Anda di halaman 1dari 8

Kata-kata kunci: kaum Injili, evangelical, theology, protestan

Pendahuluan
Latarbelakang Istilah
Istilah
Evangelical
atau Injili adalah istilah yang sangat populer dalam theologia Kristen. Istilah ini bukanlah
istilah yang baru sama sekali karena istilah ini sesungguhnya sudah dipakai untuk menyebut
sebagian pemimpin umat Katolik Roma yang saat itu setia pada ajaran Alkitab yang murni;
dimana mereka mengutamakan keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik kelakuan yang
Alkitabiah, seperti pentingnya membaca Alkitab, iman kepada Yesus sebagai Juruselamat pribadi
dan kesalehan hidup.
1
Chris Marantika menyatakan hal senada bahwa sejak masa reformasi ungkapan ini telah
dikenakan kepada gereja-gereja Protestan, dan kadang-kadang digunakan untuk menunjuk
kepada sesama aliran gereja Protestan. Di Rusia, istilah Injili sama dengan denominasi Baptis.
2
Dalam konteks Indonesia masa kini, kata Injili digunakan secara luas oleh berbagai gereja,
baik oleh gereja-gerejaProtestan yang merupakan hasil Zending Belanda maupun gereja-gereja
yang dihasilkan oleh gerakan
Revival
dan atau
Holliness Movement
. Grolier Academic Encyclopedia mendefinisikan evangelikalisme sebagai berikut.
Evengelicalism is a term applied to a numberof relates movement within Protestanism. They are
bound together by a common emphasison what they believe to be a personal relationship with
Jesus Christ and a commitment to the demands of the New Testament. Evangelicalism is
ussually associated with a type of preaching that calls on the hearer to confess his or her sin and
believe in Christs forgiveness
.
3
Definisi di atas, menunjukkan bahwa evangelikalisme adalah istilah yang berkaitan dengan
gerakan dan aliran Protestan yang memiliki karakter yang sama yaitu penekanan pada keyakinan
pribadi pengikutnya pada Yesus Kristus dan komitmen yang sungguh pada ajaran-ajaran
Perjanjian Baru. Khotbah yang menantang pendengarnya untuk
1
Mengenal Kaum Injili, diakses 7 Agustus 2013, http://www.suplemengki.com/mengenalkaum-injili/
2
Chris Marantika,
Kaum Injili Indonesia Masa Kini
(Surabaya: YAKIN, t.t.), 8.
3
Grolier Academic Encyclopedia Vol. 6
(USA: Grolier International, 1983), s.v. evangelicalism

2 mengakui dosanya dan menerima pengampunan di dalam Kristus dianggap sebagai jenis
khotbah kaum Injili. Dalam Alkitab, istilah Injili dalam bahasa Yunani adalah

(baca:
euangelion
). Secara harfiah kata ini berarti kabar baik atau kabar sukacita. Istilah ini juga yang dipakai
untuk menunjuk kepada Perjanjian Baru sebagai Injil, yaitu kabar baik bagi semua orang. Dalam
konteks Perjanjian Baru, kata ini digunakan untuk menyatakan kabar baik, bahwa di dalam Yesus
ada jaminan keselamatan yang pasti. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, setiap orang yang
percaya kepada Yesus akan beroleh hidup yang kekal. Inilah berita Injil; berita sukacita bagi
semua orang. Dengan berpegang teguh pada kebenaran sebagaimana yang dinyatakan dalam
Perjanjian Baru, kaum ini menamainya kaum Injili. Meski aliran ini tidak lahir sebagai suatu
aliran yang benar-benar baru dalam kekristenan, tetapi aliran ini merupakan aliran yang paling
luas pengaruhnya dalam sejarah perkembangan ajaran Kristen. Ideologi dan filosofi aliran Injili
meresap hampir di semua aliran gereja yang ada. Sejauh istilah Injili diartikan sebagai suatu
komitmen kesetiaan pada Injil (Alkitab), maka semua gereja yang melakukannya dapat disebut
sebagai (dan atau tercakup dalam) aliran Injili. Akan tetapi keyataannya tidak demikian. Kaum
Injili dalam perkembangan dan pergerakkannya telah menunjukkan suatu bentuk pemahaman
dan karakteristiknya tersendiri yang membedakannya dengan aliran lain dalam gereja Kristen,
meskipun pemahaman dan karakteristik itu tidak sama persis dalam seluruh gereja atau aliran
Injili di semua belahan dunia. Gerakan Injili yang ada saat ini sebenarnya adalah gerakan Injili
baru atau yang lebih dikenal dengan nama Neo-Evanjelikal (Gerakan Injili Pembaharuan).
