Anda di halaman 1dari 16

PEMBINAAN WARGA GEREJA TERHADAP

Kelompok 4 LANSIA

Anggota Kelompok :

1. Sarah Citra Kasih Silalahi


2. Nurcahaya Marpaung
3. Segen Pasaribu
4. Mega Pasaribu
5. Angelina Pasaribu
6. Ramayanti Pangaribuan
7. Yuni Simanjuntak

Mata Kuliah : Pembinaan Warga Gereja


D. Pengampu : Maria Widiastuty M Pd. K

S-1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN KRISTEN
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kami Panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas Berkat dan Anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “ Pembinaan Warga
Gereja Terhadap Lansia”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Bimbingan Lansia dan mengajak orang kita mengenal lebih tahu seputar lansia.Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maria Wuduastuty M. Pd. K selaku dosen mata kuliah
Pembinaan Warga Gereja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terbatas dan jauh dari kata sempurna, karena
pengetahuan, pengalaman dan waktu yang kami miliki sangat terbatas. Namun, kami telah
berusaha dan bekerja keras supaya makalah ini bermanfaat dan bagi pembaca sekalian. Dan
kiranya kita semua menjadi orang Kristen yang taat kepada Allah dan Firman Tuhan.

Tarutung, Desember 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
2) Rumusan Masalah
3) Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pembinaan Warga Gereja Terhadap Lansia
2. Dasar Teologis Pembinaan Warga Gereja Terhadap Lansia
3. Tujuan Pembinaan Warga Gereja Terhadap Lansia
4. Metode Pembinaan Warga Gereja Terhadap Lansia
5. Relasi Gereja dan Kaum Lansia
6. Tantangan dan Hambatan Dalam Pelayanan
7. Masalah-Masalah Dalam Lansia
8. Penanganan Masalah Lansia.

PENUTUP
1) Kesimpulan
2) Saran
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia, yaitu bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini
individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran
dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Soejono, 2000). Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,
individu lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Usia harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh seseorang yang baru
lahir sampai pada tahun tertentu saat ia meninggal. Hal ini dijadikan salah satu indikator
kemajuan suatu bangsa. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, menunjukkan
hasil yang positif di berbagai bidangyaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis sehingga dapat
meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan pengetahuan dan
teknologi, terutama di bidang medis sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk
serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.Lansia turut berperan dalam kehidupan
bermasyarakat sekarang ini.
Salah satu bentuk keterlibatan tersebut dapat terlihat adanya keikutsertaan lansiahampir di setiap
komunitas gereja. Gereja membentuk komunitas lansia yang tujuannya untuk merancang
bermacam-macam kegiatan pelayanannya yang memang menjadi kebutuhan para jemaat lansia.
Lansia diharapkan agar dapat aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan agar hidup mereka terasa
lebih bermakna meskipun berada di usia lanjut Tahap memasuki usia tua ini akan dialami oleh
semua orang, tak bisa dihindarkan, tetapi kondisi fisik dan psikologis lansia sangat berbeda dari
satu lansia dengan lansia lainnya.

Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini, yaitu antara lain :
1 Apa yang dimaksud dengan Pembinaan Warga Gereja Terhadap Lansia ?
2. Apa Dasar Teologis Pembinaan Warga Gereja Terhadap Lansia?
3. Apa saja Tujuan Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pembinaan Lansia?
4. Bagaimana Metode Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pembinaan Lansia?
5. Bagaimana Relasi Gereja dan Kaum Lansia ?
6. Apa saja Tantangan dan Hambatan Dalam Pelayanan ?
7. Apa saja Masalah-Masalah Dialami Lansia?
8. Bagaimana Penanganan Masalah Pada Lansia?
Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah diatas,
yaitu antara lain:
1. Untuk Mengetahui Pembinaan Warga Gereja Terhadap Lansia
2. Untuk Mengetahui Dasar Teologis Pembinaan Warga Gereja Terhadap Lansia
3. Untuk Mengetahui Tujuan Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pembinaan Lansia
4. Untuk Mengetahui Metode Pembinaan Warga Gereja Terhadap Pembinaan Lansia.
5. Untuk Mengetahui Relasi antara Gereja dan Kaum Lansia.
6. Untuk Mengetahui Tantangan dan Hambatan Dalam Pelayanan.
7. Untuk Mengetahui Masalah-Masalah Dalam Lansia
8. Untuk Mengetahui Penanganan Masalah Lansia.
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBINAAN WARGA GEREJA TERHADAP


