Anda di halaman 1dari 10

1|SEKOLAH TINGGI BIBELVROUW HKBP LAGUBOTI

Nama : Servi Permawati Simangunsong

NIM : 2020.001.1552

Mata Kuliah : Injil Dan Kebudayaan

Dosen Pengampu : Bvr. Tiarma, M. Th

PASAHAT ULOS TONDI DI DALAM ADAT BATAK


I. Pendahuluan
Didalam budaya batak Ulos adalah Ulos adalah salah satu benda seni budaya Batak yang
memiliki nilai yang tinggi sehingga wajar apabila sabagai orang Kristen, kita turut
menghargai dan memanfaatkannya dalam ritus-ritus kehidupan dan kemasyarakatan kita. Itu
tandanya bahwa kita merupakan suku atau bangsa yang beradab dan tahu menghargai nilai-
nilai seni budaya suku atau bangsanya. 1

Di dalam budaya batak, ada banyak budaya adat salah satu nya adalah pasahat ulos tondi.
Adat ini dilakukan setelah acara pernikahan nikah di Gereja sudah selesai dengan baik. Pesta
adat sudah selesai danberjalan dengan baik. Sesudah beberapa lama ditinggal bersama
orangtua keluarga yang baru ini dipajae (mandiri) oleh orang tua mereka. Setelah 6/7 bulan
berjalan dengan baik keluarga ini, maka yang di idam-idamkan setiap pasangan. Di dalam
bahasa Batak disebut "manggora ma pamuro". Artinya, si ibu muda sudah berbadan dua atau
hamil, menunggu kelahiran anaknya yang pertama. Berita suka ini segera tersebar kepada
seluruh keluarga dan teman-teman. Orang tua si ibu muda ini sangat bergembira, bahwa
putrinya sebentar lagi akan menjadi ibu dan mereka menjadi ompung, kakek dan nenek. 2

Sebagaimana adat yang biasa dilakukan, untuk menyongsong cucu atau bere yang akan
lahir, maka mereka pihak hula-hula ini, membicarakan kapan mereka akan mengunjungi boru
dan helanya untuk memberikan Ulos Tondi Ulos Mula Gabe. Istilah Ulos Tondi tidak perlu
harus diganti dengan istilah baru "Ulos Mula Gabe". Istilah baru ini hanya berfungsi sebagai
penjelasan akan istilah aslinya "Ulos Tondi". Berkali- kali kita jumpai dalam Alkitab atau
istilah "PIR MA TONDIM" dan seterusnya.Sementara itu orang tua dan kerabat dekat dari si
calon bapa menyambut berita sukacita itu. Lalu secara resmi memberitahu kepada pihak hula-
hula. Disana dirembukkan apakah pihak paranak yang harus datang mangalap/manjalo Ulos

1 G.M.P. Simangunsong, Firman Dan Adat, (Jakarta Timur: Gematama,2008),97.


2 R.H.P Sitompul, Ulos Batak Tempo Dulu- Masa Kini, (Jakarta: KERABAT,2009), 63.
2|SEKOLAH TINGGI BIBELVROUW HKBP LAGUBOTI

Tondi atau pihak hula-hula yang mendatangi pihak paranak untuk acara tersebut. Hal ini
memang perlu dimufakati bersama. Biasanya pihak hula-hula yang datang ke rumah
hela/borunya "Di jabu ma dijalo pasu-pasu dohot ulos".Kita menerima ulos serta pasu-pasu di
tengah rumah kita sendiri.3

Ulos Tondi/Ulos Mula Gabe merupakan curahan harapan dan doa orang tua pada saat
putrinya akan menghadapi kelahiran anaknya yang pertama. Apa yang telah kita paparkan
merupakan adat kebiasaan di daerah Silindung dan Humbang. Hingga saat ini acara
pasahat/manjalo Ulos Tondi/Ulos Mula gabe, masih exis dan terpelihara dengan baik. Namun
perlu kita tetap jaga, agar setiap laku dan kata sesuai dengan iman ke- Rohanian kita. Di
daerah Toba agak sedikit lain, baik istilah maupun pelaksanaannya. Tapi sasaran dan
tujuannya sama yaitu memberi semangat kepada calon ibu muda untuk menghadapi kelahiran
anak pertamanya. Istilah di sana disebut mambosuri atau manggirdak/mangurpak. Hula- hula
datang ke rumah hela/borunya yang sudah denggan pamatangna atau hamil 7 bulan dengan
membawa dengke mas seolah-olah mangupa memberi semangat kepada borunya. 4

