SKRIPSI
Disusun oleh:
Fernandus Yongki Januardi
NIM : 101124059
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
dan
Ayahanda serta Ibunda yang selalu memberi dukungan baik secara moral,
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab
(Mzm 37:37)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria
atas segala cinta dan berkat, serta kasih setia-Nya yang senantiasa membimbing
dan menyertai penulis setiap waktu, sehingga penulis dapat menyusun dan
Skripsi ini ditulis berdasarkan kesan pribadi penulis ketika selama tinggal di
lingkungan umat dalam rangka mata kuliah Karya Bakti Paroki selama lima puluh
hari, membuat penulis tergugah dan tergerak untuk membuat sebuah karya tulis
skripsi ini. Situasi umat setempat sangat mencerminkan jemaat yang dibangun
dengan baik oleh pihak paroki maupun pihak awam yang terlibat dalam hidup
serupa di tempat tinggal penulis khususnya daerah Paroki Santo Fidelis Sejiram,
pemikiran bagi umat katolik khususnya umat Paroki tempat tinggal penulis supaya
zaman.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari banyak dukungan dan perhatian
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dari
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung SJ, M.Ed., selaku Kaprodi Pendidikan
2. Dr. C Putranto SJ, selaku dosen pembimbing utama sekaligus sebagai dosen
3. Dr. B Agus Rukiyanto SJ, selaku dosen penguji kedua yang telah
4. P. Banyu Dewa, H.S. S.Ag., M.Si, selaku dosen penguji ketiga yang telah
ini.
7. Semua pihak yang telah berperan dalam proses studi, khususnya dalam
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari segala
macam kekurangan. Oleh karena itu, dengan rendah hati dan terbuka penulis
penulisan skripsi ini. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... iv
MOTTO........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................... vii
ABSTRAK.................................................................................................... viii
ABSTRACT................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR.................................................................................. x
DAFTAR ISI................................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................. xxii
DAFTAR ISTILAH xxiv
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 5
D. Manfaat Penulisan...................................................................... 6
E. Metode Penulisan....................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan................................................................. 6
BAB II. PEMBANGUNAN JEMAAT DAN TEOLOGI PRAKTIS..... 9
A. Pembangunan Jemaat adalah Paham Teologis........................... 9
1. Pembangunan Jemaat adalah masalah Iman....................... 9
2. Pembangunan Jemaat paham inti dalam Teologi Praktis.... 13
a. Allah, subjek Pembangunan Jemaat............................. 14
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Pembangunan............................................................... 39
1) Pertumbuhan dan perkembangan.......................... 39
2) Pendalaman secara spiritual.................................. 39
3) Pembaharuan......................................................... 40
4) Cita-cita................................................................. 40
c. Pembangunan Jemaat................................................... 40
3. Kepada siapa Pembangunan akan diajarkan?................... 43
BAB III PENGETAHUAN PRAKTEK DALAM PEMBANGUNAN 46
JEMAAT....................................................................................
A. Pengetahuan Praktek dalam Pembangunan Jemaat.................... 46
1. Asosiasi Bebas mengenai Paham Pembangunan Jemaat.... 46
2. Pengetahuan Praktek Pembangunan Jemaat yang Diatur 48
dan Dideskripsikan..............................................................
3. Pengetahuan Praktek Ditata Menurut Teologi Praktis........ 49
a. Praktek Pastoral dalam Bagian Disiplin Vertikal dan 49
Horisontal.....................................................................
b. Pembangunan Jemaat sebagai Susunan Disiplin 52
Pastoral yang Vertikal..................................................
1) Katekese................................................................ 52
2) Liturgi................................................................... 53
3) Poimenik (penggembalaan), pastorat perorangan, 53
pastorat kelompok, bimbingan rohani...................
4) Diakonia................................................................ 54
5) Pembangunan Jemaat............................................ 55
a) Koinonia........................................................ 55
(1) Koinonia dalam grup/kelompok 56
sosial.....................................................
(2) Koinonia lewat partisipasi dalam 56
hidup paroki..........................................
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Kontak.......................................................................... 81
c. Menciptakan Kesediaan Membantu............................. 82
d. Pilihan Strategi............................................................. 82
e. Perjanjian...................................................................... 82
2. Tahap Penelitian.................................................................. 83
a. Perspektif Aktor dan Perspektif Sistem........................ 83
b. Diagnosis...................................................................... 84
c. Prognosis...................................................................... 85
d. Petunjuk yang Membantu Prognosis............................ 85
3. Tahap Perencanaan.............................................................. 86
a. Faktor Penghambat dan Pelancar dalam Proses 87
Pengembangan..............................................................
b. Metode Kerja................................................................ 88
1) Model pakar.......................................................... 88
2) Model kerja sama.................................................. 89
3) Model aksi............................................................. 89
4) Model belajar........................................................ 89
c. Membuat Program........................................................ 89
d. Proses Pengambilan Keputusan.................................... 90
e. Catatan Tambahan: Manajemen Proyek...................... 91
4. Tahap Pelaksanaan.............................................................. 92
5 Tahap Pemantapan.............................................................. 92
BAB IV PEMBANGUNAN JEMAAT SEBAGAI TEORI ILMIAH 94
DAN REKOLEKSI UNTUK MENINGKATKAN
SEMANGAT PEMBANGUNAN JEMAAT.............................
A. Pembangunan Jemaat adalah Tindak-tanduk Religius dan 94
Imani...........................................................................................
1. Catatan Pendahuluan Pertama............................................. 94
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Daftar Singkatan
Bdk : Bandingkan
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kan : Kanon
Ket : Keterangan
MB : Madah Bakti
PJ : Pembangunan Jemaat
S1 : Strata 1
xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISTILAH
xxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
maupun kemungkinan bagi iman untuk berkembang, tergantung pada sikap yang
kita ambil terhadap modernisasi. Modernisasi itu tidak datang dari dunia Barat,
akan tetapi merupakan proses transisi yang digerakkan oleh pemerintah kita
pastoral yang berbeda dengan pendampingan tradisional yang kita alami sampai
mendapatkan status yang jelas dalam dunia Pastoral. Akhir-akhir ini dalam
hidup beriman. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengembangan Paroki dan
banyak kendala yang dihadapi. Salah satunya adalah kurangnya buku pegangan
berada dalam lingkungan awam yaitu katekis. Katekis adalah orang dipanggil
atau terpanggil untuk mewartakan ajaran Yesus. Kata katekis berasal dari kata
(Sanjaya, 2011:16).
Saat ini sebutan katekis dialamatkan kepada awam yang memiliki tugas
merupakan pengganti Para Rasul meneruskan tugas sebagai katekis. Para Uskup
tidak dapat bekerja sendiri maka dibantu oleh para Imam dalam wilayah
dan Imam yang sedikit, para Imam melibatkan awam untuk membantu tugasnya
dalam hal pengajaran dan pembinaan iman umat. Para awam inilah yang disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
katekis. para katekis awam tidak berdiri sendiri dalam hierarki Gereja karena
sifatnya yang membantu tugas Imam. Katekis yang utama dalam sebuah
Jiwa dan raga, rohani dan jasmani, harus seimbang, seperti halnya antara
gereja penting, namun lebih penting dan utama adalah membangun jemaat atau
umat. Gereja adalah umat beriman yang berkumpul sebagai komunitas. Gereja
bukanlah sekumpulan orang tapi suatu komunitas yang disatukan oleh Kristus,
maka Gereja atau umat Allah harus memiliki tujuan, visi dan gerakan yang
sama.
umatlah yang perlu diutamakan untuk menjadi paroki. Membangun gereja tidak
terlalu susah, yang paling susah adalah membangun umatnya. Di Eropa, banyak
gereja kosong bahkan dijual untuk menjadi mall atau masjid, karena jemaatnya
tidak dibangun. Maka yang paling utama dalam Pembangunan Gereja adalah
Pembangunan Jemaat.
dan misi yang sejalan, perlu diorganisasi. Maka Gereja memiliki Dewan Pastoral
Paroki (DPP). “Mengapa ada DPP?”. Sebelum Konsili Vatikan II, umat paroki
hidup tanpa ikatan, hanya tergantung pada pastor. Mereka datang ke gereja,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Suasana itu dikenal dengan istilah “Pastor Sentris”. Jelasnya, umat hanya
Gereja itu yang mau dibangun, tetapi Gereja sebagai komunitas. Gereja saat ini
sebagai komunitas tidak lagi ketergantungan pada pastor. Yang terlibat dalam
kepemimpinan komunitas adalah umat sendiri. Model ini tidak mungkin bisa
Dr. P.G. VAN HOOIJDONK. Adapun maksud dari penulisan ini adalah untuk
dasar merangkul dan mengajak umat berhimpun menjadi satu demi memuliakan
nama Allah di tengah kehidupannya sehari-hari di tengah umat, selain itu juga
pelayanannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Rumusan Masalah
praktis?
dibutuhkan?
pegangan katekis?
C. Tujuan Penulisan
yang menjadi sumber semangat katekis dalam melayani dengan rumusan sebagai
berikut:
Pembangunan Jemaat.
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
buku Pembangunan Jemaat dari buku “Batu-batu yang Hidup” karya Dr. P.G.
F. Sistematika Penulisan
Hidup, Belajar dari Buku “Batu-batu yang Hidup” karya Dr. P.G. Van
Bab II. Pembangunan Jemaat dan Teologis Praktis. Pada bab ini akan
adalah masalah Iman, Pembangunan Jemaat paham inti dalam Teologi Praktis
Jemaat dan Teologi Praktis. Bagian kedua yaitu Aspek Dasar Pembangunan
Jemaat yakni; Pembangunan Jemaat sebagai Teori atau Ajaran, Lima Aspek
Balik dan Evaluasi dan Kelompok Pendamping. Bagian terakhir bab ini yaitu
Pemantapan.
Bab IV. Pembangunan Jemaat sebagai Teori Ilmiah yang berisi tentang:
Bersama Mengamati Kebenaran dalam Situasi Konkret dan Masa Depan dan
Pengamatan Situasi dalam Terang Injil. Serta pada bagian akhir bab ini berisi
bagian terakhir yang terdiri dari Kesimpulan, Refleksi Pribadi dan Saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
Pembangunan Jemaat dewasa ini sangat aktual bagi situasi yang beraneka
ragam, terutama pada penurunan dan penambahan anggota ini dipengaruhi oleh
konteks kemasyarakatan yang aktual. Akan tetapi, sebab perubahan itu tidak
selalu jelas dan juga sulit untuk membuat prognosis mengenai nasib paroki di
Jemaat merupakan paham inti dalam Teologi Praktis dan Pembangunan Jemaat
Iman, berasal dari kata pistis (Yunani), fides (Latin) secara umum artinya
perkataan orang lain, entah dari Tuhan atau dari manusia. Persetujuan ini
berbeda dengan persetujuan dalam hal ilmu pengetahuan, sebab dalam hal
pengetahuan, maka persetujuan diberikan atas dasar bukti nyata, bahkan dapat
diukur dan diraba, namun perihal iman, maka persetujuan diberikan atas dasar
perkataan orang lain. Maka iman yang ilahi (Divine Faith), adalah berpegang
pada suatu kebenaran sebagai sesuatu yang pasti, sebab Allah, yang tidak
mungkin berbohong dan tidak bisa dibohongi, telah mengatakannya. Dan jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Maka dalam hal ini iman tidak berupa perasaan atau pendapat, tetapi
merupakan sesuatu yang tegas, perlekatan akal budi dan pikiran yang tak
tergoyahkan kepada kebenaran yang dinyatakan oleh Tuhan. Maka motif sebuah
iman yang ilahi adalah otoritas Tuhan, yaitu berdasarkan atas Pengetahuan-Nya
Kebenaran yang dinyatakan oleh Allah ini diberikan melalui Sabda-Nya, yaitu
yang disampaikan kepada kita umat beriman melalui Kitab Suci dan Tradisi
Suci, sesuai dengan yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Untuk menerima kebenaran yang dinyatakan Allah ini, diperlukan kasih karunia
kepatuhan akal budi dan kehendak kita adalah kebenaran dari Tuhan (dari Kitab
Suci dan Tradisi Suci), yang tidak mungkin salah; namun juga subyektif karena
karangan itu, mengutip dari Haarsma dalam buku Batu-batu yang Hidup karya
Dr. P.G. Van Hooijdonk, bicara mengenai “Gereja sebagai karya pembangunan
Roh Kudus” (Hooijdonk, 1996: 4). Tema ini diolahnya melalui pembangunan
Baru. Makna harafiah kata oikodomein kita jumpai dalam kata Yesus yang
bersifat nabiah dan apokaliptis (menyingkap) seperti ditulis oleh Markus: Saya
sudah mendengar orang ini berkata: Aku akan merubuhkan Bait Suci buatan
tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan Ku-dirikan (oikodomein) yang lain,
Dalam Perjanjian Lama terdengar suara kritis itu tentang kenisah sebagai
rumah Allah: Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi
adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan (oikodomein)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bagiKu, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? (Yes 66:1). Kata
kritis Nabi Yesaya ini dipakai oleh Stefanus sebelum kematiannya sebagai
Imam-imam Kepala: Tetapi yang Mahatinggi tidak diam di dalam apa yang
dengan Gereja dan menjadi istilah inti. Jemaat itu dibangun (oikodomein) dan
hidup dalam takut akan Tuhan. Paulus mengatakan kepada para tua-tua Gereja di
efesus: “Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman
menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang
dikaitkan dengan kegiatan warga Gereja yang satu dengan yang lain; dengan
kegiatan yang bersifat meneguhkan, membangun, menegur hal atau orang yang
kurang baik, menguatkan mereka yang kecil hatinya, mendukung mereka yang
(1Kor 8:1). Secara eksplisit, Paulus memakai istilah “membangun jmaat” karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
gramatikal (sebuah karakter yang berubah-ubah sesuai konteks) yang ada pada
itu aktif satu dengan yang lain, namun pembangunan itu adalah karya Roh
teologis. Paham ini mendahului semua arti yang diperoleh istilah itu dalam teori
iman kita, hingga kita dalam kegiatan manusia melihat berkaryanya Roh Allah.
Teologi Praktis membawa hal baru yaitu kaitannya dengan ilmu sosial.
Maka dalam Teologi Praktis perwujudan diri Gereja mendapat makna empiris
yang lebih luas. Lagi ada hal yang baru: dibandingkan dengan paham
dan warganya sebagai Gereja lokal. “Gereja, Sarana dan Tanda Keselamatan”
14
Pengertian itu mengandung polaritas antara karya Allah dengan karya manusia.
Gereja dihargai dan diselidiki oleh Teologi Praktis. Kata oikodome dalam
Perjanjian Lama mempunyai arti kiasan yaitu membangun rumah Israel, umat
Allah. Dalam Perjanjian Baru, istilah ini mendapat warna gerejawi. Maka
kepada berkaryanya Allah dan kita mengakui Allah sebagai asal dari
Pembangunan Jemaat. Dalam hal ini, ada perbedaan dengan teolog Barthian
Jerman yang juga mengatakan bahwa Allah membangun Gereja, namun kurang
lain juga. Akan tetapi, Pembangunan Jemaat harus bertolak dari pertanyaan
15
Pembangunan Jemaat manusia adalah sesama subjek dengan Allah. Masih ada
Dalam tata Gereja yang baik, jabatan berfungsi sebagai pelayanan. Akan
tetapi, sebagaimana yang dialami sesudah Konsili Vatikan II, Umat Allah masih
harus menempuh jalan panjang sebelum cita-cita emansipasi itu terwujud pada
terjangkau pada jemaat beriman lokal yaitu jemaat dan paroki. Pada jemaat
Masih sering diidentifikasikan dengan uskup dan para imam. Akan tetapi, hal itu
mendapat kritik banyak juga. Struktur hierarkis yang sehat tidak usah
16
seorangpun dapat meletakkan dasar pembangunan selain dasar yang sudah ada
meninggalkan ayah ibunya termasuk Yesus akan tetapi, juga mereka yang
kelompok kerja dan lain badan paroki. Partisipasi yang aktif itu merupakan
Jemaat sebagai objek sudah kita jumpai dalam Perjanjian Lama: “aku
akan memulihkan keadaan Yehuda dan Israel dan akan membangun mereka
seperti dahulu” (Kis 9:31). Membangun jemaat berarti membangun umat Allah.
