Anda di halaman 1dari 9

PELAYANAN PENDAMPINGAN PASTORAL DI

KEHIDUPAN JEMAAT TUHAN


Novita Wisara

Mahasiswa Fakultas Teologi IAKN Manado

wisaravita97@gmail.com

ABSTRAK
Pelayanan dalam bahasa Yunani disebut Diakonia. Di dalam
Perjanjian Baru, kata Pelayanan sering dipakai dalam Gereja Yesus
Kristus. Pelayanan Pastoral (Pastoral Ministry) adalah Pelayanan Gereja.
Pelayanan ini khusus dipakai untuk melayani jemaat yang dalam
kehidupannya menghadapi persoalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah Pelayanan Pastoral terlaksana dengan baik Kehidupan
jemaat Tuhan. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode kualitatif
dengan Pendekatan deskriptif. Kesimpulannya adalah pelayanan Pastoral
yang akan dilakukan seorang pelayan haruslah dengan sepenuh hati.
Pelayanan Pastoral harus dilakukan dimanapun dengan tidak memilih
tempat atau orang.
Kata Kunci: Pelayanan, Pastoral, Jemaat
PENDAHULUAN
Soedarmo (2018) mengatakan bahwa Diakonia biasanya
diterjemahkan dengan kata Pelayanan. Pelayanan berasal dari kata
Diakonia dari bahasa yunani. Dalam Perjanjian Baru kata pelayanan lebih
sering dipakai dalam Gereja Yesus Kristus atau Kristen. Pelayan dalam
Gereja disebut Diakonos. Justru Kristus juga disebut Pelayanan. Tapi
memang Diakonia juga dipakai untuk pekerjaan. Dalam gereja-gereja
Diakonia pada umumnya dipakai untuk aktivitas gereja yang membantu
anggota-anggota gereja yang lemah ekonominya. Maka dengan sendirinya,
tugas gereja atau Pelayanan untuk membantu tidak terbatas pada anggota-
anggota gereja saja, bahkan gereja juga harus menjadi “terang dunia” dan
“garam dunia”. Dalam konsepnya Abineno (2015) menjelaskan Tugas
seorang pelayan adalah melayani orang-orang yang hidup dalam
kesusahan. Itu yang disebut dengan diakoni. Diakoni bukan pekerjaan
amal atau philantropi. Ini juga kadang disebut sebagai pelayan kasih.
Subjek dari pelayanan diakoni ini adalah Allah atau Roh Kudus. Allah
yang sebenarnya bertindak dalam pelayanan itu. Allah yang memberi,
Gereja atau diaken hanya menyampaikan pemberian Allah itu kepada
manusia, khusunya manusia yang menderita atau yang berada dalam
kesusahan. Disitulah diakoni digunakan sebagai pelayanan kasih Allah
yang nampak dalam diri-Nya yang sebenarnya. Leigh (2012) juga
menjelaskan dalam melakukan tugas pelayanan harus selalu melibatkan
Alkitab dan Roh Kudus. Alkitab memberikan isi serta berita yang utama
bagi semua pelananan Kristen, apakah itu berupa pemberitaan, pengajaran,
konseling, dan lain-lain. Bila seseorang dalam pelayanannya mengabaikan
Alkitab, maka dia bukanlah orang Kristen. Demikian sebaliknya Roh
Kudus berperan sebagai daya rohani bagi semua pelayanan Kristen. Bila
Roh Kudus tidak hadir, maka pelayanan itu tidak akan menghasilkan
buah-buah rohani. Pelayanan Kristen lebih ditujukan pada dua tujuan yang
utama, yaitu keselamatan dan pertumbuhan rohani. Alkitab menjelaskan
bahwa baik pengajaran Alkitab dan Roh Kudus terikat baik dalam
pengajaran maupun pertumbuhan rohani. Istilah pendampingan pastoral
tidak asing lagi dalam kehidupan bergereja. Tidak jarang banyak gereja
yang mulai memasukkan pendampingan pastoral sebagai program gereja.