Menurut masyarakat batak bahwasanya pemberian ulos tondi ini 100 % dilakukan.
Menurut Ibu H. Sitinjak bahwa Ulos Tondi/Ulos Mula Gabe, wajib dilakukan karena itu
sebagai simbol keselamatan pada saat melahirkan dan diberikan oleh orangtua untuk anak
perempuan nya yang sedang mengandung 7 bulan, dan ini wajib dilakukan untuk anak
pertama, karena sudah terjadi sejak dahulu pada zaman nenek moyang.5

Menurut Bapak A simangunsong, pemberian ulos tondi ulos Mula Gabe ini diberikan
kepada seorang ibu yang sudah menikah dan akan melahirkan seorang anak sulung, dan
sesuai dengan adat batak ini wajib dilakukan pada saat 7 bulanan.6

Menurut Ibu Rismauli Tambunan, pemberian ulos tondi/ulos Mula Gabe diberikan untuk
Ibu yang akan melahirkan anak pertama dan diuloskan ketika acara 7 bulanan, dan ketika
ulos ini tidak berikan maka akan sulit pada saat melahirkan. Maka ulos tersebut wajib di
berikan, itu juga bermakna untuk membuka jalan untuk adik nya di suatu saat nanti.7

Menurut Ibu Riana Pasaribu, dalam pemberian ulos tondi/ulos Mula Gabe, tidak wajib di
lakukan, dan itu tergantung kesepakatan keluarga, bahkan pada saat ia melahirkan anak

3 Ibid., 64.
4 Ibid.,67.
5 Sitinjak Hotdina, wawancara oleh penulis via Whatsapp, 20 Oktober 23, pukul 21.00 wib.
6 Simangunsong Anggiat, wawancara oleh penulis via Whatsapp, 20 Oktober 23, pukul 21.00 wib.
7 Tambunan Rismauli, wawancara oleh penulis via Whatsapp, 26 Oktober 23, pukul 10.40 wib
3|SEKOLAH TINGGI BIBELVROUW HKBP LAGUBOTI

pertama ia tidak melakukan pemberian ulos tondi/ulos Mula Gabe, karena menurut nya
keselamatan hanya dari Allah Tri tunggal. 8

II. Rumusan Pembahasan


1. Bagaimana Pemberian Ulos Tondi Menurut Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru?
2. Pengertian Ulos Tondi menurut Ahli atau Teolog
3. Bagaimana Pemberian Ulos Tondi Masa Kini?
4. Makna Ulos Tondi (Mula gabe)
III. Pembahasan
3.1. Pengertian Tondi

Menurut Kamus Batak Toba Indonesia, Tondi Merupakan roh, jiwa, sukma manusia,
kepribadiannya (tondi) terjadi sewaktu manusia masih berada dl rahim ibu dan menentu- kan
takdir, nasibnya kemudian; tondi ini terdiri di samping tubuh yg sering ditinggalkan yg
menyebabkan manusia menjadi sakit; itulah sebabnya orang memberikan persembahan
kepada (tondi) ini dan berikhtiarkan agar dia berbaik hati: mangalap-mencari tondi orang
sakit yg meninggalkannya dan dng persembahan mengajaknya supaya datang kembali; ulos
ni-sehelai ulos yg dipersembahkan kepada tondi disimpan sbg ulos yg berharga; manusia
mempunyai tujuh tondi: - sigomgom semangat sebenarnya yg tidak boleh meninggal- kan
manusia bila ia hendak hidup; sijungjung roh (tondi) yg melindungi manusia;- -sipalospalos
roh jahat yg menyebabkan sakit;-sibahota yg bekerja; sipalilohot roh yg membuat orang gabe;
-siparorot; - saudara atau saudara marorot, saudara sang- gapati roh (tondi) ini berkediaman
di tempat ari-ari ditanam dan selalu mengingatkan manusia.9

Lalu biasanya Manusia dianggap memiliki tondi (zat yang tidak tampak). Sebutan
tondi biasanya diterjemahkan dengan kata "roh". Tondi ini menyertai seseorang selama
hidupnya, namun jika orang yang bersangkutan menderita sakit, ia meninggalkannya selama
penyakit belum sembuh. Dan orang yang sudah meninggal akan meninggalkan jasad untuk
selama-lamanya jika orang itu mati, sehingga ia menjadi tondi ni na mate (roh orang yang
meninggal).10

8 Pasaribu Riana, wawancara oleh penulis via Whatsapp, 26 Oktober 23, pukul 10.40 wib
9 J Warneck, Kamus Batak Toba Indonesia, (Medan: Bina Media,2001).352.
10 JC. Vergouwen, Masyarakat Dan Hukum Adat Batak Toba,(Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara,1986).91
Pasaribu Riana, wawancara oleh penulis via Whatsapp, 26 Oktober 23, pukul 10.40 wib
10 J Warneck, Kamus Batak Toba Indonesia, (Medan: Bina Media,2001).352.
4|SEKOLAH TINGGI BIBELVROUW HKBP LAGUBOTI

Dapat disimpulkan ada banyak fenomena dari konsep ini bahwa tondi dianggap
sebagai wujud yang bebas dan memiliki kemampuan untuk bergerak keluar dari jasad. Lalu
tondi ini digambarkan mempunyai kemampuan untuk bergerak keluar dari jasad seseorang di
saat seseorang sedang tidur. Dia dapat berjumpa, antara lain, dengan begu, dan dapat
melakukan komuni kasi. Jika hal-hal ini benar-benar terjadi pada tondi maka orang yang tidur
itu dapat mengingat kembali semuanya di saat dia bangun, dan dia juga dapat memahami arti
yang terdapat dalam tondi nya. Jika seseorang ingin tahu apakah ia harus melakukan sesuatu
atau sebaliknya, tidak melakukan sesuatu, misalnya, bagian mana dari tanah hutan yang harus
di- pilihnya untuk dibabat atau gadis manakah yang harus dipinang untuk dikawininya, maka
ia pun pergi tidur dan memohon "wangsit" dalam tidurnya (marmanginang nipina). 11

Ia memisahkan tikar yang ditidurinya dari tikar lainnya, membungkus diri dengan
pakaian khusus, menempatkan beras dan tanam-tanaman (atau benda-benda yang
mengandung kekuatan mistik) misalnya di bawah bantal, lalu disertai mantera yang sesuai
dan memanjatkan doa (tonggo-tonggo), kepada dewata dan roh, terutama roh leluhur yang
terlebih dahulu mendahuluinya, dengan tujuan agar ia diberi mimpi yang dapat di- pahami
pikirannya (rola), dan disetujui oleh tondi-nya (sipeopon ni roha/sijanghonon mi tondi). Dia
memohon agar tidak ada orang yang dengan tiba-tiba mengganggu tidurnya karena hal ini
bisa membuat dia jatuh sakit. jika hal ini sampai terjadi padahal tondinya berada di luar
jasadnya dan dia tidak dapat kembali pada waktunya maka Begu akan menguasai dan
membelenggunya.12

3.2. Pemberian Ulos Tondi Menurut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Alkitab tidak berbicara apa pun tentang Ulos dalam arti benda atau materi. Memang
Alkitab berbahasa Toba banyak menggunakan kata Ulos, baik dalam Perjanjian Lama
maupun dalam Perjanjian Baru. Namun kata itu hanya berkonotasi pada pakaian sehari-hari
sebagai bahan sandang kebutuhan manusia, dan bukan sebagai Ulos dalam hubungannya
dengan adat, budaya atau tradisi khusus. Jika dalam terjemahan Toba kita temukan
pemakaian kata Ulos, maka dalam terjemahan Alkitab bahasa Indonesianya digunakan kata:

10 JC. Vergouwen, Masyarakat Dan Hukum Adat Batak Toba,(Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara,1986).91

