Anda di halaman 1dari 26

SKETSA PERANG DALAM PERJANJIAN LAMA

Oleh :
Wenila Zalukhu
Maret Harefa

Diserahkan :
Kepada Ibu Dr. Lilis Setyarini
Sebagi Bagian Tugas Dari Mata Kuliah
(Teologi Perjanjian Lama 2)

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI INDONESIA SURABAYA


April, 2020
BAB I
PENDAHULUAN

Alkitab Ibrani, yang disebut sebagai Perjanjian Lama memuat banyak kisah tentang
perang yang melibatkan bangsa Israel dan bangsa-bangsa kuno lainnya. Topik tentang
“perang” dalam Perjanjian Lama mengandung banyak persoalan arkeologis, teologis dan
kemanusiaan. Persoalan arkeologis tentang Perjanjian Lama adalah adanya pendapat beberapa
para arkeolog dan sarjana Alkitab yang menganggap bahwa beberapa atau tidak semua perang
yang dicatat dalam Perjanjian Lama itu adalah benar-benar terjadi dalam sejarah, tetapi itu
adalah hanya mitos. Sehingga para arkeolog dan para sarjana ini menyimpulkan bahwa
Alkitab itu bukanlah sepenuhnya firman Allah, tetapi berisi firman Allah karena mengandung
banyak hal yang bersifat dongeng, legenda, mitos, dan sejenisnya, yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya secara arkeolog.1
Persoalan teologis tentang topik “perang” dalam Perjanjian Lama adalah mengenai
sifat Allah yang Mahakasih. Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin Allah yang
Mahakasih memerintahkan suatu bangsa untuk memerangi, memusnahkan, menghancurkan,
dan membunuh bangsa lain? Sehingga banyak orang yang menyimpulkan bahwa Allah dalam
Perjanjian Lama itu adalah Allah yang kejam atau jahat dan diskriminatif dari pada Allah
dalam Perjanjian Baru.2 Maka, banyak para tokoh membedakan Allah dalam Perjanjian Lama
tersebut dengan Allah Perjanjian Baru seperti Marcion (seorang tokoh Kristen abad pertama)
membedakan Allah dalam Perjanjian Lama dengan Allah dalam Perjanjian Baru. Menurutnya
ada dua Allah yang berbeda, yakni satu Allah yang dicatat dalam Perjanjian Lama, yang
terlihat jahat dan kejam, dan satu Allah dalam Perjanjian Baru yang terlihat baik dan
mengasihi.3 Tatian salah seorang murid Justin Martyr, menolak Perjanjian Lama sebab
Perjanjian Lama menghadirkan Allah yang berbeda dengan Perjanjian Baru. Sebagaimana
dikutip oleh Hunt, Clement dari Aleksandria menyatakan tentang Tatian :
Tatian makes a distinction between the old humanity and the new, but it is not ours. We
agree with him in that we tosay that the old humanity is the Law, the new is the gospel.
But we do not agree with his desire to abolish the Law as being the work of a different
god.4

1
Larry Holzwarth, 10 Wars of the Oled Testament, diakses di https://historycollection.co/10-wars-of-
the-old-testament/ pada tanggal 10 April 2020.
2
Stanley N. Gundry, “Introduction”, dalam Show Them No Mercy, edisi Stanley N. Gundry, (Grand
Rapids: Zondervan, 2003), 7.
3
Mark Edwards, Catholicity and Heresy in the Early Church, (England: Asthage, 2009), 29.
4
Emily J. Hunt, Christianity in the Second Century: The Case of Tatian, (London: Routledge, 2003),
179.
Pertanyaan lain berkaitan dengan hal ini adalah berhubungan dengan kekonsistenan
Allah terhadap firman Allah. Jika Allah itu konsisten terhadap firman-Nya, mengapa di sisi
lain Ia memberi larangan untuk membunuh, namun di sisi lain Ia memerintahkannya? Atau
bagaimana menyelaraskan perintah ini dengan ajaran Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru
tentang mengasihi dan mengampuni musuh?
Persoalan yang lain adalah bagaimana menerapkan perintah perang itu dalam
Perjanjian Lama dalam kehidupan orang percaya saat ini. Bukankah perang itu melanggar
hukum kemanusiaan? Apakah orang percaya diperbolehkan untuk ikut berperang atau tidak?.
Kelompok Lutheran, Reformed, dan Anglikan melihat perang sebagai sesuatu yang
diperbolehkan, sebab melalui perng yang adil (Just War) maka kejahatan di dalam dunia
dapat ditahan kuasanya dan peperangan diperbolehkan hanya demi tujuan kemanusiaan dan
iman5. Di sisi lain, Duane Cody memahami perang sebagai tindakan arogan dimana
penindasan didasarkan pada persepsi bahwa sebagian kelompok merasa lebih layak secara
moral dan lebih unggul sehingga diperbolehkan menerima hak istimewa untuk berperang dan
sebagian yang lain dianggap lebih bodoh, pasif, dan bahkan kurang bermoral sehingga layak
untuk menerima serangan atau perang.6
Pertanyaan-pertanyaan mengenai “perang” masih banyak lagi. Pengertian yang salah
akan catatan-catatan tentang “perang” dalam Perjanjian Lama akan membawa pada penerapan
yang salah pula. Maka dalam hal ini makalah ini tidak menjawab semua persoalan tentang
“perang” tersebut, tetapi hanya menjelaskan sketsa perang khususnya yang terjadi dalam
Perjanjian Lama.

BAB II

5
Ronald H. Bainton, Christian Attitudes towards War and Peac: A Historical Survey and Critical Re-
evaluation, (Nashville: Abingdon, 1990), 14-15).
6
Deane Curtin, Berdamai dengan Bumi:Pertanian Pribumi dan Revolusi Hijau, dalam Etika Terapan
1: Sebuah Pendekatan Multikultural, edisi Larry May, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), 299-300.
PERANG DALAM PERJANJIAN LAMA

A. Definisi Perang Dalam Perjanjian Lama


Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan perang sebagai permusuhan antar
dua negara, bangsa, agama, suku, dan sebagianya; pertempuran besar bersenjata antara
dua pasukan atau lebih; perkelahian atau konflik; dan cara untuk mengungkapkan
permusuhan.7 McClintock & Strong, Cyclopedia mendefinisikannya sebagai upaya
memutuskan suatu kontes di antara raja, negara, atau di antara sejumlah besar orang,
dengan menggunakan tindakan kekerasan yang kejam dan paksa untuk mengalahkan
lawan.8
Dalam Perjanjian Lama kata “perang” ada dua, yaitu “milkhama” dan “qerab”,
keduanya adalah sinonim. Kata “milkhama” adalah kata benda dari kata kerja “lakham”,
yang artinya “bertarung” atau “berperang”. Kata benda “milkhama” muncul 319 kali
dalam Perjanjian Lama, yang berarti “perkelahian, pertempuran, perang, atau tempur”.
Kata “qerab” merupakan turunan dari kata kerja “qarab” artinya datang mendekat,
mendekat, atau masuk. Sedangkan kata “qerab” artinya juga berarti perang, pertempuran,
atau serangan (Mzm. 55:19).9 Kata yang lain yang diterjemahkan “perang” dalam
Perjanjian Lama adalah kata “tsaba” yang arti sebenarnya adalah “laskar perang”, namun
seperti dalam Bilangan 1:3 diterjemahkan “berperang” atau “perang”.10 Kata “milkhama”
paralel dengan kata “polemos” dalam bahasa Yunani atau dalam kata lain kata
“milkhama” diterjemahkan sebagai “polemos” dalam Septuaginta,11 sedangkan dalam
bahasa Aram “lahama”, artinya “merapatkan barisan”.12
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa “perang” dapat disebut
sebagai perkelahian, pertempuran, dan pertarungan dalam jumlah persona banyak. Perang
merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan permusuhan atau wujud dari
permusuhan. Perang juga dapat disebut sebagai tindakan kekerasan terhadap orang lain.

