Anda di halaman 1dari 3

KARL BART

Profil Karl Barth

Karl Barth Lahir pada tahun 1886 di Basel, Swiss. Ayahnya bernama Fritz Barth seorang
pendeta dan seorang mahaguru bidang Perjanjian Baru di Universitas Bern. Barth sangat
menghormati ayahnya.
Keinginannya untuk memperdalam teologi muncul ketika ia mengikuti pengajaran katekisasi
dari Robert Aeschbacher mengenai iman dan juga karena interessenya terhadap problema-problema
teologi. Keputusannya untuk memperdalam teologi mendapat dukungan dari orang tuanya.

Pada tahun 1904 ia menempuh ujian akhir sekolah menengah dengan kwalifikasi “baik”.
Nilai yang paling baik ia peroleh adalah bahasa Jerman, Yunani, Latin dan sejarah.

Kemudian ia meneruskan pendidikannya di sekolah teologi di Jerman. Pendidikan teologinya


sebagian besar ditempuh di Jerman pada berbagai universitas seperti Universitas Berlin, Tubingen
dan Universitas Margurg. Buku pertama yang menarik perhatiannya adalah buku filsuf Kant. Buku ini
sangat berpengaruh pada studinya. Sebagai mahasiswa ia juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan
mahasiswa di kampusnya. Setelah selesai pendidikan teologinya, ia kemudian kembali ke Swiss dan
diangkat menjadi pembantu pendeta di Genewa yang saat itu jabatan pendeta masih lowong, dan
setengah tahun kemudian diangkat menjadi Pendeta jemaat (1909-1911).

 Kemudian ia dipindahkan ke desa Safenwill sebagai pendeta jemaat (1911-1921). Jemaat di


Safenwill adalah petani dan buruh pabrik. Problema yang ia hadapi di Safenwill adalah terutama
masalah social. Ia sangat memperhatikan masalah ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat
Safenwill ini. Dalam khotbah dan ceramah-ceramahnya tema keadilan social selalu menjadi tema
yang sangat penting. Bahkan dalam buku-buku karyanya ia selalu mengangkat tema tersebut.

Karl Barth juga menunjukkan rasa perhatiannya ini dengan turut membantu
pengorganisasian perserikatan kaum buruh, memberi pelatihan-pelatihan seperti jam kerja,
perbankan dan buruh wanita serta memberi komentar pada peristiwa-peristiwa seperti halnya
pemogokan massal, konferensi sosialis di tingkat nasional dan internasional. Ia menjadi mahaguru di
Basel dan bekerja hingga akhir hidupnya. Ia meninggal pada tahun 1968.

B.     Ajaran/ Teologi Karl Barth

Pada abad ke 20, yang ditandai dengan kemajuan teknologi yang luar biasa (sekularisasi)
serta dibawah bayang-bayang perang dunia ke 1. Ia memikirkan bagaimana firman Allah dapat
menyapa manusia Kristen diabad itu. Ia berpikir bahwa teologi yang ia pelajari tidak dapat
menolongnya, sehingga ia berusaha untuk menemukan cara memberitakan firman yang lain.

Persoalan yang merisaukannya ialah dapatkah manusia berbicara tentang Allah?


Mungkinkah firman Allah itu dapat diucapkan oleh seorang manusia? Selain itu juga teologi abad ke
19, yang teologinya bertitik tolak dari manusia sudah tidak mampu menyampaikan firman Allah
kepada manusia, bahkan yang terjadi posisi Tuhan bergeser ke sudut-sudut saja.

Kemudian ia memulai teologinya dengan bertitik tolak kepada Tuhan Allah sendiri. Ia
memusatkan perhatiannya kepada Alkitab dan memakainya sebagai dasar pemberitaannya. Baginya
Alkitab mempunyai otoritas yang menentukan bagi seorang teolog. Seorang teolog harus tunduk
kepada Alkitab, bukan sebaliknya.

Pada tahun 1919 ia memberikan tafsiran Roma dan tahun 1921 mengalami cetak ulang.
Tafsiran Roma ini sering disebut dengan “bom ditempat bermain para teolog liberal”. Tafsiran ini
memberitakan hal-hal baru sama sekali. Ia membiarkan Paulus berbicara seakan-akan Paulus hidup
pada abad itu di dunia Eropa.

Barth sangan menekankan sifat eskatologis pemberitaan Injil. Injil adalah berita tentang hal-
hal yang akan datang, yang menentukan bagi tujuan akhir sejarah manusia. Injil sama sekali berbeda
dari segala macam filsafat atau agama yang terdapat ditengah manusia. Injilpun bertentangan
dengan segala macam kebudayaan.

Ia juga mengajarkan bahwa Allah berada ditempat yang sama sekali tidak terjangkau oleh
manusia. Allah berdiam di sorga dan manusia berdiam di bumi. Manusia tidak dapat
membelenggung Tuhan Allah. Dimana pun dan kapan pun manusia tak akan pernah menguasai
Tuhan. Tuhan Allah sama sekali lain daripada manusia. Tuhan Allah tidak terikat kepada Negara atau
ideology tertentu, bahkan sama sekali tidak terikat pada agama.

Teologi Barth mengungkapkan bagaimana manusia terus-menerus berusaha menguasai


Tuhan Allah demi kepentingan diri sendiri. Namun segala usaha itu akan diadili, dihukum dan datang
kepada krisis. Dalam teologinya ia sering mengulang-ulang kata krisis sehingga teologi Barth sering
disebut teologi krisis. Dan juga kadang-kadang disebut sebagai teologi diakletis. Hal ini karena
menurut Barth kita hanya dapat berbicara tentang Tuhan Allah secara dialektis. Artinya bahwa,
dengan mengatakan dua hal yang kelihatan bertentangan, tetapi satu sama lainnya tidak dapat
dipisahkan.

Dalam penguraian pandangan teologinya, Barth sangat menenkankan Kristus sehingga dapat
dikatakan teologi Kristologi. Kristologinya dimulai dari pra-eksistensi Kristus. Kristus menjadi sentral
dalam penguraian teologinya. Tuhan Allah telah menyatakan anugrahnya dalam Kristus. Tuhan Allah
mengikatkan diri-Nya dalam Kristus. Semua tindakan Allah dalam penyelamatan manusia dan dunia
bergantung dan berdasarkan pada anugrah-Nya dalam Yesus Kristus. Pemilihan manusia ditentukan
pada pemilihan Tuhan Allah terhadap Kristus. Allah memilih Kristus sekaligus Tuhan Allah memilih
manusia sebagai sekutunya.

Selain Hal diatas Barth juga sangan menekankan tentang dosa dalam pengajarannya.

C.    Peran Barth Dalam Perkembangan Gereja

Selain masalah teologi Barth juga sangat berperan dalam perkembangan gereja. Ketika Hitler
merebut kekuasaan di Jerman maka terjadi perpecahan dalam gereja di Jerman. Kelompok pertama
mendukung Hitler sebagai utusan Allah untuk menyelamatkan bangsa Jerman dan kelompok yang
kedua ialah kelompok orang-orang Kristen anti-Nazi. Mereka melihat bahaya dalam pemerintahan
Hitler. Dan pada tahun 1934 diselenggarakan sinode di Barmen yang mengeluarkan dalil-dalil
Barmen yang menolok pemerintahan Hitler. Karl Barth memegang peranan yang penting dalam
perumusan dalil-dalil tersebut. Akibatnya ia diusir dari Jerman dan kembali ke Swiss. Karya utama
Barth yang cukup terkenal adalah Church Dogmatics (dogmatika Gereja), suatu mahakarya
Protestan.

D.    Implikasi Dalam Pelayanan


Ide-ide Barth membawa kembali gereja-gereja pada tema-tema dosa dan kedaulatan
Allah.  Barth menekankan dan mendorong gereja-gereja pada pemahaman Alkitab yang serius,
khotbah-khotbah yang dinamis dan mengembalikan manusia pada pengertian kebutuhannya akan
Allah Yang Mahakuasa. Ketika banyak orang berpaling pada dunia until berharap, ia panggil mereka
kembali untuk menatap kepada Kristus.

Sumber

Curfis, A. Kenneth, Lang, J. Stephen dan Peterson, Randy. 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen.
Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2002

Clifford Green. Karl Barth: teolog kemerdekaan : kumpulan cuplikan karya Karl Barth. Jakarta:  BPK Gunung
Mulia. 2003

Wellem F.d. M.th, Dr. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2003

Anda mungkin juga menyukai