Akan tetapi, seringkali perhatian gereja hanya terfokus dalam segi
spiritualnya saja, dan mengesampingkan aspek lain dalam hidup manusia.
Apabila seseorang datang meminta saran atau solusi atas masalahnya,
pihak gereja cenderung hanya memberi solusi berdasarkan analisis aspek
kerohanian saja. Jika gereja tidak memperhatikan keempat aspek manusia
tersebut secara menyeluruh, maka pendampingan yang dilakukan tidak
dapat menyentuh kehidupan secara utuh. Jemaat yang sangat banyak
memerlukan perhatian ekstra dari pihak gereja. Kuantitas dan
kompleksitas dari manusia menuntut kerja keras dari pendeta jemaat. Oleh
sebab itu, diperlukan formulasi khusus dalam mengadakan pendampingan
pastoral holistik di dalam proses pembinaan warga gereja.
BAHAN DAN METODE
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Hamdi dan Bahruddin (2014), mengatakan metode
atau penelitian kualitatif adalah penelitian yang dapat menjelaskan dan
menganalisis phenomena, peristiwa, sikap kepercayaan, persepsi dan
pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Pendekatan atau
penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang sedang berlangsung
atau pada masa lampau. Whitney menyatakan bahwa metode penelitian
deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian
deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang
berlaku dalam masyarakat, situasi tertentu termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Fenomena yang berusaha ditelisik dalam tulisan ini adalah kerangka
konseptual pendampingan pastoral dalam kaitannya dengan pembinaan
warga gereja.
HASIL
Gereja terbentuk dari kumpulan orang– orang yang datang untuk
beribadah kepada Tuhan. Orang yang sehati untuk menghadap Tuhan akan
bersama–sama berkumpul dan membentuk komunitas tersendiri.
Komunitas tersebut akan saling berinteraksi satu dengan lainnya. Dalam
konteks kekristenan, kumpulan tersebut akan membentuk sebuah gereja.
Orang–orang yang berkumpul dan bersekutu dalam sebuah gereja sering
disebut dengan jemaat atau warga gereja. Secara etimologis, kata jemaat
adalah istilah serapan dari bahasa Arab. Kamus Besar Bahasa Indonesia
memberi definisi kata jemaat adalah himpunan umat. Dalam Perjanjian
Baru (PB), jemaat dituliskan dengan kata ekklesia (Bahasa Yunani). Kata
tersebut merupakan bentukan dari kata depan ek (keluar dari) dan kata
kerja kaleo (panggil). Dari hal tersebut didapat makna harafiahnya adalah
orang-orang yang dipanggil keluar, yaitu keluar dari kegelapan dunia kafir
masuk ke dalam terang kehadiran Allah. Dalam kitab-kitab Perjanjian
Baru istilah ekklesia digunakan dalam konteks Kristen yang khusus.
Dalam konteks pemakaiannya sebagai istilah Kristen, ekklesia lebih
merujuk pada: (1) Hal bersekutu, yakni persekutuan/ pertemuan orang-
orang yang percaya; (2) Hal pemilikan, yaitu: mereka yang menjadi milik
Tuhan. Persekutuan orang percaya tersebut terbentuk dalam sebuah gereja.
Pada perkembangannya, istilah jemaat menjadi populer dipakai di
kalangan kekristenan. Berdasarkan fungsinya, jemaat mempunyai tempat
yang penting di dalam kerangka pendampingan pastoral. Jemaat bukan
saja sebagai obyek, tetapi juga menjadi subyek dari pelayanan
pendampingan pastoral. Thurnesysen seorang tokoh teologi pastoral
memberi penjelasan bahwa secara prinsipal percakapan pastoral
berlangsung dalam ranah jemaat. Setiap percakapan pastoral harus
memimpin jemaat menuju kepada pengenalan akan Tuhan. Pelayanan
pastoral dilakukan melalui pemberitaan firman Allah, pengudusan,
pembenaran dan persekutuan. Semua kegiatan pastoral tersebut
terintegrasi dan berorientasi pada kerajaan Allah.
