Oleh,
712015077
TUGAS AKHIR
Fakultas Teologi
Salatiga
2019
PENDAHULUAN
GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) merupakan gereja kesukuan Karo
dengan aliran Calvinis1 yang didirikan oleh misionaris dari Nederlansche
Zendling Genootschap (NZG) Belanda. Pos Pelayanan Injil GBKP yang pertama
berdiri di Desa Buluhawar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang,
Provinsi Sumatera Utara dan disahkan pada tanggal 18 April 1980. 2 Tujuan
berdirinya GBKP di Tanah Karo adalah untuk menjangkau keberagaman
masyarakat Karo dari segi budaya, suku, ras, golongan dan wilayahnya.3 Sebelum
menerima Injil dan mengenal agama Kristen, masyarakat Karo kuno menganut
”animisme” dalam bahasa Karo lebih dikenal dengan Pemena (kepercayaan mula-
mula yang mempercayai Tendi (jiwa), Kula (tubuh) dan Begu (roh orang atau
kerabat yang sudah meninggal).4
Dalam tulisan ini, penulis akan mengulas lebih jauh tentang salah satu
perayaan tahunan GBKP yaitu perayaan Kerja Rani. Menurut Tata Gereja GBKP
BAB XLII Penataan Harta Milik GBKP, Pasal 178 tentang Sumber Harta
Milik, butir yang ke 4, menyatakan bahwa Kerja Rani (pesta panen) merupakan
kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh masing-masing Runggun Gereja (GBKP
secara keseluruhan) dan hasil dari pelaksanaan Kerja Rani merupakan salah satu
sumber keuangan yang ditujukan untuk menunjang kebutuhan keuangan dalam
pelayanan Sinode dan masing-masing runggun.5 Kerja Rani merupakan sebutan
pesta panen masyarakat Karo dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi
Kerja = Pesta; Rani = Panen. Perayaan Kerja Rani merupakan perayaan yang
bertujuan untuk mengumpulkan hasil panen terbaik dari jemaat (profesi petani)
sebagai persembahan kepada Allah. Kerja Rani merupakan kegiatan yang
dilaksanakan setiap pertengahan tahun yang sudah dilaksanakan oleh GBKP sejak
1
Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025 (Kabanjahe: Abdi Karya, 2015, 3.
2
Moderamen GBKP, Tata Gereja, 1.
3
Moderamen GBKP, Tata Gereja, 14.
4
Tania Murray Li, Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia (DKI Jakarta:
Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia pada Yayasan Obor Indonesia, 2002), 366.
5
Moderamen GBKP, Tata Gereja, 154.
1
tahun 1925.6 Perayaan Kerja Rani dilaksanakan setiap pertengahan tahun karena
bertepatan dengan masa panen pada umumnya. Konteks jemaat GBKP yang
awalnya berdomisili di daerah Karo adalah mayoritas petani dan jemaat pada
masa itu memberikan persembahan dalam bentuk hasil panen. Melalui perayaan
Kerja Rani jemaat berharap agar Allah memberkati pekerjaan mereka dan
menghasilkan panen yang baik dan berlimpah untuk tahun-tahun berikutnya.7
6
Pdt. Diarna br Sinulingga (Pendeta GBKP Runggun Kuta Parik). Wawancara. Minggu, 31
Maret 2019.
7
PERMATA GBKP Pusat, Bimbingan PA Permata GBKP tahun 2015 (Kabanjahe: Abdi
Karya, 2015), 62.
8
Pt. Sangkep br Ginting (Penatua dan Mantan Bendahara Umum GBKP Runggun
Namopinang). Wawancara. Jumat, 15 Februari 2019.
9
Pt. Erwin Sermon Surbakti (Penatua dan Sekretaris Umum GBKP Runggun
Yogyakarta). Wawancara. Minggu, 17 Februari 2019.
2
panduan PA dan uang), Diakonia, Pesta Panen (Kerja Rani), penggalangan dana
dan lainnya.10
10
Garis Besar Pelayanan GBKP 2016-2020 (Kabanjahe: Abdi Karya, 2015), 22-23.