Tetapi istilah Neo-Evanjelikal jarang dipakai. Gerakan ini lebih sering memakai nama Injili
saja.Mengingat Neo-Evanjelikal memiliki pembahasannya tersendiri, maka dalam tulisan ini
yang akan dibahas lebih banyak adalah gerakan Injili dalam bentuk awalnya (abad XVI XIX).
Sejarah Singkat Gerakan Injili dan Perkembangannya
Sebagaimana telah di singgung di atas, semangat Injili telah ada sejak abad XVI. Pada saat itu di
gereja Roma Katolik ada sebagian orang yang dengan setia mempertahankan kemurnian ajaran
Alkitab dan praktik-praktik hidup yang saleh. Pada awalnya kelompok yang dimotori para
kardinal ini tidak dianggap berbahaya dan bahkan diterima sebagai gerakan penyegaran rohani.
4
Ketika Reformasi terjadi, kelompok ini dengan sendirinya terpisah dari gereja Roma Katolik.
Mereka dikeluarkan dari Gereja Roma Katolik dan gereja kelompok ini menggunakan nama
Evangelische Kirche
(secara harafiah: Gereja Injili). Nama itu digunakan untuk menegaskan bahwa Reformasi beserta
gereja yang dihasilkannya hendak kembali kepada Injil yang murni sebagaimana terdapat di
dalam Alkitab sebagai satu-satunya sumber ajaran dan dasar kehidupan gereja.
5
Menurut
The World Book Encyclopedia
, istilah Injili sudah muncul dan digunakan sejak tahun 1500-an. Buku ini menjelaskan sebagai
berikut
PENGAJARAN (ASAS) EVANGELIKAL
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, evangelikalisme memiliki kaitan yang erat dengan
fundamentalisme. Oleh sebab itu, pengajaran Evangelikalisme tidak jauh berbeda dengan

fundamentalisme. Berikut ini pokok-pokok asas kaum Injili yang utama, Alkitab adalah Firman
Allah
Bagi kaum Injili, Alkitab adalah firman Allah yang diwahyukan tanpa salah, merupakan
pedoman hidup satu-satunya. Keyakinan ini dipertegas dalam Lausanne Covenant yang
berbunyi: Kami meyakini secara tegas keilhaman, kebenaran, dan kekuasaan Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru secara keseluruhan sebagai satu-satunya Firman Allah yang tertulis, tanpa
salah dalam pernyataannya, dan ialah satu-satunya pedoman yang benar bagi iman dan peraktek
hidup. Pernyataan yang sama ditegaskan oleh kaum injili di Chicago USA dalam konferensi
tentang
Innerrancy of the Scripture
yang intinya menyatakan bahwa Kitab suci adalah firman Allah satu-satunya yang diberikan
tanpa salah seluruhnya. Keyakinan pada otoritas Alkitab sebagai satu-satu firman Allah dan
tanpa salah merupakan keyakinan yang mendasar yang dianggap sebagai ciri khas utama teologi
injili. Bahkan, keyakinan dianggap sebagai keyakinan yang membedakan seorang injili dan non
Injili. Sebuah organisasi gereja atau badan atau kristen bahkan sekolah teologia apa pun dapat
dianggap tidak Injili kalau tidak memiliki keyakinan yang demikian. Pengilhaman merupakan
pokok yang penting dalam doktrin kaum Injili. C. C. Ryrie sebagai seorang tokoh Injili
menyatakan bahwa teori pengilhaman yang dianut kaum Injili adalah teori pengilhaman verbal.