7
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI- Edisi): Arti
Kata “Perang”, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1156.
8
John McClintock dan James Strong, McClintock & Strong, Cyclopedia – Volume 10, (New York:
Harper & Brothers, 1891). PC Bible Study V5.
9
R. Laird Harris, Gleason L. Archer, dan Bruce K. Waltake, Theological Wordbook of the Old
Testament, (Chicago: Moody Press, 1980), 476, 812.
10
GW Bromiley, The International Standard Bible Encyclopedia – Edisi Revisi, (Grand Rapids: Wm.
B. Eerdmans Publishing Company (1995). PC Bible Study V5.
11
John McClintock dan James Strong, McClintock & Strong, Cyclopedia – Volume 10, (New York:
Harper & Brothers, 1891). PC Bible Study V5.
12
“Ensklopedia Alkitab”, studi kata “perang” diakses di https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?
word=perang pada tanggal 11 April 2020.
Dalam Perjanjian Lama suatu perkelahian disebut “perang” jika terjadi dalam orang yang
terlibat di dalamnya berjumlah banyak, hal inilah yang membedakan antar perang dengan
perkelahian antar individu. Perkelahian antar individu menggunakan kata “natsah” yang
artinya “berkelahi” (Kel. 2:13; 21:22 dan lain-lain) berbeda dengan “milkhama” dan
“qerab”. Perang adalah merupakan salah satu akibat dari kejatuhan manusia pertama
dalam dosa dan juga merupakan wujud dari kebobrokan manusia.13

B. Sejarah Perang Dalam Perjanjian Lama


Tidak cukup untuk menuliskan historis semua perang yang tercatat dalam Alkitab.
Dalam bagian ini hanya menunjukkan beberapa perang yang cukup terkenal yang dicatat
dalam Alkitab, tanpa membahas histori dari setiap perang tersebut. Sejarah perang dalam
Perjanjian Lama dibagi dalam dua bagian, yaitu perang yang terjadi di zaman patriakh
(bapa-bapa leluhur) dan perang yang terjadi di antara bangsa-bangsa kuno tetanta Israel.

1. Perang di Zaman Patriakh (bapa-bapa Leluhur)


Kemungkinan perang pertama berasal dari orang-orang yang hidup secara
nomaden disebabkan oleh perselisihan yang muncul antara suku-suku pengembara
untuk merebut padang rumput untuk mendukung kehidupan ternak mereka. Suku-suku
yang bekerja sebagai pemburu secara alami lebih banyak berperang dari pada para
gembala; dan para gembala lebih banyak berperang dari pada para petani. Para
pemburuh memusuhi para gembala karena mereka menangkap binatang-binatang di
hutan untuk dijadikan peliharaan; para gembala memusuhi para petani karena mereka
merampas tanah untuk dikerjakan/diolah, dan dengan demikian mengurangi padang
rumput untuk kebutuhan ternak.
Dalam tradisi umum di Asia Barat menganggap bahwa Nimor yang disebut
dalam Alkitab sebagai “pemburu yang gagah perkasa di hadapan Tuhan” (Kej. 10:8-
12) yang pertama melakukan perang yang jangkuannya luas dengan tujuan untuk
mendapat budak, dan dia juga yang pertama kali memperkenalakan tindakan (praktik)
pemaksaan upeti kepada bangsa-bangsa yang ditaklukkannya sebagai tebusan demi
menyelamatkan nyawa mereka. Jadi, sezaman Abraham dapat diketahui bahwa
perang dilakukan untuk tujuan mendapatkan budak.

13
Matthew George Easton, American Tract Society (ATS) Bible Dictionary, (New York: American
Tract society, 1825); diakses di https://biblehub.com/topical/w/war.htm pada tanggal 11 April 2020.
Dalam Kejadian 14:1-13 pertama kali muncul dan dicatat tentang “perang”.
Diceritakan bahwa pada zaman raja Sinear, Ariokh, raja Elasar, Kedorlaomer, raja
Elam, dan Tideal, raja Goyim berperang melawan Bera, raja Sodom, Bisrya, raja
Gomora, Syinab, raja Adma, Syemeber, raja Zeboim, dan raja negeri Bela,, yakni
negeri Zoar. Raja-raja yang terakhir disebut dikatakan kalah, oleh sebab itu takluk
kepada raja Kedorlaomer selama 12 tahun lamanya dan memaksa mereka membayar
upeti. Namun ketika mereka memborontak dalam tahun ke 13, pada tahun ke 14
Kedorlaomer bersama raja-raja lainnya memerangi dan menawan mereka untuk
dijadikan budak, di antaranya Lot dan keluarganya. Tetapi tawanan itu diselamatkan
oleh Abraham.

2. Perang di antara Bangsa-Bangsa Kuno (Tetangan Bangsa Israel)


Bangsa Mesir Mengejar Orang Israel
Dari monument yang ada di Mesir dan Asyur memperlihatkan bahwa perang
pada zaman kuno di antara bangsa-bangsa merupakan bisnis utamma kehidupan.
Bangsa Mesir awalnya mempunyai pasukan yang cukup banyak yang terus mengiktui
wajib militer. Kata Rosellini: “Di mana pun, monument-monumen besar di Mesir
menunjukkan para pasukan Mesir, yang terdiri dari pasukan darat yang dipersenjatai
dengan busur panah dan tombak dan kereta perang, yang ditarik oleh dua kuda”.
Dalam Homer tercatat Ibahwa kereta kuda merupakan kekuatan utama pasukan Mesir.
Champollion juga mengatakan bahwa keretang perang. Ia berkata “Ini adalah kavaleri
(pasukan berkuda) pada zaman itu; sebenarnya, kavaleri belum ada di Mesir saat itu”.
Karena itu, ketika Firaun mengejar orang-orang Israel yang melarikan diri, ia
membawa “enam ratus kereta yang terpilih” (Kel. 14:7), yang adalah penjaga
kerajaan dan seluruh kereta perang Mesir, yaitu sisa pasukan yang berkuda dari yang
sudah terpasang, karena pasukan darat (penjala kaki) tidak dapat ikut dalam
pengejaran itu. Orang-orang mengejar dan menyusul mereka di tepi Laut Teberau.
Alkitab mencatat bahwa air Laut Tebarau menutupi kereta dan orang berkuda dari
seluruh pasukan Firaun, yang mengejar dan menyusul orang Israel itu ke laut, seorang
pun tidak ada yang hidup dari mereka (Kel. 14:28).14

14
John McClintock dan James Strong, McClintock & Strong, Cyclopedia – Volume 10, (New York:
Harper & Brothers, 1891). PC Bible Study V5.
Pertempuran Antara Bangsa Israel dengan Kota Yerikho
Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir dan menyeberang laut Teberau dan
Sungai Yordan, bangsa Israel dibawa pimpinan Yosus (menggantikan Musa) merebut
kota Yerikho, yang merupakan salah satu kota yang besar di Kanaan. Kitab Yosua
6:1-27 menceritakan bagaimana kota yang besar itu dijatuhkan oleh bangsa Israel.
Dikatakan bahwa selama tujuh hari bangsa Israel mengelilingi kota tersebut, meniup
sangkakala dan membawa Tabut Perjanjian di depan orang-orang yang bersenjata.
Pada hari ketujuh, Yosua memerintahkan seluruh bangsa Israel untuk bersorak, dan
secara ajaib, tembok kota Yerikho runtuh, sehingga memungkinkan mereka merebut
kota tersebut.

Pertempuran Antara Bangsa Israel dengan Kota Ai


Dalam Kitab Yosua 7-8 mencatat pertempuran antara bangsa Israel dengan Ai
setelah menaklukan kota Yerikho. Alkitab mencatat bahwa dalam pertempuran
pertama (Yos. 7) orang-orang Ai mengalahkan menewaskan kira-kira tiga ribu orang
dari bangsa Israel, sehingga mereka melarikan diri dari orang-orang Ai. Kekalahan ini
terjadi karena dosa Akhan, telah melanggar perjanjian Allah untuk tidak mengambil
barang-barang yang dikhususkan untuk Tuhan ketika mereka merebut kota Yerikho.
Namun dalam pertempuran (Yos. 8) bangsa Israel mengalahkan dan membinasakan
orang-orang Ai.

Pertempuran Antara Bangsa Israel dengan Bangsa Filistin


Perjanjian Lama mencatat banyak perang yang terjadi antara bangsa Israel
dengan bangsa Filistin selama zaman hakim-hakim sampai Israel menjadi sebuah
kerajaan. Salah satu perang yang paling terkenal adalah pertempuran pasukan Israel
yang dipimpin oleh Daud, yang masih muda dan yang bukan pasukan pada saat itu
dengan pertempuran pasukan bangsa Filistin, yang dipimpin oleh Goliat, yang dijuluki
sebagai raksasa, karena memiliki ketinggian badan enam hasta sejengkal (1 Sam.
17:4). Dalam kisah pertempuran ini dicatat bahwa Daud membunuh Goliat dengan
sebuah batu yang diumbannya ke dahi Goliat (1 Sam. 17:49).
Pertempuran Antara Israel dengan Yehuda
Perjanjian Lama mencatat bahwa kerajaan Israel setelah kematian raja Salomo
sekitar pada tahun 931 SM15 terpecah menjadi dua kerajaan Utara, yang disebut
sebagai Israel dan kerajaan Selatan, yang disebut Yehuda16 (1 Raj. 12; 2 Taw. 10:1-
11:14). Perjanjian Lama mencatat bahwa Israel dan Yehuda sering berperang satu
sama lain, kadang-kadang mereka bersekutu dengan bangsa-bangsa yang lain. Dalam
perang terakhir, Yehuda bersekutu dengan Asyur, sedangkan Israel bersekutu dengan
kekuatan Aram. Perang terkahir ini menyebabkan kehancuran Israel oleh pasukan
Asyur pada tahun 723 SM.17 Hal ini dicatat dalam kitab Yesaya, Tawarikh, dan 2
Raja-Raja menceritakan tentang pengepungan Yerusalem oleh bangsa Asyur.

Pengepungan Asyur Terhadap Yerusalem


Baik Perjanjian Lama maupun teks-teks Asyur kuno mencatat bagaimana raja
Asyur, Sanherib (memerintah sekitar 704-681 SM) mengepung Yerusalem pada tahun
701 SM. Kerajaan Yehuda, yang dipimpin oleh raja Hizkia mengambil langkah untuk
mempertahankan Yerusalem, termasuk dengan cara membangun tembok-tembok kota,
pembangunan terowongan untuk mengalirkan air dari luar kota, yaitu dari mata air
Gihon ke dalam kota Daud (2 Raj. 20:20; 2 Taw. 32:2-4, 30). Dalam 2 Tawarikh
32:21 dicatat bahwa bangsa Yehuda dan Yerusalem luput dari serangan bangsa Asyur
dikarenakan TUHAN telah mengirim malaikat yang melenyapkan semua pahlawan
Asyur yang gagah perkasa, pemuka dan panglima di perkemahan raja Asyur. Raja
Asyur, Sanherib ditewaskan oleh anak kandungnya sendiri ketika ia memasuki rumah
allahnya. Namun dalam catatan Asyur menyatakan bahwa bangsa Asyur pergi dari
Yerusalem setelah Hizkia setuju membayar upeti besar kepada raja Asyur.

Penaklukkan Yerusalem Oleh Kerajaan Babel


Nebukadnezar II, raja perkasa dari kerajaan Babel memerintah dari tahun 605-
562SM. Pada tahun 587 SM, Nebukadnezar mengepung Yerusalem dengan benteng-
benteng dan tembok pengepungan (2 Raj. 24:10). “Bencana kelaparan” yang ditulis
oleh Yeremia menjadi penderitaan dalam kota. Alkitab mencatat bahwa Nebukadnezar

15
Al. Purwa Hadiwardoyo MSF, Catatan-Catatan Singkat tentang Kitab Suci ,(Yogyakarta: Kanasius,
2001), 25.
16
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 134.
17
I. Snoek, Sejarah Suci, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 154-198.
memerinthahkan jenderalnya untuk melumatkan kota itu. Nebukadnezar membakar
Bait Suci pertama orang Yahudi, istana raja, dan seluruh rumah di Yerusalem.
Kerajaan Yehuda dihancurkan.18

Perang Megido
Pada tahun 609 SM terjadri konfrontasi antara Mesir (dipimpin oleh Firaun
Nekho II) dengan bangsa Babilonia (dipimpin oleh raja Nabopolasar) yang telah
menaklukkan Asyur. Nekho II mengirim pasukan untuk menyerang pasukan Asyur
yang masih hidup. Perjanjian Lama mencatat bahwa agar Nekho II dapat bertemu
dengan bangsa Asyur, ia harus melewati kota Megido, yang dikuasai oleh kerajaan
Yehuda (dipimpin oleh raja Yosia) (2 Raj. 23:28-30). Nekho II meminta jalan yang
aman, yaitu melalui Megido, tetapi raja Yosia menolak dan melakukan perlawanan
terhadap pasukan Mesir tersebut di suatu tempat dekat Megido. Dalam peperangan ini
pasukan kerajaan Yehuda mengalami kekalahan dan raja Yosia dibunuh oleh Nekho II
di Megido.19

C. Tujuan Perang Dalam Perjanjian Lama


Webster's Revised Unabridged Dictionary menjelaskan beberapa tujuan terjadinya
sebuah perang, yakni sebagai berikut :
A contest between nations or states, carried on by force, whether for defense, for
revenging insults and redressing wrongs, for the extension of commerce, for the
acquisition of territory, for obtaining and establishing the superiority and dominion
of one over the other, or for any other purpose; armed conflict of sovereign powers;
declared and open hostilities.20

Dari penjelasan di atas beberapa tujuan sebuah perang, yakni perang merupakan
sebuah bentuk pertahanan kekuasaan; perang merupakan sebuah bentuk pembasalan
kekalahan dan penghinaan dari bangsa lain; perang merupakan sebuah cara memperluas
wilayah dan perdagangan; perang merupakan salah satu cara untuk
menguasai/mendominasi dan menyatakan keunggulan/kehebatan terhadap bangsa lain.
Biasanya bangsa yang kuatlah yang sering memulai peperangan.