11 Ibid., 92.
12 Ibid.,92.
5|SEKOLAH TINGGI BIBELVROUW HKBP LAGUBOTI

pakaian yang menunjuk pada arti sandang, misalnya dalam kitab Ester 6: 11; Mazmur 45:9;
Amsal 31:25; Yesaya 52: 1; 59: 17; Yeremia 38: 12; Markus 9:3; 11: 8 dan lain-lain.13

Oleh karena itu nats Alkitab sendiri tidak mungkin kita jadikan sebagai pedoman
untuk menilai baik-buruknya penggunaan (yakni penerimaan dan pemberian) Ulos Batak ini.
Hal itu bukan berarti bahwa Alkitab (Firman Tuhan) tidak mampu menyoroti penggunaan
ulos. Yang kita maksudkan ialah bahwa penggunaan ulos hanya dapat kita soroti dari
perspektif lain, seperti misalnya dari sudut theologia, dogma, religi (ilmu agama), yang
kesemuanya itu dihimpun menjadi iman Kristen.14

Iman Kristen tetap menghargai setiap hasil kreasi dan budi daya pikiran manusia.
Karena kita tahu sejak kelahiran manusia pertama (Adam dan Hawa) Allah telah memberi
mandat dan kemampuan bagi manusia untuk mengolah dan mengelola alam semesta beserta
dengan segala isinya (Kejadian 1:28). Dalam nats itu jelas adanya kehendak dan rencana
Allah untuk menjadikan manusia sebagai makhluk berbudaya, dalam arti yang luas:
mengembangkan ilmu pengetahuan, penelitian terhadap alam semesta, darat, laut, udara,
ruang angkasa, pemgembangan ilmu teknik dan teknologi, rekayasa medis, genetika, industri,
pembuatan mesin-mesin (termasuk mesin pintal benang untuk memproduksi bahan pakaian
jadi dan juga Ulos). Hasil-hasil dari semua kesanggupan manusia inilah yang dimaksudkan
dengan budaya manusia.15

Amanah Allah dalam Kejadian 1: 28 ini ternyata terus berkembang bahkan dengan
sangat cepat sekali. Anak-anak Adam, yakni Kain dan Habil mengembangkan teknik
pertanian. Seterusnya dalam ayat berikutnya kita lihat Yabal, mengembangkan teknologi
pembuatan rumah dan pemeliharaan ternak, sedangkan adiknya yang bernama Yubal,
mengembangkan teknik bermain dan membuat alat-alat musik seperti: kecapi dan suling.
Tubal-Kain menjadi pelopor dan bapak segala teknologi yang menggunakan tembaga dan
besi (Kejadian 4: 20-22). Dalam kejadian 6: 15 teknologi itu berkembang lagi lebih
spektakuler ketika Nuh berhasil membuat sebuah bahtera dengan ukuran raksasa, yang dapat
memuat manusia dan segala jenis hewan dan binatang hidup. (Pdt. Rudolf Pasaribu). Ulos
Tondi adalah nama Ulos yang diberikan pihak Hula-hula kepada borunya setelah kawin dan

13 G.M.P. Simangunsong, Firman Dan Adat, 84.


14 Ibid., 85
15 Ibid.,85.
6|SEKOLAH TINGGI BIBELVROUW HKBP LAGUBOTI

hendak melahirkan anak pertama yang disebut Buhabaju. Jadi seorang ibu menerima Ulos
Tondi sekali dalam hidupnya. Adat ini umumnya berlaku di Silindung dan Humbang. 16

3.3. Acara Pasahat Ulos Tondi( Ulos Mula Gabe)

Rombongan Hula-hula dengan membawa dengke simudur- mudur dohot indahan


Nalas datang ke rumah boru/hela. Ulos Mula Gabe boleh dipilih antara Ulos Ragi Idup, Ragi
Hotang,... Ulos "Sadum" (?). Ada yang mengatakan bahwa Sadum bukan ulos adat, tapi
adalah Siantal atau Selendang. Bagaimana pendapat Tua- tua?. Ulos Sadum ini sangat indah
sehingga diminati banyak wanita Batak ?!. Hal ini seturut dengan pendapat agar Ulos Tondi
diberikan oleh Hula-hula sesuai dengan permintaan/keinginan borunya. Setelah Hula-hula
tiba di rumah boru/helanya, disambut oleh keluarga hela dan saudara-saudara terdekat; Orang
tua, bapak tua/uda. Acara seperti ini, pasahat Ulos Tondi/Ulos Mula Gabe tempo dulu
dilaksanakan "diparnakkok ni mata ni ari" kira-kira jam 10.00-12.00 pagi. Harapannya asa
"nakkok hagabeon dohot parhorasan".17