Ia menjelaskan bahwa:
Pengilhaman harfiah (verbal inspiration) bukan berarti bahwa Allah menyerahkan Alkitab
kepada manusia dalam bentuk buku dengan jilid yang tebal. Dan bukan pula berarti bahwa
penulis-penulisnya adalah juru tulis yang beritanya didikte Allah kata demi kata. Melainkan berarti
bahwa Allah mengarahkan para pengarang dengan menggunakan gaya dan minat mereka, memimpin
mereka dengan Roh Kudus, sehingga berita ilahi dinyatakan dengan tepat dalam naskah-naskah
asli. Doktrin kita yaitu pengilhaman harfiah juga berarti bahwa kita dalam menentukan teks
(bukan dalam pengertian makna teks) teks itu tidak dapat salah dan bahwa setiap perkataan
termasuk bentuk kalimat tunggal dan jamak dan bentuk waktu adalah tepat seperti yang
dikehendaki Allah
.
28
Berdasarkan pendapat tersebut, jelaslah bahwa kaum Injili menerima Alkitab sebagai firman
Allah apa adanya; yang benar, berotoritas, dan tanpa salah. Mungkin karena pemahaman yang
semacam ini juga (pengilhaman verbal), kaum Injili memiliki kecenderungan untuk memahami
dan menafsirkan Alkitab apa adanya (literal). Selain itu, pengaruh dispensasionalisme juga
mungkin ada dalam hal ini. Alkitab bagi orang Injili adalah satu-satunya ukuran bagi segala
presuposisi, asumsi, pemahaman bahkan perilaku mereka. Militansi kaum Injili terhadap Alkitab
tidak diragukan lagi. Alkitab adalah segala-galanya. Sama seperti kaum fundamentalisme, kaum
Injili sangat menjunjung tinggi Alkitab sebagai firman Allah yang berotoritas. Namun, semua
sikap terhadap Alkitab yang dimiliki oleh kaum Injili memiliki perbedaan yang mendasar dengan
kaum fundamentalisme. Kaum fundamentalisme cenderung memiliki sikap yang negatif karena
prinsip yang sama. Mereka menjadi orang-orang yang sempit dan menolak segala hal yang
bersifat Ilmiah (pengetahuan) yang berkaitan dengan Alkitab karena beranggapan bahwa hal-hal
yang ilmiah cenderung merongrong otoritas Alkitab. Sebaliknya, kaum Injili tetap membuka diri
terhadap dialektika ilmu pengetahuan dan Alkitab, namun tetap memegang prinsip yang mereka
yakini. Kaum Injili justru mengambil hal-hal yang positif dari ilmu pengetahuan untuk
meneguhkan otoritas dan ketanpasalahan Alkitab

Dengan demikian, kaum Injili menerima Alkitab apa adanya. Bagi mereka, apa yang ditulis
dalam Alkitab harus diterima dan diyakini sebagai firman Allah yang berotoritas. Pandangan ini
tentu saja berbeda dengan pandangan teologi kontemporer lainnya seperti aliran historis kritis
yang cenderung mengkritisi segala yang tertulis di dalam Alkitab. Alkitab dilihat hanya sebuah
dokumen sejarah kuno yang harus dinilai dan kritik oleh akal manusia.
