Anda di halaman 1dari 11

ETIKA KRISTEN II

Bila disistematisasikan, maka arti keseluruhan kesusilaan menunjukkan bahwa


norma itu baik dan menunjukkan sikap terhadap norma itu serta menyatakan bahwa
kelakuan harus sesuai dengan norma. Jadi etika adalah bagian dari filsafat moral yang
merupakan ilmu pengetahuan normatif tentang perbuatan manusia mengenai benar atau
tidak benar. Etika adalah merupakan bagian dari filsafat moral dan filsafat moral adalah
bagian dari filsafat yang disebut filsafat praktis, Makmurtono (1989) menuliskan :

Filsafat adalah usaha menerangkan segala sesuatu menurut dasar-dasar yang


terdalam (pertama). Filsafat moral seperti halnya dengan filsafat adalah usaha
menerangkan moral menurut dasar-dasar yang terdalam. Etika seperti halnya
filsafat merupakan usaha menerangkan apa yang baik bagi manusia.

Etika sebagai bagian dari filsafat moral mempelajari fakta pengalaman yang nyata,
tetapi tidak berhenti pada penguraian,etika berusaha membahas keharusan manusia untuk
ditaati agar menjadi manusia yang baik dalam arti moral. Perbuatan manusia haruslah
selaras atau sesuai dengan kodrat sebagai manusia. Tetapi apa yang terjadi dalam praktek,
sering kali atau bahkan sama sekali tidak demikian antara keharusan dan kenyataan dalam
perbuatan yang konkret.

Dalam kehidupan manusia dimana moral merupakan sesuatu dan sesuatu itu asasi
dalam hidupnya, jelas menunjukkan perlunya orang akan norma karena tidak cukup
mengerti hakikatnya moral, tetapi memerlukan norma terutama dalam praktek moral.
Sunoto (1985) menyebut etika normatif sebagai berikut : Etika normatif ialah etik yang
telah mengemukakan suatu penilaian mana yang baik dan mana yang buruk, dan apa yang

2
sebaiknya dilakukan oleh seseorang. Di samping etika normatif ada pula kita sebut etika
sosial, yaitu etika yang membicarakan tingkah laku dan perbuatan manusia dalam
hubungannya dengan orang lain. Misalnya dalam keluarga, masyarakat, dalam negara atau
bangsa. Karena itu Sunoto (1985) memberikan arti etika demikian :

Etika ialah filsafat yang praktek (praksiologi) etika membicarakan seluruh


kepribadian baik hati nurani, ucapan dan perbuatan manusia baik sebagai pribadi maupun
kelompok. Meskipun hati nurani adalah yang paling penting, tetapi ia adalah yang paling
sukar untuk diketahui. Demikian pula ucapan masih agak sukar diduga. Perbuatan dan
tingkah lakulah yang paling mudah untuk diamati. Oleh karena itu etika ialah cabang
filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sadar dilihat dari
sudut baik buruk.

Pada hakikatnya aturan yang bersiat etik adalah pendorong, agar orang berbuat
menurut norma tertentu. Sedangkan obyek etika menurut Sunoto (1985) ialah :

Sebenarnya yang menjadi objek ialah manusia seutuhnya, artinya ya hatinya,


ucapannya dan perbuatannya. Akan tetapi untuk mengetahui hati dan ucapan manusia
adalah sukar. Oleh karena itu yang mudah ialah perbuatan manusia yang dijalankan dengan
sadar. Perbuatan yang dilakukan tanpa kesadaran tidak dinilai baik atau buruk. Misalnya
perbuatan orang gila, anak kecil, orang mabuk.

