Anda di halaman 1dari 9

Panggilan dan Tanda: Yunus

1. Pendahuluan
Ketaatan adalah sesuatu yang sangat dituntut Tuhan. Dalam melakukan sesuatu,
seseorang dituntut untuk selalu menaati apa yang telah di beritahukan kepadanya atau yang
telah dibuat untuk menjadi petunjuk baginya. Ketaatan ini juga merupakan salah satu
pengungkapan dari sebuah panggilan kita untuk tugas atau perutusan kita. Yunus sebagai
seorang nabi, di panggil oleh Allah untuk pergi ke Niniwe namun ia malah pergi ke tempat
lain. Di sini Yunus tidak taat terhadap perintah Tuhan. Meskipun demikian, Yunus masih
diberi kesempatan kedua untuk pergi ke Niniwe. Niniwe dikenal sebagai kota yang sangat
durhaka kepada Tuhan.Namun, Tuhan masih mau melepaskan mereka dari murkanya, dengan
mengutus Yunus untuk pergi kepada mereka agar mereka dapat bertobat dan kembali kepada
Tuhan.
Gambaran tentang panggilan pelayanan berdasarkan kitab Yunus menyimpulkan
bahwa Allah yang memanggil adalah Allah yang menyerukan anugerah bagi hamba-Nya dan
bangsa-bangsa lain, Allah menerima pertobatan, dan Allah yang menyatakan diri-Nya untuk
lebih dikenal oleh hamba-hambaNya. Panggilan Allah tidak pernah gagal sekalipun yang
diutusnya dengan sengaja lari dari panggilan. Dalam Perjanjian Lama, pengutusan nabi yang
ditegaskan dalam perkataan, “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi
untuk Aku?” (6:8). Dalam melaksanakan tugasnya, nabi adalah wakil Allah yang berbicara
atas nama Allah.
Kisah tentang panggilan Yunus ini muncul dalam perjanjian baru yakni dalam Injil
Sinoptik. Dalam Matius 12:38-42 dikatakan bahwa orang Farisi meminta tanda kepada Yesus
dan Yesus menjawab mereka dengan mengatakan Angkatan yang jahat dan tidak setia ini
menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi
Yunus (Mat 12:39). Penolakan untuk memberi tanda kecuali tanda nabi Yunus diikuti dengan
perbandingan antara orang-orang kepada siapa Yunus melayani dengan orang-orang kepada
siapa Yunus berkhotbah. Matius juga mengungkapkan persamaan lebih lanjut antara situasi
Yunus dengan situasi Yesus (Mat 12:40). Pengalaman Yunus yang berada dalam perut ikan
selama tiga hari tiga malam, demikianlah Anak Manusia akan tinggal dalam rahim bumi tiga
hari tiga malam. Kita dapat menelusuri adanya kesamaan antara dua peristiwa ini yakni dari
pernyataan tiga hari tiga malam dan mengapa kisah Yunus ini dikutip dalam Perjanjian Baru.

1
2. Isi
2.1 Konteks Panggilan Dan Perutusan Nabi Yunus
Istilah panggilan dan perutusan Allah dalam Perjanjian Lama selalu berhubungan dengan
seorang nabi yang adalah penyambung lidah Allah kepada umatNya. Ketika nabi diutus
kepada umat Israel, itu menjadi hal yang biasa terjadi pada keseluruhan nabi-nabi dalam
Perjanjian Lama. Namun hal berbeda terjadi dalam Kitab Yunus. Yunus dipanggil dan diutus
Allah kepada bangsa Niniwe. Kitab Yunus ini hendak menyatakan bahwa keselamatan yang
dari Allah bukan hanya bangsa Isreal saja melainkan untuk semua bangsa, keselamatan Allah
bagi seluruh dunia. Hal ini menjadi pelajaran bagi Yunus dan bangsa Israel sendiri. 1 Menurut
Kramer, tidak dikatakan dalam teks bahwa Yunus mewakili sikap bangsa Israel kepada
bangsa lain. Pokok masalah yang ada dalam Kitab Yunus bukan soal Yunus yang mau
menentang sikap Allah yang mengasihi bangsa lain di luar Israel, melainkan Allah yang yang
tidak melaksanakan rencanaNya yang telah disampaikan melalui nabi Yunus. Yang menjadi
masalah bagi Yunus, bukan penyelamatan Niniwe, melainkan Allah yang merubah rencana-
Nya. Pokok pemberitaan kitab Yunus adalah hubungan antara Allah dengan nabi-Nya.2
Kitab Yunus menceritakan tentang masa pelayanan nabi Yunus. Allah memanggil Yunus
untuk pergi ke Niniwe tempat yang akan mengalami penghukuman Allah, karena kedosaan
umat manusia. Dengan mengutus Yunus ke Niniwe Ibu kota Asyur, kasih dan kemurahan hati
Allah yang demikian besar menjadi nyata. Niniwe adalah ibu kota Asyur, musuh yang sangat
dibenci Israel. Lokasinya di timur laut Mesopotamia (kiri Irak) di sungai Tigris. Kejahatan
Niniwe digambarkan dalam Nahum 2:10-2:4.3 Kisah dari pengutusan Yunus kepada orang
Niniwe menjadi bukti kasih Allah yang besar kepada umatnya. Allah tidak membiarkan
umatnya terus berada dalam kedosaan mereka. Yunus merupakan nabi yang dapat menjadi
contoh bagi nabi-nabi lainnya yang juga dipanggil untuk melayani Allah. Allah memanggil
Yunus dan mengutus dia untuk melaksanakan tugas ini. Setiap nabi yang dipanggil oleh
Yahweh berikutnya mempunyai contoh nabi Yunus, dan kuasa Allah yang memaksa tidak
dapat dilawan.4 Diperkirakan bahwa kisah yang terdapat dalam kitab Yunus terjadi sekitar
782/781-753 sebelum Masehi, yang menceritakan pengalaman Yunus di laut di dalam
perjalanan menuju Tarsis, di dalam perut ikan besar, kota Niniwe, dan di luar kota Niniwe.5
Dalam konteks kitab Yunus, penggunaan kata “pergilah” ditujukan khusus kepada

1
A. Th. Kramer, Tafsiran Alkitab Kitab Yunus, Gunung Mulia, Jakarta, 2008, 7.
2
A. Th. Kramer, Tafsiran Alkitab Kitab Yunus, 8.
3
Alkitab Edisi Studi, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2011, 1465.
4
C. Hassell Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama , Gandum Mas, Malang, 2009, 55.
5
Philip Johnston, IVP Introduction To The Bible Kalam Hidup, Bandung, 2011, 216.

2
Yunus, Allah secara khusus memanggilnya keluar dari negerinya ke Niniwe. Allah
memerintahkannya untuk pergi ke Niniwe untuk menyampaikan firmanNya kepada bangsa
itu karena kejahatan yang mereka lalukan telah sampai dihadapanNya (1:2). Kata
“berserulah” menunjuk kepada perbuatan atau tindakan seseorang memanggil atau berseru
kepada orang lain. Frase qara6 secara khusus dalam tulisan-tulisan nubuat, panggilan Allah
dilihat sebagai perintah untuk mendengarkan suara-Nya dan berjalan dalam ketaatan kepada
suara-Nya.7 Penggunan kata qara dalam Kitab Yunus terdapat dalam Yunus 1:2,6,14;
2:2;3:2,4,5,8. ada sebuah kesejajaran dari kata “bangkit” dan “berseru” yang ditujukan
kepada Yunus sebagai objek namun subjek yang mengatakan hal itu berbeda. Pada ayat 2
Allah yang mengatakan kepada Yunus sedangkan pada ayat 6, nakhoda yang mengatak
kepada Yunus. Nahkoda meminta Yunus berseru kepada Allahnya yang mana Allah yang
memanggil Yunus untuk memberitakan rencanaNya kepada Niniwe.
Allah memanggil Yunus pergi ke Niniwe untuk misiNya. Bangunlah, pergilah ke
Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai
kepada-Ku (Yunus 1:2). Tetapi Yunus menolak firman Allah dengan tindakannya Yunus
tidak pergi ke timur ke arah Asyur, tetapi malah naik kapal di Yafo menuju Tarsis kearah
yang berlawanan, “jauh dari hadapan TUHAN” (Yunus 1:3). 8Berdasarkan konteks Kitab
Yunus, Allah menginginkan hamba-Nya memperingatkan bangsa Niniwe tentang
penghakiman yang akan datang dan memanggilnya untuk bertobat. Allah mau
menyelamatkan orang-orang Niniwe, tetapi Yunus menolak dan melarikan diri dari Allah.
Allah menanggapi pelarian Yunus itu dengan mengirim badai besar (1:14-16). Angin itu
menuruti perintah Allah tapi Yunus pembangkang itu tidur di ruang kapal paling bawah, tidak
menyadari bahwa badai itu ditujukan kepadanya. Para awak kapal sibuk mencari-cari sebab
terjadinya badai itu. Setelah Yunus sadar bahwa badai itu bentuk teguran diri kepada dirinya,
ia tampil dan akhir setelah ada undi diantara para awak kapal dan Yunus, undi itu jatuh pada
Yunus dan dia dicampakkan ke dalam laut. Seketika itu juga badai langsung redah. Hampir
tidak memercayai penglihatan mereka, para pelaut itu bersorak memuji Allah Yunus.
Ketaatan mereka melampaui ketaatan Yunus. Mereka lebih terbuka kepada Allah ketimbang
nabi itu sendiri.9
6
Kata “berserulah” (1:2; 3:2) kata yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani uqra yang bersal dari kata qara yang
berarti memanggil dengan suara keras, berteriak meminta bantuan, memanggil (dengan nama Allah). Dalam
berbagai bentuk penggunaan, qara berarti untuk menyebut seseorang, memberitakan, lihat dalam BMG
Morphology, Word Analysis, s.v. qara In Bible Work Version 7.
7
Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen Sebuah Pengantar Doktrinal, Momentum, Surabaya, 2011, 38.
8
W. S. Lasar, D. A. Hubbard, F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, Gunung Mulia,Jakarta, 1994), 230-231.
9
Johannes Verkuyl, “Dasar Alkitabiah untuk Penginjilan Seantero Dunia” dalam Misi Menurut Perspektif
Alkitab, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta, 2007, 61.

3
Allah bertindak kepada Yunus dengan luar biasa mulai dari amukan badai hingga di
dalam perut ikan besar (1:17-2:10) dan di dalam perut ikan besar Yunus berdoa kepada Allah
dan menyatakan isi doanya di antaranya berisi seruan (qara) kepada Allah dan menangis
dengan keras menunjukkan ucapan syukur (ay. 2-5), penyesalan (ay. 7-8), dan ucapan
penyerahan diri kembali kepada Allah (ay. 9). Yunus menyadari akan kasih dan pemeliharaan
Allah yang sangat ajaib. (ay 1:17) Menggambarkan seekor ikan besar yang atas perintah
Allah membuka mulutnya dan menelan Yunus serta memuntahkannya ke darat pada waktu
yang tepat. Pada akhirnya nabi Yunus menerima panggilan Allah yang kedua. Kehendak
Allah adalah alasan utama untuk segala hal yang terjadi. Berdasarkan konteks kitab Yunus,
baik pemberitaan Yunus maupun pertobatan Niniwe, adalah cara yang digunakan oleh Allah
untuk menyelamatkan Niniwe. Dengan perkataan lain, Yunus tidak dapat menggagalkan
rencana Allah untuk menyelamatkan Niniwe dan penetapan Yunus sebagai nabi untuk
Niniwe tidak dapat dibatalkan dengan pelariannya ke Tarsis (1:3, 17; 2:10). Sikap Allah yang
demikian menyatakan konsistensi rencana-Nya, yang mana Niniwe tetap menjadi prioritas
dan Yunus adalah nabi yang harus pergi ke Niniwe sebagai pembicara Allah.10
Kitab Yunus tidak menunjukkan penulisnya, namun sangat mungkin penulis itu Yunus
sendiri.11 Kisah-kisah penting yang dituliskan di sepanjang kitab ini telah menceritakan salah
satu tokoh penting yang mungkin mengindikasikan bahwa dialah penulis kitab ini. Sebagian
besar kisah dalam kitab ini bercerita tentang seorang nabi. Mengenai hal ini kita bisa melihat
kesesuaian dengan pernyataan W. S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush yang mengatakan;
“Dalam semua kitab nubuat, ciri utamanya adalah pesan Allah kepada seorang nabi dan
melalui nabi itu kepada Israel. Kekecualian satu-satunya adalah kitab Yunus yang bersifat
unik karena berisi cerita tentang pengalaman seorang nabi, bukan suatu laporan
pemberitaannya. Karena kitab ini ditempatkan dalam kanon Alkitab di antara kitab-kitab para
nabi, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pengalaman Yunus adalah isi pemberitaannya.
Cerita itu mencakup lebih banyak hal daripada sekedar peristiwa Yunus ditelan seekor
ikan”.12 Maka, dapat disimpulkan bahwa kitab ini sangat mungkin ditulis Yunus anak Amitai,
sekalipun ada beberapa keraguan terhadap pemilihan penulis Kitab ini.

2.2 Konteks Tanda Yunus dalam Injil Matius

10
Peniel Maiaweng, “Utuslah Aku: Ekposisi Yunus Pasal 3-4 Tentang Pengutusan Nabi Yunus Berdasarkan
perspektif Allah Menyesal,” Jurnal Jaffray, 10 no. 2 (Oktober 2012):27.
11
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Lembaga Indonesia, Jakarta, 2009, 1421.
12
W.S. Lasor. D.A.Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2 Sastra dan Nubuat, Gunung Mulia,
Jakarta, 1994.

4
Dalam Injil Matius dikisahkan tentang jawaban Yesus kepada orang Farisi yaitu kepada
mereka yang tidak akan diberi tanda selain tanda nabi Yunus. Untuk menelusuri tentang hal
ini kita perlu melihat konteks yang ada dalam Injil Matius yakni: pertama, Konteks Sebelum:
Dalam adat Yahudi hari Sabat merupakan hari yang sakral bagi mereka, dimana sama sekali
tidak boleh melakukan aktivitas apapun. Namun, Yesus tetap melakukan aktivitas pada hari
Sabat, sehingga apa yang Dia lakukan pada saat itu menjadi alasan bagi ahli Taurat dan orang
Farisi untuk menyalahkan Yesus. Kita dapat melihat apa yang dilakukan Yesus dalam teks
sebelumnya: (ay 1-8) Yesus mengizinkan murid-murid-Nya memetik gandum pada hari
Sabat, (ay 9-15a) Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, dan (ay 22-37) Yesus
mengusir setan dari orang buta dan bisu. Peristiwa terakhir inilah yang menjadi latar belakang
mereka meminta tanda kepada Yesus untuk dapat memastikan bahwa Ia benar-benar Anak
Daud. Sebab, orang-orang yang melihat tindakan Yesus takjub dan berkata “Ia ini agaknya
Anak Daud” (ay 23). Kedua, Konteks Sesudahnya: Perikop selanjutnya Mat 12:43-45
memiliki kaitan yang erat dan masih berhubungan dengan peristiwa sebelumnya. Dalam ayat
selanjutnya diceritakan tentang Yesus yang kembali memberi jawaban kepada ahli Taurat dan
orang Farisi dengan memberi perumpamaan yang menggambarkan bagaimana roh jahat
merasuki tubuh manusia.
Kelompok orang Farisi adalah kelompok yang memiliki pengaruh terbesar dalam
Perjanjian Baru. Nama Farisi berasal dari kata parash (memisahkan). Mereka memisahkan
diri dari segala bentuk sekularisme dan hal-hal yang dianggap jahat agar dapat tetap
mempertahankan ketaatan dan moral kepada Hukum Taurat. Mereka berpegang teguh pada
Hukum Taurat dan kitab para Nabi.13 Ahli Taurat dan orang Farisi memiliki persamaan, yakni
mereka sama-sama memisahkan diri dan menjalankan secara harafiah baik Taurat yang
tertulis maupun yang lisan. Hal itu adalah tujuan hidup yang paling utama hal mencari
kesucian.14 Dengan demikian mereka akan mengecam orang yang melanggar atau tidak
menaati Hukum Taurat. Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa Yesus tetap melakukan
aktivitas.
Orang Farisi dan Ahli Taurat memulai percakapan dengan Yesus dengan sebuah sapaan
halus yakni Guru. Sapaan mereka dapat diartikan bahwa mereka ingin mencari perhatian
kepada Yesus, sehingga Yesus sudi memberi tanda bagi mereka dan mereka juga berniat
untuk mencari alasan untuk menyalahkan Yesus. Dalam ayat 38 terdapat kata ‘melihat’ dalam
bahasa aslinya menggunakan kata ivdei/n (verb infinitive aorist active) dari kata dasar o`ra,w

13
Marulak Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik, Gandum Mas, Malang, 2005, 139-140.
14
Olla Tuluan, Introduksi Perjanjian Baru, Departemen Literatur YPPII, Malang, 1999, 15-16

5
artinya melihat, memperhatikan, mengalami. Ahli Taurat dan orang Farisi bukan hanya ingin
melihat, tetapi mereka ingin mengalami tanda dari Yesus secara langsung di hadapan mereka,
agar dapat meyakini mereka. Dalam New American Comentary dikatakan “they wanted to
see a less ambiguous miracle that could come only from God” yang artinya mereka ingin
melihat langsung keajaiban itu dari Tuhan sendiri.15 Tujuan orang Farisi meminta tanda
tersebut selain untuk meyakini mereka namun juga agar Yesus dapat membuktikan kepada
mereka akan misi IlahiNya dengan mengadakan tanda di hadapan mereka.16
Ayat 39 merupakan jawaban Yesus akan permintaan dari ahli Taurat dan orang Farisi.
Yesus tidak secara langsung memberikan atau tidak mengabulkan permintaan mereka.
Namun dalam ayat ini Yesus menyebut mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak setia.
Sedikit melihat tentang makna kata “setia” yang terdapat dalam Mat 12:39 . Setia dalam
bahasa Yunani adalah moicali.j dari kata dasar “moikhalis” (yang berzinah). Jadi dapat
dikatakan bahwa maksud keseluruhan perkataan Yesus dalam dalam ay 39 adalah ahli Taurat
dan orang Farisi adalah keturunan yang jahat dan yang berzina. Dalam buku William ahli
Taurat dan orang Farisi dikatakan “they were surely an evil and adulterous generation” yaitu
mereka (ahli Taurat dan orang Farisi) sungguh pasti adalah jahat dan generasi berzina .17
Berzina tiada lain dari mengabdi kepada ilah lain dan bukan Allah.
Ahli Taurat dan orang Farisi terus menerus berusaha keras meminta tanda. Namun dalam
tindakan mereka yang demikian, tidak menghasilkan apa-apa. Yesus tidak memberi tanda
yang baru bagi mereka, Yesus justru memberi tanda yang sudah pernah ada yaitu tanda
Yunus (ayat 40). Tanda Yunus yang Yesus berikan mempunyai makna yaitu mengenai
“kematian dan kebangkitanNya”. Dalam ay 40-42 Yesus menceriterakan bagaimana Yunus di
dalam perut ikan yang berada di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam. Matius
mengambil teks ini dari Kitab Yunus bab 1:17.

2.3 Makna Tiga Hari Tiga Malam


Apa yang dimaksud dengan tanda Nabi Yunus semakin jelas berkat ayat 40-41? Tentu
dua ayat tersebut bukan mau menekankan perihal tinggal “hidup” tiga hari tiga malam di
perut ikan dan di rahim bumi itu, sebab secara historis Yesus (Anak Manusia) tidak tinggal di
rahim bumi tiga hari tiga malam, melainkan hanya dua malam (Jumat dan Sabtu, karena
Minggu pagi Dia sudah bangkit). Kisah sengsara dan penyaliban Yesus secara jelas
menunjukkan Yesus wafat (Mat.28:50; Mrk. 15:37; Luk.23:46; Yoh. 19:30). Kisah Yunus
15
Craig E. Blomberg, The New American Comentary Mathew, Broadman Press, Nashville, 1992, 206.
16
Matthew Henry, Tafsiran Injil Matius 1-14, Momentum, Surabaya, 2007, 597.
17
William L. Pettingill, The Gospel Of The Kingdom, Dunham Publishing Company, USA, 143.

6
juga tidak menyebutkan bahwa Yunus tetap hidup di perut ikan, hanya diandaikan saja.
Kalimat pada ayat 40 (tentang tinggal selama tiga hari tiga malam) tampaknya bukan kata-
kata Yesus sendiri, melainkan penjelasan dari Matius. Sebab, dalam teks lain (teks paralel)
yakni Injil Lukas (11:29-30) tidak menyebut kalimat tersebut. Menurut Lukas, Yesus tidak
berkata tentang tiga hari tiga malam melainkan hanya tentang Anak Manusia yang menjadi
tanda untuk angkatan ini, seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe (Luk.
11:30).18 Jadi, yang ditekankan oleh Yesus dalam injil Lukas hanyalah soal menjadi tanda.
Yunus menjadi tanda belas kasih Allah yang menyelamatkan bagi orang Niniwe dan Yesus
tanda Allah yang berbelas kasih yang menginginkan orang-orang Yahudi bertobat dan
selamat, bahkan bukan hanya orang Yahudi melainkan juga orang-orang yang bukan Yahudi
bagi angkatan ini. Orang Niniwe mengenal tanda Allah yang memberi peringatan untuk
pertobatan melalui Nabi Yunus, begitu juga Ratu dari selatan mengenali hikmat Salomo
sebagai hikmat Allah. Sebaliknya yang terjadi pada orang Yahudi adalah mereka tidak
mengenali Allah dalam diri Yesus. Mereka buta, tidak dapat melihat kebenaran. Mereka tuli,
tidak dapat mendengar pesan Allah dalam kata-kata Yesus, sehingga mereka bukannya
bertobat seperti orang Niniwe melainkan terus meminta tanda.
Yesus adalah penyataan diri Allah, tanda yang menghadirkan Allah. Matius kemudian
menafsirkan untuk jemaat kristen perdana bahwa tanda paling nyata dalam diri Yesus yang
menunjukkan Allah yang berbelas kasih ialah wafat dan kebangkitan Yesus. Dalam wafatNya
yang penuh derita dan kebangkitan-Nya yang jaya, Yesus menghadirkan dan
memperkenalkan Allah yang berbelas kasih dan mahakuasa menebus manusia. Itulah
sebabnya, ia lalu menambahkan kata-kata tiga hari tiga malam, karena dalam kalender
Yahudi Jumat sore hingga Minggu pagi sudah terhitung tiga hari. Perlu kita ketahui bahwa
Alkitab tidak menulis Yesus Kristus disalib dan mati pada hari Jumat, Alkitab hanya menulis
bahwa Yesus bangkit pada hari Minggu (hari pertama suatu pekan). Dalam berberapa teks
Peranjian Lama juga menggunakan perhitungan yang mirip dengan yang adalam dalam Mat
12:40, seperti Waktu pada saat penciptaan (Kej1:5) TUHAN melakukan penciptaan hanya
pada terang saja, bukan pada saat gelap. Artinya 6 hari bukan perkara 6 x 24 jam, tetapi
kuantitas 6 x 1 hari saja. Waktu pada saat Musa dan Israel dipanggil (Kel19:10-11), TUHAN
berfirman pada saat terang di hari Rabu, dan pada hari terang di hari Jumat sudah bertemu
dengan TUHAN artinya 3 hari sama dengan 3 terang yang tidak penuh dan 2 gelap yang
penuh, tetapi masih tetap 3 hari yaitu Rabu, Kamis dan Jumat, dan kurang dari 72 jam. Waktu
18
Jonah in Mark and Matthew: “Creation, Covenant, Christ, and the Kingdom of God Joel Edmund Anderson”,
Biblical Theology Bulletin Volume 42, 174.

7
pada saat Ester dan Yahudi berpuasa (Es 4:15-16; 5:1), Raja bersemayam di atas takhta
kerajaan di dalam istana, berhadapan dengan pintu istana itu. 3 hari sama dengan 3 malam
dan 3 siang, tetapi pada hari ketiga Ester sudah menemui raja, artinya kurang dari 72 jam.
Dari uraian beberapa teks Perjanjian Lama di atas kita menemukan bahwa 3 hari 3
malam bukan diterjemahkan dalam rentang jam, tetapi lebih ke arti bahasa yaitu 3 hari, baik
penuh maupun tidak penuh. Metode dalam perjanjian lama ini masih dipakai pada zaman
Yesus. Kita bisa melihatnya dalam teks; Matius 12:40. Jadi tidak ada yang kontradiksi di
antara narasi-narasi Kitab Suci mengenai kebangkitan Yesus dan Tuhan Yesus memenuhi
nubuat (tanda Yunus) yang diucapkanNya, yaitu Ia bangkit setelah tiga hari tiga malam
karena menurut bahasa Kitab Suci tiga hari tiga malam = tiga hari dan rentang Tuhan Yesus
berada di dalam perut bumi ada tiga hari (Jumat sore-malam, seluruh Sabtu, Minggu dini
hari-pagi).

3. Penutup
Panggilan dan perutusan berdasarkan kitab Yunus menyimpulkan bahwa Allah yang
memanggil adalah Allah yang menyerukan anugerah bagi hambaNya dan bangsa-bangsa lain,
Allah menerima pertobatan, dan Allah yang menyatakan diriNya untuk lebih dikenal oleh
hamba-hambaNya. Panggilan Allah tidak pernah gagal sekalipun yang diutusnya dengan
sengaja lari dari panggilan. Ia adalah Allah yang konsisten terhadap firman Tuhan yang telah
dinyatakanNya: Ia sebagai Allah yang penyayang dan pengasih serta panjang sabar dan
berlimpah kasih setia. Mengenal tanda Yunus akan mengantar kita pada pemahaman tentang
siapa Yesus dan akan sebuah rahmat besar yang membawa seluruh bangsa pada keselamatan
atas penebusan dosa.

DAFTAR PUSTAKA
Alkitab Edisi Studi, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2001.

Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Lembaga Indonesia, Jakarta, 2009.

In Bible Work Version 7.

Jonah in Mark and Matthew: “Creation, Covenant, Christ, and the Kingdom of God Joel

8
Edmund Anderson”, Biblical Theology Bulletin Volume 42.

Blomberg, Craig E., The New American Comentary Mathew, Broadman Press, Nashville,

1992.

Bullock, C. Hassell, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama, Gandum Mas, Malang, 2009.

Ferguson, Sinclair B, Kehidupan Kristen Sebuah Pengantar Doktrinal, Momentum,

Surabaya, 2011.

Henry, Matthew, Tafsiran Injil Matius 1-14, Momentum, Surabaya, 2007.

Johnston, Philip , IVP Introduction To The Bible, Kalam Hidup, Bandung, 2011.

Kramer, A. Th, Tafsiran Alkitab Kitab Yunus, Gunung Mulia, Jakarta, 2008.

Lasor, W. S, D. A. Hubbard, F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, Gunung Mulia,

Jakarta, 1994.

Verkuyl, Johannes, “Dasar Alkitabiah untuk Penginjilan Seantero Dunia” dalam Misi

Menurut Perspektif Alkitab, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta, 2007.

Maiaweng, Peniel, “Utuslah Aku: Ekposisi Yunus Pasal 3-4 Tentang Pengutusan Nabi Yunus

Berdasarkan Perspektif Allah Menyesal,” Jurnal Jaffray, 10 no. 2, 2012.

Pasaribu, Marulak, Eksposisi Injil Sinoptik, Gandum Mas, Malang, 2005).

Pettingill, William L., The Gospel Of The Kingdom, Dunham Publishing Company, USA,.

Tuluan, Olla, Introduksi Perjanjian Baru, Departemen Literatur YPPII, Malang, 1999.

Anda mungkin juga menyukai