Di sisi lain, seorang teolog Lutheran yaitu Trillhaas berpendapat
bahwa pelayanan pastoral adalah pelayanan jemaat sebagai tubuh Kristus.
Paradigma ini didasarkan dari landasan Kristus sebagai kepala dan jemaat
adalah anggota tubuhnya. Pelayanan pastoral sendiri merupakan sebuah
pemeliharaan jiwa dari manusia kepada manusia. Bentuk pemeliharaan
jiwa ini termasuk di dalam terpeliharanya relasi antar jemaat, yang
berujung pada sikap saling menolong dalam kehidupannya sehari–hari.
Berbeda dengan teolog yang lain, kaum teolog pastoral Amerika tidak
menyebut pastoral sebagai bagian dari tujuan pelayanan gereja. Akan
tetapi, paradigma yang berkembang adalah pelayanan pastoral merupakan
sebuah usaha membantu manusia dalam mengatasi berbagai macam
masalahnya. Para teolog pastoral berpendapat bahwa bila seseorang telah
terbantu dalam masalahnya, maka ia akan menjadi anggota gereja yang
baik dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, masalah diantara jemaat
harus diatasi dengan baik agar dapat menghasilkan warga gereja yang baik
pula. Beberapa pandangan tokoh tesebut di atas, tampak bahwa jemaat
mendapatkan tempat penting dalam sebuah gereja. Gereja yang kuat
terbentuk dari jemaat yang kuat. Untuk membentuk jemaat yang kuat,
diperlukan pendampingan pastoral yang dikembangkan oleh gereja.
Jemaat yang mendapatkan perhatian secara khusus dari pelaku pastoral
akan berkontribusi pula dalam perkembangan gereja. Oleh sebab itu,
pendampingan pastoral sangat penting dalam kehidupan sebuah gereja.
PEMBAHASAN
Pendampingan pastoral merupakan gabungan dua kata yang
mempunyai makna pelayanan, yaitu kata pendampingan dan kata pastoral.
Pendampingan berasal dari kata kerja yaitu mendampingi sebagai suatu
kegiatan menolong, Sehingga Istilah “pendampingan pastoral” juga dapat
dipakai, khususnya untuk menggambarkan pelayanan pastoral dalam
bentuk pendampingan kepada jemaat, baik sebagai individu maupun
kelompok (pastoral care). Interaksi yang terjadi dalam proses
pendampingan memiliki arti kegiatan kemitraan bahu-membahu,
menemani, membagi/berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan
mengutuhkan.
Pastoral berasal dari kata “pastor” dalam Bahasa Latin atau dalam
Bahasa Yunani disebut sebagai “poimen” yang artinya gembala. Secara
tradisional dalam kehidupan gereja mengarah kepada pendeta dan tugas-
tugasnya sebagai gembala dalam jemaat. Menurut Clinebell,
pendampingan pastoral merupakan suatu pelayanan pertolongan dan
penyembuhan dari gereja, baik secara individu maupun kelompok,
sehingga gereja dapat bertumbuh dalam proses kehidupannya di
masyarakat. Umumnya, pendampingan pastoral antara seorang pastor
dengan orang yang dilayani terjadi dalam sebuah percakapan, yang disebut
percakapan pastoral atau konseling pastoral.
Jadi pendampingan pastoral (pastoral care) adalah istilah pastoral
yang bidang cakupannya lebih luas dari konseling pastoral. Sebab
mencakup secara keseluruhan layanan pertolongan dan kesembuhan,
asuhan atau penyembuhan, baik secara individu maupun kelompok.