Suatu negara akan kuat bila dasar negaranya berasal dari dan berakar pada diri
bangsa itu sendiri. Dan Bangsa Indonesia mempunyai dasar negara yang bukan jiplakan
dari luar Bangas Indonesia, akan tetapi asli dari Indonesia. Dengan kata lain unsur-unsur
dasar negara yaitu Pancasila telah dimiliki oleh bangsa kita sejak dulu. Dalam bahasa, adat
istiadat serta kebudayaan bangsa Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu dengan

3
melalui pendekatan etika akan memahami mendalam tentang Pancasila, melalui
pendekatan ini akan diketahui apakah Pancasila cukup etik, maksudnya bukan mengenai
ajaran moral Pancasila tetapi bagaimana Pancasila dilihat dari etika.

Sebagai pribadi dari suatu negara yang berdasarkan Pancasila, yaitu negara
Republik Indonesia dituntut untuk bersikap etis dalam nilai moral, kembali Sunoto (1985)
menyatakan himbauannya :

Perbuatan bermoral adalah pengejawantahan dari sikap hidup dan pandangan hidup
bermoral, Perbuatan adalah pengejawantahan dari kehendak yang didorong oleh
pertimbangan-pertimbangan rasa dan putusan akal. Perbuatan dapat dinilai sebagai
bermoral jika kehendak dan perasaan serta akal dalam melaksanakan fungsinya
berdasarkan atas nilai moral.

Dengan demikian dapat dikatakan secara umum, bahwa etika normatif Bangsa
Indonesia adalah dasar negara yaitu Pancasila, yang harus dihayati dan dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab. Dengan berpegang teguh kepada norma Pancasila, maka
segala tantangan akan dapat diatasi. Demikian juga tantangan untuk menjadikan manusia
dan masyarakat Pancasila akan dapat diatasi asalkan Pancasila tetap dipakai sebagi norma,
karena Pancasila bersifat normatif. Dalam masyarakat Pancasila harus dapat membuahkan
manusia dan masyarakat Pancasila. Mengenai Pancasila sebagai normatif Bangsa
Indoensia, Sunoti (1985) menyatakan :

Bagi Bangsa Indonesia Pancasila merupakan kenyataan dan kebenaran yang berasal
dari mereka sendiri dan yang telah mereka terima sebagai filsafat dan pandangan hidup
mereka. Karena itu bagi Bangsa Indonesia, Pancasila adalah suatu postulat. Sebagai suatu
postulat maka Pancasila merupakan ukuran bagi seluruh kegiatan masyarakat, kenegaraan

4
dan perorangan. Sebagai ukuran Pancasila mempunyai kedudukan yang jelas dan tegas dan
berdiri tegak serta mandiri di tengah-tengah berbagai aliran kefilsafatan. Oleh karena itu
dalam hal baik-buruk yang berlaku di Indonesia menggunakan Pancasila sebagai ukuran
adalah tepat.

Pancasila sebagai norma berarti pula Pancasila tersebut sebagai garis pengaruh.
Istilah garis pengarah maksudnya menunjukkan adanya suatu tujuan atau arah tertentu,
arah itulah yang akan dituju bangsa Indonesia agar tidak keliru arahnya dan tidak tersesat
ke suatu yang tidak dikehendaki maka perlu adanya petunjuk atau pengarah. Petunjuk ini
ada dimaksudkan agar tetap berjalan di garis lurus menuju arah yang sudah ditentukan.
Karena tujuan yang hendak di capai adalah masyarakat adil dan makmur materiil spiritual
berdasarkan Pancasila, maka Pancasila adalah tepat sekali sebagai garis pengarah.

Pandangan hidup suatu bangsa merupakan suatu masalah yang sangat asasi bagi
kekokohan dan kelestarian suatu bangsa. Patutlah bangsa Indonesia merasa bangga
mempunyai pandangan hidup yang dinamakan Pancasila itu. Dalam ketetapan MPR-RI No
2/MPR/1978, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara RI, dan sekaligus menjadi
tujuan hidup bangsa Indonesia, ditegaskan oleh Panggabean (1981) demikian:

Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran, cita-cita moral yang
meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berurat akar di dalam kebudayaan yang
mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai kebahagiaan jika dapat
dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia dengan
masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan manusia

5
dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan
rohaniah.