LANSIA

1. Pembinaan Warga Gereja


Istilah “ Pembinaan” berasal dari kata “bina” yang berarti “mengusahakan suapaya lebih baik,
maju dan sempurna. Sedangkan arti dari pembinaan adalah proses atau cara dan usaha yang
dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Warga gereja
dalam bahasa Yunani “laikoi” yang berarti semua anggota dalam tubuh Kristus yaitu gereja
secara Rohania yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamat. Dengan demikain gereja
merupakan suatu kesatuan dari semua orang mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pebinaan warga gereja (PWD) adalah pembinaan yang berpusat pada
pengajaran tentang Kristus dan Alkitab sebagai dasar pengajarannya. Tugas pembinaan warga
gereja lebih banyak mengarah pada pengajaran dengan upaya memperlengkapi warga gereja
dengan tugas dan panggilannya di tengah-tengah dunia dan masyarakat dimana dia berada
dengan segala apa yang ia miliki.
Pemberitaan Injil merupakan amanat agung Yesus Kristus (Mat. 28:19-20). Secara umum
Amanat Agung Yesus Kristus dalam Matius 28:19-20, dipahami sebagai tugas bagi semua orang
Kristen untuk pergi memberitakan kabar baik. Ayat tersebut juga berbicara tentang “ajarlah”
warga gereja agar mereka dapat melakukan apa yang Kristus ajarkan. Oleh sebab itu, Matius
28:19-20 juga menekankan pada pembinaan warga gereja. Dengan dasar Alkitab itu,
pemberitaan Injil dilakukan agar orang-orang mengenal Kristus Yesus kemudian dibina agar
mengalami pertumbuhan.
Pembinaan warga gereja adalah suatu usaha untuk membina warga gereja menjadi lebih baik dari
sebelumnya yang berpusat pada Kristus Tuhan, dan alkitab sebagai pedoman penuntunnya dan
merupakan proses untuk menghubungkan jemaat dengan Firman Tuhan melalui, pembinaan,
Pembimbingan dan pengajaran yang mendewasakan dalam Kristus melalui kuasa Roh Kudus.

2. Lanjut Usia ( Lansia )


Lanjut usia adalah tahap menuju penuaan. Lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang
hidup seseorang, yaitu dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. (Hurlock,1980)2. Pada dasarnya
lanjut usia (lansia) sering kali diabaikan oleh gereja dengan alasan mereka sudah sangat tua,
maka peran dan kedudukannya tidak begitu diharapkan dalam gereja. Di dalam gereja
kadangkala peran warga lansia tidak terlihat dengan jelas karena disebabkan kurangnya perhatian
dari gereja itu sendiri. Hal inilah memicuh permasalahan sehingga kebanyakan warga gereja
yang sudah berumur lanjut usia memilih untuk tidak kegereja dan bahkan ingin pindah ke gereja
lain. Pada dasarnya gereja berdiri karena adanya waraga gereja (Anak kecil, remaja, dewasa)
akan tetapi karena adanya perkembangan zaman usia lansia yang dulunya mudah tentu kini
sudah tua karena pertambahan usia. Artinya bahwa lansia juga memiliki peran penting dalam
gereja, bukan gereja namanya jika didalamnya hanya remaja dan anak kecil saja. Solusinya
adalah gereja harus menempatkan lansia sebagai pribadi yang memiliki peran pentingdalam
gereja, karena memang pada dasarnya gereja berdiri bukan hanya dari kalangan anak mudah saja
lansia juga turut campur tangan didalamnya.
Menurut Peraturan Presiden Nomo 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan,
yang dimaksud dengan Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas. Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengusulkan agar batasan usia lanjut usia
(lansia) tidak lagi 60 tahun melainkan diubah menjadi 65 tahun. Batasan usia lansia 60 tahun
diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang. Kesejahteraan Lanjut Usia.
Mensos melihat banyak alasan bisa dikemukakan untuk revisi batasan usia lansia sebagaimana
diamanatkan dalam UU No. 13/2008. "Banyak mereka yang berusia 60 tahun namun masih
produktif, aktif dan banyak gagasan. Orangtua saya sendiri kan sudah 78 tahun tapi masih aktif
dan produktif, " kata Mensos, dalam sambutannya pada peringatan Hari Lanjut Usia Nasional
(HLUN).

B. DASAR TEOLOGIS

1. PL (Perjanjian Lama)
Dalam konteks iman kristen di Perjanjian Lama dituliskan bahwa lansia sebagai tanda kehidupan
yang penuh dengan berkat.Lebih lanjut diperkuat oleh penulis Kitab Amsal, bahwa "Takut akan
Tuhan memperpanjang umur, tetapi tahuntahun orang fasik diperpendek" (Ams. 10:27). Hal
senada juga dituliskan dalam Amsal 16:31, “Uban di kepala adalah mahkota keindahan apabila
didapat di jalan keadilbenaran.” dengan kata lain meskipun dalam usiatua initurut disertai dengan
pelbagaimacam keterbatasan gerak, kelemahan fisik mental, dan penyakit fisik yang
diderita.Tetapi Ketika lansia tersebut berjalan Bersama Tuhan,mereka dikuatkan untuk tetap
mensyukuri Hidup menjadi berkat di masyarakat.