Sedangkan konseling pastoral merupakan kegiatan spesialisasi atau
metode di dalam pelayanan pastoral. Sasarannya adalah untuk memberikan
fasilitas dan menimbulkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian;
menolong pribadi-pribadi untuk mengubah pola kehidupan yang
menyebabkan mereka tidak bahagia; dan menyediakan suasana
persaudaraan dan kebijaksanaan bagi pribadi-pribadi yang sedang
menghadapi kehilangan dan kekecewaan yang mendalam dalam
kehidupannya. Jadi sebenarnya, konseling pastoral merupakan bagian di
dalam pelayanan pendampingan pastoral (pastoral care).
Pendampingan pastoral sangatlah dibutuhkan bagi seseorang yang
berada dalam masalah. Menurut Susanto, di tengah-tengah masyarakat
yang sedang menghadapi masalah dan persoalan hidup, maka pelayanan
pastoral adalah pelayanan gereja yang sangat penting. Sebab, persoalan–
persoalan ini tidak jarang disebabkan dan berdampak pada masyarakat
serta lingkungan alam di mana manusia hidup dan berada. Mengingat
bahwa pelayanan pastoral pada dasarnya merupakan pelayanan yang
memelihara dan mempedulikan Gereja. Daniel Susanto mengutip pendapat
William A. Clebsh dan Charles R. Jaekle mengatakan bahwa ada empat
fungsi dasar pastoral di sepanjang sejarah gereja, yaitu: menyembuhkan
(healing), menopang (sustaining), membimbing (guiding), dan
mendamaikan (reconciling). Howard Clinebell menambahkan fungsi yang
kelima, yaitu memelihara (nurturing).
Fungsi Pendampingan Pastoral
Selaku bentuk dari penggembalaan, fungsi pendampingan pastoral
adalah sebagai berikut:
Fungsi menyembuhkan (healing). Menyembuhkan adalah fungsi
pastoral yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh
seseorang dengan cara memperbaiki diri orang tersebut menuju keutuhan
serta membimbingnya mencapai keadaan yang lebih maju dari
keadaan/kondisi yang semula. Fungsi menyembuhkan ini digunakan untuk
membantu seseorang membentuk kembali dirinya, paling tidak seperti
situasi sebelum dia mengalami masalah yang hebat. Menurut Susanto, di
dalam upaya penyembuhan, manusia seharusnya dipandang secara
holistik, meliputi dimensi fisik, psikis, sosial, spiritual, dan sebagainya.
Dengan kata lain, fungsi menyembuhkan di sini adalah menyembuhkan
orang yang sedang sakit dalam arti seluas-luasnya. Clinebell mengatakan,
dalam konseling pastoral ada bermacam-macam metode dipergunakan
untuk menolong orang yang sakit, sehingga mereka dapat
mengembangkan kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah atau
krisis-krisis yang dihadapinya, dan dengan konseling itu mereka
mengalami penyembuhan dari masalah mereka itu.
Fungsi menopang (sustaining). Fungsi ini diwujudkan dengan
menolong seseorang (penduka atau konseli) agar dapat bertahan dan
mengatasi keadaan, di mana situasi tidak dapat dipulihkan seperti semula.
Menurut Wiryasaputra, pendamping dapat membantu konseli untuk
bertahan pada keadaannya sekarang sehingga mampu menerima kenyataan
itu seberat apapun. Susanto mengutip pendapat Clebsch dan Jackle dalam
bukunya, bahwa fungsi menopang terdiri dari 4 tugas, yaitu penjagaan
(preservation), penghiburan (consolation), penguatan (consolidation), dan
pemulihan (redemption). Dengan demikian, penopangan berarti memiliki
fungsi untuk menghibur, memberi semangat dan menguatkan kembali
orang-orang yang digembalakan. Bagi orang yang berduka
berkepanjangan akibat kematian orang yang dikasihinya, di mana ia
berada dalam situasi yang tidak dapat diubah maka penggembalaan di sini
lebih berperan sebagai penopang.
