Oleh :
Wenila Zalukhu
Maret Harefa
Diserahkan :
Kepada Ibu Dr. Lilis Setyarini
Sebagi Bagian Tugas Dari Mata Kuliah
(Teologi Perjanjian Lama 2)
Alkitab Ibrani, yang disebut sebagai Perjanjian Lama memuat banyak kisah tentang
perang yang melibatkan bangsa Israel dan bangsa-bangsa kuno lainnya. Topik tentang
“perang” dalam Perjanjian Lama mengandung banyak persoalan arkeologis, teologis dan
kemanusiaan. Persoalan arkeologis tentang Perjanjian Lama adalah adanya pendapat beberapa
para arkeolog dan sarjana Alkitab yang menganggap bahwa beberapa atau tidak semua perang
yang dicatat dalam Perjanjian Lama itu adalah benar-benar terjadi dalam sejarah, tetapi itu
adalah hanya mitos. Sehingga para arkeolog dan para sarjana ini menyimpulkan bahwa
Alkitab itu bukanlah sepenuhnya firman Allah, tetapi berisi firman Allah karena mengandung
banyak hal yang bersifat dongeng, legenda, mitos, dan sejenisnya, yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya secara arkeolog.1
Persoalan teologis tentang topik “perang” dalam Perjanjian Lama adalah mengenai
sifat Allah yang Mahakasih. Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin Allah yang
Mahakasih memerintahkan suatu bangsa untuk memerangi, memusnahkan, menghancurkan,
dan membunuh bangsa lain? Sehingga banyak orang yang menyimpulkan bahwa Allah dalam
Perjanjian Lama itu adalah Allah yang kejam atau jahat dan diskriminatif dari pada Allah
dalam Perjanjian Baru.2 Maka, banyak para tokoh membedakan Allah dalam Perjanjian Lama
tersebut dengan Allah Perjanjian Baru seperti Marcion (seorang tokoh Kristen abad pertama)
membedakan Allah dalam Perjanjian Lama dengan Allah dalam Perjanjian Baru. Menurutnya
ada dua Allah yang berbeda, yakni satu Allah yang dicatat dalam Perjanjian Lama, yang
terlihat jahat dan kejam, dan satu Allah dalam Perjanjian Baru yang terlihat baik dan
mengasihi.3 Tatian salah seorang murid Justin Martyr, menolak Perjanjian Lama sebab
Perjanjian Lama menghadirkan Allah yang berbeda dengan Perjanjian Baru. Sebagaimana
dikutip oleh Hunt, Clement dari Aleksandria menyatakan tentang Tatian :
Tatian makes a distinction between the old humanity and the new, but it is not ours. We
agree with him in that we tosay that the old humanity is the Law, the new is the gospel.
But we do not agree with his desire to abolish the Law as being the work of a different
god.4
1
Larry Holzwarth, 10 Wars of the Oled Testament, diakses di https://historycollection.co/10-wars-of-
the-old-testament/ pada tanggal 10 April 2020.
2
Stanley N. Gundry, “Introduction”, dalam Show Them No Mercy, edisi Stanley N. Gundry, (Grand
Rapids: Zondervan, 2003), 7.
3
Mark Edwards, Catholicity and Heresy in the Early Church, (England: Asthage, 2009), 29.
4
Emily J. Hunt, Christianity in the Second Century: The Case of Tatian, (London: Routledge, 2003),
179.
Pertanyaan lain berkaitan dengan hal ini adalah berhubungan dengan kekonsistenan
Allah terhadap firman Allah. Jika Allah itu konsisten terhadap firman-Nya, mengapa di sisi
lain Ia memberi larangan untuk membunuh, namun di sisi lain Ia memerintahkannya? Atau
bagaimana menyelaraskan perintah ini dengan ajaran Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru
tentang mengasihi dan mengampuni musuh?