11
Pdt Kristaloni br Sinulingga (Pendeta Jemaat GBKP Runggun Yogyakarta).
Wawancara. Selasa, 19 Februari 2019.
12
Jekonia Tarigan (Mahasiswa Pasca Sarjana UGM dan Tim Pelaksana Kerja Rani
GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara. Rabu, 20 Februari 2019.
13
Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual (Maumere: Ledalero, 2002), 64.
3
ini akan menggunakan model akan disesuaikan hasil analisa teori dan hasil
penelitian.
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif dengan
memperhatikan kesesuaian antara teknik yang digunakan dengan alur pemikiran
umum serta gagasan teoritis. Tujuan penelitian kualitatif adalah mencari
pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realitas peristiwa yang
14
Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2009),
11.
4
dipahami melalui informasi yang diulas secara mendalam.15 Tulisan ini
merupakan deskriptif variabel yang diperoleh melalui wawancara dengan jemaat
GBKP Runggun Yogyakarta. Adapun narasumber yang menjadi sumber infomasi
diantaranya, Pendeta, Majelis, Jemaat dan Tim Pelaksana Kerja Rani. Sumber
data lainnya diperoleh dari hasil evaluasi kegiatan gerejawi berdasarkan dokumen
kesekretariatan. Objek penelitian dari tulisan ini adalah GBKP yang berada di
Kota Yogyakarta. Penulis melaksanakan penelitian lapangan secara langsung agar
memperoleh informasi yang akurat.
LANDASAN TEORI
15
J. R, Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya
(Jakarta: Grasindo, 2010), 1-2.
5
dan sejarah manusia dengan situasi yang dialami saat ini. 16 Teologi kontekstual
merupakan dasar dari semua teologi yang ada, diantaranya; teologi feminis,
teologi hitam, teologi pembebasan dan teologi Filipina. Untuk memahami teologi
kontekstual dibutuhkan upaya yang bersumber dari sudut pandang refleksi
objektif, yang berdasarkan; iman, kitab, kebiasaan atau tradisi dan pengalaman
masa kini.17
Tabel berikut menjelaskan bahwa pengalaman masa lampau dan masa kini
memiliki dua potensi, yang pertama saling bertabrakan karena pengalaman masa
lampau dan masa kini tidak dapat dipaksakan untuk menjadi sama; yang kedua,
16
Y. Tomatala, Teologi Kontekstual (suatu pengantar), (Malang: Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 1996), 2.
17
Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual (Maumere: Ledalero, 2002), 1.
18
Tomatala, Teologi Kontekstual , 73.
19
Bevans, Model-model, 2-3.
20
Bevans, Model-model, 9.
6
pengalaman masa lampau merupakan pembentukan sedangkan pengalaman masa
kini lebih berperan untuk memberikan nyawa atau wadah realitas agar sesuai
dengan konteks masa kini. Namun, interaksi diantara keduanya tetap tidak dapat
dipisahkan karena adanya dialog kritis timbal balik yang membuat pengalaman
masa lalu dan masa kini harus berdampingan agar seimbang.21
21
Stephen B. Bevans, Teologi dalam Perspektif Global: Sebuah Pengantar, (Maumere:
Flores NTT, 2010), 229-230.
22
Bevans, Model-model, 13-25.
7
4. Mendorong manusia untuk menjalani kehidupan percaya bukan dengan
melihat ke dalam Alkitab, melainkan melihat melalui Alkitab otoritas
Alkitab sebagai Firman Allah tidak disangkal atau ditolak.
23
Emanuel Gerrit Singgih, Berteologi dalam Konteks, (Yogyakarta: BPK Gunung Mulia,
2000), 17.
24
Tomatala, Teologi Kontekstual, 12.
25
Tomatala, Teologi Kontekstual, 18.
26
Tomatala, Teologi Kontekstual, 13.
8
konteks Alkitab, konteks tradisi sistematis dan konteks kita masa kini.27 Proses
kontekstualisasi terjadi ketika seseorang mampu untuk memposisikan diri
ditengah lingkungannya, namun tidak harus berubah total agar menjadi sama dan
diterima oleh lingkungannya.