Fungsi membimbing (guiding). Fungsi pastoral ini bersifat
menolong orang-orang yang sedang berada dalam kebingungan yang
membuat mereka bingung dalam mengambil keputusan-keputusan yang
baik bagi hidupnya sekarang dan masa yang akan datang. Keputusan-
keputusan itu berkaitan dengan pikiran dan tindakan, ketika pilihan-pilihan
itu dipandang mempengaruhi keadaan jiwa mereka sekarang dan
kemudian pada waktu yang akan datang. Melalui bimbingan, diharapkan
orang yang digembalakan (penduka/konseli) dapat dibantu untuk
mengambil keputusan-keputusan yang baik dalam hidupnya. Yang harus
diingat adalah bahwa pada masa-masa sulit akibat berpisah dengan orang
yang dikasihi karena kematian, seseorang sangat memerlukan
pendampingan, apalagi berkaitan dalam mengambil keputusan-keputusan
yang berarti bagi hidupnya. Oleh karena itu di dalam melakukan
bimbingan, orang yang melakukan penggembalaan tidak boleh membujuk,
memaksa atau mengambil alih tugas dan tanggung jawab orang yang
digembalakan dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri, yang
sangat berarti bagi hidup dan masa depannya.
Fungsi mendamaikan (reconciling). Fungsi pastoral di sini adalah
berusaha membangun kembali hubungan yang rusak antar manusia dengan
sesamanya dan antara manusia dengan Allah. Dasarnya adalah karya
pendamaian Kristus dalam 2 Korintus 5:18. Kristuslah yang telah
mendamaikan hubungan manusia dengan Allah, juga hubungan manusia
dengan sesamanya, serta manusia dengan lingkungan hidupnya. Oleh
karena itu, pertobatan dan pengampunan memegang peranan yang penting.
Bagi penduka atau konseli, sangat penting untuk bisa berdamai dengan
dirinya sendiri juga lingkungannya, oleh karena kecenderungan untuk
menyalahkan diri sendiri serta lingkungan akibat meninggalnya orang
yang dikasihi mereka. Ketika penduka bisa mengampuni dirinya sendiri,
maka ia akan melihat bahwa apa yang dialaminya, yakni perpisahan
dengan orang yang mereka kasihi adalah bagian dari perjalanan hidup
bersama Tuhan. Lalu bisa melihat jalan keluar dalam mengatasi
perasaannya sehingga mampu move on dan kembali dalam menjalani
kehidupan.
Fungsi memelihara (nurturing). Fungsi pastoral ini bertujuan
memampukan orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang
diberikan Allah kepada mereka di dalam hidup mereka, apapun keadaan
yang mereka alami. Bagi penduka atau konseli, fungsi memelihara dalam
pelayanan pastoral akan menolong penduka untuk mampu
memberdayakan dirinya dengan mengembangkan segala potensi diri yang
sudah dikaruniakan Tuhan di dalam hidupnya, sehingga mampu bangkit
dari dukacita karena melihat ada masa depan di dalam pimpinan Tuhan.
Pendampingan Pastoral yang Bersifat Menyembuhkan (healing).
Di dalam bagian ini, pelayanan pastoral yang penulis akan lakukan adalah
dengan menggunakan metode pendampingan pastoral yang bersifat
penyembuhan (healing), yaitu fungsi pastoral yang bertujuan untuk
mengatasi kerusakan yang dialami orang dengan cara memperbaiki orang
tersebut menuju keutuhan dan membimbing orang tersebut untuk
mencapai keadaan yang lebih maju dari keadaan yang sebelumnya.
Susanto mengatakan bahwa pelayanan pastoral, khususnya dalam bentuk
pendampingan pastoral, sangatlah dibutuhkan bagi orang yang sedang
sakit, baik kronis maupun akut, baik yang dirawat di rumah maupun di
rumah sakit. Orang yang berduka berkepanjangan termasuk kategori
“orang sakit”, sebab orang tersebut mengalami gangguan secara psikologi,
seperti: merana dan kehilangan pengharapan akibat berpisah dengan orang
yang mereka cintai. Mereka juga larut dalam emosi, kenangan-kenangan
dan mimpi-mimpi khususnya yang berhubungan dengan masa lalu. Oleh
karena itu, orang-orang seperti ini memerlukan pelayanan/pendampingan
pastoral yang bersifat menyembuhkan (healing).
