Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persekutuan kaum bapak adalah wadah yang didirikan oleh Gereja Kristen
Injili di Tanah Papua untuk melaksanakan tugas pelayanan dan kesaksian gereja
kepada kaum bapak GKI. Melalui wadah ini kaum bapak bersekutu, bersaksi dan

W
melayani, tapi juga terus melatih dan membina diri untuk menjadi imam di
tengah keluarga.

D
Persekutuan kaum bapak adalah bagian dari orang-orang percaya yang di
pilih masuk ke dalam suatu persekutuan yang disebut gereja atau jemaat yang

K
kudus Yesus Kristus adalah kepalanya. Dalam struktur organisasi Gereja Kristen
Injili (GKI) di Tanah Papua, PKB dibentuk agar dapat mempersatukan seluruh

U
anggota Jemaat dewasa khususnya kaum pria. PKB merupakan salah satu unsur
dalam Jemaat untuk menghimpun, mempersatukan dan membina anggotanya
agar dapat mencapai kedewasaan yang penuh dan tingkat pertumbuhan yang

@
sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef. 4:12-13)1.
Sesuai dengan amanat Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20 dan 1 Petrus 2:9,
maka orang-orang percaya dipanggil masuk ke dalam persekutuan gereja atau
jemaat untuk mengajar orang mengenal Yesus Kristus, percaya dan dibaptis, 1
Petrus 2:9; selaku orang percaya yang dipanggil ke dalam persekutuan gereja
atau jemaat kita diminta untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari
Yesus Kristus yang telah memanggil kita.
Untuk melaksanakan tugas ini maka seluruh orang percaya perlu disiapkan
atau dilengkapi.Yang menjadi anggota PKB adalah setiap anggota gereja yang
statusnya sebagai seorang bapak atau keluarga atau setiap pria yang sudah
melewati masa remaja dan pemuda.

1
Tata gereja GKI di Tanah Papua, Bab II Fasal 9 ayat 3d, Badan Pekerja Am Sinode 1991, hal 39

1
Mengapa ada istilah “Persekutuan Kaum Bapak dalam Gereja Kristen Injili
di Tanah Papua. Dan mengapa istilah sebutan Persekutuan Kaum Bapak dapat
dinyatakan sebagai salah satu Unsur di dalam Persekutuan Pelayanan Gereja atau
Jemaat? Mengapa harus itu dibentuk dan mengapa harus membentuk atau
mengelompokan Kaum Bapak di antara Jemaat, padahal kita sudah menjadi satu
dengan Jemaat-jemaat yang ada. Persekutuan Kaum Bapak resmi muncul
pertama kali dalam Tata Gereja pada 1984 Unsur-unsur Jemaat dalam GKI di
Tanah Papua,itu hanya ada Sekolah Minggu ( SM ) dan ada sekarang
Persekutuan Anak dan Remaja ( PAR ), Persekutuan Anggota Muda ( PAM ) dan

W
Persekutuan Wanita ( PW ). Sehingga muncullah para perancang Tata Gereja
waktu itu menyadari bahwa Kaum Bapak merupakan potensi Gereja yang

D
terpendam selama ini, dan belum diberi wadah yang bertujuan menghimpun,
mempersatukan, membina anggotanya agar dapat mencapai kedewasaan yang

K
penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus ( Efesus 4
: 12 – 13 ), sehingga membina dan mengembangkan serta menyalurkan energy(

U
baik fisik maupun kerohaniannya, untuk lebih kuat dalam keimanannya, kuat
sebagai seorang Bapak yang teladan sehat, kuat iman, dan dapat menghadirkan
citra Tuhan di tengah keluarganya dan di dalam kehadirannya di manapun.

@
Dalam Tata Gereja GKI di Tanah Papua, Bab II tentang jemaat, pasal 9
yaitu unsur-unsur jemaat, ayat 3d tentang pengelompokan ke dalam unsur-unsur
jemaat termasuk golongan bapak-bapak di kelompokan dengan nama
Persekutuan Kaum Bapa Gereja Kristin Injili di singkat PKB GKI.2
Persekutuan Kaum Bapak GKI melaksanakan Pelayanannya dengan berpedoman
atau berdasarkan pada :
1. Firman Tuhan yang dinyatakan dalam Alkitab
2. Tata Gereja Kristen Injili di Tanah Papua
3. Keputusan- keputusan Gerejawi
4. Pedoman Pelayanan PKB GKI3.

2
Tata gereja GKI di Tanah Papua, Bab II Fasal 9 ayat 3d, Badan Pekerja Am Sinode 1991, hal 39
3
Tata Gereja dan Pedoman Pelayanan Unsur PKB GKI

2
Adapun tujuan pembinaan Persekutuan Kaum Bapak diadakannya
pengelompokan tersebut adalah supaya :
1. pelayanan dan pemberitaan Firman Tuhan dapat diarahkan secara khusus
sehingga mudah di terima, disamping itu supaya pelayanan anggota Jemaat
mudah digiatkan
2. Membina dan mempersiapkam anggota PKB sebagai warga GKI dan atau
warga jemaat yang bertanggung jawab serta berfungsi sebagai imam di
tengah keluarga, gereja, dan masyarakat.4

W
Visi dan Misi untuk menunjang tugas dan tanggung jawab Persekutuan Kaum
Bapak ( PKB ) GKI yaitu :

D
1. Visi PKB adalah: Bapak adalah Imam dalam keluarga, dan

K
2. Misi PKB adalah menjadi Bapak yang hidup sederhana, terhormat,
bijaksana, sehat dalam iman, kasih dan ketekunan 5

U
Sama dengan unsur-unsur Jemaat lainnya (PAR, PAM & PW), maka PKB hadir
dan ikut memikul tanggungjawab pelayanan Gereja sesuai dengan Tri Panggilan
Gereja “Persekutuan, Kesaksian dan Pelayanan”. Namun belum terorganisir secara

@
baik dalam wadah Persekutuan Kaum Bapak di tingkat Jemaat, Klasis dan Sinode6.
Padahal ia merupakan salah satu unsur atau sebagai elemen penting dalam kehidupan
bergereja atau berjemaat.
Dalam buku Lima Dokumen Keesaan Gereja (LDKG) diakui bahwa Roh
Kudus yang menghimpun umat-Nya dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa
ke dalam suatu persekutuan yaitu Gereja. Dimana Kristus adalah Tuhan dan
Kepala (Ef. 4:1,3,16; Why. 7:9). Roh Kudus yang telah memberi kuasa
kepada gereja dan mengutusnya ke dalam dunia untuk menjadi saksi,
memberitakan Injil kerajaan Allah kepada segala makhluk di semua tempat dan
di sepanjang masa (Kis. 1:8; Mrk. 16:15; Mat. 28:20).7