2. PB ( Perjanjian Baru )
Dalam Perjanjian Baru memperkenalkan kisah Simeon yang dimasa lansianya rindu untuk
melihat Mesias menjadi teladan iman dan kebijaksanaan. Simeon berucap dalam Lukas 2:21-
33,“Tuhan, kapan pun Engkau memanggil aku pulangke rumah Bapa, aku telah siap.” dari kisah
Simeon inilah digambarkan bila sudah tiba saatnya lansia tersebut dipanggil Tuhan,mereka benar
benar Sudah dipersiapkan menjadi misionaris yg siap masuk kesurga.

C. TUJUAN PEMBINAAN WARGA GEREJA TERHADAP LANSIA


Tujuan dasar dari Pembinaan adalah menuntun orang kepada keselamatan dalam Kristus.
Keselamatan ini diteruskan dengan pembinaan melalui firman Tuhan sehingga dapat membuat
suatu penyerahan diri sepenuhnya kepada ketuhanan Yesus Kristus. Dari pengalaman
keselamatan, ia dituntun kepada pengalaman pengudusan. Dalam proses pengudusan, ia dibina
untuk sanggup mengatasi dosa melalui kuasa Roh Kudus yang tinggal didalam batinnya. Jadi
tujuan pembinaan warga gereja sebagai berikut:
 PWG bertujuan untuk membina setiap orang percaya dalam kehidupan Kristen.
 PWG bertujuan untuk mengembangkan bakat atau karunia yang dimiliki atau yang
dianugerahkan Tuhan kepada setiap anggota jemaat untuk pelayanan dalam tubuh
Kristus.
 PWG bertujuan untuk menyatakan maksud Allah yang kekal, yaitu keselamatan;
menuntun setiap murid untuk menerima dan mengakui Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat; dan memrsiapkan dan melatih setiap murid untuk memenuhi maksud Allah
dalam hidupnya.
Tujuan akhir dari pembinaan warga jemaat adalah untuk menyempurnakan setiap anak Tuhan
dalam watak dan sikap sampai menjadi serupa dengan Kristus. mata-kuliah-pembinaan-warga-
gereja.html.  PWG bertujuan untuk membina setiap orang percaya dalam kehidupan Kristen.

D. METODE PEMBINAAN WARGA GEREJA TERHADAP LANSIA

 Pembinaan Rohani
Pembinaan rohani oleh gereja adalah pembinaan warga jemaat yang berpusat Kristus. Hal
tersebut didasarkan pada pengajaran Alkitab, dan merupakan proses untuk menghubungkan
kehidupan jemaat yang lanjut usia dengan Firman Tuhan, membimbing dan mendewasakan
dalam Kristus melalui kuasa Roh Kudus (11 Ptr. 3 :18). Selain itu pembinaan rohani yang
dimaksud ialah suatu upaya untuk memperlengkapi anggota jemaat yang sebagai anggota tubuh
Kristus (Ef. 4:11-16).Dengan demikian, jemaat lanjut usia juga memerlukan pembinaan rohani
tersebut para lanjut usia dapat dituntun kepada keyakinan akan keselamatan yang kokoh
sehingga mereka hidup dalam pembinaan rohani terhadap jemaat lanjut usia.
Ada beberapa metode selayaknya dikembangkan oleh gereja yaitu :
 Perkunjungan
Seorang hamba Tuhan atau Gembala Jemaat bukan hanya bertugas untuk bertugas
untuk menyampaikan firman Tuhan dari mimbar saja, tetapi juga dituntut untuk mengatur waktu
mengampuni jemaat, terlebih terhadap mereka yang membutuhkan perhatian khusus dan
pertolongan.Pelayanan perkunjungan akan membangkitkan semangat para lanjut usia, karena
mereka akan merasa dihargai dan dihargai dan dikasihi.Di samping itu mereka memang butuh
perhatian dan perlu dirangkul.Bagaimanapun ketika dikunjungi, secara tidak lansung dan tidak
disadari adalah satu tindakan praktis dari hamba-hamba Tuhan untuk mengusir rasa kesepian
yang menjadi pergumulan jemaat lanjut usia.Kehadiran orang lain memberi kesukaan tersendiri
buat mereka, karena mereka mendapat teman bicara dan bertukar pikiran atau cerita.
Bagaimanapun setiap orang ingin didengar, sebagai tanda dihargai dan dihormati.
 Konseling
Pelayanan konseling merupakan salah satu bentuk pelayanan yang sangat penting dalam
memenuhi tugas dan tanggung jawab gereja demi pembinaan dan pendewasaan warga
jemaatnya.Jika dilihat dari segi tanggung jawab geraja dalam pelaksanaan tugas dan
panggilannya, maka bentuk pelayanan yang efektif dalam upaya menyelesaikan masalah dan
pergumulan pribadi lanjut usia.
 Ibadah Persekutuan/Lanjut Usia
Ibadah/persekutuan merupakan ketetapan Tuhan Yesus yang harus dilakukan. Karena setiap
orang percaya dipanggil masuk dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus. Riedel mengatakan,
“Di dalam surat Yahya yang pertama kerap kali ditemui perkara persekutuan itu”. Barang siapa
yang telah menjadi orang Kristen, ia itu hidup di dalam persekutuan Allah. persekutuan dengan
Bapa dan dengan Yesus Kristus, anak-Nya itu (1 Yoh. 1:3,6).” Dengan demikian pembentukan
ibadah/persekutuan lanjut usia adalah merupakan satu langkah tepat dalam upaya pembinaan
rohani mereka. Dalam ibadah/persekutuan khusus lanjut usia, mereka memperoleh kesempatan
untuk saling menguatkan, saling menasihati, saling membagi pengalaman dan menghibur di
antara mereka, agar semakin kuat di dalam Tuhan sampai akhir hayatnya.Dalam ibadah atau
persekutuan khusus untuk lanjut usia diadakan beberapa kegiatan yang bervariasi dan sederhana
disesuaikan dengan daya serap lanjut usia dan kemampuan serta kondisi fisik mereka yang
semakin melemah, seperti khotbah/renungan, pemahaman Alkitab dengan topik yang sesuai
dengan kebutuhan mereka dan berikan kesempatan kesaksian.
 Katekisasi Persiapan Kematian
Katekisasi merupakan pelajaran atau pembinaan dasar untuk membawa orang percaya kepada
pengenalan akan Allah dan peneguhan iman.Katekisasi lanjut usia bertujuan untuk
mempersiapkan para lanjut usia menghadapi kematiannya. oleh karena mereka mengetahui
dengan pasti ke mana mereka akan pergi setelah mereka mati, seperti kata Paulus, “Aku akan
pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati
adalah keuntungan” (Filipi 1:23, 21).
 Melibatkan Lansia dalam Pelayanan
Bagaimanapun juga sebagai orang percaya, para jemaat lanjut usia harus hidup di dalam
persekutuan. Oleh karena itu para lanjut usia juga harus kesempatan untuk melibatkan diri dalam
pelayanan. Hamba Tuhan dan Gembala Jemaat pada sisi ini mempunyai tugas untuk melatih
serta mengembangkan bakat dan karunia yang diberikan Tuhan kepada setiap jemaat termasuk
para jemaat lanjut usia.Dengan demikian mereka tidak hidup untuk diri sendiri melainkan untuk
sesama dan untuk kemulian Tuhan (Flp. 2:4). Hal tersebut juga merupakan suatu terapi yang baik
untuk melawan gejolak emosi yang menimbulkan sikap egois yang “dilumrahkan” untuk orang
pada tahap usia lanjut. Keterlibatan mereka dalam pelayanan dapat dimulai dalam
persekutuan/ibadah lanjut usia sendiri, misalnya mereka diberi kesempatan menjadi liturgos,
pemimpin doa, ketua kelompok diskusi, kolekoten atau juga pemain musik. Melalui keterlibatan
dalam pelayanan seperti itu, mereka akan menyadari bahwa mereka masih diperlukan dalam
pekerjaan Tuhan.

 Ibadah Perayaan Hari Lanjut Usia


Dalam perhatiannya terhadap penduduk lanjut usia sebagai warga negara yang memiliki
pengalaman luas dan berharga yang dapat diteladani oleh generasi penerusnya, maka pemerintah
telah memilih dan menetapkan tanggal 29 Mei sebagai Hari Lanjut Usia Nasional.57Dengan
demikian gereja selaku bagian dari komponen bangsa yang juga peduli terhadap kehadiran para
usia di tengah-tengah jemaat dapat memakai momentum ini. Ibadah perayaan Hari Lanjut Usia
dapat diadakan di gereja-gereja sebagai bukti kepedulian gereja.