Dalam Perjanjian Baru Umat Allah ini mendapat wujud sebagai Gereja setempat
17
yang dibangun di atas para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus
sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi
tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam
Tuhan kamu juga ikut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di
dalam Roh (Ef 2:19-22).
Objek ini adalah Jemaat orang beriman lokal. Tetapi orang perorangan secara
pribadi disapa juga seperti kita baca dalam surat Petrus (1Ptr 2:4-5a).
Jemaat lokal berdiri atas kehendak ilahi dan adalah persekutuan orang-
orang kudus yang dipanggil dari dunia, untuk menyatakan kesetiaannya kepada
Tuhan Yesus Kristus, dan yang bersama-sama dipanggil untuk suatu tujuan.
'Bersama-sama dipanggil untuk suatu tujuan'. Hal ini jelas menunjukkan, bahwa
Untuk memahami misi jemaat lokal, kita harus ingat bahwa misinya itu
adalah bagian dari misi Gereja. Misi jemaat lokal di Yogyakarta tidak berbeda
dengan misi jemaat lokal di Medan atau di Bangkok atau di Amerika. Perintah
dan isi misi itu sama. Namun cara setiap jemaat lokal menanggapi mandat ini
jemaat tidaklah dimaksudkan terutama untuk hal itu. Tentu kesadaran orang
Kristiani terhadap masalah sosial, politik, dan ekonomi menjadi pelik (tidak
biasa) dan bangkit oleh ajaran dan pemberitaan Injil, sehingga mereka peka
mencegah pembusukan. Kita juga, sebagai murid Kristus, harus bersikap tegas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tapi hal ini sekali-kali tidak berarti bahwa jemaat lokal harus
menentang kejahatan dalam bentuk apa pun, Ia tidak pernah mengarahkan atau
untuk menentang pemerintah Roma, atau ke dalam gerakan sosial melawan para
tokoh agama Yahudi. Menjadi garam dunia adalah bagian dari pemuridan
Kristen yang dituntut dari setiap warga jemaat lokal. Namun menggarami dunia
bukan merupakan bagian dari Amanat Agung yang Kristus berikan kepada
seluruh gereja-Nya.
penderitaan di dunia ini. Dan jemaat wajib terlibat berkorban untuk melayani
perintah ini, setiap warga jemaat lokal wajib memperhatikan kebutuhan jasmani
masyarakat sekitarnya. Jemaat sebagai satu kesatuan yang utuh wajib terlibat
dalam upaya mencukupi kebutuhan mereka. Hanya melalui pelayanan nyata dan
19
sosial adalah sama. Hal itu tidak benar dan tidak alkitabiah. Alkitab mengajarkan
betapa hal yang rohani jauh lebih penting dari pada yang jasmani dan yang
dan yang menuntut kita kepada hidup persekutuan dengan Allah dan taat kepada
jemaat-Nya adalah yang terpenting. Hal itu sekali-kali tidak dapat dianggap
'semua bangsa' (Matius 28:19); 'segala makhluk' (Markus 16:15); 'segala bangsa'
(Lukas 24:47); 'ke dalam dunia' (Yohanes 17:18); 'ke ujung bumi' (Kisah 1:8).
Kristen itu harus serentak dilakukan di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan di ujung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bumi. Jemaat yang punya kemampuan tapi tidak melibatkan diri dalam upaya
bahkan sampai ke ujung bumi'. Warga yang ideal dari suatu jemaat lokal peka
yang tulus. Kendati demikian keprihatinan sosial dan penginjilan tidaklah setara
dan sama. Dalam misi jemaat lokal, penginjilan (yakni penginjilan pada
gereja untuk memberitakan Injil seutuhnya kepada dunia. Gereja adalah pusat
tujuan Allah dan sarana yang dipilih Allah untuk menyebar-luaskan Injil'.
Misi jemaat lokal tidaklah melulu pemberitaan Injil. Dalam misi itu tentu
21
masyarakat, kepada siapa Injil itu diberitakan. Misi jemat lokal ialah penginjilan
Beberapa di antara mereka berasal dari Kirene dan Siprus. Mereka ke Antiokhia,
mengabarkan Injil dan mendirikan jemaat di sana. Inilah pola misi yang
di mana belum ada jemaat. Jemaat adalah pusat tujuan misi Allah. 'Supaya
Jemaat adalah tanda dan 'panjar rasa' dari Kerajaan Allah, yang menjadi
tujuan akhir dan harapan kita. Kerajaan Allah bukanlah kerajaan Utopia yang
yang lazim. Kerajaan Allah adalah Kerajaan rohani, yang bertumbuh bila jemaat
melalui campur tangan Allah yang supra-alami, Kerajaan Allah dalam ujudnya
Dalam hal ini kita hanya membicarakan penginjilan lintas budaya, dan
Sekelompok masyarakat dengan bahasa, budaya, etnis atau sosial yang berbeda,
bukan saja ada di daerah pegunungan, hutan dan lembah terpencil, tapi juga di
kota-kota besar dan kecil. Misalnya, orang Sindhis di kota-kota India. Mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
berdagang. Memang, beberapa orang Sindhi telah menjadi Kristen, tapi sampai
sekarang, di manapun di dunia ini, belum ditemukan satu pun jemaat Kristen
Sindhi. Hal yang sama terjadi pula di Indonesia. Masyarakat Suku Sakai, Suku
Sasak, misalnya, masih belum terjangkau Injil. Demikian juga pedagang Cina di
Pengertian yang benar dan alkitabiah akan menolong kita mengerti misi
alkitabiah. Jemaat lokal merupakan sarana untuk memasuki misi lintas budaya.
Tujuan seluruh tugas misi adalah untuk mendirikan dan membina jemaat. Tugas
misi lahir dari keprihatinan orang percaya akan pertumbuhan dan kesempurnaan
gereja universal milik Kristus. Untuk mencapai pelayanan misi yang efektif,
maka misi harus berpusat pada jemaat. Tujuan utama misi adalah untuk
Jemaat – melalui dan melewati jemaat lokal ini – mengarahkan diri kepada
Lama dan Perjanjian Baru. Karya penyelamatan itu tertuju kepada manusia.
23
sadar akan pernyataan kasih Allah kepada dunia itu dan sering
terhadap yang lemah, yang tertindas, yang ada dalam keadaan bahaya
(Hooijdonk, 1996: 13). Bagi jemaat Perjanjian Baru, keadilan Allah dan
persekutuan Allah dengan manusia dalam Yesus Kristus mendapat wujud yang
serba baru dan unik. Tidak hanya dalam diri Yesus Kristus, tetapi juga dalam
diri manusia sendiri. Dalam Yesus Kristus telah datang Hidup baru di dunia ini.
Yesus. Para pengikut Yesus yang dipersatukan dalam jemaat lokal, telah belajar
melihat diri sebagai awal peristiwa eskatologis tadi yang dimaklumkan oleh
keselamatan bagi dunia dan juga “Gaudium et Spes” yang menekankan bahwa
lewat jemaat lokal dan dalam serta lewat sejarah manusia yang aktual.
melainkan di dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
diwujudkan di sini dan sekarang, dalam jemaat paroki. Tujuan umumnya – yaitu
mengantarai keadilan dan kasih Allah – paling sedikit secara historis dan
kultural perlu dirumuskan kembali dengan lebih seksama. Perlu juga membuat
kriteria yang jelas untuk dapat menguji dapat tidaknya paroki menjangkau
tujuannya.
keadilan dan kasih Allah. Maka tolok ukur bagi pertumbuhan jemaat ialah kalau
jemaat diperkuat sebagai tanda dan sarana keadilan serta kasih bagi dunia. Kalau
25
Tujuan itu eskatologis. Maka tujuan akhir Pembangunan Jemaat tidak saja
yang dihadiahkan Allah kepada kita seperti diungkapkan oleh Kitab Suci Wahyu
21:2.
dan dikendalikan oleh Roh Kudus: “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh”
(1Kor 12:4).
yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan” (1Tes 5:19-22)
pemahaman yang benar, apa makna awam secara Alkitabiah, warga Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sebagai umat pilihan Allah sendiri. Dengan demikian sebenarnya baik awam
maupun pelayan yang ditahbiskan di hadapan Tuhan adalah sama, tidak ada
yang lebih tinggi atau rendah. Warga Gereja haruslah menyadari pangilannya
sebagai awam. Apapun pekerjaan dan profesinya haruslah dipahami dan dijalani
sebagai pannggilan Tuhan atas dirinya. Oleh sebab itu sudah sewajarnya
profesinya, tidak hanya berorientasi pada keuntungan materi semata. Selain itu,
awam juga harus mewujudkan etos (semangat kerja) yang berorientasi pada
prestasi, kerja keras, dan sikap yang benar terhadap materi. Karena itu semua
kesaksian hidup dan imannya bahkan menjadi garam dan terang dunia. Bagi
awam tidak ada pemisahan kegiatan dalam dunia sekuler maupun ibadah minggu
di gereja, karena semuanya itu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab
di Masa Kini
beraneka ragam. Ada dua situasi: yang satu situasi dalam mana anggota jemaat
27
tempat dimana jemaat bertambah dan di Eropa Barat terdapat penurunan anggota
yang kompleks, yang tidak begitu saja dapat dideskripsikan dengan kategori
kuantitatif seperti besar-kecil atau dengan kategori partisipasi oleh banyak atau
sedikit orang. Maka terlalu simplistis kalau kehidupan paroki di Indonesia kita
jadikan contoh bagi paroki di Eropa Barat. Akan tetapi terlalu simplistis juga
Maka itu Pembangunan Jemaat senyatanya harus dimulai dari kultur atau
umat kristiani yang saat ini khususnya yang ada di Indonesia memiliki keunikan-
keunikan tersendiri yang tidak bisa disamakan dengan umat Kristiani di luar
liturgi Kristiani. Hal ini merupakan sebuah keunikan dan pembaharuan umat
katolik Indonesia supaya semakin mendekatkan diri pada Allah lewat berbagai
macam budaya dan tradisi yang berbeda-beda ditiap suku atau ras.
melainkan juga persekutuan beriman dalam mana teologi lokal diciptakan. Oleh
28
tidak sama, misalnya di Jerman, Belanda dan Amerika. Hal itu disebabkan tidak
hanya karena Amerika berbeda dengan Jerman dan Jerman berbeda dengan
universal ke “daerah misi” dan tidak menyadari bahwa mereka membawa iman
Kristiani yang telah mendapat bentuk yang spesifik di Eropa Barat. Misalnya
dengan situasi setempat. Hal yang sama terjadi dengan organisasi jemaat
Sebetulnya desa dan daerah merupakan kesatuan alami yang lebih cocok
besar terhadap hidup Gereja dari pada seorang imam yang dikirim dan diangkat
cepat, kata para pakar di Indonesia; sedangkan nilai sosial yang baru belum
mendarah daging.
untuk mendirikan paroki personal, atau dengan istilah kita paroki kategorial.
Rumusan Hukum Gereja sangat luas. Maka paham paroki bisa dikenakan pada
29
merupakan paham dasar: jemaat, umat atau sebagian dari umat. Tambahan
kategorial” dari pada dulu. Pembangunan adalah istilah yang digunakan untuk
pembangunan Gereja.
ekumene antara orang beriman Protestan dan Katolik. Dengan istilah ini juga
mau digaris bawahi keimanan para warga jemaat serta partisipasi semua orang
beriman itu dan mendorong partisipasi semua umat pada reksa pastoral, perlu
dicari gaya kepemimpinan baru bagi imamat khusus, yaitu gaya kepemimpinan
faktor terutama yang paling jelas terlihat adalah menjadi umat beragama dalam
30
umat katolik terkadang merasa canggung dan ragu untuk berkembang. Maka itu
kemajuan umat dan keberanian umat untuk menyatakan imannya. Tidak harus
beragama lainnya, namun cukup dengan bisa membaur dan menjadi satu sebagai
umat katolik yang toleransi namun bangga dengan berbagai macam perbedaan
melihat segi nyatanya keadaan umat katolik sebagi minoritas kemudian baru
puncaknya.
Menurut Dr. P.G. van Hooijdonk ada tiga pertanyaan yang memenuhi
Pembangunan Jemaat itu penting? Apa Pembangunan Jemaat itu? Kepada siapa
Teologi Praktis, antara lain oleh majalah Concilium dan oleh Institut untuk
31
Gereja.
dan kebudayaan contohnya di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Yang dicari
ialah penyesuaian hidup orang kristiani dibasis dengan kebutuhan jaman ini.
imamnya kurang.
berkembang dengan pesat; yang dicari ialah bentuk baru bagi hidup
32
Brasil; demikian pula bagi sistem lingkungan atau wilayah sebagai subbagian
menuntut waktu dan kesabaran dari yang bersangkutan. Di Eropa Barat terjadi
orang banyak.
pengaruh Konsili Vatikan II. Konsili itu mempunyai arti besar bagi
pembangunan intern Gereja Katolik Roma. Kiranya teks Konsili diseleksi sesuai
dengan selera, kebutuhan, dan keiginan pribadi para teolog, pemimpin Gereja,
dan orang beriman yang aktif. Diantara interpretasi yang berbeda itu ada yang
bertanggung jawab; Konstitusi tentang Gereja terbuka terhadap nilai hidup yang
33
dan berharap akan adanya orang yang berani merumuskan opsi-opsi sesuai
teologis
bawah. Mengutip dari Jacobs, hal yang sama dapat dibaca: “Konsili Vatikan II
tidak mau berbicara dari atas, melainkan ingin menyuarakan iman yang hidup di
kebebasan berdikusi dalam Gereja. Kebenaran yang mutlak dan kebenaran yang
tidak bisa diganggu gugat, sedikit banyak ditinggalkan. Perhatian untuk Kitab
Suci dan ajaran para bapa Gereja menjadi lebih besar. Yang paling penting
adalah kesadaran Konsili bahwa Gereja tidak terpisah dari dunia, melainkan
dibangun dari bawah.; “Inspirasi baru, dari bawah lebih dipentingkan dari pada
sendirinya berarti paham Gereja sebagai misteri yang berkembang dari bawah,
terjamin dalam konsensus bersama dari pada dalam gaya kepemimpinan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
otoriter. Eklesiologi mengimani bahwa Roh Allah tidak hanya bekerja dalam
Gereja melalui para pejabat gerejawi, tetapi juga melalui karisma yang ia
eklesiologi dari bawah dan ungkapan ajaran Gereja yang resmi, secara empiris
dinamika itu.
orang awam dengan pejabat dalam gereja diatur dalam Kanon 208. Partisipasi
tiap orang beriman dalam tritugas Kristus diutamakan. Akan tetapi, kewajiban
mereka lebih berat dari haknya. Orang beriman wajib menghormati dan menaati
kewajiban terhadap orang beriman. Seharusnya diolah secara yuridis sifat khas
Gereja (LG 24). Harapan yang ditimbulkan oleh teks Konsili hilang dalam
Betapa besar kritik terhadap Kodeks, namun harus diakui bahwa melalui dan
35
dengan baik akan mengikut sertakan teologi dalam berfikir serta bertindak-
tanduk tidak hanya secara retrospektif melainkan juga secara prospektif. Dengan
dalam Gereja Kotolik ialah Sinode Bersama Para Diosis di Republik Federasi
Jerman Barat tahun 1976 yang bertemakan: “Harapan Kita – Pengakuan Iman
monopolisasi jabatan imamat, yang memusatkan karya Roh dalam jabatan uskup
dan imam. Pendapat itu bertentangan dengan ajaran Vatikan I dan II (Hooijdonk,
36
Dari kedua pasan di atas terlihat jelas akan adanya kedua perbedaan yang
mencolok. Dari sinode Jerman menekankan seluruh orang beriman untuk ikut dan
ambil bagian harus terlibat atau dilibatkan dalam pembaharuan hidup Gereja,
artinya tanpa terkecuali harus ambil bagian dengan segala kekuatan dan
menutup diri. Sedangkan dari ajaran Vatikan I dan II lebih menekankan Roh
Kudus sebagai penggerak lewat jabatan imamat dan berharap dengan adanya
kaum hierarkis dapat menjadi pembaharuan bagi umat Allah. Jelas hal ini sungguh
Dari kedua hal tersebut tidak baik jika hanya mengandalkan satu sumber
saja sebagai cara untuk pembaharuaan jemaat Gereja, tetapi dapat diambil
kesimpulan bahwa semua yang percaya kepada Allah akan membuat sebuah
pembaharuan kearah yang lebih baik. Tetapi para kaum hierarkis juga harus
berada di tengah umatnya untuk jadi penggerak bukan lagi sebagai monopoli
seperti yang ada dalam pembahasan di atas namun sebagai yang utama menjadi
37
dalam diri orang beriman. Dinamikanya tergantung pada keterbukaan jemaat dan
itu, Pembangunan Jemaat penting sebagai tempat dimana orang beriman dapat
belajar.
pada paroki. Istilah paroki dipakai pertama-tama untuk paroki teritorial, namun
selanjutnya untuk setiap bentuk reksa pastoral personal bagi kelompok sosial
tolak paroki teritorial meliputi semua orang beriman dalam teritorium (cakupan
pemuda, buruh, orang miskin. Atas dasar ini paham paroki masih bisa diperlebar
lagi.
seakan-akan hanya aspek kelembagaan dan yuridis saja yang menjadi penting.
