Disusun Oleh :
1. Anggi Sayangi Sianturi
2. Eron Gabriel Rustam Siahaan
3. Vinance Geovani Anna Sihombing
4. Yusuf Willy Nababan
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas berkat
karunia yang melimpah diberikan kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas yang telah diberikan oleh bapak Pdt. Joksan Simanjuntak M.Th sebagai dosen
pengampu mata kuliah pembangunan jemaat mengenai theologi praktis. Adapun
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan bapak dosen yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami kelompok penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami penuis sangat mengaharapkan saran dan
kritik dari pembaca agar semakin baik dan memberikan manfaat bagi kita semua, dan
atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Kelompok Penulis
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. TEORETIS-ILMIAH
a. Beberapa Gagasan Berhubungan dengan Teologi Praktis sebagai Teori
b. Teologi Praktis sebagai Ilmu Tindak Tanduk
c. Teori Bertindak Teologi-Praktis
d. Perspektif Hermeneutis
e. Perspektif Strategis
f. Perspektif Empiris
2. ANALISI SOSIAL:PERANGKAT KARYA PASTORAL
a. Lingkaran Pastoral
b. Pengertian Analisis
c. Unsur unsur Analisis
d. Rangkuman dan Kesimpulan
3. ANALISIS SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL
a. Model-model
b. Contoh-contoh Perubahan
c. Rangkuman
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
14.5 Siklus Empiris dalam Relasi dengan Siklus Regulatif dan Lingkaran
Hermeneutis Menurut de Groot, siklus empiris de fakto didasarkan pada proses
pengalaman yang terjadi dalam semua orang. Momen yang pertama di sini adalah
pengamatan. Sesuatu dari lingkungan mempengaruhi saya, saya mengamati sesuatu. Dari
pengamatan ini, seseorang bereaksi terhadap lingkungannya. Dengan itu terbukalah pilihan
antara alter- natif-alternatif: orang dapat bereaksi begini atau begitu. Cara bereaksi dapat diuji
dalam praktek, untuk menelusuri mana dari antara berma- cam-macam alternatif dirasa paling
baik. Bentuk dasar siklus empiris memuat baik momen-momen induktif maupun deduktif,
yang berarti bahwa dalam penelitian jalan induktif dan deduktif tidak boleh saling mengusir,
melainkan justru harus saling mengundang. Siklus regulatif itu tidak begitu berhubungan
dengan meramal dan menjelaskan, me- lainkan dengan merancang dan mengubah dan dengan
membentuk inti metodologis untuk teori tindakan strategis.
Memperlihatkan bagaimana konteks kesadaran tertentu berpengaruh dalam interaksi,
seperti nyata dari penelitian oleh Glaser dan Strauss. Demikianlah sekali lagi tampaklah
hubungan antara perspektif hermeneutis, strategis, dan empiris. Dari perspektif hermeneutis
diper- oleh motif-motif yang berhubungan dengan motivasi dan isi yang me- resapi perspektif
strategis dan empiris .
Disini dua pendekatan dala analisis sosial yaitu : “akademis” dan “pastoral”.
Pendekatan akademis mempelajari/ mengkaji situasi sosial khusus dengan cara yang benar-
benar abstrak dan objektif, merinci semua elemennya agar dimengerti dengan jelas.
Pendekatan pastoral memandang realitas dalam keterlibatan historis, mempertimbangkan
situasi untuk bertindak.
A. Lingkaran Pastoral
Refleksi teologis
Asumsi-asumsi metodologis apa yang mendasari refleksi teologis? Dalam hubungan macam
apakah analisis sosial tersebut menunjang teologi? Sebagai pelengkap atau unsur pembantu?
Seberapa dekat teologi terkait dengan situasi sosial yang ada?
Perencanaan pastoral
Siapakah yang terlibat di dalam perencanaan pastoral? Apakah implikasi-implikasi dari
proses tersebut menunjuk jawaban-jawaban yang tepat? Bagaimanakah hubungan antara
kelompokkelompok yang melayani dan yang dilayani?
2. Dibalik anekdot
Perencanaan Pastoral yang efektif perlu melibatkan gerakan itu dalam sesuatu yang
bersifat kasuistik sampai yang analitis. Analisis sosial coba menyajikan arti serupa dari
kesatuan sistem realitas. Dalam konteks analisis sosial, fakta-fakta dan permasalahan tak lagi
dipandang sebagai problem yang saling terpisah. Lebih dari itu semua dipandang sebagai
bagian dari sebuah keselu ruhan yang saling berkaitan. Dengan menggunakan analisis sosial,
kita dapat menanggapi keadaan yang lebih besar dengan cara lain Sistematis.
untuk menganalisis secara objektif situasi sebenarnya dalam ne gerinya sendiri. Demikian
agar dalam situasi itu dapat menebarkan Sabda Injil yang kekal, dan untuk menarik prinsip-
prin sip atau refleksi, norma-norma putusan dan petunjuk tindakan \dari ajaran sosial Gereja'
(No. 4).
Analisis sosial '' hanyalah' sebuah mo-men dalam lingkaran tersebut. Meskipun
merupakan langkah yang sangat perlu menuju ketindakan efektif demi keadilan, analisis
sosial harus dilengkapi dengan refleksi teologis dan perencanaan pas toral. Tak ada bagian-
bagian yang dapat dipisahkan secara total. Teologi tidak terbatas pada momen yang secara
eksplisit disebut refleksi teologis' (Theological Reflection). Dalam arti yang lebih luas, semua
momen lingkaran tersebut merupakan bagian dari definisi luas teologi
B. Pengertian Analisis
Analisis sosial dapat didefinisikan sebagai usaha memperoleh gambaran yang lebih
lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan
strukturalnya. Analisis sosial tersebut berperan sebagai perangkat yang memungkinkan kitai
menangkap dan memahami realitas yang sedang kita hadapi, atau yang dalam terminologi
Amerika Latin ditunjuk dengan istilah 'la-i realidad". Analisis sosial menggali realita dari
berbagai dimensi.
Dalam menggunakan analisis sosial sebagai sebuah perangkat/alat pastoral, kita perlu
menyadari keterbatasan keterbatasannya. Agar persoalan tersebut agak jelas, sebaiknya kitai
rumuskan (Pada akhir tinjauan ini kita akan kembali ke tema keterbatasan-keterbatasan
analisis).
Pertama, analisis sosial tidak dirancang untuk menyediakan sebuah jawaban langsung atas
pertanyaan 'apa yang kita perbuat?" Jawaban atas pertanyaan itu merupakan tugas strategi
atau perenca naan. Analisis sosial membuka konteks di mana sebuah program bagi perubahan
sosial dapat diperlihatkan, tetapi tidak menyajikan 'blueprint', bagi tindakan.
Kedua, analisis sosial bukanlah kegiatan esoteris monopoll kaum intelektual. Setiap
hari kita semua menggunakan perangkat i itu dalam berbagai cara. Kita menggunakannya
kalau kita mengait kan sebuah masalah atau peristiwa pada yang lain. Atau juga kalau kita
memilih sebuah langkah tindakan ketimbang langkah yang lain. Kerangka kerja yang memuat
hubungan dan pilihan-pilihan itui mungkin mengandung analisis sosial yang tersembunyi.
Analisis sosial yang lebih mendetail membuat analisis implisit itu menjadi eksplisit dan lebih
tepat.
Ketiga, analisis sosial bukanlah perangkat yang "'bebas nilai'. Pokok ini sangat
penting diperhatikan. Analisis sosial bukan sebuah pendekatan yang netral, atau sudut
pandang yang semata-mata ilmiah dan objektif terhadap realitas. Memang kita harus
berusahai bersih, tepat, logis dan beralasan.
2. Kesulitan-kesulitan
Ada berbagai jawaban yang dapat ditemukan dalam fakta kompleks masyarakat kita
dan tendensinya ke arah perubahan dan kontroversi.
Kedua, analisis sosial merupakan aktivitas yang sulit karenai masyarakat kita terus-
menerus berubah. Analisis di masa kemarin mungkin tak lagi sah hari ini. Perubahan-
perubahan di hari esok bisa saja menggagalkan asumsi-asumsi kita hari ini.
Ketiga, memasuki analisis sosial berarti memasuki bidang ma salah yang menjadi
sengketa. Adanya sengketa itu akan membuat i tugas kita lebih berat dan sukar. Seperti kita
lihat tadi, analisis sosial tidaklah bebas nilai. Kita senantiasa memilih sebuah analisis yangi
secara implisit terkait pada suatu tradisi ideologis tertentu. Menyatakan diri tak berideologi
sendiri sebenarnya merupakan posisi ideo logis. Dengan menempatkan diri dalam suatu visi
masyarakat, entah itu kapitalisme, sosialisme, feodalisme, tribalisme dll. Kita berinteraksi
dengan pelbagai gerakan sosial dan politik. Beberapa di antaranya saling bertentangan satu
sama lain.
Kita sedang memasuki sebuah era yang sulit. Sebelum dekade 1970, Amerika Serikat
merupakan sebuah daratan yang memilliki kesempatan sosial yang terus-menerus
berkembang. Namun dewasai ini, Amerika sedang berubah menjadi suatu daratan dengan
kesem patan yang semakin kecil. Tema kultural utama yang mendasari erai pra ekspansionis
masa ini adalah ''batas-batas'. Tema baru yangi memberi tekanan pada kesadaran kita dewasa
ini adalah ,'batas' kekayaan dan pertumbuhan kita.
Walaupun analisis terhadap era baru itu berbeda-beda, adanya era baru itu secara luas
diterima sebagai fakta. Kelompok-kelompok politik baru telah lahir menghadapi tantangan
itu.Menentukan keterbatasan-keterbatasan itu tak perlu merupa kan hasil akhir suatu
kesempatan. Tetapi adanya keterbatasan-ke terbatasan', berarti bahwa asumsi-asumsi di masa
lalu kita tentang ekspansi yang tak terbatas dalam wilayah-wilayah yang terbuka dan
berkembang terus itu kini tak lagi sah. Peluang dan kesempatan baru dapat ditemukan, tetapi
hanya dalam batas-batas baru itu. Na mun untuk menemukan kesempatan tersebut, kita harus
mempertajam analisis sosial kita, merangsang imajinasi kreatif dan memper luas visi kita.
'Batas-batas baru' masa ini merupakan imajinasi dan kreativitas sosial di dalam batas-batas
larangan yang telah tertentukan bagi kita.
C. Unsur-unsur Analisis
Dalam analisis realitas sosial, kita menyelidiki sejumlah unsur masyarakat. Diantara lain:
1. Dimensi historis
2. Unsur-unsur struktural
3. Berbagai pembagian masyarakat
4. Pelbagai derajat dan tingkatan masalah yang ada
1.Sejarah
Memandang masalah sejarah secara serius menjadi sebuah solusi dalam masalah
analisis sosial, karena hal inilah yang menunjukkan dari mana kita berangkat. Sejarah
membuat kita mendapat konteks yang lebih luas karena memperjelas masa lalu dan
menawarkan wawasan masa depan. Tapi pada saat ini pendekatan pada analisis sosial kini
banyak yang bersifat nonhistoris, dimana pendekatan ini lepas dari konteks dan di perlakukan
secara mutlak, seperti contohnya yaitu metodologi (perbandingan) yang mengabstraksikan
masa sekarang dan sejarah.
Kesadaran historis itu memandang pergerakan waktu, dimana waktu yang dimaksud
adalah penunjukan dari deretan berbagai kejadian khas dimana kita terlibat secara sadar dan
dapat mempengaruhinya. Jika kita gagal memperhatikan dimensi historis, maka pemahaman
kita tidak akan memadai dan akan menyesatkan. Kita dapat membedakan 2 momentum dalam
setiap kesadaran historis:
Momen yang pertama adalah momen ilmiah, dimana dalam hal ini kesadaran historis
memiliki beberapa tahap.
Pertama adalah tahap pemisahan (separation) yaitu pemisahan dari lingkungan yang
ganas. Yang kedua adalah tahap asimilasi dimana lupanya akan bahasa leluhur dan
menjauhkan diri dari apa yang dilakukan oleh leluhur. Tahap yang ketiga adalah imigrasi
yaitu momen identifikasi. Dimana pada hal ini tidak hanya berarti memulai langkah baru,
bahkan sampai memunculkan rasa bangga yang baru. Momen kedua dalam kesadaran historis
adalah momen intuitif (intiutive moment). Momen ini kurang rasional dan kurang tepat
dengan momen ilmiah. Momen-momen mendorong diskusi berbagai skenario. Popularitas
nampak merupakan sebuah akibat dari gerak perubahan cepat yang sedang kita alami.
2.Struktur
3.Pembagian sosial
Pembagian masyarakat pada dasarnya mencakup ras, sex, umur, etnis, agama,
geografis dan sebagainya. Pembagian seperti itu nampak nampak berlangsung sangat jelas
dan langsung. Pentingnya mengenali pembagian-pembagian tersebut didasarkan pada 2
alasan. Pertama, akbibat dari peristiwa tersebut yang mempengaruhi seluruh masyarakat
dengan cara yang tidak sama. Yang kedua, jika saling bertentangan, maka itu akan
mengacaukan proses perubahan sosial.
Dengan menajikan analisis sosial sebagai perangkat dan alat tindakan pastoral
ini, kita melihat pendekatan yang dapat mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang
membingungkan. Pada akhirnya kita memilih berbicara analisis sosial tetapi tidak
melakukan analisis sosial tersebut. Pendekatan yang telah kita lihat menempatkan tugas
analisis sosial dalam sebuah lingkaran pastoral yang menuju ketindakan bagi
keadilan.Kita hendakmenerapkan analisis kita pada berbagai tantangan sosial . dalam
kerangka analisis kita akan jelas bahwa pendekatan yang kita lakukakn bersifat:
Untuk melihat dinamika sosial kita perlu menganalisis. Analisis sosial memungkinkan
untuk membantu kita untuk menjawab dan menanggapi permasalahan secara efektif. Tentu
saja ada interpretasi tentang erubahan sosial. Untuk itu ada 3 model interpretasi tentang
dinamika perubahan dalam masyarakat, yaitu:
1. Model tradisional
2. Model liberal
3. Model radikal
A. Model-model
1. Model Tradisional
Secaara historis model tradisional untuk menafsirkan perubahan sosial atau
dinamika masyarakat telah menjadi model yang dominan. Arinya pandangan
tradisional sama sekali bukanlah perubahan. Metode yang di gunakan adalah
bercorak biologis (memandang masyarakat sebagai organisme yang analog
dengan tubuh manusia). perubahan merupakan irama alam itu sendiri, terungkap
dari perubahan musim-musim dan peredaran hidup manusia. prinsip yang berlaku
yang operatif dalam model ini bersifat otoritarian dan hierarkis. Segelintir orang
menguasai rakyat banyak . mereka yang berkuasa menentukan proses sosial:
bagaimana tatatertib harus di jaga bagaimana masyarakat berfungsi, bagaimana
kesejahteraan harus dirumuskan di sajikan yang merupakan ancaman-ancaman
penyimpangan dan patologis dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut moel tradisional perubahan historis yang penting di pandang sebagai
penyimpangan atau fenomena patologis. Maka jawaban terbaik terhadap
tantangan yang akan menggoyahkan keteraturan adalah:
a. Mendamaikan dan mengurangi tantangan dan menyerapnya ke dalam
sistem yang ada.
b. Atau membuangnya sama sekali.
2. Model Liberal
Secara umum model perubahan liberal telah mengganti model tradisional
dalam masyarakat dewasa ini. konsep-konsep pragmatisme dan plularisme
sungguh penting pada model ini. model libaeral berorientasi pada masa depan dan
akrab dengan perubahan yang artinya akan mengubah struktur.
Model liberal berciri evolusioner, pluralistik, dan manejerial. Metafor
interpretasi dasarnya bersifat mekanistis mengambil paradigmanya pada fisika
Newton. Menurut model ini waktu sosial bersifat linear atau evolusioner. Gerak
sejarah bukan siklis, tetapi progresif. Kejadian baru yang berarti selalu terbentang
dan terbuka. Kemajuan berjalan menurut kontium dimana masyarakat setahap
tahap demi tahap melangkah maju dan meningkat.
Dalam model ini terdapar asumsi bahwa "kepentingan umum' bukanlah tujuan
langsung dar keprihatinan sosial, melainkan merupakan hasil yang tak langsung
dari aktualisasi semua bagian. Dalam bidang ekonomi, "'kekuatan yang tak
nampak" (invisible hand) memimpin persaingan dalam sis tem "pasar bebas" bagi
keuntungan semua. Dalam bidang politik, bagian-bagian itu digerakkan karena
kelompok-kelompok kepen tingan. Dalam bidang kultural bagian-bagian tersebut
mengungkap kan diri lewat "pemikiran bebas". Menurut pandangan ini, masya
rakat yang sehat ditandai oleh individualisme dan inovasi, berkem bang dengan
cepat melalui situasi pengembangan, perluasan dan situasi persaingan. Prinsip
yang berlaku dan operatif dalam model liberal ialah manajerial. Interaksi dari
bagian-bagian yang saling terpisah dalam sistem itu menuntut manajemen yang
rasional. Manajemen itu harus melaksanakan 2 tugas pokok:
1. Harus mengekang bagian-bagian dari gerak-gerak ekstrem, seperti anarki, di
mana perpaduan sosial hancur. Atau juga otoritarianisme, di mana kekuatan sosial
ekonomi dan poli tik sangat terpusat dan terkonsentrasi di tangan sedikit orang.
2. Tugas manajemen adalah meniaga keselurühan bagian ber. gerak bersama
terus seirama dengan arah pengembangan kemajuan.
Sebagaimana telah disebut di muka corak menajerial model liberal tidak langsung dan tidak
secara positif mengembangkan "'kepentingan umum". Lebih dari itu mendorongnya secara
negatif dengan menambah kekuatan yang menantang dan menyajikan peluang bagi
kemajuan. Menciptakan keseimbangan sistem merupakan se suatu yang sangat penting.
Keseimbangan adalah sifat baik sosial yang pokok pada model ini.
Jika masyarakat dilihat terus menerus dalam perubahan, jawaban terbaik terhadap
tantangan tertentu ialah menetapkan bagaimana cara mengelolanya. Kepentingan-
kepentingan yang saling bersaing harus diadu. Sebuah aliran "manajemen konflik" bahkan
telah dibentuk. Peran pemerintah yang berciri liberal terutama ditetapkan sebagai "laissez-
faire". Selama periode belakangan ini, liberalisme berkembang dalam bentuk yang lebih
berciri sosial. Itulah apa yang kita maksud dengan istilah "'liberal" dalam politik Amerika
dewasa ini. Menurut liberalisme purba (atau konservatisme Amerika dewasa ini), kekuatan-
kekuatan sosial yang saling bersaing harus dibiarkan dan harus diperbolehkan menjalan kan
peran normalnya dalam negara "'laissez-faire". Pemecahan yang stabil atas konflik rasial
dicari, tetapi bukan transformasi mendasar dari sistem sosial. Dalam upaya menenang kan
orang-orang kulit hitam dengan langkah-langkah kaum refor. mis, para pendukung model
liberal menunjukkan sejumlah perubah an yang telah terjadi dan memperingatkan bahaya
perubahan yang terlampau cepat dan revolusioner.
3. Model radikal
Model ketiga dari dinamika perubahan sosial akan kita sebut ''model radikal".
Menurut perspektif radikal ini masyarakat berge rak melalui kurun sejarah seperti gelombang
dengan bentuk-bentuk baru yang muncul dari kontradiksi-kontradiksi bentuk lama. Bentuk-
bentuk yang lama hilang, dan tak satu pun nampak lagi. Tans formasi sistem yang mendasar
terjadi. Model radikal merupakan sebuah model yang berciri transformatif, interdependen,
dan parti sipatif. Metafor dasarnya ialah karya seni. Mari kita kaji tiap-tiap unsurnya. Model
ini memandang waktu sosial bersifat transformatif. Model tradisional melihat masyarakat
sebagai tak berubah; model libe ral memandang masyarakat terus-menerus berubah, namun
tanpa perubahan struktur dasarnya. Tetapi pada model radikal, transfor masi mendasar terjadi
justru dalam struktur sosialnya, sebagaimana peristiwa seiarah secara fundamental
menimbulkan tahap baru. Ada sebuah kaitan historis antara masa lalu, masa kini, dan masa
depan, tetapi merupakan kaitan dialektis. Melalui dialektika itu tahap tahap muncul dari
tahap-tahap lain lewat proses konflik yang kreatif.
Menurut model ini ruang sosial bersifat interdependen. Masya rakat merupakan
sebuah keseluruhan sistem, tetapi punya kualitas yang lain dengan interrelasi organis yang
ada dalam model tradisional. Model tradi sional menyediakan ruang yang sempit bagi
partisipasi, karena masyarakat dipimpin oleh elite yang otoriter. Model liberal mengizin kan
partisipasi, tetapi karena kompleksitas masyarakat dewasa ini (dipersulit lagi oleh
individualisme dan kepentingan-kepentingan yang saling bersaing), keputusan-keputusan
dasar tinggal di tanganelite manajerial, Tetapi model radikal menuntut input langsung dari
komunitas komunitas orang kebanyakan bagi keputusan-keputusan penting se luruh
masyarakat kita (baik dalam bidang-bidang politik, ekonomi maupun kebudayaan).
B. Contoh-contoh Perubahan
1. Internasional
Aplikasi lebih lanjut dari model-model penafsiran tsb. dapat Kedua, model-model
perubahan membantu kita untuk mengerti kekuatan dan kelemahan kita. Jika kita menguji
pengalaman-pengalaman kita sendiri secara jujur (baik pengalaman personal maupun
pengalaman institusional), barangkali kita sadar bahwa kita bertin dak menurut semua model
perubahan. Pada kesempatan lain dan dalam situasi yang berbeda, kita cenderung mendukung
tindakan yang ''mempertahankan sistem", atau "'memperbaharui sistem". atau juga yang
"'mengubah sistem'.
Model radikal melihat masalah-masalah struktural serius yang tak dapat diperbaiki
dengan hanya sekedar penyesuaian dalam sis tem itu sendiri. Penyembuhan atas "'Penyakit
sosial" adalah trans formasi struktural yang luas. Misalnya, modal dan teknologi sebagai
motor ganda perekonomian secara langsung harus ditata bagi tanggung jawabnya terhadap
masyarakat, dikendalikan orang orang yang digerakkan oleh kegunaannya. Model radikal
memandang masalahnya bukan pada jumlah industrialisasi atau angka pertumbuhan, tetapi
masalah sifat dasar produksi dan distribusi. Jawaban radikal terhadap kemiskinan di AS ini
tidak didukung oleh pemimpin-pemimpin utama, meskipun diteriakkan oleh semakin banyak
warganya. Model radikal membuat bangkitnya berbagai unsur pendekatan alternatif dalam
kehidupan ekonomi, politik dan kebudayaan. Meskipun demiki Model tradisional
menanggapi tantangan perubahan di dalam Gereja dengan menekankan kembali kategori
kepercayaan dan praktek tradisional. Penolakan terhadap perubahan merupakan na. da yang
khas. Gambaran statistik tak berubah tentang Gereja dipro yeksikan, bahkan juga dalam
terminologi yang dipakainya (sepert acuan pada" deposito iman'. "'keadaan rahmat", dan "
kebenaran kebenaran kekal").
Distingsi senantiasa terjadi di sekitar kita. Karya bagi keadilan sosial sebagian besar
merupakan karya untuk mengarahkan proses-proses yang ada menuju ke situasi sosial yang
lebih menaruh hormat pada hak-hak martabat manusia. Maka tindakan pastoral yang hendak
memajukan keadilan perlu memahami dinamika-dinamika perubahan sosial dan
menghubungkan berbagai dinamika tersebut secara kreatif.
Dalam bab di atas kita telah menguraikan tiga model penafsiran untuk memahami
perubahan, di samping menyajikan beberapa implikasinya bagi jawaban-jawaban pastoral
yang muncul dari tiap tiap model.
Pada kesempatan lain dan dalam situasi yang berbeda, kita cenderung mendukung
tindakan yang ''mempertahankan sistem", atau "'memperbaharui sistem". atau juga yang
"'mengubah sistem'. Ketidak konsekuenan itu dapat dipahami, bahkan boleh
dipertimbangkan. Ada saatnya untuk me lindungi tradisi. Ada saat untuk membaharui, dan
ada waktunya bagi perubahan mendasar. Tetapi dalam momen manakah sejarah sistem sosial
kita ini berada? Pertanyaan itu merupakan suatu pene gasan. Bagaimanapun juga kita perlu
sungguh-sungguh menyadari pi lihan kita untuk mengenali prasangka-prasangka tertentu kita
atas berbagai model perubahan. Hanya dengan sungguh-sungguh sadar kita dapat
menentukan efektivitas pendirian kita terhadap realitas sosial yang kita hadapi. Barangkali
cara terbaik untuk menghargai pentingnya analisis sosial yang secara serius
mempertimbangkan dinamika perubahan adalah menerapkannya pada situasi sosial konkret
yang kita hadapi sekarang. Dalam bab 3, kita akan menyelidiki "perubahan" jika dikaitkan
pada masalah "'Dunia Ketiga' dan pembangunan dalam negeri, sambil mencari model-model
yang menyajikan jawaban pastoral praktis bagi sebuah dunia yang sedang berubah secara
cepat.
BAB III
KESIMULAN DAN SARAN
Pada akhirnya kita memilih berbicara analisis sosial tetapi tidak melakukan analisis
sosial tersebut. Pendekatan yang telah kita lihat menempatkan tugas analisis sosial dalam
sebuah lingkaran pastoral yang menuju ketindakan bagi keadilan. Lewat garis-garis jabatan,
profesi, serta pribadi pastor, tampak kontur-kontur dari teologi pastoral itu. Teologi pastoral
harus dipandang sebagai bidang vak yang berdiri sendiri di dalam teologi praktis. Dengan
catatan singkat mengenai jabatan pastor, kita mengakhiri bagjan ketiga buku ini. Karya bagi
keadilan sosial sebagian besar merupakan karya untuk mengarahkan proses-proses yang ada
menuju ke situasi sosial yang lebih menaruh hormat pada hak-hak martabat manusia. Maka
tindakan pastoral yang hendak memajukan keadilan perlu memahami dinamika-dinamika
perubahan sosial dan menghubungkan berbagai dinamika ter sebut secara kreatif.
Pengolahan masing-masing bidang dan disiplin pastoral harus dicari dalam literatur
khusus mengenai misalnya katekese, liturgi, diakonia, pembangunan jemaat, karena teologi
praktis lebih merupakan dasar bersama dan bahasa bersama untuk semua aksi pastoral
tersebut. Hal itu berarti bahwa di semua bidang aksi pendekatan hermeneutis, strategis, dan
empiris diperlukan, sedangkan bidang-bidang itu berdiri sendiri dalam pengolahan serta
kontekstualitasnya.