Dalam ilmu psikologi, kita tahu bahwa orang yang menolak masa lalu
sebetulnya menolak dirinya sendiri dan hal tersebut membuat orang tersebut sulit
untuk menghadapi masa depan. Perlunya peneriman diri sendiri dan kemampuan
menyesuaikan diri dengan konteks merupakan proses kontekstualisasi, maksudnya
ialah kita tidak harus menolak masa lalu, namun menjadikan masa lalu sebagai
warisan/tradisi.28 Adapun unsur-unsur yang selalu tampak dalam kontekstualisasi
ialah pernyataan-diri Allah, transformasi dan penghayatan perjanjian berkat Allah
yang direfleksikan dari perspektif sudut pandang budaya.29
27
Tomatala, Teologi Kontekstual,18-19.
28
Singgih, Berteologi dalam Konteks, 24-25.
29
Tomatala, Teologi Kontekstual, 18.
30
Bevans, Model-model, 42-44.
9
Robert Schreiter menyebutkan lima kriteria untuk menentukan kesejatian
teologi lokal, pertama; teologi harus konsisten secara internal. Kedua; teologi
kontekstual pasti nyata secara aktual, misalnya cara kita berdoa mengacu pada
cara kita beriman dan sebaliknya. Ketiga; teologi yang melakukan pelayanan
dengan pengecualian (laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk
melayani). Keempat; teologi lokal harus terbuka terhadap kritik dari gereja-gereja
lain, kelima; kriteria kekuatan dari sebuah teologi adalah melawan teologi-teologi
lain apabila mampu memberikan sumbangsih positif dengan tujuan untuk menjadi
lebih baik.31
31
Petrus PitDuka. Dilema Teologi Kristiani Indonesia yang Kontekstual. 14 Mei 2019.
Diakses pada 16 Agustus 2019.
https://www.kompasiana.com/pitduka/5cda9e8d95760e2b56451845/dilema-teologi-kristiani-
indonesia-yang-kontekstual?page=all
32
Bevans, Model-model, 45.
10
untuk menggunakan lebih dari satu model. Karena untuk memahami masalah
yang ada, peran model-model kontekstual berbeda-beda dan dibutuhkan analisa
dari beberapa sudut pandang, agar ditemukan kesesuaian penggunaan.33
1. Model Terjemahan
33
Bevans, Model-model, 51-56.
34
Bevans, Model-model, 59.
35
Bevans, Model-model, 75.
11
Injil Konteks
Dinamis
Tradisi Perubahan Sosial
2. Model Antropologis
Konteks Injil
Stabil/fleksibel
Perubahan Sosial Tradisi
3. Model Praksis
Model Praksis merupakan perpaduan antara praktik (aksi) dan refleksi atas
aksi dalam sebuah spiral yang berkelanjutan dan model ini menjadi titik pusat jati
diri Kristen dalam konteks tertentu sering disebut dengan teologi pembangunan.
Model praksis terbentuk melalui cara berpikir yang lebih intensif (mendalam)
36
Bevans, Model-model, 73.
37
Bevans, Model-model, 98.
12
tidak mengambang dan penekanannya ialah, setiap tindakan harus memberi
makna dalam perubahan sosial.
Aksi
Analisis teks
dan -{ Kitab Suci & Tradisi }-
Analisis konteks
Refleksi
4. Model Trasendental
38
Bevans, Model-model, 128-133.
13
mempertimbangkan dan tanpa memberi batasan yang memberi peluang untuk
kesalahpahaman, seperti bagan berikut;
Budaya
Teologi Kontekstual
5. Model Sintesis
Injil/Tradisi
39
Yuli, Gunnawan A.S, Khotbah Paulus Areopagus sebagai sebuah Model Berteologi
Kontestual (Studi Pendekatan Retorik Kis. 17:16-34), (Program Pasca Sarjana: Universitas Kristen
Duta Wacana, Yogyakarta, 2003), 122.
40
Bevans, Model-model, 165-169.
