup. Denpasar: Yayasan Dhrama Naradha, 1997
William W. Menzies & Stanley H. Morton, Doktrin Alkitab, Malang-Gandum
Mas

93

Anda mungkin juga menyukai