18
Simon Sebag Montefiore, “Jerusalem the Biography”, diterjemahkan oleh Yanto Musthofa,
(Jakarta: Pustaka Alvabet, 2012), 43, 45.
19
Beberapa persitiwa perang di atas dikutip dari artikel “Livesci=NCE” yang berjudul “Biblical Battles:
12 Ancient Wars Lifted from the Bible” ditulis oleh Owen Jarus (24Juli 2017); Diakses di
https://www.livescience.com/59911-ancient-biblical-battles.html pada tanggal 13 Arpril 2020.
20
“Webster's Revised Unabridged Dictionary”, studi tentang “perang” dalam Alkitab; diakses di
https://biblehub.com/topical/w/war.htm pada tanggal 13 April 2020.
The International Standard Bible Encyclopedia – Edisi Revisi membedakan
tujuan perang antar kelompok kecil seperti, keluarga, suku, dan lain-lain dengan perang
besar seperti antar bangsa. Perang kecil biasanya bertujuan untuk mempertahankan
kebutuhan hidup (makanan), cara untuk mempertahankan wilayah dan menguasai
wilayah orang lain, sebagai bentuk perlindungan, cara untuk mendapatkan kebebasan,
dan cara untuk memelihara solidaritas sosial dalam kelompok. Sedangkan perang besar
biasanya bertujuan untuk mempertahankan wilayah, untuk menguasai bangsa lain, dan
mempertahankan kehebatan dan keunggulan suatu bangsa.21

D. Jenis-Jenis Perang Dalam Perjanjian Lama


Dari sejarah perang dapat disimpulkan bahwa ada beberapa jenis perang dalam
Alkitab berdasarkan kelompok, yaitu : (1) Perang antar profesi (para gembala dengan
para gembala, atau terhadap para pemburu dan para petani); (2) Perang keluarga
(Gembala Lot dengan gembala Abraham); (3) Perang antar suku (antar suku yang satu
dengan suku yang lain); (4) Perang saudara (Misalnya, Israel dengan Yehuda) ; (5)
Perang antar bangsa (satu bangsa dengan bangsa lain); (6) Perang sekutu (Antar beberapa
bangsa dengan beberapa bangsa). Berdasarkan sifatnya perang dapat dibagi menjadi dua,
yaitu perang suci dan perang sekuler. Berdarsarkan tujuannya perang dapat dibagi dua
juga, yaitu perang ofensif (sistem menyerang) dan perang difensif.
Perang suci dalam Perjanjian Lama adalah perang Israel yang langsung
diperintahkan oleh Allah. Dikatakan suci karena Allah yang memerintahkannya, Ia turut
berperang membantu bangsa Israel demi tujuan rencana Allah bagi bangsa Israel,
misalnya rencana-Nya akan Tanah Perjanjian untuk bangsa tersebut. Perang sekuler
adalah perang yang dilakukan oleh satu bangsa untuk mempertahankan, membalas
serangan musuh, atau pun untuk menaklukkan musuh demi menguasai wilayah musuh
tersebut. Perang ofensif adalah perang yang dilakukan untuk menyerang musuh;
sedangkan perang difensif adalah perang yang dilakukan untuk menahan serangan dari
musuh.

GW Bromiley, The International Standard Bible Encyclopedia – Edisi Revisi, (Grand Rapids: Wm.
21

B. Eerdmans Publishing Company (1995). PC Bible Study V5.


E. Aspek Perang Bangsa Israel
1. Personil Perang dan Organisasi Pasukan
Zaman Abraham (Kej. 14:13-16)
- Pemimpin tertinggi perang (Misalnya, Abraham),
- Pemimpin kelompok / suku oleh kepala suku
- Pasukan perang, biasanya yang diwajibkan adalah para gembala dan pemburu.

Zaman Musa – Zaman Hakim-Hakim


- Pemimpin tertinggi perang (Misalnya, Musa, Yosua, dan para hakim-hakim).
- Wakil/abdi pemimpin tertinggi perang (Misalnya,Yosua (Yos. 1:1)).
- Pasukan peniup sangkakala
- Pasukan pembawa pesan ke setiap suku
- Pasukan pemimpin orasi dalam perang
- Pasukan mata-mata keadaan musuh (informan)
- Pasukan penjaga kemah persenjataan (pasukan logistik)
- Pasukan pengangkat Tabut Perjanjian
- Pasukan perang

Catatan :
Beberapa personil perang di atas ada yang tidak selalu wajib dalam zaman hakim-
hakim, seperti wakil pemimpin tertinggi perang, pasukan mata-mata, dan lain-lain. Hal
itu tergantung situasi dan kondisi perang yang dilakukan.

Zaman Kerajaan
- Raja sebagai pemimpin tertinggi perang
- Panglima perang
- Pasukan khusus (pasukan professional)
- Pasukan penjaga kemah persenjataan (pasukan logistic)
- Pasukan pengangkat Tabut Perjanjian
- Pasukan penjaga kerajaan
- Pemimpin pasukan berjumlah 1000 orang
- Pemimpin pasukan berjumlah 100 orang
- Pemimpin pasukan berjumlah 50 orang
- Pemimpin pasukan berjumlah 10 orang
- Pasukan penjala kaki
- Pasukan berkuda
- Pasukan kereta
- Pasukan pembawa informasi (informan)
- Pasukan bayaran, yakni pasukan musuh yang telah ditakluk
- Pasukan peniup sangkakala
- Pasukan pemimpin orasi dalam perang.
- Pasukan perang
- Budak pembawa perlengkapan raja, seperti baju besi, pedang, dan lain-lain.

Catatan :
Beberapa macam pasukan di atas ada pasukan-pasukan yang tidak selalu ada dalam
setiap kepimimpinan raja, tergantung sistem perang yang dibuat oleh raja yang sedang
memimpin.

2. Perlengkapan Perang
Senjata pertempuran pada zaman purbakala terdiri dari senjata ofensif
(penyerangan) dan senjata defensif (pertahanan) untuk setiap pasukan. Banyak dari
komentor menduga bahwa Kain membunuh Habel menggunakan dengan batu yang
ada di padang. Para pemburu pada zaman kuno pasti menggunakan pengumban dari
batu (seperti yang digunakan oleh Daud ketika melawan Goliat). Ada pun senjata yang
digunakan paling awal adalah pisau dari batu, kepala tombak dari batu, dan busur
selama periode Natufian (sekitar 15.000 – 8.000 SM).
Periode Natufian adalah periode sebelum tembikar neolitik.22 Istilah Natufian
diciptakan oleh Dorothy Garrod pada tahun 1928, yang ditujukan kepada orang-
orang pemburu sebelum zaman neolitik yang tinggal di wilayah Levant
(Lebanon, Suriah, Yordania, Israel, dan Palestina. Kadang-kadang, Siprus, Sinai,
dan Irak).23

Para pasukan secara bertahap memperbaiki pengumban (sling), pisau, dan busur
dan anak panah dan mengembangkannya menjadi senjata baru seperti busur komposit
dan busur kompon, panah yang lebih baik, lembing, tombak, pedang, tongkat, dan

22
K. Kris Hirst, “Natufian Period - Hunter-Gatherer Ancestors of Pre-Pottery Neolithic”, dimuat di
ThoughtCo. (30 Mei, 2019); diakses di https://www.thoughtco.com/natufian-period-hunter-gatherers-171958
pada tanggal 13 April 2020.
23
Dikutip dari “Arkeologi Israel” diakses di https://www.wikiwand.com/id/Arkeologi_Israel pada
tanggal 13 April 2020.
kapak perang. Senjata defensif (pertahanan) adalah perisai, biasanya terbuat dari
kerangka kayu yang dilapisi kulit dan minyak untuk merawatnya (2 Sam. 1:21). Helm
(topi perang) dan baju besi yang terbuat dari kulit yang keras dan sisik logam juga
dibuat untuk perlindungan pribadi (1 Sam. 17:5).
Sebelum tahun 3000 SM ditemukan kendaraan perang yang lebih rumit
penggunaanya. Kendaraan ini biasanya memiliki dua roda atau empat yang sangat
keras, yang ditarik oleh keledai atau lembu. Pada tahun 3000 SM orang-orang
menggunakan kendaraan ini baik untuk perang maupun untuk mengangkut kebutuhan
rumah.
Pada zaman M.B (sekitar 2000 – 1800 SM) kereta perang dikembangkan dengan
menggunakan roda jari-jari dan dengan menggunakan kuda. Perkembangan ini telah
dikaitkan dengan orang Het di Anatolia, yang membawa teknologi ketika mereka
migrasi dari Asia Tengah. Kendaraan perang baru ini segera menyembar ke Asyur,
Akhaia, dan Mesir, dan kendaraan ini menjadi cikal bakal pengembangan pada awal
Kekaisaran). Dalam Kejadian 41:43 Firaun mengangkat Yusuf menjadi kuasa atas
Mesir dan menaikkannya di atas keretanya. Penggunaan kereta yang paling dominan
oleh pasukan Israel adalah dari masa Salomo sampai masa raja Hizkia. Sampai masa
raja Salomo, bangsa Israel selalu melumpuhkan kuda dan kereta perang musuh (Yos.
11:6; 2 Sam. 8:3). Kereta perang dapat dikatakan telah digunakan sepangan periode
Alkitab.
Orang-orang Ibrani yang tinggal di Gosyen yang bekerja sebagai gembala
tentu saja memiliki senjata perlawanan yang digunakan untuk menjaga dan
melindungi ternak mereka dari perampok asing. Sedangkan orang Ibrani yang bekerja
sebagai budak di bawah pengawasan pengawas-pengawas roda tidak memiliki senjata.
Menarik, ketika orang-orang Ibrani keluar dari Mesir tidak catatan Alkitab yang
menyatakan bahwa mereka membawa perlengkapan senjata untuk melakukan
penyerangan. Namun setelah mereka keluar dari Mesir, Alkitab mencatat bahwa
bangsa Israel mengepung dan menyerang kota-kota di Palestina (Kanaan). Dapat
dipahami bahwa bangsa Israel sebagian memiliki perlengakapan perang seperti busur
dan anak panah, pentung, panah, perisai ayaman atau dari kulit sapi, dan helm (topi)
dari kulit atau anyaman. Dapat dipastikan bahwa pada saat mereka keluar dari Mesir,
kuda-kuda di Mesir tidak banyak karena pasukan Mesir yang mengejar dan menyusul
mereka hanya memiliki 600 kereta berkuda. Oleh sebab itu, bangsa Israel ketika
melakukan pengepungan atau penyerangan kota-kota di sekitar wilayah Kanaan dapat
dipastikan tidak memiliki pasukan berkuda dan kendaraan perang yang ditarik oleh
kuda, tetapi mereka hanya percaya akan kuasa Allah melalui pasukan-pasukan penjala
kaki saja (infatri).
Ram pendobrak dalam bentuk yang sangat primitif telah digunakan pada
milenium ke 3 SM. Contoh pertama kendaraan ini muncul dalam lukisan makam
Beni-Hasan (sekitar 1900 SM), dan senjata penyerangan dikembangkan, dirancang
untuk membantu mendobrak/menembus kota. Penggunaan senjata ini dibuktikan oleh
keadaan tembok-tembok di Siria-Palestina yang telah dibentengkan pada periode M.B
II A/B (sekitar 1950 SM) yang berasal dari periode yang sama dengan lukisan makam
Mesir. M.B adalah singkatan dari istilah “Middle Bronze” (2200-1570 SM). Middle
Bronze (M.B) adalah Zaman Perunggu Pertengahan sezaman dengan periode
Pertengahan Pertama.24 Sebuah gambar visual Ram pendobrak Asyur pada Zaman
Besi II muncul pada relief yang ditemukan di istana Sanherib dalam penggalian
Niniwe.
Bersama penggunaan ram pendobrak, tower pengepungan juga sering
digunakan. Senjata serangan penting lainnya untuk tembok kota adalah tangga. Dari
kombinasi senjata perang setiap pasukan, kendaraan perang, dan struktur perang
memajukan seni/strategi perang pada zaman kuno.
Setiap pasukan memiliki kebutuhan logistik, dan sejumlah personel tertentu
tinggal di sebuah kemah persenjataan (tidak menyerang), mereka tinggal menjaga
barang-barang, sedangkan pasukan utama maju berperang menyerang musuh. Dalam
bentuk perang yang paling primitif yang dilakukan dengan setiap suku mulai dari
zaman Yosua hingga pendirian kerajaan, para pasukan dipanggil untuk berperang
dengan meniup terompet/sangkakala (Hak. 3:27), dengan mengirim pesan melalui
salah satu orang (Hak. 6:35), atau dengan tindakan simbolis (misalnya, memotong
lembu dan mengirimkan ke setiap suku) (1 Sam. 11:7). Para pasukan membawa
senjata sederhana milik sendiri seperti pedang dan pengumban. Dalam Hakim-Hakim
5:8 dikatakan ketika terjadi perang perisai dan tombak tidak terlihat di antara empat
puluh ribu orang Israel. Para pasukan ketika maju berperang hanya membawa sedikit
persediaan makanan, mereka hidup dari tanah di padang di mana mereka tinggal, di
tambah dengan persediaan makanan dari rumah sendiri (1 Sam. 17:17). Sejak
terbentuknya pasukan profesional pada zaman Daud, para pasukan dilengkapi dengan

24
M. Bietak, Egypt and Canaan During the Middle Bronze Age, (BASOR 281, 1991) 27-72.
persediaan dari kota-kota perbekalan sebelum berangkat di medan perang (1 Raj. 9:19;
20:27).25

3. Operasi dan Strategi Perang


Perang dalam Alkitab mencatat berbagai operasi, tergantung periode sejarah di
mana perang itu terjadi, pengaturan geografis perang, tujuan perang yakni menyerang
atau bertahan, senjata dan pelataihan para pejuang, dan terutama motif para pasukan.
Perang pada zaman kuno selalu berhubungan dengan kepercayaan (agama), atau
bahkan dapat dikatakan bahwa agama adalah kekuatan besar yang mendorong
terjadinya suatu perang.

Persiapan Perang
Bangsa Israel adalah umat pilihan Allah, maka segala aspek kehidupan diatur
oleh lembaga keagamaan, bahkan termasuk perang. Misalnya sebelum berperang,
harus melakukan upacara keagamaan untuk menguduskan kegiatan perang yang akan
dilakukan (1 Sam. 7:8-10; 13:9); dan para nabi melihat para pasukan dipanggil dan
ditahbiskan oleh Allah untuk melaksanan hukuman pembalasan-Nya (Yes. 13:3; Yer.
6:4-6). Kemah persenjataan Israel adalah kudus karena Tuhan hadir di dalamnya, dan
hanya orang kudus yang murni yang masuk di dalamnya (Ul. 32:10-14). Inilah alasan
mengapa Uria tidak mau pulang ke rumah kepada istrinya Betsyeba, walaupun Daud
mendesaknya untuk pulang (2 Sam. 11:9-11).
Para pasukan dipanggil untuk berperang dengan meniup terompet/sangkakala
(Hak. 3:27), dengan mengirim pesan melalui salah satu orang (Hak. 6:35), atau dengan
tindakan simbolis (misalnya, memotong lembu dan mengirimkan ke setiap suku) (1
Sam. 11:7).

Sikap Pasukan Dalam Perang


Para prajurit harus memiliki iman dan tidak takut (Yos. 8:1), dan dalam
pertempuran mereka harus percaya bahwa Tuhan berperang bersama mereka (Yos.
10:14; 1 Sam. 7:10). Tabut Allah melambangkan kehadiran Tuhan. Ketika Tabut
Allah telah dirampas di dekat Eben-Haezer, maka pasukan bangsa Israel terpukul
kalah kira-kira 4000 orang ketika berperang melawan pasukan Filistin (1 Sam. 4:1-11)
“The International Standard Bible Encyclopedia – Edisi Revisi’ yang ditulis oleh GW Bromiley,
25

(Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company (1995). PC Bible Study V5.
karena dosa anak Eli, yakni Hofni dan Pinehas, namun di Mikhmas mereka
mengapatkan kemenangan besar (1 Sam. 14:18). Kemudian setiap kegiatan perang
harus menanyakan petunjuk ilahi melalui para nabi-Nya (1 Raj. 22:5-12; 2 Raj. 3:11).

Macam-Macam Operasi Perang


Operasi dan Strategi Perang Terbuka
Seluruh angkatan pasukan yang bersenjata maju berperang, ada angkatan yang
seribu, seratus, lima puluh, dan sepuluh orang (2 Sam.18:1; 2 Raj. 1:9; 2 Taw. 25:5,
dan lain-lain) dan dibagi menjadi beberapa kelompok (1 Sam. 11:11; 2 Sam. 18:2 dan
lain-lain). Satu kelompok bertindak sebagai pasukan penjaga belakang barisan (Bil.
10:25; Yos. 6:9) dan pasukan utama perang didahului oleh kelompok penjaga barisan
depan (kelompok pendahulu).

Operasi dan Strategi perang menaklukkan Kanaan


Pertempuran pertama yang dilakukan oleh pasukan Israel adalah ketika mereka
menaklukan Tanah Perjanjian dengan pertolongan Tuhan (Bil. 21:21-35; 31:1-12;
Yos. 1-12; dan lain-lain). Pasukan Israel adalah pasukan padang gurun yang sangat
primitf dan melawan penduduk kota-kota “besar dan berkubu sampai ke langit” (Ul.
1:28) dengan pasukan yang sudah sangat profesional bertempur dengan kereta besi
(Yos. 17:16-18). Dengan berbagai strategi, orang Israel mengalahkan para pasukan
Kanaan yang sangat kuat dan hebat itu, menaklukkan dan menghancurkan kota-kota
yang telah dibentengi itu. Ai ditaklukan dengan kombinasi dua kelompok pasukan,
yakni satu kelompok yang memancing musuh dan satu kelompok yang bersembunyi
menyerang (Yos. 8), dan dalam penaklukkan Yerikho ada operasi mata-mata (Yos. 2;
6:15-17). Kemudian orang Israel melakukan serangan mendadak dengan penyertaan
Tuhan mengalahkan kelompok-kelompok raja-raja Kanaan bagian selatan (Yos. 10:9-
14).
Operasi dan Strategi Perang Pada Zaman Hakim-Hakim
Di masa para hakim-hakim, bangsa Israel selalu mengalami kekalahan dalam
pertempuran terbuka (1 Sam. 4:1-11; 13:1-7), tetapi sering sekali mereka berhasil
(menang) dengan penyerbuan yang sangat berani, pernyerbuaan yang dilakukan secara
tiba-tiba, penyerbuan yang dilakukan oleh sekolompok kecil pasukan yang bersenjata
(Hak. 6:33-7:22; 1 Sam. 14:1-23). Dengan cara ini mereka dapat menduduki dataran
tinggi, namun tidak dapat menduduki dataran rendah karena ada kota-kota yang
berbenteng dan yang memiliki kereta perang yang menjadi penghalang utama mereka
(Yos. 17:12; Jak. 1:19, 27-35). Sampai abad ke 9 SM, orang Asyur percaya bahwa
bangsa Israel tidak dapat dikalahkan di gunung (dataran tinggi), tetapi kalah di dataran
rata (1 Raj. 20:23).

Operai dan Strategi Perang Di Zaman Daud


Perang Israel selama masa hakim-hakim dan kerajaan awal adalah perang
defensif (bertahan) melawan serangan balik dari orang-orang Kanaan dan kemudian
melawan serangan dari orang-orang Filistin, yang adalah pasukan-pasukan profesional
dan yang memiliki senjata-senjata yang hebat (1 Sam. 13:19-23). Tetapi Daud
mengadopsi strategi penaklukan pasukan profesional dan pasukan bayaran. Operasi
perangnya termasuk penggerebekkan dan penyerangan tiba-tiba ketika dia berada di
bawah pimpinan raja Saul (1 Sam. 18:25-29) dan di antara orang Filistin (1 Sam. 27:8-
12). Pertarungannya dengan Goliat merupakan cara pertarungan yang lain pada zaman
kuno untuk pertarungan umum (kontesnya mencari pemenang/juara di antara dua
petarung).
Pasukan Daud bertempur dalam pertempuran terbuka, mereka mengalahkan
kedua kelompok pasukan penjala kaki orang Filistin (2 Sam.5:17-21) dan pasukan
kereta (2 Sam. 10:17-19). Informasi tentang strategi tempur dalam pertempuran ini
masih sangat sedikit. Sangkakala digunakan untuk memberikan tanda, pasukan penjala
kaki, pasukan kereta, dan pasukan berkuda telah terkoordinasi dalam serangan itu.
Teriakan perang menandakan adanya pertempuran terbuka (1 Sam. 17:20; Yer. 4:19;
49:2; dll), dan juga hiruk-pikuk pertempuran (Nah. 3:2) yang besar yang dapat
membuat musuh melarikan diri (2 Sam. 10:13). Pasukan Daud di bawah pimpinan
Yoab juga mengepung kota-kota; pengepungan benteng orang Amon dijelaskan secara
terperinci dalam 2 Samuel 10-12.

Operasi dan Startegi Perang Di Zaman Salomo dan Raja-Raja Selanjutnya


Persenjataan yang lebih canggih dan operasi para pasukan yang dipimpin oleh
Daud mengalami perekambangan lebih lanjut di bawah pimpinan raja Salomo. Salomo
mendirikan kota-kota kereta perang dan kota-kota penyimpanan perbekalan di tempat-
tempat strategis dalam kerajaannya (Hazor, Megido, Gezer, Bet-Horon Hilir, Baakat,
Tamar dan Yerusalem) (1 Raj. 9:15-19), meskipun ia tidak pernah berperang. Kereta-
kereta Israel terdiri dari 3 orang, yakni pengemudi, penembak, dan pembawa perisai (1
Raj. 22:34; 2 Raj. 9:25). Pada masa pembagian kerajaan, sebagian besar kota kereta
berada di bawah kerajaan Israel dan puncak penggunaannya terbesar adalah di bawah
pimpinan Ahab. Pada Perang Qarqar (853 SM) Ahab menurunkan 2000 kereta
melawan orang Asyur, jumlah ini melebihi jumlah pasukan yang disediakan oleh
koalisi.
Rehabeam memperkuat pertahanannya sendiri dengan memperkuat kota-kota
kubu (berbenteng) di Yehuda (2 Taw. 11:5-11). Meskipun pusat kereta tidak
disebutkan, Yehuda memperluas wilayah pertahanannya (2 Raj. 8:21) sehingga pada
zaman Yesaya pusat-pusat kota penuh dengan kereta dan kuda (Yes. 2:7). Yehuda
mengalami kemunduran dimulai dari penaklukan Sanheri (701 SM). Ketika
Nebukadnezar dan pasukannya menyerang Yerusalem, pasukan Yudea secara fisik
lemah dan mengalami kebangkrutan rohani. Allah telah meninggalkan perkemahan
Israel (2 Raj. 23:27; 24:3, 20) dan bahkan Allah sendiri berperang melawan mereka
(Yer. 21:5).

4. Hasil Perang
Bagian integral perang pada zaman kuno adalah penjarahan dan pengumpulan
barang jarahan oleh para pasukan yang menang. Mereka membawa segala sesuatu
yang berharga, seperti domba (1 Sam. 14:32), harta pasukan musuh yang mati (1 Sam.
31:8), barang jarahan di kemah pasukan musuh (2 Raj. 7:16), dan oran-orang (2 Raj.
5:2). Hasil jarahan dibagi menurut kebiasaan (Bil. 31:26-47; Hak. 5:30), tetapi Daud
mengatur barang-barang jarahan yang diterima oleh para pasukan penjaga kemah (1
Sam. 30:24). Barang-barang yang paling berharga menjadi milik raja atau ditempatkan
di Bait Allah (2 Sam. 8:7, 11).26

BAB III
SKETSA PERANG DALAM PERJANJIAN LAMA
26
Semua materi tentang “operasi dan strategi perang Israel” diadopsi dari “The International Standard
Bible Encyclopedia – Edisi Revisi’ yang ditulis oleh GW Bromiley, (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans
Publishing Company (1995). PC Bible Study V5.
A. Sketsa Organisasi Pasukan
B. Sketsa Perang Penaklukan Kota Ai
Dalam Perjanjian Lama mencatat banyak peristiwa perang yang dilakukan oleh
bangsa Israel, namun mayoritas peristiwa perang tersebut tidak tercatat secara detail.
Salah satu perang yang cukup detail penjelasannya yang ada dalam Perjanjian Lama
adalah perang penaklukkan kota Ai oleh bangsa Israel dalam Yosua 8. Dalam ayat 2
dijelaskan bahwa strategi perang yang diatur oleh Musa adalah strategi yang diberikan
oleh kepadanya.

Pasukan Ai keluar dari kota menyusul Pasukan Israel maju dekat kota Ai sehari sebelum
PENAKLUKKAN KOTA AI
dan mengejar pasukan Israel yang pengepungan. Yosua membagi 2 unit pasukannya. 5.000
keluar dari persembunyian di sebelah orang pergi bersembunyi di sebelah barat kota Ai, yaitu di (YOSUA 8)
utara kota. belakang kota Ai antara Betel dan Ai dan 25.000 orang
bersembunyi di sebelah utara kota Ai, ada lembah di antara
mereka.
Yosua dan pasukannya
berhenti mundur. Mereka
berputar kembali
Yosua memberi tanda
menyerang pasukan Ai.

Pasukan yang 5000 orang maju


Pasukan yang menyerang Pasukan Ai diserang oleh pasukan Israel
menyerang dan membakar kota Ai
dan membakar kota Ai maju dari dua sisi, yaitu dari belakang (pasukan
ketika Yosua memberi tanda dengan
menyerang pasukan kota Ai Israel dari kota Ai) dan dari depan (pasukan
mengacungkan lembingnya.
dari belakang. Israel yang dipimpin Yosua).

Diskrip sketsa sesuai dengan nomor sketsa :


1) Yosua dan 30.000 pasukan Israel maju mendekati kota Ai berkemah. Ada 25.000 pasukan
bersama Yosua berkemah di sebelah utara Ai sehingga ada lembah di antara mereka
dengan kota tersebut (Yos. 8:10-11)
2) Yosua mengirim 5.000 pasukan bersembunyi di sebelah barat kota Ai pada malam hari.
Mereka tinggal di belakang kota Ai yaitu antara Betel dan Ai, karena mereka yang akan
menyerang dan membakar kota Ai ketika pasukan Ai keluar menyusul dan mengejar
pasukan Israel yang 25.000 yang berkemah di sebelah utara kota itu (Yos. 8:9, 12, 13).
3) Pasukan yang 25.000 orang yang dipimpin oleh Yosua berjalan mendekati kota itu
melalui lembah (Yos. 8:13)
4) Raja Ai dan pasukannya keluar menyusul dan mengejar Yosua bersama pasukannya
25.000 orang ke lereng di sebelah dataran itu (Yos. 8:15)
5) Yosua dan pasukannya yang 25.000 orang seolah-olah dipukul mundur, lalu melarikan
diri di padang gurun untuk memancing Raja Ai dan pasukannya. Maka raja Ai dan seluruh
pasukannya mengejar Yosua dan seluruh pasukan yang bersamanya jauh dari kota. Tidak
ada seorang pun yang tinggal di kota Ai (Yos. 15-17)
6) Ketika Yosua memberi tanda, yaitu dengan mengacungkan lembingnya, maka makan
segeralah pasukan yang 5.000 yang bersembunyi di belakang kota, yakni sebelah barat di
antara Betel dan Ai maju masuk mengepung kota Ai dan membakarnya (Yos. 8:18-19)
7) Kelompok Yosua dan pasukan yang melarikan diri yang terdiri dari 25.000 orang berbalik
menyerang pasukan Ai dan juga kelompok pasukan yang mengepung dan membakar kota
yang terdiri dari 5.000 orang maju menyerang pasukan Ai dari belakang. Pasukan Ai
terkunci tengah-tengah pasukan Israel (Yos. 21-22).

BAB IV
PERANG DALAM PERJANJIAN BARU
A. Definisi Perang Dalam Perjanjian Baru
Kata kerja “perang” dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru ada tiga macam, yaitu
polemeo, strateuo, dan antistrateuomai. Sedangkan kata benda “perang” hanya satu, yaitu
“polemos”. Ada pun penjelasan keempat kata tersebut di atas sebagai berikut :

a. Kata Kerja
1. Polemeo
Kata dalam “polemeo” dalam bahasa Inggris diterjemahkan “polemics”
(polemik). “bertarung”, dan berperang”. Kata ini dapat dipakai dalam berbagai
arti, yaitu : (a) harafiah, yaitu mencu pada perang harafiah (Why. 12:7; Why.
13:4; 17:14; 19:11); (b) Metaforis, Tuhan datang “memerangi” jemaat di
Pergamus yang tidak bertobat (Why. 2:16). Kata “memerangi” dalam bagian ini
harus ditafsirkan sebagai “penghakiman, penghukuman” dari Allah kepada
jemaat-jemaat di Pergaus yang tidak bertobat; (c) Hiperbola, Dalam Yakobus 4:2
diterjemahkan “berkelahi”, yang seharusnya diterjemahkan “berperang”. Arti
dalam konteks digunakan secara hiperbola untuk menyatakan permusuhan antara
orang-orang percaya. Jadi, yang dimaksud sebenarnya adalah “permusuhan”
namun diheperbolakan sebagai “berperang”.
2. Strateuo
Kata “strateuo” digunakan dalam bentuk midel, yang artinya
“berperang”, dari kata “stratos” (pasukan yang berkemah). Dalam 2 Korintus
10:3 diterjemahkan “berjuang”. Kata ini digunakan secara metaforis tentang
“konflik/perjuangan/perang” secara spiritual (1 Tim. 1:18; 2 Tim. 2:3; Yak. 4:1;
1 Pet. 2:11).
3. Antistrateuomai
Kata “antistrateuomai” tidak ditemukan dalam bentuk aktif “antistrateuo”
dalam Perjanjian Baru. Kata “antistrateuomai” terdiri dari dua kata, yaitu “anti”
(melawan) dan “strateuomai” (berjuang, berperang).Dalam Roma 7:23
diterjemahkakan “berjuang melawan”, atau bisa juga diartikan “berperang
melawan”. Secara sekuler kata “strateuomai” digunakan untuk para pasukan
yang berjuang dalam tugas kemiliteran. Secara kiasan, digunakan untuk
perjuangan para rasul untuk memberitakan Injil. Para rasul yang “berjuang
melawan” tantangan dalam pemberitaan Injil, mereka disebut sedang berperang.
b. Kata Benda
Kata benda “perang” dalam Perjajian Baru hanya memiliki “polemos” kata
dasar dari kata kerja “polemeo”. Kata “polemos” dapat diterjemahkan “perang,
pertarungan, pertempuran” (1 Kor. 14:8; Why. 9:7; 16:14; 20:8; Ibr. 11:34). Di
dalam Yakobus 4:1 diterjemahkan “sengketa” dalam arti hiperbola, yaitu
menggambarkan “permusuhan” di antara orang-orang percaya. Kata “polemos” juga
digunakan secara harafiah, yaitu pada “perang” secara fisik (Mat. 24:6; Why. 11:7).27

B. Macam-Macam Perang Dalam Perjanjian Baru


Dunia Perjanjian Baru mengenal yang namanya “Pax Romana”, yang artinya
“Perdamaian Roma), namun di sisi lain mileter yang kuat dan hebat pernah dari Roma
pernah menduduki wilayah Yudea untuk dikuasai oleh mereka. Desas-desus perang yang
terjadi di mana-mana merupakan tanda-tanda akhir zaman (Mat. 24:6). Yesus
menggunakan perumpamaan “seorang raja yang harus mempertimbangkan baik-baik
ketika menghadapi lawan” sebagai gambaran tentang komitmen yang penuh
pertimbangan ketika mengikut-Nya (Luk. 14:31-33).
Dalam Lukas 19:41-44 Yesus menubuatkan akan penaklukkan dan kejatuhan
Yerusalem. Hal ini tergenapi pada tahun 70 M pada masa pemerintahan Kaisar Nero.
Yesus pernah berkata bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang
(Mat. 10:34) dalam arti tertentu. Dalam Matius 26:52 Ia memperingatkan bahwa
barangsiapa menggunakan pedang akan binasa dengan pedang. Ajaran Yesus sebenarnya
adalah ajaran perdamiaan, bukan ajaran perang.
Perjanjian Baru juga menyatakan bahwa perang kegoisan dan keserakahan yang
sering mendominasi kehidupan orang percaya (Yak. 4:1). Gereja mula-mula mengajarkan
bahwa peperangan sejati sebenarnya terjadi dalam diri sendiri, yaitu perjuangan daging
melawan jiwa (1 Pet. 2:11). Perlengkapan orang percaya adalah perlengkapan senjata
Allah yang memampukan seseorang melawan kuasa gelap dunia ini (Ef. 6:10-17). Inilah
yang disebut peperangan rohani. Dalam kitab Wahyu yang berisi tentang peristiwa-
peristiwa akhir zaman dikatakan orang-orang yang binasa yang telah dibuang ke jurang
maut dan hades akan dilemparkan ke neraka (gehena) (Why. 20:14).28
27
W. E. Vine, Vine’s Complete Wxpository Dictionary of Old and New Testament, (London: Thomas
Nelson Publishers, 1996), 5641-5642.
28
Semua materi tentang “perlengkapan perag” diadopsi dari “The International Standard Bible
Encyclopedia – Edisi Revisi’ yang ditulis oleh GW Bromiley, (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing
Company (1995). PC Bible Study V5.
BAB V
KESIMPULAN

Perang dalam Perjanjian Lama memiliki banyak jenis seperti yang telah dijelaskan
dalam bab 2 sebelumnya. kisah-kisah perang yang dicatat dalam Perjanjian Lama mayoritas
tidak detail sehingga sulit untuk membuat sketsa setiap peristiwa perang tersebut. Beiring
berjalannya waktu, seluruh aspek yang berhubungan dengan kemiliteran dalam Perjanjian
Lama mengalami perkembangan seperti organisasi pasukan, perlengkapan pasukan, sistem
perang yang digunaka, dan lain-lain.
Dalam bab 3 salah satu perang yang cukup detail kisahnya adalah perang kedua yang
dipimpin oleh Yosua untuk menaklukkan kota Ai (Yosua 8). Strategi yang digunakan oleh
Yosua adalah strategi yang datang dari Allah (Yos. 8:1-2). Dalam bahasa sederhana sistem
yang digunakan itu adalah disebut sistem umpan.

Anda mungkin juga menyukai