41
Bevans, Model-model, 170.
14
6. Model Budaya Tandingan
Model Terjemahan
Konteks
HASIL PENELITIAN
42
Bevans, Model-model, 221-225.
15
memiliki gedung gereja yang tetap (permanen), memenuhi syarat jumlah jemaat
sidi (minimal 150 orang), mengadakan dan menyeleksi calon Pertua/Diaken yang
akan diteguhkan untuk melayani (minimal 9 orang) dan gereja yang mandiri dari
segi dana harus menanggung dan membiayai (1 orang) Pendeta jemaat dengan
menyediakan rumah dinas dan fasilitasnya.43 Setelah memenuhi syarat untuk
menjadi Runggun, GBKP Runggun Yogyakarta wajib melaksanakan peribadatan
dan sakramen yang sesuai dengan ketentuan dalam Tata Gereja GBKP.44
Sekitar tahun 1970, para tokoh tersebut sepakat untuk mendirikan gedung
GBKP secara permanen di Kota Yogyakarta, sebelum membangun gedung sendiri
masyarakat dan mahasiswa Karo yang merantau di Kota Yogyakarta,
melaksanakan peribadatan dengan menumpang di gedung SMP BOPKRI (Badan
Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia) Lempuyangan. Perkembangan
jemaat GBKP di Yogyakarta cukup baik dan kehadiraan jemaat juga meningkat
dengan pesat. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1985 dibentuk tim
pembangunan gereja dengan tujuan untuk mencari lahan untuk membangun
gedung gereja. Dalam pencarian lahan tim pembangunan GBKP Yogyakarta
bekerja sama dengan tim pembangunan GKPS (Gereja Kristen Protestan
43
Moderamen GBKP, Tata Gereja, 9.
44
Garis Besar Pelayanan GBKP 2016-2020 (Kabanjahe: Abdi Karya, 2015), 9.
45
Jekonia Tarigan, Wawancara. Rabu, 20 Februari 2019.
16
Simalungun),46 karena kedua gereja tersebut sudah berbagi ketika masih
menumpang gedung, sehingga ketika tim pembangunan menemukan lahan di
daerah Monumen Yogya Kembali (MONJALI). Kedua gereja tersebut mendirikan
gedung secara bersebelahan dan tetap berdampingan dengan baik dari segi
pelaksanaan ibadah dan keterkaitan kerjasama lainnya hingga saat ini.47
46
GBKP Yogyakarta, Musyawarah Ngawan GBKP Runggun Yogyakarta, Evaluasi
Program Kerja tahun 2016 dan Program Kerja tahun 2017 (Kesekretariatan Majelis GBKP
Yogyakarta, 2017), 4.
47
Pdt Kristaloni br Sinulingga, Wawancara. Selasa, 19 Februari 2019.
48
Pt. Erwin Sermon Surbakti, Wawancara.Minggu, 17 Februari 2019.
49
Pdt Kristaloni br Sinulingga, Wawancara.Selasa, 19 Februari 2019.
17
TABEL II. KEGIATAN TAHUNAN JEMAAT GBKP RUNGGUN
YOGYAKARTA
No Kegiatan/Ibadah Keterangan
1 Buka tutup tahun Ibadah pergantian tahun
2 Kamis Putih Memaknai kedatangan Yesus sebagai pembawa
terang
3 Jumat Agung Peringatan penyalibanYesus
4 Sabtu Persiapan Paskah
Pengharapan
5 Paskah Kebangkitan Yesus
6 Kerja Rani Perayaan Pesta Panen
7 17 Agustus Ibadah Kemerdekaan RI
8 - Malam Natal Menyambut kelahiranYesus Kristus
- Perayaan Natal
Dalam Tata Gereja GBKP BAB XLII Penataan Harta Milik GBKP, Pasal
178 tentang Sumber Harta Milik, butir yang ke 4 menyatakan bahwa persembahan
Kerja Rani (pesta panen) merupakan salah satu sumber keuangan untuk unit
pelayanan di GBKP.50 Selain menjalankan Tri Tugas Gereja yaitu; Marturia
(bersaksi), Diakonia (melayani) dan Koinonia (bersekutu), GBKP juga memiliki
unit pelayanan sosial yang membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga dana
yang diperoleh dari seluruh GBKP akan dibagikan untuk kebutuhan unit
pelayanan GBKP, seperti berikut;51
50
Moderamen GBKP, Tata Gereja, 73.
