Anda di halaman 1dari 17

Eksegese Perjanjian Lama I

EKSEGESE ULANGAN 16

Nama : Indra Hutama Sianturi

NIM : 15111423

Prodi : Teologi 2015

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA

JAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

Kitab ulangan memberikan rangkuman penting dari sejarah di padang gurun, serta

pengorganisasian undang-undang1. Menurut kitab ulanagan, dalam keadaan menunggu

masuknya Israel ke Kanaan. Musa mengambil kesempatan ini untuk memberikan amanat-

amanat kepada Israel karena ia telah diberi tahu bahwa ia tidak dapat memasuki tanah

perjanjian itu2. Ulangan pasal 16 membahas mengenai tiga hari raya yang harus dilakukan

oleh orang Yahudi, ulangan 16 membahas tentang tata cara melaksanakan hari raya tersebut.

Tiap-tiap perayaan ini memiliki keunikan makna masing-masing. Penegasan Musa kepada

umat Israel untuk merayakan ketiga hari raya utama ini sesuai dengan perintah Tuhan yang

bertujuan untuk:

Sebagai pertemuan kudus umat Tuhan.

Sebagai peringatan akan perbuatan besar yang dilakukan Allah dari Mesir hingga ke

tanah perjanjian.

Sebagai persiapan bagi bangsa Israel memasuki tanah perjanjian supaya tetap

mengingat apa yang telah dikerjakan Tuhan bagi mereka.

Sebagai simbol dan bayangan dari hidup dan karya Mesias yang akan datang.

Menurut Craigie, hal ini memiliki tujuan yang berkaitan dengan masa lampau dan masa

yang akan datang3. Selain itu dalam Ulangan Pasal 16, juga membahas tentang perintah untuk

mengangkat penegak keadilan yang adil agar menjaga kestabilan hidup bangsa Israel di tanah

1
Andrew E. Hill, Survey Perjanjian Lama, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2008. hlm 225.
2
W.S. LaSor, Pengantar Perjanjian Lama 1,Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2015. Hlm 247.
3
P.C. Craigie, The New International Commentary on the Old Testament the Book of Deuteronomy,
USA: Eerdmans Publishing Company, 1976, hlm. 24
yang akan di diami (ay.18-20). Lalu ulangan pasal 16 juga membahas mengenai larangan-

larangan terhadap berhala bagi bangsa Israel.


BAB II

TAFSIRAN

Penulis membagi penafsiran ulangan pasal 16 ini menjadi Lima bagian penafsiran

berdasarkan pokok bahasannya. Adapun pembahasannya meliputi:

Ayat 1-8 , Hari raya Paskah

Diawali dengan kata Berdasarkan tinjauan dari memperhatikan. Yang berarti.4

terjemahan lainya, maka dapat saya putuskan bahwa saya memilih arti

Memperhatikan/perhatikan. Kata ini memberi petunjuk agar bangsa Israel harus mengigat

atau memperhatikan dengan jelas mengenai hari raya yang harus dilakukan mereka.

Mengenai perayan Paskah, kata Paskah berasal dari Instruksi paling jelas menganai

Paskah terdapat di dalam Keluaran 12:1-28, 43-49. Kata pesakh berasal dari kata kerja

pasakh yang artinya melewatkan dengan makna menyelamatkan5. Dalam

pengertian ini, jelaslah bahwa Allah melewatkan rumah-rumah orang Israel yg sudah berlabur

darah dan membunuh orang-orang Mesir6. Akan tetapi dilihat dari beberapa segi, perayaan

paskah didalam Ulangan 16 jelaslah berbeda dengan perayaan paskah yang terdapat di dalam

Keluaran. Berikut ini beberapa pokok perbedaannya antara Keluaran 12:1-28 dengan

Ulangan 16:1-8.:

Dari segi perayaan. Perayaan Paskah dalam kitab Keluaran hanya dilaksanakan dalam

lingkup keluarga. Hal ini berbeda dengan perayaan dalam Ulangan yang harus

dilaksanakan secara bersama.

4
kata , yang berasal dari kata kerja qal infinitife absolut yang berarti; watch, guard, be careful about,
protect; save, retain: observe, watch, carefully, attentively: keep watch, stand guard: observe, keep.
5
noun common masculine singular absolute yang berarti: Passover
6
Jhon F. Walvoord, Roy B. Zuck, An Exposition of the scriptures old testament,Colorado Springs: Dallas
Seminary Faculty,1983, hlm. 292.
Tempat pelakasanaan dalam keluaran dilakukan di rumah masing-masing, sedangkan

dalam ulangan 16, perayaan ini harus dilaksanakan di tempat yang dipilih oleh

TUHAN.

Dalam kitab Keluaran, korban harus dibakar, hal ini berbeda dengan ketetapan dalam

kitab Ulangan dimana korban tidak harus dibakar.

Darah korban dalam Keluaran di oleskan di ambang pintu, sedangkan dalam Ulangan,

darah korban dicurahkan.

Seperti pada pembahasan di atas mengenai perbedaan antara paskah di dalam ulangan

dan keluaran. Hal ini lebih dipertegas lagi oleh Craigie dalam bukunya.

In Egypt, the Israelites had been a number of families under the suzerainty of a

worldly power. After the exodus and forming of the covenant at Sinai, Israel became a single

nation, the family of God.7

Perintah untuk merayakan paskah ini harus dilaksanakan pada bulan Abib. Penentuan

bulan Abib ini dikarenakan bertepatan dengan keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Melihat

kedalam situasi jaman PL, pada waktu itu jelas belum ada penanggalan modern, sehingga

penanggalan harus dilihat berdasarkan ilmu perbintangan, oleh sebab itu bulan Abib

ditetapkan sebagai waktu dimana orang Israel harus mengadakan perayaan ini, dimana pada

bulan ini terjadilah Paskah pertama orang Israel8.

Perintah selanjutnya dalam ayat yang ke 2, bangsa Israel disuruh untuk mengadakan

kurban Paskah. H.H Rowley dalam bukunya menyatakan: Kurban Paskah tidak

dipersembahkan di atas mezbah, tetapi tiap-tiap keluarga menyembelih kurbanya masing-

7
P.C. Craigie, The New International Commentary on the Old Testament the Book of Deuteronomy;
Eerdmans Publishing Company, 1976, hlm. 242
8
Bulan Abib , yang kemudian disebut bulan Nisan , adalah bulan musim menuai dan waktu
terjadinya Paskah pertama, dijadikan bulan pertama dari tahun Yahudi sebagai penghormatan (Keluaran
12:2; Ulangan 16:1; bandingkan Imamat 23:5; Bilangan 9:1-5; 28:16).
masing dan mengusapkan darah kurban ke ambang pintu dan kedua tiang pembantu rumah

masing-masing, sedangkan dagingnya dimakan utuh dan harus habis (kecuali bagian yang

terlarang harus dibakar) sebelum fajar menyingsing.9

Pembahasan mengenai kurban Paskah dalam pembahasan sebelumnya jelaslah berbeda

dengan konteks kurban Paskah dalam Ulangan 16. Seperti yang telah dipaparkan didalam

pembahsan mengenai Paskah diatas. Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kurban

Paskah dalam konteks Ulangan 16 ialah kurban yang tidak harus dibakar, dan darah dari

kurban itu dicurahkan. Mengenai pelaksanaannya, seperti yang dikemukakan oleh Merrill

dalam bukunya The New American Comantary menjelaskan bahwa pelaksanaan kurban di

tempat yang dipilih Tuhan ini bertujuan untuk membuat nama TUHAN diam di sana, serta

untuk mengumpulkan bangsa Israel di suatu tempat tertentu.10

Dalam ayat yang ke 3, Allah menetapkan sebuah aturan dalam merayakan Paskah,

yakni untuk memakan Roti tidak Beragi. Tujuannya adalah untuk memperingati kembali

peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir yang tergesa-gesa sehingga tidak sempat meragi

makanan mereka. Memperingati berarti menghidupkan kembali, menjadikan aktual kepada

masa kini dan memiliki arti yang mendalam11. Hal ini lebih diperjelas lagi didalam Ulangan

12:39.

Ayat 8 memberi penjelasan bahwa perayaan Paskah ini harus dirayakan selama enam

hari lamanya bangsa Israel merayakan perayaan ini, barulah pada hari yang ke tujuh diadakan

perkumpulan raya bagi Tuhan. Selama perayaan ini berlangsung, setiap orang tidak

diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan mereka.

9
H.H Rowley, Ibadat Israel Kuno, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, Hlm 93.
10
Eugene H. Merrill, NIV The New American Comantary, USA: B&H Publishing Group, 1994, Hlm 252.
11
Dianne Bregant, Robert J. Karris, Tafsir Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 2002, Hlm. 94.
Pada initinya, ciri utama dari perayaan Paskah adalah perjamuan keluarga dirumah

masing-masing yang dilakukan setelah senja12. Hidangan utama dalam perjamuan itu ialah

domba Paskah. Perlu untuk kita pahami kembali bahwa Paskah dalam PL adalah perayaan

akan peringatan dan proklamasi akan pelepasan dari perbudakan di Mesir. Akan tetapi

perayaan Paskah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perayaan ini sedikit

berbeda karena hewan yang dikorbankan harus dikorbankan di tempat yang telah ditentukan

Tuhan. Adapun hal ini bertujuan untuk mempersatukan bangsa Israel agar tidak terpisah-

pisah ketika mereka telah masuk kedalam tanah perjanjian.

Ayat 9-12, Hari Raya Tujuh Minggu

Hari raya Tujuh Minggu (Ibr. Shavuot) dirayakan tujuh minggu setelah perayaan

Paskah atau bertepatan dengan awal musim panen gandum. Hari raya ini juga disebut hari

raya Pentakosta karena tepat diadakan pada hari yang ke lima puluh setelah perayaan Paskah.

Perayaan ini berlangsung selama tujuh hari. Keluaran 23:14-25 menjelelaskan tentang tata

cara perayaan ini sebagai perayaan panen pertanian.

Menurut Browning dalam tulisannya, hal ini merupakan pengucapan syukur Israel atas

panen mereka13. Penjelasan lain mengenai latar belakang perayaan ini berasal dari buku

David L. Baker yang menerangkan; selain perayaan panen, perayaan ini juga adalah perayaan

memperingati pemberian hukum Taurat di Sinai14. Ulangan 16:9-12 memberi penjelasan

bahwa hari raya ini ditandai dengan berkumpulnya orang-orang untuk memberikan korban

mereka. Perayaan ini haruslah dirayakan oleh segenap orang yang berada dirumah orang

Israel baik budak maupun orang asing. Sekali lagi hal ini semata-mata untuk memperingati

12
Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2000, Hlm, 12.
13
W.R.F. Browning, Kamnus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, Hlm. 359.
14
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, Hlm.39
bangsa Israel akan penyertaan Tuhan atas bangsa Israel dalam proses perjalanan mereka

menuju Kanaan.

Pada perayaan Shavuot, setiap orang memberikan persembahan semampu mereka

sesuai apa yang telah TUHAN berikan kepada mereka. Artinya persembahan pada perayaan

ini bersifat sukarela tanpa ada patokan seberapa besar seseorang harus memberi persembahan

kepada TUHAN.

The most disadvantaged among them were, in fact, especially to be welcomed, for

Israel must remember the own bondage in Egypt and how the Lord had freed them so that

now they could enjoy such blessings15.

Kutipan diatas memberi sebuah pengertian yang mendalam, bagaimana orang Israel

harus bersukacita dihadapan Tuhan dikarenakan penyertaan Tuhan dalam setiap perjalanan

bangsa Israel.

Ayat 13-17, Hari Raya Pondok Daun

Hari raya pondok daun yang pada aslinya disebut hari raya pengumpulan hasil yang

menurut kalender ibrani kuno perayaan ini dilaksanakan pada akhir pergantian tahun pada

waktu musim gugur (Kel.23:16; 34:22), ketika semua orang telah selesai mengumpulkan

hasil ladang16. Lalu timbul sebuah pertanyaan, mengapa perayaan ini disebut hari raya

pondok daun?. hari raya ini deisebut demikian karena pondok-pondok tempat orang israel

makan dan minum terbuat dari dahan dan daun-duanan. pesta ini adalah pesta memperingati

perjalanan orang Israel melalui padang gurun dan juga memperingati perlindungan Allah

15
Eugene H. Merrill, NIV The New American Comantary, USA: B&H Publishing Group, 1994, Hlm 254
16
Robert M. Peterson, Tafsiran Alkitab; Kitab Ulangan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, Hlm 313
terhadap orang Israel selama empat puluh tahun17. Pondok Daun digunakan juga sebagai

pengingat akan kemah-kemah yang dibangun oleh bangsa Israel sewaktu mereka berada di

padang gurun (Imamat 23:33-44). Biasanya orang Yahudi membangun kemah atau tenda

yang beratapkan daun palm atau paling tidak ada daun palm di kemahnya. Dan ada satu

kemah sebagai tempat pertemuan kudus dan tempat mempersembahkan kurban-kurban.

Kemah ini adalah tempat ibadah sentral yang dapat dipindah-pindahkan oleh bangsa Israel

sejak masa mereka meninggalkan Mesir setelah peristiwa Exodus (pembebasan dari Mesir),

hingga masa para hakim ketika mereka terlibat dalam upaya penaklukan negeri Kanaan,

hingga unsur-unsurnya dijadikan bagian dari Bait Allah yang final di Yerusalem sekitar abad

ke-10 SM18

Dari ayat 14, dinyatakan bahwa hari raya ini harus diikuti oleh semua orang yang ada di

dalam rumah, sehingga perayaan ini tidak terbatas hanya bagi orang Yahudi atau mereka

yang sudah masuk agama Yahudi. Hari Raya Pondok Daun inilah yang menjadi puncak dari

hari raya tujuh minggu. Dalam ayat 16-17 Musa menegaskan kembali kepada setiap laki-laki

dari bangsa Israel harus menghadap Tuhan dalam atau harus merayakan tiga hari raya bsar

yang telah disebutkan yaitu hari raya Paskah dan Roti tidak Beragi, hari raya Tujuh Minggu

atau Pentakosta dan hari raya Pondok Daun. Dalam perayaan-perayaan tersebut, setiap laki-

laki atau kepala keluarga dari bangsa Israel tidak boleh menghadap Tuhan dengan tangan

hampa tetapi harus membawa persembahan sesuai dengan berkat yang telah Tuhan berikan

kepada mereka.

Perayaan ini menunjukan kehidupan Israel didasarkan pada penebusan yang pada

akarnya merupakan pengampunan dosa. Hal ini membuat Israel memiliki kekhususan

17
F.L Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007, Hlm 381.
18
The late C.J Hemer, M. Beeching, Hari raya Pondok daun , dalam J.D Douglas (ed.), Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini, Jilid 1 (A-L), (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996, hlm 368.
tersendiri dibandingkan dengan bangsa-bangsa di sekitarnya yang akar dari perayaan mereka

hanya merupakan dongeng dari tindakan ilahi ilah-ilah mereka.

Ayat 18-20, Instruksi Pemilihan Pemimpin

Jika kita membaca teks ini secara sepintas, maka kit akan setuju dengan perikop yang

diberikan Lembaga Alkitab Indonesia yang berisi bahasan tentang peradilan. Akan tetapi

Namun John Sailhamer memberi tema Instruction of Leadership19, kata yang berasal

dari kata 20
. Yang tidak hanya memiliki arti menghakimi tetapi juga memerintah. Jika

melihat lagi tugas hakim dalam Perjanjian Lama, tugas hakim diPerjanjian lama lebih dari

sekedar mengadili atau menghakimi, panggilan seorang hakim adalah untuk

menyelamatkan/menjaga orang Israel dari musuh-musuhnya dan melayani kebutuhan dalam

negerinya21.

Pola hakim-hakim dalam Ulangan 16:18-20 merupakan pola dasar dari konsep hakim-

hakim pada periode berikutnya ketika bangsa Israel telah berada di Kanaan. Musalah yang

mendelegasikan tugas ini22.

Melalui pembahasan singkat ini, maka dapat diketahui bahwa teks ini berbicara tentang

fungsi seorang hakim yang bukan hanya berfungsi sebagai hakim secara yudikatif tetapi juga

sebagai eksekutif. Berlandaskan hal ini, penulis menyimpulkan bahwa pembahasan dalam

ulangan 16:18-20 ini membahas tentang pemerintahan.

Ayat 18 berbicara mengenai hakim-hakim dan petugas-petugas diangkat menurut suku

untuk memerintah, mengatur dan memimpin bangsa Israel secara adil, tentu hakim-hakim

19
Jhon H. Sailhamer, Pentateuch As Narative , Michigan: Zondervan Publishing House, 1992, Hlm.
453.
20
verb qal participle masculine plural absolute yang berarti: decide, settle, help, get justice, make
decisions, act as judge, judge, punish, govern.
21
David N. Freedman, Dictionary of the Bible, Michigan: Eerdmans Publishing Company, 2000, hlm
752.
22
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, Hlm. 129.
dan petugas-petugas ini menjadi pemimpin disetiap sukunya23. Hal ini disebabkan karena

banyaknya suku Israel yang membuat Musa tidak dapat memperhatikan semuanya sekaligus.

Tugas dari setiap hakim-hakim ini ialah untuk mengatur, serta menjamin keadilan itu secara

merata dan tepat.

Kepemimpinan seorang hakim turut menentukan jalannya keadilan dan kesejahteraan

bangsa Israel pada saat itu, oleh karena itu ketegasan dan keseriusan mereka dalam

menjalankan tanggung jawab mereka sangatlah penting. Sebab kemakmuran dan

kesejahterahaan di tiap-tiap suku Israel tergantung pada kinerja dari para hakim dan petugas

yang bertugas di dalam suku itu.

Hakim dan petugas yang telah dipilih diharapkan tidak boleh menodai keadilan dan

kebenaran dengan menerima suap serta menunjukan keberpihakan. Uang suap dapat

membutakan mata orang-orang bijaksana, yang lalu memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki

untuk menindas orang yang lemah. Para hakim yang telah menerima uang suap akhirnya

menjadi subjektif dalam mengambil keputusan-keputusan. Dan apabila hakim yang adalah

pemimpin di tiap suku bangsa yang mengemban tugas sebagai pemeliharaan perjanjian

kepada Allah, kemakmuran Israel, keamanan, dan bahkan pertahanan, tidak objektif dan adil

dalam memutuskan perkara maka akan terjadi ketidakstabilan dalam berbagai aspek

kehidupan bangsa Israel.

Dalam ayat 20, terdapat kalimat yang berbunyi ...supaya engkau hidup dan memiliki

negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, yang menunjukan maksud dari

penegasan tentang tugas hakim dan penjaminan keadilan pada ayat-ayat sebelumnya dari nats

ini. Keadilan harus menjadi tujuan utama agar hidup itu tercapai. Kata hidup dalam PL

memiliki pengertian yang sangat luas. Kata hidup bisa saja merujuk kepada sebuah kondisi

dimana semua orang Israel berada dalam keadaan diberkati secara materi. Akan tetapi

23
Jhon H. Sailhamer, Pentateuch As Narative , Michigan: Zondervan Publishing House, 1992, Hlm.
453.
konteks hidup dalam ulangan pasal 16:18-20 ini berbicara mengenai menjaga dan

memelihara perintah-perintah Allah, dan pengertian ini sangat beraitan kerat dengan kata

memiliki negeri. Dan bila dipersempit ke dalam konteks Ulangan 16:20 maka kata hidup

dan memiliki negeri memiliki kaitan atau hubungan dengan memelihara keadilan24.

Ayat 21-22, Larangan Terhadap Berhala

Seperti pada judul perikop yang diberikan oleh LAI, demikianlah pembahasan utama

didalam Ulangan 16:21-22 yang memuat perintah-perintah untuk tidak melakukan tindak

berhala. Setelah membaca Ulangan 16:21-22, munculah sebuah pertanyaan dari benak

penulis. Bangsa Israel yang sudah tentu dalam keseharian mereka sangat dekat dengan

penyertaan dan keajaiban-keajaiban yang Tuhan berikan bagi mereka tetapi mereka masih

saja tidak percaya kepada Tuhan dan lebih memilih berhala?. C. Barth dalam bukunya

menjelaskan bahwa:

Orang-orang sekitar Israel berada baik dalam perjalanan mereka di padang gurun

maupun ketika mereka berada di Kanaan semuanya adalah penyembah berhala,

sehingga sangat memungkinkan bagi bangsa Israel untuk mengikuti kebiasaan orang

sekitar mereka. Oleh sebab itu sering ditemukan larangan-larangan untuk bergaul

apalagi menikahi orang-orang dari bangsa asing.

Janji TUHAN yang bagi pandangan bangsa Israel terlalu lama untuk diwujudkan/

tidak nampak dalam penglihatan mereka membuat orang Israel melakukan tindakan

yang dianggap sebagai suatu jalan yang lebih mudah25.

Selain penyembahan-penyembahan berhala kepada ilah-ilah yang lain, ternyata

penyembahan berhala juga beragam bentuknya. Berikut ini adalah kategori-kategori yang

24
G Johannes Botterweck, Theological Dictionary of The Old Testament Vol. IV, Michigan: Eerdmans
Publishing House, 1980. Hlm. 334-335.
25
C. Barth, Teologi Perjanjian Lama Jilid 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989, Hlm.23
dapat digolongkan sebagai berhala menurut Darmawijaya seperti Penghormatan atas materi

ataupun Penghormatan yang berlebihan terhadap hasil karya manusia.

Perlu untuk diketahui bahwa pemerintahan pada saat itu ialah pemerintahan secara

Teokrasi (Tuhan yang memimpin pemerintahan), walaupun Musa yang memimpin bangsa

Israel akan tetapi segenap pertintahan sepenuhnya diatur oleh Tuhan sendiri. Jika kita kaitkan

dengan keagamanaan pada saat itu, maka kita akan menemukan sebuah kaitan yang tak dapat

terlepas antara pemerintahan dengan kerajaan karena Tuhan sebagai Raja dan juga Allah

yang disembah26.

Berdasarkan paparan-paparan yang telah penulis berikan maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa TUHAN sebagai Raja dan Allah. Jika seseorang melakukan tindak berhala

maka secara otomatis orang tersebut menghujat Tuhannya dan berkhianat kepada Rajanya.

Oleh sebab itu larangan-larangan yang disampaikan dalam Ulangan 16:21-22 ini bertujuan

untuk memperingati bangsa Israel agar tetap setia agar bangsa Israel tidak jatuh kedalam

murka Raja dan Tuhan.

26
Darmawijaya. Pr, Seluk Beluk Alkitab, Yogyakarta: Kansius, 2009, Hlm. 323.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Ketiga hari raya ini untuk mengingatkan orang Israel akan apa yang telah dikerjakan

Allah, secara spesifik Hari Raya Paskah dan Roti tidak Beragi, mengingatkan Israel

akan peristiwa pembebasan yang dilakukan TUHAN di Mesir dan bagaimana Tuhan

melewati rumah-rumah orang Yahudi, sementara rumah-rumah orang Mesir ditulahi.

Sedangkan Hari Raya Tujuh Minggu dan Hari Raya Pondok Daun adalah untuk

mensyukuri berkat-berkat yang diberikan TUHAN melalui hasil tanah mereka.

2. TUHAN sebagai pemimpin dengan rendah hati memberikan kesempatan kepada

umatnya untuk memimpin sesamanya. Adapun hal ini bertujuan untuk mendewasakan

umat pilihaNya sebagai umat yang mandiri namun tetap berjuang bersama TUHAN

mereka.

3. Larangan-larangan terhadap berhala bertujuan untuk menjaga kemurnian serta

kestabilan dari umat pilihan. Dengan kata lain Tuhan menjaga umatnya agar tidak

berlaku buruk dengan mengikuti ajaran orang-orang disekitar bangsa pilihanNya.

Implikasi

Melalui penafsiran ulangan pasal 16 ini, penulis mengannggap bahwa semua larangan-

larangan dan perintah-perintah yang diberikan Tuhan kepada umatNya terkhususnya pada

Ulangan pasal 16 ini masih relevan dengan masa kini. Dimana setiap orang percaya harus

tetap menjaga ketetapan-ketetapan yang telah Tuhan berikan dahulu yang mana bertujuan

untuk mengingatkan manusia pada zaman ini akan penyertaan Tuhan yang tiada habisnya.

Selain itu dengan tetap memelihara hari raya yang ada pada saat ini seperti; Paskah,
Pentakosta, natal, kenaikan Yesus Kristus dll. Setiap orang percaya dapat lebih bertumbuh

dengan memaknainya dengan cara penuh syukur kepada Tuhan yang telah menunjukan kasih

setianya kepada ciptaanya dari dulu sekarang dan selamanya.

Peristiwa pendegelasian kepemimpinan dalam kitab Ulangan 16 memberikan

pengertian bahwa pemimpin-pemimpin baru harus segera dilaksanakan agar ketika waktunya

pemimpin baru memimpin, maka orang yang dipimpin maupun yang memimpin tidak

kewalahan, kacau dan sebagainya. Hal ini sangat nampak pada kitab Ulangan 16:18-20,

terlihat bagaimana Musa mempersiapkan orang-orang pilihanya untuk membantunya dan

ketika ia telah tidak ada, pemerintahan tetap berjalan serta tertata dengan baik.

Larangan terhadap penyembahan berhala sungguh sangat diabaikan pada saat ini.

Memang manusia pada saat ini banyak yang tidak menyembah ilah-ilah lain seperti dahulu,

akan tetapi mereka menjadikan harta, manusia, benda-benda, kebiasaan, sebagai berhala

mereka. Pada masa Perjanjian Lama Tuhan berkali-kali mengingatkan tentang hal berhala

kepada umatnya. Saat ini tugas untuk menghimbau para manusia dalam menjauhi berhala

adalah kewajiban bagi setiap pelaku firman.


DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Sumber Tercetak

Hill, Andrew E. 2008. Surevei Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas

LaSor, W.S. 2015. Pengantar Perjanjian Lama 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Craigie, P.C. 1967. The New International Commentary on the Old Testament;

the book of Deuteronomy. USA: Erdmans Publishing Company.

Walvoord, F. Jhon. Zuck, Roy B. 1983. An Exposition of the Scriptures Old

Testament. Colorado Springs: Dallas Seminary Faculty

Rowley, H.H. 2004. Ibadat Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Merrill, Eugene H. 1994. NIV The New American Comantary, USA: B&H

Publishing Group

Bregant, Dianne. Karris, Robert J. 2002. Tafsir Perjanjian Lama, Yogyakarta:

Kanisius.

Rachman, Rasid. 2000. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Browning, W.R.F. 2009. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Baker, David L. 2008. Mari Mengenal Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung

Mulia

Peterson, Robert M. 2008. Tafsiran Kitab: Kitab Ulangan. Jakarta: BPK

Gunung Mulia

Bakker, F.L. 2007, Sejarah Kerajaan Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Sailhamer, Jhon H. 2002. Pentateuch As Narative. Michigan: Zondervan

Publishing House.

Freedman, David N. 2000. Dictionary Of The Bible. Michigan: Eedmans

Publishing Company
Botterweck, Johannes G. 1980. Theological Dictionary Of The Old Testament

Vol. IV. Michigan: Eerdmans Publishing House

Barth, C. 1989. Teologia Perjanjian Lama Jilid 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Darmawijaya. 2009. Seluk Beluk Alkitab. Yogyakarta: Kanisius

J.D Douglas, Enslikopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1, Jakarta: Yayasan

Komunikasi Binakasih, 1996

Sumber Elektronik

Bibleworks Versi 10.0.4.114. Computer Software. Bible Works, LLC, 2015.

Anda mungkin juga menyukai