Jalannya acara sesudah duduk semua, secara berhadap- hadapan antara Hula-hula
dengan keluarga Hela/Boru. Paranak mempersembahkan Tudu-tudu ni Sipanganon. Parboru
menyampaikan dengke Simudur-udur. Lalu doa makan bersama. Nasi sepiring disediakan
khusus untuk si calon ibu. Ibunya didampingi Bapak menyuapi borunya disertai dengan
dengke, memberi minum, masing- masing sampai 3 kali suap.18

Hatana :

Humeme ho inang boru hasian asa tung bosur ma ho. Jalo ma dengke sitio-tio,
mamitta tiur dalan boluson tio aek dapoton. Inum ma aek sitio-tio on asa tio parnidaan mu
tujoloan on.Botima !.

Lalu makan bersama dimulai dengan doa makan. Setelah selesai makan bersama
dilanjutkan marhata gabe- gabe. Hata pasu-pasu berupa umpasa/umpama dapat dipilih dari:

1. SAJONGKAL URAT NI RI TOLU JONGKAL URAT NI SINGKORU ULOS MULA GABE NA HUPASAHAT HAMI
MANGULOSI ANAK DOHOT BORU.

2. HABANG BINSAK-BINSAK HABANG AMBAROBA TIBU MA RO NA TAPAIMA SAHAT MA NA HINIRIM NI ROHA

3. BONA NI AEK PULI DIDOLOK NI PURBATUA SAI TUBU MA ANAK NA ULI DOHOT BORU NA MARTUA

16 Ibid.,85
17 R.H.P Sitompul, Ulos Batak Tempo Dulu- Masa Kini,67.
18 Ibid., 68.
7|SEKOLAH TINGGI BIBELVROUW HKBP LAGUBOTI

4. EME SITAMBA TUA PARLINGGOMAN NI SIBOROK TUHANTA DO SILEHON TUA TANGKAS MA HAMU
DIPAROROT.19

3.3. Pengertian Ulos Tondi menurut Ahli atau Teolog

Menurut C.B. Tampubolon Glr. O. R. Boksa II (bukan: Ulos ni Tondi). Arti Ulos
Tondi ini ialah mangulosi tondi, agar sehat ba daniah dan jasmaniah, sampai pada kelahiran
anak pertamanya itu yang juga diharapkan akan selamat dan sehat, selamat ibunya dan
selamat yang baru lahir.20

3.4. Bagaimana Pemberian Ulos Tondi Masa Kini

Suku bangsa Batak merupakan salah satu dari sedikit Suku Bangsa di dunia yang
telah mengamalkan peradaban suku bangsanya sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Ulos
adalah salah satu unsur budaya peradaban dunia yang mungkin hanya dimiliki oleh 24 suku
bangsa di bumi ini. Dari 3 elemen kehidupan budaya diatas, maka "ulos" selalu
dimunculkan dalam acara adat budaya yang makna penyematan ulos adalah :

1 Simbol persaudaraan, karena kedua belah pihak telah saling diikat kasih persaudaraan.

2. Simbol penghargaan, bahwa si pemberi ulos berpendapat hubungan kekerabatan yang


sudah terjadi telah didasari sikap saling menghargai.