Persoalan yang lain adalah bagaimana menerapkan perintah perang itu dalam
Perjanjian Lama dalam kehidupan orang percaya saat ini. Bukankah perang itu melanggar
hukum kemanusiaan? Apakah orang percaya diperbolehkan untuk ikut berperang atau tidak?.
Kelompok Lutheran, Reformed, dan Anglikan melihat perang sebagai sesuatu yang
diperbolehkan, sebab melalui perng yang adil (Just War) maka kejahatan di dalam dunia
dapat ditahan kuasanya dan peperangan diperbolehkan hanya demi tujuan kemanusiaan dan
iman5. Di sisi lain, Duane Cody memahami perang sebagai tindakan arogan dimana
penindasan didasarkan pada persepsi bahwa sebagian kelompok merasa lebih layak secara
moral dan lebih unggul sehingga diperbolehkan menerima hak istimewa untuk berperang dan
sebagian yang lain dianggap lebih bodoh, pasif, dan bahkan kurang bermoral sehingga layak
untuk menerima serangan atau perang.6
Pertanyaan-pertanyaan mengenai “perang” masih banyak lagi. Pengertian yang salah
akan catatan-catatan tentang “perang” dalam Perjanjian Lama akan membawa pada penerapan
yang salah pula. Maka dalam hal ini makalah ini tidak menjawab semua persoalan tentang
“perang” tersebut, tetapi hanya menjelaskan sketsa perang khususnya yang terjadi dalam
Perjanjian Lama.
BAB II
5
Ronald H. Bainton, Christian Attitudes towards War and Peac: A Historical Survey and Critical Re-
evaluation, (Nashville: Abingdon, 1990), 14-15).
6
Deane Curtin, Berdamai dengan Bumi:Pertanian Pribumi dan Revolusi Hijau, dalam Etika Terapan
1: Sebuah Pendekatan Multikultural, edisi Larry May, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), 299-300.
PERANG DALAM PERJANJIAN LAMA
7
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI- Edisi): Arti
Kata “Perang”, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1156.
8
John McClintock dan James Strong, McClintock & Strong, Cyclopedia – Volume 10, (New York:
Harper & Brothers, 1891). PC Bible Study V5.
9
R. Laird Harris, Gleason L. Archer, dan Bruce K. Waltake, Theological Wordbook of the Old
Testament, (Chicago: Moody Press, 1980), 476, 812.
10
GW Bromiley, The International Standard Bible Encyclopedia – Edisi Revisi, (Grand Rapids: Wm.
B. Eerdmans Publishing Company (1995). PC Bible Study V5.
11
John McClintock dan James Strong, McClintock & Strong, Cyclopedia – Volume 10, (New York:
Harper & Brothers, 1891). PC Bible Study V5.
12
“Ensklopedia Alkitab”, studi kata “perang” diakses di https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?
word=perang pada tanggal 11 April 2020.
Dalam Perjanjian Lama suatu perkelahian disebut “perang” jika terjadi dalam orang yang
terlibat di dalamnya berjumlah banyak, hal inilah yang membedakan antar perang dengan
perkelahian antar individu. Perkelahian antar individu menggunakan kata “natsah” yang
artinya “berkelahi” (Kel. 2:13; 21:22 dan lain-lain) berbeda dengan “milkhama” dan
“qerab”. Perang adalah merupakan salah satu akibat dari kejatuhan manusia pertama
dalam dosa dan juga merupakan wujud dari kebobrokan manusia.13
13
Matthew George Easton, American Tract Society (ATS) Bible Dictionary, (New York: American
Tract society, 1825); diakses di https://biblehub.com/topical/w/war.htm pada tanggal 11 April 2020.
Dalam Kejadian 14:1-13 pertama kali muncul dan dicatat tentang “perang”.