Penyembuhan bagi Orang yang Berduka dengan Metode
Konseling Pastoral. Istilah konseling diambil dari kata counsellor, yang
artinya penasihat. Di dalam Perjanjian Lama dipergunakan dalam 1
Tawarikh 27:32 dengan istilah soferim yang diterjemahkan sebagai
counsellor, artinya penasihat. Istilah ini juga muncul dalam Yesaya 9:6
dengan istilah misera (counsellor) yang dihubungkan dengan nubuat
tentang kedatangan Yesus sebagai Penasihat Ajaib. Perjanjian Baru
menggunakan kata Yunani: Parakletos, yang dihubungkan dengan Roh
Kudus sebagai penghibur, penasihat dan penolong. Magdalena Tomatala
mengartikan konseling sebagai suatu proses penyampaian nasihat,
petunjuk, peringatan, teguran, dorongan dan ajaran. Proses ini melibatkan
pemberi nasihat (konselor) pada satu pihak, dan penerima nasihat (konseli)
dalam suatu interaksi yang dinamis. Menurut Susanto bahwa konseling
pastoral merupakan salah satu satu bentuk dari penggembalaan.
Penggembalaan adalah konsep yang bersifat alkitabiah. Beberapa bagian
Alkitab yang dapat dijadikan dasar bagi penggembalaan adalah: Mazmur
23, Yehezkiel 34, Yohanes 10:1-21, Lukas 15:1-7 dan Yohanes 21:15-
17.50 Dari bagian-bagian ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1) di
dalam penggembalaan, sesungguhnya Tuhan adalah gembala yang sejati;
2) Tuhan, karena anugerah-Nya berkenan memercayakan tugas
penggembalaan ini kepada manusia (jemaat-Nya); 3) domba-domba yang
digembalakan adalah milik Tuhan dan domba-domba itu dapat
digembalakan secara Bersama mupun sendiri-sendiri; 4) tugas gembala
adalah menuntun dan memelihara agar domba-domba itu dapat hidup
bahagia seturut dengan firman Tuhan; 5) dasar utama penggembalaan
adalah kasih.
KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan pendampingan Pastoral
sangat di perlukan dalam kehidupan Umat Tuhan. Seorang Pelayan
memiliki tugas untuk melayani masyarakat atau umat Tuhan dimanapun
berada karena salah satu misi dari gereja adalah Melayani. Tapi jika
menjadi seorang pelayan haruslah melayani dengan sungguh-sungguh,
dengan rendah hati dan tulus. Bahkan Tuhan pun menjadi seorang pelayan.
Yesus Kristus datang ke dunia melayani semua umat Allah. Apalagi
dengan kehidupan dunia yang sekarang sering kali banyak persoalan-
persoalan yang di hadapi jemaat Tuhan yang tidak dapat di selesaikan
sendiri untuk itu Pelayanan Pastoral sangat di butuhkan. pelayanan bukan
hanya di gereja saja tetapi di luar gereja.
DAFTAR PUSTAKA
Soedarmo, R. 2018. Kamus Istilah Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Abineno, J.L.Ch. 2015. Diaken. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Leigh, Ronald W. 2012. Melayani dengan efektif. Jakarta:BPK Gunung
Mulia
Hamdi, Asep Saepul dan E, Bahruddin. 2014. Metode Penelitian Aplikasi
Dalam Pendidikan. Yogyakarta: DEEPUBLISH
Nugroho, Jati Fibry. 2017. Pendampingan Patoral Holistik: Sebuah
Usulan Konseptual Pembinaan Warga Gereja. Semarang: Sekolah Tinggi
Teologi Sangkakala
Amperiyana. 2019. Pelayanan Pastoral Kedukaan Akibat Kematian
Mendadak Di GPIB JEMAAT SEJAHTERA BANDUNG. Bandung: Jurnal
TeDeum.

Anda mungkin juga menyukai