Anda di halaman 1dari 2

Kazoh Kitamori Teologi Tentang Kesakitan Allah

Buku Kazoh Kitamori, Theology of the Pain of God (Teologi tentang kesakitan Allah)
merupakan salah satu teologi-teologi kontekstual dari Asia yang pertama keluar dalam
bahasa Inggris. Buku tersebut diterbitkan dalam bahasa Jepang pada tahun 1946, segera
setelah Perang Dunia Kedua berakhir. Bangsa Jepang telah menderita kekalahan yang sangat
memalukan, mereka diduduki oleh tentara Amerika dan industri serta kota-kota mereka
hancur. Tambahan lagi, bangsa Jepang menderita akibat yang sangat mengerikan dari dua
buah bom atom dan mereka tidak tahu pasti apa akibat radiasi bom atom itu pada waktu
yang akan datang. Hal yang luar biasa adalah kebudayaan Jepang telah terguncang sampai
ke akar-akarnya- kaisarnya telah mengaku sendiri bahwa dia bukan dewa. Untuk pertama
kalinya dampak tradisi yang telah lama berlaku mulai dipertanyakan. Bagi bangsa Jepang
masa ini benar-benar dirasakan sebagai suatu penderitaan yang besar.[1]

Keprihatinan yang mendasar dari Dr. Kitamori ialah “ Bagaimana mengakarnya kembali
Injil Kristus di dalam pikiran bangsa Jepang”. Pada tonggak sejarah yang khusus ini adalah
suatu keharusan bahwa Injil orang Kristen berbicara kepada penderitaan bangsa Jepang,
apabila Injil itu mau menjadi sesuatu yang penuh makna bagi pikiran orang Jepang.[2]

Kitamori telah mengambungkan dua kata Jepang yaitu tsutsumu dan tsurasa, kemudian
dengan memakai Yeremia 31:20 dan Yesaya 63:15, dia membangun dasar bagi teologinya yaitu
teologi kesakitan Allah. Tsutsumu berarti membungkus atau membenamkan dan Tsurasa
berarti merasakan kesakitan dalam bagian yang dalam dari pribadi seseorang demi
kepentingan orang lain. Dia membentuk suatu konsep tentang Kesakitan yang ditanggung
demi orang lain tanpa menunjukan betapa dalamnya seseorang menderita dan menanggung
penderitaan itu dalam dirinya, demi kebahagiaan orang-orang lain. Dalam Yeremia 31:20,
bahasa Ibrani membaca: “Isi perut saya terganggu”. Yeremia 63:15 mengungkapkan konsep
Yahudi yang serupa “gema isi perut-Mu dan kelembutan kasih sayang-Mu”. Dalam kedua hal
itu, kata-kata tersebut menunjukan penderitaan dan kesakitan yang Allah derita bagi
umatnya. Kitamori berkata: “sudah sejak kata-kata aneh ini menyentuh saya, saya
merenungkannya siang dan malam”. Kitamori melalui gagasannya mengenai Allah yang
menderita, tiba pada pemahaman mengenai penderitaan manusia secara Kristologis. Kapan
saja seorang menderita demi kepentingan orang lain, secara perbandingan, orang itu telah
turut mengambil bagian dalam penderitaan Kritus di kayu salib. “Kasih yang berakar dalam
kesakitan Allah tidak bisa dilihat secara obyektif di luar pengalaman kita sebagai manusia.
Tidak ada jalan untuk melihat hal itu selai dari mengalaminya didalam kehidupan kita
sendiri”.[3]

Buku Kitamori ditulis dalam tahun 1946 ketika penderitaan rakyat Jepang terasa
sangat gawat. Di tahun 1958 dalm pendahuluan cetakan kelima, dia menegaskan: “ Saya
sendiri merasa tidak perlu lagi memakai istilah “Kesakitan Allah” sebagai istilah teologi
sebab istilah itu telah mencapai tujuannya secara memadai dengan menekankan pada kasih
Allah yang menjadi perantara daripada kasih Allah yang langsung”. Ketika suasana bangsa
Jepang berubah karena pulih kembali dari kehancuran akibat perang dan ketika kesakitan
mereka sudah tidak begitu gawat lagi maka istilah teologi “Kesakitan Allah” menjadi kyrang
terasa maknanya. Kitamori kemudian berusaha untuk megembangkan teologinya ke satu
arah dimana ia lebih banyak berbicara kepada konteks bangsa Jepang masa kini. Jadi,
Kitamori menunjukan teologi kontekstual yang dapat bekerja bukan hanya dalam pengertian
umum kebudayaan Jepang tetapi juga dalam pengertian budaya Jepang pada satu tahapan
sejarah tertentu secara khusus. Konteks untuk teologi dan penafsiran Alkitabiah tidak hanya
mempunyai dimensi kebudayaan tetapi juga dimensi waktu. Kitamori mempunyai cara
penafsiran yang berlaku adil terhadap kedua unsur tersebut.[4]

[1] Daniel J. Adams, Teologi Lintas Budaya: Refleksi Barat di Asia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012). Hal
59
[2] Op Cit., Hal 59-60
[3] Op Cit., Hal 60
[4] Op Cit., Hal 60-61

Anda mungkin juga menyukai