Diceritakan bahwa pada zaman raja Sinear, Ariokh, raja Elasar, Kedorlaomer, raja
Elam, dan Tideal, raja Goyim berperang melawan Bera, raja Sodom, Bisrya, raja
Gomora, Syinab, raja Adma, Syemeber, raja Zeboim, dan raja negeri Bela,, yakni
negeri Zoar. Raja-raja yang terakhir disebut dikatakan kalah, oleh sebab itu takluk
kepada raja Kedorlaomer selama 12 tahun lamanya dan memaksa mereka membayar
upeti. Namun ketika mereka memborontak dalam tahun ke 13, pada tahun ke 14
Kedorlaomer bersama raja-raja lainnya memerangi dan menawan mereka untuk
dijadikan budak, di antaranya Lot dan keluarganya. Tetapi tawanan itu diselamatkan
oleh Abraham.
14
John McClintock dan James Strong, McClintock & Strong, Cyclopedia – Volume 10, (New York:
Harper & Brothers, 1891). PC Bible Study V5.
Pertempuran Antara Bangsa Israel dengan Kota Yerikho
Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir dan menyeberang laut Teberau dan
Sungai Yordan, bangsa Israel dibawa pimpinan Yosus (menggantikan Musa) merebut
kota Yerikho, yang merupakan salah satu kota yang besar di Kanaan. Kitab Yosua
6:1-27 menceritakan bagaimana kota yang besar itu dijatuhkan oleh bangsa Israel.
Dikatakan bahwa selama tujuh hari bangsa Israel mengelilingi kota tersebut, meniup
sangkakala dan membawa Tabut Perjanjian di depan orang-orang yang bersenjata.
Pada hari ketujuh, Yosua memerintahkan seluruh bangsa Israel untuk bersorak, dan
secara ajaib, tembok kota Yerikho runtuh, sehingga memungkinkan mereka merebut
kota tersebut.
15
Al. Purwa Hadiwardoyo MSF, Catatan-Catatan Singkat tentang Kitab Suci ,(Yogyakarta: Kanasius,
2001), 25.
16
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 134.
17
I. Snoek, Sejarah Suci, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 154-198.
memerinthahkan jenderalnya untuk melumatkan kota itu. Nebukadnezar membakar
Bait Suci pertama orang Yahudi, istana raja, dan seluruh rumah di Yerusalem.
Kerajaan Yehuda dihancurkan.18
Perang Megido
Pada tahun 609 SM terjadri konfrontasi antara Mesir (dipimpin oleh Firaun
Nekho II) dengan bangsa Babilonia (dipimpin oleh raja Nabopolasar) yang telah
menaklukkan Asyur. Nekho II mengirim pasukan untuk menyerang pasukan Asyur
yang masih hidup. Perjanjian Lama mencatat bahwa agar Nekho II dapat bertemu
dengan bangsa Asyur, ia harus melewati kota Megido, yang dikuasai oleh kerajaan
Yehuda (dipimpin oleh raja Yosia) (2 Raj. 23:28-30). Nekho II meminta jalan yang
aman, yaitu melalui Megido, tetapi raja Yosia menolak dan melakukan perlawanan
terhadap pasukan Mesir tersebut di suatu tempat dekat Megido. Dalam peperangan ini
pasukan kerajaan Yehuda mengalami kekalahan dan raja Yosia dibunuh oleh Nekho II
di Megido.19
Dari penjelasan di atas beberapa tujuan sebuah perang, yakni perang merupakan
sebuah bentuk pertahanan kekuasaan; perang merupakan sebuah bentuk pembasalan
kekalahan dan penghinaan dari bangsa lain; perang merupakan sebuah cara memperluas
wilayah dan perdagangan; perang merupakan salah satu cara untuk
menguasai/mendominasi dan menyatakan keunggulan/kehebatan terhadap bangsa lain.
Biasanya bangsa yang kuatlah yang sering memulai peperangan.
18
Simon Sebag Montefiore, “Jerusalem the Biography”, diterjemahkan oleh Yanto Musthofa,
(Jakarta: Pustaka Alvabet, 2012), 43, 45.