4
Ibid
5
Tata Gereja dan Pedoman Pelayanan GKI di Tanah Papua,
6
Sidang Sinode XII di Serui, Pokok-Pokok Pelaksanaan Amanat dan Panggilan Gereja 1992 – 1996, GKI Papua
7
Dokumen Sidang Raya PGI XII, Jayapura 20 – 30 oktober 1994, hal 53

3
Sehingga Allah memelihara gereja-Nya, pemeliharaan itu dengan cara
memberikan tugas kepada gereja. Allah menuntut agar gereja melayani dan
menyerahkan hidupnya kepada tugas itu.Sebab Allah menghendaki supaya semua
orang diselamatkan (1 Tim. 2:4).Oleh karena hal tersebutlah maka Allah bekerja
untuk menyelamatkan dunia ini.Dalam hal ini gereja yang telah dipanggil Tuhan
tidak boleh hanya sebagai penonton saja. Tapi gereja dibentuk supaya
melaksanakan kehendak-Nya dengan turut campur tangan akan kehidupan orang
lain. Gereja dalam pelaksanaan tugasnya dipenuhi dengan seluruh kepenuhan

W
dari Allah ( Ef. 3:18-19; bnd. 4:3). Kepenuhan Allah itu dinyatakan melalui
karunia-karunia yang berbeda-beda yang dianugerahkan Allah kepada gereja-

D
Nya.8Maka gereja hidup bukan untuk diri sendiri sama dengan Kristus telah
meninggalkan kemuliaan-Nya di sorga, mengosongkan diri untuk menyangkal

K
diri dan mengabaikan kepentingan diri sendiri agar semua yang menderita dapat
mengalami pembebasan yang dari Allah dalam diri Yesus Kristus (Mat. 9:35-38;

U
Luk. 4:18-19).
Abineno mengatakan sepanjang sejarah atau sepanjang zaman gereja
mempunyai tiga tugas yakni marturia, koinonia dan diakonia.9Tugas yang

@
diberikan Allah itu kepada manusia atau gereja merupakan pancaran dari
pelayanan Yesus selama di dunia ini. Gereja harus bertindak (bersaksi) dengan
memberitakan Injil, hidup dalam persekutuan yang kudus dan melayani satu
dengan yang lain. Ketiga hal tersebut disebut dengan istilah Tritugas Panggilan
Gereja.

Bersaksi (Marturia)
Marturia berasal dari bahasa Yunani (marturi,a) yang artinya adalah
kesaksian (Mrk. 14:59). Ini merupakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan
oleh gereja sebagai persekutuan orang-orang yang percaya dan yang telah
diselamatkan oleh Kristus.Ini dipertegas oleh Homrighausen dan Enklaar,
kesaksian itu biasanya disebut penginjilan yang berarti pemberitaan kabar baik,

8
Harun hadiwijono, inilah sahadatku, BPK GM, Jakarta 1999,hal 142
9
Abineno J.L. Ch, Jemaat, BPK GM, Jakarta 1999, hal 192

4
pemberitaan Injil kepada semua orang yang masih memikul dosanya dan belum
menerima kebenaran yang ada dalam Yesus Kristus.Penginjilan itu menjadi tugas
kita sekalian.
Hendaknya kita melakukannya dengan gembira.Bersaksi bukan saja dengan
perkataan tapi juga dengan contoh hidup ataupun teladan hidup kita perseorangan
dan sebagai anggota-anggota tubuh Kristus di tengah-tengah dunia ini10.Tugas
bersaksi merupakan prioritas utama bagi setiap situasi gereja.11Dengan tegas
Abineno mengatakan bahwa jemaat dipanggil bukan saja untuk mengaku tetapi
juga untuk bersaksi.Karena Tuhan menghendaki supaya semua orang beroleh

W
keselamatan (1 Tim. 2:4). Untuk tugas itu Ia memberi kuasa dan Roh-Nya, Ia
bersama-sama dengan kita (Mat. 28:20), Ia menguatkan dalam kesaksiannya (1

D
Kor. 2:13), malahan Ia sendiri yang berkata-kata (bersaksi) menggantikannya
(Mat. 10:19-20). Maka Gereja perlu bersaksi artinya Gereja harus menyatakan

K
atau mengumumkan apa yang jemaat yakini dan pahami kepada orang lain
dengan maksud supaya orang itu datang kepada Kristus.

U
Tugas kesaksian ini diperlukan di dalam dunia, di dalam segala bidang
kehidupan, salah satu bidang kehidupan itu yakni bidang kehidupan sosial.
Gereja harus lebih banyak menyatakan solidaritasnya dengan orang-orang

@
miskin/menderita atau yang teraniaya di dalam dunia. Dengan demikan kita dapat
mendirikan suatu tanda-tanda Kerajaan Allah. Jadi kesaksian itu tak dapat
dijalankan dengan perkataan saja, tapi juga dengan perbuatan dan persekutuan
dengan Kristus, supaya dengan jalan itu mereka mendapat bagian dalam
anugerah Allah, yaitu kehidupan yang kekal.12

Bersekutu (Koinonia)
Istilah koinonia berasal dari bahasa Yunani (koinonia) yang artinya
persekutuan. Dalam Perjanjian Baru kata koinonia dipakai bagi persekutuan
orang-orang percaya dengan Kristus (1 Kor. 1:9) dengan Roh Kudus (2 Kor.
13:13) artinya bahwa mereka dipanggil keluar dari dunia mereka yang lama dan
10
Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, BPK GM,Jakarta 2000, hal 173
11
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK GM, Jakarta 1999, hal 313
12
Sekum PGI, Arak-arakkan Oikumene, Meniti Tahun-tahun Pertumbuhan, Dokumen Historis Sidang
Lengkap IV PGI 1960, Sidang Lengkap V 1964, BPK-GM,Jakarta 1996, hlm. 262-264

