Anda di halaman 1dari 3

krishnasurroy.

com

Ioanes Rakhmat

DOKTRIN
TENTANG SURGA
DAN NERAKA

Semua agama, dapat


dikatakan, mengajarkan
doktrin tentang surga
dan neraka. Dari mana
doktrin ini muncul?
Apakah sekarang doktrin
ini masih bermanfaat?

Dalam agama-agama teistik, doktrin tentang


upah surgawi dan ancaman api neraka
semula muncul dari bangsa Yahudi kuno
yang sedang dijajah oleh raja Syria Antiokhus
IV Epifanes abad kedua SM. Raja ini dengan
sangat kuat, gencar dan kejam melancarkan
aksi-aksi politik dan militer dalam rangka
helenisasi, yang mengharuskan bangsa
Yahudi melepaskan agama mereka, lalu
memeluk agama dan pandangan dunia
bangsa Yunani (Helen), yang lazimnya
disebut helenisme. Dalam situasi ini, banyak

orang Yahudi yang tidak dapat bertahan,


lalu memilih menyeberang dan merangkul
helenisme. Tetapi, ada sangat jauh lebih
banyak yang memilih memberontak. Para
pemberontak bersenjata ini dipimpin oleh
keluarga Makkabeus, dan pemberontakan
mereka berlangsung lama.

Jadi, semula doktrin surga dan neraka adalah


doktrin religio-politik yang dibangun untuk
keperluan perang, untuk mengontrol perilaku
pasukan. Kemudian, dalam konteks bukan
perang, doktrin ini tetap dipertahankan, tapi
mengalami perluasan dengan tambahan
doktrin tentang limbo dan purgatori, oleh
Gereja Katolik Roma. Limbo adalah

untuk menanamkan semangat


tempur yang kuat sampai titik darah
penghabisan, para pemuka religio-politik
Yahudi menulis kisah-kisah kejuangan
para martir dan menyusun doktrin
tentang surga dan neraka

theblazingcenter.com

Untuk menanamkan semangat tempur yang


kuat sampai titik darah penghabisan, para
pemuka religio-politik Yahudi menulis kisahkisah kejuangan para martir dan menyusun
doktrin tentang surga dan neraka. Lewat
doktrin ini dijanjikan bahwa jika orang
Yahudi berperang melawan politik helenisasi
sampai mati, kematian mereka sebagai para
martir akan dibalas oleh Allah dengan hadiah
surga setelah kematian. Sebaliknya, musuhmusuh mereka yang kejam, dan juga orang
Yahudi yang tidak setia, setelah kematian
mereka, akan dimasukkan ke dalam api
neraka. Hadiah dan penghukuman ini tak
lama lagi akan menjadi kenyataan, sebab
masa kesengsaraan mereka yang setia
hanya akan berlangsung sebentar, sebab
Allah sudah merencanakan untuk segera
mengakhiri dunia ini, dalam apa yang
dinamakan kiamat. Doktrin ini dikemas
dalam banyak kisah kejuangan para martir
yang sangat grafis dan menggerakkan
perasaan, pikiran dan kemauan. Alhasil, para

pemberontak Makkabe tidak mengalami


demoralisasi, sebaliknya bersemangat juang
sangat tinggi untuk bertempur sampai titik
darah penghabisan. Dari sejarah kita tahu,
akhirnya para pemberontak Yahudi berhasil
mengalahkan musuh-musuh mereka, dan
berdiri kembali sebagai negara Yahudi yang
bebas dan merdeka untuk kurun waktu
yang panjang, sebelum pasukan Romawi
di kemudian hari masuk dan menguasai
serta menjajah mereka kembali selama satu
setengah abad sampai ke zaman Masehi.

Sekalipun dapat dipersoalkan apakah


surga dan neraka itu aktual ada atau tidak
ada setelah kematian, namun jika karena
doktrin ini orang jadi bisa hidup dengan
moralitas yang baik di muka Bumi, doktrin
ini masih bermanfaat, meskipun masyarakat
keagamaan yang terbangun akan berupa

Jadi, semula doktrin surga


dan neraka adalah doktrin
religio-politik yang dibangun
untuk keperluan perang, untuk
mengontrol perilaku pasukan

Keseluruhan doktrin ini (surga,


limbo, purgatori dan neraka)
sangat efektif untuk mengontrol
perilaku umat

andrewroebert.files.wordpress.com

kehidupan di akhirat untuk pagan yang tak


jahat tetapi penuh kebaikan dan kebajikan,
noble pagans, sehingga mereka tak pantas
dimasukkan ke neraka, dan juga untuk bayibayi yang meninggal ketika belum menerima
baptisan Kristen untuk keselamatan mereka.
Purgatori, yang dikenal juga sebagai api
penyucian, menyediakan suatu tempat dan
kurun di mana seseorang dimungkinkan untuk
terhindar dari hukuman kekal di api neraka,
dengan menjalani suatu penghukuman
sementara, yang sebenarnya lebih tepat
disebut penyucian atau pemurnian dalam
jangka waktu tertentu sebelum akhirnya
terbebaskan sama sekali dari siksa di neraka
abadi. Keseluruhan doktrin ini (surga, limbo,
purgatori dan neraka) sangat efektif untuk
mengontrol perilaku umat, dan memberi
posisi istimewa kepada para rohaniwan yang
harus menjaga dan mengendalikan perilaku
moral umat mereka.

masyarakat yang dipenuhi ketakutan, bukan


masyarakat yang relaks dan ceria, yang
setiap indidvidu di dalamnya bisa mengontrol
sendiri dari dalam diri mereka perilaku moral
mereka, tanpa perlu ditakut-takuti. Harus
dicatat, jika hukum positif tidak diberlakukan
dengan kuat dan konsisten dalam kehidupan
suatu negara, doktrin ini sama sekali tak
cukup untuk mengontrol moralitas warga
masyarakat, sebab pada masa kini doktrin
tentang neraka, di mata orang yang rasional,
sama sekali tidak menakutkan.***

Ioanes Rakhmat
Ia mendefinisikan dirinya sebagai pemikir bebas, freethinker. Menggeluti kajian Yesus sejarah (the historical Jesus) di Belanda, disertasinya telah
diterbitkan dengan judul The Trial of Jesus in John Dominic Crossans Theory: A Critical and Comprehensive Evaluation (Jakarta: IPU-JTS, 2005).
Sempat menjalani kehidupan sebagai seorang pendeta lebih dari dua dekade, dua tahun belakangan ini ia berkonsentrasi mendalami dunia sains.
Ia menulis dan menerjemahkan banyak buku, antara lain Sokrates dalam Tetralogi Plato: Sebuah Pengantar dan Terjemahan Teks (Gramedia
Pustaka Utama, 2009), dan Menguak Kekristenan Yahudi Perdana: Sebuah Pengantar (JRC, 2009), dan terakhir adalah Memandang Wajah Yesus
(Pustaka Surya Daun, Maret 2012)
Diterbitkan oleh:
Democracy Project - Yayasan Abad Demokrasi
www.abad-demokrasi.com

Anda mungkin juga menyukai