Menurut Kodeks lama, paroki adalah daerah pemeliharaan jiwa yang diserahkan
kepada pastor. Menurut Kodeks baru paroki adalah jemaat orang beriman
tertentu. Pergeseran makna dari daerah ke jemaat sangat penting artinya. Paroki
38
Dalam keuskupan, paroki diakui sebagai semacam kesatuan umat yang khas juga
(sui iuris) dan tidak merupakan cabang keuskupan. Akan tetapi, sekalipun paroki
paroki hanya mempunyai hak konsultatif dan ketuanya adalah pastor. paroki
dipakai pada jemaat beriman lokal sebagai bentuk yuridis (secara hukum) dan
gereja. Namun demikian, paroki teritorial, karena bersifat global tidak bisa
memenuhi semua tuntutan dan tantangan dari kelompok dan orang dalam
sekitarnya. Paroki teritorial saya lihat sebagai kenyataan yuridis dan empiris
Istilah jemaat lebih teologis dan lebih dekat pada pengertian paguyuban,
39
orang beriman terjadilah ekklesia (menjadi jemaat), dalam arti kata sepenuhmya:
kalau orang menyadari adanya struktur hierarkis gereja, justru timbullah istilah
seperti basis atau jemaat basis. Jemaat mendapat nada kritis: jemaat lebih cocok
b. Pembangunan
ilmu sosial mempunyai skala arti yang luas yang pada intinya berarti membuat
sebuah atau segala sesuatu dari awal hingga tahap akhir yaitu finishing.
yang luas dan mendalam; menuju keterbukaan kedalam dan keluar terhadap
kebutuhan manusia; ke jemaat beriman yang lebih tinggi dalam relasi antar
dan pertumbuhan semacam ini dapat ditingkatkan melaui proses pembinaan dan
pendidikan.
40
3) Pembaharuan
mengarahkan tindakan Gereja menuju masa depan; sebagai tolak ukur dan arah
4) Cita-cita
c. Pembangunan Jemaat
beriman berarti paroki teritorial. Pembangunan ialah campur tangan aktif atau
paroki secara sistematis metodis. Dari sudut teologis saya pandang proses
41
mengikuti norma yang berlaku bagi jemaat lokal yaitu: perantaraan kedatangan
eskatologis Kerajaan Allah dalam keadilan dan cinta kasih. Mengingat aspek
(unsur-unsur yang saling kait-mengait menyatu) yang ada dan berlaku dalam
memadukan tugas-tugas yang telah ada itu agar menjadi satu kesatuan gerak.
Pembangunan Jemaat lebih luas dari itu semua, juga lebih luas dari membangun
42
melihat Gereja dari dua sisi, sisi masa kini sebagai suatu kenyataan apa adanya,
dan sisi masa depan yang dicita-citakan sebagai suatu harapan. Hal ini dilakukan
agar Gereja semakin setia menjalani kehidupan dan karyanya sesuai dengan
di mana Gereja hidup dan berkarya, sehingga visi dan misinya itu menjadi visi
cita-cita menjadi Gereja Yesus Kristus, berangkat dari Gereja secara konkret,
apa adanya, menuju Gereja yang dicita-citakan sesuai kehendak Kristus dalam
Pembangunan Jemaat mengolah sumber daya yang dimiliki oleh Gereja (orang-
perubahan itu kecuali didasari oleh penghayatan iman dan pengetahuan teologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
seperti dikembangkan dalam ilmu Manajemen Gereja. Perubahan itu juga tidak
dan tahap pemantapan. Lebih lanjut upaya perubahan itu tidak hanya dilakukan
oleh para pemimpin Gereja atau orang-orang tertentu dalam Gereja, melainkan
timbal balik dengan masyarakat di mana Gereja hidup dan berkarya, agar Gereja
mampu mewujudkan hidup dan karyanya sebagai Gereja Yesus Kristus di dunia
ini.
sesama subjek itu. Orang beriman hanya dibedakan menurut kharisma yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dibagi-bagi oleh Roh dan menurut jabatan serta pelayanan kepemimpinan yang
Perlu dilihat dan mengakui bahwa dalam kenyataan dewasa ini tidak hanya
Orang awam yang diketahui cakap, dapat diangkat oleh Gemabala rohani
untuk mengemban tugas dan jabatan grejawi, yang menurut ketentuan
hukum dapat mereka pegang (228, 1). Orang yang unggul dalam
pengetahuan, kearifan dan peri hidupnya, dapat berperan sebagai ahli
atau penasiha, juga dalam dewan-dewan menurut norma hukum, untuk
membantu para Gembala Gereja (228, 2)
karena katekis memiliki ruang gerak yang lebih luas dan selain itu pula katekis
berbeda dari pada prodiakon yang lebih besar pada pelayanan berdasarkan
pendidikanyaitu menjadi seorang guru. Dengan ruang gerak yang cukup luas ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Pembaharuan bagi umat-umat katolik yang tidak mampu di jangkau oleh kaum
hierarkis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB III
praktek Pembangunan Jemaat. Yang dapat menjadi subjek pengetahuan ini ialah
pasif dan ilmuan yang mengatur kesan-kesan mengenai praktek – walaupun dari
agak jauh. Dalam pengetahuan praktek dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:
pertama, asosiasi bebas yang timbul pada orang beriman kalau mendengar istilah
Jemaat yang diatur dan dideskripsikan. Ketiga, pengetahuan prakter yang diatur
asosiasi yang berasal dari orang beriman di tempat yang berbeda-beda seperti,
serta kelompok kerja dengan kelompok lain di luarnya. Dari asosiasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
terkumpul ini jelaslah bahwa struktur mendapat perhatian lebih besar dari pada
menolong jemaat menjadi orang beriman yang lebih insaf dan dewasa. Ada
asosiasi yang menunjukan hanya satu macam kegiatan, yang biasanya kita sebut
dengan pendidikan kader. Dan ada asosiasi yang berbicara tentang jemaat yang
berarti bahwa gedung Gereja tidak lagi dianggap perlu. Orang beriman tetap
yang mempersatukan orang beriman satu dengan yang lainnya. Partisipasi awam
pada tanggung jawab atas Gereja serta kegiatannya makin dianggap perlu dan
layak. Layak, oleh karena kesadaran diri dan kedewasaan awam makin
bertumbuh. Perlu, karena jumlah pastor, kini dan di masa depan, tidak
48
interen antara pastor dan para aktivis awam (misalnya dalam hal hak dan
iman mereka sendiri, pembentuka kader dan dengan tugas yang perlu mereka
Dideskripsikan
Pembangunan Jemaat, apa cara kerjanya dan hasil mana yang dapat diharapkan
dari padanya. Pengetahuan praktek ini bersal dari praktek dan diuji dalam
praktek, pengetahuan ini tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang sudah
mempunyai pengalaman praktek, melainkan juga bagi yang dengan cara lain
atau dipopulerkan. Sering juga artikel itu sudah membuktikan manfaatnya untuk
Para pemakailah yang menjadi penilai definitif. Mereka menentukan apakah ada
49
nivo pembentukan teori yang lebih tinggi. Diperlukan insight (wawasan) lebih
dengan kata lain: perlu masuk nivo (tantaran/jenjang) berpikir yang lebih tinggi,
mengolah teori-teori yang diperoleh dari ilmu teologi dan ilmu sosial untuk
Pengetahuan Praktek ini dapat menjadi titik tolak yang penting bagi
50
secara kritis dan mencegah agar: homiletik tidak menjadi retorika saja, kateketik
tidak menjadi didaktik saja, poimenik tidak menjadi pisikologi pastoral saja,
bahwa disiplin itu berfungsi sebagai Gereja dan berperan secara pastoral, atau
berfungsi dan berperan dalam setting gerejawi. Kesamaan itu tidak lagi ekslusif
organisasi atau struktur praktis teologis. Maka Firet mau menekankan sifat
Semua cara dalam nama Allah mengkomunikasikan diri dalam Sabda-Nya dan
untuk mengantarai Sabda itu dapat menjadi garis horisontal (Hooijdonk, 1996:
51).
Teologi Praktis tidak lagi dimengerti sebagai teori teologis tentang pastor
saja. Juga tidak lagi sebagai teori tentang perantaraan Kabar Keselamatan oleh
Gereja saja. Maka Pembangunan Jemaat dapat berfungsi sebagai garis horisontal
yang menghubungkan beberapa disiplin patoral. Dalam arti ini, Firet bicara
51
Teologi Praktis hanya ada disiplin pastoral sebagai vak (bagian) vertikal. Namun
Praktis dan Ilmu Sosial. Diagram berikut dapat menolong untuk lebih
Pembangunan Jemaat
evangelistik
Homiletik
Kateketik
Poimenik
apostolat
diakonia
Liturgik
b. sibernetika
a. koinonia
digambarkan secara vertikal saja melainkan juga secara horisontal. Hal itu
berarti bahwa: dimensi spiritual, yang termaktub dalam paham oikodome, mau
bahwa semua kegiatan pastoral mengikuti patokan dan tatanan komunikasi serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
vak horisontal. Homilitik dan kateketik memiliki garis horisontal juga, tetapi
1) Katekese
sebagai pembawa utama katekese itu. Itulah sebabnya juga semakin pentinglah
kalau warga paroki diaktifkan dalam proses sosialisasi Gereja. Katekese Dewasa
atau Pendalaman Iman atau Aksi Puasa dipakai untuk kelompok dalam mana
jawabnya sebagai Gereja bagi masyarakat yang dekat dan jauh. Bentuk katekese
bantuan ahli-ahli dari pada dulu, karena era modernisasi masuk kedalam bidang
kateketik pula. Namun, tetap ada kelompok yang dibentuk dari bawah oleh
diterbitkan banyak bahan dan diadakan banyak kursus serta pekan studi untuk
53
2) Liturgi
Pada jaman dahulu, hanya pastor saja yang bertugas dalam liturgi,
menurut ritual yang ditentukan dari atas sampai yang terkecil sekalipun.
Sekarang ini, orang awam mendahului dalam doa, berfungsi sebagai lektor,
dapat mencocokkan diri satu sama lain dan dapat bekerja sama. Tidak semua
warga paroki siap untuk menerima perubahan, betapapun bagusnya. Hal ini
bimbingan rohani.
konseling). Disiplin ini kiranya lebih dikenal dikalangan Protestan dari pada
mencari bagaimana dalam sekularitas yang menjadi cirikhas awam. Dewasa ini
54
Tidak lagi ada banyak pastor yang dapat mengunjungi umatnya dari rumah ke
rumah secara sistematis dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Namun,
sedang berkembang sistem orang kontak atau kelompok kontak. Mereka ingin
4) Diakonia
dokumen Konsili Vatikan II, pelayanan ini dipandang sebagai bidang kerja
khusus kaum awam. Akan tetapi, kerja sama dan hubungan timbal balik antara
melainkan juga mengharapkan agar ada imam dan religius yang mendahului
karena faktor resiko bagi mereka yang tidak berkeluarga lebih kecil dari pada
55
diakonia merupakan unsur dalam semua kegiatan vertikal yang lain. Maka
diakonia merupakan juga garis horisontal: baik dalam liturgi maupun dalam
mengikuti Injil. Yang paling pokok dalam Kerajaan Allah ialah orang miskin.
Diakonia adalah panggilan setiap orang beriman terhadap semua orang di dunia.
Diakonia tidak menggiatakan terlalu banyak warga paroki. Namun, ada faktor
yang menyebabkan hal itu : (i) kalau sifat minoritas terlalu ditekankan, sehingga
umat terlalu defensif; (ii) kalau dalam negara, etatisme (paham yang lebih
mementingkan negara dari pada rakyatnya) sangat kuat dan pihak penguasa
5) Pembangunan Jemaat
dibagi atass dua bagian: pertama, koinonia atau pembangunan persekutuan dan
a) Koinonia
satu sama lain. Di atas, dibicarakan orang kontak, fungsi itu sering dijalankan
oleh ketua lingkungan. Mereka ingin membawa paroki dekat kepada umat.
56
kecil. Perlu memperkecil skala: tidak hanya agar jemaat dapat mendekat dan
rukun, melainkan juga agar mereka dapat berpastoral dengan lebih efektif. Baik
keakraban. Di dalamnya ada rumusan tujuan bersama dan pembagian tugas yang
disepakati bersama atas dasar kebutuhan yang langsung dirasakan. Proses awal
bagi kelompok yang mulai dibentuk biasanya berlangsung lama, penuh keragu-
paroki.
Koinonia berarti bahwa warga paroki merasa semakin akarab dan dekat
sebagai warga paroki. Usaha melibatkan semakin banyak jemaat dalam hidup
paroki dapat merupakan „policy‟ paroki sehingga partisipasi jemaat itu menjadi
tujuan. Koinonia lebih mudah tercapai pada nivo makro (kring, blok, kelompok
basis dan lain sebagainya). Dalam skala kecil lebih mudah bagi orang beriman
57
Paroki adalah organisasi hidup gerejawi pada nivo meso sosial. Hampir
anggota. Namun, selama paroki memiliki sarana finansial yang cukup dan
pemimpin yang baik, hal itu dapat berlangsung terus walaupun anggota hampir
tidak ada lagi. Penting membangun struktur paroki, dimana terus-menerus dijaga
tidak hanya relasi formal melainkan juga relasi koinonial antara nivo
kepengurusan. Dalam struktur kerja ada tiga unsur yang diolah yaitu pembagian
memperhatikan: relasi tujuan paroki, mengatur relasi antara orang dan badan
1996: 60).
pastorat (penggembalaan) dari pada tujuan dan kegiatan yang ada hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Horisontal
tiap-tiap disiplin pastoral yang lain. Kegiatan pastoral sebelumnya diatur secara
satu sama lain dalam saat hidup yang sulit. Kedua, penyadaran dan pendalaman
yang pribadi dan religius lewat pelbagai proses instruksi serta pembagian
yang keempat, kesaksian bersama dan perayaan bersama tentang Kabar Gembira
pembentukan kebijakan dan keputusan. Kerja sama dan organisasi itu terjadi
pada garis horisontal. Namun, akan terjadi juga pada masing-masing garis
59
dan katekese jelas dalam perayaan Ekaristi. Dalam perayaan sakramen selalu ada
Gereja pada hari Minggu masih sering merupakan oasis bagi jemaat, yang
diadakan dalam situasi tertentu, terhadap kebutuhan jemaat dan terhadap konteks
dapat dilihat bahwa komunikasi dan organisasi itu sedang mencari jalan baru
1) Kaderisasi
jawabkannya. Hubungan dengan pastor yang diangkat uskup sering kabur dan
sering belum ada, seleksi belum ada atau belum ada kriteria seleksi. Sering
awam di Gereja setempat telah mengubah baik peran pastor maupun peran
warga paroki. Pastor tidak lagi orang yang memegang segala-galanya dalam
awam di paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Jika lebih banyak orang beriman menjalankan fungsi pastoral (dan tidak
selalu tersedia) maka dari pastor diharapkan tugas baru yang dahulu tidak
Peran warga paroki juga: berubah tidak hanya oleh karena warga paroki menjadi
anggota dewan dan klompok kerja atau oleh karena ia menjalankan salah satu
hidup berparoki.
2) Dewan-dewan
di samping dan dalam hubungannya dengan tanggung jawab pastor yang sampai
saat itu sering dipikul oleh pastor sendiri, berkembanglah badan atau dewan
kebijakan berarti bahwa warga dewan itu harus memikirkan hari depan,
mendahului apa yang dipikirkan oleh orang banyak; harus mengambil keputusan
61
Teologi Praktis
cocok sekali dengan pandangan para ahli Teologi Praktis; mereka membedakan
garis horisontal yang melintasi semua garis pastoral vertikal. Garis horisontal itu
timbal balik antara teori dan praktek. Asosiasi adalah membuat pertalian antara
masih dalam bentuk yang sederhana, namun hasil ini sudah merupakan ajaran
Pembangunan Jemaat. Dapat dikatakan juga bahwa pengertian dan norma itu
bertindak terarah pada tujuan dan hasil serta bertindak secara proses,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
lebih bersifat teologis seperti: bertindak tanduk imani, jemaat beriman lokal,
umat Allah.
gerejawi, situasi aktual dan lokal di tempat jemaat berada, sifat dan kaidah
intervensi yang mau diadakan sehingga jemaat beriman dengan lebih baik
Pembangunan Jemaat itu harus dapat diuji dengan apakah legitim menurut
norma dan pengertian teologis dan apakah efektif menurut penelitian empiris
Jemaat.
Ada lima aspek dasar Pembangunan Jemaat yaitu bertindak imani dan
rasional, bertindak fungsional terarah kepada tujuan dan hasil, bertindak menurut
bertindak rasional, tersirat aspek bertindak fungsional dan terarah pada tujuan
serta hasil dan sebagainya. Bertindak fungsional mencakup penataan waktu dan
sebaliknya. Demikian pula unsur lain dapat dikaitkan dengan keseluruhan dan
antar mereka sendiri. dalam Pembangunan Jemaat sekarang, kelima aspek inilah
63
bertindak imani dan bertindak rasional, antara bertindak mengimani karya Roh
Kudus dalam Gereja dan yang merasa diteguhkan oleh tradisi yang diwariskan
merancang dan menguji metode serta sarana untuk mencapai hasil yang sebaik
mungkin.
1) Fungsional
yang baik tentang pertanyaan dan kebutuhan masa kini. Tidak dapat berbuat
sesuatu untuk masa depan kalau tidak bertolak pada masa kini. Masa depan itu
penuh makna, jika apa yang menjadi pertanyaan dan kebutuhan sekarang akan
terpenuhi nanti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gerak dalam Gereja lokal terarah pada terpenuhnya janji Injil kini dan di
sini dalam Kristus. Hal itu menuntut bahwa Gereja memahami dengan baik
situasi masyarakat dan situasi religius gerejawi di mana manusia berada saat ini.
dapat bergerak secara efektif dalam situasi ini. Jemaat lokal perlu juga secara
mencari jalan serta sarana pastoral yang baru untuk melaksanakan tujuan baru,
orang dapat meninjau kembali sejarah dan melihat Pembangunan Jemaat sebagai
proses historis yang berlangsung sampai hari ini, juga dapat melihat keadaan
intervensi itu didasarkan pada kekurangan yang dilihat, kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cita-cita yang tidak terealisasi. Intervensi itu terarah pada
lewat tiga tahap yaitu, pertama: membuka orang akan perubahan atau start
(unfreezing), kedua: orang mulai bekerja atau pelaksanaan (moving) dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
atau penyelesaian.
hukum serta petunjuk gerejawi dipatuhi; juga tidak dengan mewajibkan orang
beriman agar berfikir sesuai dengan katekismus dan dogmatik. Organisasi tidak
hanya dan malahan tidak terutama menciptakan struktur. Atas dasar penelitian
yang seksama, pakar ilmu sosial seperti Hendriks dan Likert, menekankan
bahwa yang vital dan yang menjadi perioritas bagi jemaat adalah usaha usaha
1996: 72).
berfungsi dan terarah kepada tujuan dan tugas Pembangunan Jemaat kiranya
dapat belajar banyak dari teori sosial dinamis ini; dan juga dari praktek dalam
itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
e. Mengaktifkan partisipasi
jauhkah jemaat atau kelompok dalam jemaat sudah berkembang. Mengutip Jan
paroki yang menarik dan vital. Dari pihak sosiologi dan agama, perhatian ilmiah
paroki biasa itu: “oleh karena di situ masih terjadi bagian terbesar karya
Pembangunan Jemaat harus dan mau bekerja dengan manusia yang beriman.
Agogi itu tidak mau memaksa atau menekan, melainkan mau mengadakan relasi
terhadap orang lain dan sekaligus penuh perhatian terhadap perasaannya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
3. Sebuah Model
Masih ada cara lain untuk memandang keseluruhan yaitu dengan bertolak
pada satu aspek fundamental saja. Cara memandang keseluruhan itu juga disebut
model. Aspek proses sebagai titik tolak untuk melihat keseluruhan. Hal itu
fungsional dan tujuan serta hasil „oriented‟, menata ruang bertindak dalam
dalam proses. Masing-masing fase terdiri atas sejumlah (set) tindakan yang
sudah disebutkan tiga macam set tindakan, sesuai dengan teori Kurt Lewin: start
1. Pengantar
a. Aspek Metodik
kurang disadari dan tidak sengaja. Dari tindakan proses secara spontan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dibeda-bedakan bertindak secara proses diatur secara sistematis dan terarah pada
dimana dapat dibedakan saat atau fase, tahap tertentu. Tahap-tahap itu
mulai bergerak dari situasi awal yang kurang diinginkan menuju ke situasi akhir
rangkaian tindakan yang termasuk satu fase, kemudian memulai fase itu dengan
tujuan yang mau dicapai, demgan konteks yang de Facto ada dan dengan
tercapai tidaknya hasil. Proses yang mementingkan unsur belajar dan dalam
mana pimpinan paroki berperan sebagai guru berbeda dengan proses dimana
tindakan atau fase ditentukan juga oleh pertimbangan kemungkinan atau taktik
yang dipakai. Tambahan pula dalam masing-masing fase dapat dibedakan teknik
dan sarana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dua polaritas yang fundamental: masa lalu ↔ masa depan dan cita-cita /
membandingkan masa lalu dan masa kini dibedakan dengan berfikir tentang
jemaat. Maka berpikir tentang teori masa depan tidaklah identik dengan berpikir
memungkinkan menuju hari depan yang dibayangkan. Polaritas kedua itu, yaitu
Jemaat. Rasa tidak puas dengan situasi kini harus mendorong untuk berefleksi
atas asal usul Gereja. Kalau tidak maka tindakan pastoral kita yang sistematis
Berpikir tentang masa depan, pada dasarnya merupakan perbuatan iman. Karena
di dalamnya ada kesadaran bahwa Kerajaan Allah akan datang dan sudah
datang. Lagi pula kesadaran bahwa Kerajaan Allah dipercayakan kepada kita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sebagai bendahara. Oleh sebab itu, kita harus memeliharanya sehingga dapat
Berpikir dalam polaritas adalah berpikir dalam dua pola yang saling
mengisi: masa lalu dan masa depan sebagai awal dan akhir proses, cita-cita dan
kenyataan sebagai ketegangan antara cita-cita dan relasi cita-cita itu. Ketegangan
historis paroki. Pengurus paroki dan para warganya harus bersedia menerima
proyek baru. Kedua polaritas masa lalu ↔ masa depan dan cita-cita ↔
kenyataan dapat digambarkan dengan dua garis yang tegak lurus yang satu pada
71
cita-cita
tahap-tahap PJ
ket:
PJ = Pembangunan Jemaat
kenyataan
vertikal antara cita-cita dan kenyataan. Maju dalam perjalanan proses berarti:
bawa jarak antara cita-cita dan kenyataan makin kecil, atau bahwa cita-cita
makin dekat satu sama lain. Dapat dikatakan juga bahwa tujuan semakin
konkret, secara realistis dan semakin dapat terjangkau. Lagi pula dalam
kenyataan.
a. Perspektif Aktor
paroki mau terlaksana maka: para anggota paroki sendiri, secara aktif, harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
menangani proses perubahan dan demi itu, mereka sendiri juga harus mengalami
proses perubahan. Dari sudut perspektif aktor – para anggota paroki dan menurut
keterlibatan mereka dalam proses – dapat dibedakan dalam lima tahap yaitu
a) Tahap orientasi
pertama: permasalahan apa yang muncul; apakah para warga paroki mulai
menyadari bahwa perubahan itu penting bagi hari depan paroki serta merupakan
sudah meluas?
b) Tahap penelitian
perlu sekali bahwa paroki memfasihkan diri dengan diagnosis dan prognosis.
Alangkah baiknya kalau paroki berhasil membuat diagnosis dan pragnosis diri.
c) Tahap perencanaan
efektif diransang, kalau umat paroki sendiri merumuskan tujuan yang dapat
terjangkau. Mereka perlu memilih apa ynag perlu dibuat sekarang, perlu juga
73
d) Tahap pelaksanaan
yang baik; juga pada jelas tidaknya penugasan pimpinan yang akan
e) Tahap pemantapan
dan diuji sehingga para pelaku proses merasa bahwa jerih payah mereka
menghasilkan buah.
konsep teologis. Berpikir teologis, sebagai orang beriman mengenai masa depan
keselamatan sudah ada ditengah kita dan sekaligus bahwa kedatangannya harus
tahap proses. Pada setiap tahap diharapkan melihat dimensi iman dalam konsep
74
a) Orientasi
Menjadi sadar berarti menjadi sadar sebagai orang beriman: apakah karya
gerejawi yang kita jalankan dalam praktek menjawab penugasan oleh jemaat
Gereja? Dari antara permasalahan yang kita alami, manakah yang penting dalam
b) Penelitian
dimengerti apa yang sebenarnya terjadi dijemaat. Yang penting ialah bagaimana
c) Perencanaan
waktu. Hal itu artinya bahwa cita-cita harus diterjemahkan kedalam tujuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dapat terjangkau. Inilah pilihan yang sangat prinsipal. Disamping itu harus
masa depan, paroki harus lebih prihatin terhadap kebutuhan problem yang besar
dalam masyarakat.
d) Pelaksanaan
perubahan akan menjadi jelas latar belakan ideologis mana yang menghalangi
e) Pemantapan
mereka sedikit demi sedikit terwujud merupakan syarat yang paling baik bagi
pemantapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
b. Perspektif Sistem
subyek itu. Perhatian terhadap kenyataan sosial yang kurang lebih independen
objek perubahan dari masa lalu ke masa depan. Pada as vertikal kita melihat
77
dalam lima tahap sudah diolah bagi perspektif aktor. Untuk perspektif sistem
a) Model Jan Hendriks, jemaat yang vital dan menarik menyebutkan lima
faktor yang menurut dia paling penting bagi jemaat. Kelima faktor itu sudah
diuji secara ilmiah. Sistem terbuka Paul Dietterich tidak hanya menyebut faktor
di dalam melainkan juga faktor di luar sistem – inilah faktor dalam konteks
jemaat lokal. Model mereka bermanfaat bagi tahap penelitian (Hooijdonk, 1996:
86).
dipakai dalam fase „planning‟ ini ialah pendekatan menurut fase. Maka ilmu
sudah mulai nyata atau dibuat nyata. De facto dalam praktek sering terjadi
bahwa hasil yang dicapai bukanlah merupakan cermin dari tujuan yang kita
78
Pengembangan
Kalau ingin membawa paroki lebih dekat pada tujuannya, maka harus
pengembangan grup. Mengutip dari sosiolog Jan Hendriks berkata pula bahwa
dinamika dan aspek struktural dalam relasi dan dalam pejabat, aktivis, serta
bekerja sama dan yang bertujuan „oriented‟. Kalau jaringan relasi itu tersusun
dan kebiasaan, pemikiran pribadi dan pola pemikiran, mentalitas pribadi dan
sikap, hubungan antar pribadi dan pola komunikasi, serta pembagian tugas dan
tanggung jawab antar pribadi. Melainkan juga mencakup prilaku dan cara
berpikir umat paroki sebagai totalitas, sebagai mana menjadi nyata dalam:
kebijakan paroki dan relasi tujuan, pilihan dan penilaian fungsi pastoral, cara
79
sebagai totalitas.
Feedback itu bukan saja pada tahap akhir melainkan juga sesudah setiap tahap
sedemikian rupa sehingga sesudahnya hasil yang tercapai dapat diuji sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam evaluasi produk, perhatian ditujukan
juga kepada latar belakang tujuan, pada visi, dan penilaian situasi. Evaluasi
b. Evaluasi formatif
melihat kembali pada permulaan, melihat kembali beberapa tahap sebelum tahap
80
c. Evaluasi sumatif
hidup sehari-hari melainkan juga lewat pertemuan liturgis yang khusus dimana
orang beriman mengungkapkan rasa syukur mereka satu sama lain dan terhadap
Tuhan
6. Kelompok Pendamping
kelompok kerja yang lain dan lamanya proyek. Pembangunan Jemaat adalah
aktivitas pastoral baru. Aktivitas itu sering disebut kegiatan awam dan
81
a. Inisisatif
pemimpin pusat, pastor, dewan paroki dan orang atau kelompok lain.
b. Kontak
untuk itu tokoh atau kelompok yang berpengaruh harus didekati. Meski pastor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
atau dewan paroki atau tokoh-tokoh lain mendapat banyak kritik, namun tidak
pembaharuan mereka akan gagal. Disamping itu, perlu mendekati orang kunci
yang lain tanpa memperhitungkan apakah sikap mereka terbuka, tidak perduli
atau tertutup.
Harus ada rasa tidak puas dengan situasi dari sebagian besar umat dan
faktual: tidak hanya pastor, melainkan juga pemimpin informal yang penting.
Perlu juga persetujuan warga jemaat yang seluas mungkin dan dimana mungkin,
pembaharuan.
d. Pilihan Strategi
Strategi dapat berarti bahwa kita mencari bantuan seorang pakar. Dapat
ada kemungkinan seperti: strategi kerjasama, strategi belajar dan strategi aksi.
e. Perjanjian
masalah manakah yang akan ditangani terlebih dahulu. Hal itu mengandaikan
83
2. Tahap Penelitian
diaknosis dan prognosis formal: Penelitian mengamati masa kini dan masa lalu
Dari sudut perspektif aktor penting sekali kalau jemaat lokal membuat
Dari sudut perspektif sistem diperlukan – sesudah seleksi problem yang mau
model analisis mengutip dari Jan Hendriks ialah lima faktor: identitas, tujuan
serta pembagian tugas, struktur, kepemimpinan, dan iklim. Kedua, model sistem
pentingnya tiga faktor dalam konteks jemaat yaitu: faktor gerejawi, faktor
84
sesuai dengan kenyataan dan kemudian melihat kenyataan itu dalam terang
b. Diagnosis
pertanyaan berikut ini: siapa kita dan misi serta panggilan kita. Analisis dapat
pertanyaan berikut ini: siapa kita dan apa misi serta panggilan kita. Analisis
Penelitian tidak boleh berhenti pada lokalisasi teoritis saja. Perlu mencari
sebab mengapa semangat sampai macet. Perlu mencari garis penghubung antar
ungkapan semangat awal dan tanda kegiatan Roh dalam paroki. Faktor yang
ditemukan via model analisis sering mempunyai segi terang dan segi gelap.
Misalnya ada kekurangan tenaga namun ada juga tenaga yang tidak dipakai; ada
masalah yang dianggap terlalu besar bagi paroki, namun ada kelompok lain yang
sedang menghadapi problem yang sama, tanpa diketahui oleh semua kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
c. Prognosis
Prognosis dalam hal ini diartikan sebagai ramalan tentang peristiwa yang
akan datang. Prognosis sering dimulai dengan situasi yang diinginkan agar
masa depan. Arah itu berfungsi sebagai penunjuk jalan. Petunjuk jalan itu harus
Skenario mau menangani masa depan secara kreatif dan didapatkan dengan
mengkhayalkan masa depan secara konkret. Masa depan itu sering merupakan
ekstrapolasi masa kini; walaupun tidak mutlak, ada empat macam skenario:
1) Skenario trend memperluas data di luar data yang tersedia di masa kini
tetapi tetap mengikuti pola kecendrungan data yang tersedia itu. Misalnya
terjadi dalam lima tahun mendatang. Ada misalnya beberapa pastor muda yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mati mendadak maka pekerjaan menjadi terlalu berat bagi pastor tua. Maka para
pastor tidak mau melayani lebih dari satu gereja. Lalau ditengah malapetaka itu
dicari seseorang yang berani mengambil keputusan, lebih baik seorang atasan.
jumlah orang awam, pria dan wanita, sudah mencukupi untuk memimpin jemaat
trend dan skenario optimistis. Skenario balans dianggap realistis karena situasi
trend tidak dibiarkan begitu saja. Skenario balans prihatin terhadap urgensi dan
Tahap pelaksanaan dan tahap pemantapn mengevaluasi hasil atas dasar apa yang
3. Tahap Perencanaan
berhenti pada skenario yang tidak menentu. Tujuan yang dapat terjangkau
87
brainstroming atau lewat dua kolom saja yaitu kolom penghambat dan kolom
2) Menurut kemungkinan memakai pengaruh itu, yaitu kalau pastor tadi tidak
ikut mendorong perubahan maka hampir tidak mungkin perubahan itu akan
terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
hendak diadakan dapat dibenarkan? Apa yang baik, membawa selamat, syalom,
prognosis: siapakah kita ini sebagai Gereja dan apa misi kita?
b. Metode Kerja
Metode adalah cara bertindak yang cepat dan dipikirkan dengan baik
komponen teoritis yaitu: konsep, strategi, dan sarana. Sebagai konsep teologis
dapat dipilih struktur karismatis jemaat setempat. Menurut konsep itu orang
reaksi-reaksi dari pihak lain. Model-model strategi yang paling dikenal ialah
berikut ini:
1) Model pakar
pakar; relasi dengan pakar yang membantu itu berhenti sesudah ia memberikan
advisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dibimbingnya.
3) Model aksi
Jemaat sendiri terlalu besar, kurang dinamis, dan terlalu apatis untuk
mencari jalan lain. Dewasa ini sering dipakai aksi-aksi yang disiapkan dan
dipimpin dengan baik oleh kelompok aksi yang khusus dibentuk untuk itu.
4) Model belajar
hanya perencanaan melainkan juga pelaksanaan terjadi dalam kerja sama antara
adalah hal yang perlu dipelajari. Model kerjasama dan model belajar
c. Membuat Program
mau dicapai, dan langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
pengalaman.namun program yang baik perlu diuji supaya efektif dan efisien.
Pertanyaan berikut ini dapat dipakai menguji program: Apa program konsisten
dengan konteks atau situasi?, Apakah program sejalan dengan pedoman intern
dan misinya?, Apakah proyek sesuai dengan sumber dana dan daya yang
tersedia?, Apakah resiko yang terkait dengan program dapat diterima?, Apakah
timing untuk program ini tepat? Atau perlu ditunda dulu? Dan apakah ada hal
dari sudut perspektif aktor meminta partisipasi dan persetujuan sebesar mungkin
dari para anggota jemaat dalam paroki. Suatu masalah dapat memerlukan
pemecahan lain yang lebih cepat. Akan tetapi, proses yang lebih cepat pun
rumusan progmasi yang baik. Rumusan program itu harus dipresentasikan oleh
91
intern dan ekstern: yaitu seorang pemimpin proyek dan staf proyek.
2) Proyek terarah pada tujuan tertentu: maka perlu konkretiasi tujuan, kelompok
4) Maksud dan arti proyek menjadi jelas lewat pilihan yang dilakukan dan
dalam jemaat. Akan tetapi juga bagi investasi manusia dan uang dalam
paroki.
92
4. Tahap Pelaksanaan
Disamping tujuan konkret dan jelas yang sudah dibicarakan, aharus ada:
penyesuaian tugas serta orang yang berssangkutan satu dengan yang lain, serta
perorangan dan kelompok, dan mengenai sarana yang akan dipakai. Perlu
5. Tahap Pemantapan
Fase freezing adalah fase pemantapan yaitu konsolidasi situasi baru atau
menciptakan syarat yang menjamin bahwa hasil yang tercapai tetap terpelihara.
Termasuk fase pemantapan ialah evaluasi sumantif. Evaluasi itu mengenai dua
perspektif: perspektif aktor dan sistem. Permasalahan yang muncul di masa lalu,
baru sungguh terpecahkan, kalau pimpinan paroki dan warga paroki sudah
terbiasa dengan cara kerja yang baru. Pemantapan menuntut juga persyaratan
berdasarkan sistem parokial. Tidak hanya pribadi tertentu yaitu orang paroki,
yang harus berubah, melainkan juga paroki sendiri atau aspek paroki.
93
kelompok kerja terkonsentrasi dan tergantung pada dewan paroki. Hal yang
94
BAB IV
JEMAAT
telah mendapat stimulans yang kuat dari ilmu sosial, namun Teologi Praktis
harus berusaha agar sifat religius dan imaninya terjaga dan diperdalam.
Pembangunan Jemaat dalam perspektif yang lebih luas dari pada eklesiologi
fundamental masa kini dan pokok-pokok inti Kabar Injil yang dapat membalas
problem itu, karena pokok-pokok inti itu menyentuh tujuan Gereja sampai pada
95
Pesan, Firman pembebasan dan penebusan bagi masalah fundamental masa kini,
dan bahwa Pesan itu dapat diwujudkan dan dimengerti di tempat ini, dalam
Fungsi dasar setiap jemaat ialah hidup di tempat tinggalnya (maka dalam
ruang dan waktu) dan dengan demikian bagi orang lain memperagakan
apa maksud Allah untuk semua manusia: yakni supaya manusia itu luput
dari lingkaran ketakutan yang mematikan dan dibawah kuasa Kerajaan-
Nya dan dalam suasana penuh kepercayaan akan menjadi manusia seperti
Yesus – yang menjadi manusia seperti kita – dalam mana Allah sendiri
menjadi manusia (Hooijdonk, 1996: 143).
perwujudan Kerajaan Allah di dunia ini. Bertindak religius dan imani harus
organisme gerejawi. Kaitan itu didasarkan pada keyakinan bahwa akan terjadi
komunikatif yang baru mulai berakar di dalam umat Allah paroki dan lahir serta
kejasmanian Yesus yang telah dimuliakan. Akan tetapi pencurahan Roh Kudus
Kesatuan antara kedua unsur ini kita temukan dalan Yesus sendiri. Dia
yang mati dan dibangkitkan menjadi kehadiran Roh Kudus yang terkuat
di dunia; dan Roh Kudus di dalam Gereja sudah menjadi kehadiran
Kristus yang bangkit dalam sejarah (Hooijdonk, 1996: 144).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
yang organis. Antara pandangan oganis itu ada yang mengaku adanya beraneka
ragam karisma dan fungsi dalam Gereja. Gert Schneider melihat model Tubuh
Jemaat baru dapat disebut jemaat dan baru terbentuk sebagai jemaat,
kalau orang perorangan berpartisipasi pada keseluruhan yang dianggap
sebagai organisme. Kesatuan terjadi dari praksis warga jemaat yang
masing-masing mempunyai identitasnya sendiri (Hooijdonk, 1996: 145).
Tuhan Gereja. Maka di dalam jemaat tidak ada perbedaan antara yang menjadi
Tuhan dan bawahan (Hooijdonk, 1996: 145). Pandangan hierarkis tidak bisa
bertolak pada kesamaan fundamental antara semua orang yang termasuk jemaat
lokal itu. Kesamaan fundamental ini mengimani bahwa semua orang menerima
Roh Kudus, yaitu dalam bentuk karisma yang berbeda satu sama lain.
karisma ini tidak menempatkan seseorang beriman di atas atau di luar jemaat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
1996: 146).
Gereja Katolik karena pelbagai gerakan dan cara berfikir terutama penyebaran
teologi Umat Allah. Namun, mengenai paham Umat Allah pun ada tafsir yang
pendombrakkan dalam relasi antara imam dan awam (Hooijdonk, 1996: 146).
Dalam jemaat lokal, orang beriman tidak diajak berkumpul hanya untuk
a. yang dikendaki dan dilakukan oleh Yesus dianggap sebagai norma bagi
dinilai dengan norma dan kriteria yang diambil dari cerita hidup Yesus (meniru
Yesus).
ini, dalam realitas jemaat ini – eklesia (Gereja/jemaat) manusia – dan dalam
98
Kristus) dan pneumatologis (teologi tentang Roh Kudus) serta sifat apostolis
(diutus Kristus) jemaat lokal. Namun, ada juga beberapa unsur fundamental
(mendasar) baru:
a. Jemaat lokal sebagai subjek. Dalam teologi tentang jemaat yang baru
lokal.
b. Pembangunan Jemaat bukanlah bangunan atas mana kita dapat merasa puas,
senantiasa harus ditinjau ulang dan merupakan proses belajar yang terus
komunikatif yang dari sudut pengetahuan praktek dapat menjadi penting bagi
99
Apa yang akhirnya dikehendaki Allah dalam seluruh umat manusia, ialah
datangnya keadilan dan kedamaian bagi mereka yang berkekurangan, bagi orang
yang lemah, yang miskin dan yang tertindas (Kessel 1997, 80-81). Yang khas
bagi gambar penguji ialah bahwa Kerajaan Allah sejalan dengan kebutuhan asasi
orang yang lemah dan tertindas di masa kini. Itulah sebabnya van Kessel
Kalau mengatakannya dengan tajam, hal ini berarti: Gereja mulai berada
dimana orang spontan dengan jujur dan sungguh-sungguh saling
menceritakan kisah perjumpaannya dengan Allah dan secara bersama-
sama sampai kepada doa dengan menggunakan kata-kata dan gambar-
gambar yang dipakai dalam kisah tersebut (Kessel, 1997: 74)
(Hooijdonk, 1996: 150). Struktur dasar mencakup dialog, komunikasi dan kerja
komunikasi lebih lanjut. Dalam jemaat lokal, dialog dan komunikasi harus
memungkinkan adanya hak berbicara dan membela kepentingan diri bagi pribadi
sendiri.
Secara prinsipal dan dengan memakai model tindakan yang teruji dalam
100
bersifat komunikatif dan intersubjektif. Atas dasar pengertian teoritis ini maka
101
orrang beriman tidak hanya dapat menjadi subjek melainkan juga produk
tindak-tanduk agogis terarah pada pengaktifan jemaat lokal, agar jemaat itu bisa
1996: 155). Dalam arti ini dapat kita katakan bahwa antara Pembangunan Jemaat
dan bertindak agogis ada kaitan makna yang sama yaitu: mendorong terjadinya
keadilan, berusaha agar orang (kecil) bisa “menjadi orang” dalam sejarah
102
negatif dalam proses sekularisasi sebagai usaha legitim oleh manusia untuk
kepadanya.
membawa hidup dan apa yang mendekatkannya kepada dirinya sendiri dan
kepada Tuhan. Hal itu tidak hanya terjadi dalam masyarakat, melainkan juga
dalam jemaat itu sendiri. hal itu tidak hanya terjadi dalam masyarakat,
melainkan juga dalam jemaat itu sendiri. Untuk perubahan yang sebenarnya,
hati”. Maka pertobatan berarti perubahan arah sebagai mana wajar bagi jemaat
yaitu panggilan wahyu Allah dalam Kristus; jawaban kita ialah mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
struktur. Dinamika dalam hal ini merupakan sebuah interarksi dan struktur
merupakan unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain yang mempunyai sifat
dapat berpikir secara bertentangan: putih atau hitam, dinamika atau struktur,
perubahan dalam jemaat berarti hubungan dengan masa lalu putus. Masa lalu
dan masa depan jemaat harus dikaitkan dengan pengembangan masa kini. Yang
baru terjadi oleh metamorfose bertahap dari yang lama (Hooijdonk, 1996: 157-
158). Pembaharuan akan bertahan lama kalau terintegrasi dalam apa yang sudah
ada.
sosiologis bahwa jemaat beriman secara konsisten membawa diri sebagai paroki
dalam arti gerejawi institusional, walaupun realitas sosial tidak selalu cocok
104
perubahan besar merupakan tanda khas untuk masa kini. Perubahan merupakan
tanda khas bagi keseluruhan sejarah manusia. Maka adanya perubahan adalah
waktu antara perubahan yang satu dengan perubahan yang lain makin pendek.
Tetapi kesulitannya ialah bahwa keputusan mengenai masa depan itu harus
dari itu, bertambahlah ketidak pastian mengena masa depan. Dapat dikatakan
bahwa secara global, dicukup banyak tempat di dunia sekarang, percepatan dan
105
itu tidak sama dengan planing. Planing merupakan fase awal saja dalam proses.
sebagai stadia; dan bahwa stadia itu mengikuti urutan waktu yang tidak bisa
dibalik, kecuali kalau proses macet. Namun kalau macet maka proses juga tidak
begitu saja dimulai dari permulaan. Memfasekan proses hanya lewat fase
planing dan pelaksanaan tampak terlalu simplistis. Realisasi tujuan baru menjadi
sistematis kalau manusia didinamisir dan penahapan distrukturkan. Hal ini tidak
bahwa hari depan jemaat lokal pada dasarnya terbuka. Pelayanan tindakan
Roh Allah sebagai subjek Pembangunan Jemaat dan juga keterbukaan terhadap
kedatangan keadilan Allah dalam dunia sebagai tindakan eskatologis; tentu saja
106
sangat ketat; ataukah kenyataan sosial yang sudah terbentuk dahulu (Hooijdonk,
1996: 162). Diskusi itu mencapai konsensus bahwa sejak masa awal Gereja, para
orang beriman diterima dalam jemaat yang sudah terbentuk. Diskusi itu
sendiri.
keseluruhan ini ditentukan arah proses dan siapa, orang dan kelompok, yang
menjadi sasaran. Tanggung jawab sendiri, penentuan diri, dan relasi tujuan
secara sistematis didekati dari totalitas jemaat lokal sebagai kenyataan sosial
107
Pada umumnya dalam proses perubahan dibedakan antara masa kini dan
masa depan. Demikian pula halnya dalam proses Pembangunan Jemaat. Kedua
waktu itu dibedakan, agar perubahan yang terjadi dapat diamati dengan jelas.
ada pada Pembangunan Jemaat perlu ditambahkan satu kata yaitu bersama.
Jemaat
108
harus dijalankan dalam dunia masa kini, yaitu dalam konteks masyarakat yang
fundamental.
mengenai maksud Tuhan dalam situasi jemaat yang konkret adalah urusan
bentuknya. Yang disebut konteks ialah situasi sekarang yang ditentukan oleh
banyak faktor: masa lalu, sekarang dan masa depan, termasuk faktor perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
nilai dan segala kekaburan yang menjadi akibatnya. Perlu menggaris bawahi
relevan.
berada akan mengungkapkan diri dan ikut berbicara; bahwa terjadi hubungan
timbal balik antara pengertian tentang kenyataan manusia yang diberikan oleh
masyarakat dan pengartian yang diberikan oleh tradisi kristiani dan gerejawi.
Hubungan timbal balik itu tidak begitu saja terjadi oleh karena kedua pengartian
segi sosiologis. Yang spesifik bagi kebanyakan paroki dan jemaat ialah
berpengaruh pada nivo mesososial. Ada aspek konteks yang main peranan atau
1) Konteks katolik dan ekumenis; hal itu berarti bahwa paroki dan jemaat
mebagi-bagi katolisitasnya dengan paroki dan jemaat yang lain, serta dengan
kelompok kristiani yang punya (atau tidak punya) hubungan dengan salah satu
Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
2) Konteks politik; politik itu ialah politik lokal atau efek politik provinsi
industri.
dan kemungkinan untuk berhasil dalam „job hunting‟ (berburu pekerjaan) dinilai
wiraswasta kecil.
makin banyak berita dalam surat-surat kabar mengenai orang kecil yang
diperlakukan secara tidak adil oleh orang kuat. Jemaat dan paroki bergerak pada
menggereja pada nivo mesososial pula. Hal yang paling inti itu ialah sikap
terhadap orang yang tidak kuat, tidak berkuasa, yang lemah, kecil dan miskin.
Maka jemaat diajak mendengarkan apa yang terjadi dalam konteks itu dan
mempertimbangkanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
b. Nivo makrososial
Dalam Gereja Katolik, paroki lokal tidak bisa dilihat lepas dari nivo
Apa saja yang berlaku bagi Gereja sebagai Gereja (makrososial), berlaku
pula bagi semua perwujudan serta penampilannya yang lokal (meso dan
makro). Diferensisasi dalam perwujudan lokal ini tidak tergantung pada
keputusan kebijakan yang diambil pada nivo makro, melainkan pada
seluk-beluk situasi lokal itu sendiri – ruang dan waktunya – dimana
jemaat dipanggil untuk mewujudkan identitasnya (Hooijdonk, 1996:
169).
itu: seluk-beluk situasi menurut waktu dan ruang, sejarah lokal, organisasi
politik, ekonomis, sosial dan gerejawi setempat. Dalam aspek inilah jemaat
diminta menampilkan diri sesuai dengan identitasnya. Gereja lokal tidak bisa
jika tidak berhubungan dengan konteksnya. Untuk itu perlu menciptakan ruang
kebenaran terkait satu sama lain, seperti subjek dan objek terkait satu sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Jemaat, nivo dan sektor itu perlu dipelajari lebih lanjut agar sumbangan
yang sangat berbeda pula. Yang kurang dalam jemaat ialah komunikasi tentang
latar belakang fundamen itu; sehingga untuk mencapai konsensus lebih sulit lagi.
113
artinya bahwa makin banyak orang pindah dari desa ke kota. Modernisasi
membawa perubahan dalam skala nilai. Nilai yang penting dalam kebudayaan
pewartaan baru yang dapat dimengerti oleh orang beriman dan manusia jaman
diri sendiri lebih penting dari orang lain). Salah satu gejala individualisme ialah
yaitu keluarganya) . Dalam rangka ini muncul juga yang disebut sekularisasi.
114
dan dunia. Yang mulai sebagai penugasan dalam “teologi penciptaan” menjadi
dengan kebutuhan dasar serta cita-citanya yang luhur. Jelaslah, bahwa arah
lebih besar untuk bergerak dan berkembang tak dapat dielakkan lagi.
jawabnya dipanggil untuk mengolah dunia lebih lanjut secara baru sesuai dengan
dalam jemaat kristiani dilaksanakan dalam terang Injil. Van Kessel dalam
bukunya Enam Tempayan Air menulis bahwa Injil adalah berita kesukaan bagi
dan dari orang miskin. Injil adalah berita pembebasan. Penebusan berarti
Pembebasan berarti menjaadi merdeka dan berada pada taraf yang sama
115
pribadi dan sosial. Dalam bukunya Enam Tempayan Air, van Kessel
menerangkan bahwa dewasa ini dalam jemaat ada krisis rohani yaitu krisis
dalam iman akan Allah. Kebenaran tentang Allah kadang-kadang kurang jelas
Allah sebagai Pencipta melainkan juga dengan Allah sebagai Pembebas. Allah
yang menciptakan adalah Allah yang membebaskan kita dari sengsara yang tak
kebebasan serta tanggung jawabnya sendiri. Situasi politik, ekonomi dan sosial
dapat berubah. Orang yang miskin dan tertindas dapat menjadi bebas dan
sebagai Pembebas yang mengantar umat-Nya keluar dari Mesir. Namun de facto
selalu ada bahaya bahwa umat katolik kurang mengerti Injil orang miskin.
Jemaat
Pembangunan Jemaat. Dari kenyataan yang ada, masih terkendala banyak faktor
SDM, kesadaran para katekis untuk melayani Gereja dan Pembangunan Jemaat
hanya cukup dimengerti artinya saja tanpa ada niat untuk tindak lanjutnya. oleh
karena itu pada bagian ini dibahas mengenai usulan rekoleksi yang dapat
diberikan pada katekis di paroki Santo Fidelis Sejiram. Rekoleksi ini dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
tujuan membantu katekis untuk lebih semangat lagi dalam berperan aktif
Pembangunan Jemaat di Paroki Santo Fidelis Sejiram. Pada bagian ini akan
tema besar rekoleksi adalah “Bersama Yesus Menjadi Misionaris Sejati”. Tema
utama dibagi lagi menjadi tiga sub tema yaitu: Meneladani Yesus dalam
seperti rekoleksi imam dan biarawan-biarawati yang dilakukan satu bulan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
kali; periodik bukan selama sepanjang tahun, melainkan hanya dalam masa-masa
liturgis tertentu, seperti rekoleksi dikalangan umat selama masa Adven atau
melainkan karena sedang ada minat, biaya, waktu dan ada pendampingannya
paroki Santo Fidelis Sejiram masih menemui berbagai macam hambatan baik
dari faktor SDM sampai faktor lokasi yang sulit dijangkau oleh transportasi.
Selain itu pula sering dijumpai bahwa SDM katekis cukup banyak tersebar di
desa-desa sekitar paroki namun tidak banyak yang bergerak sebagai tenaga
memiliki berbagai macam alasan untuk tidak ikut dalam setiap kegiatan
tenaga katekis yang seharusnya cukup banyak dan memadai untuk melanjutkan
118
Katekis memang sebagai pelayan Gereja, namun dalam hal ini sosok
seorang katekis yang dicerminkan oleh Yesus masih kurang tampak di dalam
diri katekis itu sendiri. Contohnya: hanya ingin menjadi seorang katekis dan
menuntut bayaran mahal sedangkan jika tidak dituruti niatnya maka katekis
tersebut akan menolak setiap tawaran dari gereja jika tidak mendapatkan
bayaran yang besar. Hal ini tidaklah mencerminkan seorang katekis yang penuh
pelayanan tetapi katekis yang penuh dengan hal duniawi berupa materi.
melayani jika dipanggil saja oleh pihak hierarki untuk melayani. Namun pada
hierarki maupun awam, tetapi awam (katekis) biasanya cenderung ikut saja alur
membangun jemaat, tidak mau ikut ambil bagian melihat dan memecahkan
masalah, hanya dalam artian ikut tampil saja dalam rapat-rapat mengenai
langsung melihat dan memecahkan masalah. Katekis adalah orang awam yang
ini tidak terlihat adanya jiwa misioner dari seorang katekis yang memiliki misi
orang yang terlibat aktif ambil bagian dalam Pembangunan Jemaat, maka katekis
119
sebagai awam pelayan Gereja. Keaktifan dan kemantapan dalam menjalani tugas
pelayanan akan semakin mendorong seorang katekis untuk semakin bangga dan
mencintai setiap tugas perutusan yang diembannya. Maka itu sangat penting
Dalam proses rekoleksi ini diusahakan komunikasi yang baik antara pemandu
dan peserta, sehingga peserta dapat terlibat aktif dalam rekoleksi. Untuk
membutuhkan waktu selama tiga hari. Kiranya waktu khusus tersebut dapat
diambil bertepatan pada waktu libur lebaran. Sebab pada waktu tersebut, baik
para katekis yang juga berprofesi sebagai guru maupun katekis gereja dapat
meluangkan tiga hari waktu yang efektif untuk mengikuti rekoleksi. Penulis
kembali dan menyadarkan para katekis betapa pentingnya peran awam dalam
ambil bagian untuk ikut serta membangun jemaat Gereja dalam pelayanannya.
kurangnya niat dan kesadaran katekis untuk mengabdikan diri kepada Gereja
dalam pelayanannya. Tujuan dari rekoleksi yang dibuat untuk para katekis
adalah untuk memberikan semangat kepada katekis supaya lebih terlibat dalam
120
Tema bersama Yesus menjadi misionaris sejati ini berisi tentang materi-
materi dan kegiatan yang akan membantu katekis semakin menghayati panggilan
hidup menggereja. Tema umum ini dibagi menjadi tiga tema beserta tujuannya
masing-masing, yaitu:
Katekis.
121
membangun jemaat.
akan dilaksanakan pada hari jum‟at, sabtu dan minggu. Rekoleksi dapat
merasa bosan. Dinamika kelompok diberikan dalam rekoleksi agar peserta dapat
122
e. Matrik Program
Tujuan Umum : Pendamping dan peserta semakin mendalami panggilan dan tugas perutusannya sebagai katekis
dalam Pembangunan Jemaat sehingga umat semakin maju dan berkembang dalam mengimani
Kristus
1) Rekoleksi Pertama
Tujuan : Pendamping dan peserta diharapkan mampu meneladani Yesus dalam pelayanan-Nya sebagai
seorang katekis dan melaksanakan tanggung jawab membina iman umat.
123
124
2) Rekoleksi Kedua
Tujuan : Pendamping dan peserta menjiwai panggilan katekis yang membangun jemaat, membina iman
umat agar umat semakin berkembang dalam iman serta mengimani Kristus sebagai tugas misioner.
125
126
3) Rekoleksi Ketiga
Tujuan : Pendamping dan peserta semakin mantap untuk aktif dan terlibat penuh dalam tugas perutusan
membangun jemaat.
127
3 Istirahat snack - - - - -
dan minum
4 Keterlibatan Pendamping dan Identitas, Informasi Laptop Iman Katolik
katekis dalam peserta dapat Panggilan dan Sharing LCD KWI,
hidup menyadari dan Spiritualitas Tanya jawab Hand out Pedoman
menggereja menjiwai panggilan Katekis Untuk Katekis,
serta spiritualitas 1993
sebagai katekis
5 Makan siang - - - - -
dan istirahat
6 Ice breaking - - - - -
7 Katekis di era Pendamping dan Eksistensi Informasi Laptop KOMKAT
globalisasi peserta semakin Katekis Dalam Sharing LCD KWI, 2005
menyadari pentingnya Meningkatkan Tanya jawab Hand out
kemajuan era Pewartaan
globalisasi sebagai
pintu masuk
Pembangunan Jemaat
8 Penutup pendamping dan Pengantar Informasi Teks lagu:
peserta diteguhkan Doa penutup Laptop
untuk siap Lagu penutup LCD
mengemban tugas
membangun jemaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
f. JADWAL REKOLEKSI
129
1) Identitas Kegiatan
f) Metode : - Informasi
- Diskusi
- Sharing
- Tanya jawab
- Gerak dan lagu
g) Sarana : - Teks lagu
- LCD
- Laptop
- Hand out
- Lembar diskusi
h) Sumber bahan : - Madah Bakti no. 533
- Sanjaya, 2011, Belajar dari Yesus “Sang
Katekis”: 21
- Yohanes 21:15-19
- KWI, 1996, Iman Katolik :448
- KWI, Pedoman Untuk Katekis, 1993
- Madah Bakti no. 312
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
2) Pengembangan Langkah-langkah
peserta yang dapat dihubungi kembali jika ada kegiatan sehubungan dengan
katekis. selain itu pula registrasi peserta ini juga dimaksudkan untuk melihat
seberapa banyak SDM (sumber daya manusia) katekis yang ada di paroki baik
bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena kita diberi kesempatan
untuk bertemu dan berkumpul bersama hari ini. Kita berkumpul bersama sebagai
satu keluarga besar yang mengimani Kristus sebagai Juru selamat. Bapak-ibu
yang terkasih, pada hari ini kita telah berkumpul bersama untuk mengikuti
Sejati. Melalui pertemuan ini, kita diajak untuk semakin mendalami panggilan
pertemuan ini kita semakin menghayati panggilan dan perutusan serta semakin
131
c) Doa (08.40-08.50)
Bapa yang Maha-baik, kami bersyukur dan berterima kasih atas rahmat
yang telah Engkau berikan kepada kami sampai saat ini. Secara khusus, kami
juga mengucapkan banyak terima kasih karena pada kesempatan ini, kami juga
Kau kumpulkan dalam satu ikatan keluarga yang mengimani Kristus. Saat ini
jemaat dibawah genggaman tangan Kristus. Bimbinglah dan hantarlah kami agar
semakin mampu untuk menjadi katekis yang mampu melayani umat dalam
rendah hati. Kami persembahkan segala pembicaraan kami saat ini kepada-Mu,
iman kami ini. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
jangan bimbang.
132
Bapak-ibu yang yang terkasih dalam Kristus, memasuki sesi pertama ini,
Teladan dan Penuntunku”. Dalam sesi ini nanti akan dibi lagi menjadi dua
bagian materi yaitu Yesus Sang Katekis dan Yesus Teladanku. Materi ini
berkaitan dengan tujuan yang akan kita capai untuk meneladani Yesus dalam
Gereja merupakan Umat Allah yang saat ini sedang berziarah menuju
merupakan umat yang dipanggil oleh Allah. Panggilan mereka berdasar pada
sakramen permandian dan penguatan yang diterimanya. Dengan hal ini mereka
orang. Yesus merupakan teladan bagi kita semua. Selama kehidupanNya, Yesus
kita untuk mewartakan Injil kepada semua orang sebelum kenaikanNya ke surga.
Perutusan inilah yang kemudian terus dihidupi oleh Gereja sebagai penerus
133
semua anggota Gereja untuk terlibat aktif dalam mewartakan Kerajaan Allah,
Setiap orang yang dibaptis telah diangkat menjadi Umat Allah. Hal ini
memberikan pewartaan bagi kedatangan Kerajaan Allah. Saat menjadi awam ada
bagi katekis yang memiliki sumber panggilan dari sakramen pembaptisan dan
awam yang dipanggil dan diutus oleh Allah menjadi pewarta SabdaNya. Profesi
bahwa yang menjadi katekis tidak hanya kaum awam saja, para kleruspun adalah
katekis. Para pastor paroki merupakan katekis utama dalam parokinya yang
bertugas mengajar agama dan moral kristiani kepada umat yang dipercayakan
kepadanya. Panggilan menjadi katekis ialah panggilan yang luhur. Hal ini
hal yang telah diperolehnya kepada umat beriman. Dia menjadi batu penjuru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
bagi umat yang ingin mengetahui ajaran kristiani dan yang ingin mengenal
dalam Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
perintah perutusan dari Yesus kepada semua Umat Allah, yang khususnya
kepada katekis. Perutusan harus selalu dihayati secara mendalam agar katekis
benar-benar menjadi pewarta yang tangguh. Dari perutusan Yesus tersebut kita
tugas perutusan yang diberikan oleh Yesus. Hal ini berarti katekis dalam
Memberi Kesaksian
Sehingga dibutuhkan keselarasan rohani dan tindakan hidup. Untuk itu, sikap
diajarkan kepada umat beriman. Katekis harus memberi contoh baik yang selaras
135
Kristus.
Kerasulan awam sudah muncul dalam Gereja sejak zaman Tuhan Yesus
yang berdosa. Hal ini dapat dilihat dari istilah “awam” yang dipergunakan pada
zaman Perjanjian Baru, yakni “apostolos” yang berarti “yang diutus”. Namun
pemikiran mengenai kerasulan awam ini baru muncul pada Konsili Vatikan II.
kerasulan awam dalam suatu Dekrit Konsili yang disebut dengan Dekrit
Kristus. Semua usaha Tubuh Mistik yang mempunyai tujuan ini dinamakan
kerasulan. Seperti dalam kesatuan badan yang hidup, tidak satu anggota pun
bersikap melulu pasif, tetapi serentak mengambil bagian dalam kehidupan tubuh
dan berperan dalam kegiatannya, demikian pula dalam Tubuh Kristus yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
yang dilakukan di dalam Gereja maupun masyarakat atau dunia. Kata kerasulan
dapat dikatakan sebagai berikut: “Semua awam yang terhimpun dalam Umat
Allah dan berada dalam satu Tubuh Kristus dibawah satu kepala, tanpa
segenap tenaga yang mereka terima berkat kebaikan Sang Pencipta dan rahmat
Sang Penebus demi perkembangan Gereja serta pengudusan terus menerus. Oleh
karena itu, kerasulan awam disebut sebagai partisipasi dalam misi keselamatan
dan status berbeda sambil bersamaan antara karisma imamat jabatan dan imamat
teologi persekutuan ini ialah mencakup isi sentral misteri atau rencana ilahi
untuk keselamatan umat manusia (Joannes Paulus II, 1998d, 19). Hal-hal yang
137
Yesus Kristus dan Roh Kudus, umat dijadikan satu dengan persekutuan Bapa,
Persekutuan dengan Allah Putera yakni Yesus Kristus, yang dilihat lewat
kedalam kehidupan Krsitus. Dan juga persekutuan umat dengan Roh Kudus
percaya adanya persekutuan Orang Kudus dan kita bersekutu dengan mereka
komunikasi kehidupan dan cinta antara para anggota di dalam Gereja, yakni
mendalam dan bersifat hakiki yang diandaikan sebagai dasar asali: ada satu umat
Allah terpilih; satu Tuhan, satu iman, satu pembaptisan (Ef 4:5).
dalam Keuskupan serta semangat subsidiaritas yang tetap mengakui hak-hak dan
138
di dunia ini demi kemuliaan Allah Bapa. Setiap anggota Gereja dipanggil untuk
merasul dengan mewartakan Injil, supaya dapat menggarami semua orang agar
terarah pada Yesus Kristus untuk diselamatkan olehNya. Awam diserahi tugas
Awam memiliki ciri khas status hidup yaitu hidup di tengah masyarakat dengan
iman, harapan dan kasih. Mereka menerima pencurahan Roh Kudus supaya jerih
payah dalam mewartakan Injil sungguh dapat diterima oleh semua orang
dilepaskan dari Kristus sebagai sumber kehidupan Gereja. Awam perlu memiliki
spiritualitas yang baik sebagai bekal dalam kegiatan merasul. Spiritualitas ini
tampak dalam kehidupan rohani awam yang didorong oleh cinta kasih yang
berasal dari Allah. Dalam semangat cinta kasih, awam memiliki perutusan untuk
sesama untuk masuk dalam kepenuhan hidup Kristus. Semuanya itu tidak bisa
dilepaskan dari teladan Bunda Maria, yang selalu memperhatikan semua umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
yang masih berziarah di dunia ini untuk menuju kebahagiaan kekal (Apostolicam
Actuositatem 4).
Gereja dan masyarakat umum. Aneka bidang kegiatan kerasulan seperti jemaat-
jemaat gerejawi, keluarga, kaum muda, lingkungan sosial, tata nasional dan
Dalam jemaat gerejawi, awam berperan serta dalam tugas sebagai imam,
nabi dan raja. Awam dapat membantu tugas hirarki dalam kegembalaan Gereja.
Sehingga awam perlu memiliki relasi yang dekat dengan hirarki. Selain itu,
menyatukan suami dan isteri menjadi satu keluarga dalam sakramen. Suami-
Selain itu, kaum muda memiliki peranan penting dalam masyarakat dan Gereja.
Kaum muda menjadi aset dan kekuatan penting serta penerus dalam kegiatan
kerasulan. Kaum muda juga perlu dialog dengan kaum dewasa untuk saling
140
Yesus Kristus dan Gereja-Nya, melalui hidup solidaritas dengan sesama warga
peranan juga dalam kehidupan nasional dan internasional, dalam rangka menuju
berkerjasama dengan semua orang dalam setiap bangsa yang disemangati oleh
Actuositatem 14).
(f) Kesimpulan
Setiap orang dipanggil oleh Allah untuk karya pewartaan di dunia ini.
Hal ini merupakan sebuah anugerah bagi mereka yang dengan bahagia
kita untuk pergi ke seluruh dunia dan mewartakan Injil (Mat 28:19-20). Perintah
ini berarti kita semua memiliki hak untuk mewartakan Injil. Salah satu sikap
Salah satu bidang kerasulan awam ialah katekis. Katekis yang dimaksud
disini ialah katekis dari kaum awam. Katekis ini memiliki peranan penting
Kristus. Mereka dipanggil untuk menjalankan tugas pewartaan Injil. Dekrit ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
dan berkat sakramen penguatan yang meneguhkannya dalam terang Roh Kudus
serta melalui Ekaristi yang memberi jiwa kerasulan untuk hidup dalam Yesus
Kristus. Hal ini berarti katekis sebenarnya ialah awam yang merasul. Mereka
menjalankan semangat kerasulan dalam terang Roh Kudus dan semuanya itu
sangat kuat zaman dulu, sedangkan saat ini mulai terpengaruhi oleh adanya
mendorong supaya semua anggota Gereja (khususnya kaum awam) ikut terlibat
bidang kehidupan dan semuanya mengarah pada karya pewartaan Injil di dunia
masing. Dalam hal ini, dibutuhkan pembinaan tertentu bagi mereka yang
bahkan selalu dihidupi untuk senantiasa mewartakan Injil agar semua manusia
142
Secara khusus bagi calon katekis yang saat sedang mempersiapkan diri.
ini bisa memberikan semangat bagi calon katekis untuk tetap semangat untuk
orang. Bagi semua umat beriman kristiani, dekrit ini memberi gambaran bahwa
mereka juga menerima perutusan untuk mewartakan Sabda Allah. Hal ini berarti
21:15. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab
Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes,
apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan,
Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya:
"Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes,
apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata
untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-
Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau
mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki,
tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan
orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak
kaukehendaki."
21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati
dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus:
"Ikutlah Aku."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Teks ini sudah amat terkenal. Ini adalah dialog antara Yesus dengan
Petrus yang terdapat pada akhir Injil Yohanes. Pada pertemuan antara Yesus dan
Petrus yang terjadi sesuadah kebangkitan, terjadilah dialog yang diwarnai oleh
angka tiga. Tiga kali Yesus yang bangkit bertanya kepada murid-Nya, “Apakah
engkau mengasihi Aku?” (ayat 15.16.17). Tiga kali Petrus menjawab secaara
Yesus”. Gagasan ini menarik dan muncul beberapa kali dalam Injil Yohanes.
Dalam Yoh 15, 12, Yesus mengatakan, “inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu
saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”. Yesus tidak mengatakan
“Engkau mesti mengasihi Aku karena Aku telah mengasihi kamu” seperti pola
Yesus adalah “kalau kamu mengasihi Aku, maka kamu harus saling mengasihi
atau mengasihi sesama”. dalam konteks Yoh 21, perintah itu berarti demikian:
Bahwa sampai tiga kali Yesus bertanya hal yang sama kepada Petrus
yang serius. Ini bukan soal main-main! Tampaknya untuk soal yang satu ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Sering kali, teks perutusan seperti ini dianggap lebih tepat atau bahkan
pandangan seperti itu tidak keliru. Di kalangan kita, kosa kata “gembala dan
domba” sering kali dikaitkan dengan para imam dan umat. Imam adalah sang
gembala, dan umat adalah posisi sebagai domba. Oleh karena itu, kita
mendengar ada yang disebut surat gembala, dan beberapa tahun yang lalu, ada
juga yang disebut surat domba. Akan tetapi dilain pihak, rasanya tidak perlu
membatasi penerapan teks seperti itu. Pada jaman Yesus, jelas belum ada
hierarki Gereja seperti yang di miliki sekarang. Paling-paling, yang ada hanyalah
dua belas rasul dengan Petrus sebagai “pemimpinnya”. Oleh karena itu, teks
perutsan seperti itu rasanya juga tepat jika diterapkan untuk para pemimpin
jemaat, termasuk di dalamnya para katekis. tambahan lagi, seperti yang sudah
disebutkan, para katekis ikut ambil bagian dalam tugas Gereja. Dengan
demikian, para katekis juga mendapatkan tugas perutsan dari Yesus yang
2 (dua) tugas penting seorang gembala yang bertanggung jawab: yang pertama
kawanan dari ancaman yang ada. Justru karena seorang gembala bertanggung
jawab untuk menyediakan makanan bagi kawanannya, maka dia harus tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
diman tempat “padang yang berumput hijau dan air yang tenang” (bdk. Mazmur
23, 2). Kadang-kadang, dia harus pergi bersama kawanannya selama berhari-
hari, dari satu tempat ke tempat yang lain, untuk mencari padang rumput yang
hijau. Oleh karena itu, seorang gembala perlu mempunyai penguasaan medan
yang baik. Sejalan dengan itu, seorang gembala juga harus mempunyai
biasanya membawa “Gada atau Tongkat” gembala (bdk. Mazmur 23, 4). Untuk
sebagai senjjata untuk menghadapi binatang buas atau pencuri yang mengancam
Dari bacaan di atas, dua pokok rasanya perlu menjadi dasar hidup atau
wujud dari kasih itu. Dua hal itu tidak bisa dipisahkan dan harus ada bersama.
Sebagai mana kasih perlu diwujudkan dalam tindakan kongkrit, maka rumusan
Dengan demikian, hal yang iya minta kepada murid-Nya adalah hal yang Ia
sendiri sudah lakukan. Ini adalah satu keistimewaan dalam diri Yesus yang harus
146
materi yang diberikan sekaligus untuk saling bercengkrama antara peserta agar
minuman yang telah kita santab. Maka selanjutnya kita akan masuk pada sesi
selanjutnya mengenai apa saja tanggung jawab dan tugas sebagai seorang
katekis yang harus diemban dalam membina iman umat. Dari pertemuan ini
(2) Materi : Tanggung Jawab Katekis Dalam Membina Iman Umat (13.10-
15.00)
(a) Katekis: Kaum Beriman Awam yang Membimbing Orang untuk Beriman
mengalir pula dari jatidirinya sebagai kaum beriman awam. Berkat Sakramen
Baptis dan Krisma, dia mengemban tritugas imamat Kristus sebagai imam, nabi,
dan raja (LG 31). Tugas kenabian berarti turut mewartakan Injil kepada segala
makhluk (Mrk 16:15) dan menjadikan semua bangsa murid Kristus (Mat 28:19-
20a). Sebagai kaum beriman awam, tugas kenabian diwujudkan dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
memberikan kesaksian hidup Injili (LG 35; bdk. Mat 5:16) dan mewartakan
dengan kata-kata (AA 6). Kerap poin kedua ini kurang mendapat perhatian,
padahal Konsili Vatikan II dengan tegas menyatakan, “Rasul yang sejati mencari
kepada mereka yang tidak beriman untuk menghantar mereka kepada iman, baik
kepada kaum beriman untuk mengajar dan meneguhkan mereka, dan mengajak
“para katekis yang telah berkeluarga diharapkan menjadi saksi yang tetap bagi
kesetiaan penuh dan mendidik anak mereka dengan rasa tanggung jawab” .
Berdasarkan perutusan itu dalam pelaksanaan tugas mereka para awam wajib
mematuhi sepenuhnya Pimpinan Gereja yang lebih tinggi” (AA 24). Secara
Keterlibatan kaum awam dalam pewartaan Injil ini bukanlah hal yang
baru. Dalam Perjanjian Baru juga dinyatakan banyak pria dan wanita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
membantu Paulus dalam pewartaan Injil dengan berjerih lelah dalam Tuhan (lih.
Apolos, seorang yang fasih tentang Kitab Suci dari Aleksandria, untuk mengenal
Jalan Tuhan sehingga kemudian menjadi pewarta Injil yang handal (lih. Kis
18:24-28).
Tujuan katekese adalah persatuan dengan Kristus (GDC 80). Salah satu
kelompok yang dibimbing dan diajar oleh para katekis adalah para
katekumen/calon baptis. Para calon murid Tuhan ini harus diajar melakukan
terang (Rom 13:12). Mereka mesti dibimbing pada kepenuhan pengetahuan akan
pengajaran bagi mereka sbb: “Para katekumen, melalui pengajaran dan masa
keselamatan serta diantar masuk ke dalam kehidupan iman, liturgi, cinta kasih
149
bahwa penggerak utama karya pewartaan Injil adalah Roh Kudus sendiri (EN
75). Hanya oleh rahmat Tuhan seseorang dipanggil menjadi murid Kristus.
“Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik
oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman, ”
demikian Sabda Yesus (Yoh 6:44.bdk. 6:65). Dan hanya oleh Roh Kudus
sendiri, tetapi terlebih mengandalkan kekuatan Roh (1 Tes 1:5). Sebab dia
pewartaannya (lih. 2 Kor 2:12 dan Kol 4:3). Secara indah dalam Kis, dituturkan
Lidia (Kis 16:14; bdk. Kis 14:27) sehingga ia mendengarkan pewartaan Paulus
tantangan pewartaan dan dalam perjuangan yang berat, Paulus tetap berani
Maka untuk keberhasilan karya misinya ini, tak segan-segan Paulus meminta
untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama
seperti yang telah terjadi di antara kamu, dan supaya kami terlepas dari para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman”
Kendati demikian, bukan berarti usaha dari pihak manusia tidak perlu.
Paulus yang dari kecil dididik dalam Taurat dan pernah menjadi murid Gamaliel
(Kis 22:3) memang dipersiapkan untuk menjadi alat pilihan di tangan Tuhan
untuk mewartakan nama-Nya (Lih. Kis 9:15). Maka penguasaan Paulus akan
Apolos (lih. Kis 18:27-28). Dalam mewartakan Injil di kota-kota Yunani, Paulus
pertama-tama akan mencari rumah ibadat Yahudi (sinagoga). Sebab di sana dia
bisa bertemu dengan orang-orang Yahudi maupun orang-orang yang takut akan
13:14-16) maupun di Tesalonika (Kis 17:2-3). Ketika berada di Filipi dia tidak
sungai, sebab tempat sembahyang Yahudi pasti tidak jauh dari sungai untuk
Sementara ketika tiba di Areopagus kota Atena, dia mesti mencari pintu
masuk pewartaan. Saat menemukan adanya mezbah untuk “Allah yang tidak
dikenal” (Kis 17:23), dia pun menjadikannya sebagai pintu masuk pewartaan
Injil. Selanjutnya dengan lantang dia mewartakan bahwa Kristus yang tersalib
itu telah bangkit kembali. Suatu pewartaan yang tidak menarik bagi orang-orang
Yunani yang mengharapkan pembebasan jiwa dari penjara badan. Kendati tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
banyak membawa hasil (Kis 17:34), terobosan katekese kreatifnya ini patut
Yahudi (Kis 23:6), di hadapan Raja Herodes Agripa II (Kis 26:24-32), maupun
Titus, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya” (Tit
4:2a). Hal yang sama dilakukan oleh jemaat perdana, saat terjadi penganiayaan
tersebar itu menjelajah ke seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil” (Kis
8:2). Demikian pula Petrus dan Yohanes, dalam perjalanan pulang dari Samaria
Samaria(Kis 8:25).
situasi pendengarnya agar dapat memenangkan mereka semua bagi Injil Tuhan
(lih. 1 Kor 9:19-22). Untuk mewartakan Injil ini, Paulus mesti bertekun dan siap
mengalami aneka rintangan dan penderitaan (lih. 2 Kor 11:23-28). Lebih dari
itu, Paulus berusaha menjadi saksi Injil melalui keteladanan hidupnya. “Dalam
hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami
Tuhan dan kerja keras usaha kita. Menarik bahwa Gereja memiliki dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
pelindung karya misi, yakni St. Fransiskus Xaverius yang gigih mewartakan Injil
yang banyak berdoa untuk para misionaris (1 Okt). Sebagai katekis, upaya
dituntut dari seorang katekis hal-hal berikut ini. Pertama, yakin akan iman yang
kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang
diajarkan supaya terhindar dari hal yang menyesatkan (Luk 17:1-2) dan makin
jelas bagi pendengarnya, maupun metode yang lebih sesuai dengan subjek yang
dihadapi (lih. Kan 779). Dalam kaitannya semangat belajar ini tetap berlaku
Ketiga, tuntutan menjadi saksi Injil, atas apa yang telah kita wartakan.