 Pembinaan Fisik
 Hasta Karya
Dalam kaitannya dengan tugas pelayan terhadap warga jemaat lanjut usia, hamba Tuhan perlu
memikirkan strategi pelayanan yang mendasar dan efektif, menyangkut keberadaan mereka
secara fisik. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh gereja sebagai wadah penyaluran
hobby dan ketrampilan lanjut usia, sekaligus untuk mengisi waktu luang mereka ialah melalui
harta karya.Hasta karya yang dapat dibuat oleh para lanjut usia sebagai kegiatan bersama-sama,
seperti membuat tikar, sulaman, kotak surat, sapu tangan, sarung Alkitab, pembatas kitab, dan
sebagainya. Dengan melihat hasil karyanya, mereka akan terdorong dan kembali memiliki
semangat hidup. Pada waktu itu mereka akan sadar bahwa masih ada yang dapat diperbuat, dan
itu berguna bagi orang lain. Mereka akan kembali percaya diri, dan sangat menolong mereka.
 Rekreasi
Reakreasi adalah suatu bentuk kegiatan yang bertujuan mengembalikan kesegaran yang
menyelutuh terhadap eksistensi manusia. Jika demikian maka reakreasi tidak hanya diadakan
untuk golongan untuk umur tertentu saja tetapi cocok untuk segala umur, termasuk didalamnya
para lanjut usia. Vera Indrasuwita mengatakan:Manusia lanjut usia tentu saja membutuhkan
rekreasi, ikut piknik untuk menyegarkan mental dan fisiknya. Sebab tidak jarang mereka yang
sudah pensiun merasa kesepian. Meskipun mereka beranak cucuk, namun perasaannya akan lain
bila mereka bertemu dengan kawankawan sebaya dan sama-sama gembira.Dengan demikian
reakreasi sangat bermanfaat bagi para lanjut usia sehingga harus dimasukkan dalam program
pelayanan terhadap mereka. Pelaksanaan kegiatan reakreasi untuk jemaat lanjut usia harus
memiliki nilainilai Kristiani (Kol. 3:14), sehingga aktifitas tersebut tidak hanya sekedar
menimbulkan atau memenuhi rasa gembira dan segar, tetapi mengantar mereka semakin
menghargai dan menerima diri sendiri.
 Pelayanan Kesehatan
Penyakit dan ganguan kesehatan pada lanjut usia merupakan bukti bahwa kondisi tubuhnya
semakin merosot, sehingga kekuatan fisik semakin menurun. Dengan mengacu pada program
pemerintah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang diselenggarakan menurut GBHN dan misi pembangunan kesehatan di tas, maka dibentuk
suatu pelayanan bersama dari yayasan-yayasan Kristen yang diberi nama “Persatuan pelayanan
Kristen untuk kesehatan di Indonesia (PELKESI)”. Pelayanan ini adalah pelayanan yang holistik
yaitu pelayanan yang bertitik tolak pada pikir dan memandang manusia secara utuh di dalam
semua aspek: baik upaya-upaya pendekatan, peningkatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan.Hal lain yang dapat diadakan oleh gereja dalam hubungan dengan peningkatan
kesehatan para lanjut usia, ialah dengan mengadakan olah raga bersama. Olah raga juga
berfungsi sebagai alat untuk memelihara dan meningkatkan kesengsaran jasmani.
 Pelayanan Diakonia
Dalam Perkembangannya, secara khusus dalam PB penggunaannya istilah "diakonia" menjadi
lebih umum, misalnya untuk hamba-hamba raja (Mat. 22:13), dalam surat Kol. 1:7, 23, 25,
Epafras disebut Paulus sebagai pelayan Kristus sedangkan Paulus sendiri adalah pelayan Injil,
pelayanan jemaat Dengan demikian istilah "diakonia" dalam PB dikenakan khusus kepada
pekerjaan penginjilan dan kerja penggembalaan. Oleh karena itu pelayanan Marta kepada Yesus
beserta para murid (Luk. 10:40). mertua Petrus (Mark. 1:31) dikategorikan ke dalam pelayanan
diakonia.62 Dalam hubungan dengan jemaat lanjut usia, maka gereja tidak hanya memperhatikan
pemenuhan kebutuhan rohani saja tetapi juga perlu memperhatikan pemenuhan kebutuhan
jasmaninya, seperti makan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan dapat diberikan secara teratur.
(band. Panti sosial 63 Tresna Werdha). Oleh karena itu, membutuhkan alokasi dana khusus,
biaya operasionalnya cukup besar karena harus memikirkan kehidupan mereka dan transportasi
untuk kegiatan-kegiatan rutinnya.

E. RELASI GEREJA DAN KAUM LANSIA


Gereja sebagai pewarta Kerajaan Allah dimana umat Allah merespon panggilan Allah sebagai
sang pencipta, dihidupi dengan menempatkan Allah sebagai figur utama dan sesama manusia
sebagai sesama ciptaan. Gambar Allah yang hadir melalui Yesus Kristus menjadi teladan tentang
solidaritas, yaitu gereja juga bersedia hadir ikut menderita bagi sesamanya, sesuai visi misi
gereja yang hadir sebagai Kerajaan Allah di dunia. Identitas gereja selain berbicara tentang
identitas keyakinan (yaitu Allah sebagai sentral), juga termasuk identitas konteks sosial dan
identitas umat. Pengertian umat sendiri adalah setiap individu yang merespon panggilan Allah
dan mengikatkan diri menjadi bagian dari persekutuan Kerajaan Allah. Penulis dapat
menyimpulkan bahwa gereja memahami identitas keyakinan juga memahami identitas umat yang
ada didalamnya, sekaligus identitas keyakinan juga mendorong jemaat untuk memiliki solidaritas
antar umat dan manusia. Umat Allah sebagai persekutuan yang solider, mengharga perbedaan,
bekerja sama, saling membutuhkan, masing-masing memiliki peran dan pelayanan yang
ditujukan untuk kemuliaan Allah.
Penggambaran umat Allah yang terdiri dari kepelbagaian sebagai tubuh menjadi sangat tepat,
terkhusus tentang bagian tubuh yang lemah, bukanlah untuk memberikan label lemah kepada
suatu kelompok dalam persekutuan umat Allah. Kaum lansia merupakan individu yang ikut
merespon panggilan Allah dan mengikatkan diri menjadi bagian dari umat. Identitas keyakinan
mendorong setiap anggota jemaat untuk memiliki solidaritas pada kaum lansia, di tengah
pergumulan fisik dan krisis identitas dirinya. Kaum lansia sebagai bagian dari umat Allah, juga
memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama seperti anggota jemaat yang lain untuk
meneruskan pergerakan Kristus mewujudkan Kerajaan Allah di dunia. Bahkan kaum lansia juga
harus diintegrasikan, tanpa diskriminasi apapun, juga oleh tanpa alasan apapun, ke dalam
persekutuan jemaat. Bagi kaum lansia, komunitas umat Allah tidak sekedar sebagai tempat
pertemuan ritual keagamaan, tetapi sebagai keluarga (keluarga Allah).
Gereja terdiri dari kepelbagaian dalam integrasi yang ada didalamnya, sehingga membutuhkan
kebijakan yang tidak mengesampingkan atau mengabaikan kaum lansia. Melalui manajemen,
pelayanan diatur dan dikelola, termasuk keterlibatan semua anggota jemaat didalamnya. Gereja
mendorong seluruh anggotanya untuk mengambil bagian dalam pelayanan, baik anggota jemaat
yang mau terlibat dalam pelayanan kaum lansia ataupun kaum lansia yang terus semangat
melayani dalam jemaat. Pelayanan tidak lagi dilihat dan diukur sebagai pekerjaan besar atau
kecil yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok usia, pendidikan atau budaya tertentu.
Kehadiran gereja dalam kehidupan kaum lansia menjadi pendorong untuk melakukan bagian
yang terbaik sebagai umat Allah. Kaum lansia dapat menyusun kembali gambar diri yang positif,
sehingga kaum lansia dapat berkata "aku lansia yang berguna" tanpa ragu-ragu. Dan akhirnya
gereja dapat menciptakan gambaran masa lansia bukan sesuatu yang dihindari ataupun ditakutin
lagi.

F. TANTANGAN Dan HAMBATAN DALAM PELAYANAN


Tantangan Pelayanan PAK bagi Lansia,Kami menyimpulkan ada 4 tantangan yang sudah kami
tinjau dari lingkungan masyarakat, yaitu :
1. Perasaan Tertolak
Perasaan tertolak atau ditolak merupakan salah satu masalah yang dihadapi lanjut usia. Perasaan
tertolak yang dialami lanjut lanjut usia tidak terlepas dari kondisi fisiknya yang menurun
sehingga mereka tidak dapat lagi melakukan suatu pekerjaan dengan baik.
2. Berperilaku Anak Anak
Perubahan perilaku yang muncul pada lansia dipercaya terjadi karena adanya penurunan fungsi
kognitif. Secara alami, tubuh manusia memang akan mengalami penurunan fungsi, termasuk
pada organ tubuh dan psikologi.
3. Emosi yang Tidak Terkontrol
Tidak dapat dimungkiri jika stres adalah penyebab utama seseorang khususnya Lansia memiliki
emosi yang tidak stabil dan cenderung berlebihan. Ada banyak hal yang memicu terjadinya stres,
mulai dari masalah pribadi, pekerjaan, finansial, dan masih banyak lagi.
4. Merasa Paling Benar/Egois
Sering sekali terjadi dalam pelayanan,Karena para kaum lansia sudah berpikir bahwa merekalah
yang paling benar dan lebih tau dari pada kita
5. Merasa Paling Benar/Egois
Sue Burnham mengatakan: Secara terperinci rasa harga diri anda terletak pada sejauh mana anda
merasa dihargai, berguna dan mampu. Perasaan ini pada dasarnya berasal dari berbagai
tanggapan yang anda terima dalam hubungan yang akrab dengan orang lain, dimulai dari
hubungan anda denga orang tua, serta penerimaan mereka terhadap anda. Hal-hal yang disebut
oleh Burnham dialami oleh para lanjut usia. Karena menurunnya kemampuan untuk melakukan
suatu pekerjaan yang bermanfaat, membuat mereka harus tinggal di rumah, sehingga mereka
merasa tidak berguna lagi, baik untuk keluarga maupun untuk masyarakat.
Dalam mengembangkan pelayanan terhadap jemaat lanjut usia tidak terlepas dari tantangan dan
pergumulan yang menjadi hambatan. Hambatan tersebut dapat saja berasal dari hamba Tuhan
sandiri dan atau dari jemaat lanjut usia yang ada. Oleh karena itu, pelayanan terhadap jemaat
lanjut usia membutuhkan pelayanan khusus.. Hambatan lainnya yaitu menyangkut jemaat yang
lanjut usia sendiri. Kondisi fisik mereka yang semakin melemah dapat menjadi hambatan dalam
pelayanan, daya tangkap/nalar dan daya ingat jemaat lanjut usia yang semakin menurun,
sehingga firman Tuhan yang disampaikan seringkali sulit dimengerti atau mereka cepat sekali
lupa pada firman Tuhan yang pernah mereka dengar. Hambatan yang lainnya ialah jumlah
jemaat yang masuk kategori lanjut usia itu sangat sedikit dalam satu gereja. Hal tersebut
membuat gereja kurang memperhatikan pelayanan terhadap mereka.Jadi, dari segi jemaat lanjut
usia itu sendiri hambatannya ialah kondisi fisik mereka yang terus menerus lemah, kondisi otak
dan nalar mereka terus menurun juga jumlah yang sangat sedikit dalam satu jemaat/gereja.

G. MASALAH-MASALAH DALAM LANSIA


(Deputi Pemberdayaan Disabilitas dan Lansia Koordinator Pemberdayaan Manusia dan
Kebudayaan)
Lansia sering mengalami berbagai macam permasalahan yang ditimbulkan oleh faktor faktor
ekonomi, sosial, kesehatan, psikis dan fisik. Secara rinci masing masing permasalahan tersebut
akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia yang lebih dari 60 tahun sudah tidak lagi
produktif. Dengan kemampuan kerja yang semakin menurun, maka jumlah pendapatan pun
semakin menurun atau bahkan hilang sama sekali. Kondisi ini menyebabkan lansia sering
dianggap sebaga beban dari pada sebagai sumber daya.
b. Secara aspek psikologis, penduduk lanjut usia merupakan suatu kelompok sosial sendiri
yang mesti menerima perhatian lebih dan spesifik dari kondisi psikologis yang dimilikinya.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwwa lansia sering berada pada titik frustasi karena
merasa tidak mampu melakukan kegiatan yang dulu sering dilakukannya, hal ini membutuhkan
penanganan yang serius dan hati -hati dari lingkungan sekitarnya agar tidak menimbulkan
masalah yang berkepanjangan.
c. Secara sosial, penduduk lanjut usia ingin dihargai, dihormati, dan dilibatkan dalam
kegiatan kemasyarakatan, dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Pada titik ini seorang
lansia bisa dijadikan acuan atau tempat untuk bertanya, karena kemampuan berpikirnya yang
lebih jernih dan pengalaman yang lebih banyak diharapkan memberikan advis bagi berbagai
masalah yang ada.
d. Secara fisik, penduduk lanjut usia sering mengalami berbagai penyakit degeneratif
seperti Alzheimer, Parkinson, Atherosclerosis, Kanker, Diabetes, sakit Jantung, Osteoarthritis,
Osteoporosis, dan Reumatik. Selain itu penyakit yang diderita lanjut usia juga tidak hanya satu
jenis penyakit, tetapi lebih dari satu jenis penyakit.
e. Secara psikis, penduduk lanjut usia mengalami berbagai disabilitas sehingga
memerlukan perawatan intensif jangka pendek maupun jangka panjang (long term care), Kondisi
seperti ini memerlukan bantuan orang lain untuk merawat lanjut usia tersebut. Perawatan dapat
diberikan oleh anggota keluarga, care giver dalam rumah, orang atau perawat dalam suatu
institusi seperti nursing home, foster care atau fasilitas sejenis panti lainnya. Perlindungan
terhadap lanjut usia perlu diberikan terutama untuk menjaga keamanan dari tindak kejahatan.
Misalnya perampokan dan tindak kriminal lainnya. Selain itu sangat diperlukan perlindungan
lanjut usia dari bahaya bencara, termasuk bencana alam yang cenderung terjadi.
Kelima permasalahan lansia tersebut perlu mendapatkan perhatian serius mengingat jumlah
lansia yang terus bertambah dari waktu ke waktu. Namun penanganan yang dilakukan terhadap
lansia harus dilakukan secara berbedabeda sesuai dengan usia.
Bagi lansia yang masih berusia produktif maka langkah yang harus dilakukan adalah
pemberdayaan dan upaya apresiasi atau penghargaan sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Pada kondisi ini negara hanya bertindak sebagai fasilitator dalam penanganan
lansia. Sementara bagi lansia yang sudah tidak berdaya maka langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah memberikan perlindungan sosial agar mampu meningkatkan atau menjaga
kesejahteraannya.

H. PENANGANAN MASALAH LANSIA


Terdapat beberapa hal penting yang harus menjadi bahan kajian dan pertimbangan dalam
menangani masalah lansia antara lain berdasarkan faktor faktor berikut :
1. Usia lansia. Penanganan dilakukan secara barjanjang sesuai dengan usia lansia artinya
apakah bentuk penanganan tersebut adalah dalam bentuk perlindungan sosial maupun dalam
bentuk pemberdayaan akan disesuaikan dengan tingkatan usia lansia yang ditangani.
2. Kemampuan dan potensi lansia. Penanganan dilakukan berdasarkan kemampuan lansia,
apakah digolongkan dalam lansia yang potensial maupun non potensial. Posisi ini juga akan
berhubungan secara langsung dengan pola penanganan yang akan dilakukan oleh pemerintah
maupun masyarakat.
3. Tingkat ekonomi lansia. Penanganan dilakukan berdasarkan tingkat ekonomi lansia dan
keluarga lansia. Posisi ini berhubungan dengan apa saja bantuan dan perlindungan sosial yang
akan dilakukan bagi lansia.
4. Tingkat kesehatan lansia. Tingkat kesehatan lansia tidak bisa dihubungkan secara
langsung dengan usia lansia, sering lansia berusia lanjut namun masih relatif sehat dan mampu
menjalankan aktivitasnya sendiri dan sebaliknya. Oleh sebab itu penanganan lansia berdasarkan
kesehatannya juga diperlukan.
5. Dukungan keluarga dan lingkungan. Lansia menjadi terlantar karena kurangnya
perhatian dan keluarga dan lingkungannya. Kondisi ini juga membutuhkan penanganan yang
berbeda.
PENUTUP

Kesimpulan
Lanjut usia adalah mereka yang rata-rata telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Dalam usia
seperti ini setiap orang mengalami perubahan-perubahan yang mengarah pada kemunduran-
kemunduran, baik dari segi fisik maupun rohani. Perubahan fisik akan mempengaruhi segi
psikologis, sosiologis, dan pneumatologis para lanjut usia, sehingga mereka akan mengalami
perasaan rendah diri karena merasa tidak mampu dan tidak berguna lagi.Hal tersebut akan
membuat mereka menutup diri, akibatnya mereka merasa kesepian. Masalah ini akan terasa lebih
berat lagi oleh karena memang para lanjut usia akan ditinggalkan oleh anak-anak yang telah
terpencar ke berbagai tempat untuk membangun rumah tangga sendiri (sidron “sarang kosong”).
Dalam keadaan demikian para lanjut usia cenderung untuk berdiam diri di rumah saja, suatu
kondisi yang menjadi penyebab timbulnya masalah baru bagi para lanjut usia. Mereka akan
menjadi asing bagi linkungan dan dilupakan orang, akibatnya mereka tertolak dan kehilangan
harga diri.Oleh karena itu pelayanan gereja terhadap para lanjut usia haruslah ditempatkan
sebagai satu pelayanan kategorial dan serius ditangani oleh pekerja dan hamba Tuhan khusus
yang sungguh memahami persoalan atau permasalahan lanjut usia.Pelayanan kategorial tersebut
akan membuat gereja terikat secara moril pada penanganan yang serius dan bertanggung jawab
terhadap para lanjut usia yang menjadi anggota jemaat. Itu berarti pelayanan kategorial akhirnya
memberikan keseimbangan dalam perhatian dan aksi penatalayanan dalam seluruh gerak
pelayanan gereja.

Saran
Diharapkan lansia melakukan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang $ergi6i
seim$ang dan melakukan aktivitas fisik secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
M. prof.sulistyo saputro, Aanalisis kebijakan pemberdayaan perlindungan sosial lanjut usia,
Jakarta: Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan perlindungan sosial, 2015.
https://www.researchgate.net/publication/
324014726_Kurikulum_PAK_yang_Kontekstual_Bagi_Usia_Lanjut_dan_Aktual
https://kemensos.go.id/mensos-usulkan-batasan-usia-lansia-jadi-65-tahun
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/3630/2198
https://jurnal.sttstarslub.ac.id/index.php/js/article/download/189/39/

Anda mungkin juga menyukai