3. Simbol pengharapan spiritual dari kelompok pemberi ulos yang mengharapkan kasih
karunia Tuhan Illahi bagi kesejahteraan keluarga penerima ulos, baik dalam kesehatan,
tetapi juga terhadap anak/cucu penerima ulos.21

3.5. Makna Ulos Tondi (Mula gabe)

Pada zaman dahulu kala kehidupan masih sangat sederhana. Manusia belum
memperhatikan kesehatan, tidak mengerti apa itu makanan bergizi. Akibatnya sakit dan
penyakit merajalela di mana-mana. Apa yang kita kenal Puskesmas, Rumah Sakit, Rumah
Bersalin, dan sebagainya, belum ada sama sekali, sehingga presentase kematian sangat tinggi.
Termasuk pada anak- anak, terlebih pada ibu muda yang menanti kelahiran anaknya yang
pertama.22

19 Ibid., 68.
20 G.M.P. Simangunsong, Firman Dan Adat, 86.
21 R.H.P Sitompul, Ulos Batak Tempo Dulu- Masa Kini, 6
22 Ibid., 64.
8|SEKOLAH TINGGI BIBELVROUW HKBP LAGUBOTI

Kekhawatiran dan rasa was-was menghantui setiap ibu muda yang akan menghadapi
kelahiran anaknya. Tambahan pula, dari teman-teman wanita yang terdahulu kawin
mengalami kematian yang sangat tragis, tanpa ada usaha yang kongkrit dari sanak-saudara
bahkan orang tua. Mereka bukan tidak disayang, mereka bukan tidak peduli, tapi..tidak ada
yang bisa dilakukan. Si ibu muda yang sedang berjuang melawan cengkraman maut, hanya
disaksikan dengan penuh harap kepada Mulajadi Nabolon. Adapun sibaso yang biasa
membantu seorang ibu yang akan melahirkan, tidak dapat berbuat banyak. Pengetahuan
kesibaso-annya pun tidak memadai, jika tidak bisa dikatakan tidak mampu berbuat apa-apa.23

Hanya memegangi tangan, kepala atau tubuh si ibu yang akan bersalin. Itulah
sebabnya presentase meninggal pada waktu melahirkan anak pertama sangat tinggi jika
dibandingkan dengan zaman modern sekarang ini. Jadi, saat-saat tegang, khawatir dan rasa
was-was itulah diperlukan pendamping si ibu yang menunggu kelahiran anaknya yang
pertama. Ibu kandung dari si ibu muda ini menjadi tumpuan harapan segala-galanya bagi
seseorang dalam keadaan yang paling gawat sekalipun. Apalagi ada kelainan pada si ibu
muda, permasalahan akan semakin gawat, dia meraung-raung terus dan kesakitan akibat
pendarahan ??. Ibunya memeluk erat-erat sambil mengusap-usap kepalanya sambil berkata
"Digomgom tondikku doho inang Sedikit demi sedikit semangatnya timbul kembali dan
Mulajadi Nabolon yang dipercayai, Maha Kuasa dan Pengasih memberi kekuatan dan
pemulihan dan ..."ngoak ...ngoak...ngoak...!!!. Si ibu muda sudah berhasil melewati saat-saat
yang paling kritis. Kini anaknya sudah lahir dan berngoak-ngoak pertanda selamat dan horas
"nunga tiur haroan".24

Semua bergembira si ibu tua menangis terharu memeluk si ibu muda dan berkata,
HORAS NA RO HORAS NIDAPOTNA. Kini sibaso yang sibuk membereskan dan
membersihkan hingga persalinan rapi. Si bayi dibungkus kain lampin. Mereka tidak
mengenal apa yang dikatakan popok, gurita, selimut dan sebagainya. Kesemuanya peran
orang tua Si ibu muda yang akan melahirkan merupakan aplikasi/hataridaan daripada Ulos
Tondi dalam Bibel tercatat (Parjamita 9:7) "Pir ma tondim" (tegarlah jiwamu).25

Jadi istilah Ulos Tondi tidak terlalu salah. Dikarenakan tua-tua sudah sepakat dengan
istilah baru "Ulos Mula Gabe" sebagai pengganti istilah Ulos Tondi. Yang artinya, ulos pasu-
pasu pada saat kehamilan pertama (permulaan gabe/punya anak). Demikianlah makna

23 Ibid., 65
24 Ibid.,66.
25 Ibid., 66.
9|SEKOLAH TINGGI BIBELVROUW HKBP LAGUBOTI

daripada Ulos Tondi/Ulos Mula Gabe pada waktu dahulu kala. Memberi semangat dan
keyakinan kepada calon Si ibu, bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua akan
berjalan lancar. Ulos Tondi/ Ulos Mula Gabe merupakan curahan harapan dan doa orangtua
pada saat putrinya akan menghadapi kelahiran anak pertama.26