29
Pola pikir filsafat (seperti Humanisme dan Eksistensialisme) merupakan prinsip yang dipakai
dan dipegang oleh aliran ini dalam mengkritisi Alkitab. Karena kaum Injili menerima apa yang
tertulis dalam Alkitab, maka kaum ini mengakui adanya mujizat. Berkaitan dengan mujizat,
mereka menentang tegas gerakan rasionalisme, modernisme, dan sekularisme yang mengabaikan
unsur mujizat dalam iman Kristen. Kaum Injili tetap yakin bahwa Tuhan Yesus yang Maha
Kuasa itu tidak berubah, baik kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya. Oleh sebab Tuhan
Yesus tidak berubah, maka mukjizat pun masih terjadi hingga saat ini.
30
Solus Christus
Solus Christus
berarti keselamatan hanya oleh Yesus. Prinsip ini berkaitan dengan Kristologi dan Soteriologi,
bahwa hanya melalui Kristus manusia dapat diselamatkan; bahwa manusia dapat diterima oleh
Allah hanya di dalam Kristus. Kristus-lah satu-satunya jalan menuju keselamatan. Melalui
kematiannya di kayu salib, Kristus menjadi jalan pendamaian antara Allah dan manusia. Kaum
Injili percaya bahwa Kristus mati bagi dosa-dosa manusia. Bagi kaum Injili, mengatakan bahwa
Kristus menanggung dosa kita sama pengertiannya dengan Kristus mati bagi dosa kita, karena
Dia tidak dapat menanggung dosa mereka tanpa mati (berkorban) bagi mereka.
31
Kristus mati bagi orang berdosa, sehingga melalui kematiannya ia mendamaikan manusia yang
berdosa dengan Allah Bapa. Tanpa menanggung dosa manusia, pendamaian itu tidak mungkin
terjadi dan bahwa Ia tidak dapat menanggung dosa manusia tanpa mati di kayu salib. Pada masa
reformasi, ajaran
Solus Christus
telah dikembangkan dalam sebuah konteks ekklesiologis. Hal ini telah melahirkan pemahaman
tersendiri sebagaimana yang berlaku dalam gereja Roma Katolik;
extra ecclesia nulla salus
. Berdasarkan pemahaman inilah Gereja Roma Katolik membangun doktrin ekklesiologi bahwa
keselamatan hanya dapat dicapai dengan melakukan upacara-upacara gereja, menerima dan
mempercayai ajaran gereja yang kesemuanya itu tidak dapat dilepaskan dari peran (otoritas) para
pemimpin atau pejabat gereja. Bagi kaum Injili, Kristus merupakan merupakan pusat
pemberitaan gereja (orang percaya). Kaum Injili percaya bahwa Kristus dapat ditemui dalam
setiap Kitab (Kejadian Wahyu), karena Alkitab pada intinya menyatakan siapa Kristus dan
bagaimana Ia berkarya bagi umat-Nya. Munculnya penekanan pada rasio dan filsafat tidak
membuat kaum Injili beralih dari keyakinannya terhadap Kristus sebagai Anak Allah dan Anak
Manusia
Ajaran tentang Keselamatan
Sebagaimana telah disinggung di atas, kaum Injili percaya sepenunya bahwa keselamatan hanya
ada di dalam Kristus. Manusia yang berdosa hanya dapat diselamatkan jika ia percaya dan

menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Sehubungan dengan keselamatan, maka
tema penting dalam teologi Injili adalah pertobatan (
conversion
). Dalam perspektif kaum Injili pertobatan berarti meninggalkan dosa dan berpaling (beriman)
kepada Kristus. Untuk memperoleh keselamatan, seseorang harus bertobat sungguh-sungguh,
meninggalkan dosanya dan percaya keoada Kristus. Menurut kaum Injili, keselamatan adalah
seratus persen karya Allah tetapi manusia memiliki tanggung jawab penuh untuk datang dan
menerima keselamatan yang dari pada Tuhan. Manusia harus bertobat kepada Tuhan menerima
keselamatan dari Tuhan. Pertobatan merupakan taspek yang progressif dalam kehidupan Kristen.
Slogan pertobatan sehari-hari (artinya pertobatan yang terus menerus) merupakan prinsip yang
dipegang teguh oleh kaum Injili. Dalam hal ini, pertobatan dikaitkan dengan kerinduan dan
komitmen untuk hidup kudus. Sehubungan dengan pokok ini maka kelahiran baru (
regeneration
) merupakan ajaran penting dalam hal ini. Bagi kaum Injili, seseorang hanya dapat diselamatkan
jikalau ia telah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Selain itu, topik-topik mengenai pemilihan (
election
), penebusan (
redemption
), pendamaian (
reconciliation
), pembenaran (
justification
), pengudusan (
santification
), kesatuan dengan Kristus (
union with Christ
), dan pengangkatan (
adoption
), juga merupakan ajaran-ajaran yang dianggap penting dalam doktrin keselamatan kaum Injili,
meskipun tidak sehebat Calvinisme. Berkaitan dengan prinsip ini, bagi kaum Injili, keselamatan
ditawarkan dan disediakan bagi setiap orang. Oleh sebab itu, Injil harus diberitakan kepada
segala bangsa tanpa terkecuali. Amanat Agung merupakan perintah yang tidak bisa ditawartawar. Penginjilan adalah tugas wajib bagi orang percaya (baca: gereja). Semangat kaum Injili
dan komitmennya bagi pelayanan misi (Penginjilan) merupakan kenyataan yang tidak bisa
dipungkiri. Dalam poin ini, kaum Injili sangat menonjol dibandingkan dengan aliran-aliran
lainnya.
32
Tema kedua dalam soteriologi Injili adalah iman. Iman merupakan syarat mutlak untuk
menerima keselamatan. Memang tidak dapat dibantah bahwa dalam semua aliran teologi Kristen,
iman merupakan pokok yang penting. Ketika seseorang menjadi Kristen, maka ia masuk dan
memulai kehidupan yang baru, yang disebut sebagai kehidupan beriman. Iman merupakan dasar
utama dalam kehidupan Kristen. Bagi kaum Injili, iman merupakan fondasi yang harus berakar
dan bertumbuh dalam praktek kehidupan sehari-sehari. Iman merupakan suatu sikap hati yang
bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam menjalani dan menghadapi segala pergumulan
hidup. Chris Marantikan mengatakan bahwa berkaitan dengan ini, maka doa mendapat tekanan
penting dalam segala kegiatan kaum Injili di segala bidang hidup. Hal ini telah mendorong

timbulnya banyak kelompok doa (termasuk di Indonesia), yang disamping bermanfaat bagi
pemberitaan dan pengajaran juga bagi komunikasi dengan Allah secara berkelompo
18
Ajaran tentang Penciptaan
34
Semua kaum Injili setuju bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu dan manusia adalah
ciptaannya yang unik. Tetapi mengenai proses penciptaan, belum ada keseragaman pendapat
diantara teolog Injili. Sebagian tokoh Injili menolak teori Evolusi,sementara yang lain
berpendapat bahwa proses penciptaan dalam Kejadian 1-2 merupakan proses yang terjadi dalam
rentang waktu yang panjang. Mereka yang berpendapat demikian disebut penganut teistik
evolusionis dalam aliran Injili. Sedangkan yang lain yang disebut aliran Literalis, menyakini dan
mempertahankan bahwa penciptaan terjadi dalam 6 hari sebagaimana yang ditulis dalam Alkitab.
Tahun 1955 seorang teolog aliran Injili (Bernard Ramm) berteori bahwa Allah menciptakan
dunia ini secara progressif. Ia menyebut konsep ini dengan sebutan Progressive Creatonism.