5
dikuduskan, diasingkan dari persekutuan-persekutuan yang lain di dunia ini serta
digunakan oleh Allah sebagai alat dalam karya penyelamatan-Nya. Sebagai alat
gereja harus nampak dan konkrit. Artinya dalam hal tampak dari sudut sosiologis,
maksudnya di dalam hidup bersama komunitas anggota-anggotanya mempunyai
sangkut-paut dan menyatu dengan dunia sekitarnya ataupun dunia sosial13.
Persekutuan jemaat dengan Jemaat yang lain sebagai tubuh Kristus (Ef. 6:3, 8:17,
1 Kor. 15). Koinonia merupakan suatu persekutuan kasih Kristus, dimana
anggota-anggota saling membantu dalam penderitaan (1 Kor. 12:16), saling
dihubungkan dengan persekutuan Roh (Rm. 2:1), saling menolong dimana yang

W
kuat menolong yang lemah (Rm. 15:1), bersama-sama mengerti akan kasih
Kristus (Ef. 2:1), bersama-sama mengasihi orang yang miskin (Yak. 2:5). Jadi

D
dengan jelas dapat dikatakan bahwa gereja sebagai persekutuan yang terpanggil
bukan untuk diri sendiri tapi hanya demi kemuliaan Allah dan kehendak-Nya di

K
dunia. Dan kehendak-Nya dengan dunia yaitu menyelamatkan.Gereja harus tahu
bahwa dia dipakai Tuhan sebagai alat-Nya untuk menyelamatkan dunia ini.

U
Koinonia ini berhubungan erat dengan gereja yang memuliakan Allah. Maka
persekutuan ini merupakan persekutuan yang saling menerima satu dengan yang
lain untuk kemuliaan Allah (Rm. 15:7). Koinonia ini merupakan persekutuan

@
umat Allah yang tertuju ada partisipasi bersama di dalam kehidupan Allah (1
Yoh. 3:7).14
Berarti dapat dikatakan bahwa kasih di sini merupakan tindakan yang praktis (1
Yoh. 3:17-18) ini kita terbuka karena Kristus lebih dahulu mengasihi kita
melalui kematian-Nya di kayu salib untuk pendamaian dosa-dosa kita (1 Yoh.
4:10; bnd Rm. 15:7) itu sebabnya bahwa sikap saling mengasihi satu dengan
yang lain merupakan yang pokok untuk dilakukan setiap orang Kristen.
Persekutuan merupakan tugas gereja yang tidak boleh diabaikan karena melalui
persekutuan, pelayanan dan kesaksian akan tercapai demikian. Dengan demikian
kita hidup sebagai orang-orang yang dipanggil oleh Kristus ke dalam pelayanan-
Nya untuk hidup dalam persekutuan yang hidup di dunia.

13
Abineno J. L. Ch, Pokok-Pokok Penting dari Iman Kristen, BPK GM, Jakarta 1989, hal 96
14
Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, BPK-GM, Jakarta 2002, hlm. 308

6
Melayani (Diakonia)
Dalam bahasa Yunani, melayani disebut diakonia (diakoni,a) dan arti
sebenarnya adalah pelayanan kasih terutama di meja makan, pemeliharaan hidup.
Hal ini merupakan suatu cara untuk memuliakan Allah (1 Pet. 2:12). Yesus
mengajarkan bahwa kebesaran terdapat dalam pelayanan dengan rendah hati
(Mrk. 9:33-37; Luk. 22:24-27). Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa Anak
Manusia juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mrk.
10:45). Yesus mengajak gereja-Nya untuk mengikuti teladan-Nya dalam
persekutuan melayani dengan kerendahan hati satu dengan yang lain. Sebab

W
gereja berada di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri melainkan demi untuk
Kerajaan Allah dan juga untuk dunia.

D
Harus nyata dalam hidup dan pelayanan. Kita harus dapat melihat bahwa
hubungan Allah dengan dunia sangat erat, Ia ingin suatu perubahan ataupun

K
transformasi di alam semesta ini oleh Yesus Kristus.15
Raja yang dinanti-nantikan umat Israel. Raja yang melepaskan dari kekuasaan

U
bangsa asing, Raja yang bukan untuk dilayani tapi melayani. Ia membuat dalam
seluruh hidupnya mulai dari Bethlehem sampai ke Golgota. Ia adalah pelayan
(Luk. 21:27; Rm. 15:8), hamba Allah (Filp. 2:7), yang dinubuatkan nabi Yesaya.

@
Pemerintahan-Nya ialah pelayanan (diakonia).Ia melayani bukan hanya dengan
perkataan tapi juga dengan perbuatan.Perkataan-Nya adalah perbuatan dan
perbuatan-Nya adalah perkataan. Pelayanan yang menurut amanat Kristus
adalah karitatif (Mat. 25).16Diakonia ini harus dilakukan kepada semua orang,
terutama kepada yang membutuhkannya. Seperti orang sakit, orang lemah, atau
orang miskin, yatim piatu, dan orang yang hidup di dalam kesusahan (Luk. 4:8-
9), bukan hanya secara rohani tetapi juga secara jasmani.Dalam persekutuan
gereja pelayanan ini harus tercipta dengan penuh kasih yang merupakan
gambaran hidup baru (Rm. 6:15-23).Diakonia ini dilakukan bukan karena berat
hati atau karena paksaan (2 Kor. 9:1-1), tapi berdasarkan kasih dengan lemah
lembut. Dengan dilaksanakan diakonia oleh gereja maka akan tercipta
kehidupan yang penuh kasih. Diakonia yang pada awalnya bersifat karitatif,

15
Abineno J.L. Ch, Teologia Praktika, BPK GM, Jakarta 1984, hal 10
16
Abineno J.L. Ch, Pelayanan Bantuan Antar Gereja, BPK GM, Jakarta 1986, hal 20

7
maka dalam hal ini diakonia perlu bersifat transformatif.Karena pelayanan
bukan saja perkara materi saja tapi bagaimana mentransformasikan pelayanan
itu sehingga membebaskan.
Diakonia itu berdasar pada kasih Allah dan karya penyelamatan
Allah.Karya keselamatan itu berupa seluruh kehidupan manusia, baik rohani
maupun jasmani. Karena itu ia tidak dapat disampaikan hanya dengan perkataan
saja tapi juga dengan perbuatan. Ia juga disebut pelayan kasih, pelayanan kasih
Allah yaitu kasih dalam Yesus Kristus yang tidak mengenal batas .
Oleh sebab itu dalam pelaksanaan Tri Tugas Panggilan Gereja sangat dibutuhkan

W
pemahaman yang baik dan benar dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin
harus memandang bahwa tugas dan panggilan gereja adalah juga bagian dari

D
pelaksanaan visi dan misi gereja. Memang disadari bahwa tidaklah menjadi
sebuah pekerjaan yang mudah dalam mewujudkan dan menjabarkannya di

K
lapangan (jemaat). Akan tetapi pelaksanaan Tri Tugas Panggilan Gereja dapat
dijadikan sebagai sebuah indikator terhadap keberhasilan visi dan misi yang

U
diemban oleh gereja.Sehingga tugas seorang pemimpin dalam mewujudkan visi
dan misi gereja tidak menjadi isapan jempol belaka.
Dalam pengalaman kehidupan berjemaat atau bergereja , sesuai pengamatan

@
penulis – Persekutuan Kaum Bapak dalam ibadah-ibadah yang di laksanakan
namun kehadiran Bapak-Bapak sangat minim, kenyataannya Kaum Bapak pasti
ada di dalam setiap jemaat. Sehingga tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
terutama dalam kehadiran Ibadah Persekutuan Kaum Bapak sebagai salah satu
unsur dalam Jemaat itu tidak dapat tercapai. Padahal PKB GKI adalah
merupakan bagian dari anggota jemaat, ia dipanggil untuk bersama-sama dengan
Warga Gereja atau dengan unsur-unsur lainnya untuk berperan serta dalam
meningkatkan Visi dan Misi Gereja17. Itu berarti peran serta Kaum Bapak di
dalam jemaat sangat diperlukan, Visi dan Misi itu akan nampak bila terjadi
persekutuan bersama di antara Kaum Bapak melalui ibadah-ibadah rutin.
Kaum Bapak dalam Gereja seharusnya menjadi motivator atau pendorong bagi
unsur-unsur yang lain dalam meningkatkan Visi dan Misi pelayanan di dalam

17
Tata gereja GKI di Tanah Papua, Bab II Fasal 9 ayat 3d, Badan Pekerja Am Sinode 1991, hal 39

8
jemaat. Namun kenyataan menunjukan bahwa ibadah unsur PKB tidak dapat
perhatian yang serius dari anggota-anggotanya sendiri.
Hal ini terlihat dari kegiatan ibadah yang berjalan tersendat-sendat bahkan
sama sekali tidak melakukan ibadah. Kurangnya perhatian dan ketidakhadiran
anggota-anggota di dalam Ibadah Persekutuan Kaum Bapak itu di sebab oleh
beberapa alasan, antara lain karena kesibukan di kantor atau dalam pekerjaan
pokoknya, ada juga yang belum menyadari arti pentingnya pelayanan Ibadah
Persekutuan itu, ada juga yang berpikir mereka cukup mengikuti kegiatan Ibadah
keluarga di dalam Wijk saja. Hal ini Nampak menjadi persoalan dalam

W
kebanyakan Jemaat GKI di Tanah Papua18.
Kondisi ibadah Persekutuan Kaum Bapak yang kurang berjalan lancar seperti itu

D
adalah merupakan tanggungjawab kita bersama selaku persekutuan jemaat.Untuk
mencari jalan keluar demi menjawab persoalan-persoalan sekitar Persekutuan

K
Kaum Bapak.
Acap kali tanpa kita sadar ternyata Para Bapak telah mengabaikan tugas

U
seorang Bapak sebagai “ imam ” ditengah keluarga, kita harus sadar bahwa
tanggung jawab rohani seorang Bapak atas seluruh anggota keluarga berada di
tangan kita sebagai kepala rumah tangga.

@
Tapi sayang, ternyata tidak sedikit Para Bapak Kristen mengabaikan
tanggung jawab ini. Maka para perancang kita telah membentuk dan menetapkan
suatu wadah yang bertujuan menghimpun, mempersatukan, membina kaum
bapak dengan satu kelompok besar yang disebut Jemaat. Sebagai salah satu unsur
jemaat yaitu Persekutuan Kaum Bapak (PKB) dibentuk agar dapat
mempersatukan seluruh anggota jemaat dewasa khususnya kaum pria. Pada
awalnya Kaum Bapak sendiri menyambut organisasi ini dalam satu wadah
sendiri dengan bertanya – tanya, sebab pemikirannya menyadari dirinya sebagai
orang yang “ sibuk ” sekali dalam bekerja atau mencari nafkah 19. Tidak ada
waktu untuk ikut terlibat didalam kegiatan-kegiatan PKB yang diprogramkan,
untuk apa dibuat kelompok Kaum Bapak lagi ! ada juga yang berkata bahwa “
Kaum Bapak jangan disamakan dengan Kaum Ibu ”, sebab aktifitas Kaum Bapak

18
Hasil wawancaca dengan Bpk Pdt. Elly Doirebo,62 tahun, pada bulan Juli 2014
19
Hasil Wawancara dengan Bpk Pdt. Elly Doirebo,62 tahun, pada bulan Juli 2014

9
ada diluar rumah lebih tinggi di bandingkan dengan Kaum Ibu. Dalam
Persekutuan Kaum Bapak ini, masih terlihat ada sebagian Kaum Bapak gereja
atau jemaat belum sungguh – sungguh menerima dan memilikinya, belum mau
melibatkan dirinya di wadah ini.
Pertanyaan dan pernyataan ini memperlihatkan yang dialami kaum bapak sejak
awalnya. Namun akhir – akhir ini Kaum Bapak sendiri telah berhasil menjawab
keragu-raguan tersebut. Berkat pertolongan Kuasa Roh Kudus, persekutuan
kaum bapak terlihat dan menyatakan kehadirannya sebagai pelengkap yang ada
diketiga unsur – unsur jemaat dengan pelayanannya, baik ditingkat Klasis,

W
ditingkat Jemaat dan Wijk dalam tanggung jawab Pelayan, Majelis Jemaat untuk
mempersiapkan orang–orang kudus bagi pekerjaan pelayanan bagi pembangunan

D
tubuh Kristus.
Seorang bapak didalam keluarga adalah sebagai imam. Karena itu dia harus

K
mampu merangkul keluarga, menunjukkan teladan yang baik dan selalu
membangun hubungan dengan Tuhan.20 Oleh karena itu penentuan pokok

U
bahasan dalam evaluasi ini, menunjukkan adanya kiat yang kuat dari Kaum
Bapak untuk mengoreksi keaktifan Kaum Bapak dalam jemaat, dan apabila kiat
ini dilakukan di dalam setiap jemaat terlebih khusus jemaat GKI Sion Dok VIII ,

@
maka hal ini merupakan satu terobosan poin positif yang perlu dicatat dalam
lembaran sejarah Gereja kita. Jika kegiatan Kaum Bapak diadakan hanya untuk
menambah daftar kegiatan dalam jemaat, maka tindakan tersebut tidak akan
memenuhi tujuannya yang utama. Sama seperti semua unsur kegiatan dalam
jemaat, kegiatan Kaum bapak harus diarahkan kepada keaktifan PKB dalam
jemaat. Oleh karena itu, kita harus memahami secara benar arti atau makna
jemaat yang bertumbuh menurut konsep Alkitab. Jemaat yang bertumbuh adalah
jemaat yang kehidupannya mengalami peningkatan Mutu Rohani (kualitas),
Peningkatan mutu rohani jemaat harus nampak dalam kehidupan yang
berkesinambung-meningkat dalam proses kekudusan, I Kor 1:1-8, Meningkat
secara total dalam Ibadah Kristiani, sesuai Kis. 2:41-47, Mengalami peningkatan
dalam Mutu Organisasi,Mengalami peningkatan Jumlah Pertumbuhan jemaat.

20
http://artikel.sabda.org/artikel/bapa_sebagai_imam , 17 Juli 2014

10
Terlihat jelas dalam Alkitab bahwa dalam masyarakat umat Tuhan (bangsa
Israel), peranan yang paling dominan adalah peranan “Kaum Bapak”. Hal
tersebut terjadi, baik dalam rumah tangga, dalam masyarakat luas, maupun di
dalam bidang pemerintahan dan organisasi masyarakat. Hal itu terutama
disebabkan oleh kepentingan penyataan Allah sebagai “Bapa” yang sedang dalam
proses pada waktu itu. Fungsi Kaum Bapak secara teologis dapat ditarik dari
paling kurang 10 makna atau arti yang diberikan oleh Alkitab terhadap kaum
Bapak.
Bapak adalah ayah (orangtua) dari satu pribadi; Bapak adalah kepala dan atau

W
pembentuk rumah tangga, satu kelompok, satu keluarga dan satu suku atau
marga; Bapak adalah nenek moyang atau leluhur; Bapak adalah pemula dan

D
atau model dari satu kelompok dan profesi; Bapak adalah penghasil dan
pembangkit; Bapak adalah sumber kebajikan dan perlindungan; Bapak adalah

K
alamat penghargaan dan penghormatan; Bapak adalah pemimpin atau kepala;
Bapak adalah seorang yang menanamkan semangatnya kepada seseorang; Bapak

U
adalah gelar penghormatan21.
Tujuan penyajian makna atau fungsi kaum Bapak oleh Alkitab adalah
supaya fungsi-fungsi tersebut dapat terlaksana atau tercapai di dalam kehidupan

@
setiap Kaum bapak, secara kelompok maupun perorangan.
Jemaat berkewajiban memberikan pelayanan kepada mereka supaya mereka
mampu menunaikan semua tugas panggilan tersebut, secara utuh dan
memuliakan Tuhan. Kaum bapak harus menunaikan tugasnya sebagai
“bayangan” dari ke “Bapak”an Allah atas ciptaan-Nya, baik manusia maupun
alam semesta.
Andil terbesar bagi terjadinya pertumbuhan dunia di semua sektor,
disumbangkan oleh Kaum bapak, tanpa kita menutup mata terhadap semakin
meningkatnya peran kaum wanita. Satu pertanyaan besar terentang di depan kita:
“Apakah sebabnya kaum yang lebih dahulu diciptakan oleh Tuhan itu, lebih
dimanfaatkan oleh dunia daripada oleh gereja atau jemaat?”

21
http://www.kibaidlongori.org/2013/08/peranan-kaum-pria-dalampertumbuhan, 9 Juli
2014

11
Kunci keberhasilan dunia dalam pemanfaatan kaum bapak tersebut, terletak
dalam pemahamannya akan potensi kaum bapak lalu memanfaatkan potensi
tersebut seluas-luasnya, walaupun tidak jarang dengan cara mengeksploitasi baik
secara halus maupun secara kasar.
Gereja dan Jemaat harus memahami akan potensi Kaum bapak dalam
jemaat, karena dengan pemahaman itu, akan menjadi suatu daya dorong yang
kuat untuk melayani dan membina mereka secara lebih intensif supaya berdaya-
guna di dalam perluasan Kerajaan Allah di dunia ini 22. Kaum bapak mempunyai
paling kurang empat potensi penting.

W
Yang pertama, adalah potensi Kepemimpinan dan tanggung jawab,
Pentingnya peran kepemimpinan dalam pertumbuhan gereja dan jemaat,

D
dibuktikan dalam strategi kerja Tuhan Yesus. Jauh sebelum Dia menggulirkan
lembaga jemaat-Nya, Dia terlebih dahulu menyiapkan beberapa lapis

K
kepemimpinan: ada kelompok 12, kelompok 70, kelompok 120 dan kelompok
500 orang percaya. Roh Kudus memimpin sehingga terdapat 4 kitab dalam PB

U
yang mencatat semua proses pembelajaran yang Tuhan Yesus terapkan dalam
menyiapkan kader pemimpin, 1 kitab yang mencatat sejarah sepakterjang, baik
tantangan-tantangan maupun keberhasilan-keberhasilan para kader terdidik

@
tersebut.
Satu pilar atau tiang jemaat adalah rumah tangga warga jemaat, yang
dikomandani oleh kepala rumah tangga: Bapak. Jika jemaat ingin membangun
dirinya secara teguh, hal itu dapat dicapai dengan memperkokoh kehidupan
rumah tangga warga jemaat. Walaupun “kebaktian rumah tangga” memunyai
peran dalam upaya itu, tetapi strategi yang paling jitu dan berakibat tetap ialah
melalui “pembentukan” komandan rumah tangga. Anak-anak dari keluarga yang
dikomandani secara benar oleh seorang Bapak yang terbina baik dalam jemaat,
akan menjadi generasi kepemimpinan berikutnya, yang akan menjalarkan
kehidupan yang benar di dalam rumah tangga mereka, jemaat dan masyarakat.
Yang kedua, adalah potensi ketrampilan dan pengalaman Sebagai Kepala
dan pelindung keluarga, kaum bapak telah dilengkapi dengan naluri alamiah

22
Hasil wawancaca dengan Bpk Pdt. Elly Doirebo,62 tahun, pada bulan Juli 2014

12
oleh Tuhan untuk mengupayakan diri lebih mampu dan lebih berpengalaman.
Termasuk upaya memunyai pendidikan yang baik dan memadai. Dan Tuhan
melangkapi dia dengan keadaan, kesempatan dan kemampuan serta daya fisik
untuk mencapainya. Sejarah dan kehidupan sehari-hari di seluruh dunia menjadi
saksi kebenaran ini, paling tidak sampai sekarang. Karena keahlian, ketrampilan
dan pengalaman yang dimilikinya, maka kaum bapak memainkan peranan
penting di berbagai sektor.
Di sana mereka menjadi panutan, dihormati, dijadikan gantungan nasib
banyak orang, ya, mereka menjadi pelindung dan pemimpin. Mereka mampu

W
menciptakan terobosan-terobosan untuk menembus benteng-benteng penghalang
pelaksanaan secara sukses tugas mereka. Mereka menjadi alamat kekaguman

D
banyak orang. Sebenarnya jemaat memiliki mereka sebagai “tenaga siap pakai”
. Kegiatan Kaum bapak dalam jemaat akan menjadi tempat dan kesempatan di

K
mana mereka perlu didorong dan diberi motivasi yang benar serta dilengkapi
dengan cara dan etika kerja yang berorientasi kebenaran Firman Tuhan, dan

U
dengan demikian, keahlian, ketrampilan dan pengalaman “dunia” mereka dapat
“disucikan” supaya sesuai untuk dimanfaatkan sebagai Tubuh Kristus.
Yang ketiga, adalah potensi psikologis. Atas penentuan Tuhan, maka kaum

@
pria lebih mudah didengar, diterima dan diikuti oleh orang lain. Sulit
membayangkan akibat positif yang dihasilkan apabila jemaat “mengutus” kaum
bapak yang dibina secara khusus dan baik, ke dalam masyarakat. Walaupun Iblis
akan “menempatkan” lebih banyak kaum pria miliknya ke dalam lingkungan
yang sama, tetapi walaupun hanya satu lilin kecil dari kehidupan kaum bapak
jemaat, yang menyalah dengan baik, telah cukup untuk mengusir kegelapan dari
kehidupan setiap orang yang hatinya “ditarik” oleh Bapa yang di sorga.
Yang keempat, adalah potensi hubungan keluar (extern). Ia memiliki
potensi ini disebabkan terutama oleh karena tugas atau kerja kesehariannya di
luar rumah, di tengah-tengah lingkungan ramai atau banyak orang, sehingga
secara otomatis dia telah membangun hubungan dengan banyak orang, baik

13
rakyat biasa, baik kelompok usaha atau kegiatan atau profesi tertentu, maupun
dengan pemimpin organisasi pemerintahan dan swasta23.
Hubungan-hubungan yang telah tercipta tersebut, tidak selamanya terbangun
secara harmonis, tetapi hal semacam itu berada diluar pagar kewajaran, dan
karena itu harus semakin menunjukkan perlunya pembinaan khusus terhadap
Kaum bapak. Dengan potensi hubungan extern tersebut, maka jika jemaat
dilukiskan sebagai pasukan prajurit Kristus, maka Kaum bapak merupakan
prajurit di barisan terdepan; jika jemaat dilihat sebagai penjala manusia, maka
Kaum bapak adalah jaring yang jangkauannya paling jauh dan luas; jika jemaat

W
adalah menara jaga Kristus di dunia ini, maka Kaum bapak adalah menara jaga
yang jarak pandang dan pengaruh suaranya paling jauh. Betapa mereka perlu

D
diperlengkapi supaya potensi hubungan luar mereka mendatangkan keuntungan
sebesar-besarnya bagi pertumbuhan jemaat.

K
Ada dua kebutuhan psikologis paling mendasar dari manusia yaitu rasa
aman dan rasa berharga. Rasa aman lebih di butuhkan oleh kaum wanita sedang

U
rasa berharga lebih di butuhkan oleh kaum pria. Keahlian, ketrampilan dan
pengalaman yang dimiliki oleh kaum bapak membawa mereka mendapat posisi-
posisi di berbagai sektor kehidupan di dalam masyarakat dengan tingkatan yang

@
berbeda-beda. Dengan berperan dalam masyarakat, melalui bidang tugas yang
diembannya, maka akibat pertama dan terutama yang didapatkannya ialah dia
merasa dihargai. Merasa bahwa kehadirannya diperlukan oleh pihak atau orang
lain. Tatkala ia pulang ke rumah membawa hasil dari karyanya, maka dia
semakin bangga karena dia berguna kepada warga rumah tangganya. Lalu
mereka masuk ke dalam jemaat, mengikuti kebaktian atau acara jemaat lainnya.
Di sana, di jemaat, mereka menjadi pihak yang duduk untuk mendengar dan
menerima wejangan, serta menonton segelintir pengerja yang menjadi alamat
tatapan mata, serta tempat bergantung warga jemaat, untuk mendapat berkat
rohani. Di dalam masyarakat dan rumah tangganya, Kaum bapak itu merasa
dibutuhlkan, dan karena itu merasa dihargai, tetapi di dalam jemaat, dia
menemukan keadaan yang sangat lain. Dimana dia merasa tidak berguna, tidak

23
http://www.kibaidlongori.org/2013/08/peranan-kaum-pria-dalampertumbuhan ,9 JUli 2014

14
berharga, menjadi pihak yang hanya menggantungkan dirinya kepada pihak lain,
karena dia merasa, tidak tahu apa-apa. Maka pada situasi demikian, Kaum Bapak
menarik diri dari jemaat, sesekali, tetapi lama-kelamaan bisa “menghilang”.
Pada dewasa ini, yang hadir dalam setiap ibadah di Gereja atau Jemaat, terbanyak
adalah kaum wanita.Pernah ada yang mengatakan bahwa perbandingan jumlah
kehadiran kaum wanita dengan kaum bapak dalam setiap Ibadah adalah 3:1. Apa
sebabnya? Apakah memang wanita lebih rohani sedangkan laki-laki lebih
duniawi? Seorang pakar dalam penggembalaan menyatakan bahwa penyebabnya
ialah karena kebutuhan akan keberhargaan tidak diperoleh dalam jemaat oleh

W
kaum pria. Jelaslah bahwa pembinaan Kaum bapak supaya mereka didaya-
fungsikan di dalam jemaat, sangat penting bagi pertumbuhan jemaat. Semakin

D
mereka berperan dalam kegiatan-pelayanan jemaat, semakin mereka menyadari
akan keperluan kerohanian mereka di hadapan Tuhan.

K
Warga jemaat dari kelompok Kaum bapak, adalah bahagian tak
terpisahkan dari satu jemaat; merupakan bahagian yang di dalam dan melaluinya

U
pertumbuhan jemaat harus terjadi dan nampak. Mereka perlu meningkat dalam
kehidupan rohani dan di dalam ibadah kristiani. Banyak dimensi organisatoris
dan manajemen jemaat dapat dikembangkan melalui peran-serta kaum bapak.

@
Yang semuanya itu, akan membawa kepada pertumbuhan kualitas dan kuantitas
jemaat. Tuhan Yesus menghendaki supaya kelompok Kaum bapak dihadirkan
dan dikembangkan dalam jemaat, terutama karena mereka harus dibina untuk
menjadi gambaran yang kelihatan dari Bapa yang tidak kelihatan di sorga.
Pembinaan secara intensif dan terencana terhadap kelompok ini semakin
terasa keperluannya karena mereka adalah ujung tombak dari jemaat di dalam
masyarakat, yang mengandung makna ganda yaitu jemaat dapat menjangkau
lebih banyak jiwa melalui mereka, di satu sisi, tetapi di sisi lain mereka menjadi
alamat paling dekat dari segala godaan dan upaya pengrusakan jemaat oleh kuasa
musuh Injil.
Oleh karena itu, kegiatan atau pelayanan terhadap Kaum bapak harus diramu
secara seksama, melalui suatu proses penyediaan dan penyajian yang ditangani
secara profesional dan bukan seperti “meninju angin”.

15
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik
orang dalam kebenaran.Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah
diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”II Timotius 3:16-17.
Persekutuan Kaum Bapak ( PKB ) GKI Sion dok VIII yang sudah ada sejak
tahun 1990. dalam perkembangan pelayanan pada unsur PKB ini dari tahun ke
tahun sampai sekarang ini dalam ibadah-ibadah PKB terkadang volume
kehadiran tidak menentu.
Yang di maksud dengan anggota Persekutuan Kaum Bapak ( PKB ) adalah kaum

W
laki-laki atau mereka yang sudah berkeluarga baik usia muda ataupun orang tua
yang bergabung dalam satu persekutuan ibadah PKB.

D
Bapak-bapak yang ada di Jemaat Sion dok VIII adalah mereka yang datang dari
latar belakang yang berbeda pula. Persekutuan Kaum Bapak Jemaat Sion Dok

K
VIII adalah mereka yang berasal berbagai daerah atau suku, bahasa dan budaya,
baik Papua tapi juga dari luar Papua seperti suku Toraja, suku Batak, suku

U
Manado, suku Ambon dan Jawa. Namun yang lebih dominan di Jemaat Sion Dok
VIII adalah orang Papua, itu sebabnya jemaat Sion Dok VIII adalah jemaat yang
heterogen. Dikatakan heterogen karena sudah terjadi percampuran dari berbagai

@
latar belakang budaya dan status sosial yang berbeda-beda , dengan pekerjaan
sebagai : Pegawai Negri Sipil, TNI, POLRI, Pengusaha, Tukang ojek, Penjual
Pinang, Penjual Ikan, Pelaut (mencari ikan), Buruh Bangunan, Tenaga Kerja
Bongkar Muat di Pelabuhan, Sopir Taxi, dan lain-lain.
Bapak-bapak yang ada di wilayah pelayanan jemaat Sion Dok VIII dibagi dalam
masing masing Wijk.

Adapun pembagian dari masing masing Wijk sebagai berikut :

- Wijk Efrata 131 Kepala Keluarga


- Wijk betlehem 93 Kepela Keluarga
- Wijk Tiberias 130 Kepala Keluarga
- Wijk Yeriko 155 Kepala Keluarga
- Wijk Kalfari 155 Kepala Keluarga

16
Dengan demikian jumlah keseluruhan Bapak-bapak yang ada di Jemaat Sion Dok
VIII berjumlah 664 kepala keluarga, yang juga termasuk anggota Persekutuan
24
Kaum Bapak . Dari keseluruhan anggota PKB jemaat GKI Sion yang begitu
banyak namun kenyataan yang terjadi bahwa hanya sebagian kecil anggota PKB
yang aktif dalam ibadah-ibadah PKB yang diselenggarakan atau di laksanakan
didalam Jemaat GKI Sion.

B. PEMBATASAN MASALAH

W
Sebagai pelayan Firman yang telah mengabdi dalam tubuh GKI di Tanah

D
Papua selama ini melihat dan merasakan bahwa kehadiran bapak-bapak dalam
ibadah persekutuan kaum bapak sangatlah kurang sekali baik ibadah-ibadah yang

K
di laksanakan ditingkat wijk yang ada di dalam jemaat juga yang di laksanakan di
tingkat klasis. Sebenarnya kendala-kendala apa saja yang menjadi hambatan

U
dalam pelaksanaan kehadiran bapak-bapak dalam ibadah-ibadah persekutuan
kaum bapak. Menurut asumsi saya salah satu kendalah adalah karena tingkat
kesibukan kerja yang tinggi, dan juga karena lemahnya pola pendekatan badan

@
pengurus serta kurangnya tingkat kordinasi antar badan pengurus dan anggota.
Bertolak dari asumsi ini maka permasalahan yang perlu di kaji dalam penelitian
ini adalah : bagaiman GKI di Tanah Papua dalam hal ini para pemimpin di
tingkat jemaat sampai ke tingkat klasis mengajak dan mengajar warganya secara
kusus bapak-bapak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan ibadah yang di
laksanakan di dalam jemaat.
Penulisan ini dibatasi pada faktor-faktor Peran Persekutuan Kaum Bapak Jemaat
Sion Dok VIII dalam memenuhi Tri Panggilan Gereja (Persekutuan, Kesaksian,
Pelayanan Kasih) khususnya di jemaat GKI Sion Dok VIII.
Di sini penulis akan mencari penyebab dan juga mencari jalan keluar atas
persoalan ini.

24
Data statistic Jemaat GKI Sion Dok VIII Jayapura, tahun 2014

17
C. PERUMUSAN MASALAH
Persekutuan Kaum Bapak adalah bagian dari orang-orang percaya yang
terpilih masuk ke dalam suatu persekutuan yang di sebut Gereja atau Jemaat yang
kudus dan Yesus Kristus adalah kepalaNya.Sesuai dengan amat Tuhan Yesus
dalam Matius 28 : 19 – 20 dan I Petrus 2 : 9, maka orang – orang percaya
dipanggil masuk kedalam persekutuan gereja atau jemaat untuk mengajar orang
mengenal Yesus Kristus, percaya dan dibabtis. Selaku orang – orang percaya
yang dipanggil kedalam persekutuan gereja atau jemaat, kita diminta untuk
memberitakan perbuatan – perbuatan besar dari Yesus Kristus yang telah

W
memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.
Berkaitan dengan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

D
pokok masalah sebagai berikut
1. Sejauhmana pemahaman Kaum Bapak mengenai PKB serta bagaimna peran

K
yang dilakukan unsur ini demi melaksanakan Tugas Tri Panggilan Gereja?
2. Bagaimana upaya PKB dalam pembentukan fungsi strategi bagi Misi dan

U
pelayanan gereja
3. Mengapa ibadah PKB kurang berjalan lancar dan bagaimana solusinya untuk
meningkatkan ibadah PKB

@
4. Bagaimana meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab kaum Bapak bagi
pelayanan serta kesaksian di tengah-tengah masyarakat

18
D. TUJUUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Adapun tujuan dan manfaat penulisan adalah sebagai berikut:
1. Usaha untuk melihat, mempelajari kondisi-kondisi nyata di Dalam Jemaat
dalam pelaksanaan Tri tugas Pelayanan Gereja, Yaitu ; Persekutuan,
Kesaksian, dan Pelayanan Kasih dan Mencari solusinya.
2. Melihat dan menyebutkan kendala yang di hadapi di dalam Pelaksanaan Tri
panggilan gereja secara khusus di unsur PKB
3. Merumuskan alternatif pemecahan masalah secara teologis Terhadap
keberadaan unsure PKB.

W
4. Bagi anggota Jemaat khususnya PKB GKI di Papua agar dapat
memperlihatkan keberadaan unsur ini demi pertumbuhan iman dan

D
pengenalan akan kasih Kristus sebagai suatu kesaksian di tengah-tengah
kehidupan Jemaat dan keluarga.

K
Dengan demikian tujuan dan manfaat penulisan ini adalah untuk

U
mengangkat permasalahan-permasalahan sehubungan dengan rendahnya tingkat
kehadiran anggota persekutuan kaum bapak ( PKB ) dalam kegiatan ibadah di
Jemaat.

@
Salah satu syarat akademik, dalam menyelesaikan Pendidikan Program
Paskah Sarjana Megister Of Ministry (M. Min ) pada Universitas Kristen Duta
Wacana

( UKDW ) Jogjakarta.

19
E. METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mencapai ini maka metode yang digunakan adalah Metode
Deskriptif.Adapun maksud dari metode ini adalah penulis hendak memberikan
gambaran yang nyata tentang kehidupan sosial masyarakat berdasarkan fakta-
fakta yang terjadi sebagaimana adanya.25
Agar mencapai tujuan ini maka teknik yang digunakan untuk memperoleh
data adalah:
1. Observasi (Pengamatan)
Maksud dari teknik ini adalah mengumpulkan data melalui pengamatan

W
langsung kehidupan nyata Persekutuan Kaum Bapak GKI Jemaat Sion Dok
VIII Jayapura dengan segala akftifitasnya yang berhubungan dengan masalah

D
penelitian.
2. Interview (Wawancara)

K
Maksudnya ialah cara mengumpulkan data secara langsung yang
mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak secara lisan dan bertatap

U
muka (face to face) dengan narasumber (si pemberi data). 26Dan juga dengan
pihak-pihak terkait seperti melakukan wawancara dengan Majelis jemaat,
Anggota Kaum Bapak, Tokoh-tokoh gereja dan Kaum Ibu. Kegunaan dari

@
wawancara ini adalah untuk mengetahui peran serta Kaum Bapak dalam
pelayanan dan kendala yang dihadapi dalam meningkatkan Visi dan Misi
pelayanan.
3. Studi Dokumentasi
Maksudnya ialah mengumpulkan data melalui catatan atau laporan yang
pernah dilaporkan oleh lembaga-lembaga yang terkait dengan pokok
penulisan ini.
4. Studi Kepustakaan
Maksud Studi Kepustakaan yaitu untuk mendapatkan data-data secara tertulis
melalui buku-buku serta beberapa tulisan lain yang ada kaitannya dengan
permasalahan yang ada dalam penulisan ini.

25
Nawawi H. Hadan, Metode Penelitian Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta 1978, hal. 63
26
Ibid, hal. 94

20
5. Questionnaire (Angket)
Penulis memperoleh data melalui penyebaran angket yang berisi pertanyaan
yang bersifat tertutup dan terbuka. Jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu
dengan maksud supaya responden tidak memberikan jawaban lain diluar yang
sudah ada. Pertanyaan-pertanyaan terbuka dimana para responden bebas
untuk memberikan jawaban.Responden yang dimaksud adalah anggota PKB
itu sendiri.Sehingga penulis dapat menarik kesimpulan tentang persoalan
PKB GKI Sion Dok VIII Jayapura.

W
F. SISTEMATIKA

D
BAB I: Pendahuluan berisikan Latar Belakang, Pembatasan Masalah,

K
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode
Penulisan, dan Sistematika.

U
BAB II: Peran Serta Kaum Bapak dalam Mewujudkan Tri Panggilan Gereja Di
Jemaat Sion Dok VIII Jayapura, konsep GKI Papua tentang PKB,

@
PKB Jemaat Sion Dok VIII Jayapura meliputi Gambaran Umum
Jemaat Sion Dok VIII Jayapura, Profil PKB Jemaat Sion Dok VIII
sejak tahun 1990 – 2014, Pemahaman Kaum Bapak tentang PKB,
Hasil Penelitian dan Pembahasan dan Perbandingan menurut ibu-ibu
atau para istri.

BAB III: Pemahaman Teologi Tentang Peran serta PKB Dalam Kehidupan
Gereja Dan Masyarakat, berisikan Pandangan para Teolog dan
pandangan Alkitab menurut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

BAB IV: Refleksi Teologis

BAB V : Penutup berisikan kesimpulan dan saran

21

Anda mungkin juga menyukai