19
Beberapa persitiwa perang di atas dikutip dari artikel “Livesci=NCE” yang berjudul “Biblical Battles:
12 Ancient Wars Lifted from the Bible” ditulis oleh Owen Jarus (24Juli 2017); Diakses di
https://www.livescience.com/59911-ancient-biblical-battles.html pada tanggal 13 Arpril 2020.
20
“Webster's Revised Unabridged Dictionary”, studi tentang “perang” dalam Alkitab; diakses di
https://biblehub.com/topical/w/war.htm pada tanggal 13 April 2020.
The International Standard Bible Encyclopedia – Edisi Revisi membedakan
tujuan perang antar kelompok kecil seperti, keluarga, suku, dan lain-lain dengan perang
besar seperti antar bangsa. Perang kecil biasanya bertujuan untuk mempertahankan
kebutuhan hidup (makanan), cara untuk mempertahankan wilayah dan menguasai
wilayah orang lain, sebagai bentuk perlindungan, cara untuk mendapatkan kebebasan,
dan cara untuk memelihara solidaritas sosial dalam kelompok. Sedangkan perang besar
biasanya bertujuan untuk mempertahankan wilayah, untuk menguasai bangsa lain, dan
mempertahankan kehebatan dan keunggulan suatu bangsa.21
GW Bromiley, The International Standard Bible Encyclopedia – Edisi Revisi, (Grand Rapids: Wm.
21
Catatan :
Beberapa personil perang di atas ada yang tidak selalu wajib dalam zaman hakim-
hakim, seperti wakil pemimpin tertinggi perang, pasukan mata-mata, dan lain-lain. Hal
itu tergantung situasi dan kondisi perang yang dilakukan.
Zaman Kerajaan
- Raja sebagai pemimpin tertinggi perang
- Panglima perang
- Pasukan khusus (pasukan professional)
- Pasukan penjaga kemah persenjataan (pasukan logistic)
- Pasukan pengangkat Tabut Perjanjian
- Pasukan penjaga kerajaan
- Pemimpin pasukan berjumlah 1000 orang
- Pemimpin pasukan berjumlah 100 orang
- Pemimpin pasukan berjumlah 50 orang
- Pemimpin pasukan berjumlah 10 orang
- Pasukan penjala kaki
- Pasukan berkuda
- Pasukan kereta
- Pasukan pembawa informasi (informan)
- Pasukan bayaran, yakni pasukan musuh yang telah ditakluk
- Pasukan peniup sangkakala
- Pasukan pemimpin orasi dalam perang.
- Pasukan perang
- Budak pembawa perlengkapan raja, seperti baju besi, pedang, dan lain-lain.
Catatan :
Beberapa macam pasukan di atas ada pasukan-pasukan yang tidak selalu ada dalam
setiap kepimimpinan raja, tergantung sistem perang yang dibuat oleh raja yang sedang
memimpin.
2. Perlengkapan Perang
Senjata pertempuran pada zaman purbakala terdiri dari senjata ofensif
(penyerangan) dan senjata defensif (pertahanan) untuk setiap pasukan. Banyak dari
komentor menduga bahwa Kain membunuh Habel menggunakan dengan batu yang
ada di padang. Para pemburu pada zaman kuno pasti menggunakan pengumban dari
batu (seperti yang digunakan oleh Daud ketika melawan Goliat). Ada pun senjata yang
digunakan paling awal adalah pisau dari batu, kepala tombak dari batu, dan busur
selama periode Natufian (sekitar 15.000 – 8.000 SM).