51
Moderamen GBKP, Tata Gereja, 70-71.
18
Retreat Center, Kursus Wanita Kristen, Kategorial
(Saitun/lansia, Mamre/bapak, Moria/ibu, Permata/pemuda,
KAKR/sekolah minggu, PPWG, CUM dan Konseling Pastoral.
2 Badan Hukum Yayasan Pendidikan Kristen GBKP, Yayasan Perguruan
Tinggi, Yayasan Ate Keleng (PT. BPR Pijer Podi Kekelengen
dan Credit Union)
3 Biro Teologi, Pengembangan Ibadah dan Musik Gereja, Oikumene,
Hukum dan Harta Milik, Keuangan, Pengembangan SDM,
Perencanaan dan IT, Peneltian dan Pengembangan, Humas dan
Informasi, Penggalian, Pelestarian dan Pengembangan
Budaya/Museum, Koordinasi Unit Usaha (PT. Jasa Nioga,
Percetakan dan Toko Buku Abdi Karya, Asrama Pemuda
Maranatha, Warta GBKP Maranatha)
4 Komisi Pengawas Perbendaharaan, Penanggulangan Bencana,
HIV/AIDS/NAPZA.
5 TIM Pekabaran Injil, PAUD, Dana Abadi, Dana dan Usaha,
Rekonsiliasi, Penasehat dan Verifikasi
6 Panitia Sarana Majelis Sinode, Penggalangan Dana, Pembangunan
Gereja dan Pemekaran Gereja.
19
GBKP mengadopsi dan melaksanakan perayaan Hari Raya Pondok Daun
sejak tahun 1925 dan mengubah namanya menjadi Kerja Rani.52 Perayaan Kerja
Rani diadopsi oleh GBKP dengan tujuan untuk mempertahankan tradisi Yahudi
dan konteks Alkitab. Tujuan lainnya adalah untuk memberikan persembahan
dalam wujud hasil panen dari pekerjaan jemaat. Sebelum melaksanakan Kerja
Rani GBKP pasti melakukan observasi untuk melihat apakah kegiatan tersebut
bisa dipraktikkan dalam konteks gereja kesukuan Karo. Kabupaten Karo
merupakan daerah pertanian sama halnya dengan Kanaan, sehingga mayoritas
jemaat bekerja sebagai petani dan memberikan persembahan syukur melalui hasil
panen yang diperoleh dari pekerjaan mereka.53
52
Pdt. Diarna br Sinulingga, Wawancara. Minggu, 31 Maret 2019.
53
Sadrah Tuahta Barus (Detaser GBKP Runggun Suka Tepu). Wawancara. Sabtu, 30
Maret 2019.
54
Pt. Erwin Sermon Surbakti, Wawancara. Minggu, 17 Februari 2019.
55
Pt. Andreasta Meliala (Dosen UGM, Bendahara Umum dan Ketua Tim Perayaan Kerja
Rani GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara. Sabtu, 29 Juni 2019.
56
Moderamen GBKP, Tata Gereja, 74.
20
akan membayar lelang sesuai kelipatan harga yang diajukan oleh masing-masing
peserta lelang, sedangkan parsel lelang akan dinikmati bersama diakhir acara.
Dalam melaksanakan lelang-lelang, semua yang hadir dapat mengambil bagian
dari kalangan orangtua hingga pemuda, karena kelipatan yang akan dibayar
bervariasi jumlahnya dari puluhan hingga ratusan ribu. Lelang-lelang yang
dilaksanakan tidak terlepas dari persaingan untuk mencapai nilai dan jumlah
tertinggi, namun selama ini semua tetap dalam kontrol dan persaingan yang
positif.57 Kerja Rani lelang-lelang biasanya dilaksanakan setiap akhir tahun
sekitar bulan September/Oktober dan hasil lelang-lelang 100% ditujukan untuk
Runggun, dengan pembagian 70% untuk kas pembangunan gereja dan fasilitas,
sedangkan 30% untuk pelayanan seperti Diakonia.58
57
Jekonia Tarigan, Wawancara. Rabu, 20 Februari 2019.