Kekuatan manusia pada hakikatnya tidak terletak pada kemampuan fisiknya atau
kemampuan jiwanya semata-mata melainkan kemampuan manusia itu terletak dalam
kemampuannya bekerja sama dengan manusia lainnya, dengan manusia lainnya dalam
masyarakat itulah manusia menciptakan kebudayaan, manusia mempunyai arti bila dapat
hidup di antara manusia lainnya atau tanpa hidup bermasyarakat,seseorang tidak akan
dapat berbuat apa-apa. Pancasila memandang bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai
jika dapat dikembangkan hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara manusia
dengan masyarakat. Karena itu Pancasila harus diamalkan dalam kehidupan nyata seharihari baik dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan kemasyarakatan maupun dalam
kehidupan kenegaraan. Dan untuk mewujudkan pengamalan Pancasila itu haruslah semua
pihak dari warga bangsa Indonesia seperti yang dituliskan oleh Panggabean (1981) guna
melestarikan keampuhan dan kesaktian Pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan
terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya oleh
setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah.

Pancasila menempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan martabatnya sebagai


makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sangat memerlukan kasih sayang, harga diri,
pengakuan dan tanggung jawab positif, tanggapan-tanggapan emosional yang sangat
penting artinya bagi pergaulan dan kesejahteraan hidup yang sehat dan dalam pergaulan
antara manusia dengan masyarakat dirasa perlu adanya asas hukum atau norma yang
mengatur baiknya hubungan manusia ini, boleh dikatakan: perbedaan antara pokok
kemasyarakatan dengan asas hukum di dalam negara ialah bahwa yang pertama

6
mendasarkan diri pada kehidupan dan hubungan antar manusia di dalam masyarakat secara
konkret, sedangkan asas hukum merupakan bentuk kaidah atau norma hukum yang abstrak
yang mengatur hubungan manusia dalam masyarakat itu secara normatif.

Sesama manusialah yang menjadi titik tolak dari usaha untuk memahami manusia itu
sendiri, manusia dan masyarakat dan manusia dengan segenap lingkungannya dimana
hidup. Manusia yang hendak dipahami bukanlah manusia yang luar biasa melainkan di
samping manusia yang memiliki kelemahan-kelemahan juga kekuatan, manusia yang
memiliki kemampuan-kemampuan juga memiliki keterbatasan, yang memiliki sifat-sifat
baik, namun juga memiliki sifat yang kurang baik. Karena sifat sifat manusia itu,
seseorang perlu memiliki pedoman atau normatif etis yang dapat disepakati bersama dalam
masyarakat.

Bangsa Indonesia telah dihantar oleh Tuhan untuk bertindak bijaksana, dengan
menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Berkat Tuhan itu memberi arti bahwa
Pancasila itu sebagai asas Bangsa Indonesia untuk bernegara, bermasyarakat dan
berbangsa. Ini merupakan norma yang cukup fleksibel juga berarti keharusan yang bersifat
tuntutan-tuntutan yang sepantasnya ditaati. Dengan artian inilah yang dipakai kata cretaria
(norma), dengan norma moral orang dapat mengukur dan menilai kebaikan atau keburukan
suatu perbuatan.

Pancasila sebagai etika normatif bangsa Indonesia maka diperlukan suatu rumusan
sebagai pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila yang sering dinamakan
Ekaprasetia Pancakarsa, Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa sansekerta.

Eka berarti satu atau tunggal, Prasetia berarti janji atau tekat dan Panca berarti
lima serta Karsa berarti kehendak yang kuat. Dengan demikian arti Ekaprasetia Pancakarsa

7
adalah tekat yang tunggal untuk melaksanakan 5 kehendak. Hubungannya dengan Tap
MPR II/MPR/1978, maka lima kehendak yang kuat adalah kehendak untuk melaksanakan
kelima sila dari Pancasila. Tekat yang tunggal karena memang tekat itu sangat kuat tak
tergoyahkan.