Empat tahun kemudian, yaitu pada tahun 1959 Edward J. Carnell mengemukakan teori
Threshold Evolution mengenai penciptaan. Dalam teori ini ia mencoba untuk memecahkan
masalah the great age of the earth and the man. Pertengahan tahun 1960, Henry Morris
mencoba mengawinkan tafsiran literal terhadap Kejadian 1-2 dengan ilmu pengetahuan yang
kemudian menghasilkan teori Scientific Creatonism. Beberapa kecenderungan lainnya adalah
usaha de-scientisasi terhadap Kejadian 1-2, dimana kisah penciptaan tidak boleh dianggap
sebagai detail scientific data, tetapi sebagai framework yang menyatakan kebesaran dan
totalitas penciptaan dalam tangan Allah.
Ajaran tentang Akhir Zaman (Eskatalogi)
Mengenai ajaran Eskatalogi, kaum Injili berbeda dengan kaum Fundamentalis. Kaum Injili
setuju bahwa pusat atau titik utama dalam Eskatalogi adalah kedatangan Kristus yang kedua kali,
tetapi dalam hal milenialisme tokoh-tokoh kaum Injili memiliki berbagai perspektif yang luas.
Pandangan mengenai milenialisme setidaknya terbagi dalam empat kubu, yaitu PremilenialismeHistoris (tokohnya George E. Ladd), Premilenialisme-Dispensasional (tokohnya Herman Hoyt),
Postmilenialisme (tokohnya Loraine Boettner) dan amilenialisme (tokohnya Anthony Hoekma).
Parousia
merupakan pokok utama dalam ajaran Eskatalogi Injili. Meskipun dalam pengajaran mengenai
tanda-tanda yang mendahului
parousia
tokoh-tokoh Injili mungkin tidak sama persis, tetapi mereka sepakat bahwa fakta Eskatalogi yang
paling penting adalah kedatangan Kristus yang kedua kali. Umat manusia hanya diperhadapkan
dalam dua pilihan, ke surga atau neraka. Perkembangan terakhir mengenai pandangan
Evangelikal dalam hal Eskatalogi digambarkan sAjaran tentang Dunia dan Lingkungan
36
Ajaran kaum Injili yang lain adalah asas mandat ilahi. Bagi kaum Injili menjadi seorang
Kristen berarti menjadi warga negara sorga dan dunia, mengemban dalam dirinya mandat ilahi
berganda. Disatu pihak ia, bersama umat manusia laiannya, apa pun latar belakang kepercayaan
mereka, mengemban mandat ilahi pembangunan (kultural), yang mendatang menata dunia ini
sebagai tempat yang baik untuk dihuni. Mandat ini bersifat ilahi karena diberikan Allah sendiri

sebelum kejatuhan manusia (lih. Kej. 1:28;2:15). Agen tunggal bagi mandat ini ialah negara yang
merupakan kumpulan masyarakat manusia yang berbeda-beda agama, yang telah dipersatukan
oleh latar belakang yang sama, dalam wawasan yang sama bertekad mengurus atau menata diri
bersama. Di pihak lain, kaum Injili percaya bahwa kepada umat Kristiani secara eksklusif,
sebagai warga kerajaan Allah, dibebankan Mandat Ilahi Pembaharuan (Spiritual), yang
bertujuan menjadikan manusia itu hidup baru melalui kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh
Kudus lantaran iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Mandat ini diberikan
Allah sesudah kejatuhan manusia dalam dosa, dan berlaku sampai kedatangan Tuhan Yesus yang
Kedua Kali.
Evaluasi
Melalui pemaparan di atas, beberapa catatan atau hal penting yang dapat diambil mengenai
evangelikalisme adalah:
Pertama
, evangelikalisme adalah aliran yang lahir dalam dan dari tradisi Kristen mula-mula. Ketika
gereja (Katolik) mulai cenderung menjalankan dan membangun gereja dengan berbagai doktrin
dan pemahaman manusia, masih ada sekelompok orang yang dengan setia mempraktekan dan
mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran sebagaimana yang dikatakan Alkitab. Dalam
perkembangan selanjutnya, kaum evangelikalisme tetap teguh pada sikap yang sama, khususnya
dalam menghadapi tantangan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teologi yang orientasinya
berujung pada keraguan dan penolakan akan wibawa dan otoritas Alkitab.