IV. Analisis

Upacara Pemberian Ulos Tondi merupakan upacara adat Sumatera Utara terutama di
Toba yang dilakukan untuk menyambut kedatangan seorang anak bayi yang baru saja lahir di
kepercayaan masyarakat Batak yang dilakukan kepada ayah dan ibu beserta bayi. Di upacara
ini ayah dan ibu akan diberikan kalungan kain ulos yang merupakan kain khas Batak sebagai
tanda penghormatan dan rasa syukur mereka kepada keluarga yang telah dianugerahkan
seorang anak bayi sebagai penerus keturunannya di masa yang akan datang.

Sejak semula masyarakat Batak Toba sudah memiliki adat dan budaya dalam mengatur
kehidupan dalam bermasyarakat, yang mengandung nilai-nilai moral yang tujuannya untuk
mempererat hubungan baik antar sesama, keluarga maupun masyarakat. Dan itu menjadi
Salah satu adat dan tradisi yang sampai sekarang dilakukan masyarakat Batak Toba adalah
dalam pemberian ulos tondi kepada ibu yang mengandung anak pertama. lalu Masyarakat
Batak memahami ketika anak perempuannya sedang mengandung untuk pertama kalinya,
lalu orang tua dari pihak perempuan akan memberikan ulos tondi yang di yakini sebagai
tradisi orang batak, yang 97% dilakukan oleh masyarakat Batak Toba.

Ada juga yang memahami ulos tondi ini digunakan hula-hula sebagai media untuk berdoa
ataupun memberikan berkat kepada borunya. Tetapi beberapa jemaat tidak mengerti apa
sebenarnya maksud berdoa menggunakan ulos tondi sebagai media dalam berdoa yang
dilakukan oleh masyarakat Batak Toba yang dilakukan zaman leluhur terdahulu. Kemudian
beberapa jemaat juga memahami bahwa pemberian ulos tondi itu dilaksanakan supaya ibu
yang sedang mengandung juga anak yang dikandung tetap sehat, semangat dan selamat
sampai lahiran. Karena itu supaya tidak ada kekeliruan tentang arti dan makna serta esensi
dari ulos tondi.

26 Ibid., 67.
10 | S E K O L A H T I N G G I B I B E L V R O U W H K B P L A G U B O T I

V. Kesimpulan.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan Orang Batak dalam acara pemberian ulos
tondi kepada ibu yang sedang mengandung anak pertama, kemudian hula-hula atau orangtua
menggunakan ulos tondi sebagai media untuk berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan
memberkati bukanlah hal yang salah jika dipahami bahwa sumber berkat itu berasal dari
Allah, bahwa ulos tondi hanya digunakan sebagai media. Karena dalam Alkitab juga
khususnya dalam Perjanjian Lama jelas dikatakan bahwa pada zaman bapa leluhur mereka
sering berdoa atau berkomunikasi dengan Allah dengan menggunakan korban bakaran
sebagai media, dalam ajaran Lutheran juga berdoa menggunakan media tidaklah salah.

DAFTAR PUSTAKA

Simangunsong G.M.P., Firman Dan Adat, Jakarta Timur: Gematama,2008.


Sitompul R.H.P, Ulos Batak Tempo Dulu- Masa Kini, Jakarta: KERABAT,2009
Sitinjak Hotdina, wawancara oleh penulis via Whatsapp, 20 Oktober 23, pukul 21.00 wib.

Simangunsong Anggiat, wawancara oleh penulis via Whatsapp, 20 Oktober 23, pukul 21.00
wib.

Tambunan Rismauli, wawancara oleh penulis via Whatsapp, 26 Oktober 23, pukul 10.40 wib

Pasaribu Riana, wawancara oleh penulis via Whatsapp, 26 Oktober 23, pukul 10.40 wib
Warneck j, Kamus Batak Toba Indonesia, Medan: Bina Media,2001

Vergouwen JC, Masyarakat Dan Hukum Adat Batak Toba,Yogyakarta: LKIS Pelangi
Aksara,1986

Anda mungkin juga menyukai