Tidak cukup bila kita hanya bernubuat dan berkata-kata, sementara perbuatan
kita tidak selaras dengan kehendak Tuhan (bdk. Mat 7:22). Kepada Timotius
Paulus berpesan, “Awasilah dirimu sendiri dan ajaranmu” (1 Tim 4:16). Dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
mengenai Tuhan yang mereka kenal dan yang akrab dengan mereka, seakan
mereka telah melihat yang Tak Kelihatan itu” (EN 75). Secara lugas
„tidak mempraktekkan apa yang mereka wartakan‟ dan berbicara tentang Tuhan
yang secara teoretis mereka tahu baik sekali, tetapi mereka sendiri tidak
dan tanggung jawab mendalam sebagai anggota yang hidup dan aktif dari
Gereja. Secara konkret hal ini tampak dalam kesetiaan mengikuti Misa
Pertama, dari diri kita sendiri. Kita menyadari aneka kelemahan dan
kerapuhan kita, ibarat bejana tanah liat, namun syukur pada Allah bahwa kita
keterbatasan diri, kiranya kita patut bersyukur bila dipercaya mengemban tugas
luhur ini. Dan di sinilah kita boleh berharap akan kekuatan dan bantuan Allah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa
kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2
Kor 4:7).
Kedua, kita akan dihadapkan pada aneka kondisi tanah batin pendengar
yang berbeda-beda, tidak selalu tanah yang subur (lih. Mat 13:1-23). Dibutuhkan
kesabaran dan ketekunan. Di lain pihak kita mesti mengimani bahwa para
pendengar itu adalah kawanan domba milik Kristus sendiri yang mesti diberi
santapan firman dan digembalakan. Cinta akan Kristus memotivasi kita untuk
Ketiga, medan pewartaan yang kita hadapi tidak selalu mudah, sebab
dalam pewartaan Injil ini kita tidak memilih sendiri “kawanan domba yang
gemuk”, tetapi bersama yang lain kita mau peduli pada kawanan yang
seberat yang dialami oleh St. Paulus (lih. 2 Kor 11:23-28). Sebagai katekis kita
tidak ingin seperti benih yang jatuh di tanah berbatu, yang cepat layu karena
diri kita sendiri. Maka semangat kerendahan hati St. Yohanes Pemandi perlu kita
resapkan, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil “ (Yoh 3:30).
155
bukan untuk mencari pujian manusia ataupun dengan maksud loba tersembunyi,
Paulus bisa menjadi pewarta Injil yang militan dan handal karena dia
telah berjumpa dan mengalami Kristus yang bangkit. Demikian pula orang
Gerasa yang kerasukan roh jahat, setelah disembuhkan oleh Yesus diutus
5:19). Begitu pula wanita Kanaan (Yoh 4:28-30). Tugas pewartaan ini
yang mesti senantiasa kita pupuk dan kembangkan. Bagaimana kita bisa
mesti tinggal bersama Yesus dalam doa. Dalam doa kita bisa mempersembahkan
suka-duka pewartaan kita. Hanya Tuhanlah yang sanggup membuka pintu hati
sehingga orang bertobat dan percaya. Dan di luar Dia, kita tidak akan bisa
menjadi murid Kristus. Dalam hal ini kita perlu belajar dari St. Andreas yang
termasuk di antara empat murid pertama Yesus. Bahkan dalam Injil Yohanes,
Simon, kakaknya, kepada Yesus (Yoh 1:41-42). Dialah yang melaporkan anak
yang membawa lima roti jelai dan dua ikan sehingga Yesus mengadakan
mukjizat pergandaan (Yoh 6:8-9). Dan dia pula yang menyertai Filipus untuk
melaporkan kepada Yesus bahwa ada orang Yunani mau menemui-Nya (Yoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
tinggi, ataupun saat Yesus berdoa di Getsemani, Andreas tidak pernah diajak
serta. Andreas adalah sosok pribadi yang rendah hati dan bersyukur bahwa boleh
Sebagai katekis, kita akan dihadapkan pada aneka kesulitan dan derita.
Bahkan barangkali juga tiada jaminan bahwa kita akan terbebas dari penyakit.
mengingat Sabda Bahagia Tuhan Yesus (Mat 5:10-12) dan nasihat Paulus
berikut ini, “Kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada
Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia” (Flp 1:29). Kepada
pewartaan single fighter, perlu diganti dengan sinergi aneka potensi. Pengurus
mengutus dan mendelegasikan tugas perutusan kepada para murid. Paulus pun
2:2). Dalam hal ini „jabatan‟ pengurus hendaknya pertama-tama dilihat sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
upah” (Mat 10:10; bdk. 1 Kor 9:10). Namun, Paulus sengaja memilih tidak
menggunakan haknya. Dia bersyukur boleh mewartakan Injil tanpa upah (1 Kor
9:18). Dia bisa tetap hidup dari keringatnya sendiri karena bekerja sebagai
pembuat tenda (Kis 18:3). Maka selain membagikan Injil, Paulus juga
membagikan hidupnya sendiri (1 Tes 2:8). Hal yang sama terjadi di antara para
bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga” (Luk 10:20). Inilah yang
selama-lamanya” (Dan 12:3). Inilah janji Tuhan bagi semua yang ambil bagian
dalam pewartaan Injil. Maka, kita boleh berseru bersama St. Paulus, “Celakalah
158
menambah semangat para peserta yang hadir. Ice breaking diisi dengan lagu dan
video “chicken dance”. Ice breaking ini dipandu langsung oleh pemandu
mengikuti pembina dan alunan dari musik video “chicken dance”. Ice breaking
ini disesuaikan dengan waktu yang ada karena hanya sebatas pilihan untuk
i) Penutup (13.15-13.30)
(1) Pengantar
Bapak ibu sekalian yang terkasih dalam Kristus, hari ini kita telah
melewati dan menyelesaikan rekoleksi pertama kita dengan dua sesi yang berisi
materi yang membantu bapak ibu untuk semakin mantap dalam pelayanannya
sebagai katekis. untuk pertuan hari ini kita cukupkan sampai disini. Dan semoga
mengikuti kegiatan rekoleksi. Terimakasih atas perhatian bapak ibu semua. Jika
ada yang masih terarasa kurang untuk ditanyakan dapat ditanyakan dipertemuan
kedepan. Pertemuan hari ini kita tutup dengan doa dan lagu penutup.
Allah yang maha baik kami berterima kasih kepada-Mu atas penyertaan-
Mu dalam rekoleksi hari ini sehingga rekoleksi ini berjalan dengan lancar. Ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Bapa semoga dengan apa yang kami dapat padai hari ini dapat berguna dalam
setiap pelayanan dan perutusan kami kedepan. Kami tahu sebagai manusia kami
memiliki banyak kekurangan. Tetapi kami akan berjanji dengan segenap hati
kami dapat menjadi pelayan-mu yang setia sehidup semati menjadi perantara
ditengah-tengah umat-Mu dalam membina iman mereka. Seluruh doa ini kami
160
BAB V
PENUTUP
Pada bagian akhir dari karya tulis ini, penulis mencoba melihat kembali
Pada bagian pertama akan disampaikan kesimpulan, pada bagian kedua akan
tinggal penulis berkarya sebagai katekis nantinya dan pada bagian akhir akan
A. Kesimpulan
pada persekutuan orang beriman dalam suatu paroki teritorial. Sementara dengan
(campur tangan yang teratur menurut sistem) dan metodis (sesuai metode) dalam
161
sampai ke arah paguyuban iman yang baru tersebut terjadi dalam proses. Karena
itu dalam definisi di atas terdapat istilah “berkembang” yang menunjuk pada
proses. Hal ini dipertegas pula oleh pernyataan awal: “Intervensi sistematis dan
bahwa proses perubahan jemaat menuju suatu persekutuan iman yang baru
lokal yang oleh Hooijdonk disebut paroki teritorial di mana gereja ada, hidup
dan berkembang. Jemaat lokal dalam hal ini menjadi subyek maupun obyek.
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa Allah tetap menjadi subyek utama
jemaat dibangun oleh manusia, melainkan oleh Roh Kudus. Bersamaan dengan
Roh Kudus juga, Kristus disebut sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh
seluruh bangunan, rapi tersusun menjadi bait Allah yang kudus di dalam Tuhan.
Di dalam Dia kamu juga turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah, di
162
Jemaat harus diakui pula karya manusia dalam Pembangunan Jemaat. Tidak
jawab menjadi subyek Pembangunan Jemaat. Sesama subyek itu tersusun secara
hirarkis. Uskup dan imam harus menciptakan iklim positif di mana warga jemaat
biasa dipandang sebagai subyek, yakni sebagai manusia yang dipanggil untuk
Allah-lah yang membangun Gereja, bahwa Roh Allah secara spiritual bekerja
bersama para anggota umat dan pejabat gereja. Jemaat dalam arti ini bukan saja
keadaan Yehuda dan Israel dan akan membangun mereka seperti dulu.” (Yer
33:7). Bukan Yehuda dan Israel saja, melainkan semua orang. Semuanya
mengejawanta secara konkrit dalam jemaat lokal dalam bentuk paroki, dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
memberi ruang bagi semua orang untuk pertumbuhan yang terarah pada
penyempurnaan.
pernyataan Hooijdonk yaitu mengantarai kasih dan keadilan Allah. Umat akan
mengerti tentang kasih dan keadilan Allah jika mereka merasakan kasih dan
keadilan secara nyata. Kasih yang kongkrit itu bisa ditularkan oleh pemimpin
umat. Hal ini juga terinspirasi dari kata-kata Paulus: “Kenakanlah kasih sebagai
kasih pasti menciptakan situasi yang adil. Dalam arti itu umat beriman merasa
dirangkul, diperlakukan secara sama dan tidak ada yang terpinggirkan. Hadir,
tinggal dan merasakan kehidupan nyata umat sambil mempersatukan diri mereka
dalam keterikatan parochial dalam mana Allah terus berkarya dan umat beriman
dalam proses. Tujuannya adalah agar umat bertumbuh dalam persekutuan iman
yang baru. Proses ke arah persekutuan tersebut akan terlaksana dengan baik jika
ada dasar teoretis yang bisa dijadikan kerangka acuan untuk berproses. Berkaitan
164
imani dan bertindak rasional. Antara bertindak yang mengimani karya Roh
Kudus dalam Gereja dan yang merasa diteguhkan oleh tradisi yang diwariskan
kepada kita serta bertindak yang secara rasional mengatur sumbangan jemaat
serta mengarahkannya kepada tujuan yang dapat terjangkau dan di samping itu
merancang dan menguji metode serta sarana untuk mencapai hasil yang sebaik
mungkin. Di sini diandaikan bahwa Pembangunan Jemaat itu tidak boleh berat
sebelah. Misalnya penekanan pada usaha beriman saja. Harus ada kombinasi
antara keduanya. Berhadapan dengan hal ini maka menjadi tugas seorang
tetapi penanaman iman sampai menuju persekutuan iman yang baru memerlukan
pula sarana teoretis yang perlu bagi pengembangan, seperti penyediaan sarana
mengembangkan daya nalar dan kritis terhadap apa yang diimani sambil juga
biasa bagi mereka yang menjalankan pastoral. Namun ada juga pakar teologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
a. Fungsional
bidang kepemimpinan dan managemen. Intinya setiap tugas dan peran memang
harus efektif dan fungsional. Masing-masing pihak yang terkait perlu kesadaran
Harus ada tujuan dan hasil yang hendak dicapai. Ada tujuan jangka
panjang dan ada tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang dalam hal
Pembangunan Jemaat adalah paguyuban iman yang baru yang memberi tempat
utama pada kasih dan keadilan Allah. Dalam rangka pencapaian tujuan akhir
tersebut perlu pula ada tujuan-tujuan antara yang mengarah ke sana. Tujuan
pemberdayaan umat.
historis yang berlangsung sampai hari ini dan melihat keadaan sekarang dan hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
diselesaikan.
Tahap-tahap ini berproses secara spiral. Itu berarti bahwa ada hilir mudik.
Kesalahan dalam fase tertentu kadangkala baru menjadi jelas dalam fase
dianggap sangat penting. Fungsi ini perlu ada. Perlawanan terhadap hal ini dapat
memanfaatkan ilmu sosial untuk mencapai hasil. Bagi banyak orang, adanya
167
5. Mengaktifkan partisipasi
Untuk mencapai suatu paguyuban iman yang baru, maka penting kiranya
agar semua elemen umat terlibat di dalamnya, baik pemimpin maupun semua
vitalisasi umat beriman bukan juga hal yang mustahil. Pembangunan Jemaat
harus dan mau bekerjasama dengan semua manusia yang beriman tanpa paksaan
atau penekanan, melainkan mau mengadakan relasi kerja sama yang fungsional
rekan, ada empati terhadap orang lain dan sekaligus perhatian terhadap perasaan
sendiri. Dalam arti itu harapan akan keaktifan umat dalam Pembangunan Jemaat
boleh terwujud.
dasar yang membantu jemaat untuk sampai pada tujuan yang semestinya, yaitu
paguyuban iman yang baru yang lebih sesuai dengan kepengikutan Yesus dan
168
B. Refleksi Pribadi
karena harus berhadapan dengan kondisi medan jalan yang rusak, penduduk
darat, cuaca, dan umat yang rata-rata berpendidikan maksimal tingkat SMA
dengan pengalaman dan budaya yang dipegang umat setempat. Semua hal itu
harus bisa saling berhubungan agar lebih mudah masuk dan secara pasti
provinsi Kalimantan Barat, umat di sana begitu erat memegang adat istiadat dan
budaya. Hal ini harus dipertahankan jika ingin membangun jemaat Kristus.
Lewat budaya yang begitu kental tersebut, Pembangunan Jemaat diharapkan bisa
semakin mempererat antara Gereja dan budaya supaya bisa saling berdampingan
dalam strategi menyatukan jemaat. Jika umat merasa di dalam Gereja budaya
tetap tidak dilupakan maka secara otomatis ada rasa sangat dihargai unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
identitas diri dalam beragama dan timbal baliknya, umat berbudaya tersebut
akan menerima setiap Pembangunan Jemaat yang diberikan oleh Gereja Katolik.
biasanya hanya berkumpul untuk mengikuti sebuah perayaan Ekaristi atau ibadat
Gereja dan lain sebagainya. Setidaknya dengan adanya Pembangunan Jemaat ini
yang selama ini hanya sekedar mengikuti perayaan Ekaristi berubah menjadi
daerah asal memiliki cita-cita tidak hanya menjadikan setiap perkuliahan selama
ini hanya untuk mengejar ijasah sarjana (S1) yang bergerak dalam pendidikan
saja demi beberapa lembar uang, tetapi lebih kepada pelayanan dan tujuan utama
Pembangunan Jemaat dan pemberdayaan umat katolik menjadi umat yang maju
hadapan Allah. Dengan karya tulis mengenai Pembangunan Jemaat ini, penulis
mengerti arti pelayanan bukan sekedar menjadi katekis dalam arti pegawai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
sebuah instansi (guru) tetapi lebih kepada seluruh ilmu yang diperoleh harus bisa
menjadi seorang pengajar dan ketika di tengah umat tenggelam atau hilang tanpa
ada sumbangsih sebagai seseorang yang sedikit banyak memahami ilmu agama
C. Saran
tugasnya sebagai pelayan Kristus yang misioner. Melalui rekoleksi tersebut umat
apa saja tugas dan tanggug jawabnya karena dasarnya sudah terangkum dalam
171
DAFTAR PUSTAKA