Jelas bahwa Pancasila adalah etika normatif bagi bangsa Indonesia sebagai upaya
pemerintah untuk lebih memantapkan penghayatan dan pelaksanaan Pancasila itu agar
segenap warga negara Republik Indonesia tanpa terkecuali senantiasa menghayati dan
mengamalkan Pancasila. Butir-butir Pancasila merupakan wujud ringkas penjabaran dari
kelima sila dari Pancasila yang sekaligus sebagai petunjuk normatif Bangsa Indonesia serta
juga sebagai asas untuk bernegara,bermasyarakat dan berbangsa.

Di dalam buku kecil pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (1978)


dalam sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, pada alinea ketiga dan
empat ditegaskan :

Demikian pula perlu dipupuk sikap memberikan pertolongan kepada orang yang
memerlukan agar dapat berdiri sendiri. Dengan sikapnya yang demikian ia tidak
menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha hal negatif terhadap orang lain, juga tidak
untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan hidup mewah serta perbuatan lain yang
bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. Demikian juga dipupuk sikap
menghargai hasil karya orang lain. Yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama, kesemuanya itu dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan keadilan sosial.

8
Etika Kristen merupakan dinamisasi dan tujuan untuk kemuliaan Tuhan saja. Etika
Kristen bukan merupakan kesimpulan yang dibuat oleh para anthropolog dan sosiolog,
karena etika Kristen tidak hanya membahas masalah sosial saja, melainkan juga masalah
keselamatan manusia sebagai makhluk sosial. Karena yang dibutuhkan bukanlah
anthropologia ilmiah, melainkan perbuatan yang bertanggung jawab. Seperti pernyataan
Abineno (1983) :

Sebab yang dibutuhkan umat manusia dewasa ini bukanlah suatu antropologi
ilmiah yang abstrak dengan suatu etika di sampingnya, tetapi suatu antropologi sebagai
etika. Soal tentang pengetahuan dari manusia adalah serentak juga soal tentang perbuatan
yang bertanggung jawab daripadanya.

Dijelaskan bahwa etika Kristen tidak hanya membahas masalah sosial saja,
melainkan juga masalah keselamatan umat manusia itu sebagai mahluk sosial, karena
keselamatan itu seharusnya merangkum seluruh umat manusia, kembali Abineno (1983)
menuliskan :

Keselamatan ini bukan hanya terbatas pada beberapa orang (pilihan) saja,
tetapi merangkumi seluruh umat manusia. Karena itu Kristus mengutus muridmuridNya ke dalam dunia untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa
(oikumene) dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus
(Matius 28:19). Tiap-tiap orang yang dibaptis adalah buah sulung dari ciptaan baru
yang dimulai di dalam Dia.

Norma etika hierarki merupakan prinsip etika yang dapat diandalkan dalam etika
Kristen, karena mempunyai nilai moral yang lebih tinggi serta dapat diterapkan secara
logis dan manusiawi.

9
Norma-norma budaya tidak dapat dianggap sesuatu yang mutlak di dalam
pendidikan Kristen. Namun perlu diingat bahwa demokrasi adalah sebagian dari warisan
Alkitabiah dan berpangkal dari hubungan manusia terhadap Allah yang telah menciptakan
selaku manusia yang merdeka.

Cully (1976) menuliskan :

Tapi norma bagi pendidikan Kristen adalah Allah sendiri, yang dinyatakan dalam
Yesus Kristus. Kabar baik bahwa Allah telah menebus umatnya melalui pribadi dan karya
Yesus Kristus, Anak-Nya, adalah pengakuan yang sentral dari orang-orang Kristen
sepanjang abad-abad. Oleh sebab itu isi dan metode asuhan Kristen harus ditetapkan dalam
hubungan dengan Dia. Norma gereja letaknya dalam satu oknum historis, yang serentak
adalah Kepala bagi masa sekarang dan pengharapan bagi masa yang akan datang dan
kekekalan. Ia suatu norma obyektif, sebab keberadaannya adalah lebih dari pada hasil
rumusan hati dan akal-budi manusia-manusia.

Melihat sejarah nasional dalam terang sejarah suci, dan tujuan nasional dalam
terang tujuan-tujuan Allah yang kekal. Norma etis Kristen dapat dijalankan secara
demokratis di antara manusia-manusia hanya apabila anggota-anggotanya masing-masing
hidup dan berada dalam suatu ikatan yang mendalam terhadap norma mereka, yakni
pribadi Tuhan Yesus Kristus itu.

10
Kehidupan umat Kristen senantiasa dituntut untuk menjadi teladan bagi sesamanya,
dengan demikian diperlukan ciri-ciri khas tabiat Kristen, yaitu :

1. Integritas : Kelakuan moral yang berakar dalam identitas penuh dan utuh. Hidup
perlu arah yang tunggal agar tidak disesatkan oleh pengaruh-pengaruh yang
berlainan. Integritas bertentangan dengan sikap munafik, yaitu ke tidak sesuaian
antara sikap lahiriah yang kelihatan dan sikap batin yang tidak kelihatan.

2.

Pengertian tentang kehendak Allah dan kepekaan kepada apa yang baik. Kepekaan
akan memampukan orang mengambil keputusan yang tepat tentang kasus tertentu.
Kepekaan menolong orang membedakan antara unsur-unsur yang kurang penting.
Sedangkan pengertian etis kita mengenai kasus tertentu senantiasa dipengaruhi oleh
norma-norma. Pengalaman keselamatan memampukan kita melihat kehidupan
dengan pandangan yang berbeda. Misalnya kepentingan sesama akan menjadi lebih
penting daripada kepentingan diri sendiri.

3. Kebajikan-kebajkan. Kebajikan kebajikan Kristen bukanlah kumpulan sifat-sifat


yang berbeda-beda melainkan membentuk suatu kesatuan. Semua berakar dalam
kehidupan yang dipusatkan pada Tuhan. Dalam teologia Kristen sifat-sifat baik dari
orang Kristen memang sering disebut suatu kebajikan.

4. Serupa dengan Kristus Yesus. Serupa dengan Kristus Yesus, berarti mengikuti
Kristus Yesus, mentaati-Nya sebagai Tuhan Allah. Dengan demikian Tuhan Yesus
Kristus mempunyai wibawa mutlak sebagai pengajar dan sebagai teladan. Karena
itu, kita sebagai pengikut Kristus Yesus harus mempunyai pusat kehidupan yang
tidak terikat oleh dunia ini, melainkan senantiasa mengikuti Kristus saja. Baik

11
dalam pola kehidupan, kasih dan perhatian. Demikianlah beberapa ciri-ciri tabiat
umat Kristen yang patut dilaksanakan dalam kehidupan di dunia ini.

Mempelajari mengenai undian dan etika dari segi umum dan Alkitab,
sebenarnya dapat disimpulkan bahwa saran utamanya ternyata sebenarnya tidaklah
hanya kepada tanda yang bernama undian itu. Melainkan kepada manusianya yang
melaksanakan bahwa undian itu bermasalah atau tidak.

Telah jelas dari segi umum sistem undian digunakan dalam dua sifat :

1. Dapat digunakan secara positif

2. Dapat digunakan secara negatif (perjudian/taruhan)

Sedangkan dari pengertian Alkitab, secara sederhana undian itu dapat digunakan
dua hal juga, yaitu :

1. Dapat digunakan untuk menentukan kehendak Tuhan bagi umatnya, atau


bagaimana pembagian tanah perjanjian hendak dibagikan.

2. Dapat digunakan juga untuk perjudian masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai