Anda di halaman 1dari 3

TEOLOGI PAULUS TENTANG ROH KUDUS

Di antara teologi biblis tentang Roh Kudus, teologi Paulus paling kaya dan beragam.
Paulus mengungkapkan bahwa Bapa menunjukkan kepada kita kasihNya yang tak terlampaui
dengan menyerahkan AnakNya (Rm. 8:32, 39) sampai pada salib – pusat dan titik balik seluruh
pewartaan Paulus (1 Kor. 1; Flp. 2:8). Dan salib berarti: “dibuat menjadi dosa karena kita” (2
Kor. 5:21; Rm. 8:3). Kebenaran ini mencakup segala sesuatu. Paulus tidak hanya
mewartakannya, tetapi juga hidup sendiri di tengah dan di dalamnya, yaitu sejauh ia telah
menjadi penyerahan kebapaan melulu demi orang-orangnya, semata-mata keikutsertaan dalam
derita dengan Sang Putra, dan dimampukan untuk menjadi demikian karena “kasih Allah telah
dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus” (Rm. 5:5). Sorotan kasih ini membuatnya
berkeyakinan bahwa kebangkitan serta kemuliaannya (doxa) tak terpisahkan dari salib; bahwa
kelemahan pada salib (2 Kor. 13:4) secara niscaya bermuara dalam kekuatan (dynamis)
kebangkitan. Melalui kebangkitan-Nya yang dipandang Paulus secara khusus sebagai karya Roh
Allah (Rm. 1:4; 8:11).
Mengikuti Kristus ini hanya dapat berarti bahwa kita oleh Roh yang dikaruniakan kepada
kita sebagai “jaminan” (2 Kor. 5:5) yang “datang dari Tuhan”, makin lama makin “diubah
menjadi serupa dengan gambar-Nya” (2 Kor. 3:18). Berkat dicurahkannya Roh Kudus di dalam
hati kita, berkat “dibaptisnya” kita (1 Kor. 12:13) dalam Roh itu maka sampailah kita baik
kepada pemahaman kebenaran ilahi maupun kepada kehidupan di dalamnya.
Yang paling hakiki dalam ajaran Paulus tentang Roh Kudus ialah interpretasi yang dibuat
oleh Roh mengenai wahyu Allah dalam Kristus. Roh menafsirkan wahyu itu dalam sabda
nubuat, tetapi lebih-lebih dalam seluruh eksistensi orang beriman sebagaimana secara teladan
menjadi jelas dalam eksistensi Paulus sendiri: “Aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!” (1
Kor. 4:16), “sama seperti aku menjadi pengikut Kristus” (1 Kor. 11:1; Flp. 3:17), khususnya di
mana kesusahan harus dikaitkan dengan “sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (1 Tes.
1:6). Masing-masing orang beriman seharusnya menjadi teladan baik bagi sesamanya maupun
bagi jemaat seluruhnya, sebab Roh Kudus mengajar kesempurnaan baik dalam orang perorangan
maupun dalam Gereja seluruhnya.

Pribadinya
Atribut-atribut Pribadi Roh Kudus berikut ini dibahas dalam surat-surat Paulus.
Intelek : Roh Kudus menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah (1Kor.2:10) dan
kemudian mengajarkannya kepada orang percaya (1Kor.2:13).
Kehendak. : Roh Kudus memiliki kehendak dimana di dalamnya Ia mendistribusikan pemberian-
pemberian “sesuai dengan kehendak-Nya” (1Kor.12:11). Roh Kudus memberi bukan
berdasarkan kehendak manusia, tetapi berdasarkan kehendaknya sendiri.
Emosi : Roh Kudus dapat didukakan (Ef. 4:30)
Keilahian-Nya. : Keilahian Roh Kudus terbukti dalam Ia menjadi pengantara seperti Kristus
(Rm. 8:26-27,34) dan ia mendiami orang percaya bersama dengan Bapa dan Putra (Rm. 8:9-11).
Kuasanya. : Tulisan Paulus juga meneguhkan banyak karya penting yang dilakukan Roh Kudus
sebagai salah satu anggota pentang Tritunggal.
Ia meregenerasikan : Roh Kudus membawa hidup baru kepada orang percaya (Tit. 3:5).
Ia membaptis : Roh Kudus mempersatukan orang percaya dengan Tuhan mereka dengan
menempatkan mereka ke dalam Tubuh Kristus (1Kor. 12:13).
Ia mendiami : Roh Kudus mendiami setiap orang percaya.
Ia memeteraikan.: Roh Kudus memberi tanda identitas Allah dan kepemilikan atas orang
percaya; ia adalah materai itu sendiri dan memverifikasi keselamatan mereka (Ef.1:13; 4:30).
Ia memberikan karunia.
Ia memenuhi : Roh Kudus mengontrol orang percaya pada waktu kondisi mereka dipenuhi. (Ef.
5:18)
Ia memberi kuasa : Roh Kudus memampukan orang percaya untuk hidup berdasarkan kuasa-Nya
(Gal.5:16).
Menurut Rasul Paulus “Roh” dan “tubuh” erat berhubungan: “ Ada satu tubuh dan satu
Roh” (Efs 4:4), yang ia maksudkan dengan perkataan ini ialah, bahwa Roh sebagai pemberian
Allah yang membentuk dan mengembangkan di dunia suatu persekutuan, yaitu Gereja (Efs.4:7).
Jadi gereja adalah ciptaan Roh Kudus. Ia adalah bukti yang nampak di bumi, bahwa Allah dalam
Kristus tidak membiarkan manusia hidup sendiri, tetapi menghubungkannya dengan diriNya oleh
“suatu ikatan damai sejahtera”. Ia melakukan hal-hal itu dengan jalan meniadakan rintangan:
rintangan rasial, politis, social, kultural dll, yang terdapat diantara anggota-anggotanya (bnd. Efs
2:14, 22). Oleh Roh orang-orang Yahudi, dan orang-orang bukan Yahudi, yang hidup
bermusuhan, diperdamaikan dan dipersatukan dalam satu tubuh, yaitu Gereja. Peraturan dasar
dari tubuh (gereja) ini ialah 1 Kor. 12-14. Jika kita lebih teliti dalam membaca pasal ini nyata
bahwa gereja sebagai tubuh Kristus di Korintus berada dalam bahaya. Karunia yang berbeda-
beda yang diberikan kepada anggota-anggota gereja disalah tafsirkan oleh mereka.
Ada yang menganggap karunia ini lebih mulia dan ada yang menganggap karunianya
lebih rendah. Dalam pasal 12:11 dari suratnya itu ia menjelaskan kepada mereka bahwa
“sekalipun karunia mereka berbeda-beda, tetapi semuanya dikerjakan oleh Roh yang satu dan
yang sama”. Dengan menggunakan “tubuh” sebagai kiasan dari gereja, ia katakan “kamu semua
adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” (12:27). Hal ini dapat juga
dijelaskan dengan pengertian Koinonia atau persekutuan. Pengertian ini banyak di gunakan
dalam PB sering erat di hubungkan dengan Roh Kudus. Koinonia mengandung dua realitas:
partisipasi dalam Roh Kudus dan persekutuan seorang dengan yang lain. Kalau kita mendapat
bagian dalam realitas Roh Kudus oleh firman dan sakramen kita juga mendapat bagian dalam
persekutuan dengan anggota-anggota jemaat yang lain. Hal ini berarti bahwa kita hanya bisa
mendapat bagian dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kalau kita bersedia bersekutu dengan
orang lain.

Anda mungkin juga menyukai