58
Nehemia Billy Erlando Barus (Ketua Permata/Pemuda dan Tim Perayaan Kerja Rani
GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara. Jumat, 21 Juni 2019.
59
Pt. Andreasta Meliala, Wawancara. Sabtu, 29 Juni 2019.
60
Pt. Erwin Sermon Surbakti, Wawancara. Minggu, 17 Februari 2019.
21
Kerja Rani GBKP Runggun Yogyakarta tetap disesuaikan dengan tradisi
dalam Alkitab dan Sinodal, tidak hanya semata-mata untuk mengumpulkan dana,
tetapi tim pelaksana juga mempersiapkan perayaan Kerja Rani dengan suasana
dan acara yang meriah. Melibatkan perayaan yang berciri khas tradisi Karo,
dengan mengadakan protokol atau pembawa acara yang mampu mempengaruhi
semangat dan suasana perayaan, musik tradisional, pakaian adat, makanan khas
Karo dan lokal (Jawa).61 Persiapan yang dilakukan bertujuan untuk memupuk
kebersamaan antar jemaat dan keistimewaan lainnya ialah parsel makanan yang
dilelang akan dikonsumsi bersama-sama setelah acara berlangsung.62 Setiap
tahunnya tim pelaksana dan Majelis bersama-sama untuk merancang perayaan
Kerja Rani yang menarik dan kreatif agar memiliki daya tarik terhadap jemaat,
misalnya mengutamakan tradisi Karo dalam perayaannya. 63 Tradisi ini menjadi
hal yang penting dan baik karena orangtua yang sudah lama tinggal di Yogya
dapat merasakan suasana perayaan seperti tempat asal mereka, jemaat Karo yang
lahir dan menetap di perantauan juga dapat mengenal budaya karo melalui
perayaan Kerja Rani, sehingga perayaan tersebut harus tetap dilaksanakan dan
dipertahankan oleh GBKP Runggun Yogyakarta.64
61
Pt. Andreasta Meliala, Wawancara. Sabtu, 29 Juni 2019.
62
Pdt Kristaloni br Sinulingga, Wawancara. Senin, 17 Juni 2019.
63
Nehemia Billy Erlando Barus, Wawancara. Jumat, 21 Juni 2019.
64
Nd. Emo Sitepu/Br. Brahmana (Moria/kaum ibu GBKP Runggun Yogyakarta).
Wawancara. Selasa, 25 Juni 2019.
65
Pt. Sinar Sebayang (Penatua GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara. Minggu, 23
Juni 2019.
22
harus mampu melakukan perubahan agar perayaannya tidak hanya sekedar ada
tapi mampu memberikan makna filosofis dengan kemasan konteks masa kini
kepada jemaat.66
66
Jekonia Tarigan, Wawancara. Rabu, 20 Februari 2019.
67
Pt. Andreasta Meliala, Wawancara. Sabtu, 29 Juni 2019.
68
Dk. Idawati br Purba (Diaken GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara. Minggu, 23
Juni 2019.
69
Dk. Rosdiana Jhuwita br Ginting (Diaken GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara.
Senin, 17 Juni 2019.
70
Nehemia Billy Erlando Barus, Wawancara. Jumat, 21 Juni 2019.
71
Pdt. Kristaloni br Sinulingga, Wawancara. Senin, 17 Juni 2019.
72
Pt. Sinar Sebayang. Wawancara. Minggu, 23 Juni 2019.
23
ungkapan syukur, namun juga menempah karakteristik kuantitas jemaat. Majelis
memiliki tugas untuk memberi pengertian kepada jemaat untuk memberi
persembahan dengan kerelaan hati agar berkat Tuhan dapat dirasakan dalam
pekerjaan masing-masing. Diaken br Ginting juga berkata demikian,73 bahwa hasil
pekerjaan wajib dikembalikan/persembahkan kepada Tuhan, walau sudah berubah
bentuk tapi tujuannya jelas untuk pelayanan. Nintha br Tarigan 74 juga sepakat
bahwa Tuhan telah memberikan lahan di bumi untuk dirawat dan diolah, melalui
alam kita bisa bekerja dan memperoleh hasil untuk di persembahkan kembali
kepada Tuhan.
73
Dk. Rosdiana Jhuwita br Ginting, Wawancara. Senin, 17 Juni 2019.
74
Nintha Karlina br Tarigan (Permata/Pemuda GBKP Runggun Yogyakarta).
Wawancara. Minggu, 23 Juni.
75
Pt. Sejahtera Singarimbun (Penatua GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara.
Minggu, 23 Juni 2019.
76
Nehemia Billy Erlando Barus, Wawancara. Jumat, 21 Juni 2019.
77
Pt. Sinar Sebayang, Wawancara. Minggu, 23 Juni 2019.
78
Pt. Andreasta Meliala, Wawancara. Sabtu, 29 Juni 2019.
24
ANALISIS HASIL PENELITIAN
25
perubahan bentuk persembahan yang awalnya menggunakan hasil panen (saat
masih di tempat asal masing-masing jemaat) dan saat ini menggunakan
materi/gaji. Perubahan yang terjadi awalnya sulit untuk dilaksanakan secara
maksimal, namun Majelis jemaat berupaya untuk memberikan inovasi dan
pengertian yang membuat jemaat memahami tujuan berubahnya bentuk
persembahan dalam melaksanakan Kerja Rani. Pelaksanaan Kerja Rani yang
menggunakan persembahan yang telah berubah bentuk menjadi lebih praktis
karena hal tersebut merupakan upaya yang sangat baik karena situasi, jarak dan
kondisi penghasilan/pekerjaan jemaat juga beragam dan berbeda pada saat masih
di Karo dengan di Yogyakarta. Perayaan Kerja Rani yang telah dimodifikasi
sesuai dengan model terjemahan karena keterlibatan modernitas tidak membuat
esensi makna dari tradisi perayaan Kerja Rani menjadi berubah, maknanya tetap
sama walaupun dikemas dengan cara yang berbeda.
26
Perubahan bentuk persembahan Kerja Rani juga dipengaruhi oleh
kebutuhan gereja yang semakin meningkat dan menyebabkan banyak hal yang
harus dibenahi. Diantaranya; meningkatkan kuantitas pelayanan dari segi
kelayakan tempat beribadah dan fasilitas untuk pelayanan. Pekerjaan yang
dilakoni jemaat memang beragam dan hasil dari pekerjaan mereka adalah gaji,
sehingga persembahan yang diberikan juga sesuai dari yang diperoleh. Meskipun
persembahan yang diberikan oleh jemaat telah berubah bentuk, makna yang
dirasakan oleh jemaat tidak jauh berbeda dengan bentuk persembahan
sebelumnya. Ketika masih bertani jemaat memaknai prosesnya mulai dari
memilih bibit unggul, menyesuaikan tanah agar subur, menanam benih, merawat
dan memanen hasil. Namun untuk saat ini jemaat bekerja setiap hari sesuai
dengan profesi masing-masing dengan baik dan dengan pekerjaan yang menjadi
rutinitas, jemaat tetap merasakan bahwa Allah memberikan berkat kesehatan dan
kelancaran terhadap pekerjaan mereka, sehingga jemaat memperoleh hasil yang
baik pula. Hal tersebut sama halnya dengan teori Stephen B Bevans yaitu model
Antropologis dan model Transendental, yang menyatakan bahwa maksud dan
tujuan dari sebuah perayaan tetap pada prinsip dan filosofisnya. Manusia sebagai
sarana untuk mewahyukan sang Ilahi dan jemaat GBKP Runggun Yogyakarta
sudah melakukan hal yang sama, menguduskan Allah dengan tetap memberikan
persembahan yang terbaik meskipun telah berubah bentuk dengan esensi dan
pemahaman yang sama.
27
Pendeta atau pelayan yang intensif untuk melayani, sehingga melalui Pekabaran
Injil yang dilakukan oleh GBKP Runggun Yogyakarta, jemaat asal GBKP yang
berada di kota Solo tetap semangat dan bertumbuh dalam iman. Hal tersebut
merupakan keistimewaan pelayanan GBKP Runggun Yogyakarta, perubahan
bentuk persembahan Kerja Rani mendapat dukungan yang baik dari berbagai
pihak karena memberi dampak yang sangat baik dan gereja mampu
mempraktikkan kasih Yesus kepada sesama. Perubahan tersebut sama halnya
dengan Teori Bevans, Model Praksis yang memadukan antara praktik dan refleksi
untuk mewartakan kasih terhadap sesama melalui tindakan yang nyata. Gereja
melihat peluang melalui realita masa kini dan melalui peluang tersebut gereja
melakukan tindakan yang mampu membangun relasi sosial secara intensif dan
memberi makna yang jelas dan dapat diterima oleh penerimanya. Tujuannya
bukan hanya untuk menafsirkan namun membuat inovasi untuk terealisasinya visi
dan misi Allah dengan menjadi lebih inovatif.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah menganalisis data berdasarkan teori dan hasil penelitian di GBKP
Runggun Yogyakarta, penulis menemukan faktor penyebab terjadinya perubahan
bentuk persembahan dalam perayaan Kerja Rani dan makna setelah berubahnya
persembahan Kerja Rani di gereja tersebut. Adapun kesimpulan yang diperoleh
sebagai berikut;
28
Meskipun persembahan yang diberikan oleh jemaat telah
bertransformasi, jemaat tidak kehilangan makna dari esensi
persembahan, karena persembahan yang diberikan berasal dari
pekerjaan yang dilakoni oleh mereka sendiri. Dukungan positif dari
Majelis dan pemahaman yang jelas membuat jemaat semakin semangat
untuk memberikan persembahan.
3. Dalam pelaksanaannya, Majelis dan Tim pelaksana sudah berusaha
dengan maksimal untuk mengemas acara yang menarik dengan
melibatkan tradisi yang kental. Hal tersebut adalah upaya yang
diapresiasi dan disambut oleh jemaat dengan baik. Perayaan Kerja
Rani tidak hanya bertujuan untuk mengumpulkan persembahan untuk
kepentingan finansial saja tetapi bagaimana jemaat bisa merasakan
pentingnya mempersembahkan kembali berkat yang telah Tuhan
berikan, kemudian mengangkat budaya Karo di perantauan, orangtua
yang telah lama tidak pulang ke kampung dapat bernostalgia,
mengenalkan budaya Karo kepada jemaat dan partisipan (tamu
undangan) yang belum mengetahui budaya Karo.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan kesimpulan mengenai perubahan
bentuk persembahan Kerja Rani, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
29
perayaan tersebut tidak hanya sebagai kegiatan rutinitas namun
perayaan yang sakral dan mengandung makna tersendiri.
2. Gereja perlu menyadari kembali apa tujuan utama perayaan Kerja
Rani. Meskipun mengalami perubahan yang lebih inovatif dan praktis
gereja harus menyadari bahwa motivasi utamanya ialah memberi
kepada Tuhan, sehingga yang diutamakan adalah kepentingan Tuhan
bukan kepentingan penyelenggara bahkan atau peserta yang terlibat
dalam pelaksanaannya.
30
Daftar Pustaka
Sumber buku:
Maumere: Ladalero.
Beyer, Ulrich, dan Simamora, Evalina, 2008, Memberi dengan Sukacita; Tafsir
Cooley, Frank L, 1976, Benih Yang Tumbuh IV. Jakarta Pusat: Lembaga
Abdi Karya.
31
Riduan, 2009, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
2015.
Gandum Mas.
Van Kooij, Rijnardus A, dkk, 2007, Menguak Fakta, Menata Karya Nyata:
Sumber webside:
32