Periode Natufian adalah periode sebelum tembikar neolitik.22 Istilah Natufian
diciptakan oleh Dorothy Garrod pada tahun 1928, yang ditujukan kepada orang-
orang pemburu sebelum zaman neolitik yang tinggal di wilayah Levant
(Lebanon, Suriah, Yordania, Israel, dan Palestina. Kadang-kadang, Siprus, Sinai,
dan Irak).23
Para pasukan secara bertahap memperbaiki pengumban (sling), pisau, dan busur
dan anak panah dan mengembangkannya menjadi senjata baru seperti busur komposit
dan busur kompon, panah yang lebih baik, lembing, tombak, pedang, tongkat, dan
22
K. Kris Hirst, “Natufian Period - Hunter-Gatherer Ancestors of Pre-Pottery Neolithic”, dimuat di
ThoughtCo. (30 Mei, 2019); diakses di https://www.thoughtco.com/natufian-period-hunter-gatherers-171958
pada tanggal 13 April 2020.
23
Dikutip dari “Arkeologi Israel” diakses di https://www.wikiwand.com/id/Arkeologi_Israel pada
tanggal 13 April 2020.
kapak perang. Senjata defensif (pertahanan) adalah perisai, biasanya terbuat dari
kerangka kayu yang dilapisi kulit dan minyak untuk merawatnya (2 Sam. 1:21). Helm
(topi perang) dan baju besi yang terbuat dari kulit yang keras dan sisik logam juga
dibuat untuk perlindungan pribadi (1 Sam. 17:5).
Sebelum tahun 3000 SM ditemukan kendaraan perang yang lebih rumit
penggunaanya. Kendaraan ini biasanya memiliki dua roda atau empat yang sangat
keras, yang ditarik oleh keledai atau lembu. Pada tahun 3000 SM orang-orang
menggunakan kendaraan ini baik untuk perang maupun untuk mengangkut kebutuhan
rumah.
Pada zaman M.B (sekitar 2000 – 1800 SM) kereta perang dikembangkan dengan
menggunakan roda jari-jari dan dengan menggunakan kuda. Perkembangan ini telah
dikaitkan dengan orang Het di Anatolia, yang membawa teknologi ketika mereka
migrasi dari Asia Tengah. Kendaraan perang baru ini segera menyembar ke Asyur,
Akhaia, dan Mesir, dan kendaraan ini menjadi cikal bakal pengembangan pada awal
Kekaisaran). Dalam Kejadian 41:43 Firaun mengangkat Yusuf menjadi kuasa atas
Mesir dan menaikkannya di atas keretanya. Penggunaan kereta yang paling dominan
oleh pasukan Israel adalah dari masa Salomo sampai masa raja Hizkia. Sampai masa
raja Salomo, bangsa Israel selalu melumpuhkan kuda dan kereta perang musuh (Yos.
11:6; 2 Sam. 8:3). Kereta perang dapat dikatakan telah digunakan sepangan periode
Alkitab.
Orang-orang Ibrani yang tinggal di Gosyen yang bekerja sebagai gembala
tentu saja memiliki senjata perlawanan yang digunakan untuk menjaga dan
melindungi ternak mereka dari perampok asing. Sedangkan orang Ibrani yang bekerja
sebagai budak di bawah pengawasan pengawas-pengawas roda tidak memiliki senjata.
Menarik, ketika orang-orang Ibrani keluar dari Mesir tidak catatan Alkitab yang
menyatakan bahwa mereka membawa perlengkapan senjata untuk melakukan
penyerangan. Namun setelah mereka keluar dari Mesir, Alkitab mencatat bahwa
bangsa Israel mengepung dan menyerang kota-kota di Palestina (Kanaan). Dapat
dipahami bahwa bangsa Israel sebagian memiliki perlengakapan perang seperti busur
dan anak panah, pentung, panah, perisai ayaman atau dari kulit sapi, dan helm (topi)
dari kulit atau anyaman. Dapat dipastikan bahwa pada saat mereka keluar dari Mesir,
kuda-kuda di Mesir tidak banyak karena pasukan Mesir yang mengejar dan menyusul
mereka hanya memiliki 600 kereta berkuda. Oleh sebab itu, bangsa Israel ketika
melakukan pengepungan atau penyerangan kota-kota di sekitar wilayah Kanaan dapat
dipastikan tidak memiliki pasukan berkuda dan kendaraan perang yang ditarik oleh
kuda, tetapi mereka hanya percaya akan kuasa Allah melalui pasukan-pasukan penjala
kaki saja (infatri).
Ram pendobrak dalam bentuk yang sangat primitif telah digunakan pada
milenium ke 3 SM. Contoh pertama kendaraan ini muncul dalam lukisan makam
Beni-Hasan (sekitar 1900 SM), dan senjata penyerangan dikembangkan, dirancang
untuk membantu mendobrak/menembus kota. Penggunaan senjata ini dibuktikan oleh
keadaan tembok-tembok di Siria-Palestina yang telah dibentengkan pada periode M.B
II A/B (sekitar 1950 SM) yang berasal dari periode yang sama dengan lukisan makam
Mesir. M.B adalah singkatan dari istilah “Middle Bronze” (2200-1570 SM). Middle
Bronze (M.B) adalah Zaman Perunggu Pertengahan sezaman dengan periode
Pertengahan Pertama.24 Sebuah gambar visual Ram pendobrak Asyur pada Zaman
Besi II muncul pada relief yang ditemukan di istana Sanherib dalam penggalian
Niniwe.
Bersama penggunaan ram pendobrak, tower pengepungan juga sering
digunakan. Senjata serangan penting lainnya untuk tembok kota adalah tangga. Dari
kombinasi senjata perang setiap pasukan, kendaraan perang, dan struktur perang
memajukan seni/strategi perang pada zaman kuno.
Setiap pasukan memiliki kebutuhan logistik, dan sejumlah personel tertentu
tinggal di sebuah kemah persenjataan (tidak menyerang), mereka tinggal menjaga
barang-barang, sedangkan pasukan utama maju berperang menyerang musuh. Dalam
bentuk perang yang paling primitif yang dilakukan dengan setiap suku mulai dari
zaman Yosua hingga pendirian kerajaan, para pasukan dipanggil untuk berperang
dengan meniup terompet/sangkakala (Hak. 3:27), dengan mengirim pesan melalui
salah satu orang (Hak. 6:35), atau dengan tindakan simbolis (misalnya, memotong
lembu dan mengirimkan ke setiap suku) (1 Sam. 11:7). Para pasukan membawa
senjata sederhana milik sendiri seperti pedang dan pengumban. Dalam Hakim-Hakim
5:8 dikatakan ketika terjadi perang perisai dan tombak tidak terlihat di antara empat
puluh ribu orang Israel. Para pasukan ketika maju berperang hanya membawa sedikit
persediaan makanan, mereka hidup dari tanah di padang di mana mereka tinggal, di
tambah dengan persediaan makanan dari rumah sendiri (1 Sam. 17:17). Sejak
terbentuknya pasukan profesional pada zaman Daud, para pasukan dilengkapi dengan
24
M. Bietak, Egypt and Canaan During the Middle Bronze Age, (BASOR 281, 1991) 27-72.
persediaan dari kota-kota perbekalan sebelum berangkat di medan perang (1 Raj. 9:19;
20:27).25
Persiapan Perang
Bangsa Israel adalah umat pilihan Allah, maka segala aspek kehidupan diatur
oleh lembaga keagamaan, bahkan termasuk perang. Misalnya sebelum berperang,
harus melakukan upacara keagamaan untuk menguduskan kegiatan perang yang akan
dilakukan (1 Sam. 7:8-10; 13:9); dan para nabi melihat para pasukan dipanggil dan
ditahbiskan oleh Allah untuk melaksanan hukuman pembalasan-Nya (Yes. 13:3; Yer.
6:4-6). Kemah persenjataan Israel adalah kudus karena Tuhan hadir di dalamnya, dan
hanya orang kudus yang murni yang masuk di dalamnya (Ul. 32:10-14). Inilah alasan
mengapa Uria tidak mau pulang ke rumah kepada istrinya Betsyeba, walaupun Daud
mendesaknya untuk pulang (2 Sam. 11:9-11).
Para pasukan dipanggil untuk berperang dengan meniup terompet/sangkakala
(Hak. 3:27), dengan mengirim pesan melalui salah satu orang (Hak. 6:35), atau dengan
tindakan simbolis (misalnya, memotong lembu dan mengirimkan ke setiap suku) (1
Sam. 11:7).
(Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company (1995). PC Bible Study V5.
karena dosa anak Eli, yakni Hofni dan Pinehas, namun di Mikhmas mereka
mengapatkan kemenangan besar (1 Sam. 14:18). Kemudian setiap kegiatan perang
harus menanyakan petunjuk ilahi melalui para nabi-Nya (1 Raj. 22:5-12; 2 Raj. 3:11).
4. Hasil Perang
Bagian integral perang pada zaman kuno adalah penjarahan dan pengumpulan
barang jarahan oleh para pasukan yang menang. Mereka membawa segala sesuatu
yang berharga, seperti domba (1 Sam. 14:32), harta pasukan musuh yang mati (1 Sam.
31:8), barang jarahan di kemah pasukan musuh (2 Raj. 7:16), dan oran-orang (2 Raj.
5:2). Hasil jarahan dibagi menurut kebiasaan (Bil. 31:26-47; Hak. 5:30), tetapi Daud
mengatur barang-barang jarahan yang diterima oleh para pasukan penjaga kemah (1
Sam. 30:24). Barang-barang yang paling berharga menjadi milik raja atau ditempatkan
di Bait Allah (2 Sam. 8:7, 11).26
BAB III
SKETSA PERANG DALAM PERJANJIAN LAMA
26
Semua materi tentang “operasi dan strategi perang Israel” diadopsi dari “The International Standard
Bible Encyclopedia – Edisi Revisi’ yang ditulis oleh GW Bromiley, (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans
Publishing Company (1995). PC Bible Study V5.
A. Sketsa Organisasi Pasukan
B. Sketsa Perang Penaklukan Kota Ai
Dalam Perjanjian Lama mencatat banyak peristiwa perang yang dilakukan oleh
bangsa Israel, namun mayoritas peristiwa perang tersebut tidak tercatat secara detail.
Salah satu perang yang cukup detail penjelasannya yang ada dalam Perjanjian Lama
adalah perang penaklukkan kota Ai oleh bangsa Israel dalam Yosua 8. Dalam ayat 2
dijelaskan bahwa strategi perang yang diatur oleh Musa adalah strategi yang diberikan
oleh kepadanya.
Pasukan Ai keluar dari kota menyusul Pasukan Israel maju dekat kota Ai sehari sebelum
PENAKLUKKAN KOTA AI
dan mengejar pasukan Israel yang pengepungan. Yosua membagi 2 unit pasukannya. 5.000
keluar dari persembunyian di sebelah orang pergi bersembunyi di sebelah barat kota Ai, yaitu di (YOSUA 8)
utara kota. belakang kota Ai antara Betel dan Ai dan 25.000 orang
bersembunyi di sebelah utara kota Ai, ada lembah di antara
mereka.
Yosua dan pasukannya
berhenti mundur. Mereka
berputar kembali
Yosua memberi tanda
menyerang pasukan Ai.
BAB IV
PERANG DALAM PERJANJIAN BARU
A. Definisi Perang Dalam Perjanjian Baru
Kata kerja “perang” dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru ada tiga macam, yaitu
polemeo, strateuo, dan antistrateuomai. Sedangkan kata benda “perang” hanya satu, yaitu
“polemos”. Ada pun penjelasan keempat kata tersebut di atas sebagai berikut :
a. Kata Kerja
1. Polemeo
Kata dalam “polemeo” dalam bahasa Inggris diterjemahkan “polemics”
(polemik). “bertarung”, dan berperang”. Kata ini dapat dipakai dalam berbagai
arti, yaitu : (a) harafiah, yaitu mencu pada perang harafiah (Why. 12:7; Why.
13:4; 17:14; 19:11); (b) Metaforis, Tuhan datang “memerangi” jemaat di
Pergamus yang tidak bertobat (Why. 2:16). Kata “memerangi” dalam bagian ini
harus ditafsirkan sebagai “penghakiman, penghukuman” dari Allah kepada
jemaat-jemaat di Pergaus yang tidak bertobat; (c) Hiperbola, Dalam Yakobus 4:2
diterjemahkan “berkelahi”, yang seharusnya diterjemahkan “berperang”. Arti
dalam konteks digunakan secara hiperbola untuk menyatakan permusuhan antara
orang-orang percaya. Jadi, yang dimaksud sebenarnya adalah “permusuhan”
namun diheperbolakan sebagai “berperang”.
2. Strateuo
Kata “strateuo” digunakan dalam bentuk midel, yang artinya
“berperang”, dari kata “stratos” (pasukan yang berkemah). Dalam 2 Korintus
10:3 diterjemahkan “berjuang”. Kata ini digunakan secara metaforis tentang
“konflik/perjuangan/perang” secara spiritual (1 Tim. 1:18; 2 Tim. 2:3; Yak. 4:1;
1 Pet. 2:11).
3. Antistrateuomai
Kata “antistrateuomai” tidak ditemukan dalam bentuk aktif “antistrateuo”
dalam Perjanjian Baru. Kata “antistrateuomai” terdiri dari dua kata, yaitu “anti”
(melawan) dan “strateuomai” (berjuang, berperang).Dalam Roma 7:23
diterjemahkakan “berjuang melawan”, atau bisa juga diartikan “berperang
melawan”. Secara sekuler kata “strateuomai” digunakan untuk para pasukan
yang berjuang dalam tugas kemiliteran. Secara kiasan, digunakan untuk
perjuangan para rasul untuk memberitakan Injil. Para rasul yang “berjuang
melawan” tantangan dalam pemberitaan Injil, mereka disebut sedang berperang.
b. Kata Benda
Kata benda “perang” dalam Perjajian Baru hanya memiliki “polemos” kata
dasar dari kata kerja “polemeo”. Kata “polemos” dapat diterjemahkan “perang,
pertarungan, pertempuran” (1 Kor. 14:8; Why. 9:7; 16:14; 20:8; Ibr. 11:34). Di
dalam Yakobus 4:1 diterjemahkan “sengketa” dalam arti hiperbola, yaitu
menggambarkan “permusuhan” di antara orang-orang percaya. Kata “polemos” juga
digunakan secara harafiah, yaitu pada “perang” secara fisik (Mat. 24:6; Why. 11:7).27
Perang dalam Perjanjian Lama memiliki banyak jenis seperti yang telah dijelaskan
dalam bab 2 sebelumnya. kisah-kisah perang yang dicatat dalam Perjanjian Lama mayoritas
tidak detail sehingga sulit untuk membuat sketsa setiap peristiwa perang tersebut. Beiring
berjalannya waktu, seluruh aspek yang berhubungan dengan kemiliteran dalam Perjanjian
Lama mengalami perkembangan seperti organisasi pasukan, perlengkapan pasukan, sistem
perang yang digunaka, dan lain-lain.
Dalam bab 3 salah satu perang yang cukup detail kisahnya adalah perang kedua yang
dipimpin oleh Yosua untuk menaklukkan kota Ai (Yosua 8). Strategi yang digunakan oleh
Yosua adalah strategi yang datang dari Allah (Yos. 8:1-2). Dalam bahasa sederhana sistem
yang digunakan itu adalah disebut sistem umpan.