Kedua
, evangelikalisme merupakan gerakan yang dinamis dan terbuka. Tidak seperti nenek moyangnya
(fundamentalisme) yang cenderung menutup diri dan separatis, evangelikalisme tetap membuka
diri terhadap isu-isu perkembangan zaman, termasuk perkembangan ilmu pengetahuan dan
teologi. Dalam sikap keterbukaan itu, evangelikalisme bukanlah tipe aliran yang mudah terbawa
arus, walaupun kadang kala ia sendiri tidak dapat menentukan atau memberi batasan yang tegas
dimana ia berdiri. Sifat yang dinamis dan terbuka inilah yang membuat evangelikalisme menjadi
aliran yang mudah diterima oleh berbagai denominasi gereja yang ada, termasuk di Indonesia.
Dalam hal ilmu pengetahuan, evangelikalisme memanfaatkannya dengan mengambil sisi positif
ilmu pengetahuan untuk meneguhkan keyakinannya akan Injil. Evangelikalisme pun tidak
enggan mengembangkan misi dan pemberitaan Injil dengan sarana-sarana atau unsur-unsur ilmu
pengetahuan yang ada.
Ketiga
, evangelikalisme merupakan aliran yang paling terkenal dengan semangat penginjilannya. Aliran
ini juga secara aktif memprakarsai tindakan sosial yang nyata sebagai wujud dari pemahaman
akan Injil. Meski diakui ada juga aliran lain yang melakukan hal sama, tetapi evangelikalisme
mengungguli semuanya. Sayangnya, semangat penginjilan ini seringkali tidak ditunjang oleh
semacam program tindak lanjut
36
Diambil dari Chris Marantika,
Kaum Injili Indonesia Masa Kini,
16-17
20 yang efektif, sehingga ladang Tuhan yang telah dibuka, dapat terus dipertahankan dan
ditumbuh-kembangkan. Hal ini terlihat jelas dalam sejarah penginjilan beberapa gereja Injili di

Indonesia misalnya. Walaupun evangelikalisme memiliki banyak hal yang baik dan positif yang
tidak dimiliki aliran teologi yang lain, tetapi ada beberapa hal yang penting yang perlu
diperhatikanoleh kaum ini, diantaranya;
Pertama
, evangelikalisme tidak mudah (atau tidak dapat) menunjukkan identitas dirinya secara jelas dan
tegas. Dalam bahasa profan, teologi kaum evangelikal adalah teologi yang suka ada di sana,
di sini dan di mana-mana. Dari satu sisi, hal ini kelihatannya bukanlah suatu masalah yang
serius. Tetapi bagaimanapun juga, evangelikalisme harus berusaha sedapat-dapatnya menentukan
jati dirinya sendiri, menentukan batasan-batasan dan dasar pijaknya dalam berteologi, meskipun
memang tidak dapat dikatakan sebagai teologi Injili murni (karena tidak ada satu teologipun
yang tidak berakar dari pola teologi yang sudah pernah ada sebelumnya).
Kedua
, sebagaimana dilihat dalam sejarahnya, evanjelikalisme adalah aliran yang mudah terpecah
dalam dirinya sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dalam perkembangan teologi Injili yang
cenderung berbeda mengenai salah satu ajaran (misalnya tentang penciptaan atau Eskatalogi).
Perbedaan pandangan ini mungkin disebabkan karena pengaruh ilmu pengetahuan dan kaum ini
berusaha untuk menjembati problematika ilmu pengetahuan dan Alkitab, ataupun juga sekedar
bertujuan untuk memberi alternatif terhadap beragam pandangan dalam teologia Kristen yang
muncul. Dari sudut ini, niat kaum Injili patut dihargai. Tetapi disisi lain celah perpecahan internal
bisa terbuka. Bukan tidak mungkin perang dingin terjadi dikalangan teolog Injil
ebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai